Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II


( Hipersekresi Adrenal )

KELOMPOK : III (Tiga)


KELAS : A
SEMESTER : III
OLEH :
1) ISIDORUS Y.R. KOBAN
2) MARIA ELISABETH
3) OFRIANI B. RAME
4) VINSENSIUS T. BANI
5) ZAHROTUN NAILY

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai
“Hipersekresi Adrenal” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar pada pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dalam memperluas wawasan dan pemahaman mengenai, hipersekresi adrenal.

Kupang, 15 Januari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... ……………... (i)

DAFTAR ISI ……………………………………………............... (ii)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………………………...........……..…. 1

1.2. Tujuan Penulisan ………………………………........... 2

1.3. Rumusan Masalah ………………………………......... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian...........................................……………... 3

2.2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal..................... 4

2.3. Gangguan Hipersekresi Kelenjar Adrenal.................... 7

2.4. Penyakit Hipersekresi Adrenal................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ………………………………………….… 17

3.2. Saran …………………………………………….......... 17

DAFTAR PUSTAKA ……………....………………....………….. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang
mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana, kelenjar ini tidak
mempunyai saluran keluar dan mencurahkan sekresinya langsung ke
sirkulasi darah. Misalnya kelenjar adrenal yang berada di atas masing-
masing ginjal.1
Kelenjar adrenal diproduksi dalam rangka untuk memproses
berbagai fungsi yang terjadi dalam tubuh manusia. Kelenjar adrenal yang
paling banyak dikenal untuk perkembangan manusia disebut hormon.
Hormon-hormon ini sangat penting bagi tubuh seseorang disebabkan
tanggung jawab untuk menghasilkan kortikal bagi tubuh, yang berkaitan
dengan tingkat stres seseorang. Masalah pada kelainan kelenjar adrenal
dapat menyebabkan kelenjar menghasilkan terlalu sedikit jumlah hormon
ataupun menghasilkan jumlah hormon yang terlalu banyak.2
Kelainan fungsi kelenjar adrenokortikal bisa berupa hipofungsi
maupun hiperfungsi dari hormon-hormon yang dihasilkan seperti
glukokortikoid (kortisol dan kortikosteron), adrenal gonad dan
mineralokortikoid yang disebabkan berbagai kelainan fungsi akibat
penyakit autoimmun, infeksi, kelainan metabolisme maupun neoplasma.3
Dalam makalah ini akan dibahas salah satu kelainan fungsi kelenjar
adrenal yaitu gangguan hipersekresi adrenal, yang diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai hipersekresi adrenal.

1
Syaifuddin. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC : Jakarta. 2006.
2
Harnowo, Sapto. Keperawatan Medikal Bedah. Widya Medika : Jakarta. 2001.
3
Anwar, Ruswana. Kelainan-kelainan Adrenokortikal. FK-UNPAD : Bandung, 2005.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut,
masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apa itu kelenjar adrenal?
2) Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal?
3) Apa saja gangguan hipersekresi adrenal?
4) Apa penyakit hipersekresi adrenal?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Anatomi
Fisiologi Manusia II.
2) Mengetahui pengertian kelenjar adrenal.
3) Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal.
4) Mengetahui gangguan-gangguan hipersekresi adrenal.
5) Mengetahui penyakit akibat hipersekresi adrenal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kelenjar adrenal bertanggung jawab untuk banyak proses dalam
tubuh. Ketika berfungsi dengan benar, mereka menghasilkan berbagai
hormon yang memicu aktivitas kimia dalam setiap sistem.
Kelenjar adrenal atau suprarenal, terletak retroperitoneal pada ujung
superior tiap-tiap ginjal. Kelenjar adrenal berbentuk ceper dan terdapat
dibagian atas ginjal dengan berat 5-9 gram, dan terdapat pada masing-
masing ginjal.42

Letak kelenjar adrenal

2
Harnowo, Sapto. Keperawatan Medikal Bedah. Widya Medika : Jakarta, 2001.

3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan bagian
dalam. Bagian luar (korteks) berasal dari sel mesodermal (hormon steroid),
sedangkan bagian dalam (medula) berasal dari sel ektodermal (hormon
katekolamin). Meskipun secara struktur bersambungan, korteks adrenal dan
medula adrenal adalah organ yang terpisah baik dari asal jaringan maupun
fungsi fisiologik.52
Medula adrenal mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin
yang berkaitan dengan sistem saraf simpatis, sedangkan korteks adrenal
mensekresikan hormon kortikosteroid. Korteks adrenal mempunyai tiga (3)
zona64 :
1) Zona glomerulosa : sekresi mineralokortikoid-aldosteron.
Sekresi aldosteron diatur oleh konsentrasi angiotensin II dan kalium
ekstrasel.
2) Zona fasikulata : lapisan tengah dan terlebar, sekresi glukokortikoid-
kortisol, kortikosteron, dan sejumlah kecil androgen dan esterogen
adrenal. Sekresi diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis oleh hormon
adrenokortikotropik (ACTH).
3) Zona retikularis : sekresi androgen adrenal dehidroepiandrosteron
(DHEA) dan androstenedion, dan sejumlah kecil esterogen dan
glukokortikoid. Sekresi diatur oleh ACTH, dan faktor lain seperti
hormon perangsang-androgen korteks yang disekresi oleh hipofisis.

2.2.1 Medula Adrenal


Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari sistem saraf
otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik preganglion yang berjalan
lansung kedalam sel-sel pada medula adrenal akan menyebabkan
pelepasan hormon katekolamin, yaitu epinefrin dan nonepinefrin.
Katekolamin mengatur lintasan metabolik untuk meningkatkan

2
Harnowo, Sapto. Keperawatan Medikal Bedah. Widya Medika : Jakarta. 2001.
4
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta. 2007.

4
katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori
dari sumber-sumber endogen terpenuhi.71
Epinefrin (adrenalin) berfungsi mempersiapkan tubuh untuk
“melawan atau lari” dan memiliki banyak efek :
1) Aksi jantung meningkat.
2) Tingkat dan kedalaman pernapasan meningkat.
3) Tingkat metabolik meningkat.
4) Angkatan kontraksi otot membaik.
5) Onset kelelahan otot tertunda.
6) Suplai darah ke kandung kemih dan usus berkurang, dinding otot
rileks, kontrak sfingter.

Sedangkan efek nonepinefrin (noradrenalin) mirip dengan adrenalin


yaitu :
1) Penyempitan pembuluh darah kecil menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
2) Peningkatan aliran darah melalui arteri koroner dan
memperlambat denyut jantung.
3) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.
Relaksasi otot polos di dinding usus.

2.2.2 Korteks Adrenal


Dari korteks adrenal dikenali lebih dari 30 jenis hormon
steroid, namun hanya dua jenis yang jelas fungsional, yaitu aldosteron
sebagai mineralokortikoid utama dan kortisol sebagai glukokortikoid
utama. Aktivitas mineralokortikoid mempengaruhi elektrolit (mineral)
cairan ekstrasel, terutama natrium dan kalium. Sedangkan
glukokortikoid meningkatkan glukosa darah, serta efek tambahan pada
metabolisme protein dan lemak seperti pada metabolisme karbohidrat.

1
Syaifuddin. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC : Jakarta. 2006.

5
Glukokortikoid (misalnya kortisol, kortison, kortikosteron)
berguna untuk85 :
1) Pemanfaatan karbohidrat, lemak dan protein oleh tubuh.
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai
berikut:
a. Perangsangan glukoneogenesis dengan cara meningkatkan
enzim terkait dan pengangkutan asam amino dari jaringan
ekstrahepatik, terutama dari otot.
b. Penurunan pemakaian glukosa oleh sel dengan menekan
proses oksidasi NADH untuk membentuk NAD+.
c. Peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes Adrenal”
dengan menurunkan sensitivitas jaringan terhadap insulin.

Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai


berikut:
a. Pengurangan protein sel.
b. Kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma.
c. Peningkatan kadar asam amino darah, berkurangnya
pengangkutan asam amino ke sel-sel ekstrahepatik, dan
peningkatan pengangkutan asam amino ke sel-sel hati.
Jadi, mungkin sebagian besar efek kortisol terhadap
metabolisme tubuh terutama berasal dari kemampuan
kortisol untuk memobilisasi asam amino dari jaringan
perifer, sementara pada waktu yang sama meningkatkan
enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk menimbulkan
efek hepatik.

5
https://www.scribd.com/doc/245120543/Hipersekresi-Adrenal

6
Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai
berikut:
a. Mobilisasi asam lemak akibat berkurangnya
pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak sehingga
menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan.
b. Obesitas akibat kortisol berlebihan karena penumpukan
lemak yang berlebihan di daerah dada dan kepala,
sehingga badan bulat dan wajah “moon face”, disebabkan
oleh perangsangan asupan bahan makanan secara
berlebihan disertai pembentukan lemak di beberapa
jaringan tubuh yang berlangsung lebih cepat daripada
mobilisasi dan oksidasinya.

2) Respon normal terhadap stres.


3) Efek anti-inflamasi.
Hipersekresi hasil kortisol dalam Cushing Syndrome.
Sedangkan Mineralokortikoid (misalnya aldosteron) berguna dalam :
“Regulasi garam dan keseimbangan cairan.”
Hipersekresi Aldosteron mengurangi kalium dalam tubuh
(yang mempengaruhi transmisi impuls saraf dan menyebabkan
kelumpuhan otot).

2.3 Gangguan Hipersekresi Kelenjar Medula Adrenal


Berbagai gejala negatif pada aktivitas atau metabolisme organ
tubuh karena pengaruh epinefrin bisa disebabkan karena sekresi yang
berlebihan. Masalah yang timbul akibat hipersekresi kelenjar medula
adrenal yaitu96 :

6
http://www.academia.edu/7614987/Gangguan_Hipersekresi_Adrenal.

7
1) Palpitasi
Merupakan gejala abnormal pada kesadaran detak jantung, bisa
terlalu lambat, terlalu cepat, tidak beraturan, atau berada dalam
frekuensi normal. Gejala ini disebabkan akibat sekresi epinefrin yang
berlebihan. Tapi bisa juga karena konsumsi alkohol, kafein, kokain,
amfetamin, atau obat-obatan yang lain, penyakit (seperti
hipertiroidisme) atau efek panik.

2) Tachychardia
Peningkatan kecepatan aktivitas jantung. Kelainan endokrin seperti
feokromositoma dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dan
tachychardia bebas dari sistem syaraf.

3) Arrhythmia
Keadaan abnormal pada aktivitas elektrik jantung. Jantung bisa
berdetak lebih cepat atau sebaliknya malah lebih lambat. Sama seperti
palpitasi, kelainan ini dipicu oleh sekresi epinefrin yang berlebihan.

4) Sakit kepala
Kondisi sakit pada kepala, pada bagian leher ke atas.
Umumnya disebabkan oleh ketegangan, migrain, ketegangan mata,
dehidrasi, gula darah rendah dan sinusitis. Beberapa sakit kepala juga
karena kondisi ancaman hidup seperti meningitis, ensephalatis,
aneuisme cerebral, tekanan darah sangat tinggi, dan tumor otak.

5) Tremor
Kebanyakan tremor terjadi pada tangan. Pada beberapa
orang, tremor adalah gejala kelainan saraf yang lain.
Umumnya disebabkan karena masalah pada bagian otak atau spinal cord
yang mengontrol otot melalui tubuh atau area tertentu, seperti tangan.

8
Penyebabnya adalah stres yang teralu banyak sehingga sekresi epinefrin
menjadi tidak terkendali.

6) Hipertensi
Merupakan suatu kondisi medis dimana tekanan darah naik
secara kronis. Hipertensi adalah karakter khas dari berbagai
abnormalitas kortikal adrenal.

7) Edema paru-paru akut


Akumulasi fluida dalam paru-paru, disebabkan kegagalan jantung
melepaskan fluida dari sirkulasi paru-paru, akibat disnormalitas sekresi
epinefrin.

8) Alergi
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa
reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis
yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol
internal. Alergi dikaitkan dengan peningkatan hormon epinefrin dan
progesterone. Peningkatan hormon epinefrin menimbulkan manifestasi
klinis perubahan suasana hati, dan kecemasan.

9) Kelebihan kortisol
Penyebab tersering kelebihan kortisol adalah iatrogenik, yaitu
dikarenakan oleh dosis terapeutik yang diberikan untuk berbagai macam
kondisi, antara lain :
a. Pengobatan inflamasi, penyakit-penyakit autoimun dan alergi.
b. Pencegahan reaksi penolakan organ transplantasi.
c. Pencegahan fibrosis (pembentukan jaringan parut) yang berlebihan
setelah operasi.
d. Mengurangi tekanan tinggi intrakranial akut.
e. Mengurangi ukuran dan aktivitas jaringan limfatik

9
Kelainan-kelainan yang menjadi resiko tinggi pada penderita kelebihan
kortisol antara lain : Hipertensi, Diabetes millitus, Osteoporesis, Ulkus
peptikum dan Psikosis.

10) Kelebihan aldosteron


Tiga efek utama aldosteron adalah hipertensi, hipokalemi,
hipernatremia. Hipertensi terjadi akibat peningkatan volume darah
karena reabsorbsi natrium. Bersamaan dengan tertahannya natrium,
kalium diekskresikan dan menyebabkan hipoklemi. Hipoklemia dapat
menyebabkan hal berikut:
a. Perubahan membran otot, menyebabkan kelemahan, parestesia,
bising usus yang hipoaktif, dan refleks tendon dalam.
b. Aritmia jantung, perubahan gambar EKG.
c. Hilangnya kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan: urin
encer, poliuria dan nocturia.
d. Alkalosis metabolik.
e. Penekanan pelepasan renin, dan selanjutnya teradap sekresi
aldosteron

2.4 Penyakit Hipersekresi Adrenal (Sindrom Chusing)


Glukokortikoid yang berlebihan kronis, apapun penyebabnya,
menyebabkan terjadinya gejala-gejala dan gambaran fisik yang dikenal
sebagai sindroma Cushing. Penyakit Cushing didefinisikan sabagai bentuk
spesifik tumor hipofisis yang berhubung dengan sekresi ACTH hipofisis
berlebihan. 3
10

3
Anwar, Ruswana. Kelainan-kelainan Adrenokortikal. FK-UNPAD : Bandung. 2005.

10
Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan
kortisol plasma berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh
pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik
(iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus-hipofisisadrenal (spontan). Nama sindrom Cushing diambil
dari Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali
mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit ini ditandai
dengan obesitas badan, hipertensi, mudah lelah, amenorea, hirsutisme, striae
abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, osteoporosis, dan tumor
basofilik hipofisis. 3
11

2.5.1 Klasifikasi dan Insiden


Sindroma Cushing paling cocok diklasifikasikan sebagai
"ACTH-dependen" atau "ACTH-independen". Sindroma Cushing tipe
ACTH-dependen sindroma ACTH ektopik dan sindroma Cushing
yang ditandai oleh hipersekresi ACTH kronis, yang menyebabkan
hiperplasia zona fasikulata dan retikularis sehingga meningkatkan
sekresi adrenokortikal seperti kortisol dan androgen.3
Sindroma Cushing tipe ACTH-independen ialah disebabkan
oleh adenoma atau karsinoma adrenokortikal yang secara otonom
mensekresi glukokortikoid; pada kasus ini, terjadinya kortisol yang
berlebihan akan mensupresi sekresi ACTH dari hipofisis.3
1) Penyakit Cushing
Merupakan tipe sindroma Cushing yang paling sering
ditemukan dan berjumlah kira-kira 70% dari kasus yang
dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita dari pada
pria (rasio wanita : pria kira-kira 8:1) dan umur saat diagnosis
biasanya antara 20 dan 40 tahun.

3
Anwar, Ruswana. Kelainan-kelainan Adrenokortikal. FK-UNPAD : Bandung. 2005.

11
2) Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15% dari seluruh kasus
sindroma Cushing. Sekresi ACTH ektopik paling sering terjadi
akibat karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini menjadi
penyebab pada 50% kasus sindroma tersebut. Hipersekresi ACTH
ektopik diperkirakan terjadi pada 0,5-2% pasien dengan tumor ini.

3) Tumor-tumor Adrenal Primer


Tumor-tumor primer adrenal, menyebabkan 17-19% kasus-kasus
sindroma Cushing; adenoma dan karsinoma terjadi dalam jumlah
jumlah kurang lebih sama dengan dewasa.

4) Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak


Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering
dijumpai (51 %), adenoma adrenal terdapat sebanyak 14%.
Tumor-tumor ini lebih terjadi pada usia 1 dan 8 tahun (3).

2.5.2 Etiologi dan Patogenesis


1) Penyakit Cushing
Sel-kortikotrof yang timbul spontan dari adenoma hipofisis
merupakan penyebab primer dan akibat dari hiperplasia ACTH
serta hiperkortisolisme menyebabkan timbulnya abnormalitas-
abnormalitas endokrin yang khas serta disfungsi hipotalamus.

2) Hipersekresi ACTH Ektopik


Sindroma ini timbul bila terdapat tumor non hipofisis yang
mensintesis dan mensekresi ACTH yang aktif secara biologis
dalam jumlah berlebihan. Peptida-peptida β-LPH dan P-endorfin
yang berkaitan juga disintesis dan disekresi, sebagai fragmen-
fragmen ACTH yang inaktif.

12
Sindroma ACTH ektopik terjadi terutama hanya pada
sejumlah kecil tumor dengan jenis-jenis tertentu; karsinoma small
cell pada paru-paru menjadi penyebab pada 50% kasus.

3) Tumor-tumor Adrenal Primer


Adenoma-adenoma dan karsinoma-karsinoma adrenal
yang memproduksi glukokortikoid timbul secara spontan. Tumor-
tumor ini tidak dipengaruhi oleh hipotalamus-hipofisis dan secara
otonom mensekresi steroid-steroid adrenokortikal. Yang lebih
jarang, timbul karsinoma-karsinoma adrenal akibat adanya
hipersekresi ACTH yang berlangsung kronis pada pasien-pasien
penyakit Cushing dan hiperplasia nodular adrenal ataupun
hiperplasia adrenal kongenital.

2.7.3 Patofisiologi
1) Penyakit Cushing
Pada penyakit Cushing, hipersersekresi ACTH
berlangsung secara episodik dan acak serta menyebabkan
hipersekresi kortisol dan tidak terdapat irama sirkadian yang
normal. Inhibisi umpan-balik ACTH (yang disekresi dari adenoma
hipofisis) oleh kadar glukokortikoid yang fisiologis tidak ada.
Jadi, hipersekresi ACTH terus menetap walaupun terdapat
peningkatan sekresi kortisol dan menyebabkan berlebihan
glukokortikoid kronis. Sekresi ACTH dan kortisol yang
berlangsung episodik menyebabkan kadarnya tidak menentu di
dalam plasma, yang suatu saat dapat berada dalam batas normal.
Tetapi, hasil pemeriksaan kecepatan produksi kortisol, kortisol
bebas dalam urin atau kadar kortisol secara multipel yang diambil
dari contoh darah di waktu-waktu tertentu selama 24 jam
memastikan adanya hipersekresi kortisol.

13
Sebagai tambahan, karena tidak adanya variabilitas
diurnal, kadar ACTH dan kortisol dalam plasma tetap meninggi
sepanjang hari. Keseluruhan peningkatan sekresi glukokortikoid
ini menyebabkan terjadinya manifestasi-manifestasi sindroma
Cushing tetapi, biasanya sekresi ACTH dan β-LPH tidak cukup
meningkat sehingga dapat menyebabkan hiperpigmentasi.
a. Abnormalitas sekresi ACTH
Walaupun terdapat hipersekresi ACTH, respons
terhadap stres tidak ada, stimulasi-stimulasi seperti
hipoglikemia atau tindakan pembedahan gagal untuk
meningkatkan sekresi ACTH dan kortisol lebih lanjut. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya supresi fungsi hipotalamus
dan sekresi CRH oleh hiperkortisolisme, yang menyebabkan
hilangnya kontrol hipotalamus pada sekresi ACTH.

b. Efek kortisol yang berlebihan


Kortisol yang berlebihan tidak hanya menghambat
fungsi hipotalamus dan hipofisis yang normal, mempengaruhi
pelepasan ACTH, tirotropin, GH dan gonadotropin, tetapi
juga mempengaruhi semua sistim akibat efek sistemik
glukokortikoid yang berlebihan.

c. Androgen yang berlebihan


Sekresi androgen oleh adrenal juga meningkat pada
penyakit Cushing dan derajat berlebihnya androgen paralel
dengan ACTH serta kortisol. Jadi kadar DHEA sulfat dan
androstenedion dalam plasma meningkat dalam tingkat
sedang pada penyakit Cushing, konversi perifer hormon-
hormon ini menjadi testosteron dan dihidrotestosteron
menyebabkan kelebihan androgen.

14
Pada wanita hal ini menyebabkan hirsutisme, akne
dan amenorea. Pada pria pasien penyakit Cushing, supresi LH
oleh kortisol akan menyebabkan penurunan sekresi testosteron
oleh testis, menyebabkan menurunnya libido dan impotensi.
Peningkatan sekresi androgen adrenal tidak cukup untuk
mengkompensasi terjadinya penurunan produksi testosteron
gonadal.

2) Hipersekresi ACTH Ektopik


Hipersekresi ACTH dan kortisol biasanya lebih banyak
pada pasien-pasien kelainan ini dibandingkan pasien pasien
penyakit Cushing. Hipersekresi ACTH dan kortisol terjadi secara
episodik acak, dan kadarnya sering sangat meningkat.

3) Tumor-tumor Adrenal Primer


a. Sekresi otonom
Tumor-tumor primer, baik karsinoma maupun
adenoma, akan menyebabkan hipersekresi kortisol secara
otonom. Kadar ACTH yang bersirkulasi dalam plasma
mengalami supresi, menyebabkan atrofi korteks pada adrenal
yang tidak bertumor. Sekresi episodik secara acak, dan tumor-
tumor ini khas yaitu tidak berespons terhadap dilakukannya
manipulasi aksis hipotalamus hipofisis dengan obat-obat
farmakologis seperti deksametason dan metirapon.

15
b. Adenoma-adenoma adrenal
Sindroma Cushing yang disebabkan adenoma adrenal
secara tipikal menimbulkan hanya manifestasi-manifestasi
klinis berupa glukokortikoid berlebihan, karena biasanya
hanya mensekresi kortisol. Jadi, adanya androgen atau
mineralokortikoid yang berlebihan harus dipikirkan
disebabkan oleh tumor yang berupa karsinoma adrenokortikal.

c. Karsinoma-karsinoma adrenal
Karsinoma adrenal sering menyebabkan hipersekresi
steroid-steroid adrenokortikal multipel dan prekursor-
prekursornya. Kortisol dan androgen-androgen adalah steroid-
steroid yang paling sering disekresi dalam jumlah yang
berlebihan.
Manifestasi-manifestasi klinis hiperkortisolisme
biasanya berat dan cepat progresif pada pasien-pasien ini.
Pada wanita, jelas terdapat gambaran androgen yang
berlebihan; kadang-kadang dapat terjadi virilisasi. Sering
terjadi hipertensi dan hipokalsemia.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelenjar Adrenal atau Kelenjar Suprarenalis terletak diatas kedua
ginjal. Ukurannya berbeda-beda, beratnya 5-9 gram. Kelenjar adrenal ini
terbagi atas 2 bagian, yaitu korteks adrenal yang menghasilkan kortisol,
aldosteron dan androgen, dan medula adrenal yang menghasilkan
katekolamin yang mana di dalamnya terdapat adrenalin dan noradrenalin.
Hipersekresi kelenjar medula adrenal dapat menyebabkan palpitasi,
tachychardia, arrhythmia, sakit kepala, tremor, hipertensi, edema paru-paru
akut, dan alergi. Penyakit yang dapat ditimbulkan dari hipersekresi adrenal
yaitu Sindroma Cushing.

3.2 Saran
Perlu adanya publikasi dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan mengenai
penyakit hipersekresi kelenjar adrenal, agar dapat dimanfaatkan dengan baik
dan benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC : Jakarta. 2006.


2. Harnowo, Sapto. Keperawatan Medikal Bedah. Widya Medika : Jakarta. 2001.
3. Anwar, Ruswana. Kelainan-kelainan Adrenokortikal. FK-UNPAD : Bandung.
2005.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta. 2007.
5. https://www.scribd.com/doc/245120543/Hipersekresi-Adrenal.
6. http://www.academia.edu/7614987/Gangguan_Hipersekresi_Adrenal.

18

Anda mungkin juga menyukai