Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat, dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana yang kami
harapkan.
Ada hal yang mendasar dari penyusunan makalah ini, yakni latar belakang
dalam penyusunan makalah ini. Hampir 90% seluruh jenis hewan yang dikenal
manusia adalah Lobster. Hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang
udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan juga
keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu jenis yang
termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae. Lobster merupakan
salah satu hewan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi selain produk ikan.
Lobster biasanya menjadi favorit bagi penggemar masakan ikan laut yang ad di
restaurant restaurant besar. Harganya yang mahal menjadikan lobster menjadi
primadona bagi para penangkapnya untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Maka dengan hal ini membuktikan bahwa Lobster merupakan jumlah yang cukup
besar dan cukup unik untuk diteliti dan dibahas tentang ciri-cirinya, klasifikasinya,
serta peranannya bagi kehidupan manusia. Dan tentunya dapat menjadi pembelajaran
yang sangat berharga bagi kita, khususnya para siswa.
Kemudian dengan selesainya makalah ini, kami menghaturkan rasa terima
kasih kepada Ibu guru yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Khususnya kepada guru mata pelajaran Biology. Semoga makalah yang telah kami
susun ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca pelajar yang sedang
menuntut ilmu.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lobster adalah hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang
udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan juga
keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu jenis yang
termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae. Lobster merupakan
salah satu hewan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi selain produk ikan.
Lobster biasanya menjadi favorit bagi penggemar masakan ikan laut yang ad di
restaurant restaurant besar. Harganya yang mahal menjadikan lobster menjadi
primadona bagi para penangkapnya untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Lobster juga memiliki kerabat yang bentuknya tidak sepenuhnya sama dengan
yang kita kenal. Lobster chelae adalah jenis yang tidak memiliki cakar, lobster
air tawar juga merupakan kerabat lobster karang namun memiliki rasa dan
tekstur yang jauh berbeda karena habitat asalnya. Lobster termasuk hewan
nokturnal yang aktif pada malam hari, pada waktu siang hari lebih suka berdiam
pada lubang-lubang karang dan nanti pada malam hari keluar dari
persembunyiannya untuk mencari makan di sekitar karang yang lebih dangkal
pada waktu air pasang. Lobster laut tinggal di daerah perairan yang yang
berbatu, berkarang dan berpasir. Banyaknya batu karang akan membantu lobster
untuk bersembunyi dan beranak pinak. Tempat tinggal yang strategis bagi
kelangsungan hidup mereka adalah batu karang yang banyak lubangnya dimana
mereka bisa bersembunyi di dalamnya. Hampir semua perairan di dunia menjadi
habitat penyebaran hewan crustacea ini. Lobster di alam liar termasuk hewan
yang memiliki pola makan omnivora atau pemakan segala. Ia memakan ikan
kecil, berbagai jenis moluska kecil dan udang udang kecil lain serta makan
ganggang serta tanaman laut. Dalam mencari makanan ia berjalan di dasar
perairan laut dengan menggunakan kaki kakinya serta berburu dengan
menggunakan capit yang juga berfungsi sebagai tangan juga.

Lobster termasuk keluarga crustacean yaitu suatu kelompok besar dari


arthropoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan
biasanya dianggap sebagai suatu subfilum.Kelompok ini mencakup hewanhewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta
teritip. Mayoritas merupakan hewan akuatik, hidup di air tawar atau laut,
walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti
kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson
bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. artikel
(wikipedia.co.id)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini ialah bagaimana morfologi dari
class crustacea yaitu Metanephrops sibogae mulai dari siklus hidup, habitat serta
penyebarannya.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang morfologi
lobster (Metanephrops sibogae), siklus hidup, habitat dan penyebarannya.
D. Kegunaan
Sebagai bahan referensi dan di harapkan dapat memberi tambahan wawasan
serta pengetahuan khususnya mengenai morfologi Metanephrops sibogae serta
siklus hidup, habitat dan penyebarannya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi dan Morfologi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda

Class
Order
Suborder
Superfamily
Family
Subfamily
Genus
Species

: Crustacea
: Decapoda
: Macrura Reptantia
: Nephropoidea
: Nephropidae
: Nephropinae
: Metanephrops
: Metanephrops sibogae

Tubuh lobster terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan terdiri dari
kepala dan dada yang disebut cephalothorax. Sementara bagian belakang terdiri
dari badan dan ekor yang disebut abdomen. Kepala ditutupi oleh kulit atau
cangkang kepala (carapace). Carapace ini berperan dalam melindungi organ
tubuh, seperti otak, insang, hati dan lambung.
Carapace berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan
nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat
mengelupas saat terjadinya pergantian cangkang tubuh (moulting). Hewan ini
tertutupi kerangka luar kitin, yang mengandung sebagian besar kapur dan
skelerotin yaitu yang membuat rangka lebih keras dan berat tapi sangat baik
sebagai lapisan pelindung. Kitin luar tipis dan berhubungan, untuk memberikan
kelenturan maksimal. Bagian anterior tubuhnya disebut Carapace dan masingmasing segmen posterior abdominal terdiri dari lengkungan dorsal tergum, dua
lateral pleura dan sebuah ventral sternum.

a.

carapas

b. capit

c. abdomen

Gambar 2.0 bagian bagian tubuh lobster Metanephrops sibogae

Anggota badan lobster memperlihatkan suatu rangkaian yang sangat


penting dari adaptasi dan modifikasi dalam hidupnya. Antennules dan antennae
merupakan modifikasi untuk tactil dan chemical stimulation (rangsangan kimia);

rahang bawah untuk mengunyah, lima berikutnya, maxillae dan maxillipeds,


terutama untuk mendorong makanan; pasangan berikutnya adalah chelipeds
yang sangat besar untuk mencapit makanan dan untuk pertahanan; empat pasang
selanjutnya untuk berjalan dan enam pasang terakhir untuk berenang dan untuk
berbagai fungsi yang lain.
Lubang kecil melubangi seluruh rangka, banyak tersebar di anggota
badan dan bagian ekor. Kumpulan di dalam itu adalah bulu-bulu yang membuat
hewan itu sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar melalui taktil stimulation.
Semua anggota badan ini, dengan berbagai macam, bentuk dan fungsi, berawal
dari sebuah anggota badan sederhana dengan satu fungsi yang disebut daya
penggerak.

Gambar 2.1 Skema tubuh dan kaki lobster (Nephropoidea)

Menurut Spence (1989), lobster terdiri dari kepala dan thorax yang
tertutup oleh karapas dan memiliki abdomen yang terdiri dari enam segmen.
Karakteristik yang paling mudah untuk mengenali lobster adalah adanya capit
(chelae) besar yang pinggirnya bergerigi tajam yang dimiliki lobster untuk
menyobek dan juga menghancurkan makanannya. Isnansetyo dan Yuspanani
(1993) memberikan gambaran morfologi Lobster secara umum, yaitu
mempunyai bentuk badan memanjang, silindris, kepala besar ditutupi oleh
capace berbentuk silindris, keras, tebal dan bergerigi. Mempunyai antenna besar
dan panjang menyerupai cambuk, dengan rostum kecil. Pada udang barong
betina endopod pada pleopod II tanpa appendix interna/stylamblys.
Muljanah et. al. (1994) menyatakan bahwa, lobster secara umum
memiliki tubuh yang berkulit sangat keras dan tebal, terutama di bagian kepala,
yang ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil. Mata lobster agak tersembunyi di
bawah cangkang ruas abdomen yang ujungnya berduri tajam dan kuat. Lobster
memiliki dua pasang antena, yang pertama kecil dan ujungnya bercabang dua,
disebut juga sebagai kumis. Antena kedua sangat keras dan panjang dengan
pangkal antena besar kokoh dan ditutupi duri-duri tajam, sedangkan ekornya
melebar seperti kipas. Warna lobster bervariasi tergantung jenisnya, pola-pola
duri di kepala, dan warna lobster biasanya dapat dijadikan tanda spesifik jenis
lobster. Lobster (M.sibogae) memiliki warna orange bercampur dengan warna
merah muda pada seluruh tubuhnya.

Gambar 2.3 Morfologi Metanephrops sibogae

B. Siklus hidup
Menurut Subani, 1984 in Utami 1999, lobster dapat digolongkan sebagai
binatang yang mengasuh dan memelihara keturunannya walaupun sifatnya
hanya sementara. Lobster betina yang sedang bertelur melindungi telurnya
dengan cara meletakkan atau menempelkan butir-butir telurnya di bagian bawah
badan (abdomen) sampai telur tersebut dibuahi dan menetas menjadi larva
udang. Menjelang akhir periode pengeluaran telur dan setelah dibuahi, lobster
akan bergerak menjauhi pantai dan menuju ke perairan karang yang lebih dalam
untuk penetasan Nontji (1993) menyatakan bahwa, jumlah telur yang dihasilkan
setiap ekor betina lobster dapat mencapai lebih dari 400.000 butir. Telur-telur
tersebut akan menetas dan berubah menjadi larva pelagis. Selanjutnya dikatakan
pula bahwa, udang karang (lobster) mempunyai daur hidup yang kompleks.
Telur yang telah dibuahi menetas menjadi larva dengan beberapa tingkatan
(stadium). Larva lobster memiliki bentuk yang sangat berbeda dari yang dewasa.

Larva pada stadium filosoma misalnya, mempunyai bentuk yang pipih seperti
daun sehingga mudah terbawa arus.

Gambar 2.4 siklus hidup lobster

Semenjak telur menetas menjadi larva hingga mencapai tingkat dewasa


dan akhirnya mati, maka selama pertumbuhannya, lobster selalu mengalami
pergantian kilit (moulting). Pergantian kulit tersebut lebih sering terjadi pada
stadia larva. (Subani, 1984 in Utami, 1999) Secara umum dikenal adanya tiga
tahapan stadia larva, yaitu naupliosoma, filosoma, dan puerulus.
Perubahan dari stadia satu ke stadia berikutnya selalu terjadi pergantian kulit
yang diikuti perubahan-perubahan bentuk (metamorphose) yang terlihat dengan
adanya modifikasi-modifikasi terutama pada alat geraknya. Pada stadia filosoma
yaitu bagian pergantian kulit yang terakhir, terjadi stadia baru yang bentuknya
sudah mirip lobster dewasa walaupun kulitnya belum mengeras atau belum
mengandung zat kapur.
Pertumbuhan berikutnya setelah mengalami pergantian kulit lagi,
terbentuklah lobster muda yang kulitnya sudah mengeras karena diperkuat
dengan zat kapur. Bentuk dan sifatnya sudah mirip lobster dewasa (induknya)
atau disebut sebagai juvenile. Lama hidup sebagai stadia larva untuk lobster
berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Lobster yang hidup di perairan tropis,
prosesnya lebih cepat dibanding dengan yang hidup di daerah sub-tropis. Waktu
yang diperlukan untuk mencapai stadia dewasa untuk lobster tropis antara 3
sampai 7 bulan (Subani, 1984 in Utami, 1999). Lobster Metanephrops sibogae
mempunyai ukuran panjang tubuh
mencapai ukuran hingga 18 cm

rata rata 11,5 13 cm tetapi dapat

C. Habitat dan Penyebaran


Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa lobster terdapat di manamana pada substrat keras di laut-laut tropis dan merupakan bagian penting fauna
terumbu karang, dengan sifat ekologis mirip seperti kerabatnya yang hidup di
daerah sub tropis.

Gambar 2.5 penyebaran Lobster Metanephrops sibogae

Lobster hidup pada beberapa kedalaman tergantung pada jenis spesies


dan lingkungan yang cocok mulai dari daerah intertidal sampai perairan yang
dalam. Banyak spesies yang hidup pada substrat yang berbatu-batu, lumpur atau
pasir dan membuat lubang. Lobster Metanephrops sibogae hidup pada
kedalaman 248 320 m dan mempunyai penyebaran yang sangat luas dan
menyukai hidup pada lubang atau celah-celah batu karang. Biasanya mendiami
tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang dan jarang ditemukan
dalam kelompok yang berjumlah besar. Banyak terdapat diperairan Kepulauan
Kai, Indonesia. Terlalu sedikit yang diketahui tentang kebiasaan dan habitat
yang sebenarnya dari spesies ini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lobster adalah hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang
udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan
juga keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu
jenis yang termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae
2. Lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari, pada waktu
siang hari lebih suka berdiam pada lubang-lubang karang dan nanti pada
malam hari keluar dari persembunyiannya untuk mencari makan di sekitar
karang yang lebih dangkal pada waktu air pasang
3. Muljanah et. al. (1994) menyatakan bahwa, lobster secara umum memiliki
tubuh yang berkulit sangat keras dan tebal, terutama di bagian kepala, yang
ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil. Mata lobster agak tersembunyi di
bawah cangkang ruas abdomen yang ujungnya berduri tajam dan kuat.
Lobster memiliki dua pasang antena, yang pertama kecil dan ujungnya
bercabang dua, disebut juga sebagai kumis. Antena kedua sangat keras dan
panjang dengan pangkal antena besar kokoh dan ditutupi duri-duri tajam,
sedangkan ekornya melebar seperti kipas. Lobster (M.sibogae) memiliki
warna orange bercampur warna merah muda pada seluruh tubuhnya.
4. (Subani, 1984 in Utami, 1999) Secara umum dikenal adanya tiga tahapan
stadia larva, yaitu naupliosoma, filosoma, dan puerulus.Lama hidup
sebagai stadia larva untuk lobster berbeda-beda untuk setiap jenisnya.
Lobster yang hidup di perairan tropis, prosesnya lebih cepat dibanding

dengan yang hidup di daerah sub-tropis. Waktu yang diperlukan untuk


mencapai stadia dewasa untuk lobster tropis antara 3 sampai 7 bulan
(Subani, 1984 in Utami, 1999). Lobster Metanephrops sibogae mempunyai
ukuran panjang tubuh rata rata 11,5 13 cm tetapi dapat mencapai ukuran
hingga 18 cm
5. Lobster Metanephrops sibogae hidup pada kedalaman 248 320 m dan
mempunyai penyebaran yang sangat luas dan menyukai hidup pada lubang
atau celah-celah batu karang serta dasar dari terumbu karang. Biasanya
mendiami tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang dan
jarang ditemukan dalam kelompok yang berjumlah besar. Banyak terdapat
diperairan Kepulauan Kai, Indonesia. Terlalu sedikit yang diketahui tentang
kebiasaan dan habitat yang sebenarnya dari spesies ini.

DAFTAR PUSTAKA

The IUCN Red List Of Threatened Species, Http://Www.Iucnredlist.Org (Diakses Pada


Tanggal 08 Mei 2012)
Gary C.B.Poore, Marine Decapod Crustacea Of Southern Australia : A Guide To
Identification, Museum Victoria 2004

Richard J. F. Jenkins 1972, Metanephrops, A New Genus Of Late Pliocene To Recent


Lobsters (Decapoda, Nephropidae)
Ahmad Faizin 2001, Penanganan Dan Pemasran Lobster Air Laut. (Panulirus Spp) Untuk
Tujuan Ekspor Pada UD. OBA Cilacap Jawa Tengah

Tin-Yan Cham 2010, Annotated Checklistof Theworlds Marinelobsters (Crustacea:


Decapoda: Astacidea, Glypheidea, Achelata, Polychelida), National
University Of Singapore
L. B. Holthuis, FAO Spesies Catalogue ; Vol, 13 Marine Lobsters Of The World,
Nationaal Natuurhistorisch Museum Leiden, The Netherlands, Rome 1991

Anda mungkin juga menyukai