ABSTRAK
Tinjauan hasil-hasil penelitian mengenai pertanaman campuran rumput clan Icgurn
menunjukkan bahwa pertanaman campuran dapat meningkatkan produksi hijauan clan
menghasilkan kualitas hijauan yang lebih baik. Penggunaan pupuk anorganik seperti nitrogen clan
dapat dihemat dengan memanfaatkan legum sebagai sumber nitrogen . Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan legum untuk meningkatkan produksi tidak setinggi bila
menggunakan pupuk nitrogen, namun pengaruh legum bersifat jangka panjang karena secara
permanen telah tumbuh bersama rumput dan terus menerus memberikan sumbangan nitrogen
dengan kemampuannya mengikat nitrogen bebas dari udara. Pertanaman campuran juga
meningkatkan kapasitas tampung sebagai konsekuensi meningkatnya produksi hijauan .
Kata kunci : Pertanaman campuran, rumput, legum
PENDAHULUAN
Pertanaman campuran antara rumput dan legum adalah salah satu cara untuk meningkatkan
produksi dan kualitas hijauan . Rumput sebagai pakan utama ternak ruminansia dapat ditanam
secara tunggal, namun produksi dan kualitasnya rendah. Melihat kenyataan ini, produksi clan
kualitas hijauan dapat ditingkatkan antara lain dengan mengupayakan pertanaman campuran
rumput dan legum. Kemampuan legum dalam hal mengikat nitrogen bebas dari udara akan sangat
membantu pertumbuhan rumput, disamping legum sendiri memiliki nilai gizi yang tinggi
dibanding rumput .
Hal yang perlu diperhatikan dalam pertanaman campuran adalah adanya keserasian atau
kecocokan antara rumput dan legum yang ditanam bersama sehingga antara keduanya tidak saling
menekan pertumbuhan satu dengan lainnya . Memilih spesies rumput clan leglim untuk keserasian
tersebut tergantung dari sifat morfologis keduanya .
Hasil penelitian pertanaman campuran umumnya antara spesies nimput yang tumbuhnya
rendah tidak lebih dari satu meter dengan legum yang tumbuh merambat. Dalam bahasan ini akan
diuraikan beberapa hasil penelitian pertanaman campuran rumput dan legum dilihat dari segi
produksi hijauan, kapasitas tampung dan kualitasnya .
852
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998
Macroptilium atropurpureum cv Siratro . Campuran rumput dan legum lainnya dilaporkan oleh
MONZOTE dan GARCIA (1983) bahwa untuk rumput Digitaria decumbens Stent (pangola grass)
yang terbaik campurannya dengan legum Neonotonia wightii atau dengan Demnodium intortum
dan jugx dengan Macroptilium atropurpureum .
Hasil penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan mengenai pertananran campuran antara
rumput dan legum menunjukkan bahwa rumput Panicum maximunt cv Riversdale, 5etaria sp cv
Splenda, Cenchrus ciliaris cv Molopo dan Urochloa pullulans cocok ditanam dengan legum
Macroptilium atropurpureum v Siratro (BAHAR et al., 1992a; 1993a; 1992b; 1992c), sedangkan
rumput Brachiaria decumbens cv Basilisk dan Digitaria milanjiana cocok ditanam dengan legum
Arachis sp ex Maiwa (BAHAR et al., 1993b; 1994). Pada padang penggembalaan dengan rumput
Panicum maximum menunjukkan ketahanan yang lebih tinggi pada leguni Glycine wightii dan
Macroptilium atropurpureum cv Sirxtro dibanding legum lainnya yang dicobakan (FEBLES dan
PADILLA, 1972 cit . FEBLEs dxn FUNES, 1978).
Untuk menghitung kapasitas tampung dapat dilakukan berdasarkan produksi total bahan
kering dibagi kebutuhan ternak selama setahun . Hanya saja dengan cara ini masih terdapat bias
yang cukup besar. Untuk itu metode penghitungan kapasitas tampung diusahakan memiliki bias
yang sekecil mungkin dengan mempertimbangkan berbagai faktor.
853
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Metode penghitungan kapasitas tampung berikut ini didasarkan pada rata-rata produksi
bahan kering dengan mempertimbangkan PUF (proper use factor) . Penentuan PUF menurut HALLS
et al. (1964) cit . (1980) ballwa ukuran PUF disesuaikan keadaan setempat seperti tanda
SUSETYO
tanda erosi dan keadaan topografi. Makin banyak tanda-tanda erosi dan kemiringan lereng maka
makin kecil PUF .
Untuk menghitung kapasitas tampung maka diperkirakan kebutuhan bahan kering ternak .
Menurut WILLIAMSON dan PAYNE (1968) cit. SUSETYO (1980) bahwa kebutuhan bahan kering
seekor sapi dewasa dalam sehari adalah 6,29 kg dengan standar bobot badan rata-rata 300 kg.
Berdasarkan hal ini dapat dihitung kebutuhan luas tanah untuk seekor sapi selama sebulan (30
hari)
6,29 x 30
ha/ekor/bulan
Rata-rata produksi bahan kering per hektar x PUF
Selanjutnya untuk menentukan kebutuhan luas tanah dalam setahun yaitu nilai dari
perhitungan tersebut di atas dikalikan dengan nilai "y" (jumlah satuan luas tanah terkecil yang
dibutuhkan seekor sapi). Penentuan nilai "y" menurut VOISIN (1959) cit . (1980) sebagai
SUSETYO
berikut
(y -1)s=r
y : jumlah satuan luas tanah (paddock) terkecil yang dibutuhkan seekor sapi
s : periode merumput (stay) pada setiap satuan ternak
r : periode istirahat (rest) yang dibutuhkan agar hijauan tidak direnggut sapi untuk menjaga
pertumbuhan kembali (regrowth), priode ini dapat diidentikkan dengan interval
pemotongan
Dengan mengambil contoh dari Tabel 2, yakni rata-rata produksi ballan kering pertanaman
campuran rumput Panicum maximum cv Riversdale dengan legtun Macroptilium atropurpureum cv
Siratro sebesar 4,62 t/ha atau 4620 kg/ha maka dapat dihitung kapasitas tampungnya dengan
perkiraan PUF sebesar 45% .
Tabel 2. Produksi bahan kering hijauan
Bahan kering (Oia)
Rumput/Legum Total dalam setahun Rata-rata dari 5 kali pemotongan
Panicum maximum ~~
cv Riversdale
ditanam tunggal tanpa legiun 12,58 2,52
+Macroptilium atropurpureumt cv Siratro 23,11 4,62
+ Centrosema pubescens 16,27 3,25
+ Centrosema plumieri 20,15 4,03
+ Neonotonia wightii cv Tinaroo 15,96 3,19
+ Clitoria ternatea 15,97 3,19
Setaria SP 2)
cv Splenda ditanam tunggal tanpa legum 10,08 2,02
+Macroptilium atropurpureum cv Siratro 28,43 5,69
+ Centrosema pubescens 20,13 4,03
+ Centrosema plumieri 20,72 4,15
+ Neonotonia wightii cv Tinaroo 18,62 3,72
+ Clitoria ternatea 20,18 4,04
Sumber : 1) BAHAR et al., 1992a, 2) BAHAR et al., 1993a
854
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
KUALITAS HIJAUAN
Peranan legum yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dapat membantu
menyuburkan tanah, selain itu bila ditanam bersama rumput akan meningkatkan gizi hijauan .
Menurut SMITH (1977) bahwa bila dibandingkan dengan pertanaman tunggal maka pada
pertanaman campuran dapat meningkatkan kandungan protein sebagaimana ditunjukkan pada
campuran antara rumput Panicum maximum cv Nanyuki dengan legum Glicine wightii cv Cooper
dan legum Macroptilium atropurpureum cv Siratro (Tabel 3). Bila dibandingkan dengan rumput
yang ditanam tunggal dan diberi nitrogen, tampak kandungan proteinnya lebih tinggi .
Oleh karena peranan legum yang dapat meningkatkan kualitas hijauan maka menurut
FERNANDO (1961) cit . Manidool (1974) bahwa spesies rumput yang kandungan proteinnya rendah
dapat diupaykan agar lebih tinggi melalui pertanaman campuran dengan legum. Selanjutnya
dilaporkan bahwa runlput Brachiaria decumbens yang ditanam tunggal mengandung protein yang
rendah tetapi bila ditanam dengan legum Alysicarpus sp atau dengan Centroseina sp maka protein
hijauan dapat ditingkatkan (Tabel 3).
Informasi mengenai kecernaan bahan kering hijauan dari pertanaman campuran masih
sangat terbatas. Namun kecernaan bahan kering per individu spesies baik legum maupun rumput
telah dilaporkan oleh Bul,o et al. (1994a; 1994b) sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Kecernaan
bahan kering tersebut ditentukan berdasarkan metode kantong nilon dengan menggunakan
kambing fistula dan masa inkubasi selama 48 jam.
855
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
85 6
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Kecernaan bahan kering legum (Tabel 5) menunjukkan bahwa pada unlur tanaman 14 hari
kecernaan bahan keringnya berkisar antara 66,2 % (Desmodium heterophyllum) sampai 77,2
(Arachis sp) . Sementara itu pada umur tanaman 56 hari terjadi penurunan berkisar antara 55,8
(Desmodium trijlorum) sampai 71,0 % (Arachis sp) . Adapun kecernaan bahan kering pada masing-
masing spesies rumput juga bervariasi dan terjadi penurunan dari umur tanaman 14 hari ke 56
hari .
KESIMPULAN
Untuk meningkatkan produksi hijauan dapat ditempuh nlelalui pertanaman campuran rumput
dan legum .
2. Dengan meningkatnya produksi hijauan maka kapasitas tanlpung juga akan lebih tinggi .
3. Kandungan protein kasar hijauan akan lebill tinggi bila dilakukan pertanaman campuran.
4. Kecernaan bahan kering legunl dan nlmput menunln seiring dengan bertambahnya umur
tanaman .
DAFTAR PUSTAKA
BAHAR, S., A. ELLA, R. RAcHMAN, dan D. BuLo. 1992a . Penganih pertanaman campuran nlmput benggala
dengan lima jenis leguminosa herba terhadap produksi hijauan . Jumal Ilmiah Penelitian Temak
Gowa 1(1):1-7.
857
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
BAHAR, S., R. RACHMAN, D. BULo, dan R. SALAMI . 1992b. Penganih pertanaman campuran nunput Cenchr
ciliaris
cv Molopo dengan lima jenis leguminosa herba terhadap produksi dan kualitas hijauan paka
Dalam : A. PRABowo, D. BuLo, A. TIKUPADANG, S. BAHAR, M. WINUGROHO, dan R. SALAM (Ed
Proceedings Pertemuan Pengolalian dan Komunikasi Hasil Penelitian Peternakan di Sulawesi Selati
Ujung Pandang 4 Maret 1992 . Sub Balai Penelitian Ternak Gowa . Badan Penelitian CL
Pengembangan Pertanian . Hal. 47-55.
BAHAR, S., R. RACHMAN, D. BuLo, dan R. SALAM. 1992c . Produksi dan kualitas nlmput Urochloa pullulai
yang ditanam tunggal dan campuran dengan beberapa jenis leguminosa lterba . Jurnal Rmic
Penelitian Ternak Grati 3(1) :31-36 .
BAHAR, S., D. BuLo, dan R . SALAM. 1993a. Pengaruh pertanaman campuran nlmput setaria dengan lima jen
leguminosa lterba terhadap produksi hijauan pakan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gov
2(2) :79-85 .
BAHAR, S., R. RACHMAN, D. BuLo, dan R. SALAm. 1993b. Produktivitas hijauan nlmput Brachiar
decunrbens cv Basilik yang ditanam ttmggal dan campuran dengan leguminosa lterba . Titi~
Agronomi . Buletin Penelitian Agronomi . Perhinipunan Agronomi hidonesia (PERAGI) . Komisari
Sulawesi Selatan . 5:47-50 .
BAHAR, S ., RAKHMAT, dan R. SALAM. 1994 . Penganlh pertanarnan campuran nmput digitaria dengan emp
jenis leguminosa lterba terhadap produksi hijauan pakan. Junial Ilmiah Perlelitiarr Ternak Gov
3(1) :45-48 .
BuLo, D., G. J. BLAIR, W. STUR, and A . R. TILL . 1994a. Yiel d and digestibility of forages in east Indonesia.
Legumes. AJAS 7(3) :325-334 .
BuLo, D., G. J. BLAIR, A. R. TILL, and W. STUB . 1994b. Yield and digestibility of forages in east Indonesi.
II. Grasses. AJAS 7(3) :335-342 .
FEBLES, G. and F. FuNEs. 1978 . Legume development in Cuba . Cuban J. Agric. Sci. 12 :111-124 .
MANIDOOL, C . 1974 . Quality of Forage Crops. Extension Bulletin . No . 44 . Food and Fertilizer Tecltnoloi
Center.
MoNzoTE, M. and M. GARCIA. 1983 . Association of tropical legumes with pangola grass (Digitan
decumbens Stent) . II . Evaluation under simulated grazing and restored pasture. Cuban J. Agric. Se
17 :101-110 .
SMITH, A. 1977 . The evaluation of tropical pasture species in the Transvaal . Proc. Grassld Soc. Sth. AJ
12 :29-31 .
SUSETYO, S. 1980 . Padang Penggembalaan. Fakultas Petentakan histitut Pertanian Bogor (tida
dipublikasikan) .