Anda di halaman 1dari 28

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan nila (Oreochrormis niloticus) adalah salah satu ikan air tawar yang
banyak dibudidayakan di seluruh pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi
yang cukup populer. Penyebabnya yaitu ikan nila merupakan salah komoditas
perairan air tawar yang telah memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah
dan pemerhati masalah perikanan di dunia terutama berkaitan dengan usaha
peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang karena
ikan nila juga merupakan ikan air tawar potensial untuk sumber protein hewani
yang dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Ikan nila mudah
dikembangbiakkan dan daya kelangsungan hidupnya tinggi serta ikan nila rakus
terhadap makanan sisa (limbah) sehingga pemeliharaannya mudah. Ikan nila
menduduki urutan kedua setelah ikan mas dalam produksi budidaya air tawar di
Indonesia .
Hal ini menunjukkan ada gairah besar di masyarakat untuk
mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar yang khususnya ikan nila
tentunya pertumbuhan produksi ini mengacu pada permintaan pasar yang terus
meningkat. Produksi ikan air tawar lebih dari 70% diserap oleh pasar dalam
negeri. Ikan konsumsi memiliki banyak jenis dengan ukuran badan dan warna
yang beragam. Jenis-jenis ikan yang tergolong ikan konsumsi sangat sesuai untuk
bahan pangan karena memiliki produktivitas daging yang tinggi. Jenis ikan
konsumsi jika dibudidayakan dengan baik dapat memberikan hasil yang besar.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam budidaya ikan adalah penyakit
yang dapat menyebabkan menurunnya tingkat produksi ikan. Masalah lain seperti
kualitas air yang menurun akibat pencemaran, tingkat pengetahuan dan
keterampilan pembudidayaan ikan yang masih rendah, dan juga penggunaan
faktor produksi lainnya yang belum efisien dalam pembudidayaan ikan di perairan
tawar (Rahmawati & Hartono, 2012). Faktor penting yang perlu diperhatikan
dalam menunjan keberhasilan usaha budidaya ikan adalah penyediaan lingkungan
yang sesuai dengan benih dalam pertumbuhannya, sehingga diperoleh
kelangsungan hidup yang tinggi. Ikan dapat terserang parasit yang disebabkan
oleh organisme lain, penumpukan sisa makan ikan maupun kondisi lingkungan

1
kehidupan ikan. Interaksi yang tidak serasi antara ikan dengan kondisi kolam akan
menyebabkan ikan mengalami stress sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit.
Menurut Handayani et al. (2004) salah satu jenis penyakit ikan adalah
parasit. Parasit merupakan penyakit ikan yang lebih sering timbul. Parasit adalah
organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan umumnya menimbulkan
efek negatif pada inangnya. Kerugian akibat dari infeksi ektoparasit memang tidak
sebesar kerugian yang diakibatkan oleh infeksi organisme lain seperti virus dan
bakteri, namun infeksi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi
bagi infeksi organisme pathogen yang lebih berbahaya. Serangan parasit membuat
ikan kehilangan nafsu makan, kemudian perlahan-lahan lemas dan berujung
kematian. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ yaitu kulit dan
insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual (Bhakti, 2011).
Wabah hama dan penyakit ikan sejak lebih dari dua dasawarsa yang lalu
telah menjadi faktor kendala utama dalam peningkatan produksi budidaya, baik
yang dilaksanakan secara intensif dan ekstensif yang telah mengakibatkan
kerugian ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat petani / pengusaha terutama
pada budidaya ikan. Akibat kondisi tersebut, berbagai jenis penyakit ikan dapat
mudah terjadi sebagai akibat dari interaksi antara mikroorganisme yaitu parasit,
jamur, bakteri dan virus yang patogen maupun apatogen dengan induk semang
atau inang terutama akibat dari faktor lingkungan yang tidak mendukung.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin untuk melakukan penelitian
tentang identifikasi ektoparasit terhadap ikan konsumi nila gift yang dibudidaya
didanau toba yang akan di periksa di Laboratorium Perikanan Universitas
Dharmawangsa guna mengetahui pengendalian serangan pasarasit kedalam ikan
yang dilalulintaskan

1.2. Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis ektoparasit
dan mengetahui tingkat prevalensi, intensitas, dan dominansi ektoparasit pada
ikan nila gift dalam keramba diperairan danau toba.

2
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat untuk memberi
pengetahuan dan informasi kepada masyarakat mengenai jenis ektoparasit yang
menyerang ikan nila gift dalam keramba diperairan danau toba.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasfikasi Ikan Nila


Klasifikasi ikan nila (Oreochromis sp) menurut Saanin (1986) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichilidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp

2.2. Morfologi
Ikan nila (Oreochromis sp) merupakan ikan air tawar yang memiliki
bentuk tubuh pipih dan berwarna kehitaman. Spesies tersebut mempunyai garis
vertikal berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat garis melintang yang
ujungnya berwarna kemerah-merahan (Ghufran, 2009). Warna tubuh yang
dimiliki ikan nila adalah hitam keabu-abuan pada bagian punggungnya dan
semakin terang pada bagian perut ke bawah. Ikan nila juga memiliki mata yang
besar dan menonjol (Wiryanta et al, 2010).
Spesies tersebut memiliki linea lateralis (gurat sisi) yang terputus menjadi
dua bagian. Bagian pertama terletak dari atas sirip dada hingga hingga tubuh, dan
bagian kedua terletak dari tubuh hingga ekor. Jenis sisik yang dimiliki spesies
tersebut adalah ctenoid (Cholik, 2005). Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang
berada di punggung, dada, perut, anus, dan ekor (Wiryanta et al, 2010).
Menurut Santoso, 1996 badan dan sirip ekor (Caudal fin) ditemukan garis-
garis lurus (vertical) sedangkan garis-garis berbentuk memanjang ditemukan pada
sirip punggung (Dorsal fin) dan sirip dubur. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17
duri tajam dan 11-15 jari-jari (duri lunak) serta sirip dubur (anal) dengan 3 duri
dan 8-11 jari-jari. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada,
sirip perut,  sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna hitam ketika

4
musim berbiak. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi
berwarna hijau kebiru-biruan. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan. Jumlah
sisik pada gurat sisi 34 buah.

Mulut D. 16 - 17 C. 7-12

Mata V. 1V A.3
Gambar 1. Morfologi Ikan Nila

2.3. Ekologi
Habitat ikan nila adalah perairan tawar, seperti sungai danau, waduk, dan
rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau (Ghufran, 2009). Spesies ini
telah banyak ditemukan mampu hidup di segala macam air, mulai dari sungai,
danau, dan saluran irigasi.
Sedangkan pH air yang cocok adalah 6-8,5, namun pertumbuhan
optimalnya terjadi pada pH 7-8. Nilai pH yang masih ditolerir nila adalah 5-11.
Suhu optimal untuk pertumbuhan nila antara 25-30o C. Pada suhu sampai 22oC
nila masih dapat memijah, begitu pula pada suhu 37oC.
Kegiatan budidaya ikan sistem KJA di Danau Toba telah dilakukan oleh
masyarakat sejak tahun 1986, namun perkembangan KJA dengan pesat terjadi
sejak tahun 1998 melalui budi daya jaring apung intensif berkepadatan ikan yang
tinggi (Rismawati, 2010). Pada tahun 2006 Jumlah KJA yang beroperasi di
perairan Danau Toba terdata sebanyak 5.233 unit. Kemudian survey yang

5
dilakukan Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008, di dapatkan
bahwa KJA yang beroperasi di perairan Danau Toba sebanyak 7.012 unit, yang
terdiri dari KJA milik PT. Aquafarm Nusantara sebanyak 1.780 unit dan KJA
milik masyarakat sebanyak 5.232 unit (Ginting, 2011).
Data yang diambil dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera
Utara menunjukkan bahwa ikan nila merupakan hasil produksi terbesar
dibandingkan dengan ikan mas setiap tahunnya. Jumlah produksi terbesar terdapat
pada tahun 2012 yakni sebesar 85.282 ton dan yang paling rendah pada tahun
2013 sebesar 63.684 ton. Perbedaan produksi yang paling besar terjadi pada tahun
2012 dengan produksi ikan nila 46.620 ton lebih banyak dari ikan mas.
Tabel 1. Produksi ikan 7 Kabupaten sekitar Danau Toba tahun 2015
No Kabupaten Petani KJA Produksi (Ton)
1 Tapanuli Utara 43 423
2 Toba Samosir 135 32,7
3 Simalungun 427 18.345,6
4 Dairi 39 10,1
5 Karo 30 -
6 Humbang Hasundutan 32 -
7 Samosir 126 48.036
(Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara)
Berdasarkan data 2015, keramba milik masyarakat dan perusahaan yang ada di
Danau Toba memproduksi 80.000 ton ikan per tahun. Produksi itu melebihi
kapasitas daya dukung danau yang hanya 50.000 ton per tahun. Produksi 80.000
ton itu terdiri dari hasil dua perusahaan yang sebanyak 51 ribu ton dan rakyat
sebesar 29.000 ton per tahun. Produksi yang melebihi daya dukung danau
membuat pemerintah akan melakukan moratorium izin keramba, kata Zonni
Waldi, kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Sumut (Antara
News.com).

2.4. Makanan dan Kebiasaan Makan


Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-
tumbuhan lunak, seperti hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke dalam
hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung herbivora.

6
Pada masa pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan buatan (pelet) yang
mengandung protein antara 20 – 25 %. (Ghufran, 2009). Pada masa pemeliharaan
tersebut ikan nila sangat responsif terhadap pakan buatan (pelet) baik pelet
terapung maupun pelet tenggelam (Cholik, 2005).
Ikan nila merupakan ikan yang lebih aktif mencari makan pada siang hari.
Ikan nila bersifat omnivor sehingga mudah dalam pemberian pakan. Ketika masih
benih, makanan yang disukai adalah zooplankton (plankton hewani), seperti
Rotifera sp., Moina., atau Daphnia sp. Selain itu juga memangsa alga atau lumut
yang menempel pada benda di habitat hidupnya. Jika telah mencapai dewasa, ikan
nila bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet. (Bernad, 2010).
Pada umumnya cara makan ikan nila adalah dengan mengais menggunakan
ujung mulutnya. Makanan yang ditemukan dicicipi terlebih dahulu kemudian
ditelan setelah dirasakan sesuai dengan kesukaaannya. Tetapi cara makan
demikian dapat berubah menjadi langsung menelan semua makanan yang tersedia
apabila ikan nila dibudidayakan secara intensif di kolam maupun di KJA. Dalam
keadaan lapar, mereka akan bergerak ke sana ke mari di permukaan air dan
sesekali meloncat-loncat di atas permukaan air. Dalam keadaan yang sangat lapar,
ikan nila menjadi sangat rakus, bahkan sifatnya dapat berubah menjadi kanibalis.
Ikan nila lebih suka bergerombol di tengah atau di dasar kolam jika dalam
keadaan kenyang. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan
ikan nila berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas sinar matahari

2.5. Penyakit Ikan Nila


Ikan nila bisa dikatakan relatif tahan terhadap penyakit. Hingga saat ini
belum pernah ditemukan wabah penyakit secara besar-besaran yang menyerang
ikan nila. Tidak seperti budidaya ikan mas, yang sering dilanda wabah.
Berikut ini beberapa penyakit ikan nila dari jenis penyakit infeksi yang
sering dijumpai:
1. Trichodina sp. Jenis mikroorganisme yang menjadi parasit pada ikan air
tawar maupun ikan air laut. Parasit ini biasanya menyerang bagian luar
seperti kulit, sirip dan insang. Tandanya terlihat luka pada organ-organi
yang diserang. Bisa dicegah dengan menjaga sanitasi kolam dan

7
memasang filter air atau bak pengendapan pada instalasi pengairan kolam.
Pengobatan bisa dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam
larutan garam (NaCl) sebanyak 500-1000 mg/liter selama 24 jam. Atau
dengan larutan formalin sebanyak 25 mg/liter.
2. Saprolegniasis. Penyakit yang disebabkan oleh sejenis jamur. Biasanya
menyerang telur, larva dan benih ikan. Bagian tubuh yang diserang organ-
organ luar. Penampakan penyakit ini seperti benang halus berwarna putih
atau putih kecoklatan. Pengobatan dilakukan dengan merendam telur atau
ikan yang terserang dalam larutan malachite green 1 mg/liter selama 1
jam, atau larutan formalin 200-300 mg/liter selama 1-3 jam, atau NaCl 5
gram/liter selama 15 menit.
3. Epistylis spp. Parasit ini umumnya menyerang organ-organ bagian luar
seperti kulit, insang dan sirip. Ciri-ciri ikan yang terserang bagian
insangnya berwarna merah kecoklatan, ikan sukar bernapas, gerakan
lambat, dan pertumbuhannya terhambat. Penularan penyakit terjadi karena
kontak langsung dengan ikan yang sakit. Pencegahannya dengan
mengurangi padat tebar ikan. Pengobatannya dengan merendam ikan
dalam larutan formalin 200 mg/liter selama 40 menit, atau KMnO4 20
mg/liter selama 15-20 menit.
4. Bercak merah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri 
Aeromonas dan Pseudomonas. Menyerang organ bagian dalam dan luar.
Ciri-cirinya ada pendarahan pada bagian tubuh yang terserang, sisik
terkelupas, perut membusung. Bila menyerang kulit akan terlihat borok.
Ikan terlihat lemah dan sering muncul ke permukaan kolam. Bila di bedah
bagian dalamnya mengalami pendarahan pada hati, ginjal dan limpa.
Pengobatan bisa dilakukan dengan cara menyuntik, perendaman atau
dengan mencampuur obat pada pakan pellet.

2.6. Parasit Ikan


Secara umum, parasit dapat didefinisikan sebagai organisma yang hidup
pada organisme lain, yang disebut inang, dan mendapat keuntungan dari inang
yang ditempatinya hidup, sedangkan inang menderita kerugian. Parasitologi
merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang kehidupan parasit.

8
Kehidupan parasit memiliki keunikan karena adanya ketergantungan pada inang.
Ada beberapa jenis bentuk symbiosis, antara lain, yaitu comensalisme dimana
pada hubungan ini kedua organisme yang bersymbiosis masing-masing
memperoleh keuntungan dan tidak ada yang dirugikan, sedangkan mutualisme
adalah kedua organisme mendapatkan keuntungan, dan jika salah satu diantaranya
tidak tersedia maka tidak akan terjadi kehidupan. Parasitisma merupakan suatu
pada dan hidup atas pengorbanan inangnya, baik secara biokimia maupun secara
physiology (Anshary, 2008).
Parasit memiliki habitat tertentu dalam tubuh inangnya. Berdasarkan
lingkungannya, parasit dibedakan menjadi ektoparasit, yaitu parasit yang hidup
pada permukaan tubuh inang. Beberapa golongan parasit yang bersifat ektoparasit
antara lain adalah ciliata, beberapa flagellata, monogenea, copepod, isopod,
branchiuran dan lintah, sedangkan endoparasit adalah parasit yang ditemukan
pada organ bagian dalam inang. Golongan parasit yang masuk kelompok
endoparasit antara lain adalah digenea, cestoda, nematoda, acantocephala,
coccidia, microsporidia, dan amoeba (Anshary, 2008). Umumnya ikan-ikan yang
hidup di alam dapat terinfeksi oleh berbagai jenis parasit cacing-cacingan seperti
Monogenea, Digenea, Nematoda dan Acanthocepala. Monogenea umumnya
ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata
(1985), bahwa monogenea salah satu parasit yang sebagian besar menyerang
bagian luar tubuh ikan (ektoparasit), jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan
(endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang. Salah satu spesies dari kelas
monogenea yang paling sering muncul pada ikan air tawar adalah Dactylogyrus
sp. dan Gyrodactylus sp. (Rukyani, 1990).
Anshary (2008), menyatakan bahwa salah satu bentuk hubungan simbiosis
adalah parasitisma, dimana ciri khas hubungan simbiosis ini adalah salah satu
jenis organisme yang disebut “parasit” hidup dan mendapat keuntungan dari
organisme lainnya yang disebut “inang”. Secara umum, parasit dapat didefinisikan
sebagai organisme yang hidup pada organisme lain, yang disebut inang, dan
mendapat keuntungan dari inang yang ditempatinya hidup, sedangkan inang
menderita kerugian. Parasit memiliki habitat tertentu dalam tubuh inangnya.

9
Menurut Anshary (2008), ada beberapa jenis parasit yang menginfeksi ikan air
tawar dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 2. Jenis parasit yang menginfeksi ikan air tawar
No Filum Spesies Parasit Inang
1 Protozoa Trichodina sp Semua ikan air tawar
Ichthtyophyrius multifiis Semua ikan air tawar
Chilodonella sp Ikan air tawar
Epistylis sp Ikan air laut dan tawar
Oodinium sp Ikan air tawar
Vorticella sp Ikan air laut dan tawar
Trichodinella sp Ikan air tawar
Tetrahymena sp Ikan air tawar
Ichthyobodo necator sp Ikan air laut dan tawar
Myxobolus sp Ikan air tawar
2 Trematoda Dactylogyrus sp Ikan air laut dan tawar
(Monogenea) Gyrodactyltis sp Ikan air laut dan tawar
Pseudodactylogyrus sp Ikan air laut dan tawar
3 Crustacea Argulus sp Ikan air tawar
Lernaea sp Ikan air tawar
Sumber : (Anshary, 2008)

2.7. Jenis-Jenis Ektoparasit pada Ikan


2.7.1. Protozoa
Protozoa merupakan hewan uniseluler yang hidup berkoloni, diperkirakan
50.000 spesies protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat protozoa adalah air
laut, payau, air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar
Protozoa hidup bebas dan menjadi makanan organisme yang lebih besar.
Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit, diantaranya parasit pada ikan, yaitu:
Trichodina, Ichthyoptirim, dan Heneguya (Suwignyo et al., 1997).
Noble & Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya
Protozoa dibedakan atas lima golongan yaitu: Sarcomastighopora, Sarcodina,
Apicomplexa, Ciliophora, dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok

10
Mastighopora yang menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi
semua protozoa yang memiliki satu atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam
siklus hidupnya. Mastighopora sebagian besar hidup bebas, ditemukan pada
berbagai habitat tetapi banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan
parasitisme), dengan vertebrata dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga
kelas, yaitu: Phytomastighopora, Zoomastighopora dan Opalinata.
Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan adalah Amyloodinium
pillularis. Berikut ini adalah jenis-jenis Protozoa yang termasuk ke dalam
ektoparasit:
1. Trichodina sp
Trichodina sp. merupakan jenis protozoa dari kelompok Ciliata yang
memiliki bulu getar. Trichodina sp. mempunyai bentuk tubuh seperti cawan,
berdiameter 5 cm, dengan bulu getar terangkai pada kedua sisi sel (Irianto, 2005).
Trichodina sp. merupakan ektoparasit yang menyerang/menginfeksi kulit
dan insang, biasanya menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Populasi Trichodina
sp. di air meningkat pada saat peralihan musim, dari musim panas ke musim
dingin. Berkembang biak dengan cara pembelahan yang berlangsung di tubuh
inang, mudah berenang secara bebas, dapat melepaskan diri dari inang dan
mampu hidup lebih dari dua hari tanpa inang. Parasit ini berukuran ± 50nm,
berbentuk bundar dengan sisi lateral berbentuk lonceng, memiliki cincin dentikel
sebagai alat penempel dan memiliki silia di sekeliling tubuhnya. Ikan yang
terinfeksi mengalami iritasi pada kulit, produksi lendir berlebih, insang pucat,
megap-megap sehingga ikan sering menggantung di permukaan air atau di pinggir
kolam, nafsu makan menurun, gerakan ikan lemah, sirip ekor rusak dan berawama
kemerahan akibat pembuluh darah kapiler pada sirip pecah Kordi (2004).
Diagnosa penyakit dilakukan dengan membuat preparat basah dari lendir dan
insang ikan yang terinfeksi, pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran
objektif 10x (Rukyani et al. 1991). Klasifikasi Trichodina sp. menurut Kabata
(1985) adalah:
Phylum : Protozoa
Class : Ciliata
Ordo : Petrichida

11
Famili :
Trichodinidae

Genus : Trichodina
Spesies : Trichodina sp.

Gambar 2. Trichodina sp.


2. Ichthyopthyrius multifiliis
Ichthyopthyrius multifiliis merupakan salah satu protozoa yang dapat
mematikan benih ikan air tawar hingga 90%, dengan tanda klinis berupa bintik
putih pada bagian tubuh, sirip, dan insang. Infeksi yang berat dapat menyebabkan
pendarahan pada sirip, dan tubuhnya akan tertutup lendir. Protozoa ini juga akan
meninggalkan inang yang sudah mati dan berkembangbiak dengan membentuk
kista pada substrat, sehingga berpotensi menginfeksi inang lainnya (Purbomartono
et al. 2010). Gejala klinis ikan yang terinfeksi menjadi hiperaktif dan berenang
sambil menggesekkan tubuhnya pada bebatuan atau dinding akuarium. Kordi
(2004), menjelaskan bahwa ikan yang terinfeksi Ichthyopthyrius multifiliis
menyebabkan ikan menjadi malas berenang, terlihat bintik–bintik putih pada
permukaan kulit, insang, dan sirip. Apabila Ichthyopthyrius multifiliis menyerang
insang maka protozoa ini akan merusak insang sehingga proses pertukaran gas
(oksigen, karbondioksida, dan ammonia) menjadi terhambat. Handajani (2005),
menyatakan bahwa

12
klasifikasi dari
jenis parasit

Ichthyophthirius multifiliis adalah:


Phylum : Protozoa
Class : Ciliata
Ordo : Holotrichia
Famili : Ichthyophthidae
Genus : Ichthyophthirius
Spesies : Ichthyophthirius multifiliis.

Gambar 3. Ichthyopthyrius multifiliis


3. Chilodonella sp
Chilodonella sp. berkembangbiak pada suhu 0,5-20oC. Dalam kondisi
yang tidak baik, akan membentuk kista. Chilodonella sp tidak dapat hidup tanpa
adanya inang dalam jangka waktu lebih dari 12-24 jam (Purbomartono et al.,
2010). Klasifikasi Chilodonella sp Menurut Kabata (1985) adalah:
Phylum : Ciliophora

13
Class : Ciliatea
Ordo : Cyrtophorida
Famili :

Chilododontidae
Genus : Chilodonella
Spesies : Chilodonella sp.

Gambar 4. Chilodonella sp.


4. Epistylis sp
Epistylis sp. merupakan protozoa yang hidup berkelompok dan biasanya
ditemukan di kulit atau insang. Epistylis sp adalah protozoa yang bertangkai dan
bercabang (Kabata, 1985). Dasar tangkai menempel pada permukaan, kualitas air
yang buruk mendorong pertumbuhan parasit Epistylis sp.

Gambar 5. Epistylis sp.


Menurut Kabata (1985), klasifikasi Epistylis sp. adalah:

14
Phylum : Protozoa
Class : Ciliata
Ordo : Peritricha
Famili : Epistylidae
Genus : Epistylis
Spesies : Epistylis sp.
5. Oodinium sp
Gejala klinis pada Oodinium sp. di mulai dari sirip ikan, tahapan lebih
lanjut akan terlihat seperti memakai bedak atau bertaburan tepung, ini yang
disebut velvet. Pada tahapan berikutnya, potongan sisik atau kulit dari ikan akan
terkelupas, pada mata akan terlihat adanya selaput seperti kabur dan kemudian
menyerang seluruh bagian tubuh. Infeksi Oodinium sp. disebabkan karena
penetrasi akan rizoid ke sel epitel inang, sehingga menyebabkan nekrosis,
pendarahan dan mengalami infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur (Kabata,
1985). Klasifikasi Oodinium sp. menurut Kabata (1985) adalah:
Phylum : Protozoa
Class : Flagellata
Ordo : Dirofirida
Genus : Oodinium
Spesies : Oodinium sp.

Gambar 6. Oodinium sp.


6. Vorticella sp
Vorticella sp. merupakan protozoa dari filum Ciliophora. Vorticella sp
tidak hanya hidup di perairan air tawar saja, tetapi juga di perairan laut dan dapat

15
menempel pada tumbuhan dan hewan (Kabata, 1985). Klasifikasi Vorticella sp.
menurut Kabata (1985), sebagai berikut:
Phylum : Protozoa
Class : Ciliata
Ordo : Peritricha
Famili : Vorticellidae
Genus : Vorticella
Spesies : Vorticella sp.

Gambar 7. Vorticella sp.

2.7.2. Trematoda (Monogenea)


1. Dactylogyrus sp
Dactylogyrus sp merupakan parasit yang penting pada ikan air tawar dan
ikan air laut. Juga merupakan parasit yang penting pada carp fry. Hidup di insang,
tergolong Monogenea, punya kaki paku dan beracetabulum. Parasit yang matang
melekat pada insang dan bertelur disana. Dactylogyrus sp. merupakan cacing
Trematoda dari sub-kelas Monogenea. Spesies tersebut berparasit pada hewan air
berdarah dingin atau pada ikan, amfibi, reptil, kadang-kadang pada invertebrate
air. Distribusinya luas, memiliki siklus hidup langsung dan merupakan parasit
ekstemal pada insang, sirip, dan rongga mulut. Bisa juga ditemukan pada traktus
urinaria. Cacing ini bersifat ovipar dan memiliki haptor yaitu organ untuk
menempel yang dilengkapi dengan 2 pasang jangkar dan 14 kait di lateral (Yudhie
2010). Intensitas reproduksi dan infeksi memuncak pada musim panas. Telur pada
umumnya memliki operkulum dan filamen disalah satu ujungnya yang berfiingsi
untuk melekatkan telur pada hospes atau benda lain. Larva (oncomiridium)
mempunyai silia dan eye spot lebih dari satu. Larva akan berenang dan menempel
pada tubuh hospes kemudian menjadi dewasa di hospes (Kabata, 1985).

16
Menurut Kabata (1985) klasifikasi Dactylogyrus sp. adalah sebagai
berikut:
Phylum : Vermes
Class : Monogenea
Ordo : Dactylogyridea
Famili : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Spesies : Dactylogyrus sp.

Gambar 8. Dactylogyrus sp.


Bentuk Dactylogyrus sp. adalah parasit yang memiliki sepasang bintik
mata, saluran usus yang tidak jelas, sepasang jangkar yang tidak memiliki
penghubung. Dactylogyrus sp memiliki 2 pasang mata yang kadang - kadang
tampak seperti titik hitam dan memiliki saluran usus, mata dan vagina tidak jelas
serta sepasang jangkar tanpa bar (penghubung).
2. Gyrodactyltis sp
Parasit ini merupakan organisme yang menyerang tubuh ikan bagian luar.
Gyrodactylus sp menginfeksi tubuh dan sirip ikan. Gyrodactylus sp merupakan
cacing parasit ikan yang menempel pada tubuh inang. Gyrodactylus sp
berkembangbiak dengan melahirkan anakan yang sudah mengandung anakan lagi.
Semua anakan hasil reproduksi ini mampu menginfeksi ikan tanpa adanya inang
perantara (Awik et al. 2007). Kabata (1985) menyatakan bahwa monogenea salah
satu parasit yang sebagian besar menyerang bagian luar tubuh ikan (ektoparasit)
jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang
kulit dan insang. Salah satu spesies dari kelas monogenea yang paling sering
muncul pada ikan air tawar adalah Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp.
Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm,
bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral

17
sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah satu contoh kelas monogenea yaitu
Dactylogyridae yang mempunyai alat bantu organ tambahan pada tubuhnya yang
biasa disebut squamodis yang berfungsi sebagai perekat. Ciri ikan yang terserang
monogenea adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan meningkat, kulit
terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan terus meningkat karena
insang tidak dapat berfungsi secara sempurna, kehilangan berat badan (kurus),
melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi kerusakan berat pada insang.

Gambar 9. Gyrodactylus sp.


Menurut Gusrina (2008), klasifikasi Gyrodactylus sp. adalah sebagai berikut:
Phylum : Vermes
Class : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Gyrodactylidae
Genus : Gyrodactylus
Spesies : Gyrodactylus sp.
2.7.3. Crustacea
1. Argulus sp
Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan argulosis.
Akibat yang ditimbulkan oleh infeksi Argulus sp .pada ikan adalah beberapa sisik
tubuh terlepas, terdapat titik-titik merah pada kulit, insang berwama kehitam-
hitaman dan timbulnya lendir (mukus) yang berlebih pada sirip. Pertahanan
pertama ikan terhadap serangan penyakit berada di permukaan kulit, yaitu mukus,
jaringan epitelia, insang. Mukus melapisi selumh permukaan integumen ikan,
termasuk kulit, insang dan pemt. Pada saat terjadi infeksi atau iritasi fisik dan
kimiawi, sekresi mukus meningkat. Lapisan mukus secara tetap dan teratur akan
diperbarui sehingga kotoran yang menempel di tubuh ikan juga ikut dibersihkan.

18
Gambar 10. Argulus sp.
Mukus ikan mengandung lisosim, komplemen, antibody dan protease yang
berperan untuk mendegradasi dan mengeliminer patogen (Awik, 2007). Parasit ini
masuk ke dalam tempat pemeliharaan biasanya melalui pergesekan antar kulit
ikan yang terinfeksi Argulus sp. Sifat parasitik Argulus sp cenderung temporer
yaitu mencari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh
ikan lain atau bahkan meninggalkannya (Daelani, 2001).
Menurut Gusrina (2008), klasifikasi Argulus sp. adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Copepoda
Famili : Argulideal
Genus : Argulus
Spesies : Argulus sp.
2. Lernaea sp
Lernaea sp. menurut Handajani (2005), merupakan salah satu ektoparasit
yang termasuk ke dalam phylum Arthopoda. Kordi (2004) menjelaskan bahwa
parasit Lernaea sp. sepintas mirip sebuahi jarum yang menancap pada tubuli ikan,
sehingga sering disebut kutu jarum.
Menurut Handajani (2005), klasifikasi Lernaea sp. adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Crustaceae
Ordo : Copepoda
Famili : Lemaideae
Genus : Lernaea
Spesies : Lernaea sp

19
Gambar 11. Lernaea sp.

20
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2020 untuk
pengambilan sampel ikan nila gift dalam keramba diperairan danau toba dan
pemeriksaan ektoparasit pada sampel dilakukan di Laboratorium Fakultas
Perikanan Universitas Dharmawangas Medan.

3.2. Bahan Penelitian


1. Sampel ikan nila gift 10 setiap keramba
2. Aquadest untuk pengecekan ektoparasit

3.3. Alat Penelitian


Adapun peralatan yang digunakan didalam penelitian ini adalah
Tabel 3. Alat Penelitian
Alat Jumlah Kegunaan
Object glass 20 Untuk wadah objek sempel
Alat bedah 1 Untuk alat bedah ikan/organisme
Penggaris 1 Untuk mengukur
Kertas label 20 Untuk menandai ikan yang sudah diperiksa
Timbangan Digital 1 Untuk menimbang ikan
DO Meter 1 Untuk mengukur oksigen telarut
pH Meter 1 Untuk Mengukur tingkat keasaman
Termometer 1 Untuk Mengukur suhu air
Ember 2 Untuk wadah ikan
Mikroskop 1 Untuk melihat ektoparsit yang menyerang ikan
Kamera 1 Untuk dokumentasi

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini adalah ikan nila gift yang berada dikeramba
perairan danau toba yang diperiksa dilaboratorium Fakultas Perikanan Universitas
Dharmawangsa. Sampel pada penelitian ini adalah ikan nila berukuran 20-22 cm,
umur 4 - 5 bulan, yang diperiksa sebanyak 10 ekor.

3.5. Rancangan Penelitian

21
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan metode survei.
Survei lapangan pembudidaya ikan nila gift dikeramba perairan danau toba.
Pengamatan langsung di laboratorium, serta adanya gejala ikan sakit dan ikan
yang mati sebagai data pendukung.

3.6. Metode Penelitian


Penelitian ini adalah ikan nila gift ukuran 20-22 cm umur 4 - 5 bulan. Ikan
diambil secara acak 10 ekor setiap keramba.

3.7. Prosedur Penelitian


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat penelitian:
1. Tahap Persiapan
Survei lapangan untuk mendapatkan informasi awal mengenai ikan nila
gift yang berada dikeramba perairan danau toba. Persiapan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk penelitian. Uji pendahuluan untuk mengetahui ada atau
tidaknya ektoparasit pada ikan nila.
2. Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan langsung dari pembudidaya ikan nila gift
yang dalam keramba diperairan danau toba dimasukkan ke dalam kantong plastik
yang telah diberi air dan oksigen dengan jumlah sampel sebanyak 10 ekor
kemudian di bawa ke Laboratorium Perikanan Universitas Dharmawangsa untuk
pemeriksaan ektoparasit. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan
nila berukuran 20-22 cm dengan umur 4-5 bulan.. Pengambilan data pendukung
penelitian pada tahap ini antara lain kualitas air yaitu ukuran kolam ikan,
kepadatan ikan, suhu, pH, dan oksigen terlarut.
3. Tahap Pemeriksaan Sampel
Sampel diambil satu persatu dari ember, diletakkan diatas nampan
kemudian dilakukan pemeriksaan ektoparasit dengan mengambil lendir bagian
luar tubuh ikan, kulit ikan, sisik, kepala sampai ekor kemudian memotong insang
ikan.
a. Pertama dilakukan dengan cara mengerok bagian kulit ikan, sisik, kepala
sampai ekor menggunakan scalpel hingga mendapatkan lendir (cairan

22
mukus). Kemudian lendir diletakkan di atas object glass ditetesi aquades,
ditutup dengan cover glass, diamati di bawah mikroskop.
b. Pemeriksaan ektoparasit pada bagian insang dilakukan dengan cara
memotong bagian insang menggunakan gunting kemudian diletakan pada
cawan petri yang telah diberi aquades diamati di bawah mikroskop stereo.
4. Identifikasi Parasit
Pengamatan parasit menggunakan mikroskop dan identifikasi parasit
menggunakan panduan literatur, dan internet.

3.8. Metode Pengumpulan Data


Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan bagian luar pada ikan
yang sudah sampai di Medan. Uji kualitas air sebagai data pendukung meliputi
suhu, pH, kepadatan ikan.

3.9. Metode Analisis Data


Metoda analisis data yang di lakukan yaitu dengan deskriptif dan data
identifikasi ektoparasit menurut Kabata (1985) serta dihitung jumlah ektoparasit
yang terdapat pada ikan nila Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis
tingkat serangan ektoparasit yaitu menggunakan perhitungan intensitas parasit
menurut Yudhistira (2004) sebagai berikut :
Prevalensi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumla h ikan sampel yang terserang


Prevalensi = ×100%
Jumla h ikan sampel yang diperiksa

Jumla h ektoparasit A yang menginfeksi


Intensitas =
Jumla h ikan sampel yang terserang ektoparasit A

Jumla h satu jenis ektoparasit yang menginfeksi ikan sampel


Dominansi = ×100%
Jumla h total ektoparasit yang menginfeksi ikan sampel

23
IV. JADWAL DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
PENELITIAN
4.1. Rencana Kegiatan Penelitian
Bulan
No Kegiatan Utama
Januari Pebruari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Pembuatan Proposal
Konsultasi dan Bimbingan
Seminar Proposal
2 Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data lapangan
Interpretasi /pengolahan data
3 Penulisan
Konsep Penulisan
Konsultasi dan Bimbingan
Seminar Hasil/meja hijau
4 Wisuda

4.2. Rencana Anggaran Biaya Penelitian


No Kegiatan Utama Biaya satuan
@
1 Persiapan
Pembuatan Proposal 500.000,-
Konsultasi dan Bimbingan 500.000,-
Seminar Proposal 300.000,-
2 Pelaksanaan Penelitian
Pembelian bahan dan alat 1.000.000,-
Pengambilan data lapangan 500.000,-
Interpretasi /pengolahan data 500.000,-
Supervisi pembimbing 500.000,-
3 Penulisan
Konsep Penulisan 500.000,-
Konsultasi dan Bimbingan 250.000,-
Seminar Hasil/meja hijau 1.300.000,-
Perbaikan
4 Jumlah 5.650.000,-

Tebilang : Lima Juta Enam Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah

24
V. ORGANISASI PELAKSANA PENELITIAN

Peneliti
Nama : Yosefin Prianto Situmorang
NPM : 16310012
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Perikanan
Alamat : Jl. Purwosari Gg. Kenari No. 116 Medan

Pembimbing I
Nama : Bambang Hendra Siswoyo, S.Pi, M.Si
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan
Alamat : Jl. Sidomulio Lingkungan 24 Kelurahan Tanjung Mulia
Perumahan Villa Nusa Indah No. 11

Pembimbing II
Nama : Uswatul Hasan, S.Pi, M.Si
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan
Alamat : Jl. K.L. Yos Sudarso No. 224 Medan

25
VI. OUTLINE KARYA ILMIAH SEMENTARA
Halaman
ABSTRAK............................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
I. PENDAHULUAN......................................................................................
1.1. Latar Belakang .....................................................................................
1.2. Tujuan Penelitian..................................................................................
1.3. Manfaat Penelitian................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
2.1. Klasfikasi Ikan Nila..............................................................................
2.2. Morfologi..............................................................................................
2.3. Ekologi..................................................................................................
2.4. Makanan dan Kebiasaan Makan...........................................................
2.5. Penyakit Ikan Nila.................................................................................
2.6. Parasit Ikan ...........................................................................................
2.7. Jenis-Jenis Ektoparasit pada Ikan.........................................................
2.7.1. Protozoa......................................................................................
2.7.2. Trematoda (Monogenea).............................................................
2.7.3 Crustacea.....................................................................................

III. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
3.2. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................
3.4. Rancangan Penelitian ...........................................................................
3.5. Metode Penelitian.................................................................................
3.6. Prosedur Penelitian...............................................................................
3.7. Metode Pengumpulan Data ..................................................................
3.8. Metode Analisis Data............................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................
4.1. Hasil Identifikasi Ektoparasit................................................................
4.2. Tingkat Prevalensi, Intensitas dan Dominasi Ikan Nila........................
V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
4.
5.
5.1. Kesimpulan...........................................................................................
5.2. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

26
DAFTAR PUSTAKA

Anshary. 2008. Tingkat Infeksi Parasit Pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio)
Pada Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias di Makassar dan Gowa.
Jaringan Sains dan Teknologi. 8 (2) : 139-147.
Awik. 2007. Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Populasi Gyrodactylus
fernandoi Pada Benih Lele Dumbo (Clarias sp.). (Skripsi). Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Bernard, A. 2010. Asthma and swimming: weighing the benefits and the risks.
Journal de pediatria. 86: 171-82.
Bhakti. 2011. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya : Jakarta
Cholik, F. at al. 2005. Akuakulture. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman
Akuakulture Air Tawar. Jakarta.
Daelani. 2001. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. Solo : CV. Aneka
Ginting, O .2011. Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung
dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan
Danau Toba. [Tesis]. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Gufhran dkk. 2009. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka
Cipta : Jakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. On line at http://digital-
library.surabaya.go.id/desama/digital/Budidaya%20Ikan
%2012%20Gusrina.pdf.(diakses 20 Januari 2019)
Handajani H. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Malang : UMM Press.
Handayani, Samsundari S, dkk. 2004. Penyakit Ikan. Malang : UMM Press
https://alamtani.com/hama-dan-penyakit-ikan-nila/ (diakses 19 Januari 2020)
Irianto. 2005. Jenis Trichodina sp. Parasit Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Ngrajek
Jawa Tengah. On line at http://badandiklat.jatengprov.go.id/index.php.
(diakses 19 Januari 2020)
Jhingran dan Pullin. 1985. Teknik Pengankutan ikan https://www. academia.
edu/37206284/Teknik_Pemanenan_Dan_Pasca_Panen_Ikan_2_Xi_4_1_
Kabata Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropic. London :
Taylor dan Prancis.
Purbomartono C. 2010. Identify of helminth and crustacean ectoparasites on
Puntius javanicus fry at local hatchery center Sidabowa and Kutasari. Sains
Akuatik 10(2): 134-140.

27
Rahmawati H. & Hartono D. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan
Air Tawar. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 1 (2) :
Rukyani. 1991. Tingkat Infeksi Ektoparasit Proozoa Pada Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pandak dan Sidabowa,
Kabupaten Banyumas. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Saanin, H. 1986. Taksonomidan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Bina Cipta.
Bandung.
Santoso B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Hal. 11 – 13, 43 – 56. Yogyakarta :
Kanisius.
Suwignyo, S. Dan Krisanti. 1997. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wiryanta, B. T. W, dkk. 2010. Budi Daya dan Bisnis Ikan Nila. PT Agromedia.
Pustaka. Jakarta. Universitas Sumatera Utara.
Yudhie. 2010. https://google.com_Parasit_dan_penyakit_ikan.(diakses 18 Januari
2020).
Yudhistira E. 2004. Ektoparasit crustacea pada ikan kerapu merah
(Plectropomus sp.) dari kepulauan Pangkajene perairan Barat Sulawesi
Selatan. (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

28

Anda mungkin juga menyukai