Nim : 21/479941/PN/17341
Salah satu contoh ikan pelagis adalah ikan kembung. Ikan kembung atau Rastrelliger
sp.merupakan ikan air laut. Ikan-ikan ini juga dikenal dengan nama lokal ikan kembung jantan,
ikan mabong, dan ikan rumahan. Namun, sebagian masyarakat mengenalnya sebagai ikan
temenong, ikan banyar, dan ikan pelaling. Ikan kembung memiliki karakteristik badan lonjong
dan pipih. Ciri yang membedakannya adalah adanya satu bintik atau totol hitam dekat sirip
dada pada ikan kembung jantan (Astuti, 2007). Ikan kembung merupakan kelompok ikan
epipelagis dan neritik di daerah pantai dan laut.Penyebaran ikan dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu penyebaran secara vertikal dan horisontal. Penyebaran secara vertikal
dipengaruhi oleh suhu dan gerakan harian plankton sedangkan penyebaran secara horizontal
dipengaruhi oleh arus laut.Ikan kembung jantan di laut Jawa mempunyai dua kali musim
pemijahan yaitu pada musim barat dari bulan Oktober sampai Februari pada musim timur dari
bulan Juni sampai September (Burhanuddin 1984 dalam Astuti, 2007). Berikut adalah
klasifikasi ikan kembung menurut Saanin (1984) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percommorphy
Family : Scomberidae
Genus : Rastrelliger
Berdasarkan data oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2012 hasil
tangkap ikan kembung di Jawa Tengah merupakan salah satu komoditi tangkapan terbesar yaitu
sebesar 11.704 ton. Ikan kembung dikenal sebagai mackarel fish yang termasuk ikan ekonomis
penting dan potensi tangkapannya naik tiap tahunnya. Ikan ini memiliki rasa cukup enak dan
gurih sehingga banyak digemari oleh masyarakat (Thariq dkk., 2014). Sampai saat ini, ikan
kembung biasa dikonsumsi sebagai lauk yang dimasak secara utuh seperti dipeda, digoreng,
dibakar, kuah pindang dan sebagainya.
Penelitian yang telah dilakukan mengenai produk olahan ikan kembung meliputi ikan
asin (Miefthawati dkk., 2013), peda ikan kembung (Thariq dkk., 2014 dan Khasanah, 2009),
surimi (Santoso dkk., 2011), tepung ikan kembung (Haryati dkk., 2006), cookies dengan
subtitusi tepung ikan kembung (Rajagukguk, 2011) dan dibuat sebagai salah satu lauk untuk
anak penderita autisme (Sari dkk., 2013).
Salah satu contoh dari krustasea adalah kepiting bakau dengan nama latin (Scylla
olivacea Herbst). Nama kepiting bakau di wilayah Indo Pasifik pun sangat beragam. Di Jawa,
masyarakat mengenalnya dengan nama umum kepiting, sedangkan di wilayah Sumatera,
Singapura dan Malaysia dikenal sebagai 'Ketam Batu', 'Kepiting Cina', atau 'Kepiting Hijau'.
Menurut Mossa dkk (1985), genus Scylla memiliki ciri-ciri sebagai berikut : panjang pasangan
kaki jalan lebih pendek daripada capit, pasangan kaki terakhir berbentuk dayung, karapas
berbentuk lebar, dilengkapi dengan 3–9 buah gigi anterolateral, ruas dasar dari antena biasanya
lebar, sudut anteroexternal seringkali berlobi, flagel kadang-kadang berada pada orbital mata.
Spesies ini memiliki warna yang relatif sama dengan warna lumpur, yaitu cokelat
kehitam-hitaman pada karapasnya dan putih kekuning-kuningan pada abdomennya. Pada
propodus bagian atas terdapat sepasang duri yang runcing dan satu buah duri pada propodus
bagian bawah. Selain itu, habitat kepiting bakau jenis ini sebagian besar di hutan-hutan bakau
di perairan Indonesia.
Kepiting bakau menjalana hidupnya dengan beruaya dari pantai ke perairan laut untuk
memijah,kemudian induk dan anak-anaknya akan berusaha Kembali ke perairan pantai,muara
sungai atau perairan berhutan bakau untuk berlindung,mencari makan,dan membesarkan diri.
Kepiting bakau melangsungkan perkawinan di perairan hutan mangrove dan secara berangsur-
angsur sesuai dengan perkembangan telurnya. Pada kepiting betina akan beruaya ke laut untuk
melakukan pemijahan,sedangkan kepiting jantan akan tetap di perairan mangrove,tambak,atau
paling jauh di sekitar perairan berlumpur yang makanannya berlimpah.
Pada cangkang kepiting ditemukan zat yang mampu berfungsi sebagai kitin
terdeasetilasi yaitu kitin dan kitosan. Kitin dan kitosan adalah biopolimer yang secara
komersial potensial dalam berbagai bidang industri. Zat ini tidak beracun dan dapat terurai di
alam. Biopolimer tersebut bila diolah akan memberikan produk dengan nilai ekonomi yang
tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, contohnya menurut Henny (2004)
kitin dapat digunakan di bidang kesehatan yang merupakan bahan dasar pembuatan benang
operasi. Benang operasi ini mempunyai keunggulan dapat diuaraikan dan diserap dalam
jaringan tubuh, tidak toksik, dapat disterilisasi dan dapat disimpan lama. Berdasarkan data
tersebut di atas, maka salah satu aplikasi dari cangkang kepiting yang mengandung kitin dan
kitosan adalah bioremediasi limbah logam berat.
Laut Arafura (WPP 718) merupakan salah satu perairan tersubur di dunia, sehingga
sumberdaya perikanan di perairan ini tergolong melimpah, terutama udang dan ikan demersal.
Usaha penangkapan udang di perairan ini sudah dilakukan sejak lama, dimulai oleh perusahaan
patungan (joint venture) antara Indonesia dengan Jepang pada tahun 1970-an yang
berpangkalan di Sorong dan Ambon. Dalam perkembangannya, basis penangkapan udang di
Laut Arafura berkembang ke daerah Merauke, Tual, Benjina,Kaimana, Ambon dan Kendari
(buku Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan WPPNRI 718, 2016). Sumberdaya ikan
yang terdapat di WPP-NRI 718 terdiri dari 5 kelompok utama yaitu ikan pelagis besar, ikan
pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang dan udang.
3. Ikan Demersal
Jenis ikan demersal yang ditemukan antara lain ikan manyung (Arius spp), ikan sebelah
(Psettodes erumei), lalosi biru (Caesio caerulaurea), bawal putih (Pampus argentus), kakap
putih (Lates carcarifer), lencam (Lethrinus spp), kuniran (Upeneus sulphureus), kakap merah
(Lutjanus spp) dan layur (Trichiurus spp).
4. Ikan Karang
Jenis ikan karang yang tertangkap antara lain ikan ekor kuning (Caesio cuning), ikan
napoleon (Cheilinus undulatus), kerapu dan baronang (siganus spp)
Miefthawati, N., Gusrina, L dan Axena, F. 2013. Penetapan Kadar Kalsium pada Ikan Kembung
Segar dan Ikan Kembung Asin Secara Kompleksometri. Jurnal Analisis Kesehatan
Klinika Sains 1(1).
Rajagukguk, Merlin. 2011. Pengaruh Kombinasi Tepung Tempe Kedelai (Glycine Max) Dan
Tepung Ikan Kembung (Rastrelliger Kanagurta L.) Jantan Terhadap Kualitas Cookies.
Thesis S1 Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Santoso, J., Ling, F., dan Handayani, R. (2011). Pengaruh Pengkomposisian dan Penyimpanan
Dingin Terhadap Perubahan Karakteristik Surimi Ikan Pari (Trygon sp.) dan Ikan
Kembung (Rastrelliger sp.). Jurnal Akuatika 2(2).
Siringoringo, Y. N., Desrita., & Yunasfi. (2017). Kelimpahan dan pola pertumbuhan kepiting
bakau (Scylla serrata) di hutan mangrove. Acta Aquatica 4(1): 26–32.
Thariq, A., Swastawati, F., dan Surti, T. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Pada
Peda Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus) Terhadap Kandungan Asam Glutamat
Pemberi Rasa Gurih (Umami). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
3(3): 104-111.