Anda di halaman 1dari 31

Pupuk dan Pemupukan

Agrostologi

PUPUK DAN PEMUPUKAN

TUJUAN INSTRUKTIONAL

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Mengklasifikasikan jenis-jenis pupuk

2. Mengetahui peranan pupuk organik dalam ekosistem usaha peternakan

3. Mengaplikasikan pemupukan pada tanaman makanan ternak

4. Menjelaskan manfaat dan kegunaan pemupukan bagi pertumbuhan,

produksi hijauan makanan ternak, dan nilai manfaatnya bagi ternak.

PENDAHULUAN

Pada modul terdahulu kita telah membahas unsur-unsur hara yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur-unsur

hara tersebut kita bagi dalam tiga golongan besar berdasarkan jumlah yang

dibutuhkan oleh tanaman. Karbon, hidrogen, dan oksigen dapat diperoleh oleh

dari air dan udara, dan tersedia untuk digunakan oleh tanaman. Sisa unsur

yang lainnya dapat diserap oleh akar tanaman dari tanah, kecuali nitrogen

yang dapat ditangkap dari udara oleh tanaman keluarga leguminosa yang dapat

bersimbiosis dengan bakteri penangkap nitrogen, seperti rhizobium.

Halaman 1
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Golongan pertama dinamakan unsur makro primer, yaitu unsur makro

yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat banyak sekali oleh tanaman.

Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur yang masuk kedalam golongan

ini. Ketiga unsur ini mesti ditambahkan secara regular dan dalam jumlah yang

sangat banyak, terutama nitrogen. Nitrogen pada tanaman pakan dibutuhkan

dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan unsur yang lain. Kedua,

unsur makro skunder, yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak

tetapi tidak sebanyak yang ketiga pertama. Unsur unsur yang termasuk

kedalam golongan kedua ini adalah calsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur

(S). Sedangkan sisanya masuk kedalam golongan ketiga adalah unsur mikro

atau trace mineral, unsur ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit.

Unsur unsur yang tersebut dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit dalam

tanaman.

Pada tanaman pakan, unsur hara diserap oleh tanaman dan dikonversi

menjadi bagian-bagain tanaman, selanjutnya dikonsumsi oleh ternak dan

dikonversi menjadi bagian bagain yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Bagian

tanaman yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan dalam bentuk feces dan

urine. Pada sistem penggembalaan, feces dan urine itu dapat langsung kembali

ke lahan, sedangakan pada sistem cut and carry terjadi pengangkutan hara

keluar, dan feces dan urine membutuhkan inisiatif dan keinginan petani untuk

mengembalikannya lagi ke lahan. Secara tidak langsung pada sistem

Halaman 2
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

penggembalaan dan cut and carry terjadi pengangkutan hara dalam bentuk

produk peternakan, dan apabila berlangsung lama akan terjadi pengurasan hara

dan penurunan kesuburan tanah.

KESUBURAN TANAH

Tanah yang subur adalah tanah yang mampu mendukung pertumbuhan

tanaman yang diatasnya untuk tumbuh secara optimal. Kemampuan tanah

untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman salah satunya

bergantung kepada tingkat kesuburan tanahnya. Kesuburan tanah tersendiri

sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, kondisi tanah, dan sistem

pemeliharaan tanaman. Kesuburan tanaman dapat diukur berdasarkan

kuantitas dan kualitas tanaman. Kuantitas tanaman merupakan produksi

tanaman dalam bahan kering per satuan luas (ton/ha), sedangkan untuk

kualitas lebih mengukur pada kandungan atau komposisi kimia dari tanaman

tersebut, seperti protein kasar, serat kasar, vitamin, mineral, dan sebagainya.

Bahkan untuk bidang ilmu kita, tanaman pakan, diukur sampai pada potensi

kecernaannya dan produksi ternaknya.

Kesuburan tanah yang baik adalah yang tidak variasi yang sangat

mencolok dari waktu ke waktu dalam kualitas dan kuantitas hasil panen tanpa

memberikan input tambahan berupa pupuk. Kesuburan tanah sendiri dibagi

menjadi dua, yaitu kesuburan tanah potensial dan kesuburan tanah aktual.

Kesuburan tanah aktual adalah kesuburan asli tanah tanpa adanya perlakuan

Halaman 3
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

perbaikan atau peningkatan kesuburan tanahnya, sedangkan kesuburan tanah

potensial adalah maksimum hasil tanah yang diperoleh dengan cara

mengoptimalkan semua faktor yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah dengan cara

penambahan pupuk. Pemupukan adalah suatu cara praktis pemberian nutrisi

tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pupuk adalah suatu bahan

yang diberikan untuk mengubah sifat kimia, fisik, dan biologi tanah sehingga

menjadi lebih baik untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.

Menurut definisi diatas, pemberian kapur (pengapuran) pun dapat

dikategorikan sebagai proses pemupukan, karena kapur dapat mengubah sifat

kimia tanah yang tadinya asam menjadi lebih netral.

KLASIFIKASI PUPUK

Pupuk dapat dibedakan berdasarkan asal, bentuk, bentuk senyawa, cara

penggunaan, reaksi fisiologis, kandungan jumlah hara, macam hara. Mari kita

bahas satu per satu pembagian pupuk tersebut.

Pupuk berdasarkan asal

Berdasarkan asalnya pupuk diklasifiksikan menjadi

Halaman 4
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

1. Pupuk alam, pupuk yang terdapat dialam atau dibuat dengan bahan alam

melalui proses yang tidak begitu berarti, contohnya pupuk kandang,

pupuk hijau, guano, kompos, manure, slurry, dan sebagainya.

2. Pupuk buatan, pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan mengubah

sumberdaya alam melalui proses kimia dan atau fisika, seperti urea, TSP,

Phonska, Nitrofoska, SP36, dan sebagainya.

Pupuk berdasarkan bentuk

Berdasarkan bentuknya, pupuk diklasifikasikan menjadi

1. Pupuk padat, pupuk yang berupa padatan yang mempunyai kelarutan yang

sangat bervariasi mulai dari yang sangat mudah larut sampai dengan yang

sangat sukar larut. Contoh pupuk padat sangat banyak sekali.

2. Pupuk cair, pupuk yang berupa cairan, biasanya dalam penggunaannya

disemprotkan ke daun, kandungan unsur yang terdapat dalam pupuk cair

biasanya lengkap sehingga kadang kala harganya relatif mahal. Banyak

digunakan untuk tanaman hias. Sekarang banyak beredar pupuk organik

cair. Salah satu pupuk organik cair yang sangat bagus adalah cairan hasil

pembuatan biogas.

Pupuk berdasarkan bentuk senyawa

1. Pupuk organik, pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk

alam termasuk kedalam kategori pupuk organik, seperti kompos, pupuk

Halaman 5
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

kandang, pupuk hijau, guano, dan sebagainya. Pupuk alam seperti batuan

fosfat tidak termasuk kedalam pupuk organik.

2. Pupuk anorganik, yakni pupuk yang berasal dari senyawa anorganik,

hampir seluruh pupuk buatan termasuk kedalam pupuk anorganik.

3. Pupuk hayati, yaitu pupuk yang mengandung mikroorganisme yang

berperan dalam meningkatkan kesuburun tanah. Pupuk yang mengandung

bakteri rhizobium, cendawan mikoriza, dan atau bakteri pelarut fosfat

termasuk kedalam contoh pupuk hayati.

Pupuk berdasarkan cara penggunaan

1. Pupuk akar/tanah, pupuk yang yang diberikan ke tanah dekat daerah

perakaran, sehingga pupuk tersebut dapat diserap dan dimanfaatkan oleh

tanaman.

2. Pupuk daun, pupuk yang aplikasinya disemprotkan ke bagian daun,

umumnya dalam penggunaanya dilakukan pelarutan atau pengenceran

terlebih dahulu.

Pupuk berdasarkan reaksi fisiologis

1. Pupuk yang mempunyai respon asam, pupuk yang apabila diberikan

kepada tanaman, tanah disekitarnya akan cenderung menjadi lebih asam.

Halaman 6
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

akar/tanah, pHnya menjadi lebih rendah. Contohnya ZA dan Urea

merupakan pupuk yang mempunyai respons asam.

2. Pupuk yang mempunyai respon basa, yaitu pupuk yang apabila

diaplikasikan ke tanaman, cenderung akan menaikan pH tanah. Pupuk

yang banyak mengandung kation cenderung membuat tanah menjadi basa.

Pupuk berdasarkan kandungan jumlah hara

1. Pupuk tunggal, pupuk yang hanya mempunyai satu unsur hara, Urea, SP-

36, dan KCl merupakan contoh pupuk yang masuk ke dalam pupuk

tunggal. Urea hanya mengandung unsur nitrogen, KCl hanya mengandung

kalium saja, dan SP-36 hanya mengandung fosfor saja. Walaupun pada SP-

36 mengandung juga sulfur, tetapi fosfor yang pentingnya.

2. Pupuk majemuk, pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara yang

diperlukan oleh tanaman, contohnya NPK, Phonska, Nitrofoska,

amophoska, dan sebagainya.

Pupuk berdasarkan macam hara

1. Pupuk makro, pupuk yang hanya mengandung unsur makro saja.

Contohnya NPK.

2. Pupuk mikro, pupuk yang hanya mengandung unsur hara mikro saja.

Contohnya mikrovet, mikroplek, dan sebagainya.

Halaman 7
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

3. Campuran makro dan mikro. Pupuk yang mengandung unsur hara makro

dan mikro, kadang kala pupuk komplit ini mengandung juga zat pengatur

tumbuh tanaman. Contohnya Gandasil.

PUPUK KIMIA CAMPURAN DAN PEMBUATANNYA

Bahan lain pada pupuk

Selain unsur utamanya, pupuk buatan biasanya ada beberapa bahan

yang ikut serta dalam pupuk tersebut. Bahan-bahan tersebut biasanya

berfungsi sebagai:

1. Zat pembawa

Zat pembawa (carrier) ialah zat yang berperan sebagai pembawa pada

pupuk utama, contohnya pada pupuk fosfat sering menggunakan zat

pembawa, contohnya CaSO4, sehingga kadang kala ada sulfur dan calsium

pada pupuk tersebut.

2. Bahan pelapis/mantel (Coated)

Bahan yang digunakan untuk melapisi pupuk dengan maksud agar pupuk

tersebut menjadi lebih baik manfaatnya. Misalnya kelarutan menjadi

berkurang, nilai higroskopisnya menurun, dan atau penampilan menjadi

lebih menarik. Bahan yang digunakan biasanya berupa lilin, wax, malam,

ataupun aspal. Biasanya pupuk yang diberi pelapis mempunyai harga yang

lebih mahal dibandingkan dengan yang tanpa pelapis.

Halaman 8
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

3. Filler (pengisi)

Suatu bahan yang ditambahkan kedalam pupuk untuk menggenapkan

campuran pada pupuk campuran atau puouk majemuk tanpa mengganggu

komposisi utama. Kadang kala filler mempunyai peranan lain yaitu untuk

memudahkan dalam penyebaran supaya lebih merata. Filler yang ideal

harus mempunyai syarat-syarat antara lain: tidak mengandung unsur

utaman pupuk, tidak higroskopis, tidak bereaksi dengan bahan utama

pupuk, menyerupai bentuknya, dan dapat membantu pemakaian pupuk.

Contoh filler yang baik adalah: pasir pantai, serbuk gergaji, sekam padi,

dan kapur biasanya digunakan untuk pupuk padat, sedangkan untuk

pupuk cair biasanya digunakan air.

4. Senyawa lain yang berupa kotoran

Bahan lain yang keempat biasanya berupa kotoran (impurities) atau

campuran bahan lain dalam jumlah yang relatif sedikit. Contohnya pada

ZA (Zwavelzuure Ammoniak) yang sedikit mengandung kotoran sekitar

3% beruapa klor, H2SO4, dan yang lainnya.

Pupuk campuran

Pupuk yang mempunyai unsur hara essensial bagi tanaman lebih satu

unsur hara. Kegunaanan pupuk campuran ini adalah melalui sekali aplikasi

pemupukan telah memberikan beberapa unsur hara yang dibutuhkan oleh

Halaman 9
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

tanamana, sehingga akan memperoleh efiseinsi dalam waktu, tenaga, dan biaya

yang harus dikeluarkan. Pada dasarnya pupuk campuran ini hampir sama

dengan pupuk majemuk. Kita lebih senang menyebutnya pupuk majemuk

bertujuan khusus atau sering disebut juga pupuk komersil, karena

penjualannya biasanya dapat mencapai 2 -10 kali harga pupuk tunggalnya.

Bahkan untuk yang merk dagang dari luar negeri sangat mahal sekali, dan ini

banyak dijumpai dijual pada supermarket-supermarket.

Pupuk campuran dapat menggunakan bahan pupuk yang telah ada yang

mempunyai kandungan unsur essensial yang tinggi atau bahan mentah yang

belum diolah menjadi pupuk. Pupuk tunggal yang sering digunakan antara

lain urea, ZA, TSP, SP36, KCl, dan masih banyak lagi, dan pupuk majemuk

yang sering digunakan nitrophoska, phonska, dan masih banyak lagi,

sedangkan bahan pupuk yang bisa digunakan seperti batuan fosfat, guano, dan

sebagainya.

Untuk membuat pupuk campuran mengikuti grade pupuk (mutu

pupuk) yang merupakan hasil penelitan sebelumnya. Grade pupuk adalah

angka yang menunjukkan kandungan unsur hara utama (nitrogen, fosfor, dan

kalium) dalam bentuk persentase untuk kangungan total nitrogen, P2O5, dan

K2O. Contohnya suatu pupuk A mempunyai grade pupuk 15 9 12, artinya

pupuk tersebut mempunyai kandungan nitrogen total 15%, kandungan P2O5

sebanyak 9%, kandungan K2O sebesar 12%. Berikut ini adalah contoh-contoh

Halaman 10
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

grade pupuk campuran yang diproduksi PT Pupuk Kujang Cikempek, antara

lain: 30 6 8 untuk tanaman padi sawah, 23 9 11 untuk tanaman padi

gogo, 24 9 11 untuk tanaman jagung, 15 11 11 untuk tanaman kentang,

18 10 - 10 untuk tanaman bawang merah, 27 8 8 untuk tanaman bawang

putih, 24 9 12 untuk tanaman tebu, 25 8 11 untuk tanaman teh, 14 14

21 untuk tanaman kakao, 25 10 10 untuk tanaman cengkeh, dan 15 15

6 4 mg untuk tanaman kelapa sawit.

Selain grade pupuk, kita juga mengenal ratio pupuk (ratio fertilizer),

yaitu perbandingan unsur-unsur nitrogen, fosfor, dan kalium dalam bentuk

total nitrogen, P2O5, dan K20. Ratio pupuk ini merupakan penyederhanaan dari

grade pupuk, misalnya pupuk X mempunyai grade pupuk 15 9 12, berarti

mempunyai ratio pupuknya 5, 3, dan 4.

Tidak semua pupuk dapat dicampurkan dan memberikan nilai manfaat. Ada

beberapa pupuk apabila dicampurkan akan menimbulkan kerugian, seperti

terjadinya penguapan, penggempulan, dan pembentukan senyawa baru yang

dapat menurunkan ketersediaan unsur haranya berkurang. Contohnya:

(a) semua pupuk yang mengandung ammonium (NH4), pupuk organik, guano

tidak dapat dicampurkan dengan calsium bebas (CaCO3), kerena pupuk

nitrogennya akan mengalami penguapan,

Halaman 11
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

(b) Ca tidak dapat ditambahkan dengan unsur yang mengandung fosfor karena

akan menurunkan kelarutan dari fosfor dan akhirnya akan mempengaruhi

nilai guna dari pupuk tersebut,

(c) Kapur tidak dapat dicampurkan dengan tepung tulang, pupuk yang

mengandung P, pencampuran ini akan mempengaruhi mutu pupuk karena

asam asam ditanah yang seharusnya menlarutkan pupuk malah

membentuk garam dengan Ca, sehingga menurunkan kelarutan pupuk

fosfor tersebut.

(d) Pupuk yang mengandung unsur K hanya dapat dicampurkan sesaat

sebelum diaplikasikan pemupukan, karena pupuk tersebut akan mudah

mengalami penggumpalan, apalagi bila disimpan pada kelembaban yang

tinggi.

Pada proses pencampuran pupuk, seperti dikatakan diatas bahwa pupuk

tidak semua dapat dicampurkan. Maka dalam pencampuran pupuk ada lima

kategori pedoman pencampuran pupuk, yaitu (A) pupuk dapat dicampurkan,

(B) dapat dicampur menjelang aplikasi pemupukan, (C) menjadi keras tetapi

dapat dipisahkan dengan mudah pada saat pemupukan, (D) menjadi keras, dan

(E) tidak dapat dicampurkan. Untuk lebih jelasnya pada Tabel 1 terdapat

beberapa jenis pupuk dan kemungkinan yang terjadi apabila dilakukan

pencampuran satu dengan yang lainnnya.

Halaman 12
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Tabel 1. Pedoman Pencampuran pupuk

No Jenis pupuk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 ZA A A B E A C B E A A A A E E
2 Sendawa chilli A E B A B A A A A A A A E
3 Urea A E A E A B B E A B E B
4 Kalkstiktof A A E A A E B D A A E
5 Guano A A A A A A A A A A
6 Double A E E B A A B E A
Superfosfat
7 Fosfat alam A A B B B B A E
8 Tepung tulang A E D D E B E
9 Ammophos A A A A B E
10 KCl A A A B E
11 ZK, PK A A E A
12 Nitrophoska A A E
13 Kapur A E
14 Pupuk Kandang A
Sumber: Rosmaskum dan Yuwono (2002).

Cara pembuatan pupuk campuran

Buatlah pupuk campuran dengan grade 15 9 6, dengan

menggunakan pupuk tunggal urea, SP-36, dan KCl! Berapa filler yang

dibutuhkan untuk pembuatan pupuk tersebut sebanyak 100 kg. Pupuk urea

mengandung Nitrogen 46%, SP-36 mengandung P2O5 sebanyak 36%, dan KCl

mengandung K2O sebanyak 60%.

Urea yang dibutuhkan

= (15 / 46) * 100 kg

= 32,60 kg pupuk urea

SP-36 yang dibutuhkan

= (9 / 36) * 100 kg

Halaman 13
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

= 25,00 kg pupuk SP-36

KCl yang dibutuhkan

= (6 / 60) * 100 kg

= 10 kg pupuk KCl

Jumlah pupuk yang akan dicampur,

= 32,60 kg urea + 25,00 kg SP-36 + 10 kg KCl

= 77,60 kg

Untuk menggenapkan menjadi 100 kg maka dibutuhkan filler yang

menyerupai ketiganya, tidak mempunyai mengandung unsur ketiganya, dan

tidak bereaksi dengan ketiganya. Filler yang dibutuhkan

= 100 77,60

= 22,40 kg.

Bahan pengisi (filler) yang dapat digunakan untuk pupuk campuran tersebut

adalah pasir pantai.

PENENTUAN KESUBURAN TANAH

Untuk menentukan jumlah kebutuhan pupuk yang harus diberikan

sangat bergantung pada kesuburan tanah. Pada tanah yang kekurangan hara

biasanya akan ditandai dengan menurunnya pertumbuhan dan produksi

tanaman, tetapi kita kadang tidak mengetahui dengan pasti kekurangan hara

yang dimaksud dengan tepat, karena biasanya ada beberapa hara yang

Halaman 14
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

mempunyai gejala gejala yang mirip, sehingga sulit untuk diidentifikasi. Atau

kadang kala ada tanaman yang tidak memperlihatkan gejala-gejala kekurangan

terlebih dahulu tetapi langsung menunjukkan gejala kekurangan yang sangat

parah.

Untuk itu, perlu memastikan tentang kesuburan tanah tersebut, yang

selanjutnya dapat menentukan dengan pasti jumlah pupuk yang dapat

diaplikasikan. Ada dua langkah yang umum untuk menentukan tingkat

kesuburan lahan, yaitu dengan analisis tanah dan analisis jaringan tanaman.

Analisis tanah

Analisis tanah merupakan metode yang sangat umum untuk

menentukan tingkat kesuburan tanah atau status hara tanah. Sampel tanah

yang diambil harus mewakili secara refresentatif keseluruhan luasan lahan,

karena biasanya tanah yang dianalisis di laboratorium dalam jumlah yang

sedikit. Supaya sampel tanah tersebut layak dan mewakili, maka pertama-tama

yang harus diperhatikan adalah lokasi pengambilan, sampel harus diambil

secara acak. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kedalaman

pengambilan sampel. Pengambilan sampel sebaiknya disesuaikan dengan

daerah perakaran tanaman yang ditanam. Untuk perakaran yang dangkal

biasanya dilakukan pengambilan sampel dengan kedalaman 15 30 cm, dan

untuk tanaman dengan perakaran yang lebih dalam bisa diambil sampel yang

berikutnya pada kedalaman yang lebih dalam dari 30 cm.

Halaman 15
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Pada analisis tanaman biasanya yang diukur adalah sifat fisik dan kimia

tanah. Sifat fisik tanah yang biasa diukur adalah komposisi tekstur tanah,

kapasitas atau kemampuan memegang air, sedangkan sifat-sifat fisik tanah

biasanya mengukur derajat keasaman tanah dan unsur-unsur hara yang

dikandung oleh tanah. Derajat keasaman tanah sangat menentukan

ketersediaan unsur-unsur hara tanah. Unsur hara yang diukur biasanya unsur

hara makro primer dan makro sekunder, kalau diperlukan unsur hara mikro

juga dapat diukur. Pada penentuan jumlah hara yang akan dianalisis harus

memperhatikan kegunaan dan biaya yang dipunyai.

Hasil analisis tanah yang diperoleh selanjutnya dilakukan interpretasi

atau analisis untuk menentukan tindakan selanjutnya, sebagai tindakan untuk

memperbaiki atau mengoreksi kesuburan tanah. Permasalahan yang dihadapi

dalam membaca hasil analisis tanah biasanya hasil analisis tersebut tidak

menggambarkan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Hal ini

disebabkan karena jumlah unsur hara dalam tanah belum tentu

menggambarkan ketersediaan hara yang bisa diserap oleh tanaman.

Tabel 2. Kriteria penilaian sifat kimia tanah

Sifat tanah Sangat Rendah Sedang Agak Tinggi Sangat


Rendah Tinggi Tinggi
C (%) <1 1-2 2,01-3,0 - 3,01-5 > 5,00
N (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 - 0,51-0,75 > 0,75
C/N <5 5-10 11-14 - 16 -25 >25
P2O5 HCl 25% (mg/100 g) < 15 15-20 21-40 - 41-60 >60
P2O5 Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 - 11-15 >16
P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 - 16-20 >20

Halaman 16
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

K2O HCl 25% (mg/100 g) < 10 10 -20 21-40 - 41-60 >60


KTK (me/100 g) <5 5 -16 17-24 - 25-40 >40
Susunan Kation
K (me/100 g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 - 0,6-1.0 >1,0
Na (me/100 g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 - 0,8-1,0 >1,0
Mg (me/100 g) < 0,3 0,4-1,0 1,1-2,0 - 2,1-5,0 >8,0
Ca (me/100 g) <2 2 -5 6-10 - 11-20 >20
Kejenuhan basa (%) < 20 20 -40 40-60 - 61-80 80-100
Kejenuhan aluminium (%) <5 5-10 11-20 - 20-40 >40
Cadangan mineral (%) <5 5-10 11-20 - 20-40 >40
Salinitas (DHL) ece x 103 <1 1-2 2-3 - 3-4 >4
(mmhos/em)
ESP <2 2-5 5-10 - 10-15 > 15
Sangat Asam Agak Netral Agak Alkalis
Asam Asam Alkalis
pH (H2O) < 4,5 4,5 5,5 5,6 6,5 6,57,5 7,6-8,5 > 8,5
Sumber : Lembaga Penelitian Tanah dalam Sarief (1986)

Analisis tanaman

Analisis jaringan tanaman sering digunakan untuk menganalisis status

hara pada jaringan tanaman. Jaringan yang sering diambil biasanya bagian

daun, karena daun merupakan bagian yang paling aktif dalam melakukan

aktivitas photosintesis. Untuk bidang ilmu kita, tanaman pakan, analisis

jaringan tanaman bukan hanya penting untuk mengetahui status hara dalam

tanah, tetapi juga penting dalam untuk mengetahui kandungan mineral yang

dikandung oleh tanaman tersebut, untuk mampu memenuhi kebutuhan

mineral ternak. Bagian tanaman yang diambil bisa termasuk keseluruhan

bagian tanaman yang dapat dimakan oleh ternak. Selain bagian tanamana,

yang perlu diperhatikan dalam menganalisis jaringan tanaman adalah umur

tanaman. Bagain tunas sebagai bagain yang masih muda akan lebih banyak

Halaman 17
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

mengandung unsur yang sangat mobil, seperti nitrogen. Sedangkan pada

bagian tanaman yang sangat tua, hanya tinggi adalah unsur unsur yang tidak

mobil.

Tabel 3. Kisaran optimum unsur hara pada tanaman

Unsur hara Kisaran optimum


Unsur hara makro (%)
Nitrogen 2,0 5,0
Fosfor 0,2 0,5
Kalium 1,0 5,0
Calsium 0,1 1,0
Magnesium 0,1 0,4
Sulfur 0,1 1,3
Unsur hara mikro ppm
Seng 20 100
Zat Besi 50 250
Mangan 20 300
Cuprum 5 20
Molibdenum 0,1 0,5
Boron 10 100
Sumber: Motsara dan Roy (2008)

Sampel yang baik tentunya harus dapat merespresntatifkan kondisi

tanaman tersebut. Bagian jaringan tanaman tersebut dikeringkan dan

selanjutnya dihaluskan. Abu merupakan gambaran total kandungan mineral

yang terkandung dalam jaringan tanaman. Abu merupakan sisa terakhir

pembakaran jaringan setelah semua bagian bahan organik tersebut habis

terbakar. Pada saat ini dengan peralatan dan metode yang ada, hampir seluruh

elemen unsur kimia dalam jaringan tanaman dapat dianalisis. Bila anda ingin

Halaman 18
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

mempelajari cara analisis unsur hara pada tanah dan tanaman dapat dapat

membaca buku Matsora dan Roy (2008).

Status hara tanaman

Untuk membuat interpretasi hasil analisis tanah dan tanaman

membutuhkan pengalaman dan latihan, karena pada umumnya setiap tanaman

mempunyai kebutuhan dan respon yang berbeda untuk setiap jenis hara. Pada

Tabel 3 dapat dilihat kisaran hara yang optimal yang umum terdapat pada

jaringan tanaman.

Hasil unsur mineral dalam tanaman akan menentu status hara tanaman

itu sendiri. Status hara dalam tanaman dapat digolongkan kepada beberapa

kondisi, antara laian: defisiensi, hidder hunger, critical concentration,

optimum, dan konsumsi mewah (luxury consumption). Difesiensi adalah status

hara yang kekurangan, dan berada dibawah optimum, pad kondisi kekurangan

yang sangat parah akan menyebabkan terjadinya reduksi pertumbhuhan dan

produksi. Hidder hunger adalah kondisi dibawah optimum atau mendekati

optimimum, diman terjadi reduksi pertumbuhan tetapi tidak menimbulkan

gejala gejala kekurangan. Konsentrasi kritis (critical concentration) adalah

status hara pada kondisi atau dibawah optimum yang dapat mereduki

pertumbuhan tanaman. Optimum adalah kondisi hara tanaman yang cukup,

dimana pertumbuhan tanaman tidak dibatasi oleh keterbatasan hara. Konsumsi

mewah (luxury consumption) adalah kondisi hara yang cukup bahkan

Halaman 19
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

berlebih, tetapi kecukupan hara tersebut tidak memberikan keuntungan

ataupun menyebabkan kematian. Status hara yang terakhir adalah keracuan,

dimana hara dalam kondisi diatas optimum dan menyebakan terjadinya

penurunan pertumbuhan dan bahkan dapat menyebabkan terjadinya

kematian. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.

Selanjutnya hasil analisis tanah dan analisis jaringan tanaman tersebut

dapat digunakan untuk membuat rekomendasi pemupukan. Selain kedua hasil

analisis tersebut, kita juga harus memperhatikan spesies yang ditanam,

cultivar, pemupukan sebelumnya, curah hujam, maupun perlakuan terhadap

tanaman, seperti penggunaan bahan-bahan kimia untuk perlindungan

tanaman. Hal ini disebabkan pestisida dan herbisida sering mengandung unsur

unsur mikro sebagai zat aktifnya. Kita tidak dapat mengatakan yang lebih baik

diantara keduanya, karena analisis tanah dan jaringan tanaman akan saling

melengkapi.

Halaman 20
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Gambar 1. Hubungan status hara dalam tanaman terhadap pertumbuhan dan


produksi relatif tanaman

APLIKASI PEMUPUKAN

Pada saat pemberian pupuk setidaknya harus memperhatikan empat

tepat, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara. Apabila tidak

memperhatikan empat tepat tersebut akan menyebabkan kerugian dan

pemborosan. Tepat jenis, lebih menekankan pada fungsi hara yang terkandung

pada pupuk tersebut, misal pupuk nitrogen lebih ditekankan untuk

merangsang pertumbuhan daun. Tepat dosis lebih menekankan pada jumlah

yang akan diberikan, pemberian yang terlalu kecil atau terlalu besar tidak akan

memberikan respons yang baik, bahkan pada pemberian terlalu banyak akan

menyebabkan terjadinya keracunan. Tepat waktu akan menentukan

Halaman 21
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

keberhasilan pemupukan, karena pupuk yang diaplikasikan harus sesuai

dengan kebutuhan, contohnya pada masa vegetatif akan lebih banyak

dibutuhkan pupuk nitrogen, tetapi pemberian pupuk nitrogen pada fase

generatif malah akan memberikan efek negatif. Cara pemupukan akan

menentukan efisiensi pemupukan. Pupuk yang tidak tepat cara pemberiannya

akan menjadi sia-sia, dan hanya menjadi pemborosan saja.

Jumlah hara yang dibutuhkan oleh tanaman bervariasi bergantung

kepada sifat tanaman, kondisi lingkungan terutama elemen-elemen iklim dan

atau cuaca, sifat dan kondisi tanah, dan pengelolaan tanah dan tanaman. Sifat

atau karateristik tanaman yang harus diperhatikan adalah jenis tanaman,

varitas atau kulivar, potensi produksi, dan sifat daerah perakaran. Sifat

perakaran akan menentukan efektivitas penyerapan hara, sehingga untuk

selanjutnya akan mempengarui cara penempatan dan pemberian pupuk.

Kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan adalah kelembaban,

temperatur, dan curah hujan. Kelembaban dan temperatur sangat

berhubungan dengan penguapan, dimana akan mempengaruhi besarnya

kehilangan hara, sedangkan curah hujan akan mempengaruhi ketersediaan air

tanah yang berdampak terhadap terhadap kelarutan dan ketersediaan unsur

hara tersebut.

Sifat-sifat tanah yang menentukan jumlah dan cara penempatan pupuk,

antara lain: sifat fisik tanah, kesuburan tanah, kemiringan dan posisi lahan.

Halaman 22
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Sifat fisik tanah akan berhubungan dengan penjerapan hara dan ketersediaan

air tanah yang mempengaruhi ketersediaan hara. Kesuburan tanah

berhubungan dengan jumlah dan ketersediaan hara untuk mendukung

pertumbuhan dan produksi tanaman. Ini telah dibahas pada bagian

sebelumnya.

Pengelolaan tanah cenderung lebih berhubungan dengan cara

penempatan unsur hara, karena pada saat pengolahan tanah dapat juga

dilakukan pemupukan sekaligus, seperti pada saat pembajakan, karena

pemberian pupuk dapat dilakukan pada saat sebelum tanam, pada saat

penanaman dan sesudah tanam. Teknis pengolahan lahan telah kita bahas

sebelumnya pada modul terdahulu. Pada pengelolaan tanaman ini

berhubungan dengan perlakuan yang lain yang menyangkut pemeliharaan

tanah dan sistem pertanaman.

Cara pemberian pupuk kepada tanaman setidaknya ada enam cara

antara lain:

1. Pemberian pupuk dengan cara disebarkan

Pemberian dengan cara ditaburkan di permukaan tanah ada berbagai

macam sebutan sesuai waktu aplikasinya, sebelum tanam, pada saat

penanaman, dan sesudah tumbuhan tanaman (post emergence). Pemberian

pupuk dengan cara ini lebih mudah pada pupuk yang bersifat butiran

(prill), dan berbentuk cair pun dapat diaplikasikan. Pemberian pupuk

Halaman 23
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

sebelum ada tanaman ada beberapa jenis, antara lain: (a) Broadcast ialah

pemberian pupuk dengan cara disebarkan ketika belum ada tanaman (pre

emergence), (b) surface band, pemberian pupuk pada permukaan

membentuk larikan atau baris, yang nantinya disesuaikan dengan barisan

tanaman.

sedangkan pada saat sesudah ada tanaman, antara lain: (a) topdress, yaitu

pemberian pupuk dengan cara disebarkan secara merata setelah ada

tanaman, (b) sidedress, pemberian pupuk yang diletakan di samping

tanaman dan masih dalam daerah perakaran tanaman, (c) row fertilizer,

pemberian pupuk yang membentuk lorong atau baris disamping

tanamannya.

2. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan

Pupuk yang diberikan ke tanah kemudian ditutup atau permukaannya

dibalikkan. Ada beberapa tipe pemupukan yang dibenamkan, antata lain:

(a) incorporated broadcast, pemberian pupuk dengan cara ditaburkan

secara merata, dan selanjutnya pupuk tersebut ditutup, (b) subsurface

band, pemberian pupuk yang dibuat larikan atau baris yang diletakan

dibawah permukaan tanah. dan (c) pop up atau ditugal, pemberian pupuk

yang dibuatkan terlebih dahulu lobang di sekitar daerah perakaran

tanaman, setelah pemberian pupuk lobang tersebut ditutup lagi oleh

tanah.

Halaman 24
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Pembenaman yang sangat umum dilakukan dalam praktek pertanian kita,

adalah pembenaman pupuk hijau atau pun sisa sisa tanaman, yang

prakteknya dilakukan bersama dengan pengolahan lahan. Permberian

pupuk dengan cara dibenamkan ini akan mengurangi kehilangan hara

melalui evaporasi, run off, maupun leaching.

3. Pemberian pupuk melalui daun

Pemberian pupuk melalui daun, biasa dilakukan untuk hara hara yang

larut sangat mudah larut dalam air. Pupuk yang diaplikasikan dengan

daun lebih mudah diserap oleh tanaman, dan langsung mudah

didistribusikan ke bagian tanaman yang membutuhkan. Pupuk diserap

lewat stomata, selanjutnya masuk ke dalam sel untuk didistribusikan dan

ditranslokasi ke bagian organ yang membutuhkan. Pemupukan melalui

aplikasi dengan daun sangat efektif dalam menanggulangi kekurangan

hara, aplikasi pemupukan dengan sangat intensif dengan interval yang

yang pendek.

Hara seperti nitrogen terbukti efektif dapat diaplikasikan lewat daun,

karena hara ini sangat mudah larut, dan pupuk fosfat jarang diaplikasikan

lewat daun. Selain nitrogen, pemberian pupuk mikro pun sering dan

banyak dilakukan. Pemberian hara lewat daun harus memperhatikan

sekali konsentrasi hara yang terkandung di pupuk tersebut, karena hara

Halaman 25
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

yang lebih sedikit saja sangat mudah membuat tanaman terbakar karena

sangat muda terserap.

Faktor-faktor lingkungan yang harus diperhatikan pada saat aplikasi

pempupukan lewat daun adalah temperatur, kelembaban, dan intensitas

cahaya matahari, hal ini sangat berhubungan dengan translokasi dan

absorpsi nutrient.

4. Pemberian pupuk dengan cara diinjeksikan

Pada negara yang sistem pertanian sudah sangat maju, sering dilakukan

pemupukan secara disuntikan langsung pupuknya kedalam tanah,

biasanya yang diberikan adalah pupuk nitrogen dalam bentuk gas, ataupun

kotoran cair limbah ternak.

5. Pemberian pupuk melalui irigasi/pengairan

Pemupukan yang diaplikasikan melalui sistem pengairan atau irigasi.

Pemupukan disarankan untuk hara hara yang sangat mudah larut didalam

air, seperti nitrogen dan sulfur, dan pupuk organik dalam bentuk cair,

seperti slurry.

Pemberian pupuk lewat irigasi membutuhkan instalasi pengairan yang

sangat baik. Pemupukan ini sering dilakukan pada sistem pertanian dalam

hidroponik atau pada pertanian instensif di rumah kaca. Pada peternakan

sering juga menggunakan pemupukan ini dengan menggunakan slurry

untuk memupuk kebun rumput ataupun pastura.

Halaman 26
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

6. Pemberian pupuk melalui udara

Pemberian pupuk lewat udara melalui penyemprotan menggunaan

pesawat terbang. Aplikasi pemupukan lewat udara sering dilakukan pada

areal pertanian yang berbentuk hamparan yang sangat luas, ataupun pada

lahan-lahan yang sulit dijangkau dengan menggunakan mesin-mesin

pertanian, seperti pada lahan yang miring. sering dilakukan

RESPONS PEMUPUKAN BAGI TANAMAN PAKAN

Respon pemupukan bagi tanaman tergantung pada tingkat kesuburan

tanah. Seperti pada pembahasan terdahulu kita sudah mempelajari bahwa

untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan analisis jaringan

dan analisis tanah. Status kesuburan tanah berdasarkan analasis kesuburan

tanah dapat dikelompokan menjadi lima kelompok, yaitu sangat rendah (SR),

rendah (R), cukup (C), tinggi (T), dan sangat tinggi (ST).

Pada umumnya hubungan respon tanaman terhadap dengan status

kesuburan tanah dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Hubungan status kesuburan tanah dengan respon tanaman

Status Kesuburana tanah Indeks kesuburan Respons tanaman


Sangat Rendah (SR) 0 10 95 100
Rendah (R) 10 25 70 95
Cukup (C) 25 50 40 70
Tinggi (T) 50 100 10 40
Sangat Tinggi >100 0 10
Sumber: Rosmaskum dan Yuwono, (2002).

Halaman 27
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Tanaman akan sangat responsif terhadap pemupukan apabila tanah

tersebut dalam status hara yang sangat rendah, dan respon yang terendah pada

saat status kesuburan tanah tinggi, karena hara yang ada sudah mencukupi

kebutuhan tanaman tersebut. Bahkan pada saat kesuburan tanah sangat tinggi

pemberian pupuk hanya akan membuat kerugian secara ekonomis saja. selain

itu, juga membahayakan tanaman itu sendiri, karena tanaman akan mengalami

keracunan.

Pada tanaman makanan ternak, pemupukan biasanya berpengatuh terhadap

produksi segar dan produksi bahan kering, dan terjadi peningkatan produksi seiring

dengan meningkatnya takaran pemupukan sampai batas-batas tertentu pemberian

pupuk, misalnya takaran pemupukan 20 ton/ha merupakan takaran efektif

penggunaan pupuk organik. Takaran pupuk yang sesuai akan mendorong efektivitas

fotosintesis berlangsung optimal. Adanya faktor pendukung pertumbuhan -tanaman

yang baik, tanaman akan mampu memaksimalkan aktivitas fotosistesis yang pada

akhirnya akumulasi fotosistat mampu memberikan produksi bahan kering yang tinggi.

Adanya peningkatan produksi segar dan kering hijauan rumput merupakan

respons pemberian pupuk yang merubah status hara tanah menjadi lebih baik.

Pemberian pupuk akan mempengaruhi sifat kimia, fisika tanah dan jasad hidup tanah

yang selanjutnya akan mempengaruhi kesuburan tanah secara keseluruhan. Tanah

subur tentunya dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan rumput secara

optimal yang ditandai dengaan peningkatan dalam ukuran dan berat. Pemberian

pupuk pada rumput pada batas-batas tertentu dapat meningkatkan produksi

Halaman 28
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Pemberian pupuk bisa memberikan pengaruh yang posistif dan negatif. Pada

pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan akan meningkatkan kandungan

protein kasar, tetapi pada dosis yang lebih tinggi dapat menurunkan kandungan

protein kasar. Komposisi protein kasar dipengaruhi oleh level ketersediaan nitrogen di

tanah. Kandungan protein akan meningkat secara cepat mengikuti jumlah pemberian

pupuk nitrogen tetapi akan kemudian akan turun bergantung pada jumlah pupuk

yang diberikan. Biasanya pengaruh variasi kandungan nitrogen di dalam tanah sangat

kecil terhadap kandungan nitrogen hijauan, walaupun berpengaruh terhadap hasil.

Pemupukan yang sesuai dosis berkecenderungan penurunan serat kasar,

Penurunan serat kasar tersebut disebabkan oleh ketersediaan hara dari pupuk organik

kandang kambing yang cukup tinggi dalam menyuplai hara tanah sehingga akan

meningkatkan kandungan bagian isi sel tanaman dan tanaman menjadi lebih sukulen

sehingga dapat mengurangi kandungan serat kasar tanaman.

Pemupukan pada pasture campuran antara rumput dan leguminosa akan

merubah komposisi botanis pasture tersebut. Pemupukan nitrogen pada pasture akan

mendorong pertumbuhan rumput menjadi lebih baik dan menekan pertumbuhan

leguminosa yang dapat mengfiskasi nitrogen, sedangkan pemupukan fosfat dapat lebih

meningkatkan tanaman leguminosa. Melalui pempupukan yang tepat dan betul akan

menghasilkan pasture yang menghasilkan hijauan yang lebih banyak produksinya,

sehingga menghasilkan hasil ternak yang dalam jumlah yang lebih banyak dan

berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Chandler, J.V. 1974. Fertilization of Humid Tropical Grasslands. In: D.A. Mays.
Forage Fertlizer. American Society of Agronomy, Crop Science

Halaman 29
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Society of America, Soil Science Society of America. Madison,


Wisconsin. 277 300.
Gunawan, S., T. Nurmala, O.A. Mihardja, A.W. Irwan, A. Wahyudin. 2005.
Dasar-dasar Agronomi. Penerbit Pustaka Giratna. Bandung. 88 92.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Edisi baru. Penerbit Akademika
Pressindo. Jakarta. 97 136.
Havlin, J.L., JD. Beaton, S, L. Tisdale, W. L. Nelson. 1999. Soil Fertility and
Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. Prentice Hall.
New Jersey. 300 405.
Hopkins. 2000. Herbage Production. In A. Hopkins (editor) Grass: Its
Production and Utilzation. (third edition). Blackwell Science. Paris. 94
-110.
Humphreys, L.R., 1987. Tropical Pastures and Fodder Crops. Longman
Scientific & Technical. 85 112.
Husein, M., dan S. Sintaadmadja. 2006. Peranan industry pupuk dalam
pembanguan pertanian nasional berkelanjutan. Dalam: Membalik Arus
Menuai Kemandirian PEtani. Yayasan Padi Indonesia. Jakarta. 253 -
261
Jumin, H.B., 2005. Dasar-dasar Agronomi. Penerbit Raja Grafinda Persada.
Jakarta. 98 143.
Mansyur, H.K. Mustafa, dan A. Rahman. 2005. Penggunaan pupuk kandang
kambing pada rumput setaria (Setaria spacelata Schumach.) pada lahan
kering. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan
Berdaya saing di Lahan Kering. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. 100 107.
Moenandir, J., 2004. Prinsip-prinsip Utama Cara Menyukseskan Produksi
Pertanian: Dasar-dasar Budidaya Pertanian. 27 46.
Motsara, M.R, and R.N. Roy. 2008. Guide to Laboratory Establisment for Plant
Nutreint Analysis. Food and Agriculture Organization of The United
Nation. Rome.
Pearson, C.J., and R.L. Ison. 1987. Agronomy of Grassland Systems. Cambridge
University Press. 62 78.
Rosmarkam, A., dan N.A. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 126 174.
Russel, D.A., W. J. Free, and D. L. McCune. Potential for Fertilizer Use on
Tropical Forages. In: D.A. Mays. Forage Fertlizer. American Society
of Agronomy, Crop Science Society of America, Soil Science Society of
America. Madison, Wisconsin.
Sarief, E.S., 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit
Pustaka Buana. 60 143.

Halaman 30
Pupuk dan Pemupukan
Agrostologi

Scoot, W.R., 1977. Pasture Plant Nutritiont and Nutreint Cycling. Dalam:
R.H.M. Langer (editor). Pastures and Panture Plants. A.H. and A.W.
Reed. Wellington. 159 178.
Walton, P.D., 1983. Production and Management of Cultivated Forages. A
Prentice Hall Company. Virginia. 229 243.
Whiteman, P.C., 1980. Tropical Pasture Science. Oxford University Press. New
York. 34 118.
Woodhouse, W.W. 1963. Soil fertility and the Fertilization of Forages. Dalam
Hughes, H.D, M.E. Heath. D.S. Metcalfe. (editor) Forages: The Science
of Grassland Agriculture. The Iowa State University Press. Iowa 389
400.

Halaman 31

Anda mungkin juga menyukai