PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan
keluarganya serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong
dan
mengorganisasikan
dirinya
dalam
mengakses
pasar,
teknologi,
produktivitas,
efisiensi
usaha,
pendapatan,
dan
membimbing,
dan
mendorong
para
peani-nelayan
agen
yang kuat yang dilandasi oleh keyakinan yang teguh dalam membantu
petani-nelayan menolong dirinya sendiri memperbaiki nasib dan derajat
hidup kea rah yang lebih tinggi.
Dalam melaksanakan kegiatan penyuluh pertanian, dibutuhkan suatu
rencana kerja yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
tugasnya. Rencana kerja disusun oleh para penyuluh pertanian berdasarkan
programa penyuluhan pertanian setempat, yang menentukan hal-hal yang
perlu ddisiapkan dalam berinteraksi dengan petani. Rencana kegiatan (kerja)
penyuluh pertanian disusun selama setahun, dengan mempertimbnagkan
ketersediaan waktu yang ada pada penyuluh pertanian yang bersangkutan
kesempatan/ kesepakatan dengan petani/ kelompok tani binaannya. Dan
diharapkan dengan adanya rencana kerja penyuluh pertanian ini keiatan
penyuluhan
dapat
lebih
membantu
petani
dalam
meningkatkan
bertujuan untuk :
Memberikan arah dan pedoman pelaksanaan yang jelas agar penyuluhan
II.
rumah
tangga
sendiri.
Administrasi
kelurahan
telah
telah
laboratorium
tanah
milik
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
(Ha)
Tega
Pekarang
Jumla
an
35,00
85,00
50,0
Tada
Tenis
302,
hujan
124,
Jumla
h
426,0
Kola
m
(Ha)
0,75
Tamba
Jumla
k (Ha)
92,84
604,5
0
00
00
0
9
Selain potensi lahan yang cukup besar, kegiatan pertanian harus pula
didukung oleh iklim yang sesuai. Iklim Kelurahan Allepolea Allepolea bertipe
C, dengan curah hujan 200 mm bulan/ tahun pada bulan basah dengan
jangka waktu 5-6 bulan/ tuhan secara berturut-turut dan pada bulan kering
curah hujan 100 mm/ bulan selama 3-4 bulan. Jika selama tiga tahun
terakhir, mulai tahun 2007 2010 bulan kering terjadi pada bulan Juli
Agustus, September, dan oktober, dan bulan basah terjadi pada Januari
sampai Juni, November Desember. Curah hujan terbanyak rata-rata jatuh
pada bulan Desember. Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian bagi
petani untuk lebih mengantisipasi kegiatan pertanaman yang akan dlakukan.
Adapun jenis tanah diwilayah kerja Allepolea termasuk jenis tanah
alluvial, dengan Ph tanah kering 5,8 7 dan lahan sawah 5,5 -6.
Dengan luas lahan pertanian, jumlah penduduk/KK yang berusaha tani
dan didukung oleh iklim dan jenis tanah yang sesuai, diharapkan pertanian
khususnya budidaya padi-sawah dikelurahan ini dapat lebih optimal dan
maksimal.
C. Potensi Sumberdaya Manusia
Jumlah penduduk di Kelurahan Allep[olea adalah 6.674 jiwa sedang jmlah
rumah tangga di Kelurahan Allepolea adalah 1.366 KK, dan sebanyak 658 KK
bekerja disektor pertanian atau sekitar 48,2 % penduduk Allepolea bermata
pencaharian utama sebagai petani. Dari 658 KK tani ini, 230 KK merupakan
pemilik lahan sekaligus penggarap dan sisanya yang 428 KK berperan
sebagai penggarap. Sebagian lainnya, penduduk Allepolea bekerja sebagai
pegawai negeri sipil (PNS) dan pengusaha/pedagang.
Adapun rincian peduduk Kelurahan Allepolea berdasarkan klasifikasi
umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Table
2.
penduduk
Kelurahan
Alllepolea
Kecamatan
lau
Menurut
Kelompok umur
(tahun)
04
59
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 64
65 >
Jumlah
692
745
690
871
530
712
527
410
353
308
229
153
214
241
Jumlah
3.325
3.349
6.674
Sumber : Kecamatan Lau dalam Angka, BPS Kab.Maros, 2011
Tingkat Umur dapat menentukan kemampuan bekerja, pengalaman dan
kematangan berpikir, serta kemampuan dalam mengadopsi teknologi.
Tingkat
umur
juga
mempengaruhi
persepsi
seseorang
terhadap
umur
bekerja
sehingga
diharapkan
dapat
mempengaruhi
Tingkat Pendidikan
Belum/ tidak Tamat SD
2.
SD
1.441
3.
SMP
619
4.
SMU/SMK
784
5.
Akademi/Sarjana
Jumlah
2.193
6.674
D. Potensi Agroekosistem
Sesuai dengan kondisi lahan dan iklim, potensi yang dapat
dikembangkan di Kelurahan ini adalah padi, kacang hijau, ubu jalar, kacang
tanah. Melon, semangka, dan beberapa jenis sayuran hijau. Tetapi yang
umum dibudidayakan oleh petani adalah tanaman padi dan kacang hijau.
Luas pertanaman padi sawah adalah 426 Ha dengan jumlah petani yang
mengusahakan sebanyak 658 KK. Adapun tingkat luas panen, produktifitas,
dan jumlah produksi pada musim tanam tahun 2011 dapat dilihat pada table
berikut.
Table 4. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam
2010/2011 (rendengan) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten
Maros. 2011.
Luas Baku
Luas
Sawah
Tanam
(Ha)
(Ha)
Allepolea
426,00
361,00
Sumber : BPP Kec.Lau 2011
Nama
Kelurahan
Luas
Panen (Ha)
Produktivit
as Kw/Ha
361,00
62,14
Jumlah
Produksi
(Ton)
2.243,25
Table 5. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam
2011 (Gadu/MK I 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten
Maros. 2011.
Nama
Kelurahan
Luas Baku
Sawah
(Ha)
Luas
Tanam
(Ha)
Luas
Panen (Ha)
Produktivit
as Kw/Ha
Jumlah
Produksi
(Ton)
Allepolea
426,00
426,00
Sumber : BPP Kec.Lau 2011
426,00
65,00
2.769,00
Table 6. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam
2011 (Gadu/MK II 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten
Maros. 2011.
Luas Baku
Luas
Sawah
Tanam
(Ha)
(Ha)
Allepolea
426,00
145,00
Sumber : BPP Kec.Lau 2011
Nama
Kelurahan
Luas
Panen (Ha)
Produktivit
as Kw/Ha
145,00
56,00
Jumlah
Produksi
(Ton)
812,00
Table 7. Luas Pertanaman Palawija (kacang Hijau) pada Musim tanam 2011
(Gadu/MK II 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten Maros.
2011.
Nama
Kelurahan
Luas Baku
Sawah
(Ha)
Luas
Tanam
(Ha)
Allepolea
426,00
127,35
Sumber : BPP Kec.Lau 2011
Bila dilihat dari Tabel 4 diatas, maka pada musim rendengan 2010/2011
areal pertanaman padi hanya 361,00 Ha (84,7%) dari luas baku sawah. Hal
ini disebabkan terdapat 65 Ha sawah yang tergenang akibat banjir, terutama
di daerah Balanga dan Caballa (belakang Balitsereal). Tergenangnya sawah
di daerah tersebut karena tidak terdapatnya saluran air/ irigasi yang dapat
menjadi tempat pembuangan air yang menggenangi persawahan.
Pada awal musim Gadu 2011 (MK I), curah hujan rendah menjadi kondisi
yang baik bagi pertanaman sehingga dari luas baku sawah 426,00 Ha
semuanya ditanami (100 %) sehingga produksi juga meningkat (Tabel 5).
Pada musim Gadu 2011 (MK II) kondisi iklim yang panas menyebabkan
terjadinya kekurangan air di beberapa wilayah di Allepolea, terutama daerah
yang tidak beririgasi. Luas pertanaman padi 145,00 Ha (34%), luas
pertanaman palawija 127,35 Ha (29,9%) dan 153,65 (6,1%) lahan yang
ditanami (bero). Lahan ang tidak ditanami ini pada umumnya
terdapat
rembesan
air
asin.
Kondisi
iklim
yang
panas
serta
kekurangan
air
1,1
ton/ha.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
50
48
29
26
39
29
35,30
25,15
17,30
30,15
24,70
Lanjut
Madya
Lanjut
Lanjut
Drs. Abd.Hamid
H
Basri, S.E
H.Halide
Sangkala D
Dg.Nyambung
Yusdal
Yusuf,S.Sos
Abdul Hafid
H.Sudding
Ilyas
Umar
Luas
Lahan
Pertanian
(Ha)
42,65
38
34
27
50
22,40
20,65
9,29
25,40
1998
Pemula
Erwin
37
34,68
2005
Pemula
M.Syukur S
47
58,02
Tahun
Berdi
ri
Kelas
Kelompo
k
Pammelakang
Jene
Tunas Harapan
Kayu Sanga I
Kayu Sanga II
Minasa Tene I
Minasa Tene II
1979
Madya
1998
1981
1999
1979
1999
Madya
Lanjut
Pemula
Madya
Pemula
Bonto Kapetta
Tamalanrea
Talamangape
Suka Maju
1981
1972
1976
1987
Balanga
Caballa
Kelompok Tani
Ketua
Kelompok Tani
Jumlah
Anggo
ta
13
.
14
.
WT.Za Mays
2000
Pemula
Salmawati, S.E
50
2,25
TT.Allepolea
1987
Pemula
Abd.Majid
Abbas
27
4,25
531
352,19
JUMLAH
A. Teknis
Permasalahn
kurangnya
III.
teknis
penerapan
PERMASALAHAN
bagi
petani
teknologi
di
usaha
Kelurahan
tani
Allepolea
yang
tepat
adalah
seperti
sabit
bergerigi.
Selainitu,
petani
juga
umumnya
padi-ternak,
dimana
ternak
besar
dapat
dimanfaatkan