Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. SMART Tbk. Surabaya adalah perusahaan yang memproduksi minyak
goreng dari kelapa sawit. Di PT. SMART Tbk, proses pengolahan minyak goreng
berada di unit refinery. Pada unit tersebut, terdapat suatu proses yang sangat
penting yaitu proses bleaching atau proses pemucatan bahan baku dalam
pengolahan minyak nabati (Young, 1987). Proses bleaching merupakan proses
pemurnian minyak goreng yang bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pembawa
warna berupa -Carotene, -Carotene, chlorofil, xanthofil dan lain-lain yang
merupakan vitamin. Untuk proses bleaching memerlukan penambahan bleaching
earth (BE). Bleaching earth merupakan bahan aktif yang digunakan sebagai
absorben pada proses pemucatan untuk menghilangkan atau menyerap pigmen
warna secara fikik yang terdapat di dalam Crude Palm Oil (CPO) sehingga
dihasilkan minyak yang lebih jernih.
Bleaching earth terdiri dari beberapa jenis antara lain: Ca-bentonit, simnit dan
arang aktif. Pada unit refinery pemurnian minyak kelapa sawit menggunakan Cabentonit sebagai bleaching agent pada proses bleaching CPO. Bentonit atau
(MgCa)OAl2O35SiO28H2O adalah jenis mineral lempung, dengan komposisi
kimianya 80% terdiri dari mineral monmorillonite (pembangun struktur
bentonit)

(Rouquerol,

1999).

Bleaching

earth

perlu

diaktivasi

dengan

menggunakan asam berupa H2SO4 (asam sulfat) sehingga terjadi pertukaran antara
mineral kation (Al3+, Ca2+, Mg2+) dengan ion H+. Secara bersamaan, asam juga
mengekstrak alumina dari struktur bleaching earth (bentonit) sehingga
meningkatkan luas permukaan internal bleaching earth (bentonit) maka kapasitas
adsorpsi pun bertambah.
Pada proses bleaching CPO menggunakan bleaching earth dilakukan dengan
kadar antara 0,5% hingga 2% dari massa CPO. Apabila pada tahun 2010, CPO
yang dimanfaatkan menjadi minyak goreng sebesar 6,2 juta ton, maka dalam
proses pemurnian CPO diperlukan bleaching earth sebesar 124.000 ton per tahun
(Kusumaningtyas, 2011). Sehingga dari proses pengolahan minyak goreng,

terutama pada proses bleaching menghasilkan limbah dengan komposisi terbesar


berupa blotong yang disebut spent bleaching earth.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang menggantikan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 dan 85 Tahun 1999, spent bleaching earth masuk
dalam kategori limbah B3 dengan kode limbah B413, dengan sumber limbah
berasal dari proses industri oleochemical dan/atau pengolahan minyak hewani
atau nabati dengan kategori bahaya 2 (limbah B3 kategori 2 merupakan limbah B3
yang mengandung B3, memiliki efek tunda (delay effect), berdampak tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas subkronis atau kronis), dan juga dapat menimbulkan polusi serta reaksi pembakaran
akibat jenuh dengan minyak yang tertahan. Sehingga limbah spent bleaching
earth dibuang pada suatu lahan khusus (landfill).
Di dalam spent bleaching earth memiliki kandungan minyak nabati yang
tinggi yaitu sekitar 20-40%, sehingga merupakan suatu bahan yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan kembali. Pada penelitian ini dilakukan suatu upaya
recovery oil dari spent bleaching earth. Karena semakin tahun, jumlah CPO yang
dipakai di Indonesia untuk proses bleaching semakin besar, contoh jika sebesar 5
juta ton bleaching earth yang digunakan per tahun, maka dalam proses pemurnian
CPO menghasilkan spent bleaching earth sebesar 100.000 ton per tahun [Kaimal
et al, 2002]. Sehingga dalam penelitian ini, akan mengambil minyak yang
terkandung di dalam spent bleaching earth dengan menggunakan metode
ekstraksi sokletasi. Metode tersebut digunakan berdasarkan penelitian sebelumnya
(Soemiyati, 2015). Pelarut yang digunakan adalah n-heksana teknis.
Dari minyak yang telah didapatkan akan dimanfaatkan kembali sebagai bahan
bakar berupa biodiesel dengan melalui proses rekasi esterifikasi/transesterifikasi.
Dimana reaksi tersebut mereaksikan minyak lemak dengan alkohol serta
mereaksikannya dengan H2SO4 dan methanol atau etanol. Katalis yang digunakan
adalah katalis yang memiliki karakter asam yaitu H2SO4 karena didalam minyak
masih mengvandung kadar FFA yang dapat menyebabkan penyabunan.. Biodiesel
yang telah terbentuk akan dianalisa dengan cara menganalisa kadar air, kadar
asam lemak bebas (FFA), densitas, viskositas.

1.2 Ruang Lingkup Masalah


Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
Laporan Akhir ini, yaitu:

Spent bleaching earth yang digunakan berasal dari proses unit refinery atau

pemurnian di PT. SMART Tbk.


Spent bleaching earth yang digunakan pada bulan April Mei 2016.
Pengambilan minyak dari spent bleaching earth dengan metode ekstraksi

pelarut.
Pemanfaatan minyak hasil ekstraksi menjadi biodiesel.
Peneliti menggunakan pelarut heksan teknis.
Peneliti hanya menggunakan katalis H2SO4 .
Peneliti menggunakan variabel KOH dalam esterifikasi dan waktu reaksi
dalam transesterifikasi.

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini hanya dibatasi oleh penentuan minyak dari spent bleaching
earth dari minyak sawit yang masih terikat dalam spent bleaching earth di PT.
SMART Tbk. dan pembuatan biodiesel menggunakan katalis H 2SO4 dari minyak
hasil ekstraksi spent bleaching earth dengan metode ekstraksi sokletasi.
1.4 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang dapat
diambil sebagai pokok permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana cara mendapatkan minyak yang terkandung dalam spent
bleaching earth?
2. Bagaimana cara mendaur ulang minyak hasil ekstraksi spent bleaching
earth?
3. Apakah biodiesel yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik?
4. Bagaimana pengaruh penambahan KOH terhadap minyak?
5. Bagaimana pengaruh waktu reaksi dalam transesterifikasi terhadap
biodiesel yang didapat?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian, antara lain:
1. Untuk mengekstrak minyak dari spent bleaching earth.

2. Untuk membuat biodiesel dari minyak yang dihasilkan dari proses


ekstraksi dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut.
3. Untuk mengetahui kualitas biodiesel yang dihasilkan.
4. Untuk mengamati pengaruh penambahan KOH dalam reaksi esterifikasi
terhadap minyak.
5. Untuk mengamati pengaruh waktu reaksi dalam transesterifikasi terhadap

biodiesel yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai