PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai macam tipologi habitat serta
keanekaragaman biota yang tinggi. Kanekaragaman hayati tersebut merupakan sumber
kehidupan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan atau perdagangan, sehingga
keberadaannya sangat rawan terhadap kepunahan akibat aktifitas kehidupan dan
pembangunan.
Beberapa bentuk ancaman kelestarian keanekaragaman hayati antara lain karena
pencemaran,
eksploitasi sumber daya alam untuk perdagangan, penebangan hutan dan sebagainya.
Salah satu bentuk ekosistem pesisir Indonesia adalah ekosistem hutan mangrove.
Hutan
mangrove sebagai salah satu ekosistem yang unik merupakan sumberdaya alam yang
sangat
potensial, mendukung hidupnya keanekaragaman flora dan fauna. Komunitas terestris
akuatik
yang ada di dalamnya secara langsung atau tidak langsung berperan penting bagi
kelangsungan
hidup manusia baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan (ekologi). Tetapi
ekosistem ini
sangat mudah dipengaruhi oleh ekosistem yang ada di sekitarnya serta sulit untuk
dipulihkan
kembali jika terjadi degradasi.
Ekosistem pesisir memiliki bermacam-macam fungsi, antara lain fungsi fisik,
biologis
dan sosial ekonomis. Fungsi biologis yang dimiliki kawasan pesisir antara lain
sebagai daerah
asuhan (nursery grund), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan
(spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat
alami bagi
berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah .
Diantara sekian banyak fungsi tersebut, fungsi ekosistem pesisir yang
terpenting adalah
sebagai daerah asuhan, mencari makan dan daerah pemijahan bagi ikan, udang,
kepiting,
moluska serta vertebrata lainnya. Daerah ini terbentuk secara alamiah yang membuat
suasana
yang aman dan nyaman bagi hewan-hewan tersebut bertelur, mencari makan dan
membesarkan
anak sebelum kembali ke laut menjelang fase dewasa (MacKinnon, et al., 2000).
Seluruh fauna yang hidup di dalam ekositem pesisir mempunyai peranan yang penting
dalam
menjaga keseimbangan ekologi. Sekian banyak fauna yang hidup terdapat beberapa
spesies
kunci (keystone species) yang memegang peranan yang sangat penting. Salah satu
spesies
tersebut adalah kepiting yang hidup di dalam ekosistem pesisir. Kepiting diusulkan
sebagai keystone species di kawasan pesisir karena setiap aktivitasnya mempunyai
pengaruh
utama pada berbagai proses paras ekosistem. Peran kepiting di dalam ekosistem
diantaranya
mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi oksigen
di dalam
tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia makanan alami bagi
berbagai jenis
biota perairan .
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengenal kepiting dari berbagai aspek, baik
morfologi, anatomi,daur hidup, dan habitatnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepiting
Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh, yang mempunyai perut yang
tersembunyi di
bawah thorax. Hewan ini dikelompokkan ke dalam :
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraordo : Branchyura
Genus : Scylla
Species : S.Serrata
2. Rajungan
3. Charybdishellerii
4. Matuta victor
5. Ashtoret lunaris
6. Micippa cristata
7. Calarpa philargius
8. Rhinolambrus pelagicus
9. Helice leachi
D. Morfologi Kepiting
a. Scylla paramamosain: Bagian luar carpus pada cheliped hanya punya 1 granule
tumpul, palm
memiliki pola totol-totol kuning atau orange oranye dengan duri yang tajam.
Sedangkan frontal
margin biasanya bergigi-gigi tajam. Jenis ini termasuk yang umum ditemukan di area
mangrove di Asia
Tenggara.
b. Scylla olivacea: Bagian luar carpus pada cheliped hanya punya 1 granule tumpul,
palm berpola totol-
totol kuning atau oranye dengan duri yang tereduksi dan tumpul. Frontal margin
biasanya juga bergigi-
gigi tumpul. Inilah sebenarnya jenis yang paling umum ditemukan, termasuk di warung
sari laut tadi.
c. Scylla serrata: Bagian luar carpus pada cheliped punya 2 granule tajam seperti
duri. Palm berwarna
hijau sampai keunguan dan biasanya dengan pola totol-totol. Frontal margin ditandai
dengan duri-duri
tajam. Karapaks berwarna hijau atau hijau zaitun dan pada kaki belakangnya punya
pola totol-totol, baik
pada individu jantan maupun betina. Jenis ini lebih umum tertangkap di kawasan
lepas pantai yang
bersubstrat lumpur.
d. Scylla tranquebarica: Bagian luar carpus pada cheliped punya 2 granule tajam
dengan frontal
margin berduri-duri tumpul. Karapaks serta palm berwarna hijau gelap, keunguan,
bahkan sampai hitam
dan tanpa adanya pola totol-totol pada betina. Sedangkan individu jantan punya pola
totol-totol pada kaki
belakangnya.
Sebagian besar kepiting yang hidup di mangrove memperlihatkan adaptasi
morfologis saat
bernafas ketika berada di darat. Ukuran insang kepiting berkorelasi dengan habitat
dan aktivitas
metabolik. Spesies intertidal di daerah temperate umumnya telah mereduksi luas
insang
dibanding dengan spesies akuatik. Gejala ini terjadi pada spesies kepiting
mangrove Ocypode dan Uca yang mempunyai beberapa filamen insang dibanding kerabat
dekatnya di spesies akuatik. Filamen insang mengeras sebagai pemelihara bentuk,
orientasi dan
fungsi tubuh bila kepiting keluar dari air. Celah insang menjadi vaskular dan dapat
berfungsi
sebagai paru-paru. Kepiting ini memompa udara melalui udara yang tertahan di dalam
celah
insang yang harus diperbaharui secara teratur dengan sering masuk ke dalam air .
Bagian tubuh kepiting juga dilengkapi bulu dan rambut sebagai indera
penerima. Bulu-bulu
terdapat hampir di seluruh tubuh tetapi sebagian besar bergerombol pada kaki jalan.
Untuk
menemukan makanannya kepiting menggunakan rangsangan bahan kimia yang dihasilkan
oleh
organ tubuh. Antena memiliki indera penciuman yang mampu merangsang kepiting untuk
mencari makan. Ketika alat pendeteksi pada kaki melakukan kontak langsung dengan
makanan, chelipeds dengan cepat menjepit makanan tersebut dan langsung dimasukkan
ke dalam
mulut. Mulut kepiting juga memiliki alat penerima sinyal yang sangat sensitif untuk
mendeteksi
bahan-bahan kimia. Kepiting mengandalkan kombinasi organ perasa untuk menemukan
makanan, pasangan dan menyelamatkan diri dari predator.
Kepiting memiliki sepasang mata yang terdiri dari beberapa ribu unit optik.
Matanya
terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam rongga pada
carapace ketika
dirinya terancam. Kadang-kadang kepiting dapat mendengar dan menghasilkan berbagai
suara.
Hal yang menarik pada berbagai spesies ketika masa kawin, sang jantan mengeluarkan
suara
yang keras dengan menggunaklan chelipeds-nya atau menggetarkan kaki jalannya untuk
menarik
perhatian sang betina. Setiap spesies memiliki suara yang khas, hal ini digunakan
untuk menarik
sang betina atau untuk menakut-nakuti pejantan lainnya
E. Alat reproduksi
Kepiting jantan dan betina dapat dibedakan dengan mengamati alat kelamin yang
terdapat
dibagian perut. Pada bagian perut jantan umumnya terdapat organ kelamin berbentuk
segi tiga
yang sempit dan dapat meruncing di bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk
segitiga
yang relatif lebar dan di bagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina
dibedakan oleh
ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada
kepiting
betina berbentuk agak membulat dan lebih lebar. Dan perkawinan terjadi di saat suhu
air mulai
naik, biasanya betina akan mengeluarkan cairan kimiawi perangsang, yaitu pheromone
kedalam
air untuk menarik perhatian kepiting jantan, setelah jantan berhasil terpikat maka
kepiting jantan
akan naik ke atas karapas kepiting betina untuk berganti kulit (molting), selama
kepiting betina
molting maka kepiting jantan akan melindungi kepiting betina selama 2-4 hari sampai
cangkang
terlepas, kepiting jantan akan membalikkan tubuh kepiting betina untuk melakukan
kopulasi /
perkawinan. Biasanya,kopulasi berlangsung 7-12 jam dan hanya akan terjadi jika
karapas
kepiting betina dalam ke adan lunak. spermatofor kepiting jantan akan di simpan di
dalam
supermateka kepiting betina sampai telur siap di buahi.telur di dalam tubuh
kepiting betina yang
suda matang akan turun ke oviduk dan akan di buahi oleh sperma.
Proses fertilisasi kepiting tidak halnya seperti udang yang hanya terjadi pada
malam hari
( kondisi gelap ). Kepiting juga dapat melakukan perkawinan/pemijahan pada siang
hari.
Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting terjadi di luar tubuh, hanya
saja sebagian
kepiting meletakkan telur-telurnya pada tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya
segera
melepaskan telur sesaat setelah kawin, tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk
menyimpan sperma sang jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi
selanjutnya dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah telur
dibuahi
telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian bawah perut (abdomen). Jumlah telur
yang dibawa
tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat membawa puluhan hingga
ribuan telur
ketika terjadi pemijahan.Telur ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian
menjadi larva
(individu baru) yang dikenal dengan “zoea”. Ketika melepaskan zoea ke perairan,
sang induk
menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan mudah lepas dari
abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai plankton dan melakukanmoulting
beberapa
kali hingga mencapai ukuran tertentu agar dapat tinggal di dasar perairan sebagai
hewan dasar .
Daur hidup kepiting dapat dilihat pada Gambar 5.
Daur hidup kepiting meliputi telur, larva (zoea dan megalopa), post larva
atau juvenil,
anakan dan dewasa .Perkembangan embrio dalam telur mengalami 9 fase. Larva yang
baru
ditetaskan (tahap zoea) bentuknya lebih mirip udang dari pada kepiting.Di kepala
terdapat
semacam tanduk yang memanjang, matanya besar dan di ujung kaki-kakinya terdapat
rambut-
rambut. Tahap zoae ini juga terdiri dari 4 tingkat untuk kemudian berubah ke tahap
megalopa
dengan bentuk yang lain lagi. Larva kepiting berenang dan terbawa arus serta hidup
sebagai
plankton. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa larva kepiting hanya
mengkonsumsi
fitoplankton beberapa saat setelah menetas dan segera setelah itu lebih cenderung
memilih
zooplankton sebagai makanannya . Keberadaan larva kepiting di perairan dapat
menentukan
kualitas perairan tersebut, karena larva kepiting sangat sensitif terhadap
perubahan kualitas
perairan.
G. Sistem pencernaan
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia,
sehingga
menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke
seluruh
organ tubuh melalui sistem peredaran darah
Jenis pakan yang di konsumsi kepiting dapat berupah artemia, ikan rucah, daging
kerang-
kerangan, hancuran daging siput, dan lumut. Pemberian pakan tergantung pada ukuran
kepiting,
bila masih larva biasanya Brachionus plicatilis, Tetracelmis chuii dan Naupli
artemia. Kepiting
juga bersifat kanibalisme biasanya dia akan menyarang kepiting lain yang sedang
dalam kondisih
lemah atau ganti kulit ( molting ).
Alat pencernaan terbagi menjadi tiga, tembolok, lambung otot, lambung kelenjar.
Didalam perut
kepiting terdapat gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal, selain
gigi kalsium juga
terdapat gastrolik yang berfungsi mengeraskan rangka luar (eksoskeleton) setelah
terjadi eksdisis
(penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut,
kerongkongan
(esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati (hepar) terletak di dekat
lambung. Sisa-
sisa metabolisme tubuh diekskresikan lewat kelenjar hijau.
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O 2
dari
perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi,
garam-
garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO 2 dari dalam usus, kelenjar-
kelenjar, insang,
dan sebagainya, keluar tubuh. Sistem peredaran darah pada kepiting disebut
peredaran darah
terbuka karena beredar tanpa melelui pembuluh darah. Darah tidak mengandung
hemoglobin
(Hb) melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah.
Kepiting bernapas umumnya dengan insang, kecuali yang bertubuh sangat kecil dengan
seluruh
permukaan tubuhnya dan memiliki sebuah jantung untuk memompa darah.
Mekanisme pernafasan : Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air
dari kepiting
yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O 2 yang banyak
dikandung di
dalam air akan diikat oleh hemosianin, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah
akan
dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan
kembali
ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi
perubahan
kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan
lingkungan akan
diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar
endokrin agar
hormon dikirim ketempat yang di tuju untuk mengeluarkan hormon-hormon yang
dibutuhkan
agar merangsang organ yang teleh di tentukan dan aktivitas metabolisme jaringan-
jaringan.
Sistem saraf terdiri dari system saraf tangga tali pada system sarafnya
terjadi pengumpulan dan
penyatuan gangliondan dari pasangan-pasangan gangflion dan dari pasangan
ganglion keluar
saraf yang menuju ketepi alat indra berupa sepasang mata majemuk ( faset )
bertangkai yang
berkembang dengan baik.
Status molting ini dapat dengan mudah diketahui. Caranya dengan menerawang
kaki renang
kepiting. Bila nampak garis berwarna agak gelap pada bagian dalam kaki renang
maka itu
adalah tanda bahwa kepiting berada pada fase premolt dan sebentar lagi akan
molting.