Anda di halaman 1dari 17

Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul

Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

TATALAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN


ASPEK PENGENDALIAN VEGETASI
Oleh

(Ir. Herayanti P. Nastiti, MSi)

PENDAHULUAN
Peremajaan atau perbaikan padang rumput tropika harus dipertimbangkan
dari dua arah yaitu tatalaksana ternak yang digembalakan harus diperhatikan dan
hubungannya dengan perbaikan tatalaksana padang penggembalaan. Padang
penggembalaan permanen yang mundur atau terlantar di daerah iklim sedang
biasanya diremajakan dengan jalan pembajakan dan pembenihan baru dengan spesies
rumput dan leguminosa yang unggul. Walaupun cara ini banyak disanggah, tetapi
telah umum dilakukan sehingga lazim dikatakan bahwa padang penggembalaan yang
tidak dapat diremajakan dengan dibajak hanyalah padang penggembalaan yang tidak
dapat dicapai oleh alat-alat pembajak, misalnya padang penggembalaan bukit.
Salah satu metoda yang cepat untuk perbaikan padang penggembalaan di
daerah-daerah tropika adalah mengganti rumput-rumput yang berproduksi rendah
dengan spesies serta varietas rumput dan leguminosa yang lebih baik.
Tujuan dari pengendalian vegetasi ada 2 yaitu pertama, meningkatkan
produksi hijauan pakan persatuan luas lahan dan kedua, mempertahankan struktur
savanna agar dalam suksesinya tidak berkembang menuju klimaks yang tidak sesuai
sebagai daerah range.
Tujuan Pembelajaran/Kompetensi akhir yang diharapkan adalah mahasiswa
mampu memahami cara mengendalikan vegetasi dalam mengelola padang
penggembalaan.
Manfaat pokok bahasan ini bagi mahasiswa sangat besar karena dengan
mempelajari tatalaksana padang penggembalaan aspek pengendalian vegetasi
mahasiswa dapat menggunakannya sebagai dasar dalam mengelola padang
penggembalaan.

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 28


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Relevansi pokok bahasan ini dengan mata kuliah sangat erat karena aspek
pengendalian vegetasi merupakan dasar yang penting dalam mengelola padang
penggembalaan dan harus diketahui mahasiswa agar dapat memahami bahasan
tentang tatalaksana padang penggembalaan. Keterkaitannya dengan modul berikut
adalah merupakan bagian dalam pengelolaan padang penggembalaan (Modul 4).
Dalam mempelajari modul ini, untuk menambah wawasan mahasiswa
diharapkan dapat menelusuri pustaka yang berkaitan dengan aspek pengendalian
vegetasi dalam tatalaksana pastura untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Apabila mahasiswa mengerjakan latihan dan mampu mengerjakan tugas akan
mendapat nilai mininmal 70 maka mahasiswa akan lulus dengan nilai skor minimal
B.

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 29


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

PENYAJIAN MATERI

PENGENDALIAN TERHADAP VEGETASI


Tujuan dari pengendalian vegetasi ada 2 yaitu pertama, meningkatkan
produksi hijauan pakan persatuan luas dan kedua, mempertahankan struktur savanna
agar dalam suksesinya tidak berkembang menuju klimaks yang tidak sesuai dengan
arah range.
Introduksi Rumput unggul dan Leguminosa
Tindakan ini diperlukan guna:
 Mengatasi diskontinyuitas suplai pakan bermutu sepanjang tahun.
 Meningkatkan daya dukung pasture.
 Memperbaiki status kesuburan tanah lewat simbiosa mutualisme
antara akar legume dengan bakteri rhizobium guna memfiksasi N
bebas dari udara.
 Mengontrol gulma,
 Meningkatkan biodiversitas.
Beberapa jenis rumput seperti Brachiaria brizantha, B. decumbens, B.
ruziniensis dan Paspalum dilatatum adalah jenis rumput dengan produksi bahan
kering yang tinggi 50-70 ton bk/ha/tahun, tahan kering dan tahan penggembalaan
berat. Sanches (1993) melaporkan bahwa pasture Hetropogon contortus di
Quensland Australia yang disisipi Stylosanthes humilis dapat menghasilkan sapi
dengan berat badan rata-rata 93 kg/m2 dengan kepadatan 0.70 ekor/ha. Pada saat
yang sama terdapat jumlah nitrogen yang dapat difiksasi sebesar 150-1500 kg
N/ha/tahun.
Sebuah penelitian oleh Mulik di Stasiun HMT di Kabaru, Sumba Timur yang
mengujicoba beberapa jenis hijauan secara tunggal ataupun campuran
merekomendasikan beberapa hal sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 30


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Tabel 1. Kandungan Protein Kasar (%) Rumput dan Leguminosa Introduksi pada
Musim dan Kultur Penanaman yang Berbeda.
Musim Spesies Kandungan Protein
Monokultur Campuran
Hujan Rumput Daun Batang
Brachiaria mutica 6.9 5.6
Setaria spacelata 6.9 6.9
Cenchus ciliaris 6.3 6.3
Digitaria milanjiana 9.4 8.8
Urochloa mosambicensis cv Nixon 7.5 8.1

Leguminosa
Centrosema pubescens 17.5 16.9
Stylosanthes guianensis cv Graham 15.0 15.0
Arachis burkatii 18.8 20.0
Aeschynomicetes falacta 18.1 17.5
Cassia rotundifolia 18.7 18.7
Stylosanthes hamate cv Verano 18.1 14.4

Kemarau Rumput Daun Batang Daun Batang


Brachiaria mutica 5 3.1 5 3.1
Setaria spacelata 5 3.1 5 3.1
Cenchus ciliaris 5 4.3 5 3.8
Digitaria milanjiana 5.6 3.8 6.9 4.3
Urochloa mosambicensis cv 6.3 3.1 6.3 3.1
Nixon

Leguminosa
Centrosema pubescens 13.8 6.3 12.5 6.9
Stylosanthes guianensis cv 13.8 9.4 13.8 8.8
Graham
Arachis burkatii 15.6 8.8 16.9 8.8
Aeschynomicetes falacta 15.6 10.0 13.1 10.0
Cassia rotundifolia 12.5 6.9 10.6 5.6
Stylosanthes hamate cv 10.5 8.1 10.6 6.9
Verano
Sumber : Nulik (1987)
Data dalam Tabel 1 memperlihatkan potensi sumbangan tumbuhan
leguminosa di dalam ransum ternak yang merumput. Crowder (1981) melaporkan
bahwa rumput Benggala yang tumbuh monokultur akan memberikan potensi
produksi bahan kering antara 50-130 ton/ha/tahun. Sedangkan leguminosa

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 31


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

monokultur herba dan pohon dapat menghasilkan berat kering sampai 17-35
ton/ha/tahun. Jika kebutuhan protein kasar 1 UT untuk hidup pokok sebesar 6-7%
sedangkan untuk produksi daging 8-9% (Tilman, 1982) maka model pertanaman
campuran seperti di Sumba akan cukup memenuhi persyaratan yang dimaksud.
Beberapa penelitian menganjurkan komposisi ideal tanaman rumput : legume di
pasture adalah 60 : 40 (Crowder, 1981). Sementara itu Winrock (1981) menyatakan
bahwa ternak perumput yang diberi pakan 70% rumput dan 30% legume dapat
menghasilkan produksi ternak yang setara dengan pemberian pupuk N sebesar 400
kg/ha kepada hijauan yang tumbuh di dalam pasture.
Sementara itu potensi kontribusi pertanaman campuran kepada kesuburan
tanah juga tidak dapat dianggap sepele. Halliday (1982) melaporkan bahwa jumlah N
yang dapat diikat oleh leguminosa yang ditanam monkultur sebesar 50-350 kg
N/ha/tahun. Walaupun 90% dari total N yang dapat diikat tersebut akan dikonversi
kedlam bentuk panen hijauan, biji dan ternak, akan tetapi lewat serasah dan N yang
terjerap di dalam biomassa di bawah permukaan tanah makan pertanaman campuran
dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kesuburan tanah.
Legume yang cocok untuk disebar di padang rumput adalah legume-legum
yang mudah membentuk simbiosa dengan bakteri rhizobium dan memiliki daya
presisi yang tinggi. Partridge (1999) dan Sutaryono & Partridge (2002)
merekomendasikan beberapa spesies terpilih yaitu Stylo verano dan Stylo semak,
Cassia berdaun bulat pada tanah-tanah yang agak masam dan Desmanthus pada tanah
basa atau berbatu kapur seperti yang banyak mendominasi tipe tanah di Timor Barat.
Strategi pengintroduksian baik secara sipil mauoun secara botanis ke dalam areal
pantura dapat dilakukan secara simultan dengan penataan sistem pertanian secara
terpadu seperti aplikasi sistem agroforestry dan strategi konservasi tanah dan air.
Penyebaran legume introduksi harus diatur merata karena jika tidak ternak akan
cendrung terkonsentrasi dimana leguminosa tumbuh dan menimbulkan efek
overgrazing di tempat tersebut. Di Australia Utara penyebaran legume biasanya
dilakukan di ahir kemarau yang diikuti dengan tindakan membakar yang akan
memecahkan benih dorman utuk siap berkecambah begitu datang hujan (Patridge,
1999).

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 32


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Pengembangan Sistem Agroforestry


Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan savanna di Timor Barat tidak
pernah monokultur. Di ats savanna yang sama dapat diusahakan lading, padang
penggembalaan dan hutan sekaligus. Oleh karena itu upaya pengendalian vegetasi
dapat dilakukan secara terintegrasi dengan cabang-cabang usaha tani lainnya. Salah
satu sistem terintegrasi yang dirasa sesuai adalah sistem agroforestry.
Sistem agroforestry adalah suatu bentu upaya mengintegrasikan pohon
kedalam usaha pertanian. Bene et al., (1977), dikutip Catliko dan Paz (1994)
mendefenisikan agroforestry sebagai suatu sistem manajemen lahan yang bersifat
substainbel dengan meningkatkan panen seluruh unit lahan dengan
mengkombinasikan produksi tanaman pangan. Mengadopsi sistem agroforestry di
dalam agro-ekosistem savanna di Timor Barat sebenarnya bukan sesuatu yang aneh.
Karena dilihat dari bentuk formasi savanna yang sudah di pencari oleh pohon dan
praktek penggunaan lahan secara tradisional adalah sistem agroforestry. Akan tetapi
berbeda dengan sistem agroforestri modern yang memperhitungkan sungguh-
sungguh perimbangan antara keuntungan ekonomis dan ekologis maka dalam pola
tradisional pertimbangan demikian absen. Karena produktivitas semua agro-
ekosistem di Timor Barat semata diarahkan guna tujuan sebstensi.
Sistem agroforestry memiliki banyak sekali variasinya tetapi dikaitkan
dengan kepentingan rangeland management pola dasarnya adalah agro-silvo, agro-
pastoral atau agro-silvo-pastoral. Adapun pilihan vavarians sistem agroforestry maka
yang terpenting adalah sistem itu mampu menjamin kontinyuitas suplai pakan
hijauan sepanjang tahun. Nulik dan Bamualim (1998) memberikan pilihan-pilihan
pengembangan hijauan makanan ternak dalam pola terintegrasi ini antara lain
pengembangan HMT pola konservasi lahan kritis, budidaya tanaman pakan dalam
pola pertanaman lorong (alley cropping), pola Amarasi yang menanam lahan dengan
tanaman lamatoro dan kemudian lamatoro ditebas guna perladangan tetapi hasil
tebasannya digunakan sebagai pakan ternak, pola tiga strata, pola pagar hidup atau
pola penggembalaan di bawah tegakan pohon seperti pola Taungnya dari Thailand.
Pola konservasi lahan seperti menanam menurut kontur, pertanaman windbreak atau

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 33


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

firebreak merupakan pola-pola yang dapat disusupi dengan jenis hijauan pakan baik
hijauan herba, semak maupun pohon. Sementara itu pemilihan jenis pohon harus
merupakan pohon bersifat MPTS (multy purposes trees and shrubs) yang mampu
melayani kebutuhan kayu, kondisi hidro-orologis, daun, ternak dan lain sebagainya.
`
Pembenihan Baru
Padang penggembalaan permanen yang mundur atau terlantar di daerah iklim
sedang biasanya diremajakan Dengan jalan pembajakan atau pembenihan baru
Dengan spesies rumput dan leguminosa yang unggul. Walaupun cara ini banyak
disanggah, tetapi telah umum dilakukan sehingga lazim dikatakan bahwa padang
penggembalaan yang tidak dapat diremajakan dengan dibajak hanyalah padang yang
tidak dapat dicapai oleh alat-alat pembajak, misalnya padang penggembalaan bukit.
Salah satu metode yang cepat untuk perbaikan padang penggembalaan di
daerah-daerah tropika adalah mengganti rumput-rumput yang berproduksi rendah
dengan species serta varietas rumput dan leguminosa yang lebih baik.
Penggunaan bajak harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan bahaya erosi oleh hujan atau angin. Metode lain yang kurang drastis
dalam hal mempersiapkan persemaian ialah dengan jalan membajak jalur berjarak
lebar tempat biji disebarkan, atau menggunakan alat penabur benih langsung pada
padang penggembalaan bersangkutan.
Suatu tingkat hasil telah dicapai dalam mengintroduksi penanaman
leguminosa ke dalam padang rumput tropika dengan jalan menanam leguminosa
tersebut pada jalur-jalur yang berjarak lebar yang melintang padang rumput tersebut.
Terhadap rumput-rumput yang mempunyai rhizome atau stolon yang terjalin-jalin,
perhatikan yang berarti mungkin dapat dicapai dengan jalan menggarap dan menebar
biji-biji leguminosa di atasnya. Rumput-rumput tadi bertunas kembali dengan
perantaraan potongan rhizome atau stolon yang tertinggal dalam tanah.

Pengendalian Kesuburan Tanah


Keadaan tanah di luar Pulau Jawa, kecuali di beberapa tempat di kepulauan
Maluku dan Nusa Tenggara, pada umumnya terdiri dari tanah Podsolik dan tanah

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 34


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Latosol tanah-tanah demikian dapat dikatakan relatif tidak subur. Formasi tanah di
Timor umumnya didominasi oleh tipe tanah Bobonaro dan endapan alluvial,
viquequenya yang umumnya miskin hara dan sangat rentan terhadap eksploitasi
karena strukturnya yang mudah kering dan patah. Tingkat kesuburan tanah rendah,
namun responsif terhadap pemupukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pemupukan (Love & Eckert, 1985):
 Pemupukan hanya diperlukan jika fertilitas tanah rendah
 Pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi iklim
 Penyesuaian teknologi pemupukan
 Perhatikan respons tanaman
Upaya pemupukan harus reasonable secara ekonomi, pemupukan dengan
gunakan pupuk buatan kurang dianjurkan. Perbaikan kesuburan tanah dapat
dilakukan terintegrasi dengan pola-pola seperti agroforestri sehingga serasah yang
dihasilkan dapat membantu menaikkan tingkat kesuburan tanah. Upaya penyebaran
leguminosa yang dapat mengikat N bebas dari udara juga merupakan cara biologis
yang masuk akal.
Perbaikan kesuburan tanah dengan pemupukan terutama pupuk nitrogen dan
fosfat, akan menaikan produksi pada savana Guyana. Di tempat tersebut pemakaian
pupuk disertai dengan introduksi species rumput yang lebih baik dan telah
menaikkan kapasitas tampung 40 kali lipat.
Di sebagian besar daerah tropika permintaan yang rendah akan hasil-hasil
ternak menyebabkan pemberian pupuk dalam jumlah yang minimal sekalipun tidak
akan ekonomis dan leguminosa merupakan satu-satunya sumber nitogen yang dapat
digunakan.
Pemberantasan invasi tumbuh-tumbuhan pengganggu
Di padang-padang penggembalaan yang dipelihara, tumbuh-tumbuhan
pengganggu dapat diberantas dengan jalur menyabit dan menggunakan karbisida
selektif. Di padang rumput alam telah digunakan cara pemberantasan biologis dengan
berhasil, misalnya kaktus Opuntia spp, di Queensland diberantas dengan
menggunakan ulat-ulat daru ngengat Cactoblastic cactae.

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 35


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Belalang dan jangkrik semuanya memakan hijauan di padang rumput tropika


dalam jumlah besar. Peyerangan-penyerangan ringan dapat diberantas dengan
menyemprotkan insektisida, sedangkan apabila terjadi penyerangan-penyerangan
berat dapat dimintakan bantuan pemerintah maupun organisasi internasional.
Serangan hama dan penyakit terhadap padang rumput di Indonesia saja belum
banyak diterbitkan.
Pengontrolan gulma sangat penting karena berkaitan dengan upaya untuk
mempertahankan status suksesi vegetasi sehingga tidak berkembang kearah
terbentuknya klimaks yang tidak berguna. Upaya semacam ini dapat dilakukan
melalui cara-cara pengontrolan secara mekanis, kimiawi dan biologis. Akan tetapi
pilihan-pilihan itu dibatasi oleh biaya, tenaga kerja, keterampilan peternak dan
kegiatan lain diluar kepentingan peternakan. Sebagai misal, ahir-ahir ini gulma
Chromolaena odorata mulai menginvasi padang savana di Timor Barat (Mudita,
2000). Bahkan begitu kuatnya tingkat invasi ini sehingga di banyak tempat gulma ini
mulai membentuk suatu formasi vegetasi sendiri yang menekan habis jenis rumput
dan herba pakan hijauan lainnya. Beberapa jenis pohon juga tertekan secara tidak
langsung oleh gulma ini karena di dalam membentuk sosiasi di sekitar pohon gulma
ini bergerumbul searah vertikal sehingga begitu terjadi kebakaran maka lidah api
akan mencapai pucuk pohon dan menimbulkan api mahkota (crown fire) yang sangat
merusak. Pilihan lain untuk mengontrol gulma ini ternyata tidak dapat ditentukan
oleh seorang range manager karena seperti yang dilaporkan Ataupah (2000) dan
Therik (2000) gulma ini sangat disukai oleh peladang karena dapat meningkatkan
jumlah bahan bakar dengan flamabilitas yang tinggi. Para petugas kehutanan juga
menyukai gulma ini karena kehadiran rumpun di kawasan hutan. Dengan demikian
maka invasi ternak ke hutan dapat ditekan.
Pengotrolan Gulma/Pengendalian Gulma sangat penting karena berkaitan dengan
upaya untuk mempertahankan status suksesi vegetasi tidak berkembang karena
terbentuknya klimiks yang tidak berguna.
Cara pengendalian gulma
a. Mekanis
b. Kimiawi

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 36


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

c. Biologis
Biologis : di queensland – kaktus opuntial spp : ulat –ulat dari ngengat caotoblastic
cactorum. Akan tetapi pilihan–pilihan itu dibatasi oleh biaya, tenaga kerja,
keterampilan peternak dan kegiatan lain diluar kepentingan ternak. Contoh gulma
chormolagna odorata menginvasi padang savana di Timor Barat.

Pembakaran/ Pengontrolan Api


Kehadiran api di savana Timor Barat umumnya karena 2 alasan yaitu hadir
sebagai gejala alami pada savana kering dan sebagai ulah manusia. Petani
menghadirkan api untuk berbagai keperluan. Api digunakan sebagai sarana teknologi
pengolahan lahan perladangan, substitusi tenaga kerja di ladang, menstimulasi
pertumbuhan rumput baru yang segar dan palatable, beburu dan bahkan untuk
kesenangan dan konflik. Sepanjang kehadirannya dapat dikontrol maka api tidak
perlu dikhawatirkan. Pengendalian diperlukan ketika api mulai menimbulkan gejala
entropi lingkungan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di depan bahwa kehadiran api di
savanna Timor Barat diduga telah berkontribusi terhadap perluasan lahan kritis yang
ada. Untuk itu penggunaan api harus mulai dikendalikan. Bentuk pengendalian api
seperti prescribed burning (Wright dan Bailey, 1982; Chandler et al., 1983) dapat
dipertimbangkan untuk keperluan control api.
Model prescribed burning bertumpu pada beberapa hal sebagai berikut :
 Pembersihan lahan
 Penggunaan api disesuaikan dengan tipe konversi lahan. Pembakaran
di hutan yang akan dikonversi harus dibedakan dengan pembakaran
untuk prmrliharaan padang rumput.
 Disesuaikan dengan manajemen padang penggembalaan.
 Pengelolaan bahan bakar sedemikian rupa sehingga akan didapat api
dengan intensitas dan kecepatan merambat yang tidak membahayakan
dan mudah dikontrol.
 Pemantauan kondisi iklim mulai dari tingkat makro, meso dan mikro.
Pemantauan terhadap musim membakar, jam membakar, arah angina,

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 37


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

radiasi, suhu, kelembapan udara dan kelengasan tanah merupakan


jabaran dari strategi ini.
 Penerapan teknik membakar headfiring, backfiring dan pembakaran
berkeliling.
 Waktu pembakaran merupakan hal penting berikutnya. Di Australia
Utara ranger biasanya membakar disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaan struktur savana (Andersen, 1996 dan Patridge, 1999).
 Pembakaran awal kemarau (early dy season fires) adalah pembakaran
yang aman dan digunakan untuk mencegah akumulasi bahan bakar
yang tinggi yang mungkin terjadi pada ahir kemarau yang dapat
menyebabkan kebakaran yang dahsyat. Akan tetapi pembakaran jenis
ini tidak dapat dipakai untuk mengontrol pertumbuhan jenis-jenis
tanaman berkayu serta akan meninggalkan tumbuhan pakan yang
pendek sampai dengan awal hujan.
 Pembakaran ahir kemarau (late dry season fires) adalah pembakaran
yang dahsyat karena akumulasi bahan bakar tinggi dan mudah
tersulut. Pembakaran cepat ini menyebabkan akar rumput tidak terlalu
terpengaruh tetapi dapat mematikan tumbuhan jenis berkayu. Oleh
karena itu pembakaran jenis ini biasanya berguna untuk mengontrol
invasi gulma berkayu. Kelemahannya adalah api yang ditimbulkan
sulit untuk dikontrol.
 Pembakaran awal hujan (early wet season fires/after the first rains),
digunakan untuk mengontrol kanopi pohon tua serta tidak
berpengaruh banyak bahkan terhadap jenis tumbuhan berkayu yang
kecil.
 Pembakaran ditengah musim hujan (early wet season fires/er the first
rains), adalah pembakaran sulit karena kadar air bahan bakar masih
tinggi sehingga flamabilitasnya rendah. Pembakaran jenis ini dipakai
untuk mempromosi pertumbuhan yang cepat dari rumput annual yang
mendominasi padang rumput seperti Sorghum timorense.

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 38


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Pembakaran yang terkendali pada musim yang sesuai merupakan suatu cara
yang efektif untuk perbaikan padang rumput. Pembakaran pada ahir musim kemarau
dapat membasmi tanaman tua dan kering yang bernilai gizi rendah dan
memungkinkan pertumbuhan rumput muda pada permulaan musim hujan pertama
menyebabkan kerusakan terkecil terhadap pertumbuhan pohon-pohon, tetapi apabila
yang menjadi perhatian utama bukan pepohonan melainkan rumput, maka
pembakaran supaya tidak menyebabkan kerugian dalam jangka panjang.

Ada 2 sebab utama kehadiran api di dalam komunitas savana di Timor Barat.
1. Api merupakan bagian integral di dalam komunitas savana (gejalah alami)
2. Ulah manusia
Petani menghadirkan api untuk berbagi keperluan :
1. Sarana teknologi pengolahan lahan perladangan
2. Subtitusi tenaga kerja di ladang
3. Menstimulir pertumbuhan rumput baru yang segar dab palatable/memelihara
kondisi padang rumput.
Alasan penting membakar : menghilangkan tumbuhan yang tidak palatable dan
meningkatkan akses untuk pertumbuhan baru
1. Menstimulir pertumbuhan baru/tunas muda dan benih
2. Mungurangi spesies rumput liar
3. Persiapan untuk over sowing
4. Mengurangi resiko kebakaran
Aspek yang di timbulkan oleh kebakaran
1. Kehilangan nutrisi zat hara (N dan S)
2. Kehilangan hijauan (pakan musim kering)
3. Pembentukan spesies yang tidak di inginkan dan tidak palatable
4. Meningkatkan run off dan erosi tanah
Bentuk pengendalian api seperti preseriben (Chandler et al., 1983) :
1. Pembersihan lahan
2. Penggunaan api di sesuaikan dengan tipe konversi lahan
3. Disesuaikan dengan manajemen padang pengembalaan

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 39


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

4. Pengelolaan bahan bakar sedemikian rupa, sudah akan di dapat api dengan
intensitas dan kecepatan merambat yang tidak membahayakan dan mudah di
control.
5. Pemantauan kondisi iklim mulai dari tingkat makro sampai dengan mikro.
Penanaman terhadap musim membakar, jam membakar, arah angin, radiasi,
suhu, kelembaban udara dan kelembaban tanah merupakan strategi ini
6. Penerapan teknik membakar headfiring, back firing dan pembakaran
berkeliling.
7. Waktu pembakaran merupakan hal penting. Di Australia utara ranger. Biasa
membakar di sesuaikan dengan tujuan pemeliharaan struktur savana..
• Pembakaran awal kemarau : pembakaran yang aman dan digunakan
untuk mencegah akumulasi bahan bakar yang tinggi yang mungkin
terjadi pada akhir kemarau yang dapat menyebabkan kebakaran yang
dahsyat
• Pembakaran akhir kemarau: pembakaran yang dasyat karena
akumulasi bahan bakar
• Pembakaran awal hujan kemaraun : digunakan untuk mengontrolkan
api serta tidak berpengaruh banyak terhadap jenis pertumbuhan
berkayu kecil

Penggunaan sumber-sumber Air


Bila air merupakan suatu faktor pembatas dalam produktivitas padang
rumput, maka pembuatan dam-dam, tanki-tanki tanah dan waduk dapat merintis
perbaiakan setempat. Semua tanaman butuh air untuk pertumbuhan, terlebih
untuk/bagi tanaman yang baru tumbuh. Banyak ataupun sedikitnya air yang
dibutuhkan tanaman tergantung pada jenis tanaman pakan yang di usahakan. Bagi
tanaman yang toleran terhadap kekeringan pemenuhan dari air hujan, bagi tanaman
yang toleran terhadap kekeringan perlu adanya pengairan yang teratur

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 40


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Pemberantasan Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang mengganggu tanaman : hewan, jamur, bakteri,


cacing dan virus menyebabkan kerusakan bahkan kematian bagi tanaman. Contoh :
kutu locat (Heteropsila cubana) tanaman lamatoro rayap, rumput gajah (rumpun-
rumpun akar yang telah tua ) virus daun, tanaman Desmodium uncinatom. Hama dan
penyakit dapat diberantas dengan oabt-obatan seperti DDT, Endrin serta Dieldrian.

Penanaman Pohon-pohon
Pada padang penggembalaan diperlukan juga penyediaan naungan, misalnya
telah dibuktikan bahwa produksi Axononus compressus di bawah naungan pohon
leguminosa 20% lebih tinggi dan kandungan protein lebih tinggi pula. Semak-semak
yang menguning harus diberantas karena dapat mengurangi kapasitas tampun padang
penggembalaan.

Pertanaman campuran :
Hasil penelitian Gordon (1980) tentang efisiensi penggunaan pertanaman
campuran rumput : legum dibandingkan dengan penggunaan pupuk Urea sebagai
sumber N dalam meningkatkan kesuburan tanah
- Panen persatuan luas lahan lebih rendah dari pupuk Urea (9700 : 13.200 kg
BK/ha).
- Input energi yang diberikan dan biaya, jauh lebih efisien dalam memperbaiki
kesuburan tanah pastura (6814 : 37.940 MJ).
Salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai nutrisi padang
rumput alam sebagaimana yang dianjurkan oleh Gutteridge (1988) adalah dengan
memasukkan leguminosa ke dalam padang rumput alam, karena leguminosa mampu
meningkatkan kandungan nitrogen (N) tanah sehingga produksi dan nilai nutrisinya
akan meningkat. Selain itu dengan memasukkan leguminosa maka pembentukan
padang rumput lebih cepat dan kemampuan menutup tanah (covering) lebih baik
sehingga erosivitas tanah dapat berkurang.

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 41


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Pertanaman campuran antara rumput dan legum lebih baik dibanding dengan
tanaman rumput saja, sebab selain protein, legum juga mengandung fosfor dan
kalsium yang lebih tinggi. Imbangan antara rumput dan leguminosa di padang
rumput yang dianggap ideal adalah 60:40

Beberapa keuntungan penanaman campuran rumput dan leguminosa :


1) Memperbaiki unsur Nitrogen dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk
mengikat N dari udara.
2) Memperbaiki mutu pakan ternak ruminansia, karena kandungan protein dan
mineral lebih tinggi.
3) Daerah tropis yang lembab akan membatasi pertumbuhan rumput, namun dengan
percampuran rumput dan leguminosa, leguminosa dapat memperbaiki
pertumbuhan rumput, karena akarnya bisa lebih dalam.
4) Tanaman campuran rumput dan leguminosa mampu meningkatkan kapasitas
tampung sehingga satuan ternak per hektar lebih banyak dan total kenaikan berat
badan lebih tinggi

Pupuk-Pupuk Mineral
Unsur hara utama Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium dan unsur hara
tambahan Mangan Magnesium, Sulfur, Zinkum, Kuprum, Borium, Molybdenum
dan Cobalt. Kuprum untuk reproduksi tanaman, Zinkum untuk pertumbuhan
vegetatif awal, Molybdenum untuk fiksasi Nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada
bintil akar.

Kalsium
Untuk mencapai reaksi tanah yang memuaskan, memperbaiki strukur tanah,
mengurangi pengikatan fosfat , memperbesar aktivitas mikro yang menguntungkan
dan menurunkan penyediaan unsur-unsur tambahan yang penting, misalnya ferrum,
mangan, kuprum, Zinkum dan borium (kapur berlebihan).

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 42


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

Nitrogen
Hara penting untuk pertumbuhan tanaman. Memberikan hasil terbaik
terhadap produksi bahan kering dan protein kasar (penelitian pada tanah Latosol di
Bogor).

Fosfat dan Kalium


Fosfat dikembalikan ke padang penggembalaan melalui urine hewan yang
merumput, Pemupukan dengan dosis rendah yang dilakukan sekali atau dua kali
setahun pada umumnya lebih efektif daripada pemupukan dengan dosis tinggi
dengan interval yang lebih jarang. Peningkatan dosis pupuk fosfat akan
mempertinggi kadar fosfor hijauan.
Kalium menaikkan produksi ( pengaruh pertama). Meningkatnya penyerapan
kalium, menurunkan penyerapan kalsium, magnesium dan natrium. Kadar kalium
yang tinggi pada rumput adalah suatu faktor yang dapat memperhebat tetani rumput.
Penurunan kadar magnesium dapat juga menyebabkan hypomagnesia pada ternak.
Disarankan agar diberikan jumlah kalium minimum yang sesuai dengan
banyaknya produksi tanaman yang diharapkan serta harus dilakukan pencegahan
penurunan cadangan kalium di dalam tanah.

Perlakuan Mekanis
Dalam rangka pemeliharaan padang penggembalaan yang baik.
a. Penggaruan
Tanah dapat digaru dengan ringan pada interval-interval yang teratur :
 Untuk menyebarkan kotoran hewan,
 Untuk menghancurkan vegetasi yang telah menutup rapat dan jalinan stolon
yang rapat.
b. Pemotongan
Pencegahan terbentuknya bunga dan mendorong pembentukan tunas-tunas
produksi dapat dipertinggi. Cara yang efektif untuk pembasmian tumbuhan-
tumbuhan pengganggu tetapi tidak praktis untuk padang rumput tropika

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 43


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Tatalaksana Padang Penggembalaan Aspek Modul
Pengendalian Vegetasi (H.P.Nastiti) 3

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Elgersma, A. and J. H. Neuteboom. 1997. Grassland ans Forage Science.


Wageningen Agricultural University, Wageningen - The Netherlands.

Harjadi, M.M. Sri Setyati. 1996. Pengantar Agronomi. Cetakan keduabelas. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soetanto, H. dan I. Subagyo. 1988. Landasan Agrostologi. Nuffic-Unibraw, Malang

Mata Kuliah Tatalaksana Pastura (PT.44329) IV- 44


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana

Anda mungkin juga menyukai