Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Indonesia menetapkan tahun 1996 sebagai tahun dirgantara dan bahari dan pada bulanSeptember 1998 dikeluarkanlah Deklarasi Bunaken di Manado yang intinya adalah pengukuhan bidang kelautan sebagai suatu tumpuan perkembangan ekonomi dan lahan kehidupan dalam arti luas. Perhatian pemerintah tersebut diaktualisasikan dengan dibentuknya Departemen Ekspolarasi Kelautan dan Perikanan. Dengan adanya departemen tersebut,diharapkan potensi kelautan Indonesia yang sangat besar, baik sumber daya hayati maupun jasa kelautan dapat dimanfaatkan secara optimal. Kebijakan pemerintah ini adalah suatu hal yang wajar, mengingat potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni 17.058 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas 5,8 juta laut atau sebesar 70% dari total Indonesia, sedangkan potensi lestari

sumberdaya perikanan adalah sebesar 6.167.940 ton per tahun. Sumberdaya perikanan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis ikan, krustacea, moluska, makroalga dan mikroalga yang hidup di perairan darat maupun laut. Sumberdaya yang memiliki struktur tubuh ikan dikenal dengan istilah finfish, sedangkan sumberdaya yang memiliki tubuh bercangkang seperti moluska dan krustacea disebut shellfish (Wiranto, 1993). Pemanfaatan beberapa jenis sumberdaya hayati lautan, seperti halnya ikan, udang, kerang-kerangan, dan rumput laut telah lama dilakukan oleh masyarakat, baik sebagai sumber protein, namun selama ini usaha yang dilakukan kebanyakan hanya sebatas penangkapan ataupun pengumpulan dari alam. Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan akan sumber-sunber itu, maka usaha penangkapan pengumpul iakn semakin intensif dilakukan oleh manusia (Said, 1997). Berdasrkan tempat hidupnya dilaut yang dibagi secara vertical, maka sumberdaya perikanan laut dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu sumberdaya perikanan demersial yang hidup didasar atau mendekati permukaan dasar perairan laut. Seperti ikan sebelah (Psettodes erumei) dan ikan layur (Thrichirus savanna). Sumberdaya

perikanan palagis yang hidup di perairan lepas dasar atau lapisan perairan antara dasar dan permukaan. Contohnya ikan terbang (Exocoentus volitans) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Sumberdaya perikanan karang yang umunya dihuni oleh ikanikan dengan warna dan bentuk yang menarik. Sumberdaya perikanan udang yang pada umumnya diperoleh disekitar pantai baik di tambak maupun di hutan bakau. Contohnya adalah udang windu (Panaecus monodon) dan udang putih (Paneus merguensis) (Karsono, 1996). Sumberdaya perikanan laut Indonesia dihasilkan dari wilayah perairan laut yang meliputi daerah pantai dan laut lepas. Pada umumnya, ikan yang dihasilkan dari sumberdaya perikanan laut mempunyai daging merah dan daging putih yang keduanya dibedakan karena kadar lemak dan pigmennya. Ikan merupakan sumber protein hewani yang relative lebih aman bagi kesehatan dan harganya juga cukup ekonomis (Karsono, 1996). B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum dari Sumberdaya Perikanan Laut ini adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh ikan dan berat masing-masing bagian tubuh ikan tersebut. 2. Mahasiswa mengetahui baerat daging yang dapat dimakan (edible fish) beberapa jenis ikan laut. 3. Mahasiswa mampu membedakan daging merah dan daging putih serta mengetahui besar bagian kedua jenis daging ikan tersebut. 4. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging serta zat yang terkandung didalam ikan tersebut.

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Ikan Salem (Elagastis bipinnulatus)

Sistematika ikan salem (Elagastis bipinnulatus) menurut Bahar (2006) adalah sebagai berikut : kingdom filum kelas ordo famili genus spesies :Animalia : Chordata : Pisces : Pecoidae : Caransida : Elagastis : Elagastis bipinmulatus Ikan salem tergolong ikan palagis. Ikan ini mempunyai bentuk badan memanjang, memiliki dua sirip punggung, sirip punggung pertama terdapat 10 jari-jari, sedangkan pada sirip yang kedua memiliki 12 jari-jari. Badan ikan salem tidak mempunyai sisik. Daging ikan salem mempunyai cita rasa yang khas, sehingga banyak digemari oleh masyarakat. Ikan ini dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar maupun bentuk olahan, seperti dibuat menjadi ikan peda.Ikan salem termasuk ikan predator. Daerah penyebarannya di seluruh daerah pantai dan lepas pantai. Hidup secara bergerombol, memakan ikan-ikan kecil dan moluska kecil (Bahar,2006). B. Ikan Tongkol (Auxis thazard) Sistematika ikan tongkol (Auxis thazard) menurut Liza,(2007) adalah sebagai berikut : kingdom filum kelas ordo sub ordo famili genus : Animalia : Chordata : Pisces : Percobriformes : Scombroidae : Scombroidae : Auxis

spesies

: Auxis thazard. Ikan tongkol merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akan

tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan Indonesia.terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim tangkap, daerah penangkapan ikan, disamping kendala teknologi tangkapnya itu sendiri, tingkat pemanfaat sumberdaya ikan menjadi sangat rendah.Ikan tongkol (Auxis thazard) tergolong ikan pelagis. Ikan ini mempunyai bentuk badan memanjang kaku,bulat, terdapat dua sirip punggung. Sirip pertama terdiri atas 10 jari-jari dan sirip yang kedua 11 jari-jari pada sirip anal terdapat 14 jari-jari. Badan ikan tongkol tidak terdapat sisik kecuali pada bagian korselet yang tumbuh sempurna dan mengecil pada bagian belakang. Ikan tongkol termasuk ikan buas dan predator, hidup didaerah pantai dan lepas pantai dan bergerombol.Ikan tongkol memakan ikan kecil-kecil dan cumi-cumi. Ikan ini dapat mencapai ukuran panjang 50 cm, namun pada umumnya panjangnya hanya berkissr antara 25-40cm, namun pada umumnya hanya berkisar antara 25-40 cm. daerah penyebaranny diseluruh wilayah pantai dan lepas pantai perairan Indonesia (Liza, 2007). C.Ikan selar kuning (Caranx leptolepis) Sistematika ikan selar kuning (Caranx leptolepis) menurut Bahar (2006) adalah sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Ordo Family Genus Spesies : Chordata : Avertebrata : Pisces : Percomorphy : Carangidae : Caranx : Caranx leptolepis Ikan ini mempunyai bentuk yang memanjang, memiliki mata yang besar. Terdapat dua duri dimuka sirip dubur. Sirip dada berbentuk runcingke ujungnya seperti

bulan sabit. Memiliki warna kehijau-hijauan di punggung dan putih keperak-perakan di bagian bawah. Ikan ini hidup di perairan pasifik. Ikan ini memiliki kemampuan renang yang cepat. Ikan ini dipasarkan dalam bentuk segar, yang memiliki harga ekonomis yang bagus (Bahar 2006). D.Ikan Sarden (Sardinella lemuru) Sistematika iak saredn (Sardinella lemuru) menurut Walbaum (1972) adalah sebagai berikut : Klasifikasi Phylum Class Sub class Ordo Sub Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Chordata : Pisces : Teleostei : Percomorfes : Malotopterygii : Clupeidae : Sardinella : Sardinella lemuru Ikan sarden (Sardinella lemuru) memiliki bentuk badan yang memanjang, perut agak bulat dengan sisik berduri. Awal sirip punggung sedikit ke muka dari pertengahan badan, lebih dekat kea rah moncong daripada ke drip ekor. Ikan sarden disebut juga ikan lemuru dikenal dengan produk kaleng. Ikan ini memiliki daging mirip ikan kembung. Sarden merupakan ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari family clupadae. ikan ini mampu bertahan hingga kedalam lebih dari 1000 meter. Ikan ini cocok digunakan sebagai makanan dihidangkan dengan saus cabe atau saus tomat. Sarden adalah ikan yang memiliki nilai komersial (Walbaum, 1972). E. Kembung Betina (Restrelliger neglectus)

Sistematika ikan kembung betina (Restrelliger neglectus ) menurut Liza (2007)adalah sebagai berikut : kingdom phylum class sub class family genus species :Anamalia : Chordata : Pisces :Teleostei : Scombidae : Restrelliger : Restrelliger neglectus Ikan kembung merupakan salah satu komponen perikanan pelagik yang terdapat di Ujung Pandang. Ikan kembung terdiri dari tiga jenis yakni ikan kembung betina (Restrelliger neglectus), ikan kembung jantan (Restrelliger kanagurta), serta (Restrelliger branchysoma). Di antara ketiga jenis ikan kembung tersebut hanya ikan kembung betina (Restrelliger neglectus), ikan kembung jantan (Restrelliger kanagurta) yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kembung betina (Restrelliger neglectus), ikan kembung jantan (Restrelliger kanagurta) banyak ditemukan di Pulau Konigarong, Selat Makassar, tetapi terdapat juga di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Selat Selatan serta di Laut Arafuru. Ikan kembung yang terdapat di Thailand adalah ikan kembung betina (Restrelliger neglectust), ikan kembung jantan (Restrelliger kanagurta) tetapi yang paling dominan adalah ikan kembung betina (Liza, 2007) Ikan kembung betina ini merupakan jenis ikan pelagis dan memiliki warna biru kehijauan pada bagian atas dan putih perak pada bagian bawahnya. Ikan kembung betina ini dijual di pasaran pada harga yang sedang. Biasanya ikan kembung betina ini dijual dalam berbagai jenis yaitu dipasarkan dalam bentuk segar, bentuk setengah asin, bentuk asin dan yang telah menjadi laukpun merupakan ikan kembung betina yang gurih dan dagingnya terasa empuk (Liza 2007). F.Ikan Pisang-pisang ( Caesio chrysozona )

Sistematika ikan pisang-pisang (Caesio chrysozona) menurut Bahar (2006) adalah: kingdom phylum class sub class Ordo sub ordo familli genus spesies : Animalia : Chordata : Pisces : Teleostei : Percomorphi : Percoidae : Lutjanidae : Caeasio : Caesio chrysozona Tergolong ikan pelagis, karang. Penangkapan dengan muroami, soma malalugis, jaring klotok, kandang-kandang masuk bubu. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering. Harga sedang, badan memanjang, lansing, gepeng. Sisik-sisik kecil, etenoid. Dahi dan penutup insang bersisik. Mulut kecil, dapat disembulkan. Sirip punggung berjari-jari kelas 10, dan 14-15 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 3, dan tapisan insang 25. sisik-sisik pada garis rusuk 67-77. Sisik-sisik di atas dan bawah gurat sisi tersusun horizontal. Pangkalan sirip punggung dan dubur hampir setengahnya tertutup sisik. Termasuk ikan buas, makananya inverteberata yang hidup bergelombol didaerah pantai, karang. Dapat mencapai panjang 20 cm, umunya 15 cm (Bahar 2006) G.Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersoni) Sistematika ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) menurut Syarif Budiman (2004) adalah sebagai berikut : kingdom filum class : Animalia : Chordata : Pisces

sub phylum : Avertebrata

sub class ordo famili genus spesies

: Scombriformes : Scombridea : Scombridae : Scomberomorusd : Scomberomorus commersoni

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein. Tenggiri laki, tenggiri fajar, atau wahoo (Acanthocybium solandri) adalah ikan dari suku Scombridae yang ditemukan di lautan tropis dan subtropis. Karena kecepatan dan kualitas dagingnya yang tinggi membuat ikan ini dijadikan hadiah permainan memancing. Di Hawaii, ikan ini dikenal sebagai ono, sedangkan di Karibia dan Amerika Tengah ikan ini dipanggil peto (Syarif Budiman, 2004). Tubuhnya tertutupi oleh sisik kecil dan tipis, punggungnya berwarna hijaukebiruan, sisik berwarna perak, dengan pola garis-garis berwarna biru gelap, warnanya akan semakin pudar ketika mati. Ikan ini bermulut besar, dan taring di bagian bawah dan atas mulutnya terlihat lebih tajam daripada taring ikan mackerel Spanyol. Tengiri laki adalah ikan yang menghuni perairan tropika dan subtropika Indo-Pasifik. Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisik pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknya berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besarnya dengan sirip punggung yang belakang, dan di sebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirip punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulutnya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan,

pinggiran tubuh dan perut berwarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm (Syarif Budiman, 2004).

H. Ikan Bandeng (Chanos chanos) Sistematika ikan bandeng (Chanos chanos) menurut Bahar(2006) adalah sebagai berikut : kingdom phylum Class ordo family genus species : Animalia : Chordata : Actinopterygii :Gonorynchifores : Chinidae : Chanos : Chanos chanos Ikan bandeng merupakan satu-satunya species yang ada dalam familia Chanidae (kurang lebih sebanyak tujuh species telah puna dalam genus tambahan dilaporkan pernah ada). Bandeng merupakan sebuah ikan yang merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan bandeng dijual di pasaran dalam bentuk segar, dalam bentuk asin, setengah asin dan lain-lain. Ikan bandeng ini juga merupakan ikan yang memiliki harga jual yang sedang dan mudah ditemukan di pasaran. Penyebaran ikan bandeng ini tersebar di seluruh daerah pantai, seluruh bagian dari perairan Pasifik, serta lepas pantai perairan Indonesia Ikan bandeng cenderung bergerombol, hal ini bertujuan untuk agar mereka terhindar dari serangan musuh yang ingin memangsa mereka dan ikan-ikan bandeng yang bergerombol ini dapat saling melindungi satu sama lain pada saat terjadinya serangan. Ikan Bandeng hidup di Samudera Hindia dan kemudian dapat menyeberangi Samudera Pasifik, mereka cenderung bnergerombol di pesisir pantai di pulau-pulau dengan koral. Panjang ukurannya dapat mencapau 90 cm tetapi umumnya panjang tubuhnya mencapai 30-50cm. Benih-benih ikan bandeng yang hidup di laut antara dua sampai tiga minggu, lalu berpindah kerawa-rawa, bakau daerah muara dan

kadang di danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut setelah berkembang biak dan sudah dewasa (Bahar, 2006).

I. Ikan Ekor Kuning (Lutjanus chrysurus) Sistematika ikan ekor kuning (Lutjanus chrysurus) menurut Liza(2007)adalah sebagai berikut : kingdom phylum sub phylum class sub Class ordo genus species : Animalia : Chordata : Vertebrata : Teleostei : Actinopterygii : Perciformes : Lutjanus : Lutjanus chrysurus Tubuh yang berukuran besar, berbentuk fusiform (torpedo), sedikit kompres dari sisi ke sisi. Jari-jari insang 26-34 pada lengkuangan pertama. Memiliki dua sirip dorsal/punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah oleh celah yang kecil dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) 8-10 finlet dibelakang sirip punggung dan sirip anal 7-10 finlets. Memiliki sisip pelvik yang kecil. Pada spesimen yang berukuran besar memiliki sirip dorsal kedua dan sirip anal yang sangat panjang, mencapai lebih dari 20% panjang cagak sirip pektoralnya cukup panjang, biasanya lebih dari panjang sirip dorsal kedua biasanya 22-31% dari panjang fork. Sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Sirip ekornya berbentuk sangat ramping dan terdiri dari 3 keel. Tubuhnya tertutup oleh sisik yang sangat kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya. Sisik berukuran besar kadang berkembang namun jarang nampak. Tanda sisik yang berukuran besar membentuk semacam lingkaran di sekeliling tubuh pada bagian belakang kepala, dan kemudian berkurang di bagian belakang sirip dorsal kedua. Ikan ekor kuning

berwarna biru tua gelap pada sisi belakang dan di atas tubuhnya dengan perut kuning atau silver (Liza 2007).

J. Ikan kembung jantan (Restrelliger kanagurta) Sistematika ikan kembung jantan (Restrelliger kanagurta) Syarif Budiman (2004) adalah sebagai berikut kingdom phylum class ordo famili genus spesies : Animalia : Chordata : Pisces : Perchomorphi : Scombridae : Restrelliger : Restrelliger kanagurta Ikan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta) merupakan salah satu jenis ikan Indonesia yang dipakai sebagai bahan pangan semata. Mengingat produksi perikanan yang sangat besar, maka penelitian untuk pemanfaatannya perlu dilakukan. Ikan kembung yang tertangkap di perairan Indonesia rata-rata terdiri atas dua spesies, yaitu kembung betina (Rastrelliger negletus) dan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta). Kedua ikan kembung tersebut mempunyai sifat dan ciri-ciri yang berbeda. Kedua ikan kembung tersebut termasuk dalam famili Scombridae, yaitu jenis ikan yang suka hidup bergerombol. Ikan kembung merupakan ikan pelagis yang memakan plankton halus. Badan tidak begitu langsing, tetapi pendek dan gepeng. Tubuh bagian atas berwarna kehijauan dan putih perak pada bagian bawah, terdapat totol-totol hitam pada bagian punggung, sirip punggung pertama kuning keabuan dengan pinggiran gelap. Perut dan sirip dada berwarna kuning maya gelap dan sirip lainnya berwarna kekuningan. Ikan kembung ini memiliki finlet berjumlah 5-7, ukuran tubuhnya mencapai 15-30 cm. Ikan kembung biasanya hidup lebih mendekati pantai dan membentuk gerombolan besar. Daerah penyebarannya di perairan pantai Indonesia dengan konsentrasi terbesar di

Kalimantan, Sumatera Barat, Laut Jawa dan Selat Malaka.Ikan kembung cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam. Gerakan vertikal ini dipengaruhi oleh gerakan harian plankton dan mengikuti perubahan suhu, faktor hidrografis dan salinitas. Ikan kembung jantan (Rasterliger kanagurta) termasuk ke dalam kelas condrichthyes yang memiliki rahang, tubuh bilateral simetris, mulutnya terminal, dan memiliki tutup insang, Ikan kembung jantan (Rasterliger kanagurta) juga memiliki liniea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki lubang hidung dua buah (dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sungut. Ikan kembung jantan (Rasterliger kanagurta) juga memiliki sirip punggung, sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor bercagak (Syarif Budiman, 2004)

K. Ikan Mata sebelah Kanan (Psettodes erumeri) Sistematika Ikan sebelah (Psettodes erumeri) menurut Bahar (2006) sebagai berikut : kingdom filum class ordo famili genus spesies : Anamalia : Chordata : Pisces : Heterosomata : Psettodidae : Psettodes : Psettodes erumeri. Ikan sebelah ( pleuronectidea ) adalah ikan yang memiliki bentuk piph, ikan jenis ini hidup di dasar air, baik air tawar atau air asin. Ikan sebelah banyak menghabiskan waktu di dasar laut sambil menunggu mangsanya. Begitu mangsa lewat, ia akan segera menangkap menelannya. Hebatnya , ikan ini biasa menyamakan warna tubuhnya dengan di keadaan sekelilingnya. Dengan itu penyamaran menjadi lebih sempurna. Ikan yang termasuk jenis ini di antaranya adalah ikan flounder, limanda dan halibin (Bahar, 2006). adalah

Salah satu jenis ikan sebelah yang memiliki tubuh besar adalah halibut. Panjang ikan ini bisa mencapai 2,7 meter dengan berat 270 kilogram.Tubuhnya agak memanjang, rahangnya simetris dan sisiknya licin. Halibut hidup dengan memansa hewan laut seperti cimi-cumi, udang dan kepiting. Jika dibandingkan dengan ikan sebelah yang lain. Halibut tergolung memiliki ukuran raksasa (Bahar, 2006).

L. Ikan Bilis (Engraulidae) Sistematika Ikan Bilis (Engraulidae) menurut Liza (2007) adalah sebagai berikut : Kingdom filum kelas ordo famili : Animalia : Choordata : Actinopterygii : Clupeiformes : Engraulidae Genera Ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota keluarga Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau kebiruan. Walaupun anggota Engraulidaei ada yang memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan teri biasanya diberikan bagi ikan dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah plankton. Di kawasan sekitar Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Di Vietnam, saus ikan, simbol tidak resmi negara itu dibuat dengan bahan utama ikan teri (Liza 2007)

M. Ikan Kuwe (Gnathanodon speciosus) Sistematika ikan kuwe (Gnathanodon speciosus) menurut Liza (2007) adalah sebagai berikut: kingdom : Animalia

filum class famili genus spesies

: Chordata : Pisces : Carangidae : Gnathanodon : Gnathanodon speciosus Indian Threadfish ( Alectis indicus ) Istilah Indonesia: Kuwe Rambe, Lowang,

Jebus Ciri-ciri Kuwe Rambe, berwarna perak Dll.Ikan Kuwe (Caranx Sexfasciatus) atau yang lebih dikenal dengan nama blue fin treavllyu, termasuk ikan dasar dari golongan predator. Sejatinya si Kuwe adalah ikan perairan berkarang dangkal dan berbatasan dengan laut terbuka.Ikan kuwe memiliki lingkup pergaulan yang unik. Seperti halnya manusia, ikan kuwe pun gemar bercengkerama dengan teman sebayanya. Habitat ikan kuwe kecil lebih senang berada di dekat karang. Adapun ikan kuwe besar kebanyakan menyebar lebih jauh dan sering pula muncul ke permukaan (Liza, 2007 ) Ikan kuwe termasuk ikan segala musim. Artinya, bisa dipancing sepanjang tahun. Meski begitu, kan tersebu terbanyak pada awal musim hujan seperti November-Maret. Ada beberapa tempat yang konon banyak ikan kuwenya, seperti Karang Kryoya, Karang Kaimun, Karang berak, dan Karang Susuh yang berada di Teluk Jakarta. Bisa juga di Tanjungan timur Pulau Sang Hyang di Anyer Jawa Barat. Jika di Muara binuangeun di Pulau tinjil dan Pulau Deli. Kalau ke Ujung Kulon Jawa Barat di Daerah Batu Asin dan Tanjung Waton. Jika di Pelabuhan Ratu di Karang Handap, Karang Bolong, atau Slodong Barat (Liza, 2007).

N. Ikan kakap merah (Lutjanus campechanus) Sistematika ikan kakap merah (Lutjanus campechanus) menurut Lestari (2003). adalah sebagai berikut : kingdom phylum class : Animalia : Chordata : Actinopterygii

ordo family genus species

: Perciformes : Lutjanidae : Lutjanus : L. campechanus Adapun cirri-ciri ikan kakap merah ini adalah ; Badan memanjang melebar,

gepeng kepala cembung, bagian bawah penutup insang bergerigi. Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian terluar rahang atas, sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9, termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invertebrata dasar laut. Dapat tumbuh mencapai panjang 45-50 Cm. Warna bagian atas kemerahan/merah ke-kuningan, di bagian bawah merah ke-putihan. Garis-garis kuning kecil diselingi warna merah pada bagian punggung di atas garis rusuk. Ikan ini menghuni perairan tropis maupun subtropis, walau tiga dari genus Lutjanus diketahui ada yang hidup di air tawar. Bahkan juvenil beberapa spesies dari genus ini lainnya seringkali dijumpai pada hutan-hutan bakau yang ada perairan payau. Tidak jarang pula juvenil-juvenil dari spesies yang bersangkutan ditemukan pada batang-batang sungai yang bermuara pada hutan bakau tersebut.Biasanya jika di sekitar dasar perairan berupa lumpur (tampak campuran warna merah, kuning , hijau dan biru) terdapat struktur karang (warna dominan merah), biasanya merupakan lokasi mancing potensial. Jika anda menemukan ciri-ciri lokasi terdapat struktur karang, di sekitar lumpur yang bentuknya menyerupai kerucut terbalik, atau oleh mania mancing disebut dengan nama tandes buntut, maka biasanya yang menghuni adalah ikan kakap merah berukuran besar dengan bobot 5 kg-8 kg, namun jumlahnya kurang dari 10 ekor (Lestari, 2003).

III.METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Bahan Baku Hasil Perikanan ikan air laut dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pada hari selasa tanggal 28 Februari 2012 dan 6 Maret 2012 pukul 08.00-09.40. tempat yang digunakan pada praktikum sumberdaya perikanan air laut dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan (THI). B. Alat dan Bahan Dalam praktikum ini digunakan alat untuk memudahkan proses praktikum diantaranya yaitu pisau, alas poting, baskom, timbangan, neraca analitik dan plastik. Sedangkan bahan utama yang digunakan untuk praktikum ikan laut kali ini adalah ikan salem, ikan tongkol, ikan sarden, ikan selar kuning, ikan kembung perempuan, ikan kakap merah. C. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum bahan baku hasil perikanan yaitu sebagai berikut : 1. Ikan dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh ikan. 2. Ikan disisiki dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik. Kemudian secara bertahap dilakukan pembuangan isi perut dan insang (drawn, gutted, eviscerated) dan dilakukan penimbangan. 3. Ikan dibuang kepala dan sirip-siripnya (dressed) dan dilakukan penimbangan. 4. Daging ikan dipisahkan dari tulang dan duri (skin of fillet) lalu ditimbang. 5. Daging fillet dipisahkan antara daging merah dan daging putih kemudian masingmasing bagian ditimbang. 6. Perhitungan edible flesh dilakukan dengan membandingkan antara berat daging dengan berat utuh dikalikan 100.

B. Pembahasan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diketahui berbagai jenis ikan yang selama ini telah dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia terutama di Sumatera Selatan. Dan sesuai dengan tujuan dari praktikum ini dapat diketahui bagian-bagian dari tubuh ikan, dapat juga diketahui ukuran dan berat utuh ikan, mencari edible flesh, dapat membedakan antara daging merah dan daging putih secara jelas. Ikan hidup dagingnya masih steril sedangkan pada ikan yang sudah mati terjadi secara biokimia, mikrobiologis dan fisik. Oleh karena itu praktikum harus dapat memilih ikan dengan mutu yang baik. Ikan yang memiliki mutu yang baik yaitu, tubuh berwarna cerah, mata cembung, tidak merah, tidak terdapat luka, perut utuh, bau segar, tidak banyak lender, dan sisik utuh. Praktikum bahan baku hasil perikanan tentang sumberdaya perikanan perairan laut praktikum ini dilakukan selama dua minggu yang terdiri dari 2 jenis ikan laut setiap kelompok. Sebagai kelompok tujuh melakuan praktikum sumberdaya perikanan perairan laut dengan ikan kakap merah . Untuk mengetahui edible flesh dari ikan yang dilakukan berbagai tahap. Pertama sekali kita harus mencuci bersih ikan dan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat utuh ikan tersebut. Dari hasil pengamatan diketahui berat utuh ikan kakap merah yaitu 279,53 gram. Ikan yang diketahui berat utuhnya kemudian disisik, dibuang isi perut dan insang (drawn,gutted,eviscerated), setalah itu dilakukan penimbangan dan diperoleh berat 251,07 gram atau 89,81 %. Dalam praktikum ini untuk mendapatkan edible flesh, juga dilakukan pembuangan pada kepala dan sirip-siripnya (dressed) sehinga diperoleh berat 191,51 gram atau 68,51 %. Dengan membuang kepala dan sirp-siripnya, belum mendapatkan edible flesh. Tahap selanjutnya pemisahan tulang dan duri ikan (skin on fillet) dan juga pemisahan daging dengan kulit ikan (skinless fillet). Dari beberpa tahap tersebut diperoleh berat edible flesh sebanyak 72,71 gram dan juga dilakukan pemisahan dengan daging merah dan daging putih dari ikan kakap merah. Hasil pemisahan diperoleh daging putih sebanyak 67,53 gram sedangkan untuk daging merah ikan kakap merah ini tidak ada dan penuhi oleh daging putih saja.

Sehingga diperoleh persentase ikan kakap merah yang dapat dimakan itu sebesar 26,01 %. Pada praktikum selanjutnya kelompok tujuh melakukan praktikum yang kedua dengan ikan yang berbeda pada hari pertama yaitu ikan kakap merah dan pada hari kedua ini praktikan mendapatkan ikan ekor kuning yang mana didapatkan berat utuh ikan ekor kuning 258,75 gr,dan didalam daging ikan tersebut terdapat daging merah dan daging putih yang mana masing-masing Mempunyai berat utuh yang berbeda,daging merah ekor kuning mendapatkan 29,27 gr sedangkan daging putih yang terdapat pada ikan ekor kuning sebesar 94,43 gr. Jadi jelas bahwa ikan ekor kuning ini lebih banyak daging putih dari pada daging merah.Setelah itu untuk mendapatkan nilai yang memuaskan praktikan memakai alat timbangan yang lebih tepat sering disebut dengan nama timbangan neraca analitik.Lalu untuk mengetahui berat sisik ikan ekor kuning itu kita timbang menggunakan timbangan neraca atalitik tadi dan mendapatkan hasil 3,46, setelah menimbang sisik ikan tersebut selanjut nya membuang isi perut ikan ekor kuning lalu ditimbang lagi mendapatkan berat 5,35 gr. Tahap selanjutnya yaitu pembuangan insang mendapatkan berat 5,05 gr. Daging dipisahkan dari tulang dan duri yang ada pada tubuh ikan tersebut lalu ditimbang lagi mendapatkan berat 35,84 gr. Kemudian daging difillet untuk memisahkan daging putih dan daging merah yang ada didalam tubuh ikan tersebut, selanjutnya kita melakukan perhitungan edible flesh dilakukan dengan membandingkan antara berat daging dengan berat utuh dikalikan 100%. Lalu setelah mengetahui semua berat yang ada pada ikan dihiting menggunakan rumus yang telah diberikan oleh asisten. Praktikum ini dilakukan 2 kali dengan ikan yang berbeda-beda agar kita lebih mengetahui manfaat daging yang bisa kita manfaatkan atau kita olah dan agar kita mengetahui bagian mana yang tidak bisa untuk kita olah. Ikian yang dihasilkan dari laut umumnya memiliki daging merah dan daging putih yang keduanya dibedakan karena kadar lemak dan pigmennya. Sumber daya perikanan laut banyak digolongkan kedalam perikanan pelagis.

3.

Persentase bagian yang dapat dimakan (edible flesh) Adapun persentase dari bagian yang dapat dimakan dapat dilihat pada table 3, yaitu sebagai berikut : Tabel 3. Persentase Bagian yang dapat dimakan (edible flesh)

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Nama Ikan ikan salem (Elagastis bipinulatus) ikan tongkol (Auxis thazard) ikan selar kuning (Caranax leptolepis) ikan sardin (Sardinella lemuru) ikan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta) ikan Kembung betina (Rastrelliger neglectus ikan kakap merah (Lutjanus campechanus) ikan bilis (Scomberomorus sp) ikan ayam-ayam(Anthias flewrotonia) ikan tenggiri (Scomberochorus commersoni) ikan sebelah (Bathus ocellatus) ikan pisang-pisang (Caesio chrysozona) ikan bandeng (Chanos-chanos) ikan ekor kuning (Lutjanus chrysurus) Ikan kuwe

Edible flesh Gram % 82,45 62,83 317,32 226 41,02 82,32 56,76 72,71 0,6 245,65 365,03 135,77 73,93 206,06 130,08 203,73 92,60 8,30 44,60 37,9 42,56 26,01 31 27,52 58,93 41,5 54,53 55,74 50,27 35,60

V.KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan 1. Sumberdaya perikanan yang memiliki struktur tubuh ikan dikenal dengan istilah finfish (ikan yang bersirip) sedang sumberdaya yang memiliki tubuh bercangkang seperti krustasea dan moluska disebut dengan shelfish (ikan bercangkang). 2. Daging ikan padat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu daging merah dan daging putih. 3. Edible flesh adalah bagian ikan yang dapat dimakan. 4. Sumberdaya perikanan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis ikan, krustasea, moluska, makroalga dan mikroalga yang hidup di perairan darat dan laut. 5. Ikan laut ini mempunyai banyak daging merah dibanding dengan ikan air tawar yang terdapat pada ikan tongkol.

B.Saran Hasil-hasil perikanan sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Misalnya ikan, banyak sekali manfaatnya yang dapat diambil kandungan gizi yang terdapat pada ikan yaitu vitamin, mineral, protein, air, dan lain sebagainya. Tetapi kebanyakan masyarakat belum terlalu menekuni dan menggemari ikan sebagai bahan konsumsi. Padahal ikan sangatlah bermanfaat bagi tubuh kita. Dengan adanya pengetahuan tentang perikanan lebih lanjut, diharapkan ikan dapat menjadi pengganti daging. Karena ikan lebih memberi keuntungan dibandingkan daging, jika dilihat dari segi kesehatan bagi tubuh. Ruangan Lab terlihat berantakan,agar rapi dan enak untuk dilihat Lab bisa dirapihkan lagi sehingga terlihat lebih rapi dan nyaman.

LAMPIRAN A. Perhitungan

1. Ikan kakap merah(Lutjanus campechanus)

Diketahui : Berat utuh Sisik Sirip Jeroan Insang Kepala Tulang Kulit Daging utuh Daging merah Daging putih Gutted : 279,53 gram : 10,37 gram : 5,06 gram : 9,56 gram : 8,57 gram : 54,48 gram : 21,16 gram : 19,2 gram : 67,53 gram : 0 gram : 67,53 gram = Berat utuh (sisik + jeroan + insang) = 279,53 gram (10,33+9,56+8,57) gram = 251,07 gram % Gutted = Gutted x 100% Utuh = 251,07 x 100 % 279,53 = 89,81% Dressed = Berat utuh (sirip+kepala) = 251,07 gram (5,06+54,48) gram = 191,51 gram % Dressed = Dressed x 100% Utuh = 191,51 x 100 %

279,53 = 68,51 % SOF = Berat utuh (sisik+sirip+jeroan+insang+kepala+tulang) = 279,53 gram (10,33+5,06+9,56+8,57+54,48+71,16) gram = 91,91 gram % SOF = SOF x 100% Utuh = 91,91 x 100 % 279,53 = 22,88 % SLF = SOF - kulit = 91,91 gram 19,2gram = 77,71 gram % SOF = SLF x 100% Utuh = 71,71 x 100 % 279,53 = 26,01%

B. Gambar 1. Ikan Kakap Merah (Latjanus sp)

2. Ikan Ekor Kuning (Caesio cunning)

DAFTAR PUSTAKA Amri, Khairul. 2008. Klasifikasi Ikan. (http://www.wikipedia.com/ diakses 20 April 2010) Bahar,H. 2006. Sumberdaya Perikanan Indonesia. Galia Indonesia : Jakarta. Karsono. 1996. Sumberdaya Perikanan Laut. Galia : Jakarta. Liza, N. 2007. Pengolahan Hasil Perikanan. Gramedia. Jakarta Lestari dan Widiatuti, 2003.Klasifikasi Ikan (http://www.wikipedia.com/) Said, Adnan. 1997. Pengantar Ilmu Pangan. Penebar Swadaya : Jakarta Syarif Budiman, Muhammad. 2004. Klasifikasi Ikan.Gramedia.Jakarta. Walbaum, M. 1972. Buku Pedoman Perikanan Laut. Gramedia : Jakarta. Wiranto, F. 1993. Komposisi Bahan Pangan. Gramedia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai