Anda di halaman 1dari 39

MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH DI KOPERASI RUKUN AMRIH

SENTOSA KECAMATAN SUKOHARJO KEBUPATEN PRINGSEWU

(Laporan Praktik Umum)

Oleh

MUHAMMAD RIFKI
1814241014

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktik Umum : Manajemen Pengolahan Limbah di Koperasi


Rukun Amrih Sentosa Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu

Nama : Muhammad Rifki


NPM : 1814241014
Program Studi : Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung
Tanggal Pengesahan : Desember 2021

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Peternakan Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Arif Qisthon, M.Si. Liman, S.Pt., M.Si.


NIP. 196706031993031002 NIP. 196704221994021001

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.


NIP. 196110201986031002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan Praktik
Umum. Laporan ini yang disusun berdasarkan realisasi dari pelaksanaan Praktik
Umum pada 09 Agustus – 07 September 2021 di Koperasi Rukun Amrih Sentosa,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.

Penulis menyadari bahwa pada penulisan laporan Praktik Umum ini dapat
diselesaikan atas dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si. – selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung atas izin yang diberikan untuk melaksanakan
PU ;

2. Bapak Dr. Ir. Arif Qisthon, M.S.—selaku Ketua Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung atas izin dan arahan yang telah diberikan;

3. Bapak Liman, S.Pt, M.Si. – selaku Ketua Program Studi Nutrisi dan Teknologi
Pakan Ternak dan selaku pembimbing PU, Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung atas bimbingan dan saran yang telah
diberikan;

4. Bapak Agung Kusuma W., S.Pt., M.P, Bapak Drh. Madi Hartono, M.P., Bapak
Drh. Purnama Edi Santoso, M. Si. selaku panitia PU Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung atas nasehat dan bimbingan yang
telah diberikan;

iii
5. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. – selaku dosen PU Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung atas nasehat dan bimbingan yang
telah diberikan;

6. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A – selaku Pembimbing Akademik atas


bimbingan,saran, motivasi dan nasehat yang selama ini diberikan;

7. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Peternakan atas bimbingan, nasehat, motivasi,
dan semua ilmu yang selama ini diberikan;

8. Ayah, Ibu, Kakak, Adik, serta keluarga atas doa, nasehat, motivasi, perhatian,
pengorbanan, dan kasih sayang yang tulus iklas serta senantiasa berjuang untuk
keberhasilan penulis;

9. Bapak Joko Waluyo – selaku Ketua Koperasi Rukun Amrih Sentosa, atas
bantuan, saran, kritik, motivasi, dan arahannya selama penulis mengikuti PU;

10. Ibu Aini, Mas Fani,Mbk Lia, Pakde Sisuk, Dedek Auna, Dila atas saran,
nasehat dan bimbingannya selama penulis mengikuti PU;

11. Bang topik selaku petugas inseminator atas saran, nasehat dan bimbingannya
selama penulis mengikuti PU;

12. Teman seperjuangan Isma, Irma, Aini atas dukungan, saran, nasehat dan
bimbingannya selama penulis mengikuti PU;

13. Rekan-rekan angkatan 2018 atas segala motivasi, dukungan dan bimbinganya;

14. Anggi Lefiyani atas dukungan, saran, motivasi serta materi yang diberikan;

Semoga semua bantuan dan jasa yang telah diberikan kepada penulis mendapat
bantuan dari Allah SWT. Penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Bandar Lampung, 29 September 2021

Muhammad Rifki

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN............................................................……...ii

KATA PENGANTAR..................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................ v

DAFTAR GAMBAR...................................................................... vi

I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Praktik Umum............................................................ 2
C. Waktu, Tempat, dan Metode Pelaksanaan Praktikum Umum. 3

II. GAMBARAN UMUM.............................................................. 4


A. Lokasi Peternakan.................................................................. 4
B. Sejarah Perkembangan Koperasi Rukun Amrih Sentosa…… 5
C. Tujuan Koperasi Rukun Amrih Sentosa................................. 6
D. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.............................. 6
E. Ketenagakerjaan...................................................................... 8
F. Peralatan Produksi................................................................... 9
G. Gudang Pakan......................................................................... 9
H. Kebun Hijauan...................................................................... 10

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN...................... 12


A. Jenis dan Bangsa kambing.................................................... 12

v
B. Sanitasi Kandang.................................................................. 14
C. Pemanfaatan Limbah............................................................ 16
D. Pengolahan Pupuk Kompos.................................................. 17
1. Pengolahan Pupuk Kompos Padat................................... 17
2. Pengolahan Pupuk Kompos Cair..................................... 21
3. Manajemen Pemasaran Pupuk Kompos ......................... 23

IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 25


A. Kesimpulan........................................................................... 25
B. Saran..................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel. Halaman

1. Peralatan Produksi Rukun Amrih Sentosa.................................... 9


2. Lahan Usaha Koperasi Rukun Amrih Sentosa……………….... 10

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.Peta Lokasi Koperasi Rukun Amrih Sentosa............................................ 5
2.Struktur Organisasi................................................................................... 6
3.Gudang Pakan........................................................................................... 10
4.Kebun Hijauan.......................................................................................... 11
5. Lantai Kandang di Koperasi Rukun Amrih Sentosa................................ 15
6. Proses Pembuatan Pupuk Kompas........................................................... 21
7. Proses Pembuatan Silase Daun Singkong................................................ 29
8. Proses Pemerahan Kambing..................................................................... 29
9. IB Kambing.............................................................................................. 30
10. Penyerahan Pelakat................................................................................ 30
11. Perpisahan Bersama Bapak Joko dan Ibu Aini Selaku Tuan
Rumah dan Ketua Koperasi Rukun Amrih Sentosa.............................. 31

viii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kambing perah merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi
untuk menjadi penghasil susu di Indonesia. Potensi tersebut salah satunya
disebabkan karena nilai gizi dan daya serap susu kambing dapat bersaing dengan
susu sapi. Ditambah lagi dengan potensi susu kambing yang dapat menjadi
pengganti susu sapi bagi orang yang alergi. Menurut Moelijanto, dkk (2002)
menyatakan bahwa manfaat susu kambing mempunyai antiseptik alami dan dapat
membantu menekan pembiakan bakteri patogen dalam tubuh. Protein lembut dan
efek laksatifnya ringan sehingga tidak menyebabkan diare bagi pengonsumsinya.

Selain susu produk lain yang dihasilkan dari kambing perah adalah limbah
peternakan seperti feses, urine, dan sisa pakan yang apabila dibiarkan tanpa
adanya pengolahan lebih lanjut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,
gangguan kesehatan pada kambing, dan masyarakat yang ada disekitar peternakan
tersebut. Untuk itu, pengolahan pada kotoran ternak perlu dilakukan guna
mengurangi pencemaran lingkungan.

Pengolahan kotoran ternak dapat dilakukan dengan cara pembuatan pupuk


kompos dan pupuk cair. Menurut Hapsari (2013) pada kotoran kambing bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk kandang karena kandungan unsur haranya seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) serta unsur hara mikro diantaranya
kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, dan tembaga yang dibutuhkan
2

tanaman dan kesuburan tanah. Kotoran kambing dapat digunakan sebagai bahan
organik pada pembuatan pupuk kandang karena kandungan unsur haranya relatif
tinggi dimana kotoran kambing bercampur dengan air seninya (urine) yang juga
mengandung unsur hara.

Nilai rasio C/N kotoran kambing umumnya diatas 30. Oleh karena itu, kotoran
kambing harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan ke tanaman.
Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga
sama dengan C/N tanah. Pengomposan adalah proses penguraian bahan-bahan
organik secara biologis oleh mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi. Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama
dan lambat.

Berdasarkan kondisi tersebut, penulis sangat tertarik untuk mempelajari lebih


dalam guna untuk memperoleh pengetahuan tentang pengolahan limbah pada
ternak kambing, terkait pengoalahan dan manajemen pemasaran pada pupuk
kompos dan pupuk cair tersebut. Oleh karena itu, penulis melaksanakan kegiatan
Praktik umum dengan judul “Manajemen Pengolahan Limbah Kambing di
Koperasi Rukun Amrih Sentosa Sukoharjo Pringsewu” sehingga penulis dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung berdasarkan kondisi di
lapangan.

B. Tujuan Praktik Umum

Tujuan dari kegiatan Praktik Umum (PU) ini yaitu:


1. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan limbah kambing di Koperasi
Rukun Amrih Sentosa.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan limbah menjadi pupuk
organik di Koperasi Rukun Amrih Sentos.
3. Mahasiswa dapat mengatahui manajemen penjualan pupuk di Koperasi
Rukun Amrih Sentosa.
3

C. Waktu, Tempat, dan Metode Pelaksanaan Praktikum Umum

Praktik Umum ini dilaksanakan pada:


Waktu : 09 Agustus – 07 September 2021
Tempat : Koperasi Rukun Amrih Sentosa, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Pringsewu.
Metode pelaksanaan kegiatan praktik umum :
1. Praktik secara langsung di Koperasi Rukun Amrih Sentosa, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu dengan cara mengikuti aturan kerja yang
ada di Koperasi Rukun Amrih Sentosa. Adapun aturan kerja yang ada
meliputi pengadaan hijauan pakan, pengadaan bahan baku konsentrat,
pembuatan konsentrat, pembuatan silase, pemberian pakan ternak,kesehatan
ternak, pemerahan susu kambing produksi (laktasi), sanitasi kandang,
pengolahan limbah ternak, pemasaran susu, pemasaran ternak, dan
pemasaran pupuk yang dilakukan di lokasi Praktik Umum.
2. Mengumpulkan data saat praktikum serta menyusun data-data yang
diperoleh selama praktikum yang berguna untuk membantu pembuatan
laporan baik berupa data primer yang diperoleh langsung saat melakukan
pengamatan di lokasi dan data sekunder data yang diperoleh dari catatan
pihak Koperasi Rukun Amrih Sentosa.
3. Diskusi dengan pembimbing lapang dan karyawan Koperasi Rukun Amrih
Sentosa Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.
4

I. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN

A. Lokasi Peternakan

Koperasi Rukun Amrih Sentosa di Sukoharjo I adalah sebuah pekon yang berada
di wilayah Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung,
Indonesia. Secara geografis wilayah Kecamatan Sukoharjo berbatasan langsung
dengan beberapa kecamatan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Sendang Agung dan Kecamatan Kalirejo (Kabupaten Lampung Tengah), sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Gedongtataan,
Kecamatan Waylima, dan Kecamatan Kedondong (Kabupaten Pesawaran),
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulok dan Kecamatan Cukuh
Balak (Kabupaten Tanggamus), sebelah Barat Kecamatan Pugung dan
Kecamatan Air Naningan (Kabupaten Tanggamus).

Kondisi iklim di Koperasi Rukun Amrih Sentosa, Kecamatan Sukoharjo,


Kabupaten Pringsewu ketinggi tempat 500 dpl, suhu rata-rata harian 270C, curah
hujan 500 mm, bentang wilayah datar berbukit. Kecamatan Sukoharjo merupakan
wilayah dataran berbukit dengan agroekosistem yang mendukung untuk
perkembangan kambing perah. Karena suhu yang tidak terlalu panas dan wilayah
ini sangat melimpah hijauan makanan ternak, seperti rumput odot, indigofera,
daun singkong, dan lain-lain.
5

Gambar 1. Peta lokasi Koperasi Rukun Amrih Sentosa, Kecamatan Sukoharjo,


Kabupaten Pringsewu.

B. Sejarah Perkembangan Koperasi Rukun Amrih Sentosa

Koperasi Rukun Amrih Sentosa didirikan di Sukoharjo I Kecamatan Sukoharjo,


Kabupaten Pringsewu pada tanggal 5 Oktober 2013 pada awal berdirinya koperasi
memiliki jumlah anggota sebanyak 20 orang dengan jumlah kepemilikan ternak
kambing sebanyak 25 ekor.

Pendiri Koperasi Rukun Amrih Sentosa dilakukan atas inisiatif Bapak Joko
Waluyo dan beberapa orang peternak lain di Sukoharjo I yang kemudian
dilakukan pertemuan dan musyawarah. Koperasi Rukun Santoso sudah
mempunyai nomor registrasi koperasi dengan nomor : 18-10/KT-600.08.2002.
Pembentukan koperasi dengan harapan dapat memberikan bantuan permodalan
dan bimbingan kepada para peternak di wilayah Sukoharjo dan wilayah di
Provinsi Lampung. Pada tahun 2017 Koperasi Rukun Amrih Sentosa
mendapatkan penghargaan Anugrah Bhakti Peternak sebagai Peternak Berprestasi
tingkat Nasional.
6

C. Tujuan Koperasi Rukun Amrih Sentosa


Adapun Tujuan dari Koperasi Rukun Amrih Sentosa adalah :
1. Mewujudkan usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan yang saling
terintegrasi dengan baik sehingga dapat memberikan nilai yang lebih bagi
petani atau anggota.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkembang dari usaha
tani tradisional menjadi petani yang berwawasan agribisnis dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada.
3. Membentuk masyarakat/anggota yang kompak dan penuh semangat dalam
menjalankan usahanya yang berkelanjutan menuju peternak yang berdaya
saing dan sejahtera.

D. Struktur Organisasi dan Ketenaga Kerjaan

Struktur organisasi dan ketenaga kerjaan menggambarkan dengan jelas pemisahan


kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan
aktivitas dan fungsi dibatasi. Fungsi utama struktur organisasi adalah untuk
menentukan seorang anggota bertanggung jawab terhadap pekerjaanya dan
kepada siapa harus melaporkan hasil kegiatannya. Hal ini diperlukan agar setiap
anggota mengetahui hak dan kewajibanya.Struktur organisasi Koperasi Rukun
Amrih Sentosa.

Joko Waluyo
(Ketua Kelompok)

Freddy Sulistiono Rasikun


(Seketaris ) (Bendahara)

RIDWAN PAIJAN UJIONO AGUS SISWOYO

( Seksi Pemasaran) (Seksi Kesehatan) (Seksi Pendidikan) (Seksi Humas)

ANGGOTA

Gambar 2. Struktur Organisasi Koperasi Rukun Amrih Sentosa


7

Struktur Organisasi Koperasi Rukun Amrih Sentosa

1. Ketua Koperasi

Ketua Koperasi Rukun Amrih Santosa adalah Bapak Joko Waluyo mempunyai
tugas yang sangat penting untuk kemajuan koperasi, seorang ketua harus mampu
menentukan akan dibawa kemana koperasi kedepanya dengan cara mengambil
dan melaksanakan keputusan- keputusan strategis yang disepakati ketika dalam
diskusi.

2. Sekretaris Koperasi

Sekretaris Koperasi Rukun Amrih Sentosa memiliki tugas yang penting


melakukan rekapan setiap kegiatan serta keputusan dan kebijakan untuk
dijalankan bersama. Sekretaris juga bertanggung jawab atas manajemen atau
pengelolaan administrasi organisasi. Seorang sekretaris harus mampu
mempertanggung jawabkan pekerjaanya kepada ketua, pengurus, dan seluruh
anggota.

3. Bendahara Koperasi

Bendahara Koperasi Rukun Amrih Sentosa bertugas merencanakan anggaran


belanja dan pendapatan koperasi dalam hal keuangan dan kekayaan koperasi.
Selain itu, bendahara juga mampu berkordinasi untuk membuat keputusan dan
kebijakan bersama dengan ketua, pengurus, dan seluruh anggota.

4. Seksi Pemasaran

Seksi pemasaran memiliki tanggung jawab untuk mencari kambing baik untuk
dipelihara atau saat akan melakukan penjualan kambing dan penjualan kotoran
ternak serta penjualan susu kambing dengan mencari pasar yang sesuai dengan
tujuan kelompok.

5. Seksi Kesehatan

Seksi kesehatan Koperasi Rukun Amrih Sentosa bertanggung jawab untuk


memerhatikan kesehatan pada koperasi dan kambing.

6. Seksi Pendidikan
8

Seksi Pendidikan Koperasi Rukun Amrih Sentosa bertanggung jawab dalam


mengatur pelatihan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan pada koperasi.

7. Seksi Humas
Seksi humas memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengontrol
pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan untuk memastikan
tercapaianya target tingkat kemampuan dan kopetensi setiap anggota.

E. Ketenagakerjaan

Pekerjaan di Koperasi Rukun Amrih Sentosa dilakukan selama 1 minggu penuh


Waktu kerja dibagi dalam 2 waktu yaitu pagi dan siang. Pada pagi hari dimulai
pukul 06.00-12.30 WIB, kemudian istirahat dan dilanjutkan kembali dengan siang
hari pada pukul 13.00-17.00 WIB. Khusus Jumat, dimulai pukul 13.30-17.00
WIB. Pada Koperasi Rukun Amrih Sentosa menggunakan sistem penggajian
bulanan.

Jenis kambing yang dipelihara meliputi Peranakan Etawah, Sapera, Rambon,


Boer, dan kambing Saburai kambing pada Koperasi Rukun Amrih Sentosa
dipelihara secara intensif di dalam kandang dan mempekerjakan 1 pegawai
kandang dan dibantu oleh istri Bpk Joko. Pegawai kandang mulai aktivitas
bekerja dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB dan beristirahat
pada saat Dhuhur. Pekerja tetap (pegawai kandang) akan bekerja selama 7 hari
dalam seminggu tetapi diperbolehkan untuk izin dengan alasan yang dapat
dipercaya atau dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk bekerja.

F. Peralatan Produksi
9

Peralatan produksi merupakan peralatan yang berfungsi untuk menunjang dan


mempermudah pekerjaan sehari-hari. Sejumlah peralatan produksi yang dimiliki
Koperasi Rukun Amrih Sentosa pada tabel.

Tabel 1. Peralatan produksi Koperasi Rukun Amrih Sentosa

No. Nama Alat Jumlah


1. Motor Roda Tiga 1
2. Copper Hijauan 1
3. Copper kotoran kambing 1
4. Sekop 3
5. Drum fermentasi 20
6. Em4 5
7. Timbangan 2
8. Sapu 5
9. Freezer 1
10. Arko 2
11. Panci pasteurisasi 3
12. Teko 5
13. Serok Garpu 1
14. Cangkul 1
15. Sabit 4
Sumber : Koperasi Rukun Amrih Sentosa (2021)

G. Gudang Pakan

Koperasi Rukun Amrih Sentosa memiliki Gudang Pakan yang terletak didekat
kandang agar memudahkan tenaga kerja dalam mengangkut pakan untuk proses
pemeliharaan. Pakan dan peralatan terletak dalam satu gudang dikarenakan farm
tersebut tidak memiliki banyak peralatan.
10

Gambar 3. Gudang Pakan

H. Kebun Hijauan

Koperasi Rukun Amrih Sentosa mempunyai kebun hijauan yang terletak tidak
jauh dari peternakan. Kebun hijauan ditanami dengan rumput odot, singkong
karet, dan indigofera. Kebun hijauan tidak dipanen setiap hari karena dalam sekali
panen hijauan akan dijadikan silase atau fermentasi. Pemanenan dilakukan jika
hijauan siap panen dan stok silase telah menipis.

Kelompok Ternak Rukun Amrih Sentosa memiliki luas lahan usaha + 1,5 Ha
dengan rincian pada Tabel

Tabel 2. Lahan usaha Koperasi Rukun Amrih Sentosa


Jenis Lahan Luas
Lahan Peternakan Kambing dan + 0,4 Ha
tempat
Pengolahan Kompos
Lahan/Kebun kolektif kelompok + 1,0 Ha
Sumber : Kelompok Ternak Rukun Amrih Sentosa (2021)
11

Selain lahan Koperasi Rukun Amrih Sentosa, memiliki lahan peternakan dan
pertanian anggota kelompok ternak yang cukup luas, baik sebagai usaha budidaya
maupun sebagai penyediaan pakan ternak. Salah satu kebun hijauan milik Bapak
Joko Waluyo yang seluas 5000 m2 ditanami hijauan berupa rumput odot, singkong
karet, dan indigofera. Penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari yaitu
suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau
lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan.

Gambar 4. Kebun Hijauan


12

II. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Jenis dan Bangsa Kambing

Jenis kambing yang dipelihara di Koperasi Rukun Amrih Sentosa adalah kambing
peranakan Etawah, Sapera, Rambon, Boer, dan kambing Saburai. Jenis kambing
ini sangat mudah untuk di kembang biakan serta mudah beradaptasi dengan
lingkungan dan pemasaran kambing ini cukup mudah sehingga pada Koperasi
Rukun Amrih Sentosa lebih tertarik pada jenis kambing tersebut.

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu ternak kambing yang
cukup potensial sebagai penyedia protein hewani baik melalui daging maupun
susunya. Rata-rata pertumbuhan bobot badan kambing PE mencapai sekitar 3,2-
3,7 kg/bulan dan kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5-3 liter per hari
(Setiawan dan Tanius, 2005). Kemampuan produksi susu tersebut cukup
signifikan untuk dikembangkan sebagai ternak kambing penghasil susu yang
sangat potensial. (Nuhaeli dkk., 2014).

Kambing PE memliliki ciri yang khas yaitu bentuk muka cembung, telinga relatif
panjang (18-30 cm) dan terkulai kambing jantan dan betina bertanduk pendek
serta warna bulu bervariasi dari cream sampai hitam. Bulu pada bagian paha
belakang, leher, dan pundak lebih tebal dan lebih panjang dari pada bagian
lainnya. Warna putih dengan belang hitam atau belang coklat cukup dominan.
Tinggi badan untuk jantan 70-100 cm, dengan berat badan dewasa mencapai 40-
80 kg untuk jantan dan 30-50 kg untuk betina.

Kambing Sapera merupakan hasil persilangan kambing peranakan Etawah (tipe


dwiguna) betina dengan kambing Seanen jantan (tipe perah) atau sebaliknya.
13

Kambing ini memiliki bobot lahir dan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan induknya (Sutama et al., 2009). Kambing PESA (nama lain Sapera)
memiliki produksi susu harian lebih baik dari pada kambing peranakan Etawah,
tetapi produksinya lebih rendah dari pada kambing Seanen impor dan kambing
Seanen keturunan (F1) (Ruhimat, 2003).

Kambing Rambon merupakan hasil persilangan antara kambing Peranakan


Etawah (PE) jantan dengan Kacang betina sehingga kandungan genetik kambing
Kacang dalam kambing Rambon lebih tinggi dari pada kambing PE (Djajanegara
dan Misniwaty, 2005). Kambing Rambon dikenal terletak pada pertumbuhannya
yang cepat dan tingkat kesuburannya tinggi.Kedua sifat tersebut diwariskan oleh
kambing Kacang. Postur tubuhnya yang lebih tinggi dari pada kambing Kacang
merupakan hasil pewarisan dari tubuh kambing PE. Kambing Rambon sangat
diminati oleh pedagang daging karena harga kambing ini berat hidup murah
namun harga dagingnya sama dengan bangsa kambing lainnya.

Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan telah menjadi ternak yang teregistrasi
di Indonesia selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Secara
umum, Kambing Boer mempunyai tanda-tanda yang jelas yaitu: tanduk
melengkung keatas dan kebelakang, telinga lebar dan menggantung, hidung
cembung, rambut relatif pendek sampai sedang. Kambing Boer merupakan satu
satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena
pertumbuhannya yang cepat. Menurut Mason (1988) dalam Setiadi (2003), rataan
litter ukuran kambing Boer adalah 1,7 ekor.

Menurut Adhianto et al., (2016) Kambing Saburai merupakan produk unggulan


dari Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, kambing ini hasil persilangan
kambing PE betina dengan pejantan kambing Boer, melalui SK Menteri Pertanian
No. 359/Kpts/PK.040/6/2015 tanggal 8 Juni 2015 kambing Saburai telah
ditetapkan sebagai salah satu plasma nutfah Indonesia yang harus dijaga,
ditingkatkan ,dan dikembangkan populasinya sehingga dapat memberi banyak
14

manfaat bagi peternak dan juga dalam upaya mencukupi kebutuhan daging, baik
tingkat lokal maupun nasional.

Pada bulan Juli 2021 jumlah keseluruhan ternak kambing yang dipelihara
Koperasi Rukun Amrih Sentosa sekitar 100 ekor. Sedangkan pada bulan Agustus
2021 mengalami penurunan, hal tersebut karena pada bulan Juli sedang Idhul adha
(Qurban) sehingga kambing banyak yang sudah terjual. Saat ini pada Koperasi
Rukun Amrih Sentosa tersisa 52 ekor yang terdiri dari kandang baja ringan 18
ekor indukan serta anakan dan pada kandang kayu 23 ekor dan kandang yang
lama 11 ekor kambing.

B. Sanitasi Kandang

Menurut BPTP Ungaran (2000) sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan


pencegahan yang meliputi kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau
kandang dan lingkungannya dalam rangka untuk menjaga kesehatan ternak
sekaligus pemiliknya.

Kebersihan kandang merupakan faktor terpenting untuk menunjang kesehatan


ternak terutama usaha kambing. Kandang yang bersih akan ternak akan terhindar
dari berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan ternak menjadi sakit atau
bahkan menyebabkan kematian pada ternak. Selain itu, kandang yang bersih akan
memaksimalkan ternak untuk tumbuh dan berkembang biak. Di Koperasi Rukun
Amrih Sentosa kegiatan sanitasi kandang dilakukan secara rutin setiap hari pada
pagi dan sore hari yang meliputi membersihkan sisa pakan dan minum, serta
membersihakan kotoran kambing. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi bau
yang dapat mencemarkan lingkungan kandang. Sanitasi kandang dilakukan
dengan menggunakan sapu lidi dan dikumpulkan dipojok kandang dan di angkut
menggunakan arko. Lantai kandang pada Koperasi Rukun Amrih Sentosa di
desain dengan kemiringan hingga 70 Derajat sehingga memudahkan proses
sanitasinya.
15

Gambar 5. Lantai kandang Di Koperasi Rukun Amrih Sentosa

Menurut Qomarudin dan Purnomo (2011) tujuan dari adanya kegiatan sanitasi
untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
Sedangkan menurut Herlambang (2014). Selain dengan sanitasi, usaha
pengendalian penyakit yaitu dengan pemanfaatan kandang karantina dan vaksinasi
untuk bakalan baru. Hal tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang berada di
Koperasi Rukun Amrih Sentosa sudah menerapkan sanitasi kandang yang baik
dan pemanfaatan kandang karantina untuk ternak yang sakit dan ternak yang baru
datang.
16

C. Pemanfaatan Limbah
Menurut Simamora et al., (2006). Usaha peternakan sangat penting peranannya
bagi kehidupan manusia karena sebagai penghasil bahan makanan. Produk
makanan dari hasil peternakan mempunyai kandungan nutrisi yang sangat tinggi
yaitu sebagai sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil
dari usaha peternakan terdiri dari produk utama yaitu susu, telur, dan daging serta
produk ikutan atau limbah yang terdiri dari kulit, feses, darah ,dan lain-lain.

Selain memberikan dampak yang positif, peningkatan usaha peternakan juga


memberikan dampak negatif yaitu dari limbah yang dihasilkan. Apabila usaha
peternakan semakin berkembang maka limbah yang dihasilkan juga akan semakin
banyak (Wahyuni, 2008). Limbah peternakan merupakan salah satu sumber
bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pupuk kompos.

Limbah peternakan akan dapat menguntungkan apabila dikelola dengan baik dan
benar. Kotoran berbentuk cair maupun padat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik bagi tanaman pertanian maupun digunakan untuk lahan hijauan makanan
ternak (HMT).

Menurut Abidin (2002) Penanganan limbah harus direncanakan dengan sebaik-


baiknya maka biasa diupayakan untuk menghasilkan penghasilan tambahan
seperti yang mengolah kotoran menjadi kompos. Sedangkan menurut Hartatik
dan Widowati (2006). Limbah ternak kambing berupa urin dan feses memiliki
kandungan nutrien yang cukup tinggi untuk tanaman khususnya kalium (0,8%)
dan nitrogen (0,9%) dengan kadar air yang cukup rendah (64,8%) sehingga cocok
untuk mendukung pertumbuhan buah dan daun. Tetapi limbah hasil ternak tidak
dapat secara langsung digunakan sebagai pupuk karena sifatnya yang asam dan
panas dapat merusak tanaman, sehingga untuk pemanfaatannya harus melalui
proses penguraian atau pengolahan terlebih dahulu. Selain itu, feses kambing
yang padat dan berbentuk butiran susah dipecah secara fisik sehingga berpengaruh
terhadap proses dekomposisi dan penyediaan unsur hara.
17

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran
hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa
tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai
pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami
pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan
pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang.

D. Pengolahan Pupuk Kompos

1. Pengolahan Pupuk Kompos Padat

Menurut Subekti, (2015) proses pembuatan kompos (komposting) dapat dilakukan


dengan cara aerobik maupun anaerobik. Proses pengomposan adalah proses
menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah. Keunggulan dari
pupuk kompos ini adalah ramah lingkungan, dan dapat menambah pendapatan
peternak serta dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki
kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara
berlebihan.

Pada saat ini penggunaan pupuk anorganik secara besar-besaran terjadi justru
setelah revolusi hijau berlangsung, hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk
kimia anorganik dirasa lebih praktis dari segi pengaplikasiannya pada tanaman,
jumlah takarannya jauh lebih sedikit dari pupuk organik serta relatif lebih murah
karena saat itu harga pupuk disubsidi oleh pemerintah serta lebih mudah
diperoleh. Akan tetapi imbas penggunaan jangka panjang dari pupuk kimia
anorganik justru berbahaya karena penggunaan pupuk anorganik tunggal secara
terus menerus dalam jangka panjang akan membuat tanah menjadi keras karena
residu sulfat dan kandungan karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah
bereaksi terhadap kalsium tanah yang menyebabkan sulitnya pengolahan tanah
(Roidah, 2013).
18

Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan tersebut tidak baik bagi kesehatan
manusia. Mengingat pentingnya pupuk kompos dalam memperbaiki struktur
tanah. Pengolahan limbah peternakan untuk dijadikan pupuk organik berbahan
kotoran kambing untuk memudahkan petani dalam memanfaatkan kotoran
kambing, sekaligus memproduksi pupuk organik yang akhirnya akan menambah
pendapatan. Selain itu, manfaat pupuk kompos diantaranya adalah memperbaiki
struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan, memperbesar daya ikat tanah
berpasir sehingga tanah tidak berderai, menambah daya ikat tanah terhadap air
dan unsur-unsur hara tanah, memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
mengandung unsur hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara
ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik), membantu proses pelapukan
bahan mineral dapat memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, serta
dapat menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.

Pengolahan kotoran kambing yang memiliki kandungan N, P ,dan K yang tinggi


sebagai pupuk kompos dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik. Pada tanah yang baik/sehat,
kelarutan unsur-unsur anorganik akan meningkat, serta ketersediaan asam amino,
zat gula, vitamin, dan zat-zat bioaktif hasil dari aktivitas mikroorganisme efektif
dalam tanah akan bertambah, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi semakin
optimal.

Proses pengomposan di tingkat rumah tangga seperti sampah dapur umumnya


menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan
yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit
gandum dan batang jagung. Sedangkan untuk kompos dari limbah peternakan
dapat dibuat dengan menggunkan bahan seperti feses, urine, kapur, dan serbuk
gergaji. Untuk mempercepat perkembangbiakan mikroba, telah banyak
ditemukan produk isolat mikroba tertentu yang dipasarkan sebagai bioaktivator
dalam pembuatan kompos, salah satunya adalah Effective Microorganisms 4
(EM4) yang ditemukan pertama kali oleh Prof.Teruo Higa dari Universitas
Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 mengandung mikroorganisme fermentor yang
19

terdiri dari sekitar 80 genus, dan mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat
bekerja secara efektif dalam fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak
mikroorganisme, ada tiga golongan utama, yaitu bakteri fotosintetik,
Lactobacillus sp, dan jamur fermentasi (Indriani, 2007).

Proses pengolahan pupuk kompos padat di Koperasi Rukun Amrih Sentosa


sebagai berikut:
a. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat pembuatan pupuk kompos padat
adalah sebagai berikut:
1. Sekop
2. Ember
3. Mesin coper feses
4. Tangki penyemprot air
5. Terpal
6. Feses kambing
7. Cangkul
8. Molases
9. Em4
10. Air
11. Urea

b. Cara Kerja
Adapun cara kerja pembuatan pupuk kompos padat adalah sebagai berikut:
1. Meratakan kotoran kambing yang telah dicoper dengan sekop;
2. Mencampur kotoran kambing dengan larutan Em4, molases, air dan urea
kemudian diaduk hingga rata;
3. Menutup rapat hasil campuram dengan terpal dan didiamkan selama 1
minggu;
4. Melakukan pengadukan setiap 1 minggu sekali;
5. Pada minggu ke 3 sudah siap diaplikasikan/gunakan.
20

Pada Koperasi Rukun Amrih Sentosa dalam sekali produksi pupuk kompos
sebesar 1 ton kotoran kambing diperlukan 1 liter Em4, 5 liter molases, 5 liter air
,dan 3 kg pupuk urea. Proses pengolahan pupuk kompos terjadi 3 kali
pengadukan dan berlangsung selama 21 hari. Pengadukan pertama pada hari ke-7,
pengadukan kedua pada hari ke-14, pengadukan yang terahir terjadi pada hari ke-
21.

Keberhasilan pembuatan pupuk kompos ditandai dengan warna pupuk hitam


kecoklatan, pupuk tidak berbau (bau khas kotoran hewan hilang), pupuk menjadi
rapuh/rumpih/pera tidak menggumpal, pupuk menjadi gembur dan tidak padat,
suhunya dingin, pada minggu 3 - 4 pupuk sudah siap digunakan. Menurut
pendapat farida (2000) menyatakan bahwa ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik
adalah warna kompos biasanya coklat kehitaman. Aroma kompos yang baik tidak
mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti
bau tanah atau bau humus hutan. Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan
menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur
dengan mudah.

Kelembaban bahan kompos berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang


terlibat dalam pengomposan (Yenie ,2008). Kelembaban optimum untuk
pengomposan aerob adalah 50- 60%. Apabila kurang dari 50% maka
pengomposan berlangsung lambat, namun jika lebih dari 60% menyebabkan unsur
hara tercuci dan volume udara dalam kompos berkurang. Akibatnya aktivitas
mikroorganisme menurun dan akan terjadi fermentasi anaerob, sehingga
memunculkan bau tidak sedap Menurut Juanda et al. (2011), jika tumpukan
kompos terlalu lembab maka proses dekomposisi akan terhambat. Hal ini
dikarenakan kandungan air akan menutupi rongga udara di dalam tumpukan.
Kekurangan oksigen mengakibatkan mikroorganisme aerobik mati dan akan
digantikan oleh mikroorganisme anaerobik. Kelembaban bahan kompos
berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan.Kelembaban yang tinggi akibat penyiraman berlebihan dapat
21

mengakibatkan air sisa penyiraman (leachate) menggenangi area tempat


pengomposan (Yenie, 2008). Untuk itu, kelembaban sangat mempengaruhi
perkembangan mikroba.

Gambar 6. Proses pembuatan pupuk kompos

2. Pengolahan Pupuk Kompos Cair

Sarwono (2011), menyatakan bahwa pupuk organik mempunyai banyak


kelebihan, apabila dibandingkan dengan pupuk anorganik yaitu pupuk yang
memiliki unsur hara yang lebih lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur
hara mikro dan pupuk organik mengandung asam-asam organik, enzim dan
hormon yang tidak terdapat dalam pupuk buatan. Salah satu pupuk organik cair
adalah pupuk urin hewan. Untuk itu urin hewan adalah bahan utama pembuatan
pupuk cair.

Menurut Marsono,(2007) urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Bakteri yang
22

terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui analisis,seperti urea yang


dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan
dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk
organik dengan adanya fermentasi, maka zat-zat kompleks dalam urin tersebut
akan dipecah oleh mikroorganisme akan mengalami perubahan bentuk senyawa
yang lebih sederhana atau dengan kata lain proses fermentasi akan mengubah
senyawa kimia ke substrat organik. Perubahan sifat senyawa dalam urin tersebut
akan memperkaya kandungan bahan kimia yang berguna bagi tanaman hijauan
sehingga lebih mudah dicerna oleh tanaman selain dengan cara disiramkan pupuk
jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau
batang tanaman (Marsono, 2007). Urin kambing dapat dimanfaatkan menjadi
salah satu pupuk organik potensial sebagai sumber hara bagi tanaman karena
kandungan N, P, dan K.

Proses pengolahan pupuk organik cair di Koperasi Rukun Amrih Sentosa sebagai
berikut:
a. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat pembuatan pupuk kompos cair
adalah sebagai berikut:
1. Urine
2. Air
3. Em4
4. Buah
5. Fermentasi ikan
6. Ember
7. Alat fermentasi yang terbuat dari terpal
8. Mesin pengaduk

b. Cara Pembuatan
Adapun cara kerja pembuatan pupuk kompos cair adalah sebagai berikut:
1. Penadahan dan Pengumpulan Urine ternak dengan menggunakan ember;
23

2. Memasukkan 10 liter urine kedalam wadah fermentasi;


3. Menambahkan air 10 liter dengan buah 5% dan ikan 5% dan Em4 10 tutup
botol;
4. Mengaduk semua bahan hingga tercampur rata dengan alat fermentasi ini
dilakukan selama 3 hari;
5. Fermentasi berhasil jika pada hari ke 7 atau 8 ketika tutup dibuka tidak
berbau urin lagi.

Pada Koperasi Rukun Amrih Sentosa dalam sekali produksi pupuk kompos cair
sebesar 10 liter urine diperlukan 10 liter air.10 tutup botol Em4, 5% fermentasi
buah dan 5% fermentasi ikan. Fermentasi berlangsung selama 7 hari dengan
tempat tertutup agar bakteri bisa berkembang. Bila fermentasi berhasil maka
sudah tidak berbau urin lagi.

Pupuk organik ramah lingkungan yang diolah dari limbah ternak itu bisa memutus
ketergantungan petani terhadap pupuk urea atau pupuk kimia lainnya. Menurut
Warasfarm (2013) keunggulan penggunaan pupuk organik cair (biourine) yaitu
volume penggunaan lebih hemat dibandingkan pupuk organik padat serta
aplikasinya lebih mudah karena dapat diberikan dengan penyemprotan atau
penyiraman, serta dengan proses akan dapat ditingkatkan kandungan haranya
(unsur Nitrogen).

3. Manajemen Pemasaran Pupuk Kompos

Dalam persaingan pemasaran, penetapan strategi pemasaran yang tepat sangatlah


dibutuhkan sehingga perusahaan dituntut untuk dapat bekerja secara efektif dan
efisien. Menurut Syahpadri ,(2007 ) permasalahan manajemen dalam perusahaan
merupakan salah satu bagian yang sangat penting. Pemasaran yang dilakukan
dengan strategi yang baik akan dapat menempatkan produk yang tepat dan
menguasai pasar.
24

Salah satu faktor pemasaran adalah penempatan (place) distribusi produk yang
dapat diperoleh dengan mudah oleh pelanggan. Para petani merupakan konsumen
yang menggunakan produk pupuk untuk memberikan khasiat dan perkembangan
tanamannya. Dalam ranah pertanian, pupuk merupakan komoditas penting dalam
suatu tanaman. Disamping kegunaannya untuk menyuburkan tanah, terdapat
khasiat lain yang berdampak besar pada hasil.

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung, dimana


sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani, dengan potensi
pertanian yang cukup dan meningkatnya kesadaran masyarakat pentingnya
penggunaan pupuk organik dilahan pertanian, hal ini yang membuat pupuk
organik sangat dibutuhkan. Pada Koperasi Rukun Amrih Sentosa untuk
pemasaran pupuk kompos di jual Rp. 1000.00 /kg. Sedangkan untuk pupuk
organik cair di jual Rp. 25.000. 00.perliter.
25

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Praktik Umum yang telah dilakukan, maka dapat diambil


kesimpulan:

1. Di Koperasi Rukun Amrih Sentosa limbah peternakan kambing diolah


menjadi pupuk organik dan pupuk cair hal tersebut menjadikan produk
unggulan Koperasi Rukun Amrih Sentosa.
2. Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses
dekomposisi atau penguraian.
3. Manajemen pemasaran pupuk organik pada Koperasi Rukun Amrih Sentosa
dilakukan secara langsung.

B. Saran

1. Pada pupuk organik cair maupun padat sebaiknya diberikan logo atau lebel
sehingga petani lebih tertarik.

2. Pada pembuatan pupuk harus menggunakan bahan yang lengkap agar hasil
yang diperoleh maksimal.

3. Pada pemasaran sebaiknya dilakukan dengan media masa atau online


sehingga bisa mencakup semua petani yang ada di Kabupaten Pringsewu.
26

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z.2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Adhianto, K., M.D. Iqbal Hamdani dan Sulastri. 2015. Model Kurva Pertumbuhan
Pra Sapih Kambing Saburai di Kabupaten Tanggamus. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia.

BPTP Ungaran. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah: BPTP
Ungaran.

Djajanegara, A. dan A. Misniwaty. 2005. Pengembangan usaha kambing dalam


konteks sosial-budaya masyarakat. Lokakarya Nasional Kambing
Potong.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Indonesia.

Hapsari, A.Y. 2013.Kualitas dan Kuantitas Kandungan Pupuk Organik Limbah


Serasah dengan Inokulum Kotoran Sapi Secara Semianaerob.Sripsi.
Surakarta: UMS.

Hartatik, W., Widowati, L.R. 2006. Pupuk Kandang Dalam R. D. M.


Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik
(Edr.) Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbag Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Herlambang, Susatyo. 2014. Basic Marketing (Dasar-dasar Marketing) Cara


Mudah Memahami Ilmu Pemasaran. Yogyakarta : Gosyeng Publishing.

Indriani, Y. H., 2004, Membuat Kompos Secara Kilat, Penebar Swadaya, Jakarta.

Juanda. 2011.Pengaruh Metode dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu MOL


(Mikroorganisme Lokal).Jurnal Flotarek 6: 140- 143. Banda Ace.

Kostaman, T. dan I K. Sutama. 2006. Studimotilitas dan daya hidup


spermatozoakambing Boer pada pengencer tris-sitrat-fruktose. Jurnal Sain
Veteriner24.

Lingga dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar


Swadaya.
27

Moelijanto, Rini Damayanti ,dan Bernadius. 2002. Khasiat dan Manfaat Susu
Kambing. Jakarta: Agromedia.

Nuhaeli, N. N. Hidayat, dan P. Soediarto. 2014. Analisis Fungsi Produksi Ternak


Kambing Perah. Jurnal Ilmiah Peternakan. 2(1):129-137.

Qomarudin, M., dan Purnomo, A.N. 2011.Studi Manajemen Pemberian Pakan


Pada Ternak Sapi Potong Di Kelompok Tani Ternak Mekar Sari Desa
Lembakrigadung Kecamatan Likung Kabupaten Lamongan.jurnal Ternak,
Vol. 02, No. 01, Januari 2011.

Roidah, I.S., 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Bonorowo

Ruhimat, A. 2003.Produktivitas kambing persilangan Peranakan Etawa betina


dengan kambing Saanen jantan (PESA) di PT. Taurus Dairy Farm [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta : Kencana.

Setiawan, T dan A. Tanius. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa


Edisi 1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Simamora, S., Salundik, S. Wahyuni dan Surajudin. 2006. Membuat Biogas


Pengganti Bahan Bakar Minyak danGas. AgroMedia Pustaka, Jakarta

Warasfarm. 2013. Potensi Urine Sebagai Pupuk Organik

Yenie, E. 2008.Kelembapan Bahan Dan Suhu Kompos Sebagai Parameter Yang


Mempengaruhi Proses Pengomposan Pada Unit Pengomposan
Rumbai.Jurnal Sains dan Teknologi,
28

LAMPIRAN
29

Gambar 7. Proses pembutan silase daun singkong

Gambar 8. Proses pemerahan kambing

Gambar 9. IB kambing
30

Gambar 10. Penyerahan Pelakat


31

Gambar 11. Perpisahan bersama bapak joko dan ibu aini selaku tuan rumah dan
ketua Koperasi Rukun Amrih Sentosa.

Anda mungkin juga menyukai