Anda di halaman 1dari 4

Nama : Choky A Tarigan

Prodi : Mekanisasi Perikanan

1. Buat minimal 5 kasus dengan link / jurnal yang di citasi / acuan.

Jawaban :

A. Kelebihan Merkuri, Dapat Menyebabkan Penyakit Minamata

Penyakit ini pertama kali ditemukan di tempat asalnya, yaitu di Kota Minamata,
bagian Prefektur Kumamoto, Jepang, pada tahun 1956. Diketahui, bahwa penyakit ini
disebabkan oleh pelepasan metil merkuri akibat limbah dari pabrik kimia Chisso
Corporation sejak tahun 1932. Menurut penelitian, penyakit ini bermula ketika warga
mengamati keanehan akibat banyak kucing di Minamata mengalami kejang, lumpuh,
dan mati beberapa saat setelah diberi makan sisa ikan dari teluk Minamata.

Sampai saat itu, para warga belum menyadari penyebabnya. Mereka pun tetap
mengonsumsi ikan dan hasil laut dari teluk tersebut selama bertahun-tahun.

Alhasil, pada tahun 1950-an, baru lah warga Minamata merasakan gejala
keracunan serius akibat mengonsumsi hasil laut yang terkontaminasi merkuri selama
bertahun-tahun.

(Sumber : Kelebihan Merkuri, Dapat Menyebabkan Penyakit Minamata, dr. Bobtriyan


Tanamas, 18 Feb 2020.)

B. Kasus Keracunan Ikan Buntal di Tanah Air, Bocah 1 Tahun hingga Suami
Istri Meninggal Jadi Korban

Dua bocah di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali kercunan usai menyantap


kerupuk ikan buntal pada Selasa (17/11/2020). Mereka adalah PAMS (11) dan KATP
(5) yang masih memiliki hubungan keluarga.
Dalam keadaan lemas, dua bocah itu dibawa ke rumah sakit. Namun nyawa PAMS
tak bisa diselamatkan. Ia meninggal saat dirawat di RSUD Buleleng.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, 11 Maret 2020, dijelaskan jika ikan


buntal mengandung racun berbahaya yang disebut tetrodotoksin. Racun tersebut
biasanya ditemukan di hati dan organ seks (gonad) dari beberapa ikan, seperti ikan
buntal serta beberapa spesies amfibi, gurita, dan kerang. Keracunan tetrodotoksin
terjadi karena pengolahan daging atau organ ikan yang tidak tepat.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, 11 Maret 2020, dijelaskan jika ikan


buntal mengandung racun berbahaya yang disebut tetrodotoksin. tersebut biasanya
ditemukan di hati dan organ seks (gonad) dari beberapa ikan, seperti ikan buntal serta
beberapa spesies amfibi, gurita, dan kerang. Keracunan tetrodotoksin terjadi karena
pengolahan daging atau organ ikan yang tidak tepat.

(Sumber : Kasus Keracunan Ikan Buntal di Tanah Air, Bocah 1 Tahun hingga Suami
Istri Meninggal Jadi Korban, Kompas.com, 18 November 2020, 11:33 WIB ).

C. Tindak Lanjut Kejadian Keracunan DI Salah Satu Ponpes Di Kota Bima

Bima (27/01) – pada tanggal 24 Januari 2020 Kantor Badan POM di


Kabupaten Bima Menindaklanjuti laporan dari Dinas Kesehatan Kota Bima terkait
Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLB-KP) pada tanggal 24 Januari 2020.
Berdasarkan laporkan tersebut, Kantor BPOM di Kabupaten Bima melakukan
investigasi di tempat kejadian yaitu salah satu Pondok Pesantren di Kota Bima.

Berdasarkan gejala keracunan yang di rasakan oleh santri dan informasi terkait
pengolahan ikan tongkol oleh petugas dapur maka kemungkinan kejadian keracunan
di sebabkan oleh kandungan Histamin yang tinggi pada Ikan Tongkol.

(Sumber : Tindak Lanjut Kejadian Keracunan DI Salah Satu Ponpes Di Kota Bima,
(27/01) – pada tanggal 24 Januari 2020).
D. Usai Konsumsi Penyu, Puluhan Warga Mentawai Keracunan, Tiga Tewas

Kabar duka datang dari Mentawai, Sumatera Barat. Puluhan warga Mentawai
keracunan usai menyantap daging penyu saat pesta adat (punen) di Desa Taileleu,
Kecamatan Siberut Barat Daya, Minggu (18/2/18). Dari puluhan orang keracunan itu,
tiga meninggal dunia, 16 korban masih menjalani perawatan intensif di Balai
Kesehatan Desa Taileleu dan dua orang di Puskesmas Siberut Barat Daya.
Jika dilihat genetik penyu di Perairan Mentawai, masuk ke siklus arah
Andaman, berputar mengarungi Samudera Hindia. Di Samudera Hindia itu banyak
industri, otomatis banyak pembuangan limbah. Itu yang dimakan penyu, masuk ke
tubuh.”
Logam-logam berat ini, katanya, terakumulasi dalam tubuh penyu, terus
meningkat dan tak berkurang. Makin tua penyu makin besar risiko karena
mengandung racun lebih tinggi. “Itu yang dikonsumsi manusia.”
Kasus keracunan daging penyu di Mentawai yang menelan korban jiwa bukan
kali pertama. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Penyu Sumatera Barat,
Universitas Bung Hatta, sejak 2005 hingga sekarang, tercatat 37 orang meninggal
karena mengkonsumsi penyu.

(Sumber : Usai Konsumsi Penyu, Puluhan Warga Mentawai Keracunan, Tiga Tewas,
Mentawai, Sumatera Barat, Minggu (18/2/18).

E. Tragedi Tanker Exxon Valdez: 40 Juta Liter Minyak Tumpah Mencemari


Laut.
Pada 4 Maret 1989, Laut Alaska seketika berubah menjadi hitam pekat setelah
sebuah kapal tanker raksasa pengangkut minyak, Exxon Valdez, menumpahkan isi
"perutnya" disebabkan karena menabrak terumbu karang di perairan Prince William
Sound, Alaska selatan. Sebanyak 42 juta liter minyak mentah tumpah dan harus
mencemari pantai sepanjang 1.990 kilometer. Konon, insiden tersebut menjadi salah
satu bencana terbesar yang pernah membunuh jutaan makhluk hidup.
Tentu saja, tumpahnya jutaan liter minyak mentah tersebut menimbulkan
kerusakan besar ekosistem lingkungan sekitar. Ratusan ribu binatang yang tinggal di
habitat sekitar harus mati. Menurut catatan, akibat kejadian tersebut, sekitar 2 ribu
berang-berang laut, 302 anjing laut, dan 250 ribu burung laut harus mati dalam
beberapa hari setelah kejadian.
Selain itu, pihak yang juga akan terdampak dari tumpahan minyak ini adalah
mamalia laut dan bebek karena mangsanya juga terkontaminasi minyak tersebut.
Laporan National Geographic pada 22 Maret 2019 mengungkap matinya miliaran
telur ikan salmon dan hewan mamalia. Paus pembunuh, misalnya yang mencatatkan
kematian sebanyak 22 ekor.

(Sumber : Tragedi Tanker Exxon Valdez: 40 Juta Liter Minyak Tumpah Mencemari
Laut, 4 Maret 1989, kumparan.com).

Anda mungkin juga menyukai