Anda di halaman 1dari 7

SeminarNasional Peternakan dan Vereriner 1998

PERTANAMAN CAMPURAN RUMPUT DAN LEGUM


UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS RIJAUAN

SYAmsuBAHAR, Cc-u+LmjAH, U. ABDuH, dan M . SAiuuBArrc

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa


P. O. Box 1285, Ujungpandang 90001

ABSTRAK
Tinjauan hasil-hasil penelitian mengenai pertanaman campuran rumput clan Icgurn
menunjukkan bahwa pertanaman campuran dapat meningkatkan produksi hijauan clan
menghasilkan kualitas hijauan yang lebih baik. Penggunaan pupuk anorganik seperti nitrogen clan
dapat dihemat dengan memanfaatkan legum sebagai sumber nitrogen . Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan legum untuk meningkatkan produksi tidak setinggi bila
menggunakan pupuk nitrogen, namun pengaruh legum bersifat jangka panjang karena secara
permanen telah tumbuh bersama rumput dan terus menerus memberikan sumbangan nitrogen
dengan kemampuannya mengikat nitrogen bebas dari udara. Pertanaman campuran juga
meningkatkan kapasitas tampung sebagai konsekuensi meningkatnya produksi hijauan .
Kata kunci : Pertanaman campuran, rumput, legum

PENDAHULUAN
Pertanaman campuran antara rumput dan legum adalah salah satu cara untuk meningkatkan
produksi dan kualitas hijauan . Rumput sebagai pakan utama ternak ruminansia dapat ditanam
secara tunggal, namun produksi dan kualitasnya rendah. Melihat kenyataan ini, produksi clan
kualitas hijauan dapat ditingkatkan antara lain dengan mengupayakan pertanaman campuran
rumput dan legum. Kemampuan legum dalam hal mengikat nitrogen bebas dari udara akan sangat
membantu pertumbuhan rumput, disamping legum sendiri memiliki nilai gizi yang tinggi
dibanding rumput .
Hal yang perlu diperhatikan dalam pertanaman campuran adalah adanya keserasian atau
kecocokan antara rumput dan legum yang ditanam bersama sehingga antara keduanya tidak saling
menekan pertumbuhan satu dengan lainnya . Memilih spesies rumput clan leglim untuk keserasian
tersebut tergantung dari sifat morfologis keduanya .
Hasil penelitian pertanaman campuran umumnya antara spesies nimput yang tumbuhnya
rendah tidak lebih dari satu meter dengan legum yang tumbuh merambat. Dalam bahasan ini akan
diuraikan beberapa hasil penelitian pertanaman campuran rumput dan legum dilihat dari segi
produksi hijauan, kapasitas tampung dan kualitasnya .

SPESIES RUMPUT DAN LEGUM PERTANAMAN CAMPURAN


Dalam hal pertanaman campuran rumput clan legum, perlu diperhatikan agar keduanya dapat
tumbuh bersama dan tidak saling menekan pertumbuhan satu dengan lainnya . Legum yang tumbuh
merambat, membelit dan memanjat tetap harus memperoleh ruang hidup yang sama dengan
rumput . SMrrH (1977) melaporkan bahwa rumput Panicum maximum cv Nanyuki cocok ditanam
bersama legum Glycine wightii cv Cooper clan rumput tersebut juga cocok dengan legum

852
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998

Macroptilium atropurpureum cv Siratro . Campuran rumput dan legum lainnya dilaporkan oleh
MONZOTE dan GARCIA (1983) bahwa untuk rumput Digitaria decumbens Stent (pangola grass)
yang terbaik campurannya dengan legum Neonotonia wightii atau dengan Demnodium intortum
dan jugx dengan Macroptilium atropurpureum .
Hasil penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan mengenai pertananran campuran antara
rumput dan legum menunjukkan bahwa rumput Panicum maximunt cv Riversdale, 5etaria sp cv
Splenda, Cenchrus ciliaris cv Molopo dan Urochloa pullulans cocok ditanam dengan legum
Macroptilium atropurpureum v Siratro (BAHAR et al., 1992a; 1993a; 1992b; 1992c), sedangkan
rumput Brachiaria decumbens cv Basilisk dan Digitaria milanjiana cocok ditanam dengan legum
Arachis sp ex Maiwa (BAHAR et al., 1993b; 1994). Pada padang penggembalaan dengan rumput
Panicum maximum menunjukkan ketahanan yang lebih tinggi pada leguni Glycine wightii dan
Macroptilium atropurpureum cv Sirxtro dibanding legum lainnya yang dicobakan (FEBLES dan
PADILLA, 1972 cit . FEBLEs dxn FUNES, 1978).

Legum Macroptilium atropurpureunt cv Siratro tamp,rknya nienriliki daya adaptasi dan


kemampuan untuk tumbuh bersaina rumput tanpa menekan pertumbulran ntniput . SMITH (1977)
melaporkan bahwa legum tersebut tunibulinya membelit dan menianjat pada runiput yang tumbuh
bersamanya . Hal ini kemungkinan leg-urn memperolelr ruang hidup yang sama dengan rumput .
Kelebihan lain dari legum tersebut nienunit MONZOTE dan GARCIA (1983) adalah kemampuannya
menghasilkan biji yang banytk . Hal llrl nlennlngkinkan terjadi regenerasi secara terus menerus
dari biji-biji yang jatuh, menyebar dan berkecambali untuk niengliasilkan tanaman baru.

PRODUKSI BAHAN KERING DAN KAPASITAS TAMPUNG


Produksi bahan kering pertanarnan campuran antara rurnput Panicum maximum cv Nanyuki
dengan legum Glycine wightii cv Cooper dan antara nrmput tersebut dengan leglun Macroptilium
atropurpureum cv Siratro menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding runiput yang sama tetapi
ditanam tunggal (Tabel 1). Namun lebih rendah dibanding hasil dari nunput yang ditanam tunggal
dan diberi nitrogen, Walaupun demikian Inenurut SMITH (1977) bahwa kedua leguni tersebut telah
memberi kontribusi terhadap peningkatan produksi bahan kering sehingga dapat menghemat
pupuk nitrogen.

Tabel 1. Produksi bahan kering hijauan


Rumput/Legum Bahan kering (kg/lia) Rata-rata
Th.1 71711.11 T1 .1H
Panicum maximum
cv Nanyuki
ditanam tunggal
tanpa legum 2.841 4.936 961 2.913
+ Glicine wightii cv Cooper 3.123 5.306 929 3.120
+Macroptilium atropurpureum cv Siratro 4.382 5.523 1 .410 3.771
+ pupuk nitrogen 150 kgN/ha 7.905 5.603 1 .913 5.107
Sumber : SWTH, 1977

Untuk menghitung kapasitas tampung dapat dilakukan berdasarkan produksi total bahan
kering dibagi kebutuhan ternak selama setahun . Hanya saja dengan cara ini masih terdapat bias
yang cukup besar. Untuk itu metode penghitungan kapasitas tampung diusahakan memiliki bias
yang sekecil mungkin dengan mempertimbangkan berbagai faktor.

853
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998

Metode penghitungan kapasitas tampung berikut ini didasarkan pada rata-rata produksi
bahan kering dengan mempertimbangkan PUF (proper use factor) . Penentuan PUF menurut HALLS
et al. (1964) cit . (1980) ballwa ukuran PUF disesuaikan keadaan setempat seperti tanda
SUSETYO

tanda erosi dan keadaan topografi. Makin banyak tanda-tanda erosi dan kemiringan lereng maka
makin kecil PUF .
Untuk menghitung kapasitas tampung maka diperkirakan kebutuhan bahan kering ternak .
Menurut WILLIAMSON dan PAYNE (1968) cit. SUSETYO (1980) bahwa kebutuhan bahan kering
seekor sapi dewasa dalam sehari adalah 6,29 kg dengan standar bobot badan rata-rata 300 kg.
Berdasarkan hal ini dapat dihitung kebutuhan luas tanah untuk seekor sapi selama sebulan (30
hari)
6,29 x 30
ha/ekor/bulan
Rata-rata produksi bahan kering per hektar x PUF
Selanjutnya untuk menentukan kebutuhan luas tanah dalam setahun yaitu nilai dari
perhitungan tersebut di atas dikalikan dengan nilai "y" (jumlah satuan luas tanah terkecil yang
dibutuhkan seekor sapi). Penentuan nilai "y" menurut VOISIN (1959) cit . (1980) sebagai
SUSETYO

berikut
(y -1)s=r
y : jumlah satuan luas tanah (paddock) terkecil yang dibutuhkan seekor sapi
s : periode merumput (stay) pada setiap satuan ternak
r : periode istirahat (rest) yang dibutuhkan agar hijauan tidak direnggut sapi untuk menjaga
pertumbuhan kembali (regrowth), priode ini dapat diidentikkan dengan interval
pemotongan
Dengan mengambil contoh dari Tabel 2, yakni rata-rata produksi ballan kering pertanaman
campuran rumput Panicum maximum cv Riversdale dengan legtun Macroptilium atropurpureum cv
Siratro sebesar 4,62 t/ha atau 4620 kg/ha maka dapat dihitung kapasitas tampungnya dengan
perkiraan PUF sebesar 45% .
Tabel 2. Produksi bahan kering hijauan
Bahan kering (Oia)
Rumput/Legum Total dalam setahun Rata-rata dari 5 kali pemotongan
Panicum maximum ~~

cv Riversdale
ditanam tunggal tanpa legiun 12,58 2,52
+Macroptilium atropurpureumt cv Siratro 23,11 4,62
+ Centrosema pubescens 16,27 3,25
+ Centrosema plumieri 20,15 4,03
+ Neonotonia wightii cv Tinaroo 15,96 3,19
+ Clitoria ternatea 15,97 3,19
Setaria SP 2)
cv Splenda ditanam tunggal tanpa legum 10,08 2,02
+Macroptilium atropurpureum cv Siratro 28,43 5,69
+ Centrosema pubescens 20,13 4,03
+ Centrosema plumieri 20,72 4,15
+ Neonotonia wightii cv Tinaroo 18,62 3,72
+ Clitoria ternatea 20,18 4,04
Sumber : 1) BAHAR et al., 1992a, 2) BAHAR et al., 1993a

854
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998

Kebutuhan luas tanah untuk seekor sapi dalam sebulan


6,29 x 30 189
0,09 ha/ekor/bulan
4620 x 45 % 2079
Bila periode merumput (stay) 30 hari dan periode istiraliat (rest) 73 hari (pemotongan
dilapokan 5 kali dalam setahun sehingga interval pemotongan rata-rata 73 hari) maka nilai "y"
dapat dihitung
(y-1)30 = 73
30 y - 30 = 73
30y = 73+30
y = 103/30
y = 3,4
Berdasarkan kebutuhan luas tanah selama sebulan dan berdasarkan nilai "y" maka diperoleh
kebutuhan luas tanah selama setahun adalah
3,4 x 0,09 = 0,31 ha/ekor/tahun (3,2 ekor/ha/tahun)
Dibandingkan dengan pertanaman tunggal rumput Panicum nraximum cv Riversdale maka
melalui perhitungan yang sama dengan data dari Tabel 2, diperoleh kapasitas tampungnya sebesar
0,58 ha/ekor/tahun (1,7 ekor/ha/tahun) . Sedangkan kapasitas tampung pertanaman campuran
lainnya yaitu antara rumput Panicum maximum cv Riversdale dengan legum Centrosema
pubescens sebesar 0,44 ha/ekor/tahun (2,3 ekor/ha/tahun) ; dengan legum Centrosema plumieri
sebesar 0,34 ha/ekor/tahun (2,9 ekor/ha/tahun) ; dengan legum Neonotonia wighth cv Tinaroo
sebesar 0,45 ha/ekor/tahun (2,2 ekor/ha/tahun) ; dengan legum C:litoria ternatea sebesar 0,45
ha/ekor/tahun (2,2 ekor/ha/tahun) .

KUALITAS HIJAUAN
Peranan legum yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dapat membantu
menyuburkan tanah, selain itu bila ditanam bersama rumput akan meningkatkan gizi hijauan .
Menurut SMITH (1977) bahwa bila dibandingkan dengan pertanaman tunggal maka pada
pertanaman campuran dapat meningkatkan kandungan protein sebagaimana ditunjukkan pada
campuran antara rumput Panicum maximum cv Nanyuki dengan legum Glicine wightii cv Cooper
dan legum Macroptilium atropurpureum cv Siratro (Tabel 3). Bila dibandingkan dengan rumput
yang ditanam tunggal dan diberi nitrogen, tampak kandungan proteinnya lebih tinggi .
Oleh karena peranan legum yang dapat meningkatkan kualitas hijauan maka menurut
FERNANDO (1961) cit . Manidool (1974) bahwa spesies rumput yang kandungan proteinnya rendah
dapat diupaykan agar lebih tinggi melalui pertanaman campuran dengan legum. Selanjutnya
dilaporkan bahwa runlput Brachiaria decumbens yang ditanam tunggal mengandung protein yang
rendah tetapi bila ditanam dengan legum Alysicarpus sp atau dengan Centroseina sp maka protein
hijauan dapat ditingkatkan (Tabel 3).
Informasi mengenai kecernaan bahan kering hijauan dari pertanaman campuran masih
sangat terbatas. Namun kecernaan bahan kering per individu spesies baik legum maupun rumput
telah dilaporkan oleh Bul,o et al. (1994a; 1994b) sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Kecernaan
bahan kering tersebut ditentukan berdasarkan metode kantong nilon dengan menggunakan
kambing fistula dan masa inkubasi selama 48 jam.

855
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998

Tabel 3. Kandungan protein kasar hijauan


Rumput/Legum Protein kasar (t/ha)
Th .I Th .II Th.M
Panicum maximum t)
cv Nanyuki ditanam tunggal tanpa legum 193 317 59
+ Glicine wightii ev Cooper 372 667 113
+Macroptilium atropurpureum cv Siratro 577 733 166
+ pupuk nitrogen 150 kg N/ha 924 485 166
Protein kasar (% bahan kering)
Peniotongan
I II III
2)
Brachiaria sp
ditanam tunggal 5,42 5,26 3,74
+Alysicarpus sp 9,82 8,36 6,44
+Centrosema sp 11,54 11,49 7,37
Sumber : 1) SMITH, 1977
2) FERNANDo, 1961 cit. MANIDOOL, 1974

Tabel 4. Kandungan protein kasar hijauan


Rumput/Legum Protein kasar (t/ha)
Musim kemarau Musim Inijan
Digitaria decumbens t)
(pangola grass)
ditanam twlggal tanpa legum 65 468
+ Neonotonia wightii 392 592
+Macroptilium atropurpureum 141 556
+ Centrosema pubescens 109 590
+Desmodium intortum 346 407
+ Stylosanthes guianensis 120 380
Protein kasar (% bahan kering)
komponen
Rumput Legum
2)
Cenchrus ciliaris
cv Molopo ditanam tunggal 12 -
+ Macroptilium atropurpureum cv 12,9 9,8
Siratro
+ Centrosenta pubescens 15,2 15,2
+ Centrosenta plumieri 18,5 12,5
+Neonotonia wightiicv Tinaroo 16,3 11,9
+ Clitoria teniatea 20,8 16,3
Sumber : 1) MONZOTE dan GARciA, 1983
2) BAHAR et al ., 1992b

85 6
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998

Kecernaan bahan kering legum (Tabel 5) menunjukkan bahwa pada unlur tanaman 14 hari
kecernaan bahan keringnya berkisar antara 66,2 % (Desmodium heterophyllum) sampai 77,2
(Arachis sp) . Sementara itu pada umur tanaman 56 hari terjadi penurunan berkisar antara 55,8
(Desmodium trijlorum) sampai 71,0 % (Arachis sp) . Adapun kecernaan bahan kering pada masing-
masing spesies rumput juga bervariasi dan terjadi penurunan dari umur tanaman 14 hari ke 56
hari .

Tabel 5. Kecernaan bahan kering hijauan


Kecemaan (%)
Spesies Umur tanaman
14 hari 56 hari
Legum '1
Desmodium heterophyllum 66,2 59,6
Desmodium trijlorunt 69,5 55,8
Arachis sp 77,2 71,0
Clitoria tematea 68,6 59,0
Macroptilium atroputpureunt cv Siratro 68,2 59,5
Neonotonia wighth cv Tinaroo 70,4 61,0
Centrosemapubescens cv Centro 68,5 60,4
Centrosema plunden 66,4 58,5
RUM,),,t 2)
Brachiaria decumbens cv Basilisk 62,3 54,8
Panicum maximunt cv Riversdale 65,3 58,9
Urochloa pullulans 66,3 56,2
Imperata cylindrica 52,6 45,1
Digitaria ndlanjiana 63,5 55,8
Cenchrus ciliaris cv Molopo 61,3 55,0
Heteropogon contortus 58,3 49,1
Setaria sphacelata cv Splenda 65,1 55,3
Simber : 1) BULO et al., 1994a
2) BULO et al., 1994b

KESIMPULAN
Untuk meningkatkan produksi hijauan dapat ditempuh nlelalui pertanaman campuran rumput
dan legum .
2. Dengan meningkatnya produksi hijauan maka kapasitas tanlpung juga akan lebih tinggi .
3. Kandungan protein kasar hijauan akan lebill tinggi bila dilakukan pertanaman campuran.
4. Kecernaan bahan kering legunl dan nlmput menunln seiring dengan bertambahnya umur
tanaman .
DAFTAR PUSTAKA
BAHAR, S., A. ELLA, R. RAcHMAN, dan D. BuLo. 1992a . Penganih pertanaman campuran nlmput benggala
dengan lima jenis leguminosa herba terhadap produksi hijauan . Jumal Ilmiah Penelitian Temak
Gowa 1(1):1-7.

857
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998

BAHAR, S., R. RACHMAN, D. BULo, dan R. SALAMI . 1992b. Penganih pertanaman campuran nunput Cenchr
ciliaris
cv Molopo dengan lima jenis leguminosa herba terhadap produksi dan kualitas hijauan paka
Dalam : A. PRABowo, D. BuLo, A. TIKUPADANG, S. BAHAR, M. WINUGROHO, dan R. SALAM (Ed
Proceedings Pertemuan Pengolalian dan Komunikasi Hasil Penelitian Peternakan di Sulawesi Selati
Ujung Pandang 4 Maret 1992 . Sub Balai Penelitian Ternak Gowa . Badan Penelitian CL
Pengembangan Pertanian . Hal. 47-55.

BAHAR, S., R. RACHMAN, D. BuLo, dan R. SALAM. 1992c . Produksi dan kualitas nlmput Urochloa pullulai
yang ditanam tunggal dan campuran dengan beberapa jenis leguminosa lterba . Jurnal Rmic
Penelitian Ternak Grati 3(1) :31-36 .
BAHAR, S., D. BuLo, dan R . SALAM. 1993a. Pengaruh pertanaman campuran nlmput setaria dengan lima jen
leguminosa lterba terhadap produksi hijauan pakan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gov
2(2) :79-85 .

BAHAR, S., R. RACHMAN, D. BuLo, dan R. SALAm. 1993b. Produktivitas hijauan nlmput Brachiar
decunrbens cv Basilik yang ditanam ttmggal dan campuran dengan leguminosa lterba . Titi~
Agronomi . Buletin Penelitian Agronomi . Perhinipunan Agronomi hidonesia (PERAGI) . Komisari
Sulawesi Selatan . 5:47-50 .

BAHAR, S ., RAKHMAT, dan R. SALAM. 1994 . Penganlh pertanarnan campuran nmput digitaria dengan emp
jenis leguminosa lterba terhadap produksi hijauan pakan. Junial Ilmiah Perlelitiarr Ternak Gov
3(1) :45-48 .

BuLo, D., G. J. BLAIR, W. STUR, and A . R. TILL . 1994a. Yiel d and digestibility of forages in east Indonesia.
Legumes. AJAS 7(3) :325-334 .

BuLo, D., G. J. BLAIR, A. R. TILL, and W. STUB . 1994b. Yield and digestibility of forages in east Indonesi.
II. Grasses. AJAS 7(3) :335-342 .

FEBLES, G. and F. FuNEs. 1978 . Legume development in Cuba . Cuban J. Agric. Sci. 12 :111-124 .

MANIDOOL, C . 1974 . Quality of Forage Crops. Extension Bulletin . No . 44 . Food and Fertilizer Tecltnoloi
Center.

MoNzoTE, M. and M. GARCIA. 1983 . Association of tropical legumes with pangola grass (Digitan
decumbens Stent) . II . Evaluation under simulated grazing and restored pasture. Cuban J. Agric. Se
17 :101-110 .

SMITH, A. 1977 . The evaluation of tropical pasture species in the Transvaal . Proc. Grassld Soc. Sth. AJ
12 :29-31 .

SUSETYO, S. 1980 . Padang Penggembalaan. Fakultas Petentakan histitut Pertanian Bogor (tida
dipublikasikan) .

Anda mungkin juga menyukai