PENDAHULUAN
Peremajaan atau perbaikan padang rumput tropika harus dipertimbangkan
dari dua arah yaitu tatalaksana ternak yang digembalakan harus diperhatikan dan
hubungannya dengan perbaikan tatalaksana padang penggembalaan. Padang
penggembalaan permanen yang mundur atau terlantar di daerah iklim sedang
biasanya diremajakan dengan jalan pembajakan dan pembenihan baru dengan spesies
rumput dan leguminosa yang unggul. Walaupun cara ini banyak disanggah, tetapi
telah umum dilakukan sehingga lazim dikatakan bahwa padang penggembalaan yang
tidak dapat diremajakan dengan dibajak hanyalah padang penggembalaan yang tidak
dapat dicapai oleh alat-alat pembajak, misalnya padang penggembalaan bukit.
Salah satu metoda yang cepat untuk perbaikan padang penggembalaan di
daerah-daerah tropika adalah mengganti rumput-rumput yang berproduksi rendah
dengan spesies serta varietas rumput dan leguminosa yang lebih baik.
Tujuan dari pengendalian vegetasi ada 2 yaitu pertama, meningkatkan
produksi hijauan pakan persatuan luas lahan dan kedua, mempertahankan struktur
savanna agar dalam suksesinya tidak berkembang menuju klimaks yang tidak sesuai
sebagai daerah range.
Tujuan Pembelajaran/Kompetensi akhir yang diharapkan adalah mahasiswa
mampu memahami cara mengendalikan vegetasi dalam mengelola padang
penggembalaan.
Manfaat pokok bahasan ini bagi mahasiswa sangat besar karena dengan
mempelajari tatalaksana padang penggembalaan aspek pengendalian vegetasi
mahasiswa dapat menggunakannya sebagai dasar dalam mengelola padang
penggembalaan.
Relevansi pokok bahasan ini dengan mata kuliah sangat erat karena aspek
pengendalian vegetasi merupakan dasar yang penting dalam mengelola padang
penggembalaan dan harus diketahui mahasiswa agar dapat memahami bahasan
tentang tatalaksana padang penggembalaan. Keterkaitannya dengan modul berikut
adalah merupakan bagian dalam pengelolaan padang penggembalaan (Modul 4).
Dalam mempelajari modul ini, untuk menambah wawasan mahasiswa
diharapkan dapat menelusuri pustaka yang berkaitan dengan aspek pengendalian
vegetasi dalam tatalaksana pastura untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Apabila mahasiswa mengerjakan latihan dan mampu mengerjakan tugas akan
mendapat nilai mininmal 70 maka mahasiswa akan lulus dengan nilai skor minimal
B.
PENYAJIAN MATERI
Tabel 1. Kandungan Protein Kasar (%) Rumput dan Leguminosa Introduksi pada
Musim dan Kultur Penanaman yang Berbeda.
Musim Spesies Kandungan Protein
Monokultur Campuran
Hujan Rumput Daun Batang
Brachiaria mutica 6.9 5.6
Setaria spacelata 6.9 6.9
Cenchus ciliaris 6.3 6.3
Digitaria milanjiana 9.4 8.8
Urochloa mosambicensis cv Nixon 7.5 8.1
Leguminosa
Centrosema pubescens 17.5 16.9
Stylosanthes guianensis cv Graham 15.0 15.0
Arachis burkatii 18.8 20.0
Aeschynomicetes falacta 18.1 17.5
Cassia rotundifolia 18.7 18.7
Stylosanthes hamate cv Verano 18.1 14.4
Leguminosa
Centrosema pubescens 13.8 6.3 12.5 6.9
Stylosanthes guianensis cv 13.8 9.4 13.8 8.8
Graham
Arachis burkatii 15.6 8.8 16.9 8.8
Aeschynomicetes falacta 15.6 10.0 13.1 10.0
Cassia rotundifolia 12.5 6.9 10.6 5.6
Stylosanthes hamate cv 10.5 8.1 10.6 6.9
Verano
Sumber : Nulik (1987)
Data dalam Tabel 1 memperlihatkan potensi sumbangan tumbuhan
leguminosa di dalam ransum ternak yang merumput. Crowder (1981) melaporkan
bahwa rumput Benggala yang tumbuh monokultur akan memberikan potensi
produksi bahan kering antara 50-130 ton/ha/tahun. Sedangkan leguminosa
monokultur herba dan pohon dapat menghasilkan berat kering sampai 17-35
ton/ha/tahun. Jika kebutuhan protein kasar 1 UT untuk hidup pokok sebesar 6-7%
sedangkan untuk produksi daging 8-9% (Tilman, 1982) maka model pertanaman
campuran seperti di Sumba akan cukup memenuhi persyaratan yang dimaksud.
Beberapa penelitian menganjurkan komposisi ideal tanaman rumput : legume di
pasture adalah 60 : 40 (Crowder, 1981). Sementara itu Winrock (1981) menyatakan
bahwa ternak perumput yang diberi pakan 70% rumput dan 30% legume dapat
menghasilkan produksi ternak yang setara dengan pemberian pupuk N sebesar 400
kg/ha kepada hijauan yang tumbuh di dalam pasture.
Sementara itu potensi kontribusi pertanaman campuran kepada kesuburan
tanah juga tidak dapat dianggap sepele. Halliday (1982) melaporkan bahwa jumlah N
yang dapat diikat oleh leguminosa yang ditanam monkultur sebesar 50-350 kg
N/ha/tahun. Walaupun 90% dari total N yang dapat diikat tersebut akan dikonversi
kedlam bentuk panen hijauan, biji dan ternak, akan tetapi lewat serasah dan N yang
terjerap di dalam biomassa di bawah permukaan tanah makan pertanaman campuran
dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kesuburan tanah.
Legume yang cocok untuk disebar di padang rumput adalah legume-legum
yang mudah membentuk simbiosa dengan bakteri rhizobium dan memiliki daya
presisi yang tinggi. Partridge (1999) dan Sutaryono & Partridge (2002)
merekomendasikan beberapa spesies terpilih yaitu Stylo verano dan Stylo semak,
Cassia berdaun bulat pada tanah-tanah yang agak masam dan Desmanthus pada tanah
basa atau berbatu kapur seperti yang banyak mendominasi tipe tanah di Timor Barat.
Strategi pengintroduksian baik secara sipil mauoun secara botanis ke dalam areal
pantura dapat dilakukan secara simultan dengan penataan sistem pertanian secara
terpadu seperti aplikasi sistem agroforestry dan strategi konservasi tanah dan air.
Penyebaran legume introduksi harus diatur merata karena jika tidak ternak akan
cendrung terkonsentrasi dimana leguminosa tumbuh dan menimbulkan efek
overgrazing di tempat tersebut. Di Australia Utara penyebaran legume biasanya
dilakukan di ahir kemarau yang diikuti dengan tindakan membakar yang akan
memecahkan benih dorman utuk siap berkecambah begitu datang hujan (Patridge,
1999).
firebreak merupakan pola-pola yang dapat disusupi dengan jenis hijauan pakan baik
hijauan herba, semak maupun pohon. Sementara itu pemilihan jenis pohon harus
merupakan pohon bersifat MPTS (multy purposes trees and shrubs) yang mampu
melayani kebutuhan kayu, kondisi hidro-orologis, daun, ternak dan lain sebagainya.
`
Pembenihan Baru
Padang penggembalaan permanen yang mundur atau terlantar di daerah iklim
sedang biasanya diremajakan Dengan jalan pembajakan atau pembenihan baru
Dengan spesies rumput dan leguminosa yang unggul. Walaupun cara ini banyak
disanggah, tetapi telah umum dilakukan sehingga lazim dikatakan bahwa padang
penggembalaan yang tidak dapat diremajakan dengan dibajak hanyalah padang yang
tidak dapat dicapai oleh alat-alat pembajak, misalnya padang penggembalaan bukit.
Salah satu metode yang cepat untuk perbaikan padang penggembalaan di
daerah-daerah tropika adalah mengganti rumput-rumput yang berproduksi rendah
dengan species serta varietas rumput dan leguminosa yang lebih baik.
Penggunaan bajak harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan bahaya erosi oleh hujan atau angin. Metode lain yang kurang drastis
dalam hal mempersiapkan persemaian ialah dengan jalan membajak jalur berjarak
lebar tempat biji disebarkan, atau menggunakan alat penabur benih langsung pada
padang penggembalaan bersangkutan.
Suatu tingkat hasil telah dicapai dalam mengintroduksi penanaman
leguminosa ke dalam padang rumput tropika dengan jalan menanam leguminosa
tersebut pada jalur-jalur yang berjarak lebar yang melintang padang rumput tersebut.
Terhadap rumput-rumput yang mempunyai rhizome atau stolon yang terjalin-jalin,
perhatikan yang berarti mungkin dapat dicapai dengan jalan menggarap dan menebar
biji-biji leguminosa di atasnya. Rumput-rumput tadi bertunas kembali dengan
perantaraan potongan rhizome atau stolon yang tertinggal dalam tanah.
Latosol tanah-tanah demikian dapat dikatakan relatif tidak subur. Formasi tanah di
Timor umumnya didominasi oleh tipe tanah Bobonaro dan endapan alluvial,
viquequenya yang umumnya miskin hara dan sangat rentan terhadap eksploitasi
karena strukturnya yang mudah kering dan patah. Tingkat kesuburan tanah rendah,
namun responsif terhadap pemupukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pemupukan (Love & Eckert, 1985):
Pemupukan hanya diperlukan jika fertilitas tanah rendah
Pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi iklim
Penyesuaian teknologi pemupukan
Perhatikan respons tanaman
Upaya pemupukan harus reasonable secara ekonomi, pemupukan dengan
gunakan pupuk buatan kurang dianjurkan. Perbaikan kesuburan tanah dapat
dilakukan terintegrasi dengan pola-pola seperti agroforestri sehingga serasah yang
dihasilkan dapat membantu menaikkan tingkat kesuburan tanah. Upaya penyebaran
leguminosa yang dapat mengikat N bebas dari udara juga merupakan cara biologis
yang masuk akal.
Perbaikan kesuburan tanah dengan pemupukan terutama pupuk nitrogen dan
fosfat, akan menaikan produksi pada savana Guyana. Di tempat tersebut pemakaian
pupuk disertai dengan introduksi species rumput yang lebih baik dan telah
menaikkan kapasitas tampung 40 kali lipat.
Di sebagian besar daerah tropika permintaan yang rendah akan hasil-hasil
ternak menyebabkan pemberian pupuk dalam jumlah yang minimal sekalipun tidak
akan ekonomis dan leguminosa merupakan satu-satunya sumber nitogen yang dapat
digunakan.
Pemberantasan invasi tumbuh-tumbuhan pengganggu
Di padang-padang penggembalaan yang dipelihara, tumbuh-tumbuhan
pengganggu dapat diberantas dengan jalur menyabit dan menggunakan karbisida
selektif. Di padang rumput alam telah digunakan cara pemberantasan biologis dengan
berhasil, misalnya kaktus Opuntia spp, di Queensland diberantas dengan
menggunakan ulat-ulat daru ngengat Cactoblastic cactae.
c. Biologis
Biologis : di queensland – kaktus opuntial spp : ulat –ulat dari ngengat caotoblastic
cactorum. Akan tetapi pilihan–pilihan itu dibatasi oleh biaya, tenaga kerja,
keterampilan peternak dan kegiatan lain diluar kepentingan ternak. Contoh gulma
chormolagna odorata menginvasi padang savana di Timor Barat.
Pembakaran yang terkendali pada musim yang sesuai merupakan suatu cara
yang efektif untuk perbaikan padang rumput. Pembakaran pada ahir musim kemarau
dapat membasmi tanaman tua dan kering yang bernilai gizi rendah dan
memungkinkan pertumbuhan rumput muda pada permulaan musim hujan pertama
menyebabkan kerusakan terkecil terhadap pertumbuhan pohon-pohon, tetapi apabila
yang menjadi perhatian utama bukan pepohonan melainkan rumput, maka
pembakaran supaya tidak menyebabkan kerugian dalam jangka panjang.
Ada 2 sebab utama kehadiran api di dalam komunitas savana di Timor Barat.
1. Api merupakan bagian integral di dalam komunitas savana (gejalah alami)
2. Ulah manusia
Petani menghadirkan api untuk berbagi keperluan :
1. Sarana teknologi pengolahan lahan perladangan
2. Subtitusi tenaga kerja di ladang
3. Menstimulir pertumbuhan rumput baru yang segar dab palatable/memelihara
kondisi padang rumput.
Alasan penting membakar : menghilangkan tumbuhan yang tidak palatable dan
meningkatkan akses untuk pertumbuhan baru
1. Menstimulir pertumbuhan baru/tunas muda dan benih
2. Mungurangi spesies rumput liar
3. Persiapan untuk over sowing
4. Mengurangi resiko kebakaran
Aspek yang di timbulkan oleh kebakaran
1. Kehilangan nutrisi zat hara (N dan S)
2. Kehilangan hijauan (pakan musim kering)
3. Pembentukan spesies yang tidak di inginkan dan tidak palatable
4. Meningkatkan run off dan erosi tanah
Bentuk pengendalian api seperti preseriben (Chandler et al., 1983) :
1. Pembersihan lahan
2. Penggunaan api di sesuaikan dengan tipe konversi lahan
3. Disesuaikan dengan manajemen padang pengembalaan
4. Pengelolaan bahan bakar sedemikian rupa, sudah akan di dapat api dengan
intensitas dan kecepatan merambat yang tidak membahayakan dan mudah di
control.
5. Pemantauan kondisi iklim mulai dari tingkat makro sampai dengan mikro.
Penanaman terhadap musim membakar, jam membakar, arah angin, radiasi,
suhu, kelembaban udara dan kelembaban tanah merupakan strategi ini
6. Penerapan teknik membakar headfiring, back firing dan pembakaran
berkeliling.
7. Waktu pembakaran merupakan hal penting. Di Australia utara ranger. Biasa
membakar di sesuaikan dengan tujuan pemeliharaan struktur savana..
• Pembakaran awal kemarau : pembakaran yang aman dan digunakan
untuk mencegah akumulasi bahan bakar yang tinggi yang mungkin
terjadi pada akhir kemarau yang dapat menyebabkan kebakaran yang
dahsyat
• Pembakaran akhir kemarau: pembakaran yang dasyat karena
akumulasi bahan bakar
• Pembakaran awal hujan kemaraun : digunakan untuk mengontrolkan
api serta tidak berpengaruh banyak terhadap jenis pertumbuhan
berkayu kecil
Penanaman Pohon-pohon
Pada padang penggembalaan diperlukan juga penyediaan naungan, misalnya
telah dibuktikan bahwa produksi Axononus compressus di bawah naungan pohon
leguminosa 20% lebih tinggi dan kandungan protein lebih tinggi pula. Semak-semak
yang menguning harus diberantas karena dapat mengurangi kapasitas tampun padang
penggembalaan.
Pertanaman campuran :
Hasil penelitian Gordon (1980) tentang efisiensi penggunaan pertanaman
campuran rumput : legum dibandingkan dengan penggunaan pupuk Urea sebagai
sumber N dalam meningkatkan kesuburan tanah
- Panen persatuan luas lahan lebih rendah dari pupuk Urea (9700 : 13.200 kg
BK/ha).
- Input energi yang diberikan dan biaya, jauh lebih efisien dalam memperbaiki
kesuburan tanah pastura (6814 : 37.940 MJ).
Salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai nutrisi padang
rumput alam sebagaimana yang dianjurkan oleh Gutteridge (1988) adalah dengan
memasukkan leguminosa ke dalam padang rumput alam, karena leguminosa mampu
meningkatkan kandungan nitrogen (N) tanah sehingga produksi dan nilai nutrisinya
akan meningkat. Selain itu dengan memasukkan leguminosa maka pembentukan
padang rumput lebih cepat dan kemampuan menutup tanah (covering) lebih baik
sehingga erosivitas tanah dapat berkurang.
Pertanaman campuran antara rumput dan legum lebih baik dibanding dengan
tanaman rumput saja, sebab selain protein, legum juga mengandung fosfor dan
kalsium yang lebih tinggi. Imbangan antara rumput dan leguminosa di padang
rumput yang dianggap ideal adalah 60:40
Pupuk-Pupuk Mineral
Unsur hara utama Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium dan unsur hara
tambahan Mangan Magnesium, Sulfur, Zinkum, Kuprum, Borium, Molybdenum
dan Cobalt. Kuprum untuk reproduksi tanaman, Zinkum untuk pertumbuhan
vegetatif awal, Molybdenum untuk fiksasi Nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada
bintil akar.
Kalsium
Untuk mencapai reaksi tanah yang memuaskan, memperbaiki strukur tanah,
mengurangi pengikatan fosfat , memperbesar aktivitas mikro yang menguntungkan
dan menurunkan penyediaan unsur-unsur tambahan yang penting, misalnya ferrum,
mangan, kuprum, Zinkum dan borium (kapur berlebihan).
Nitrogen
Hara penting untuk pertumbuhan tanaman. Memberikan hasil terbaik
terhadap produksi bahan kering dan protein kasar (penelitian pada tanah Latosol di
Bogor).
Perlakuan Mekanis
Dalam rangka pemeliharaan padang penggembalaan yang baik.
a. Penggaruan
Tanah dapat digaru dengan ringan pada interval-interval yang teratur :
Untuk menyebarkan kotoran hewan,
Untuk menghancurkan vegetasi yang telah menutup rapat dan jalinan stolon
yang rapat.
b. Pemotongan
Pencegahan terbentuknya bunga dan mendorong pembentukan tunas-tunas
produksi dapat dipertinggi. Cara yang efektif untuk pembasmian tumbuhan-
tumbuhan pengganggu tetapi tidak praktis untuk padang rumput tropika
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, M.M. Sri Setyati. 1996. Pengantar Agronomi. Cetakan keduabelas. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.