OLEH:
1605030292
FAKULTAS PETERNAKAN
KUPANG
2018
1
MODUL 3: DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
(METABOLISME DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN TANAMAN)
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh
interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-
akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang
berfungsi sebagai penjangkar tanaman.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah sebagai
berikut :
a. Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah,
drainase dan porisitas tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsugung. Yaitu; Struktur tanah , Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman
makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Selain itu akar memiliki
kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada
tanah yang padat. Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan
warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap
warna tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang
kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan
bentuk senyawa besi (Fe).
b. Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar
kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen),
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi
yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase.
Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominant yang
menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).
2
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti tanah
gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan di
daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak
mengandung garam natrium. pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik
c. Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya
mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah
dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah.
Fungsi organisme dalam kesuburan tanah:
a. berperan dalam siklus energi
b. berperan dalam siklus hara
c. berperan dalam pembentukan agregat tanah
d. menentukan kesehatan tanah (suppressive / conducive terhadap munculnya penyakit terutama
penyakit tular tanah-soil borne pathogen)
1.2 Pengendalian kesuburan Tanah
jenis tanahdi Timor umunya didominasi oleh tipe tanah Bobonaro dan endapan
alluvial viquequenya yang sangat miskin hara dan rentan terhadap eksploitasi karena
strukturnya yang mudah kering dan basah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pemupukan:
Pemupukan hanya diperlukan jika fertilitas tanah rendah
Pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi iklim
Penyesuaian teknologi pemupukan
Perhatikan respons tanaman
Perbaikan kesuburan tanah dapat dilakukan terintegrasi dengan pola-pola seperti
agroforestri sehingga serasah yang dihasilkan dapat membantu menaikkan tingkat
kesuburan tanah. Upaya penyebaran leguminosa yang dapat mengikat N bebas dari
udara juga merupakan cara biologis yang masuk akal. Bukan dengan penggunaan
pupuk buatan.
Hasil penelitian Gordon (1980) tentang efisiensi penggunaan pertanaman campuran
rumput : legum dibandingkan dengan penggunaan pupuk Urea sebagai sumber N
dalam meningkatkan kesuburan tanah :
Pertanaman campuran:
3
Panen persatuan luas lahan lebih rendah dari pupuk Urea (9700 : 13.200 kg
BK/ha).
Input energi yang diberikan dan biaya, jauh lebih efisien dalam
memperbaiki kesuburan tanah pastura (6814 : 37.940 MJ).
Adapun alasan penggunaan leguminosa pada padang rumput alam adalah:
karena leguminosa mampu meningkatkan kandungan nitrogen (N) tanah
sehingga produksi dan nilai nutrisinya akan meningkat.
pembentukan padang rumput lebih cepat dan kemampuan menutup tanah
(covering) lebih baik sehingga erosivitas tanah dapat berkurang.
legum juga mengandung fosfor dan kalsium yang lebih tinggi. Imbangan
antara rumput dan leguminosa di padang rumput yang dianggap ideal adalah
60:40
Beberapa keuntungan penanaman campuran rumput dan leguminosa :
Memperbaiki unsur Nitrogen dalam tanah, karena kemampuan leguminosa
untuk mengikat N dari udara.
Memperbaiki mutu pakan ternak ruminansia, karena kandungan protein dan
mineral lebih tinggi.
Daerah tropis yang lembab akan membatasi pertumbuhan rumput, namun
dengan percampuran rumput dan leguminosa, leguminosa dapat
memperbaiki pertumbuhan rumput, karena akarnya bisa lebih dalam.
Tanaman campuran rumput dan leguminosa mampu meningkatkan
kapasitas tampung sehingga satuan ternak per hektar lebih banyak dan total
kenaikan berat badan lebih tinggi
Pupuk-pupuk mineral
Kalsium: Untuk mencapai reaksi tanah yang memuaskan, memperbaiki
strukur tanah, mengurangi pengikatan fosfat , memperbesar aktivitas mikro
yang menguntungkan dan menurunkan penyediaan unsur-unsur tambahan
yang penting, misalnya ferrum, mangan, kuprum, Zinkum dan borium
(kapur berlebihan).
Nitrogen: memberikan hasil terbaik terhadap produksi bahan kering dan
protein kasar .
Fosfat dan kalium: fosfat dapat mempertinngi kadar fosfor hijauan
sedangkan kalium menaikan produksi. Meningkatnya penyerapan kalium,
4
menurunkan penyerapan kalsium, magnesium dan natrium. Kadar kalium
yang tinggi pada rumput adalah suatu faktor yang dapat memperhebat tetani
rumput. Penurunan kadar magnesium dapat juga menyebabkan
hypomagnesia pada ternak.
Perlakuan mekanis: dalam rangka pemeliharaan padang penggembalaan yang baik.
Penggaruan: Tanah dapat digaru dengan ringan pada interval-interval yang teratur
Untuk menyebarkan kotoran hewan,
Untuk menghancurkan vegetasi yang telah menutup rapat dan jalinan stolon
yang rapat.
Pemotongan: Pencegahan terbentuknya bunga dan mendorong pembentukan tunas-
tunas produksi dapat dipertinggi. Cara yang efektif untuk pembasmian tumbuhan-
tumbuhan pengganggu tetapi tidak praktis untuk padang rumput tropika
a) Rumput
Rumput termasuk family Gramineae atau Poaceae, sekitar 10000 spesies,
terbagi ke dalam beberapa subfamily, yang kemudian terbagi lagi ke dalam suku
(tribe), genus, spesies, dan varietas. Rumput-rumput yang sudah dibudidayakan
biasanya diklasifikasikan sebagai cultivar. Contoh dari kedudukan suatu
cultivar di dalam klasifikasi rumput adalah Panicum maximum var. trichoglume
cv. Petrie (green panic).
Subfamily : Panicoideae
Tribe : Paniceae
Genus : Panicum
Species : Maximum
Variety : Trichoglume
Cultivar : Petrie
5
Panicum, Brachiaria, Digitaria,
Panicoideae Paniceae Paspalum, Setaria, Pennisetum,
Cenchrus
Imperata, Saccharum, Sorghum,
Andropogoneae
Zea
b) Leguminosa
Family Leguminosae atau Fabaceae merupakan terbesar ketiga (setelah
Orchideae dan Compositae) dari tanaman-tanaman berbiji, yaitu sekitar 17000
speies. Family ini termasuk ordo Leguminales dan terbagi ke dalam tiga
subfamily (Tabel 5).
Tabel 5. Subfamily dan Genus Penting Dalam Family Leguminosae
Subfamily Genus
Caesalpinioideae Bauhinia, Cassia, Calliandra, Caesalpinia
Mimosoideae Acacia, Mimosa, Leucaena
Papilionoideae Trifolium, Medicago, Centrosema,
Desmodium, Macroptilium, Stylosanthes
Tabel 6. Jumlah Genus dan Spesies, Persentase Pohon Dan Semak, Serta
Spesies Yang Terdapat Dalam Subfamily Leguminosae Di Daerah Tropis
Jumlah Persentase Persentase
Subfamily Jumlah Genus
Spesies pohon & semak daerah tropis
Caesalpinioideae 143 2.000 97 96
Mimosoideae 56 3.000 95 95
Papilionoideae 440 12.000 38 37
Total 639 17.000 55 53
Pusat dari tempat asal leguminosa daerah temperate adalah wilayah Mediterania bagian
timur (Trifolium, Medicago). Untuk spesies daerah tropis, berasal dari Amerika Tengah dan
6
amerika Selatan (Stylosanthes, Desmodium, Centrosema, Leucaena), dan beberapa genus
penting lainnya (Pueraria, Lotononis, Neonotonia) berasal dari Afrika dan Asia.
Lemma.
mempunyai kisaran ragam yang luas dalam hal struktur dibandingkan
dengan gluma atau palea pada rumput yang berbeda sehingga dapat
digunakan sebagai dasar identifikasi dari jenis rumput-rumputan.
Struktur yang fertil akan melindungi biji, mempunyai janggut.; Janggut ini
merupakan rambut pendek yang keras dan kaku
Palea
Strukturnya lebih seragam dibanding dengan lemma.
Pada sebagian besar rumput-rumputan palea lebih kecil atau lebih pendek
daripada lemma, lebih lemah strukturnya dengan semacam pisau tajam
dekat bagian pinggir tiap-tiap sisinya.
Bunga.
pada jenis rumput-rumputan sebagian besar terdiri dari lodikula, stamen
dan pistil.
Pada umumnya terdapat dua buah lodikula. Penyerbukan biasanya terjadi
akibat lodikula menjadi bengkak (swollen) dan menekan bagian lemma dan
palea untuk mengeluarkan stamen dan pistil.
Stamen biasanya berjumlah 3 buah dan sangat jarang berjumlah satu, dua
atau enam. Akan tetapi selalu hanya ada satu pistil yang menyanggah pada
atau dekat bagian ujung dua ovary style (jarang ada yang tiga atau satu) dan
berbulu atau seperti sikat pada stigma.
c) Biji
Buah rumput-rumputan umumnya disebut biji yang macamnya sangat
bervariasi. Tiap-tiap buah atau butiran berisi satu biji dan terdiri dari jaringan
padat berpati yang disertai berbagai lapisan tipis. Pada beberapa jenis rumput,
butiran buah ini bebas dari lemma dan palea, sedangkan pada beberapa jenis
lainnya melekat pada lemma dan palea atau mungkin melekat pada satu atau
kedua-duanya dari lemma dan palea tersebut.
7
MODUL 4: TATALAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN ASPEK PENGENDALIAN
PENGGEMBALAAN
Terdpt tanah2 yang gundul, ttp dilain tempat terdpt luasan tanah yang
ditumbuhi hijauan yang tlh tua yang tdk dimakan ternak
8
Over Grazing : Suatu keadaan yang menunjukan bahwa jumlah ternak yang
dilepaskan pada suatu padang rumput melebihi kemampuannya menyediakan Hijauan
atau suatu keadaan jumlah ternak yang dilepaskan melebihi daya tampung padang
rumput yang bersangkutan
Over Grazing :Ternak akan mengkonsumsi rumput yang kualitasnya rendah, sehingga
produksi/animal rendah tapi karena jumlah hewan lebih banyak maka produksi /
luasan lahan tinggi, sehingga bisa menurunkan umur pastura
Kerugian Over Grazing
• Padang rumput berubah menjadi padang herba (weeds).
50 40 over grazing
40 60 under grazing
9
Macam-macam Sistem Penggembalaan :
Keuntungan :
10
• Pola penggembalaan di Timor barat didominasi oleh penggembalaan kontinu. Akan
tetapi hal ini tidak berarti bahwa padang rumput tidak diberi kesempatan beristirahat,
hanya saja istirahat tidak ditentukan/diskenariokan sejak awal.
3. Sistem penggembalaan jalur (Strip grazing) : sistem penggembalaan bergilir yang lebih
intensif dengan menggunakan pagar listrik yang dapat dipindahkan 1x atau 2x sehari, dapat
di tempatkan di depan atau dibelakang. Dikenal dengan “ close folding “.
• Dengan demikian jumlah hijauan yang disediakan bagi ternak terbatas, kesempatan
ternak memilih hijauan ditekan serendah mungkin, penggunaan padang penggembalaan
merata & kerusakan karen injakan serta pencemaran kotoran ternak lebih sedikit.
• Penggembalaan jalur hanya bermanfaat di padang penggembalaan yang bernilai gizi
tinggi & sangat produktif.
• Agar hijauan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya, maka strip yang digunakan harus
sempit & panjang. Hal ini untuk mencegah penghamburan hijauan karena injakan.
Keuntungan :
• Suatu modifikasi dari rotational grazing yang dilakukan dengan menyisihkan petak-
petak tertentu untuk digunakan pd fase berikutnya
• Caranya : misalkan dari 4 paddock, salah satu dikecualikan dalam rotasi diawal musim,
untuk digunakan pd wkt yang akan datang ( ABC-ABC-DD).
• Pd wkt produksi hijauan tinggi mk hanya 3 paddock yang disertakan dalam rotasi,
sedangkan paddock ke 4 dibiarkan tumbuh.
• Setelah 2 grazing cycle pd masing-masing (3 paddock pertama), baru paddock ke 4
digembalai.
• Cara ini hanya diperhitungkan bahwa hijauan padang penggembalaan ke 4 akan tua &
kualitas rendah; untuk pembuatan “standing hay” (hay yang diperoleh dengan cara
membiarkan HMT menjadi kering di tempat tumbuhnya tanpa dipotong terlebih
dahulu).
• Cara tersebut juga digunakan sebagai usaha untuk memperbaiki padang
penggembalaan alam:
• dengan memberi kesempatan kepada tanaman-tanaman untuk menjadi tua sebelum
digembalai, ketegarannya dibangun, sistem perakarannya dapat berkembang &
11
kecambah yang berasal dari biji yang jatuh dengan sendirinya ke tanah dapat
berkembang.
5. Paddock grazing :
• Jumlah paddock (pastura kecil-kecil) berkisar antara 21-28, dengan luasan yang kecil-
kecil dan relatif terhadap total pastura.
• Setiap paddock dipagari & masing-masing diberi tempat air minum. Bila terdapat 28
paddock :1 paddock/hr & 27 hari istirahat. Bila stocking rate rata-rata keseluruhan 5
ekor/ha maka SR/paddock/hr menjadi 40 ekor.
• Bila pertumbuhan HMT cepat, satu atau beberapa paddock dapat dilewati. Pemupukan
diperlukan lebih banyak daripada sistim rotasi.
6. Rigid rotational grazing :
• Suatu sistem dimana hijauan dipotong dan diberikan kepada ternak yang dikandangkan.
Pengaturan Distribusi Ternak
12
• Jika ada titik air maka di tempat tersebut terjadi gejala overgrazing , erosi & reduksi
gain atau feed intake yang rendah.
• Barnes (1914) rekomendasikan : daya jelajah max 1,6 km di daerah topografi kasar &
3,2 km di daerah datar.
• Di daerah range pegunungan Oregon Goebel (1956) menyarankan 0,8-1,2 km.
• Hollecheck et al. memberi angka perbandingan bahwa sapi yang menjelajah 1,6 km
guna mencapai titik air mendapatkan ADG 0,76 kg/hr/ekor sedangkan sapi yang
menjelajah kurang dr jarak itu mendpt ADG 0,87 kg/hr/ekor.
• Di Timor Barat sumber air bagi ternak : parit-parit kecil yang berisi air hanya selama
musim hujan terdapat pada hampir semua padang savana, DAS besar yang hidup
sepanjang tahun, mata-mata air yang biasanya terdapat di kawasan hutan lindung
(dibatasi oleh regulasi kehutanan). Oleh karena daya jelajah ternak mendapat air bisa
lebih panjang dan jauh dari standar di atas.
• Kemungkinan lain : ternak memenuhi kebutuhan airnya dengan memanfaatkan air
metabolis dari pakan hijauan yang dikonsumsinya.
2. Topografi.
• Membatasi minat ternak untuk merumput, walaupun hal ini sangat tergantung kepada
agility ternak itu sendiri.
• Pada umumnya ternak lebih menyukai merumput di daerah datar dengan tipe
kemiringan tidak lebih dr 10% (Julander & Jeffrey, 1964).
• Semakin besar tingkat kemiringan lahan, semakin enggan ternak untuk merumput.
• Di Indonesia termasuk Timor Barat : tidak ada data tentang hal ini.
• Topografi Timor hampir 40% : lebih dari 15-40%. Ole karena itu ternak harus
mengeluarkan energi yang cukup besar ketika harus menjelajah di daerah miring seperti
itu.
3. Tipe Vegetasi.
• Pada dasarnya ternak lebih suka untuk merumput di komunitas yang menyediakan
hijauan yang palatabel dan bernilai nutrisi tinggi.
• Pada tempat-tempat yang terbuka ternak lebih suka merumput, dibanding tempat-
tempat yang agak ternaungi kanopi.
• Disini letak peluang penataan penggembalaan di kawasan savana : mula-mula ternak
merumputi daerah terbuka sementara daerah berkanopi ditunda dan baru dirumputi
pada giliran berikutnya.
13
• Hambatan bagi ternak untuk mencari tipe vegetasi kesukaannya semata hanya dibatasi
oleh pagar ladang, regulasi kehutanan dan api.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi ternak tersebut maka pola
penyebaran ternak yang disarankan untuk diadopsi di savana seperti di Timor Barat :
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus Jacob. 2008. Tanaman Dalam Mengevaluasi Status Kesuburan Tanah. Diambil
dari http://mursitoledi.multiply.com/journal/item/1/jurnal_ ilmu_kesuburan_tanah pada hari
Jumat, 4 Maret 2011
Anonim. 2008. Kesuburan Tanah. Diambil dari www.http://www.golden agro.net63.net pada hari Jumat,
4 Maret 2011
Dian Kusumanto. 2009. Memahami Konsep Kesuburan Tanah. Diambil
dari http://kebunaren.blogspot.com/ pada hari Jumat, 9 Maret 2018
14
15