Anda di halaman 1dari 23

Search for:

Follow My Twitter
Tweets by @Arez127

Total Pageviews

332,028

Popular Posts
 PAJAK DAN JENIS-JENISNYA - PBB - PPN - PPH 21 22 23 24 25 DAN
CONTOH PERHITUNGANNYA - MERGER DAN AKUISI
 PENGALAMAN MENGATASI JERAWAT
 CARA MENDETEKSI KEBUNTINGAN DAN PROSES KELAHIRAN
 Makalah Gulma "PUTRI MALU"
 PENYAKIT TETELO (NEWCASTLE DISEASE )
 PENYAMAKAN KULIT
 BAKSO DAN SOSSIS
 Cerita Absurd di 2 September 2015
 Siklus Birahi Pada Ternak

Categories
 Article (3)
 Cerita Gila (15)
 Kuliah (41)
 Kumpulan Cerita (2)

Pages
 Home
 Beranda
 foto
 Profil

Blog Archive
 ► 2016 (12)

 ► 2015 (4)

 ► 2014 (11)

 ▼ 2013 (39)
o ► November (7)
o ► October (3)
o ► September (5)
o ► August (1)
o ► June (1)
o ▼ May (19)
 How to Solve Eating Difficulty in Children?
 PAJAK DAN JENIS-JENISNYA - PBB - PPN - PPH 21 22 2...
 Makalah Gulma "PUTRI MALU"
 THE GREAT RUMINANT "EVALUASI BAHAN PAKAN"
 NGAKAK ABIS
 LAPORAN PRAKTIKUM ES KRIM, DAGING CURING DAN
DAGIN...
 LAPORAN PRAKTEK LAPANG PERAH - BANGSA BANGSA
SAPI ...
 GAMBARAN UMUM SILASE
 PENYAMAKAN KULIT
 SYARAT-SYARAT SEORANG PETERNAK SAPI PERAH
 yyyeeeaahhhhh
 PERIODE LAKTASI SAPI PERAH
 KECERNAAN BAHAN PAKAN (LAPORAN PRAKTIKUM)
 BAKSO DAN SOSSIS
 JENIS KANDANG KERBAU PERAH
 SUMBER-SUMBER MODAL
 5 Tips In Finding Hotel
 Acyclovir Pharmacology and Indication
 OUT BOUND @ HUTAN PENDIDIKAN UNHAS BENGO
o ► April (1)
o ► March (2)

 ► 2012 (8)

Label
 Article (3)
 Cerita Gila (15)
 Kuliah (41)
 Kumpulan Cerita (2)

Contact Form
Name

Email *
Message *

Blogger templates
online
Berikan Penilaian Anda
Powered by Blogger.

Label
 Article (3)
 Cerita Gila (15)
 Kuliah (41)
 Kumpulan Cerita (2)

Add Google+
Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan

Followers
My Profil
 Awal Rezkiawan
 awal rezkiaone

THE GREAT RUMINANT "EVALUASI


BAHAN PAKAN"
Standard

 Share This:
 Facebook
 Twitter
 Google+
 Stumble
 Digg

Untuk menggunakan sutau bahan sebagai bahan pakan, maka bahan tersebut seaiknya

dievaluasi terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan campuran ransum atau sebagai

bahan ransum. bbehh, mante gak tuuh, pakan buat ternak aja harus dievaluasi terlebih dahulu.

iyalah karena ini berhubungan dengan kuualitas produksi si ternaknya itu nanti. jadi baut

kamu,, kamu,, dan kamuu yang sering ngemil pake upil, kurang-kurangin yahh, masa ternak

aja harus makan pakan yang berkualtas sedangkan kamu hanya nyomotin upil tiep hari.

Penggunaan suatu bahan pakan sebagai pakan disesuaikan dengan anatomi alat

pencernaan ternak yang mau diberi makan. Oleh sebab itu, bahan pakan harus betul-betul

dievaluasi dengan baik agar ternak dapat memanfaatkan pakan tersebut secara efisiensi.

Jenis evaluasi yang dapat dilakukan adalah evaluasi secara fisik, biologis, dan ekonomi.

Diamping evaluasi tersebut, perlu juga dlakukan survey ketersediaan bahan pakan sepanjang

tahun dan lokasi sumber bahan pakan tersebut.

5.1 Evaluasi Secara Fisik

Evaluasi secara fisik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara makro dan mikro.

Evaluasi secara makro diidentifikasi mengenai struktur, warna, dan rasa dari bahan tersebut.

Hal tersebut dilaksanakan, karena erat hubungannya dengan palatabilitas ternak dan daya

cerna. Evaluasi secara mikro dilaksanakan dengan cara menggunakan alat microskop. Dengan

menggunkan mikroskop dapat dibedakan partikel berbagai bahan waluapun telah digiling

secara halus. Dengan menggunakan mikroskop dapat dideteksi adanya pemalsuan mengenai

bahan pakan. Mislanya, pemalsuan dedak halus dapat diketahui dengan menambahkan sekam

yang telah digiling halus.


Demikianlah pula, pemlasuan tepung darah dapat diketahui dengan menambhakan

tepung arang. Pemalsuan suatu ransum dapat diketahui dengan penambahan urea dalam

ransum. Bila ransum tersebut dianalisis menggunakan cara keidah maka akan didapatkan

bahwa ransum tersebut memiliki kandungan protein yang tinggi, tetapi ternak yang

mengkonsumsi ransum tersebut, utamanya monogastrik tidak akan menghasilkan petumbuhan

yang baik disebabkan karena adanya penambahan urea dalam ransum. Pemalksuan tersebut

dapat dengan cepat diketahui bila ransum terebut dievaluasi secara mikroskopis.

5.2 Evaluasi Secara Kimia

Adanya beberapa metode yang dilakukan untuk mengtahui atau mengevaluasi

kandungan zat-zat makanan dalam suatu bahan pakan. Untuk mengetahui kandungan zat-zat

tersebut, telah dikenal berbagai metode sebagai berikut :

5.2.1 Metode Proksimasi Analisis (Proximate Analysis)

Penggunaan metode ini untuk mengetahui secara kasar mengenai kandungan air, bahan

kering, kandungan protein kasar, serat kasar, mineral dan bahan ekstra tiada N (BETN).

Penggunaan metode ini memiliki beberapa kelemhan seperti hasil analisis kandungan protein.

Dalam proses analisisnya, yang dianalisis adalah kandungan Nitrogen (N) kemudian kadar N

dikalikan dengan faktor 6,25. Fakto 5,25 ini berasal dari esensi bahwa kadar Nitrogen

(prosentase N) pada berbagai protein bhawa pakan adalah rata-rata 16%. Oleh sebab itu, bila

mengetahui kadar Nitrogen suatu bahan pakan, maka otomatis dapat menghitung kandungan

proteinnya dengan mengalikan faktor 6,25. Faktor 6,25 berasal 100/6 = 6,25. Jadi bila kadar N

2% maka kadar protein bahan tersebut adalah 2% x 6,25 = 12,5%. Kelemahan metode ini

adalah bahwa tidak semua zat yang mnegandung N adalah protein. Oleh sebab itu, dalam

mengkalkulasikan kadar protein ransum dengan menggunakan kadar protein analisis kheidal

dapat terjadi over estimate.


Hal yang lain adalah penentapan kadar lemak. Dengan metode ini diasumsikan bahwa

kadar tersebut adalah kadar lemak yangb mengandung kalori sebesar 9,45 kcal. Padahal

kenyataanya lemak kasar tersebut bergabung dalam berbagai bentuk lemak. Demikian pula,

mengenai bahan ekstra tiada N (BETN). Kadarnya diperoleh setelah bahan kering dikurangi

dengans serat kasar, protein kasar, lemak kasar dan kandunga abu atau mineral. Apabila terjadi

over estimate atau under estimate pada bahan pengurangan maka kadar BETN tentu pula tidak

terlalu tepat yang diperoleh dari metode proximate analysis. Penentuan kadar serat kasar dapat

pula terjadi over estimate atau under estimate sebab pada dasarnya analisisnya diasumsikan

bahwa bahan yang ditempatkan pada daerah asam kemudian ditempatkan pada daerah basa,

semua substrat yang tidak tercerna adalah serat kasar. Hal ini dilakukan oleh “Weendy” yang

meniru keadaan pencernaan pada manusia, bahwa bahan dicerna pada lambung dalam keadaan

asam sedangkan pencernaan yang terjadi di usus halus adalah dalam keadaan basa, zat yang

tidak tercerna disebutnya sebagai serat kasar.

5.2.2 Metode Van Soest

Van Soest mencoba melakukan analisis bahan pakan untuk tanaman terutamanya

rumput dan leguminosa. Pada prinsipnya Van Soest membagi atau memisahkan antara dinding

sel dan isi sel tanaman. Dinding sel dibagi dua bagian yaitu, bagian pertama termasuk tidak

mempunyai nilai gizi dan bagian kedua nilai gizi. Evaluasi dengan metode Van Soest pada

dasrnya menggambarkan bahwa tanaman rediri atas sel apabila tanaman bertambah tua, maka

dinding selnya akan menebal dan dalam proses penebalan dinding sel tersebut dipengaruhi oleh

adanya campur tangan lignin. Hal inilah yang menyebabkan makin tua tanaman makinsulit

dicerna dinding tanaman tersebut. Tetapi untuk ternak ruminansia dan ternak bercaecum besar

seperti kuda, dinding sel tanaman yang menebal tersebut dapat dicerna krean dinding sel

tersebut terdiri atas Sellulose dan Hemisellulose. Sellulose dan Hemisellulose dpat dicerna

karena adanya enzim yang dihasilkan oelh mikroorgainsme dalam rumen dan caecum tetapi
pada caecum pencernaan sellulose dan hemisellulose tidak seefektif dengan di rumen. Sellulose

dapat diurai menjadi sellobiose dan selanjutnua sellobiose dapat diurai menjadi dua glucose.

Hemisellulose dapat diurai menjadi xylose, glucose galactose dan arabinose. Dengan demikian,

sellulose dan hemisellulose dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi ternak ruminansia

maupun pada kuda.

5.2.3 Metode Amino Acid Analyzer

Bahan Pakan

Metode menggunakan amino acid analyzer untuk mengetahui kandungan asam-asam

amino suatu bahan pakan. Hal ini sangat penting untuk ternak monogastrik seperti ayam, itik,

babi dll.

Dinding Sel IsiSel


G

Pentingnya mengetahui kandungan asam-asam amino adalah untuk mengtahui secara

kuantitatif kandungan asam amino essensialnya dan kandungan asam amino non-essensialnya.

Sebab pada umumnya asam-asam amino esensial tidak dapat disintesa dalam tubuh ternak

monogastrik.

5.2.4 Metode Bom Calorimeter

Metode itu digunakan untu mengetahui kandungan energi suatu bahan yang dianalisis.

Berdasarkan literatur, energi yang dihasilkan oleh satu perubahan ATP menjadi ADP adalah

11 calori dalam astu molekul glucose dapat menghasilkan 38 ATP. Secara umum kandungan

energi karbohidrat adalah 4,15 kcal/gr, lemak 9,40 kcal/gr dan protein 5,65 kcal/gr. Dengan

demikian lemk mengandung 2½ kali lipat energi per berat dibanding dengan karbohidrat dan

protein.

Kilo kalori (Kcal) adalh jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur

satu kilogram air dari temperatur 14,5ºC menjadi 15,5ºC. Energi yng terdapat pada suatu bahan

pakan dalam bentuk karbohidrat, protein dan lemak. Hal terebut dapat terjadi karena adanya

proses photosintesis pada daun tanaman yang merubah energi cahaya matahari dalam bentuk

gelombang menjadi energi kimia yang tersimpan dalam bentuk karbohidrat, protein dan lemak.

Energi yang dikandung dalam suatu bahan pakan atau ransum disebut gross energi atau total

energi. Total energi ini kemudian dimakan oleh ternak dan dicerna. Hasilnya akan emjadi

energi tercerna dan energi tidak tercerna. Energi tidak tercerna ini akan keluar dalam bentuk
kotoran. Sedangkan energi tercerna akan mngalami proses energi terserap dan energi tidak

terserap. Energi terserap akan menjadi energi metabolik dan energi yang keluar dalam bentuk

urine.

Dari energi metabolik akan menjadi energi tersimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak,

daging, bulu atau glicogen atau dalam bentuk lain yang apabila ternak tersebut menghasilkan

susu, daging, telur tau tenaga maka energi tersebut akan dimanfaatkan bila ada dalam bentuk

net energi.

5.2.5 Metode “Atomic Absorbtion”

Metode ini menggunakan untuk menganalisis berbagai mineral, baik mineral makro

amupun mineral mikro.

5.2.6 Analisis Kandungan Vitamin

Analisis kandugan vitamin dilakukan untuk mengetahui kandungan vitamin satu bahan

makanan, baik vitamin yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak. Vitamin yang

larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K

5.2.7 Analisis Kandungan Berbagai Zat Anti Nutrisi

Analisisi ini dilakukan untuk menjadi suatu pertimabang dalam menyusun suatu ransum

untuk ternak.

5. 3 Evaluasi Secara Biologi

Evaluasi suatu bahan pakan atau ransum dapat dilakukan secara biologi untuk

mengetahui palatabilitasnya, daya cernanya, daya serap, angka manfaat, dan nilai tinggal suatu

zat makanan.

5.3.1 Palatabilitas

Palatabilitas adalah daya kesukaan ternak terhadap suatu bahan pakan atau ransum.

Palatabilitas ditentukan oleh kualitas bahan tersebut atau kebiasaan ternak terhadap bahan atau

ransum. Palatabilitas diasosiasikan dengan jumlah pakan yang dimakan atau dikonsumsi (feed
intake). Konsumsi atau feed intake dapat dihitung dari pakan yang ditawarkan dikurangi

dengan pakan yang tersisa.

KP = PYT – PS

Keterangan :

KP = Konsumsi Pakan

PYT = Pakan yang ditawarkan

PS = Pakan Sisa

5.3.2 Daya Cerna

Evaluasi daya cerna dapat dilakukan dengan berbagai metode. Daya cerna dapat

dipengaruhi dengan kemampuan ternak memotong atau mengunyah pakan. Keadaan fisik dan

kima pakan dan ketrsediaan enzim untuk memutuskan rantai-rantai zat pakan dalam proses

pencernaan. Pencernaan pakanpada ternak ruminansia berbeda dengan ternak monogastrik

seperti unggas dan babi. Pada ternak ruminansia dan pada ternak kuda dapat mecerna bahan

pakan yang mempunyai serat kasar yang tinggi yang dalam bentuk sel yang menebal yang

dibangun oleh sellulose dan hemisellulose.

Pada ternak ruminansia dan kuda dapat mencerna bahan rumput atau leguminosa atau

hasil ikutan pertanian yang dibangun oleh sel yang berdinding tebal. Hal itu disebakan oleh

karena pada rumen ternak ruminansia dan pada caecum tenak kuda berkembang berbagai

mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim yag dapat memutuskan rantai pengikatyang

terdapat pada sellulose dan hemisellulose.

Sebenarnya sellulose dibangun oleh sellubiose. Sellubiose dibangunoleh dua molekul

glucose yang mempunyai ikatan hubungan Beta 1,4. Ikatan Beta 1,4 hanya dapat diputuskan

oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, biasa dikatakan bahwa

sellulose sulit dicerna. Karena hanya dapat dicerna pada alat pencernaan ruminansia dan

caecum kuda yang memelihara mikroorganisme. Sedangkan pada maltose yang juga dibangun
oleh dua molekul glucose tetapi terikat dalam hubungan Alfa 1,4. Hal ini disebut mudah

dicerna sebab enzim yang dapat memutuskan hubungan Alfa 1,4 tersebut pada umumnya

dihasilkan oleh alat pencernaan monogastrik. Pada bahan pakan yang dibangun oleh sell, enzim

terlebih dahulu mencerna dinding sel baru dapat mencerna zat-zat yang ada pada isi sel. Proses

pencernaan sebenarnya adalah penguraian bahan pakan menjadi zat-zat makananseperti

karbohidrat, protein, vitamin dan mineral kemudian zat-zat tersebut diurai lagi menjadi lebih

kecil agar dapat masuk ke aliran darah dan disebarkan keseluruh tubuh ternak. Seperti

karbohidrat menjadi monosacharida, protein menjadi asam-asam amino, lemak menjadi asam-

asam lemak, demikian pula pada vitamin dan mineral.

5.3.3 Penyerapan

Penyerapan adalah proses dimana zat hasil pencernan ditransfer dari rumen alat

pencernaan ke darah atau lymph. Zat yang diserap dibawa ke jaringan tubuh untuk degradasi,

proses pembentukan atau untuk disimpan. Proses penyerapan dikenal ada tiga, yaitu : (1)

Secara pasive, (2) dengan media carrier (carrier-mediated transport), (3) proses pinocytosis

(transpor mater yang ada di lumen dalam vacuola ke mucoza sel).

5.3.4 Angka Manfaat

Angka manfaat merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui berapa besar zat

pakan yang dicerna dan diserap dapat dimanfaatkan untuk kepentingan metabolisme,

pertumbuhan dan untuk reproduksi dan produksi. Setiap kandungan zat pakan dari berbagai

bahan pakan mempunyai angka manfaat yang berbeda. Mislnya protein hewan dapat mencapai

ngka manfaat 90% tetapi protein bakteri hanya mempunyai angka manfaat sebesar 60%.

Berdasaekan fakta ini maka dalam menyusun ransum angka manfaat dari zat pakan berbagai

bahan pakan sebaiknya menjadi pertimbangan.

5.4 Evaluasi Secara Ekonomi


Pakan yang diberikan kepada ternak yangdikelolasecara orientasi laba (profit oriented)

harus dievaluasi secara ekonomi. Artnya, apakah pakan tersebut dapat dirubah menjadi produk

yang dapat memberikan keuntungan. Ada beberapa parameter (teslok ukur) yang dapat

digunakan dalam menilai suatu ransum secara ekonomi, diantaranya adalah :

5.4.1 Perubahan Pakan (Feed Conversion)

“Feed Conversion” artinya beberapa kilogram pakan yang dibutuhkan oleh suatu ternak

dalam menghasilkan satu kilogram berat badan. Apabila “feed conversion” bernilai 2 artinya

ternak tersebut membutuhkan 2 kilogram ransum untuk menghasilkan satu kilogram

pertambahan berat badan.

5.4.2 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan adalah jumlah produksi yangdihasilkan dibagi dengan bahan baku

(ransum) dikalikan dnegan 100% atau pertambahan berat badan dibagi dengan jumlah pakan

yang dimakan dikalikan dengan 100%. Itulah tatacara menghitung efisiensi pakan. Misalnya

pertambahan berat badannya 0,5 kg dengan mengkonsumsi 2 kg pakan maka efisiensi

pakannya adalah :

0,5 X 100% = 25%


2

 Author Awal Rezkiawan


 Date 6:27 AM
 Comments No comments
 Categories

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook


Related Posts:

 Manajemen Sapi Potong Dara PENDAHULUAN Latar


Belakang Sapi dara adalah sapi betina muda yang telah berumur satu tahun
atau lebih dan belum pernah beranak. Mulai … Read More

 CARA MENDETEKSI KEBUNTINGAN DAN PROSES KELAHIRAN


Bagaimanakah cara mendeteksi kebuntingan? apakah dengan menggunalakn tespek.
hmmm,, tentu saja tidak kisanak. apakah dengan merapatkan kuping ke p… Read
More

 Siklus Birahi Pada Ternak PENDAHULUAN · Latar Belakang Pada


ternak mamalia dewasa fluktuasi berbagai hormon reproduksi dikenal sebagai siklus
estrus yang terdiri … Read More

 SIKLUS BIRAHIPADA TERNAK SAPI PENDAHULUAN · Latar


Belakang hah?? birahii? iya,, kalian gak salah baca. BI RA HI,, atau dalam bahasa
kerennya disebut ngaceng,hahah Pad… Read More

 PENANGANAN DAN PEMASARAN AIR SUSU Air susu sapi


mengandung semua zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi.
bbeh,, apalagi air susu ibu, uda dehh minuman tere… Read More

← Newer Post Older Post → Home

0 komentar:

Post a Comment

Link ke posting ini

Create a Link

Subscribe to: Post Comments (Atom)


BAB II
PEMBAHASAN

Evaluasi Pakan Secara Fisik


Dengan tujuan untuk menghasilkan atau membeli pakan yang superior perlu untuk
diketahui apa yang merupakan kualitas pakan dan bagaimana untuk mengenali atau mereka
perlu untuk menjadi familiar dengan karakteristik yang dikenali dari makanan yang
menunjukan kandungan nutrisi dan kelezatan yang tinggi. Jika diragukan, observasi pada
binatang yang memakan makanan ternak akan menunjukannya, bagi peternakan memilih dan
mengembangkan makanan yang berkualitas tinggi.
Pengujian bahan pakan secara fisik merupakan analisis pakan dengan cara melihat
keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan pakan dapat dilakukan baik secara langsung
(makroskopis) maupun dengan alat bantu (mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping
dilakukan untuk mengenali bahan pakan secara fisik juga dapat untuk mengevaluasi bahan
pakan secara kualitatitif. Sebenarnya analisis secara fisik saja tidak cukup, karena adanya
variasi antara bahan sehingga diperlukan analisis lebih lanjut, seperti analisis secara kimia atau
secara biologis atau kombinasinya.
Evaluasi fisik dari makanan hewan, terutama makanan ternak adalah berdasarkan pada
penampilan visual dan baunya. Karakteristik dari jerami yang baik – karakteristik yang mudah
diamati dari jerami yang mempunyai nilai makanan yang tinggi adalah:
1. Jerami yang berasal dari tanaman pada awal kematangan yang menjamin kandungan
maksiumum dari protein, mineral dan vitamin dan kelezatan yang tertinggi.
2. Jeraminya berdaun, yang memberikan kepastian kandungan yang tinggi dari protein dan nutrisi
lain.
3. Jeraminya berwarna hijau cerah, menunjukan perawatan yang baik, kaya akan karotin dan
provitamin A dan kelezatan.
4. Jerami bebas dari material asing, seperti rumput-rumput liar, kotoran dan lainnya.
5. Jerami bebas dari jamur dan debu.
6. Jeraminya mempunyai batang yang bagus dan lunak – tidak mentah, tidak keras, berkayu. Hal
ini benar terutama ketika membandingkan potongan pertama dengan potongan selanjutnya.
Pemotongan selanjutnya cenderung kurang.
7. Mempunyai aroma yang menyenangkan dan harum; harumnya cukup baik untuk dimakan.
Karakteristik yang mudah diamati dari makanan ternak yang bernilai tinggi adalah:
1. Telah bersih, bau asam laktat yang cukup menyenangkan, jelasnya kurang kotor atau bau asam
butyric dari makanan ternak yang tidak baik.
2. Mempunyai bau yang menyenangkan – tidak pahit atau asam.
3. Tidak berjamur, apek atau berlumpur.
Dalam Pembuatan pakan buatan pengujian secara fisik dapat dilakukan pada
Kehalusan bahan baku, dapat diuji dengan jalan menggiling ulang, berdasarkan besar kecilnya
ukuran butiran, kita dapat membedakannya menjadi sangat halus, agak kasar, sangat kasar dll.
Kekerasan dapat diuji dengan memberi baban pada pelet sampai batas beban tertentu pelet akan
hancur. Pakan yang baik harus mempunyai kekerasan yang tinggi, dan biasanya berasal dari
bahan baku yang cukup halus. Pengujian ketahanan dalam air (water stability), dilakukan
dengan cara mengambil pakan , selanjuntnya merendam pakan dalam air dingin. Waktu yang
diperlukan sampai saat pelet hancur merupakan ukuran daya tahan pakan tersebut. Pengujian
daya apung, kita lakukan dengan jalan menjatuhkan pakan kedalam air, waktu yang diperlukan
mulai saat pelet menyentuh permukaan air sampai tenggelam di dasar, adalah merupakan
ukuran daya apungnya.

Evaluasi Pakan Secara Biologis


Tujuan Evaluasi bahan pakan secara biologis adalah Secara Biologis
Untuk mengetahui kecernaan pakan dan Untuk mengetahui palatabilitas. Evaluasi Biologis
dari Makanan Ternak cukup sering, uji biologis digunakan dalam analisis dari mikronutrient
pada makanan. ada dua jenis dasar dari uji biologis – (1) uji mikrobiologis, dan (2) penggunaan
binatang yang kekurangan – nutrient. Uji biologis cenderung sulit dan memakan waktu.
Sejumlah besar sampel diperlukan untuk menghasilkan hasil statistik yang dapat dipercaya dan
cukup sering data yang didapatkan dari uji ini adalah sangat bervariasi. Uji menggunakan
binatang yang kekurangan nutrient adalah terutama tidak praktis karena (1) binatang harus
mempunyai jenis kelamin yang sama dan diperkirakan usia dan beratnya sama dan (2) waktu
yang dibutuhkan untuk memasukan kondisi yang kurang baik pada binatang – binatang ini.
Pengujian biologis sangat penting terutama untuk milihat nilai Konversi Pakan (Feed
Conversion Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak merupakan angka mutlak, karena tidak hanya
ditentukan oleh kualitas, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis, ukuran
ikan, kepadatan, kualitas air dll. Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas
pakan, karena akan semakin ekonomis. Untk mengetahui nilai konversi pakan perlu dilakukan
dilakukan pengujian lapangan pada berbagai tipe percobaan.

UJI MIKROBIOLOGIS
Dalam uji mikrobiologis, sebuah mikroorganisme dipilih yang dikenal untuk
menentukan nutrient dalam pertanyaan. Karena itu, jika nutrient tidak ada, mikroorganisme
yang dipilih tidak akan tumbuh. Pertumbuhan medium adalah dipersiapkan sehingga secara
nutrisi melengkapi kecuali untuk nutrient yang akan diuji. Level – level yang ditingkatkan dari
nutrient kemudian ditambahkan pada media dan kurva respon pertumbuhan dipersiapkan.
Sampel untuk di uji kemudian dapat dites dan dibandingkan dengan kurva respon pertumbuhan
untuk menentukan konsentrasi nutrient. Banyak dari mikronutrient, seperti vitamin B
kompleks, adalah diuji dengan cara ini.

KEKURANGAN NUTRISI BINATANG


Pada jenis pengujian ini, experimental binatang, seperti tikus dan anak ayam,
diberikan makanan yang kurang dalam sebuah nutrient tertentu. Kurva respon pertumbuhan
adalah dikembangkan dengan memberi makan sejumlah nutrisi pada beberapa binatang yang
kekurangan nutrisi. Binatang lainnya yang kurang baik memberkan produk untuk diuji dan
respon mereka dibandingkan dengan kurva pertumbuhan. Sebagai tambahan, evaluator dapat
mengamati perubahan dalam jaringan khusus sebagai level yang beragam dari nutrient khusus
yang di supplay. Contoh yang istimewa dari jenis assay ini adalah bioassay untuk vitamin A.
Tikus betina muda diawali diberikan vitamin A – makanan kurang baik untuk mengosongkan
cadangan makanan. Makanan yang akan diuji dan level yang ditingkatkan dengan konsentrasi
yang diketahui dari vitamin A adalah untuk memberi makan tikus yang kekurangan vitamin A.
Tiga parameter kemudian diukur untuk menentukan kandungan vitamin A dari makanan;
1. Respon pertumbuhan
2.Konsentrasi vitamin A di liver tikus dari beragam perawatan.
pengujian tingkat cornification dari vaginal epithelium. Pada kekurangan vitamin A, lapisan
dari vagina mengalami cornification.

Penentuan Pencernaan In Vitro:


Banyak peneliti menggunakan tekhnik pencernaan in vitro untuk memperkirakan
kadar cerna dari berbagai makanan. Bebrapa peneliti menyebutnya sebagai evaluasi rumen
buatan. Cairan ruminal diperoleh baik dari pemompaan perut atau koleksi melaui rumen fistula
dan disaring melalui kain kartun tipis. Pipa uji mengandung buffer dan sampel makanan
disuntik dengan cairan yang mendung, secara teori, sebuah sampel representatif dari mikroflora
rumen. Sampel tersebut kemudian dijaga pada suhu tubuh hewan dalam suatu lingkungan
karbondioksida (anaerobik). Dalam lingkungan ini, mikroba mencerna sampel makanan.

Evaluasi Bahan Pakan Secara Kimia


Tujuan evaluasi bahan pakan secara kimia adalah untuk mengetahui persetase
kandungan suatu zat yang terdapat pada suatu bahan pakan. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kandungan gizi dari pakan tersebut, yaitu kadar protein, lemak, karbohidrat, abu,
serat dan kadar air. Pengujian ini dapat dilakukan di laboratorium. Parameter yang diuji antara
lain energi gross, protein kasar, lemak kasar dan kandungan serat.
Uji Kimia dalah nilai suatu zat yang ada di dalam sampel yang bisa diketahui dengan
adanya suatu reaksi kimia. Kualitas kimia yang minimal harus di-ketahui oleh pelaku usaha
ayam adalah kadar air (KA), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), abu,
kalsium (Ca), fosfor (P) dan energi metabolisme (EM). Hasil analisis ini menentukan formulasi
ransum, yaitu seberapa banyak akan digunakan dalam campuran. Kedelapan parameter nutrisi
tersebut ada yang dibutuhkan ternak dalam jumlah banyak dan ada yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit.
1. Colorimetry dan Spectrophotometry
Colorimetry dan spectrophotometry adalah analisis kimia dimana cahaya melewati
larutan untuk menghasilkan informasi tentang konsentrasi dari beberapa senyawa. Panjang
gelombang tertentu dari cahaya melewati sampel dan jumlah dari cahaya yang diserap oleh
sampel memberikan sebuah indikasi dari konsentrasi senyawa yang sedang diuji. Colorimetry
berbeda dengan spectrophotometry dimana colorimetry adalah berguna dalam mengukur
panjang gelombang dalam wilayah yang terlihat dari spektrum cahaya sedangkan
spectrophotometry menggunakan panjang gelombang dalam ultraviolet, terlihat dan wilayah
infrared dalam spektrum.
Prosedur analitis bagi banyak para ahli nutris dan obat – obatan melibatkan keduanya
baik colorimetry atau spectrophotometry. Vitamin A adalah contoh baik dari prosedur
colorimetric. Uji standar untuk vitamin A adalah pembedaan melibatkan perawatan sampel
dengan antimony trichloride. Larutan yang berwarna biru tua dihasikan, intensitas yang
tergantung pada sejumlah Vitamin A dalam Sampel. Solusi dari konsentrasi yang tidak
diketahui adalah diukur dalam colorimeter dan dibandingkan pada serangkaian standar dari
konsentrasi yang diketahui. Specthrophotometric uji adalah sama pentingnya dengan
colorimetric uji kecuali peneliti mempunyai mesin yang lebih berguna untuk mengerjakannya.
Penyerapan atomik spectrophotometer adalah salah satu alat yang paling banyak
digunakan untuk analisis material, mempunyai kemampuan untuk mendeteksi banyak mineral
pada konsentrasi kurang dari 1 bagian per milyar (1 mcg/kg sampel). Sebagai tambahan pada
sensitivitas yang tinggi, mesin ini siap disesuaikan dengan otomatisasi, jadi menunjukan ahli
kimia metoda yang cepat dan akurat dari analisis makanan. Penyerapan atomik
spectrophotometer bekerja dengan prinsip yang sedikit berbeda dari spectrophotometer biasa.
Prinsip utama dalam mesin ini adalah ketika senyawa tertentu (sebagai contoh, mineral)
diuapkan, mereka memancarkan cahaya dari sebuah karakteristik panjang gelombang. Mesin
disesuaikan untuk mendeteksi cahaya ini.

2. Metode Van Soest


Meskipun sistem Weende tentang analisis pakan selama bertahun-tahun telah dan
terus menjadi sebuah perangkat yang berguna untuk memprediksi nilai kandungan nutrisi
dalam pakan, namun bukan berarti sistem ini tak memiliki kekurangan atau tak butuh beberapa
perbaikan. Faktanya, sistem ini memiliki beberapa keterbatasan nyata, khususnya dalam
kaitannya dengan serat mentah (crude fiber) dan pecahan-pecahan ekstraksi yang bebas
nitrogen.
A. Yang pertama, serat mentah ketika diteliti bukanlah zat yang seragam secara kimiawi namun
sebuah campuran berbagai unsur, unsur-unsur utamanya adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Meskipun selulosa dan hemiselulosa memiliki nilai kandungan nutrisi yang hampir
sama, keduanya memiliki nilai pakan yang jauh lebih tinggi untuk hewan pemamah biak
dibandingkan untuk hewan non-pemamah biak. Di sisi lain, ligin sebagian besar mudah dicerna
oleh semua ternak. Yang lebih memperumit situasinya adalah fakta bahwa hanya sebuah bagian
hemiselulosa dan ligin yang dihasilkan dalam pecahan serat mentahnya, dengan bagian-bagian
sisanya yang muncul sebagai NFE, yang biasanya dianggap sebagian besar tersusun dari gula
dan kanji yang sangat mudah dicerna. Akibatnya, sampai pada taraf dimana hemiselulosa –
dengan digestibilitas yang rendah – dan lignin – yang mudah dicerna – terdapat di dalam
pecahan NFEnya, pecahan ini akan lebih besar dan memiliki digestibilitas rata-rata yang lebih
rendah dibandingkan jika pecahan tersebut tersusun dari gula dan kanji. Pada saat yang sama,
nilai serat mentahnya tidak akan mencerminkan semua bagian pakan yang dapat dicerna.
Banyak para pekerja selama beberapa tahun terakhir telah menguji berbagai prosedur
yang mungkin dapat memberikan pemisahan karbohidrat dalam pakan secara lebih pasti
daripada apa yang dihasilkan sistem Weende tentang analisis kurang lebih. Hal ini berlaku
khususnya dari sudut pandang pengevaluasian kumpulan pakan. Sebuah prosedur yang
mendapatkan banyak perhatiansebagai sebuah pengganti penentuan serat mentah konvensional
dikembangkan oleh Van Soest dan rekan-rekannya, yang bekerja di laboratorium riset ARS
miliki USDA di Beltsville, Maryland. Proses ini mengharuskan pemisahan bahan kering pakan
ke dalam dua pecahan (fraction) – pecahan yang pertama yang memiliki daya cerna
(digestibilitas) yang baik dan yang kedua yang memiliki digestibilitas yang buruk – dengan
mendidihkan 0,5-1,0 g sampel pakan di dalam sebuah larutan deterjen netral (3% sodium lautrl
sulfate yang dibufferkan ke pH 7,0) selama satu jam dan dilakukan penyaringan.
A. Larutan deterjen netral yang mudah larut (NDS) adalah bagian terbesar kandungan sel, yang
utamanya terdiri dari lipid, gula, kanji dan protein dan semuanya memiliki digestibilitas yang
tinggi, yang memiliki digestibilitas rata-rata sekitar 98%. Digestibilitas tersebut tampaknya
tidak dipengaruhi oleh banyaknya larutan-larutan deterjen netral yang tak dapat larut yang ada.
Larutan-larutan deterjen yang sulit larut tersebut biasanya disebut sebagai serat deterjen netral
(NDF). Larutan ini merupakan bagian terbesar dinding sel tanaman dan kadang-kadang disebut
sebagai unsur-unsur dinding sel atau unsur pembentuk dinding sel, yang banyak tersusun dari
selulosa, lignin, silika, hemiselulosa dan beberapa protein.
Dalam prosedur Van Soest, semua lignin dan hemiselulosa dimasukkan di dalam
pecahan NDF, sementara pada metode Weende, dua unsur tersebut dihilangkan dari serat
mentah ke NFEnya. Sebagai akibatnya, NDF ketika ditentukan dengan prosedur Van Soest
jauh lebih tinggi daripada nilai serat mentah konvensional untuk beberapa pakan.
Untuk menentukan ligin dalam sebuah sampel hijauan, Van Soest mengedepankan
penggunaan apa yang dikenal sebagai prosedur liginin deterjen asam. Dalam metode ini,
prosedur tersebut digunakan sebagai langkah persiapan. Proses ini mengharuskan perebusan
1,0 sampel bahan yang dikeringkan-udara dalam sebuah larutan deterjen asam (49,04 g solutic
acid dan 20 g cetyl trimethylammonium bromide per liter) selama satu jam dan dilakukan
penyaringan. Larutan-larutan yang tak dapat larut atau residu-residunya membentuk apa yang
dikenal sebagai serat deterjen asam (ADF) dan terdiri dari selulosa, lignin dan silika dalam
beragam jumlah. ADF berbeda dari NDF karena NDF mengandung sebagian besar
hemiselulosa pakan dan di dalam ADF tidak terdapat protein. Perbedaan jumlah NDF dan ADF
adalah sebuah penghitungan hemiselulosa dalam pakan. Untuk menentukan banyaknya lignin
yang ada, ADF kemudian dicerna di dalam 72% H¬¬2SO4 pada suhu 15oC selama 3 jam dan
disaring. Residu yang tersisa setelah pencucian dan pengeringan ditimbang dan dibuat jadi
serbuk. Serbuk yang tersisia memperlihatkan silika yang ada, sementara berkurangnya berat
selama pembentukan serbuk memperlihatkan lignin dan disebut sebagai lignin deterjen asam
(ADL) dan secara lebih spesifik sebagai lignin yang tak dapat larut dalam asam. Sebagai
sebuah metode alternatif untuk mengetahui kadar lignin yang memiliki beberapa kelebihan
untuk bahan-bahan tertentu mengharuskan dilakukannya oksidasi lignin ADF yang memiliki
kelebihan larutan potassium permanganate yang dibufferkan asam acetik. Lignin yang
ditentukan kadarnya seperti ini disebut lignin permanganate. Variasi metode ini dapat
digunakan menyisihkan kutin yang terdapat di banyak kulit benih, yang jika tidak, akan diukur
kembali.
Suhu pemrosesan hijauan di atas 50oC cenderung meningkatkan produksi lignin pada
kedua metode di atas khususnya lewat produksi lignin artifak melalui reaksi pencoklatan non-
enzimatik. Kandungan nitrogen ADF dianggap sebagai ukuran yang sensitif untuk tingkat
kerusakan tersebut dan berperan sebagai dasar untuk memperkirakan lignin artifak.
Segera sesudah NDS, NDF, ADF, dan ADL telah ditentukan untuk sebuah hijauan,
digestibilitas sesungguhnya bahan kering hijauan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
0,98 NDS + (1,473 – 0,789 log10 lignin) NDF dimana di dalamnya NDS dan NDF dinyatakan
sebagai persentase bahan kering hijauannya, dan lignin adalah persentase lignin yang dapat
dapat larut dalam asam di dalam pecahan ADFnya.
Sehingga, digestibilitas bahan kering hijauan dapat dihitung dengan mengurangi
angka digestibilitas sesungguhnya, sebuah pengurangan bahan kering metabolik yang ada
dalam feces, yang menurut Van Soest pada jumlah rata-rata 12,9% konsumsi bahan keringnya.
3. Analisis Proksimat
Analisis Proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan / pangan.
Istilah proksimat mengandung arti bahwa hasil analisisnya tidak menunjukkan angka
sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai Mendekati. Hal ini disebabkan komponen dari suatu
fraksi masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak
masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisi kimia ini adalah yang paling
ekonomis (relaif) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan
praktis.
Prinsip Kerja Prosedur Analisis Proksimat:
a. Analisis Air
Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100-100 oC dalam
jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau
penyusutan berat bahan tidak lagi berubah.
% = Berat awal bahan – Berat akhit bahan setelah di oven X 100%
Berat awal bahan
b. Analisis Abu
Membakan bahan dalam Tanur dengan suhu 600oC selama beberapa waktu (3-8 jam) sehingga
seluruh unsur utama pembentuk senyawa organik (C, H, O, N) habis terbakar dan berubah
menjadi gas, sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-
mineral yang terdapat dalam bahan, dengan kata lain abu merupakan total mineral bahan.
c. Analisis Protein
Penerapan niali protein kasar dilakukan secara tidak langsung karena analisis ini didasarkan
kepada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang
diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25
diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen ( perbandingan protein dan
nitrogen = 100 : 16 = 6.25:1). Pnentuan nitrogen dalam analisa ini melalui 3 tahap analisis
kimia, yaitu destruksi
Menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana sehingga N dalam bahan terurai dari
bahan organiknya kemudian di ikat oleh H2SO4 menjadi (NH4)2SO4, destilasi Pengikatan
komponen organik tidak hanya pada nitrogen saja tetapi juga pada komponen lain, oleh karena
itu nitrogen harus diisolasi untuk melepaskan nitrogen dalam larutan hasil destruksi adalah
dengan membentuk gas NH3, Pemberian NaOH 40% bila dipanaskan akan berubah menjadi
gas NH3 dan air yang kemudian dikondensasi
NH3 akhirnya ditangkap oleh larutan asam borat 5% membentuk (NH4)3 BO3 dan
titrasiNitrogen dalam (NH4)3 BO3 ditentukan jumlahnya dengan cara titrasi dengan HCl.
d. Analisis Lemak Kasar
Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelarut lemak (ether) selama
beberapa waktu (3-8 jam) ekstraksi mengunakan alat gold fisch. Beberapa pelarut yang dapat
digunakan adalah: kloroform proteleum benzena, aseton, heksana. Lemak yang terekstraksi
oleh larutan lemakterakumulasi dalam wadajh pelarut (labu socklet dan gold fisch) kemudian
dipisahkan dari pelarutnya dengancara dipanaskan dalam oven suhu 105 oC, pelarut akan
menguap sedangkan lemak tidak (titik didh lemak lebih dari 105oC) sehinga tidak menguap
dan tinggal dalam wadah, lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.
e. Analisis Serat Kasar
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemamasan dengan asam encer
dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar maka bagian yang tidak larut tersebut residu)
dibakar sesuai denga prosedur analisis abu selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.

Evaluasi Bahan Pakan Secara Ekonomis


Pengujian pakan secara ekonomis artinya pengujian bahan pakan yang memenuhi
syarat berikut:
1. Mudah diperoleh
2. Tidak menganggu kesehatan ternak
3. Tidak bersaing dengan kebutuhan manusia
4. Mengandung zat yang dibutuhkan oleh ternak
5. Tidak mahal

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Evaluasi bahan pakan dapat dilakuakan secara fisik, kimia, biologi maupun ekonomis
yang mempunyai tujuan untuk memastikan bahan baku atau ransum jadi benar-benar
berkualitas sesuai dengan apa yang diharapkan.

Saran
Uji kualitas sebaiknya dilakukan secara periodik, disetiap kedatangan bahan baku dan
ransum maupun saat terjadi perubahan supplier.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pentingnya Uji Kualitas Ransum. http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-


laksana/pentingnya-uji-kualitas-ransum. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2012.

Anonim. 2011. Evaluasi Kecernaan Jagung secara Kimia.


http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56482. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2012.

Anonim. 2012. Pengujian Mutu Pakan Buatan. http://penyuluhpi.blogspot.com/2012/10/pengujian-


mutu-pakan-buatan-secara.html. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2012.

Awal. 2011. Pengenalan Bahan Pakan Secara Makroskopis.


http://awalfreakuh.blogspot.com/2011/11/pengenalan-bahan-pakan-secara.html. Diakses pada
tanggal 4 Oktober 2012.

Diandra. 2011. Nutrisi, Pakan dan menejemen Produksi.


http://diandrabooks.wordpress.com/category/brillian-internasional/. Diakses pada tanggal 4
Oktober 2012.

Hamza. 2010. Laportan Nutrisi. http://ardihamza.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2012.

Hasugian, N. 2009. Evaluasi Pakan. http://novalinahasugian.blogspot.com/2009/05/evaluasi-


pakan.html. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2012.

Perius, Y. 2011. Kualiatas Pakan. http://yulfiperius.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4


Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai