Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN KEUANGAN

Jumat, 09 Mei 2014

MODAL KERJA

Pengertian Modal Kerja


Modal kerja merupakan investasi bagi perusahaan dalam bentuk tunai, surat berharga,
piutang dagang dan persediaan dikurangi dengan hutang lancar atau dapat disebut modal
kerja bersih (net working capital), sedangkan keseluruhan aktiva lancar dengan hutang lancar
disebut modal kerja bruto (gross working capital).
Menurut Riyanto (2001:57-58) bahwa konsep modal kerja terbagi atas tiga konsep yaitu:
1. Konsep Kuantitatif (Gross Working Capital)
Konsep ini tidak mementingkan kualitas modal kerja, yang dibiayai dengan setoran saham
pemilik atau yang berasal dari hutang lancar maupun jangka panjang sehingga modal kerja
yang besar belum tentu menjamin kelangsungan operasi perusahaan. Dalam konsep ini
disebut modal kerja bruto (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif (Net Working Capital)
Pada konsep kualitatif tidak menitikberatkan pada kuantitas jumlah aktiva lancar atau modal
kerja bruto, akan tetapi pada konsep kualitatif pengertian modal kerja adalah modal kerja
netto (net working capital) jadi modal kerja yang hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah
hutang lancar dan hutang jangka panjang yang akan dibayar pada periode tersebut, dengan
demikian sebagian dan jumlah aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan
keuangan. Definisi konsep ini menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari
pada hutang lancar.
3. Konsep Fungsional (Functional Working Capital)
Konsep ini menitikberatkan pada hasil usaha perusahaan yang berbentuk pendapatan
(income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan, tetapi ada pula dana modal kerja yang digunakan periode ini tidak langsung
dapat memberikan penghasilan bagi perusahaan pada periode ini, akan tetapi dari dana yang
digunakan tersebut akan memberi penghasilan kepada perusahaan di waktu mendatang
(future income) sehingga besarnya modal kerja adalah:
a. Besarnya kas
b. Besarnya persediaan
c. Besarnya piutang (dikurangi besarnya laba)
d. Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah
dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang bersangkutan).
Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja
potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap yang menghasilkan future
income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya) termasuk dalam non working capital.
B. Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Riyanto (2001:61) modal kerja dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu:
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam:
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan
untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan
luasnya persediaan produk yang normal atau dinamis, luasnya produk mengikuti jumlah
penjualan produk pada perusahaan.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perolehan keadaan dan modal kerja ini dibedakan antara lain:
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja musiman adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang disebabkan
oleh fluktuasi musim.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital )
Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang disebabkan oleh
fluktuasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)


Modal kerja darurat adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya pemogokan karyawan, banjir, perubahan
ekonomi yang mendadak dan lain-lain. Menurut Halim (2002:89-92) menyatakan bahwa
besar kecilnya kebutuhan modal kerja tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya adalah:
1) Volume penjualan
Faktor ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja
untuk menjalankan aktivitasnya di mana puncak dari aktivitas penjualan, dari ini perusahaan
bisa mengukur efektif dan efisiennya perkembangan pada karyawan dan perusahaan.
2) Pengaruh musim
Musim dapat mempengaruhi permintaan dari barang, maka penjualan akan berfluktuasi dan
fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja
dan inilah yang menimbulkan adanya modal kerja variabel.
3) Perubahan teknologi
Perkembangan teknologi terutama yang berhubungan dengan proses produksi dapat
mempunyai pengaruh yang tajam terhadap kebutuhan modal kerja.
4) Kebijakan-kebijakan perusahaan
Beberapa kebijakan perusahaan yang diambil dapat mempengaruhi tingkat modal kerja baik
permanen ataupun variabel. Jika perusahaan mengubah kebijakan kredit net 30 menjadi net
60, maka tambahan dana permanen mungkin terikat pada piutang. Jika perusahaan mengubah
kebijakan produksi mungkin akan mempengaruhi kebutuhan persediaan. Perubahan tingkat
minimum kas mungkin akan menaikkan atau menurunkan modal kerja.
Faktor-faktor lain untuk menentukan berapa besar modal kerja yang dibutuhkan:
1. Besar kecilnya perusahaan
Besar kecilnya perusahaan, baik dari segi jumlah aktiva maupun dari segi tingkat penjualan,
akan sangat mempengaruhi besarnya modal kerja. Sebuah perusahaan kecil mungkin
memerlukan aktiva lancar ekstra dalam menghadapi goncangan-goncangan yang timbul
karena perusahaan kecil mempunyai sumber kas masuk yang lebih sedikit dibanding
perusahaan besar. Pada perusahaan kecil, keterlambatan pelanggannya dalam hal itu
perusahaan kecil memerlukan modal kerja yang relatif lebih besar dari perusahaan besar jika
dikaitkan dengan tingkat total aktiva atau total penjualan.
2. Aktivitas perusahaan
Jika perusahaan harus menyediakan persediaan yang besar atau menjual dengan syarat kredit
lunak akan memerlukan modal kerja yang lebih besar dibanding perusahaan yang
menyediakan persediaan kecil akan menjual perusahaan atau menjual barangnya secara tunai.
3. Tersedianya fasilitas kredit
Suatu perusahaan yang mempunyai fasilitas kredit misalnya hubungan dengan lembaga-
lembaga kredit akan memerlukan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan perusahaan
yang tidak mempunyai fasilitas kredit.
4. Sikap terhadap laba
Modal kerja yang besar akan cenderung menurunkan tingkat laba. Oleh sebab itu ada
manajemen yang mempunyai kebijakan memperbesar modal kerja walaupun akan
menurunkan tingkat laba, ada pula manajemen yang mempunyai kebijakan tingkat modal
kerja minimum untuk mempertahankan laba yang akan dicapai.
5. Sikap terhadap risiko
Kas atau surat berharga yang relatif besar akan mengurangi risiko persoalan likuiditas.
Dengan kata lain perusahaan yang tidak mau mengambil risiko persoalan likuiditas akan
memperbesar jumlah kasnya yang berarti memperbesar modal kerja.
C. Pentingnya Pengelolaan Modal Kerja
Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya pengelolaan modal kerja, menurut
Weston (2000:412) bahwa:
1. Survei menunjukkan bahwa hampir semua manajer keuangan menyerahkan sebagaian
besar waktunya untuk operasi internasional sehari-hari perusahaan dan hal ini merupakan
bagian dari pengelolaan modal kerja
2. Aktiva lancar merupakan bagian yang cukup besar dari total aktiva, umumnya sekitar 40
persen. Lebih jauh lagi, aktiva lancar berfluktuasi dengan penjualan dan penjualan berubah
terus menerus. Hal ini mengharuskan manajer keuangan untuk memantau penjualan secara
cermat untuk mengantisipasi perubahan penjualan sehingga bisa dipastikan bahwa aktiva
yang ada mencukupi untuk memenuhi target penjualan.
3. Pengelolaan modal kerja penting bagi perusahaan kecil, meskipun perusahaan kecil dapat
memperkecil investasinya dalam aktiva tetap dengan menyewa atau mengkontrakkan gedung
dan peralatan tapi tidak bisa menghindarkan investasi dalam bentuk kas, piutang, persediaan
karena perusahaan relatif sukar memasuki pasar modal jangka panjang, maka mereka akan
sangat bergantung pada utang dagang dan kredit jangka pendek, yang keduanya
mempengaruhi modal kerja dengan menaikkan modal lancar.
4. Pertumbuhan penjualan mempunyai hubungan yang erat dan langsung dengan investasi
dalam bentuk aktiva lancar. Dengan bertumbuhnya penjualan, perusahaan harus menaikkan
piutang dan persediaan dan uang kasnya pun mungkin perlu juga dinaikkan. Kenaikan
penjualan juga akan menyebabkan perlunya tambahan persediaan dan juga uang tunai.
D. Tujuan Manajemen Modal Kerja
Kebijakan-kebijakan perusahaan dalam mengelola modal kerja dimaksudkan untuk mencapai
tiga tujuan yaitu:
1. Likuiditas yang cukup
Jika perusahaan kurang cukup kas untuk membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus
dibayar, maka akan mengalami persoalan-persoalan yang beruntun. Tujuan yang paling
penting dalam mengelola modal kerja adalah untuk mencapai likuiditas sedemikian rupa
sehingga perusahaan dapat menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari.
2. Meminimumkan risiko
Di dalam pemilihan terhadap sumber-sumber dana untuk membelanjai modal kerja, utang
dagang dan utang-utang jangka pendek lainnya mungkin memerlukan biaya yang relatif lebih
rendah dibanding sumber dana yang lain. Dengan demikian manajemen harus dapat
menjamin bahwa kewajiban- kewajiban jangka pendek ini tidak menjadi berlebihan.
Kesesuaian antara aktiva lancar dengan utang lancar merupakan tugas manajemen yang
cukup berat. Manajemen berusaha meminimumkan risiko atas ketidakmampuan membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendek atau segera yang harus dipenuhi.
3. Memperbesar nilai perusahaan
Perusahaan mempunyai tujuan yang sama di dalam mengelola modal kerja maupun aktiva-
aktiva lainnya yaitu berusaha memaksimumkan nilai sekarang atas saham biasa dan nilai
perusahaan.
E. Sumber-sumber Penawaran Modal
Nitisemito (1999:25-29) mengungkapkan bahwa sumber-sumber modal kerja terbagi atas:
1. Pembagian sumber modal berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya sumber-sumber penawaran modal dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Sumber Intern (Internal Sources)


Modal yang berasal dari sumber modal intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri di dalam intern perusahaan tersebut. Pembelanjaan perusahaan dengan
menggunakan sumber modal yang berasal dari perusahaan sendiri disebut pembelanjaan dari
dalam perusahaan. Untuk dapat melakukan pembelanjaan dari dalam perusahaan itu sendiri
maka perusahaan harus mempunyai cadangan penyusutan (Depreciation Reserve) dan laba
ditahan (Retained Net Profit). Sebagaimana diketahui, setiap perusahaan yang mempunyai
atau menggunakan aktiva tetap misalnya mesin-mesin, gedung dan sebagainya supaya pada
saat nanti dapat menggantikan dengan yang baru perlu mengadakan penyusutan. Sedangkan
laba ditahan, besar kecilnya tergantumg pada tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh
perusahaan. Semakin tinggi tingkat keuntungan maka semakin besar tingkat kemampuan
perusahaan tersebut untuk menyediakan dana berupa laba yang ditahan.
b. Sumber Ekstern (External Sources)
Sumber ekstern adalah sumber-sumber modal yang berasal dari luar perusahaan. Sumber-
sumber ekstern ini dapat berupa modal pinjaman (modal asing) baik berupa uang, produk
maupun yang lainnya. Modal asing ini dapat berupa modal jangka panjang. Selain sumber
ekstern tersebut berupa modal asing, maka dapat juga modal sendiri yaitu berupa saham (bagi
suatu perusahaan terbatas). Pengikutsertaan modal dalam perusahaan (andil) bagi bentuk-
bentuk perusahaan yang lain baik yang berasal dari pemilik semula maupun pemilik baru
yang ikut serta dalam perusahaan.
2. Pembagian sumber modal berdasarkan cara terjadinya
Ditinjau dari cara terjadinya, sumber modal dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Tabungan dari subyek-subyek ekonomi
Menurut ilmu ekonomi menabung adalah tidak mengkonsumsi pendapatan atau menyisihkan
sebagian dari pendapatannya. Tabungan yang digunakan untuk mengkonsumsi tidak
memperbesar modal sedangkan tabungan yang digunakan untuk investasi dapat memperbesar
modal.
b. Penciptaan atau kreasi uang atau kredit oleh bank-bank. Penciptaan uang tidak hanya
dilakukan oleh bank sirkulasi saja tapi juga bank-bank dagang dapat melakukannya dengan
menciptakan uang giral.
c. Intensifikasi daripada penggunaan uang
Intensifikasi daripada penggunaan uang yang dipercayakan atau disimpan oleh masyarakat di
bank tersebut. Perusahaan-perusahaan lain pun dapat mengintensifikasikan penggunaan
uangnya yang sementara mengangsur misalnya dengan meminjamkan kepada perusahaan lain
yang membutuhkan atau digunakan sendiri di dalam perusahaan untuk memperluas usahanya.

F. Contoh Perhitungan Modal Kerja


Beberapa faktor yangz mempengaruhi modal kerja bagi suatu perusahaan antara lain sifat dan
jenis kegiatan operasi perusahaan, lamanya proses produksi, syarat pembelian bahan baku
dan syarat modal kerja penjualan, serta tingkat perputaran bahan baku dan barang jadi atau
barang dagangan. Namun dari berbagai faktor yang paling mempengaruhi modal kerja adalah
sifat dan jenis kegiatan operasi perusahaan (Munawir, 2001:116).
Dalam menentukan besar kecilnya akan kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi oleh:
1. Besar kecilnya kegiatan perusahaan (produk dan penjualan) dimana semakin besar
kegiatan perusahaan maka semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
2. Kebijakan perusahaan tentang penjualan (kredit atau tunai), persediaan besar saldo kas
minimal, dan pembelian bahan baku atau barang dagangan dan lain-lain yang menyangkut
kebutuhan jangka pendek.
Telah disebutkan bahwa yang mempengaruhi besar kecilnya kebutuhan modal kerja adalah
besar saldo kas minimal, semakin efisien dalam mengelola kas maka semakin kecil saldo kas
minimalnya dan semakin kecil pula dana yang diperlukan untuk mendanainya. Ini berarti
semakin kecil pula kebutuhan modal kerjanya. Kemudian kebutuhan dana untuk membelanjai
persediaan dipengaruhi oleh kebijakan dalam menentukan besarnya persediaan, semakin
besar persediaan maka semakin besar pula kebutuhan akan modal kerjanya.
Selain dari itu kebutuhan modal kerja juga sangat dipengaruhi oleh faktor kecepatan
perputaran modal kerjanya atau periode terikatnya modal kerja. Semakin cepat atau tinggi
perputarannya maka makin kecil kebutuhan modal kerjanya. Dalam hal ini perlu diingatkan
bahwa kecepatan kegiatan operasi perusahaan sangat ditentukan oleh jenis dan sifat kegiatan
operasi perusahaan.
Berikut ini adalah contoh perhitungan modal kerja menurut Riyanto (2001:59-60):
Aktiva Lancar:
Kas Rp. 75.000,-
Efek Rp. 180.000,-
Pihutang Dagang Rp. 150.000,-
Persediaan Barang Rp. 120.000,-
Jumlah Rp. 525.000,-

Aktiva Tetap:
Tanah Rp. 75.000,-
Bangunan-bangunan Rp. 360.000,-
Mesin-mesin Rp. 240.000,-
Jumlah Rp. 675.000,-

Keterangan:
a) Depresiasi setiap tahunnya:
Bangunan-bangunan Rp. 22.500,-
Mesin-mesin Rp. 30.000,-
b) Penjualan dengan kredit dengan profit margin sebesar 40%.

Beberapa pengertian yang menyangkut tentang unsur-unsur modal kerja untuk menentukan
besarnya kebutuhan modal kerja yaitu:
1. Modal kerja dalam pengertian seluruh aktiva lancar disebut juga (Gross Working
Capital) dalam konsep kuantitatif.
2. Modal kerja dalam artian jumlah aktiva lancar yang dikurangi hutang jangka pendek,
disebut juga sebagai (Net Working Capital) dalam konsep kualitatif.
3. Modal kerja dalam artian seluruh dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba satu
tahun berjalan disebut juga sebagai modal kerja fungsional:

Modal Kerja (Working Capital)


Kas Rp. 75.000,-
Persediaan Barang Rp. 120.000,-
Piutang (60%) Rp. 90.000,-
Depresiasi Bangunan Rp. 22.500,-
Depresiasi Mesin Rp. 30.000,-
Jumlah Rp. 337.500,-

Bukan Modal Kerja (Non Working Capital )


Tanah Rp. 75.000,-
Bangunan Rp. 337.500,-
Mesin Rp. 210.000,-

Jumlah Rp. 622.500,-

Modal Kerja Potensiil (Potential Capital)


Keuntungan dalam Piutang (40%) Rp. 60.000,-
Efek Rp. 180.000,-
Jumlah Rp. 240.000,-

G. Perputaran Modal Kerja


Menurut Riyanto (2001:62-66) perputaran modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang
diperlukan perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu berputar. Aktiva
lancar (Current Asset Turnover) adalah aktiva yang pada umumnya akan berubah menjadi
uang kas dalam satu periode akuntansi atau satu tahun. Di dalam penjelmaan aktiva lancar itu
menjadi uang kas melewati beberapa tahap. Tahapan itu tercermin dalam pos-pos neraca,
uang kas digunakan untuk membeli produk, untuk membayar upah dan gaji karyawan, biaya-
biaya yang lain maupun biaya-biaya umum dan administrasi. Setelah dasar itu selesai
diproses di dalam proses maka output itu akan timbullah piutang (apabila dijual secara kredit)
atau langsung menjadi uang kas (apabila dijual secara tunai). Piutang tersebut kemudian akan
ditagih atau dikumpulkan oleh perusahaan dan diperoleh kembali uang kas ke dalam
perusahaan dan kemudian proses perputaran aktiva lancar tersebut berlangsung kembali
seperti semula.
Gambar 1
Perputaran Modal Kerja

Banyaknya Produk,Upah/Gaji, dll.

Kas Persediaan Produk/Stock

Piutang

Sumber: Sudarmo (1999:27)


Periode perputaran modal kerja merupakan periode terikatnya modal kerja dimana periode itu
adalah lama waktu yang diperlukan oleh uang kas untuk berputar di dalam peredaran
usahanya melewati kas, piutang dagang, persediaan produk jadi, periode pengumpulan
piutang dan kemudian menjadi uang kas kembali. Jumlah total dari periode tersebut
merupakan periode perputaran modal kerja, maka untuk menghitung besarnya modal kerja
menggunakan metode perputaran aktiva lancar. Menurut Riyanto (2001:59-94) yang
termasuk dalam analisis modal kerja adalah:
1. Perputaran Kas (Cash Turnover)
Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa besar efisiensinya penggunaan kas dalam
menunjang operasi yang telah dijalankan oleh perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
Perputaran Kas =
Efisiensi penggunaan kas dapat dianalisis dengan membandingkan rasio-rasio kas dari tahun
ke tahun. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin kecil dana yang
diinvestasikan dalam kas, sehingga semakin baik bagi perusahaan yang berati pula bahwa
semakin tinggi penggunaan kasnya. Untuk mengetahui periode terikatnya kas dihitung
dengan membagi hasil kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputarannya:
Periode terikatnya kas = 360/tingkat perputaran kas.
Berikut ini adalah contoh perhitungan rasio perputaran kas (Riyanto, 2001:59-60):
Perputaran Kas =
Diketahui:
Penjualan Bersih : Rp. 4.000.000,-
Kas Awal Tahun : Rp. 4.000.000,-
Kas Akhir Tahun : Rp. 2.000.000,-
Perputaran Kas =
=
= 1,33 x
Artinya dana yang tertanam dalam kas rata-rata dalam satu tahun berputar sebanyak 1,33 kali.
Periode terikatnya kas = 360/tingkat perputaran kas
= 360/1,33 = 270 hari
Artinya dana yang tertanam dalam kas rata-rata akan terkumpul selama 270 hari.
2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Dari rasio ini dapat diketahui sejauhmana efisiensi perusahaan dalam menjalankan
kebijaksanaan kreditnya. Apabila tingkat perputarannya rendah maka perusahaan tidak
efisien dalam pengumpulan piutang atau perusahaan mengalami kesulitan dalam penagihan
kreditnya. Perputaran piutang dapat diketahui dengan membandingkan antara penjualan
kredit dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat dirumuskan:
Perputaran Piutang =
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya
modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin turun perputarannya berarti makin pendek
terikatnya modal piutang, sehingga makin kecil modal yang tertanam dalam piutang,
demikian sebaliknya. Untuk mengetahui hasil rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung
dengan membagi hari kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputaran piutang:
Periode terikatnya piutang = 360/tingkat perputaran piutang.
Berikut ini contoh perhitungan perputaran piutang menurut Riyanto (2001:91):
1960 1961
Net credit sales Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
Receivables: permulaan tahun Rp. 20.000,00 Rp. 30.000,00
akhir tahun Rp. 30.000,00 Rp. 10.000,00
Average receivables Rp. 25.000,00 Rp. 20.000,00
Receivables turnover 4x 5x
Average collection period 90 hari 72 hari
Berdasarkan data tersebut, maka perputaran piutang (receivables turnover) dan periode
terikatnya piutang (average collection period) jika dihitung adalah sebagai berikut:
Tahun 1960:
Piutang rata-rata = = Rp. 25.000,-
Perputaran Piutang =
= =4x
Artinya dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar sebanyak 4
kali.
Periode terikatnya piutang = 360/tingkat perputaran piutang
= 360/4
= 90 hari
Artinya piutang dikumpulkan rata-rata setiap 90 hari sekali.
Tahun 1961:
Piutang rata-rata = = Rp. 20.000,-
Perputaran Piutang =
= =5x
Artinya dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar sebanyak 5
kali.

Periode terikatnya piutang = 360/tingkat perputaran piutang


= 360/5
= 72 hari
Artinya piutang dikumpulkan rata-rata setiap 72 hari sekali.
3. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Di dalam perusahaan dagang, perputaran persediaan pada dasarnya adalah satu golongan
yang sama yaitu persediaan barang dagang. Persediaan ini merupakan persediaan barang
yang selalu dalam perputaran yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses
lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang
yang bersangkutan. Perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran Persediaan =
Periode terikatnya persediaan dapat dihitung dengan membagi hari kerja dalam satu tahun
dengan tingkat perputaran persediaan:
Periode terikatnya persediaan = 360/tingkat perputaran persediaan.
Berikut ini contoh perhitungan perputaran persediaan (inventory/merchandise turnover)
menurut Riyanto (2001:70-71):
Persediaan barang 1/1-70 Rp. 20.000,00
Pembelian selama 1 tahun Rp. 380.000,00
Rp. 400.000,00
Persediaan barang 31/12-70 Rp. 40.000,00
Harga pokok penjualan (cost of goods sold) Rp. 360.000,00

Dari data tersebut di atas dapatlah dihitung turnover-nya sebagai berikut:


Persediaan rata-rata = = 30.000,00
Perputaran Persediaan = = 12 x
Artinya dana yang tertanam dalam inventory berputar rata-rata 12 kali dalam setahun.
Hari rata-rata penjualan/hari rata-rata barang disimpan di gudang/periode terikatnya
persediaan = 360/12 = 30 hari.
Artinya inventory berada di gudang rata-rata selama 30 hari.
4. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan
untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari Working Capital Turnover (WCT) adalah
sebagai berikut: (Riyanto, 2001:335)
WCT =

Berikut ini contoh perhitungan perputaran modal kerja (Working Capital Turnover/WCT)
menurut Riyanto (2001:335):
Diketahui:
Penjualan Bersih : Rp. 4.000.000,-
Aktiva lancar : Rp. 1.400.000,-
Utang lancar : Rp. 560.000,-
WCT =
=
= 4,76 x atau 4,8 x
Artinya dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 4,8 kali dalam
setahunnya.

Anda mungkin juga menyukai