Anda di halaman 1dari 14

UJI AKTIVITAS ANTI DIARE EKSTRAK DAUN SALAM

PADA TIKUS PUTIH YANG DI INDUKSI LAXADINE

Nama : Karmelita A. Pertiwi


Nim : 154111013

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas
dan mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama
di negara-negara berkembang. Hampir satu triliun dan 2,5 milyar kematian
karena diare dalam dua tahun pertama kehidupan. Diare juga menyebabkan
17% kematian anak balita di dunia. Tercatat 1,8 milyar orang meninggal setiap
tahun karena penyakit diare (termasuk kolera), banyak yang mendapat
komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan, dan kelainan imun
(World Health Organization [WHO], 2009). Menurut data Departemen
Kesehatan, diare merupakan penyakit kedua di Indonesia yang dapat
menyebabkan kematian anak usia balita setelah radang paru atau pneumonia
(Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010).
Banyak tanaman obat yang digunakan secara empiris oleh masyarakat
sebagai obat diare. Adapun tanaman obat yang dapat digunakan untuk
membantu mengatasi diare diantaranya mempunyai efek sebagai adstringen
(pengelat) yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi
pengeluaran cairan diare dan disentri, selain itu juga mempunyai efek sebagai
antiradang, dan antibakteri (Tjay dan Rahardja, 2002).
Tumbuhan salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) merupakan
salah satu tumbuhan yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Bumbu dapur yang banyak digunakan sebagai penyedap masakan ini, ternyata
juga berfungsi sebagai obat tradisional, karena kandungan kimia didalamnya.
Salam mengandung senyawa kimia antara lain minyak atsiri, tanin dan
flavonoid. Anggota famili Myrtaceae ini mempunyai rasa kelat, wangi dan
astringen (Hariana, 2008).
B. Rumusan Masalah
Apakah ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.)
mempunyai aktivitas sebagai antidiare pada tikus jantan yang diinduksi
dengan laxadine?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum [Wight]
Walp.) mempunyai aktivitas sebagai antidiare pada tikus jantan yang
diinduksi dengan laxadine.

D. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan adalah paradigma sederhana.

X Y

Paradigma sederhan terdiri atas satu variable independen (X) dan variable
dependen (Y). Variable independen pada penelitian ini adalah ekstrak
daun salam sedangkan variable dependen adalah tikus jantan yang
diinduksi dengan laxadine.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tumbuhan Salam


Salam merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mudah tumbuh pada
daerah tropis. Salam banyak tumbuh di hutan dan dapat ditanam di
pekarangan rumah. Salam adalah tanaman yang biasa dimanfaatkan
daunnya untuk penyedap rasa pada masakan khas nusantara, selain itu
daunnya juga digunakan untuk pengobatan tradisional Indonesia
(Nurcahyati, 2014). Beberapa nama yang dimiliki oleh tumbuhan ini yaitu
ubai serai (Melayu), manting (Jawa), dan gowok (Sunda).

1. Klasifikasi Tumbuhan Salam


Klasifikasi tumbuhan salam menurut van Steenis, 2003 sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Order : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp
2. Kandungan Kimia
Tanaman salam (Syzygium polyanthum Wight) mengandung banyak
senyawa. Bagian tanaman salam yang paling banyak dimanfaatkan
adalah bagian daunnya. Daun salam mengandung tanin, minyak atsiri
(salamol dan eugenol), flavonoid (kuersetin, kuersitrin, mirsetin dan
mirsitrin), seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton,
saponin dan karbohidrat (Fitri, 2007).
Kandungan tanaman salam lainnya adalah saponin, polifenol dan
alkaloid (Adrianto, 2012). Uji fitokimia dari daun salam menunjukkan
adanya beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu fenolik, dan
kumarin (Hermansyah, 2008).

3. Kasiat dan Kegunaan


Daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) biasa digunakan
sebagai bumbu dapur, pewarna jala, atau anyaman bambu. Namun,
beberapa referensi menyebutkan bahwa daun salam dapat digunakan
sebagai terapi kesehatan, seperti obat diare, hipertensi, maag, diabetes
mellitus, sakit gigi, penurun kadar kolesterol, dan penurun kadar asam
urat (Utami, 2013).

B. Diare
1. Defenisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Menurut sumber
lain, diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati,
dan rheein, yang berarti mengalir atau berlari) merupakan masalah
umum untuk orang yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat
atau terlalu encer”.
2. Klasifikasi Diare
Inayah (2006) mengklasifikasi diare berdasarkan pada ada atau tidaknya
infeksi menjadi 2 golongan :
a. Diare infeksi spesifik : tifus abdomen dan paratifus, desentri
basil, eterokiliatis stafilokok.
b. Diare infeksi non spesifik : diare dietetic

Klasifikasi lain diare berdasarkan organ yang terkena infeksi :


a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi di usus (bakteri,
virus, parasit).
b. Diare infeksi parenteral atau diare infeksi di luar usus (otitis
media, infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin dan
lainya).

3. Penyebab Diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis
adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011).
Menurut Suharyono (2008), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab
diare dapat di golongkan menjadi dua golongan yaitu :
A) Diare sekresi (secretory diarrhea)
Disebabkan Oleh :
1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen
a) Escherichia coli
Enterotoksigenik dari E.coli sebagai satu hal yang bersifat
patogen pada penyakit diare manusia.
b) Salmonella
Beberapa sepesies adalah ganas terhadap manusia,
diantaranya S.typhi, S.paratyphi, S.hirshfeldi,
S.oranienburg, S.weltevreden, S.havana, S.javiana.
Bakteri masuk tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang tercemar tangan, tinja penderita atau
pembawa kuman. Untuk menyebabkan diare pada orang
sehat diperlukan inokulum yang besar.
c) Vibrio cholera
Angka kejadian tinggi di Negara yang sedang berkembang
karena belum baiknya higene, sanitasi seerta penyediaan
air minum. Pada waktu wabah, terutama anak yang sudah
besar dan orang dewasa diserang karena mobilitasnya
yang lebih besar. Jarang menyerang anak dibawah 2
tahun.
d) Vibrio campylobacter
Kuman di temukan dalam inja selama penyakit
berlangsung dan menghilang pada saat penyembuhan
(Suharyono, 2008). Produksi enterotoksin oleh E.coli
ditemukan sekitar tahun 1970 dari strain yang ada
hubunganya dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya
menerangkan strain-strain

2. Difensiensi imunologi
Dinding usus mempunyai mekanisme pertahanan yang baik.
Bila terjadi difisiensi ‘S.IgA’ dapat terjadi bakteri tumbuh
lama. Demikian pula defisiensi CMI ‘cell mediated immunity’
dapat menyebabkan tubuh tidak mampu infeksi dan infestasi
parasit dalam usus.
Hal ini mengakibatkan bakteri, virus, parasit, dan jamur yang
masuk dalam usus akan berkembang dengan baik sehingga
bakteri tumbuh dan akibat lebih lanjut diare kronik dan
malabsorsi makanan.

B) Diare osmotik (Osmotic diarrhea)


Disebabkan Oleh :
1. Malabsorsi makanan : Malabsorsi karbohidrat, lemak dan
protein.
2. Kurang kalori protein.

Sedangkan menurut Inayah (2006), penyebab diare dapat dibagi


beberapa faktor yaitu:
A) Factor infeksi
1. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi firus (Enteovirus, Poliomyelitis, Virua
Echo Coxsackie, Adeno Virus, Rota Virus, Astrovirus).
Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris,
Strongxloides), protozoa (Etamoeba histolitica, Giardia
lamblia, Trichomonas homunis), jamur (Canida albicous).

2. Infeksi parenteral
Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA), tonsillitis atau tonsilofaringits,
bronkopenemonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terjadi
pada bayi dan anak berumur dibawah dua tahun.
B) Faktor malabsorsi
Penyebab diare yang disebabkan karena malabsorsi makanan
dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, malabsorsi karbohidrat,
lemak, dan protein. Malabsorsi karbohidrat mengakibatkan beban
osmotic (diare berair) lalu bakteri dalam kolon membentuk gas
(abdomen kembung, tinja berbuih, flatus). Malabsorsi lemak
menyebabkan lemak dalam usus keluar berlebihan dalam tinja.
Sedangkan malabsorsi protein diakibatkan adanya gangguan
pada pankreas dan mukosa usus halus.

C) Faktor makanan
Makanan terlalu pedas dan makanan terlalu asam.

D) Faktor psikologis
Bias terjadi karena Stress, cemas, ketakutan dan gugup
(Suharyono, 2008).

4. Gejala klinis
1. Akibat kehilangan cairan tubuh (dehidrasi atau defisit
volume)
Gejala klinis yang menunjukkan akibat dehidrasi antara lain :
a. Tugor kulit berkurang.
b. Nadi lemah atau tidak teraba.
c. Takikardi.
d. Mata cekung.
e. Ubun-ubun cekung.
f. Membran mukosa kering.
g. Jari sianosis.
h. Serta akral teraba dingin.
2. Akibat kehilangan elektrolit tubuh (defisit elektrolit)
1) Devisit karbohidrat
a. Muntah
b. Pernafasan cepat dan dalam
c. Cadangan jntung menurun

2) Defisiensi kalium
a. Lemah otot
b. Aritmia jantung
c. Distensi abdomen

3) Hipoglikemia (lebih umum pada anak yang malnutrisi)


4) Kejang atau koma.

5. Pengobatan Diare
Salah satu cara pengobatan diare adalah dengan menggunakan
senyawa-senyawa antidiare yang terdiri dari obat-obat adsorben, obat-
obat adstringen, obat-obat spasmolitik dan obat-obat penekan peristaltik
usus (Sundari dkk., 2005). Obat-obat antidiare adalah senyawa-
senyawa yang dapat menghentikan atau mengurangi diare.
Mekanisme kerja dari jenis obat ini antara lain :
1) Spasmolitika
Yaitu obat-obat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya
papaverin dan oksifenonium (Tjay dan Rahardja, 2002).

2) Obat-obat yang bekerja intra-lumen, misalnya: dengan menyerap


air, adsorbens, bahan berserat, bahan pembentuk rasa (Santoso,
1993).
Secara garis besar pengobatan diare dapat dibagi dalam :
a) Pengobatan Kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah
mengetahui penyebabnya yang pasti (Suharyono dkk., 1988).
Kelompok obat yang sering digunakan yaitu kemoterapeutika.
Mekanisme kerja dari kemoterapeutika adalah dengan
memberantas bakteri penyebab diare, seperti : antibiotika,
sulfonamida, kinolon, dan furazolidon (Tjay dan Rahardja,
2002).

3) Pengobatan Simptomatik
Kelompok obat yang sering digunakan adalah obstipansia yang
dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yaitu:
a. Zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak
waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Obat-
obat yang digunakan adalah candu dan alkaloidanya, derivat-
derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan
antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).
b. Adstringensia, menciutkan selaput lendir usus, misalnya : asam
samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan
aluminium.
c. Adsorbensia, misalnya : carbo adsorben dan mucilagines. (Tjay
dan Rahardja, 2002)
4) Pengobatan Cairan

C. Laxadine
1. Indikasi
Pelicin jalannya feses (kotoran), penambahan volume feses (kotoran)
secara sistematis sehingga mudah dikeluarkan.
2. Efek Samping
Reaksi alergi kulit rash dan pruritus, perasaan terbakar, kolik, kehilangan
cairan & elektrolit, diare, mual dan muntah

D. Hipotesis
H0 : Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) tidak
mempunyai aktivitas sebagai antidiare pada tikus jantan yang diinduksi
dengan laxadine.
H1 : Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.)
mempunyai aktivitas sebagai antidiare pada tikus jantan yang diinduksi
dengan laxadine.

E. Kerangka Berpikir

Tikus Normal Tikus Diare

Laxadine Konsentrasi Ekstrak Daun


Salam

Diare Berkurang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium, penelitian dilakukan
di laboratorium dengan menggunakan hewan percobaan.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum
[Wight] Walp.)
2. Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun segar yang
masih muda. Daun muda yang diambil adalah 10 helai dari pucuk.

C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang
dilakukan yaitu true experiment (post test only control group design).

D. Alat dan Bahan


1. Bahan
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan adalah daun salam yang diperoleh dari
bentuk segar.

Hewan coba
Dalam penelitian digunakan hewan coba mencit putih (Mus musculus L.)
dengan kondisi sehat, sebanyak 15 ekor.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak kandang mencit,
neraca hewan analitik, sonde oral, spuit 1 cc, gelas kimia, gelas ukur, kertas
saring, mortir dan stamper, batang pengaduk, pipet tetes.

E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar infusa daun salam (Syzygium
polyanthum [Wight] Walp) yang dibuat 3 variasi konsentrasi dosis.

2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas infusa daun salam
(Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) dalam mengurangi diare.

Anda mungkin juga menyukai