Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan
keluarganya serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong
dan

mengorganisasikan

dirinya

dalam

mengakses

pasar,

teknologi,

permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan


produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan

produktivitas,

efisiensi

usaha,

pendapatan,

dan

kesejahteraannya, serta meningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi


lingkungan hidup. Kegiatan penyuluhan pertanian ini dilaksanakan oleh
seorang penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian pada dasarnya adalah
aparat yang membangun pertanian, pendidik/ penasehat yang mengabdikan
dirinya utuk kepentingan para petani nelayan beserta keluarganya. Pekerjaan
penyuluh pertanian tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, tetapi juga bahkan terutama, untuk
memotivasi,

membimbing,

dan

mendorong

para

peani-nelayan

mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusahatani yang


lebih menguntungkan menuju hidup yang lebih bahagia da sejahtera.
Didalam melakukan tugasnya, penyuluh pertanian sebagai

agen

pembangunan di bidang pertanian, akan senantiasa dihadapkan kepada


tanggung jawab berlangsungnya perubahan-perubahan yang menyangkut
perilaku, perikehidupan, dan nasib para petani nelayan yang dilayaninya.
Tanggung jawab tersebut bukanlah hal yang ringan dan mudah dilakukan
dimana penyuluh pertanian dituntut bukan saja memiliki kecakapan dan
keahlian yang memadai, tetapi juga dedikasi, pengabdian yang tinggi dan
moral yang luhur. Dari seorang penyuluh pertanian dituntut integritas profesi

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

yang kuat yang dilandasi oleh keyakinan yang teguh dalam membantu
petani-nelayan menolong dirinya sendiri memperbaiki nasib dan derajat
hidup kea rah yang lebih tinggi.
Dalam melaksanakan kegiatan penyuluh pertanian, dibutuhkan suatu
rencana kerja yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
tugasnya. Rencana kerja disusun oleh para penyuluh pertanian berdasarkan
programa penyuluhan pertanian setempat, yang menentukan hal-hal yang
perlu ddisiapkan dalam berinteraksi dengan petani. Rencana kegiatan (kerja)
penyuluh pertanian disusun selama setahun, dengan mempertimbnagkan
ketersediaan waktu yang ada pada penyuluh pertanian yang bersangkutan
kesempatan/ kesepakatan dengan petani/ kelompok tani binaannya. Dan
diharapkan dengan adanya rencana kerja penyuluh pertanian ini keiatan
penyuluhan

dapat

lebih

membantu

petani

dalam

meningkatkan

kesejahteraan petani dan kekurangannya.


B. Tujuan
Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian yang jelas dan sistematis

bertujuan untuk :
Memberikan arah dan pedoman pelaksanaan yang jelas agar penyuluhan

pertanian berjalan efektif dan efisien.


Menjamin lebih terpadunya kegiatan dari berbagi program pada beberapa

sector dalam satu arah sasaran yang sama.


Tersedianya perencanaan pembelajaran bagi petani.
Menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatn penyuluhan pertanian.
Memecahkan masalah petani dan mengembangkan usaha taninya.

II.

KEADAAN UMUM WILAYAH KERJA

A. Keadaan Administrasi Kelurahan


Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Kelurahan Allepolea temasuk dalam wilayahKecamatan Lau, berada pada


daratan rendah dengan ketinggian 0-70m dari permkaan laut. Kelurahan
initerbagi menjadi enam lingkungan, yaitu : Pamelakkang jene Bonto
Kapetta I, Bonto Kapetta II, Talamangape, Kasuarrang, dan Bontomanai.
Luas Kelurahan Allepolea adalah 5,19 Km 2 dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Maccini Baji
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Turikale
Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Soreang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Baju Bodoa
Kelurahan Alepolea berstatus hokum defenitif dan termasuk klasifikasi
kelurahan swasembada, yaitu kelurahan yang mampu menyelenggarakan
urusan

rumah

tangga

sendiri.

Administrasi

kelurahan

telah

telah

terselenggara dengan baik dan lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)


telah berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan desa terpadu.
Kelurahan Allepolea berjarak 1 Km dari ibukota kecamatan dan berjarak 2
Km dari ibukota Kabupaten. Umumnya wilayah di kelurahan ini terdapat
dijangkau oleh sarana transportasi.
B. Monografi dan Potensi Wilayah
Penduduk Kelurahan Allepolea tercatat sebanyak 6.674 jiwa, yang terdiri
atas 3.325 laki-laki dan 3.349 perempuan. Kelurahan ini merupakan dengan
kepadan penduduk terbesar di Kec.Lau, sebesar 1.285 jiwa per Km 2.
Dari luas keseluruhan Kelurahan Allepolea yang 5,19 Km2, terdapat areal
sawah pertanian yang diusahakan oleh petani seluas 428 Ha, dengan rincian
302 Ha sawah irigasi tehnis dan 124 Ha sawah tadah hujan. Selain tanah
persawahan, terdapat juga tanah darat berupa tegalan dan pekarangan
seluas 85 Ha, tambak 92,84 Ha, dan Kolam seluas 0,75 Ha yang terdapat di
lahan

laboratorium

tanah

milik

Balai

Pengkajian

Teknologi

Pertanian

(BPTP)Sul-Sel. Potensi lahan pertanian yang diusahakan di Kelurahan ini


cukup besar (604,59 Ha) untuk dikelola sehingga diharapkan mampu
mmenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan (karbohidrat).
Adapun rincian potensi lahan yang diusahan untuk pertanian di
Kelurahan Allepolea dapat dilihat pada Tabel 1.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Tabel 1. Potensi Lahan Pertanian di Kelurahan Allepolea, Kec.Lau 2012


Tnah Daratan
Nama
Kelurah
an
Allepole
a

(Ha)

Tanah Sawah Irigasi (Ha)

Tega

Pekarang

Jumla

an

35,00

85,00

50,0

Tada
Tenis

302,

hujan
124,

Jumla
h
426,0

Kola
m
(Ha)
0,75

Tamba

Jumla

k (Ha)

92,84

604,5

0
00
00
0
9
Selain potensi lahan yang cukup besar, kegiatan pertanian harus pula

didukung oleh iklim yang sesuai. Iklim Kelurahan Allepolea Allepolea bertipe
C, dengan curah hujan 200 mm bulan/ tahun pada bulan basah dengan
jangka waktu 5-6 bulan/ tuhan secara berturut-turut dan pada bulan kering
curah hujan 100 mm/ bulan selama 3-4 bulan. Jika selama tiga tahun
terakhir, mulai tahun 2007 2010 bulan kering terjadi pada bulan Juli
Agustus, September, dan oktober, dan bulan basah terjadi pada Januari
sampai Juni, November Desember. Curah hujan terbanyak rata-rata jatuh
pada bulan Desember. Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian bagi
petani untuk lebih mengantisipasi kegiatan pertanaman yang akan dlakukan.
Adapun jenis tanah diwilayah kerja Allepolea termasuk jenis tanah
alluvial, dengan Ph tanah kering 5,8 7 dan lahan sawah 5,5 -6.
Dengan luas lahan pertanian, jumlah penduduk/KK yang berusaha tani
dan didukung oleh iklim dan jenis tanah yang sesuai, diharapkan pertanian
khususnya budidaya padi-sawah dikelurahan ini dapat lebih optimal dan
maksimal.
C. Potensi Sumberdaya Manusia
Jumlah penduduk di Kelurahan Allep[olea adalah 6.674 jiwa sedang jmlah
rumah tangga di Kelurahan Allepolea adalah 1.366 KK, dan sebanyak 658 KK
bekerja disektor pertanian atau sekitar 48,2 % penduduk Allepolea bermata
pencaharian utama sebagai petani. Dari 658 KK tani ini, 230 KK merupakan
pemilik lahan sekaligus penggarap dan sisanya yang 428 KK berperan
sebagai penggarap. Sebagian lainnya, penduduk Allepolea bekerja sebagai
pegawai negeri sipil (PNS) dan pengusaha/pedagang.
Adapun rincian peduduk Kelurahan Allepolea berdasarkan klasifikasi
umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Table

2.

penduduk

Kelurahan

Alllepolea

Kecamatan

lau

Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2011.


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
13
.
14
.

Kelompok umur
(tahun)
04
59
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 64
65 >

Jumlah Penduduk (jiwa)


Laki-laki
Perempuan
391
301
394
351
395
295
305
566
245
285
254
458
292
235
233
177
201
152
174
134
125
104
83
70
91
120
142
101

Jumlah
692
745
690
871
530
712
527
410
353
308
229
153
214
241

Jumlah
3.325
3.349
6.674
Sumber : Kecamatan Lau dalam Angka, BPS Kab.Maros, 2011
Tingkat Umur dapat menentukan kemampuan bekerja, pengalaman dan
kematangan berpikir, serta kemampuan dalam mengadopsi teknologi.
Tingkat

umur

juga

mempengaruhi

persepsi

seseorang

terhadap

pengembangan kegiatan suatu usaha. Bila dilihat pada table 2, terlihat


bahwa penduduk Kelurahan Allepolea sebagian besar masih berada pada
level

umur

bekerja

sehingga

diharapkan

dapat

mempengaruhi

perkembangan pertanian di wilayah ini.


Selain umur, tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi pola
pemikiran seseorang. Koreksi antara tingkat pendidikan formal signifikan
dengan kemampuan ertani dalam pengembangan usaha tani. Sebaran
tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Allepolea dapat dilihat pada table
3.
Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Menurut


Tingkat Pendidikan, 2011
No
1.

Tingkat Pendidikan
Belum/ tidak Tamat SD

Jumlah Penduduk (Jiwa)


1.638

2.

SD

1.441

3.

SMP

619

4.

SMU/SMK

784

5.

Akademi/Sarjana
Jumlah

2.193
6.674

D. Potensi Agroekosistem
Sesuai dengan kondisi lahan dan iklim, potensi yang dapat
dikembangkan di Kelurahan ini adalah padi, kacang hijau, ubu jalar, kacang
tanah. Melon, semangka, dan beberapa jenis sayuran hijau. Tetapi yang
umum dibudidayakan oleh petani adalah tanaman padi dan kacang hijau.
Luas pertanaman padi sawah adalah 426 Ha dengan jumlah petani yang
mengusahakan sebanyak 658 KK. Adapun tingkat luas panen, produktifitas,
dan jumlah produksi pada musim tanam tahun 2011 dapat dilihat pada table
berikut.
Table 4. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam
2010/2011 (rendengan) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten
Maros. 2011.
Luas Baku
Luas
Sawah
Tanam
(Ha)
(Ha)
Allepolea
426,00
361,00
Sumber : BPP Kec.Lau 2011
Nama
Kelurahan

Luas
Panen (Ha)

Produktivit
as Kw/Ha

361,00

62,14

Jumlah
Produksi
(Ton)
2.243,25

Table 5. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam
2011 (Gadu/MK I 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten
Maros. 2011.
Nama
Kelurahan

Luas Baku
Sawah
(Ha)

Luas
Tanam
(Ha)

Luas
Panen (Ha)

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Produktivit
as Kw/Ha

Jumlah
Produksi
(Ton)

Allepolea
426,00
426,00
Sumber : BPP Kec.Lau 2011

426,00

65,00

2.769,00

Table 6. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam
2011 (Gadu/MK II 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten
Maros. 2011.
Luas Baku
Luas
Sawah
Tanam
(Ha)
(Ha)
Allepolea
426,00
145,00
Sumber : BPP Kec.Lau 2011
Nama
Kelurahan

Luas
Panen (Ha)

Produktivit
as Kw/Ha

145,00

56,00

Jumlah
Produksi
(Ton)
812,00

Table 7. Luas Pertanaman Palawija (kacang Hijau) pada Musim tanam 2011
(Gadu/MK II 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten Maros.
2011.

Nama
Kelurahan

Luas Baku
Sawah
(Ha)

Luas
Tanam
(Ha)

Allepolea
426,00
127,35
Sumber : BPP Kec.Lau 2011

Penyebaran Varietas (Ha)


Ubi Jalar &
Kacang
Tanaman
Jagung
Hijau
Sayuran
Lainnya
125,35
1,00
1,00

Bila dilihat dari Tabel 4 diatas, maka pada musim rendengan 2010/2011
areal pertanaman padi hanya 361,00 Ha (84,7%) dari luas baku sawah. Hal
ini disebabkan terdapat 65 Ha sawah yang tergenang akibat banjir, terutama
di daerah Balanga dan Caballa (belakang Balitsereal). Tergenangnya sawah
di daerah tersebut karena tidak terdapatnya saluran air/ irigasi yang dapat
menjadi tempat pembuangan air yang menggenangi persawahan.
Pada awal musim Gadu 2011 (MK I), curah hujan rendah menjadi kondisi
yang baik bagi pertanaman sehingga dari luas baku sawah 426,00 Ha
semuanya ditanami (100 %) sehingga produksi juga meningkat (Tabel 5).
Pada musim Gadu 2011 (MK II) kondisi iklim yang panas menyebabkan
terjadinya kekurangan air di beberapa wilayah di Allepolea, terutama daerah
yang tidak beririgasi. Luas pertanaman padi 145,00 Ha (34%), luas
pertanaman palawija 127,35 Ha (29,9%) dan 153,65 (6,1%) lahan yang
ditanami (bero). Lahan ang tidak ditanami ini pada umumnya

terdapat

didaerah yang dekat dengan tambak (daerah kasuarrang) sehingga terkena

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

rembesan

air

asin.

Kondisi

iklim

yang

panas

serta

kekurangan

air

menyebabkan kadar asin di persawahan sangat tinggi sehingga lahan tidak


dapat ditanami dengan tanaman apapun dan ini memerlukan pengujian lebih
lanjut untuk mengantisipasi kondisi ini supaya tidak berlanjut.
Untuk tingkat produktivitas tanaman kacang hijau

1,1

ton/ha.

Produktivitas ini juga masih dapat ditingkatkan dengan menerapkan system


pertanaman dan pemeliharaan yang tepat.
E. Kelembagaan
Di Kelurahan Allepolea terdapat kelembagaan tani berupa kelompok
tani yang berjumlah 14 kelompok yang terdiri dari 12 kelompok tani dewasa,
1 taruna tani, dan 1 kelompok wanita tani. 6 kelompok tani merupakan tani
pemula, 4 kelompok madya, dan 4 kelompok tani yang sudah lanjut.
Kelompok tani dewasa mempunyai jens usaha tani utama padi sawah,
taruna tani bergerak dibidang pembudidayaan dan penjualan tanaman hias
dan hortikultura, sedang wanita tani berusaha tanaman palawija dan ternak
ungags.
Table 8. Kelompok Tani, Jumlah Anggota Kelompok Tani dan Luas Lahan
Per kelompok Tani kelurahan Allepolea Kec.Lau Kab.Maros 2012.

No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.

50
48
29
26
39
29

35,30
25,15
17,30
30,15
24,70

Lanjut
Madya
Lanjut
Lanjut

Drs. Abd.Hamid
H
Basri, S.E
H.Halide
Sangkala D
Dg.Nyambung
Yusdal
Yusuf,S.Sos
Abdul Hafid
H.Sudding
Ilyas
Umar

Luas
Lahan
Pertanian
(Ha)
42,65

38
34
27
50

22,40
20,65
9,29
25,40

1998

Pemula

Erwin

37

34,68

2005

Pemula

M.Syukur S

47

58,02

Tahun
Berdi
ri

Kelas
Kelompo
k

Pammelakang
Jene
Tunas Harapan
Kayu Sanga I
Kayu Sanga II
Minasa Tene I
Minasa Tene II

1979

Madya

1998
1981
1999
1979
1999

Madya
Lanjut
Pemula
Madya
Pemula

Bonto Kapetta
Tamalanrea
Talamangape
Suka Maju

1981
1972
1976
1987

Balanga
Caballa

Kelompok Tani

Ketua
Kelompok Tani

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Jumlah
Anggo
ta

13
.
14
.

WT.Za Mays

2000

Pemula

Salmawati, S.E

50

2,25

TT.Allepolea

1987

Pemula

Abd.Majid
Abbas

27

4,25

531

352,19

JUMLAH

Selain Kelompok Tani, DI Kelurahan Allepolea juga telah terbentuk


Gapoktan yang bernama Gapoktan Allepolea yang merupakan gabungan dari
14 kelompok tani yang ada. Gapoktan Allepolea di Ketuai oleh Drs.
Abd.Hamid Haseng, dengan Wakil Ketua Basri, SF. Sekretaris Abd.Majid Abbas
dan Bendahara Erwin. Gapoktan ini terdiri atas unit usaha mikro. Gapoktan
ini terbentuk atas kesepakatan dalam rangka lebih memeberdayakan
kelompok tani dan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dalam
membina suatu kerjasama. Melalui Gapoktan diharapkan petani dapat
meningkatkan produktivitasnya, memperbaiki mutu hasil panennya, serta
mampu meningkatkan manajemen usahataninya.
Kelembagaan ekonomi desa lainnya yang terdapat di Kelurahan
Allepolea adalah KUD. KUD ini memiliki anggota penuh sebanyak 771 orang,
dilayani (yang aktif) 502 orang dan calon anggota 150 orang. Disamping
melayani kebutuhan petani akan saprodi pertanian, KUD ini juga memiliki
bidang usaha lainnya, seperti reparasi barang elektronik, bengkel kendaraan
bermotor, dan usaha penggilingan beras.
F. Sarana Produksi Pertanian
Kepemilikan alat-alat pertanian oleh petani di Kelurahan Allepolea
sudah cukup terpenuhi untuk kegiatan usahatani. Jumlah penggilingan/huller
yang tercatat 18 buah, hand sprayer 180 buah, dan traktor 60 buah. Alat ini
semuanya dimiliki oleh petani, baik secara perorangan ataupun milik
bersama beberapa orang. Untuk sector peternakan, karena masih belum
diusahakan secara intensif oleh petani, maka kepemilikan alat juga terbatas.
Sedang untuk sector perkebunan, tidak diusahakan di wilayah ini.
Produksi usaha tani untuk tanaman padi adalah 65,0 Kw/Ha dengan
harga rata-rata waktu panen Rp. 2.700/ Kg biaya produksi rata-rata tiap
hektar Rp. 6.500.000, yang meliputi biaya sewa lahan, sewa traktor, ongkos
tanam, benih, pupuk, upah tenaga kerja, peralatan, pestisida (jikadiperlukan)
dan upah panen.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Untuk produksi kacang hijau rata-rata per hektar adalah 11,0/ Kw


dengan harga rat-rata waktu panen Rp. 6.000 / Kg. biaya produksi rat-rata
tiap hektarnya Rp. 800.000, yang meliputi biaya tanam, pupuk, dan
pemeliharaan. Tanaman kacang hijau banyak dibudidayakan oleh petani
karena tidak mebutuhkan olah lahan, sawah dapt langsung ditanami oleh
tanaman kacang hijau.

A. Teknis
Permasalahn
kurangnya

III.
teknis

penerapan

PERMASALAHAN
bagi

petani

teknologi

di

usaha

Kelurahan
tani

Allepolea

yang

tepat

adalah
seperti

pengolahan lahan yang benar. Seringkali pengolahan lahan dilakukan


secara terbur-buru unrtuk segera melakukan pertanaman kembali
(terutama daerah yang sering terkena banjir pada musim penghujan :
Balanga, dan beberpa daerah lainnya).
Penggunaan benih berlabel/bersertifikat masih kurang oleh petani.
Umumnya petani menggunakan benih sendiri. Rendahnya penggunaan
benih berlabel disebabkan kurangnya informasi mengenai manfaat
penggunaan benih berlabel, harganya yang masih menjadi pertimbnagan
bagi petani serta kurangnya informasi tempat memperoleh benih
berlabel/bersertifikat.
Kurangnya saluran irigasi yang memadai menyebabkan pembagian air
tidak merata sepenuhnya sehingga waktu penanaman tidak serempak.
Karenanya diperlukan beberapa sumber air yang dapat digunakan secara
berkelompok oleh petani. Beberapa wilayah di Allepolea belum/ tidak
mempunyai saluran air/irigasi sehingga menyebabkan beberapa areal

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

persawahan mengalami kekeringan pada musim Gadu dan terendam air


pada musim rendengan.
Pemupukan yang tidak seimbang. Petani cenderung menggunakan
pupuk urea yang berlebihan, dan mengurangi pemakaian jenis pupuk
yang lainnya, terutama KCL. Kelangkaan pupuk [ada saat dibutuhkan
juga menjadi masalah bagi petani, sehingga terkadang pemupukan
menjadi terlambat. Selainitu, ktergantungan petani yang tinggi terhadap
pupuk anorganik (urea,SP36, dan KCL) sehingga pemanfaatan pupuk
organic sangat kurang.
Tingkat serangan hama/penyakit yang cukup tinggi terutama pada
saat musim tanam rendengan. Hama penyakit yang sering menyerang
pertanaman padi di Kelurahan Allepolea adalah keong, penggerek
batang, kresek (penyakit hawar daun) dan tikus.
Dalam mengendalikan Gulma, hama, dan penyakit, petani sering
mengandalkan penggunaan pestisida. Selain itu, kebiasaan petani yang
masih sering mencampur pestisida yang satu dengan yang lainnya dapat
menimbulkan kerugian bagi petani.
Pada kegiatan panen, petani masih menggunakan sabit biasa, belum
menggunakan

sabit

bergerigi.

Selainitu,

petani

juga

umumnya

menggunakan alat perontok, belum menggunakan threster sehingga


kehilangan hasil cukup tinggi.
Mutu gabah yang masih rendah disebabkan penerapan teknologi
pasca panen yang kurang tepat. Masih terbatasnya lantai jemur/terpal
serta kurangnya pengering gabah (dryer) menyebabkan hasil produksi
tidak diproses secara baik.
Dibidang peternakan, permasalahan yang sering dialami oleh petani
adalah kematian ternak ayam buras yang sering mati mendadak karena
terserang ND atau penyakit lainnya sehingga petani dapat menderita
Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

kerugian secara ekonomi. Produktivitas ternak ayam buras juga masih


rendah di kalangan petani. Selain itu, terbatsnya informasi tentang
beternak ayam buras yang tepat serta pengaruh dari

isu flu burung,

turut mempegaruhi keinginan petani untuk beternak ayam buras.


Kurangnya minat petani dalam menerapkan system usaha tani dengan
integritas

padi-ternak,

dimana

ternak

besar

dapat

dimanfaatkan

kotorannya untuk pupuk dan jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai


makanan ternak.
B. Ekonomi
Kurangnya modal yang dimiliki oleh petani sehingga pemenuhan
kebutuhan pupuk dan saprodi lainnya dilakukan secara kredit/pinjam dan
dilunasi setelah panen dengan membayar dalam bentuk gabah/beras.
Kondisi ini memnyebabkan petani terbatas dalam menggunakan pupuk
dan sarana - sarana lainnya.
Tidak terdapatnya lembaga keuangan yang dapat menjadi tempat
bagi petani dalam memenuhi kebutuhan akan modal untuk
meningkatkan usaha tanunya dengan bunga rendah.
Masih terbatasnya pasar bagi hasil produksi menyebabkan petani
melakukan kegiatan pemasaran di sekitar daerah produksi.
C. Sosial
Umumnya kegiatan berusahayani di Kelurahan Allepolea dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri, hanya sebagian kecil yang telah
berorientasi agribisnis. Apabila terdapat kelebihan hasil produksi, petani
baru menjual, baik dalam bentuk gabah maupun dalam bentuk beras.
Pola piker petani yang seperti ini yang masih terus dibina agar hasil dari
berusaha tani dapat ditingkatkan.
Pengenalan teknologi baru yang masih sulit diseap oleh petani,
terkadang menjadi penghambat dalam penyebaran informasi. Teknologi
Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

baru yang dikenalkan harus terus menerus diinformasikan sehingga


petani tergugah untuk melakukannya.
Sebagian petani selain berani juga memiliki pekerjaan lain, seperti
menjadi tukang batu, berwiraswasta, dan beberapa berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil.
Adapun rincian permasalahan dan upaya pemecahan yang dilakukan
dapat dilihat pada table 9.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea

Anda mungkin juga menyukai