Anda di halaman 1dari 4

Danau Toba memiliki sumberdaya perikanan cukup banyak dan memiliki berbagai jenis ikan yang bisa

ditangkap dan dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat di sekitarnya maupun di luar. Jenis-jenis
ikan yang hidup di Danau Toba yakni: ikan mujair (Oreochromis mossambicus), nila (O. niloticus),
nilem (Osteochillus hasselti), mas (cyprinus carpio), betutu (Oxyleotris marmorata) dan pora-pora
(Mystacoleucus padangensis).Hasil tangkapan ikan yang paling banyak terdapat di Danau Toba
adalah ikan pora-pora. Ikan ini bernilai ekonomis yang diperdagangkan dalam bentuk segar dan
olahan, harga ikan segar Rp 12.000/kg dan harga ikan olahan Rp 25.000/kg. Ikan pora-pora segar
diperdagangkan sampai ke Pekanbaru dan ikan pora-pora olahan menjadi oleh-oleh khas Danau
Toba.

Ikan pora-pora (Mystacoleucus padangensis) tergolong sebagai ikan. Omnivora dengan jenis
kelompok makanan yang dimakan terdiri dari: Bacillariophyceae,Cyanophyceae,Chlo rophyceae,
Xanthophyceae, Dianophyceae, Chrisophyceae, Euglenaphyceae, Rotifera dan dari beberapa jenis
Crustacea. makanan yang di makan ikan pora- pora, berdasarkan IP (Index of Preponderance) yang
menjadi makanan utamanya adalah Rotifera dengan persentase (41,78%).

Jenis makanan ikan pora-pora berdasarkan ukuran yang berbeda terdiri dari: ukuran terkecil 70-81,5
mm: Bacillariophyceae (76,17%). Ukuran 81,6-93,1 mm: Cyanophyceae (39,87%), ukuran 93,2-104,7
mm: Rotifera (58,38%), ukuran 104,8-116,3 mm: (95,83%), ukuran 116,4-127,9 mm: Rotifera
(46,81%), ukuran 128- 139.5 mm Rotifera (38 27%) dan. Ukuran 139,6-151,1 Xanthophyceae
(52,51%).

Ikan pora-pora adalah ikan salah satu ikan air tawar yang hidup di perairan Danau Toba. Ciri-ciri ikan
ini adalah berwarna putih keperakan, bersisik halus, ukurannya sekitar 10-12 cm, ekornya berwarna
kuning.

Morfologi ikan pora-pora yaitu: kepala tidak bersisik , ukuran mulut pada ikan sempit, mulut
dibagian kepala dengan posisi terminal (mulut berada dibawah hidung), tidak memiliki sungut,
bentuk tubuh pipih (compresed) terdapat sirip lemak (sirip tambahan) yang terletak diantara sirip
perut bagian kanan dan kiri, , terdapat sirip punggung dibagian pertengahan,permulaan dasar sirip
punggung persis sama dengan permulaan sirip perut, posisi sirip dada dibawah linea lateralis persis
dibawah sudut tutup insang, sirip perut terletak dibelakang sirip dada, sirip ekor bercagak.

Menurut Syandri 1997, bahwa secara umum bertambahnya berat tubuh akan mengakibatkan
bertambahnya berat gonad I sehingga indeks kematangan gonad juga akan semakin besar.
Bertambahnya berat tubuh ikan dipengaruhi oleh makanan yang di makanan.

Fekunditas Ikan bilih/pora-pora di Danau Toba tahun 2009 berkisar 4.568 – 15.812 butir telur dengan
rata-rata 10.897 butir dan tahun 2010 fekunditasnya berkisar 5.956 – 16.422 butir telur dengan rata-
rata 11.286 butir telur. Fekunditas ikan Pora-pora tahun 2010 rata-rata masih lebih tinggi
dibandingkan dengan fekunditas ikan bilih tahun 2009

Introduksi ikan bilih ke Danau Toba, Sumatera Utara dilakukan setelah beberapa dari ahli peneliti
perikanan mempertimbangkan hasil kajian ikan Bilih di habitat aslinya. Sejak ada upaya introduksi
ikan bilih ke Danau Toba pada tahun 2001, ternyata ikan ini dapat hidup dan berkembang biak
disana. Setelah diteliti, ternyata habitatnya cocok dan ikannya berukuran jauh lebih besar dari ikan
bilih yang ada di daerah asalnya sendiri. Ikan ini di ambil dari danau Singkarak dimana atas dasar hasil
kajian dari para ahli peneliti perikanan maka dilakukanlah penebaran ikan bilih ke Danau Toba,
Sumatra Utara. Sebagai kandidat perairan untuk introduksi ikan bilih. Pada tanggal 03 Januari 2003
sebanyak 2.840 ekor ikan bilih dengan ukuran panjang total antara 4,1 -5,7 cm dan berat antara 0,9 –
1,5 gram ditebarkan ke dalam Danau Toba.
Ikan Bilih dari Danau Singkarak diintroduksi ke dalam perairan Danau Toba melalui proses sederetan
penelitian yang cukup lama oleh Pusat Riset Perikanan Tangkap Badan Riset Kelautan dan Perikanan
Departemen Kelautan dan Perikanan. Penelitian yang dimaksud antara lain: (1) Penelitian dasar yang
mempelajari tingkah laku ikan bilih di habitat aslinya meliputi aspek makanan dan kebiasaan makan,
pertumbuhan dan reproduksi serta karakteristik habitat yang diperlukanya untuk pencarian
makanan, pemijahan dan pemeliharaan larva (asuhan); (2) Kajian tentang karakteristik habitat,
ketersediaan makanan dan struktur populasi ikan serta relung ekologi di Danau Toba, yang bertujuan
untuk membuktikan secara ilmiah bahwa ikan bilih dapat menempati habitat yang sesuai bagi
kehidupannya, makanan alaminya tersedia dan dapat mengisi relung ekologis yang kosong sehingga
tidak berkompetisi dan merugikan jenis ikan asli yang hidup di perairan Danau Toba; (3) Penelitian
dan pengembangan pembenihan ikan bilih yang bertujuan untuk memperoleh benih ikan bilih secara
berkelanjutan tanpa bergantung kepada benih alam.Walaupun kegiatan pembenihan telah dilakukan
tetapi benih atau calon induk ikan bilih yang diintroduksi ke perairan Danau Toba bukan berasal dari
hasil pembenihan melainkan langsung dari Danau Singkarak.

Dampak bagi masyarakat

Kegiatan penangkapan ikan bilih cukup membantu perekonomian masyarakat di sekitar Danau Toba.
Populasi ikan Bilih sangat berkembang di Perairan Danau Toba yang berdampak positif terhadap
peningkatan pendapatan para nelayan di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba. Prakiraan total hasil
tangkapan ikan bilih pada tahun 2008 adalah 1.755 ton, yaitu hampir tiga kli lipat lebih besar
dibandingkan hasil tangkapan pada tahun 2005 yang mencapai 653.6 ton. Ikan ini bernilai ekonomis
yang diperdagangkan dalam bentuk segar dan olahan, harga ikan segar Rp 12.000/kg dan harga ikan
olahan Rp 25.000/kg. Ikan pora-pora segar diperdagangkan sampai ke Pekanbaru dan ikan pora-pora
olahan menjadi oleh-oleh khas Danau Toba.

Dampak ekologi

Ikan pora-pora termasuk ikan omnivora, makanan utama ikan pora-pora adalah jenis plankton dari
kelas rotifera.

Berdasarkan Penelitian Budiharti, Wahyu (2014). Ikan pora-pora (Mystacoleucus padangensis)


tergolong sebagai ikan Omnivora dengan jenis kelompok makanan yang dimakan terdiri dari:
Bacillariophyceae,Cyanophyceae, Chloophyceae.Xanthophyceae, Dianophyceae. Chrisophyceae,
Euglenaphyceae, Rotifera Crustacea. Dan Dari beberapa jenis makanan yang di makan ikan pora-
pora, berdasarkan IP (Index of Preponderance) yang menjadi makanan utamanya adalah Rotifera
dengan persentase (41,78%).

Ikan pora-pora cocok dengan perairan danau Toba dan tidak membahayakan ekosistem perairan
danau Toba sehingga populasi ikan pora-pora berkembang dengan pesat, ketersediaan makanan
alami yang melimpah dan belum dimanfaatkan oleh jenis ikan lain serta ketersediaan makanan dari
sisa pakan yang lolos ke luar jaring dan kotoran ikan dari budidaya ikan dalam KJA menunjang
pertumbuhan ikan pora-pora yang pesat. Disamping itu, perkembangan populasi ikan bilih di Danau
Toba ditunjang oleh banyaknya kawasan pemijahan ikan bilh, yaitu di sungai-sungaiyang bermuara di
danau seperti Sungai Sipangolu (Kec Bakara), Sungai Sipiso-piso (Kec.Tongging), Sungai Sisodang.

Anda mungkin juga menyukai