Posts RSS
Comments RSS
Edit
SATIVA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar
permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief
tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman dalam suatu sistem
pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah
tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai
medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara
alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanaman.
Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant nutrient)
untuk memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman kekurangan suatu unsur hara, maka
akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala
kekahatan. Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari dalam
tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari luar biasanya dalam bentuk pupuk. Pupuk adalah
bahan yang diberikan kedalam tanah atau tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi
tanaman dan dapat berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan
fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara tanah.
Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik,
banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman.
Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam
proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara. Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual,
analisa tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer
(N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan
analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P dan K) dalam tanah.
Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk membahas beberapa hal terkait dengan kesuburan
tanah, sehingga pemakalah mampu memahami dan menjelaskan dasar-dasar kesuburan tanah,
indikator kesuburan tanah, evaluasi kebutuhan pupuk dan perbaikan kesuburan tanah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kesuburan tanah?
2. Apa saja indikator kesuburan tanah?
3. Bagaimana peran unsur hara tanah terhadap kesuburan tanah ?
4. Bagaimana peranan cacing sebagai penyubur tanah?
5. Bagaimana cara mengetahui kesuburan tanah ?
6. Bagaimana cara memperbaiki kesuburan tanah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kesuburan tanah
2. Mengetahui indikator kesuburan tanah
3. Mengetahui peran unsur hara tanah terhadap kesuburan tanah
4. Mengetahui peranan cacing sebagai penyubur tanah
5. Mengetahui cara evaluasi kesuburan tanah
6. Mengetahui cara memperbaiki kesuburan tanah
BAB II
PEMBAHASAN
Abundance Biomass
Kind of organism
(no/m2) (g/m2)
Bacteria 3 x 1014 300
Fungi 400
Protozoa 5 x 108 38
Nematodes 107 12
Earthworms and related forms 105 132
Mites 2 x 105 3
Springtails 5 x 104 5
Other invertebrates (snails, 2 x 103 36
millipedes, etc)
From: B.N. Richards (1974) Introduction to the Soil Ecosystem
2) Magnesium
Magnesium adalah molekul bermuatan positif seperti Ca yang mengalami defisiensi
pada pH rendah. Di bawah kondisi asam Mg sangat larut dan dapat hilang karena tercuci. Bila
tanah asam dikapur dengan material yang mengandung sedikit Mg dapat mengakibatkan
defisiensi pada unsur ini. Bila pengapuran pada tanah yang sangat asam yang pH-nya di bawah
5,2 maka penggunaan kapur yang mengandung Mg sangat tepat.
Magnesium dan kalium sangat bersaing untuk diserap tanaman. Tanaman yang tumbuh
dalam tanah yang sangat tinggi kadar K-nya mungkin merangsang defisiensi Mg bila Mg tanah
rendah.
3) Sulfur
Sulfur diambil oleh tanaman sebagai molekul sulfat bermuatan negatif (SO42-).
Berhubung ini adalah molekul bermuatan negatif atau anion, sulfat mungkin mudah tercuci
dari tanah. Sebagian besar S namun demikian tidak tersedia dalam bentuk anion tetapi terikat
kuat dalam bentuk bahan organik. Ketersediaan sulfur dikendalikan secara luas dalam jumlah
dan laju dekomposisi bahan organik. Dalam kebanyakan tanah persediaan S yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman disuplai melalui proses dekomposisi dan hujan yang jatuh. Di tanah
dengan suplai sulfur sedikit, defisiensi S mungkin bisa terjadi. Tanaman-tanaman sayuran
biasanya memerlukan S dalam jumlah besar. Unsur S yang digunakan sebagai agen keasaman
tanah sering sebagai sumber pupuk.
2. Unsur Hara Mikro
Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu mempunyai kesamaan. Karena
pH meningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh karena itu defisiensi unsur-unsur ini
umum terjadi pada pH tinggi. Bahkan ketika tumbuhan memperlihatkan defisiensi unsur-unsur
ini mereka biasanya ada dalam tanah dalam jumlah yang cukup. Namun demikian mereka tidak
tersedia bagi pertumbuhan karena kondisi yang tidak cocok, umumnya pH tinggi. Penambahan
pupuk mungkin tidak mengoreksi defisiensi, karena penambahan unsur hara akan dengan cepat
menjadi tidak tersedia karena kondisi tanah. Ada dua cara untuk memecahkan masalah
tersebut. Pertama adalah dengan pengasaman apabila terlalu alkalin. Cara yang lain adalah
dengan menambah unsur hara dalam bentuk chelated, yaitu suatu bentuk unsur hara yang
dilengkapi bahan yang meningkatkan kelarutan unsur hara dengan mengurangi derajat fiksasi
oleh tanah mineral dan bahan organik. Di samping itu semua unsur mikro dapat diberikan lewat
daun. Cara ini efektif untuk memenuhi kebutuhan hara mikro tanaman. Tetapi tidak
menyelesaikan masalah tanahnya.
Unsur hara mikro Mn kelarutannya tergantung pada kandungan air tanah. Di bawah
kondisi air tergenang Mn menjadi sangat terlarut dan dapat bersifat racun. Biasanya ini terjadi
pada pH di bawah 5. Zn keberadaannya dalam tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah.
Defisiensi Zn biasanya terjadi pada pH moderate hingga tinggi dan lebih jelas bila kadar P
tinggi. Defisiensi Zn terjadi pada pH 6-7 terutama bila pemupukan P berlebihan dan pada
pemupukan bahan organik yang cukup intensif. Besi menjadi berkurang bagi tanaman bila pH-
nya tinggi, sebagian besar Fe tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Untuk mengurangi
pH dapat dengan menambah unsur S atau agen penambah asam yang lain.
Kelarutan Copper (Cu) menurun bila pH meningkat. Oleh karena itu defisiensi Cu bisa
terjadi pada kadar pH diatas 7,5. Sebaliknya, Mn, Zn, Fe dan Cu terikat kuat pada bahan
organik. Karena kandungan bahan organik meningkat ketersediaan Cu menurun. Dalam tanah
yang jumlah bahan organiknya tinggi, Cu bisa menjadi defisien bila pH tanah di bawah 5.
Tumbuhan tinggi menghendaki Mo dalam jumlah sangat kecil. Unsur ini dalam tanah
bila pH tinggi dan menjadi defisien pada tanah berpasir asam. Defisiensi unsur ini sangat
berbeda dibanding unsur hara mikro yang lain. Secara umum unsur Mo tanah adalah anion
yang dapat dengan mudah tercuci dara tanah pasir. Mo sangat larut kadang-kadang terjadi pada
tanah dengan pH moderat dan tekstur tanah halus, karena dalam batuan induknya kandungan
Mo sangat rendah. Mo sangat esensial bagi fiksasi N oleh tanaman legumenosae dan tanaman
ini sangat sensitif pada defisiensi Mo.
Boron (Bo) ada dalam tanah sebagai molekul tak bermuatan yang terikat secara lemah
pada berbagai bahan organik dan mineral dan mudah tercuci di tanah berpasir. Ketersediaan
Bo dipengaruhi oleh pH tanah. Bila pH di atas 6,5 Bo tidak tersedia bagi tanaman.
Tanah pertanian jarang mengalami defisiensi Chlor (Cl). Kenyataanynya Cl sering
menjadi masalah bila jumlahnya berlebihan. Terutama pada tanah alkalin dibanding pada tanah
yang mengalami defisiensi. Fungsi Cl belum banyak diketahui, tetapi diduga berperan dalam
kekeringan dan kebasahan tanaman. Defisiensi Cl bisa menyebabkan kepekaan tanaman
terhadap penyakit.
3. Siklus Unsur Hara Tanah
Unsur hara tidak dalam keadaan terkunci dalam satu bentuk simpanan saja, proses-
proses alami secara periodik mengubahnya dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Ini adalah
proses transformasi biogeokimia berkesinambungan yang kita kenal dengan siklus unsur hara
tanah. Unsur hara dalam tanah dapat dibedakan atau dikenali berdasarkan batuan asli dan
mineral, larut atau diabsorbsi berupa ion-ion. Bentuk bimassa terdapat dalam jaringan makhluk
hidup tumbuhan atau organisme tanah dan bentuk organik dalam jaringan mati yang berada
dalam berbagai tahap pelapukan termasuk humsu tanah.
Akar tanaman dan organisme tanah mengekstrak unsur hara sebagai ion-ion organik
sederhana yang dibebaskan melalui pelapukan batuan dan mineral dan bahan oeganik tanah.
Tumbuhan pada khususnya hanya dapat mengambil unsur hara dalam bentuk ion-ion anorganik
sederhana.
Ketika organisme mati jaringannya ditambahkan dalam bentuk bahan organik tanah dan
beberapa diantaranya dibebaskan secara tiba-tiba oleh adanya sel yang rusak. Seluruh material
itu segera memulai pelapukan. Sebagian bentuk yang tahan membentuk humus tanah yang
melapuknya sangat lambat.
4. Faktor yang Mempengaruhi Unsur Hara Tanah
a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah ditentukan oleh jumlah relatif oleh berbagai ukuran partikel yang
menyusun tanah. Partikel tanah dibagi dalam tiga kategori yaitu partikel yang paling halus
kemudian debu dan pasir. Proporsi pasir, debu dan liat menentukan tekstur. Tekstur tanah
mempunyai efek terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Secara umum partikel halus memiliki
luas permukaan lebih besar dibanding tekstur kasar. Permukaan partikel tanah adalah aktif
secara kimiawi. Tanah dengan tekstur halus memiliki aktivitas kimiawi lebih baik dibanding
tanah dengan tekstur kasar, dan dapat mengikat lebih banyak hara serta lebih banyak mengikat
nutrien yang menjadikannya tidak tersedia bagi tanaman.
b. Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah.
Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi
mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi
dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi
bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah,
fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam
protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses
humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan struktur tanah (Tian, G. 1997). Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi
dengan kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik menyediakan energi untuk
tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber energi. Pengaruh positip yang
lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat
senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah
adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-
senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa
tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu,
diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti
suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah
dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip
terhadap pertumbuhan tanaman.
Sejumlah unsur hara seperti N, P, S, Mo, Cu, Zn, dan B mungkin terkandung dalam bahan
organik tanah. Sebagai akibatnya, ketersediaannya tergantung pada proses dekomposisi bahan
organik.
c. pH Tanah
pH tanah menerangkan keasaman dan kebasaan dalam sistem cair. Air terdiri dari muatan
molekul atau ion hidrogen (H+ ) dan hidroksida (OH-). Dalam air selalu ada ion-ion yang tidak
dikombinasi dalam molekul air. Jumlah air murni, jumlah H+ dan OH- sama yang memiliki pH
7 (netral). Bila suatu sistem memiliki kelebihan ion H+ dinamakan asam. Bila kelebihannya
ion OH- maka sistem tersebut dinamakan alkalin. pH yang ukurannya sederhana dari ion H+
dalam sistem tetapi dipresentasikan sebagai negatif logaritma konsentrasi H+.
Keasaman tanah penting karena menentukan kelarutan mineral tanah dan mempengaruhi
berbagai proses mikroorganisme seperti dekomposisi bahan organik dan fiksasi nitrogen.
Beberapa mineral tanah mengandung unsur hara, dan hara ini mungkin tersedia bagi
pertumbuhan tanaman bila pH-nya dalam range yang sesuai.
f. Percobaan Lapangan
Percobaan pertumbuhan dan produksi tanaman (biological test) di lapangan dengan
menggunakan berbagai jenis dan jumlah pupuk tertentu dapat diketahui kekurangan unsur hara
yang perlu ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara tanaman dalam mencapai tingkat produksi tertentu
g. Analisa Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan dengan
metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah dilaboratorium dilakukan
terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium,
fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dan lian-lain), bahan
organik, tekstur tanah dan sebagainya.
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan
dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah
status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup
ataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode analisa tanah
tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang tersedia saja, secara tepat. Jadi
sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, (2) metode analisa yang dipakai dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah
dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis harus dapat
direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang dibuat harus didasarkan pada pengetahuan
yang baik tentang bentuk-bentuk kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar
tanaman dan mekaniusme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan hara oleh tanaman
melalui percobaan rumah kaca (uji korelasi) dan percobaan lapangan (uji kalibrasi). Uji
korelasi dimaksudkan untuk mendapatkan metode yang tepat untuk suatu unsur dan tanaman
tertentu. Sedangkan uji kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang
kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respons tanaman di lapangan terhadap unsur
tersebut. Dengan demikian memberikan nilai agronomik bagi angka uji tanah tersebut. Tanpa
uji kalibrasi maka angka-angka uji tanah tidak berarti sama sekali.
Dalam studi korelasi yang perlu diperhatikan ialah :
(1) Bekerja dengan contoh-contoh tanah yang memiliki selang kadar unsur hara yang diteliti
tersebut cukup lebar.
(2) Contoh tanah sebaiknya diambil dari daerah yang diketahui respons tanamannya, yaitu dari
yang sangat respons terhadap unsur tersebut sampai yang tidak respons. Apabila hal ini sulit
dilakukan, maka dapat ditempuh dengan cara : mengkorelasikan hasil uji tanah dengan serapan
hara ataupun dengan A-value yaitu suatu teknik radioisotop dari Fried dan Dean (1952).
Tentang uji kalibrasi, hal yang perlu diingat ialah bahwa pengujian harus dilakukan
terhadap tiap jenis tanaman, tiap tanah dan tiap tipe iklim, dengan teknik bercocok tanam yang
sama.
Hasil uji tanah ini dipakai untuk: (1) menentukan jumlah hara yang tersedia bagi
tanaman, (2) memberi peringatan kepada petani tentang bahaya-bahaya yang mungkin akan
terjadi pada pertanamannya, baik bahaya defisiensi ataupun keracunan, (3) menjadi dasar
penetapan dosis pupuk, dan (4) memberikan perkiraan produksi akibat pemakaian dosis pupuk
tersebut sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi ekonomi, (5) membantu pemerintah
dalam menyusun kebijaksanaan antara lain dalam hal pengadaan dan penyebaran pupuk,
perencanaan wilayah, dan infrastruktur.
pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi
matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian
erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya genetik yang mencakup
penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungisonal
tinggi .
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam
keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi
tanah
2. Indikator kesuburan tanah meliputi:
a. kapasitas absorbsi
b. tingkat kejenuhan basa
c. kandungan liat
d. kandungan bahan organik
3. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap kesuburan tanah sesuai dengan kebutuhan tanah terhadap unsur hara tersebut
4. Peranan cacing sebagai penyubur tanah yaitu dengan cara cacing tanah bersarang dan
membawa makannnya ke dalam tanah kemudian memakannya bersama dengan tanah yang
bercampur kepadanya. Liang digali dengan cara melumat tanah ke dalam mulutnya.
5. Cara evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan analisa tanah.
Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif
tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa
ketersediaan hara makro primer (N, P dan K) dalam tanah.
6. Cara memperbaiki kesuburan tanah yaitu melalui tiga konsep yang berwawasan lingkungan
atau berkelanjutan adalah Low External Input Agriculture (LEIA) dan Low Ezternal Input
Sustainable Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung dengan bahan kimia
adalah High External Input Agriculture (HEIA)
B. SARAN
1. Hendaknya manusia mulai menjaga kesuburan alami tanah, karena aktivitas manusia menjadi
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah
2. Petani dan pekerja pada bidang budidaya tanaman hendaknya memahami konsep dari
kesuburan tanah dan menerapkannya dalam pertanian atau budidaya tanaman.
3. Penggunaan pupuk kimia hendaknya mulai dikurangi, karena akan mempengaruhi komposisi
unsur hara tanah, akibatnya akan menjadi racun bagi tumbuhan pada tanah itu sendiri karena
hara tanah mulai tidak seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus Jacob. 2008. Tanaman Dalam Mengevaluasi Status Kesuburan Tanah. Diambil
dari http://mursitoledi.multiply.com/journal/item/1/jurnal_ ilmu_kesuburan_tanah pada hari
Jumat, 4 Maret 2011
Anonim. 2008. Kesuburan Tanah. Diambil dari www.http://www.golden agro.net63.net pada hari Jumat,
4 Maret 2011
Dian Kusumanto. 2009. Memahami Konsep Kesuburan Tanah. Diambil
dari http://kebunaren.blogspot.com/ pada hari Jumat, 4 Maret 2011
Dwi Priyo Ariyanto. 2010. Pupuk Dan Pemupukan. Soil Science Department Faculty of Agriculture
Sebelas Maret University.
Foth, H. D., 1994. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan: Adisoemarto. Jakarta: Erlangga.
Hardjowigeno. 1995. Ilmu Tanah. Diperoleh dari http://acehpedia.org/
Mengevaluasi_Status_Kesuburan_Tanah pada hari Jumat, 4 Maret 2011
Ida Nursanti dan Abdul Madjid Rohim. 2009. Makalah Pengelolaan Kesuburan Tanah. Program Studi
Ilmu Tanaman. Universitas Sriwijaya.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Prof.Dr.Ir.Soemarno,M.S. 2007. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.
Sutejo.M.M, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tejoyuwono, Notohadiprawiro, dkk. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi
Pemupukan. Yogyakarta: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada.
Disusun Oleh :
Ulfiyah 08304241006
Riza Sativani Hayati 08304241029
Sinta Herahmawati 08304241032
Titis Nindiasari A. 08304241036
Posting Komentar
COUNTER
Recent Post
Labels
ARTIKEL (16)
BIOLOGI (45)
BIOLOGY EDUCATION (22)
EXPERIENCES (5)
FILSAFAT ILMU (10)
INFO TERKINI (1)
KARYA TULIS (2)
KKN PPL DELAYOTA 2011 (1)
KUMPULAN SOAL BIOLOGI (1)
LAPORAN PRAKTIKUM (3)
Materi Mentoring (6)
ORGANIZATION (1)
RELIGI (2)
Blog Archive
► 2013 (2)
► 2012 (10)
▼ 2011 (40)
o ► Agustus (1)
o ► Juli (9)
o ▼ Juni (14)
EXAMPLE OF LESSON PLAN 4
EXAMPLE OF STUDENT WORKSHEET 3
EXAMPLE OF LESSON PLAN 3
EXAMPLE OF STUDENT WORKSHEET 2
EXAMPLE OF LESSON PLAN 2
EXAMPLE OF STUDENT WORKSHEET 1
EXAMPLE OF LESSON PLAN I
SEJARAH DAN MEDIA KULTUR JARINGAN
MEKANISME ABSORBSI CALSIUM
ADAPTASI MANUSIA TERHADAP KETINGGIAN
BULETIN POLIO
TEKNOLOGI BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF SOLUSI TIGA ...
KESUBURAN TANAH
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL INDONESIA
o ► Januari (16)
► 2010 (60)
► 2009 (4)
Pengikut
Recent Komen
About Me
Riza Sativani
Lihat profil lengkapku
Facebook Badge
Riza Sativani
Copyright © SATIVA. All rights reserved | Blogger templates created by Templates Block |
Wordpress theme by Umetered Linux Servers
Pengendalian Vegetasi
Tujuan dari pengendalian vegetasi ada 2 yaitu pertama, meningkatkan produksi hijauan pakan
persatuan luas lahan dan kedua, mempertahankan struktur savana agar dalam suksesinya tidak
berkembang menuju klimaks yang tidak sesuai sebagai daerah range.
Pengontrolan Gulma
Pengendalian Kebakaran
PEMBAHASAN
Padang penggembalaan (pasture) merupakan sumber penyediaan hijauan makanan ternak
secara langsung yang sangat ekonomis dan murah. Padang penggembalaan (pasture) adalah
tempat atau lahan yang terdiri dari rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang
tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak.
Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan atau campuran
keduanya, dimana fungsi kacang-kacangan dalam padang penggembalaan adalah memberikan
nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium.
Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternak
ruminansia yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit serta ternak
dapat memilih dan merenggut sendiri makanannya. Rumput dan legum yang ada di
dalam padang penggembalaan dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan,
rumput dan legum yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai
kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri.