Anda di halaman 1dari 33

KLASI FIKASI IKLIM

Faktor pengendali iklim


Keragaman intensitas cahaya matahari
Distribusi tanah dan air
Arus laut
Angin yang mendominasi
Posisi daerah tekanan tinggi dan rendah
Posisi gunung
Ketinggian tempat

Suhu Global
Pada ketinggian 0 m di atas permukaan laut,garis isotherm
berorientasi Timur-Barat: lokasi dengan lintang yang sama
menerima jumlah energi matahari yang hampir sama
Pemanasan radiasi matahari tahunan berkurang dari lintang
rendah ke lintang tinggi; suhu tahunan menurun dari ekuator
menuju kutub
Pembelokan isotherm sepanjang garis pantai dikarenakan
perbedaan pemanasan dan pendinginan antara tanah dan air
Suhu rata-rata tertinggi : Gurun sub Tropis Belahan Bumi
Utara dan terendah Antartika

Presipitasi Global
Daerah ekuator adalah karakteristik daerah basah,
sedangkan sub-tropis dan kutub adalah daerah kering

Presipitasi lebih banyak didaerah udara naik dan berkurang


didaerah udara turun, tetapi pola ini dikacaukan oleh
kehadiran gunung

Klasifikasi iklim
Memutuskan variabel yang digunakan, jika terlalu banyak
maka akan mirip dengan iklim-mikro (microclimate), jika terlalu
spesifik maka akan terlalu banyak iklim namun kurang
berguna
1. Pertimbangkan apa yang penting, dan data apa yang ada
2. Suhu dan presipitasi yang paling banyak tersedia
3. Tekanan dan insolasi sangat jarang
4. Sebagian belahan dunia hanya memiliki data suhu dan
presipitasi
5. Juga perlu dipertimbangkan klasifikasi untuk tujuan apa?

Dasar klasifikasi iklim


Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang
jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim.
Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan
(presipitasi).
Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan
atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian,
penerbangan atau kelautan.
Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan
data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih
data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara
langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidangbidang tersebut.

Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa tujuanklasifikasi


iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim
ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama
presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari,
atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur
aktif untuk tujuan khusus. Rata-rata atau series iklim bisa
digunakan untuk membuat tipe (klasifikasi) iklim disuatu
daerah
Kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk
memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan
sederhana. Oleh karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim
yang digunakan dapat dilakukan untuk menjelaskan dan
memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum
dan sederhana.
Klasifikasi iklim perlu memperhatikan beberapahal :
Tujuan klasifikasi iklim dibuat untuk : pertanian, kelautan,
penerbangan dll
Luas cakupan wilayah klasifikasi iklim : makro. meso,dan
mikro.
Latar belakang pembuatan klasifikasi iklim.
Khusus untuk aplikasi kegiatan pertanian (tanaman pangan)
ada bebarapa hal yang perlu dilakukan untuk penentuan pola
jadwal tanam :
Pewilayahan tipe iklim OLDEMAN
Pewilayahan tipe hujan
Analisa neraca air
Prospek / prakiraan musim hujan (termasuk periode musim
kemarau dan musim hujan, serta sifat hujannya
Informasi mengenai rata-rata atau normal iklim di beberapa
kota di Indonesia biasanya berupa :
Rata-rata suhu udara
Rata-rata tekanan udara
Rata-rata kelembaban
Rata-rata kecepatan angin

Rata-rata curah hujan


Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu
pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada
pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian.
Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor
pembatas
kegiatan
produksi
pertanian,
sedangkan
ketersediaan air merupakan factor yang paling menentukan
dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.
Berdasar Suhu ?
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada
ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin
rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat
dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100
meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan
disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan
gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul.
Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang
dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu
musiman (antara musim kemarau dan musim hujan),
sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu
musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu
harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para
ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan
ketinggian tempat.

Berdasar Curah Hujan


Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling
beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga
merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan

pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk


wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya
dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai
kriteria utama.
Terdapat hubungan sistematik antara unsur iklim dengan
pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang
klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara
tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks
suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam
pengklasifikasian iklim.
Tipe-tipe sistem klasifikasi iklim
1. Empiris: pengelompokan iklim berdasar pada perhitungan
statistik terbaik dari data satu atau dua unsur iklim
2. Genetik: memilih unsur-unsur yang menjadi penyebab iklim
dan kemudian dicari faktor-faktor yang menentukan iklim
3. Aplikatif: mencoba menyesuaikan dengan kondisi geografis
tertentu atau masalah lain pada disiplin yang berbeda.
Contoh: mengkaitkan iklim dengan vegetasi alami tipe
Kppen (sistem : empiris dan aplikatif)
Contoh: indeks kenyamanan fisiologis manusia (suhu &RH)
Contoh: penentuan hari-hari efektif kerja di luar
4. Sistem Yunani kuno, sangat sederhana namun sudah
berdasarkan pada pengetahuan tentang insolasi, tidak ada
data dan hanya penalaran deduktif saja, dibagi menjadi 3
zona.

Beberapa metode klasifikasi iklim :


1. Koppen digunakan untuk iklim pada tumbuhan/vegetasi
(IKLIM GLOBAL)
2. Sistem Klasifikasi Mohr

3. Schmidth-Ferguson digunakan untuk iklim kehutanan dan


perkebunan.
4. Oldeman digunakan untuk iklim lahan pertanian pangan

1.Sistem Klasifikasi Koppen


Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan
temperatur dan curah hujan.
Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di
muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok
nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan
dengan lima huruf besar:
1. tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy
climates),
2. iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates),
3. iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm
temperate rainy climates),
4. iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy
forest climates) dan
5. iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates)
A. Iklim (hutan) hujan tropik. Tidak ada musim dingin
(winter).Curah hujan tahunan > evaporasi. Suhu rata-rata di
atas 64.4oF.
B. Iklim kering. Di wilayah ini terdapat gurun pasir; lokasinya
30 derajat LU dan 30 derajat LS. Presipitasi sangat rendah,
evaporasi > presipitasi. Fokus pembagian wilayah iklim
berdasar curah hujan (bukan suhu).
C. Iklim Mesotermal. (Iklim lembab, iklim hujan suhu sedang
artinya tidak pasa atau dingin). Suhu di bawah 64,4oF, dengan
rata-rata di atas 26,6 oF. Sekurangnya, satu bulan suhunya di
atas 50oF. Di wilayah ini, ada musim panas dan musim dingin.

D. Iklim hutan bersalju. Suhu udara sangat dingin, di bawah


26 oF. Agar pohon dapat tumbuh, paling tidak harus menerima
suhu sekitar 50oF sekurangnya sekali setahun.
E. Iklim kutub. Penuh hamparan salju, suhu terhangat masih
di bawah 50oF.

Dari 5 kelompok utama tadi (A s/d E) kemudian Koppen


membagi lagi menjadi sub kelompok dan sub-sub kelompok
sehingga merupakan simbol TIGA HURUF.
Huruf pertama melambangkan lima kelompok utama
Huruf kedua mewakili dan menjelaskan musim kering;
apakah ada atau tidak ada musim kering, apakah musim
kering yang lama atau sebentar, dan pada musim apa
datangnya musim kering apakah pada musim dingin (winter)
atau pada musim panas (summer).
Huruf ketiga melambangkan suhu pada musim yang
berbeda apakah musim panas yang panas atau sejuk, atau
musim dingin atau dingin atau hangat.
Iklim tropika basah (A) dapat dibagi menjadi:

1. Af : iklim hutan hujan tropika (tropical rain forest climate),


curah hujan pada bulan paling kering adalah 2.4 inci (60.9
mm) atau lebih
2. Am: Iklim tropika monsoon, muim kering pendek, curah
hujan pada musim terkering kurang dari 2.4 inci (60.9 mm)
3. Aw: iklim tropika savana, musim kering nyata, sekurangnya
ada bulan dengan curah hujan kurang dari 2.4 inci (60.9 mm)
Iklim kering (B), evaporasi > presipitasi, tidak ada surplus air
1. BS : iklim steppa, daerah agah kering (Semi arid)
dicirikan dengan padang rumput. Presipitasi rata-rata
tahunan bervariasi tergantung pada rerata suhu, tetapi
berkisar antara 15 dan 30 inci (380 720 mm) per tahun.
2. BW : iklim gurun. Sangat kering dengan curah hujan
tahunan biasanya kurang dari 380 mm.

Koppen classification map 2

2. Sistem Klasifikasi Mohr


Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara
penguapan dan besarnya curah hujan.
Dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan
dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut
bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan,
bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar 100 60 mm,
bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan.

Pembagian tipe iklim menurut Mohr


Golongan Iklim
Ia
Ib
II
III
IV
V

Jumlah BB

Jumlah BK

12
6 11
4 11

0
0
12

49
47
25

24
46
68

3. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson

Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia; peta iklim


menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan
untuk iklim hutan.
Kriteria bulan basah & bulan kering berdasarkan klasifikasi
iklim Mohr
Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini
didasarkan pada nisbah (rasio) bulan kering dan bulan basah.
Nisbah bulan kering: bulan basah dilambangkan dengan Q
yang nilainya berkisar antara 0 7,0.
Contoh: jika ada 3 BK dan 8 BB, maka Q = (3/8) = 0,375
sehingga termasuk tipe iklim C (agak basah).
Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
7 . G (sangat kering) 3,000 < Q > 7,000
8. H (luar biasa kering) 7,000 < Q
6. F (kering) 1,670 < Q > 3,000
5. E (agak kering) 1,000 < Q > 1,670
4 . D (sedang) 0,600 < Q > 1,000
3 . C (agak basah) 0,333 < Q > 0,600
2. B (basah) 0,143 < Q > 0,333
1. A (sangat basah) 0 < Q > 0,143
No Tipe iklim Kriteria*
*Note:
kadang nilai Q dikalikan 100% sehingga nilai tertinggi
menjadi 700.
Schmidt-Ferguson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi
yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut;
tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan
hujan tropis,
tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis,

tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan


dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya
di musim kemarau,
tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim,
tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana,
tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana,
tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang
ilalang dan
tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah
padang ilalang

4. Sistem Klasifikasi Oldeman


Didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman,
terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya
berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara
berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air
untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan
untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi
bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka
untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan
diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan
untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija
diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan,
Sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan
basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar
dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan
bulanan lebih kecil dari 100 mm.

Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh


jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan
basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk
satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani
dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan
basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi
tanpa irigasi tambahan.
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim.
Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah
bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun,
sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan
kering berturut-turut dalam setahun.
Pemberian nama zona iklim berdasarkan huruf yaitu zona A,
zona B, zona C, zona D dan zona E, sedangkan pemberian
nama sub zona berdasarkan angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3
sub 4 dan sub 5.
Zona A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun.
Zona B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun.
Zona C dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun,
dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah
200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah.
Zona D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam.
Zona E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya
irigasi yang baik.
Tabel Klasifikasi iklim menurut Oldeman

Iklim Indonesia
Terletak antara 5 LU - 10 LS, dibatasi Samudra Hindia di
bagian barat dan Samudra Pasifik Laut China Selatan di
bagian Timur, diantara benua Asia dan Australia
Dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan, dengan banyak
pulau dan pegunungan

Dipengaruhi angin Timur Laut di Utara dan angin Tenggara di


Selatan.
ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) lebih dekat pada
bulan Januari daripada Juli
Monsoon lebih mempengaruhi pergantian musim hujan (lihat
keterangan monsoon Asia Timur)

Sebaran Curah Hujan


Secara umum dicirikan sebagai iklim dengan musim hujan
panjang, musim kering pendek, secara bertahap musim kering
makin panjang pada daerah makin jauh dari ekuator di
selatan/tenggara
Tipe Af berarti curah hujan > 2000 mm/tahun, kecuali Jawa
Timur, Bali, NTT dan Tenggara Irian dan Tenggara/Selatan
Sulawesi yang tergolong Am/Aw.
Secara rinci ada lima tipe sebaran hujan di Indonesia
* Di dekat ekuator dimana musim hujan panjang
* Di Selatan/Tenggara Indonesia dimana musim kering
akan makin panjang
* Pola curah hujan bimodal: kering di Januari-Februari,
puncak hujan bulan Mei dan Juni dan NovemberDesember, terjadi di Sumatra
* Pola curah hujan pegunungan , hujan lebat terjadi disisi
depan gunung sedangkan daerah punggung gunung
tetap kering
* Pola curah hujan daerah pantai yang rendah jika
dibandingkan daerah pegunungan

Sebaran Suhu udara

Keragaman musiman suhu udara kecil, perbedaan terjadi


karena ketinggian tempat. Oldeman membuat persamaan
hubungan antara suhu tahunan dan ketinggian sebagai
berikut:
t max = 31.3 - 0.006 x
t min = 22.8 0.005 x
Keragaman suhu antara siang dan malam cukup besar, suhu
mulai meningkat jam 7 pagi, mencapai puncaknya jam 13.00
14.00, mulai menurun jam 18.00 dan mencapai minimum
menjelang jam 05.00 pagi

Kelembaban Relatif
Indonesia merupakan daerah dengan kelembaban tinggi,
dengan rata-rata 85% di musim hujan dan 75-80% di musim
kering
Pola kelembaban berbanding terbalik dengan suhu
Pola kelembaban harian tertinggi pada pagi hari dan
terendah pada tengah hari

Radiasi dan Evaporasi


Intensitas radiasi rendah pada musim hujan dan meningkat
pada musim kering
Pola yang sama berlaku untuk laju evaporasi karena sumber
energi utama untuk evaporasi adalah radiasi
Pola yang selaras antara intensitas radiasi dan laju evaporasi
juga terlihat secara harian. Radiasi mulai meningkat pada jam
07.00 pagi, mencapai puncaknya sekitar jam 12.00-13.00 dan
hilang setelah jam 18.00, demikian juga laju evaporasi

Anda mungkin juga menyukai