Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Galung Tropika, September 2012, hlmn.

15-23

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


JAGUNG (ZEA MAYS. L) YANG DITUMPANGSARIKAN
DENGAN UBI KAYU (MANIHOT ESCULANTA)
PADA WAKTU TANAM YANG BERBEDA
Muh. Akhsan Akib
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Parepare

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah (I) Mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman jagung
sebagai tanaman tumpangsari dengan waktu tanam yang berbeda pada lahan pertanaman
ubi kayu, (II) Mengetahui tingkat produksi tanaman jagung sebagai tanaman tumpangsari
dengan waktu tanam yang berbeda pada lahan pertanaman ubi kayu (III) Mengatahui
waktu tanam tanaman tumpangsari yang dapat memberikan alternatif yang lebih baik
sebagai penyangga produksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 7 perlakuan yaitu
jagung ditanam lebih awal 5 hari dari ubi kayu (W1), jagung ditanam lebih awal 10 hari
dari ubi kayu.(W2), jagung ditanam lebih awal 15 hari dari ubi kayu (W3), jagung di tanam
bersamaan dengan ubi kayu / kontrol (W4), jagung ditanam lebih lambat 5 hari dari ubi
kayu (W5), jagung ditanam lebih lambat 10 hari dari ubi kayu (W6), jagung ditanam lebih
lambat 15 hari dari ubi kayu (W7). Komponen yang diamati adalah komponen
pertumbuhan dan komponen produksi. Hasil percobaan yang dilakukan dengan waktu
tanamam jagung yang berbeda di simpulkan: (I) Pertumbuhan jagung yang baik di peroleh
pada tanaman jagung yang ditanam lebih awal dari ubi kayu. (II) Produksi jagung yang
tinggi di peroleh pada waktu tanam tanamam jagung yang di tanam lebih awal dari ubi
kayu. (III) Waktu tanam jagung yang dapat menjadi alternatil sebagai penyangga produksi
adalah waktu tanam jagung yang di tanam lebih awal 5 hari dari ubi kayu.
Kata Kunci : Jagung; ubi kayu; tumpangsari; waktu tanam

PENDAHULUAN Beets (1982) menyatakan bahwa


alasan utama diterapkannya sistem
Komoditas jagung (Zea mays. L) bercocok tanam ganda yang juga
saat ini menjadi salah satu komoditas yang merupakan keuntungannya adalah
sangat strategis. Kebutuhan jagung memanfaatkan faktor lingkungan dengan
domestik meningkat sebesar 10 15 efisien (air, unsur hara dan cahaya)
persen per tahun. Produksi jagung pada (Suryatna, 1976), menghindari resiko
tahun 2007 mencapai 13.287.000 ton kegagalan panen akibat serangan hama dan
sedangkan kebutuhan mencapai penyakit, melindungi tanah dari tekanan
17.194.000 ton, dan pada tahun 2008 air hujan sehingga erosi diperkecil,
kebutuhan jagung meningkat menjadi penyediaan bahan pangan lebih teratur
18.627.000 ton sedangkan produksi hanya (adanya jenis tanaman yang lebih dari
mencapai 14.854.000 ton pada tahun yans satu), pengolahan tanah dapat dikurangi
sama. Sehingga untuk memenuhi (diterapkan minimum tillage) (Gomez dan
kebutuhan dalam negeri, indonesia tetap Gomez ,1983 dalam Samosir 2000),
melakukan import jagung. produksi yang diperoleh beraneka ragam,
16 Muh. Akhsan Akib

dengan barisan tanaman yang teratur maka diantara tanaman kelapa akan menaikkan
penyiangan, pemupukan dan hasil kelapa sekitar 13 - 23 %. Hasil
penyemprotan hama penyakit serta serupa yang dilakukan oleh Ida et al.,
aktivitas lainnya lebih teratur (Tahir dan (1997) pada pola tanam tanaman sela
Hadmadi, 1985), memperbaiki pendauran menunjukkan bahwa dengan penanaman
hara, mengembangkan sistem pertanian jagung diantara tanaman pokok kelapa
berkelanjutan dengan input rendah cenderung meningkatkan hasil tanaman
(Samosir, 2000). pokok dibandingkan tanaman monokultur.
Kendala ekologi utama dalam Meningkatnya tanaman pokok ini karena
pemanfaatan lahan dengan pola adanya pengolahan tanah dan pemupukan
tumpangsari (tanaman sela) khususnya secara periodik di antara tanaman kelapa
pada tanaman yang mempunyai kebutuhan yang menyebabkan aerasi tanah bertambah
faktor lingkungan (cahaya) yang sama baik serta mineralisasi nitrogen dalam
adalah dapat terjadinya interaksi intra- tanah meningkat (Margate,1978).
species. Pengujian dua varietas ubi kayu Tanaman jagung dan ubi kayu
(manihot utilissima Pohl) pada dua merupakan tanaman yang mempunyai laju
kepadatan populasi tanaman yang berbeda fotosintesis yang tinggi, tidak cahaya
dalam pola tanam tumpangsari dengan untuk fotosinteis sekalipun dalam cahaya
jagung, oleh Erwin Yuliadi (1999), matahari penuh, tidak terjadi fotorespirasi
menyimpulkan bahwa bobot pipilan kering dan memiliki enzim (PEP karboksilase)
biji sebagai tanaman sela tidak yang mempunyai daya afinitas terhadap
memberikan alternatif yang lebih baik CO2 yang tinggi (Gardner et al, 1985).
sebagai penyangga produksi lahan kerena Interaksi intra-species di
pertumbuhan dan perkembangan terhambat pertanaman ubi kayu dapat menjadi faktor
karena iklim. pembatas bagi pertumbuhan tanaman sela,
Kompetisi merupakan peristiwa oleh karena itu pengaturan waktu tanam
yang sangat umum terjadi dalam tanaman sela sangat penting, untuk
kehidupan sehari-hari dan sudah disadari mengoptimalkan penggunaan faktor
sejak lama sebagai faktor penting dalam lingkungan yang tersedia secara merata
kehidupan (Odum, 1998; Riyanto et al, agar tidak terjadi interaksi khususnya intra-
1985). Braakhekke (1980 dalam Sitompul species.
dan Guritno, 1995) membatasi kompetisi Tujuan penelitan (1) Mengetahui
sebagai suatu proses partisi sumberdaya tingkat pertumbuhan tanaman jagung
lingkungan yang terdapat dalam keadaan sebagai tanaman tumpangsari dengan
kurang yang disebabkan oleh kebutuhan waktu tanam yang berbeda pada lahan
serentak dari individu-individu tanaman pertanaman ubi kayu, (2) Mengetahui
yang dapat membawa kepada pengurangan tingkat produksi tanaman jagung sebagai
tingkat pertumbuhan dan kapasitas tanaman tumpangsari dengan waktu tanam
reproduksinya. yang berbeda pada lahan pertanaman ubi
Hasil penelitian di P.C.A. Davao kayu (3) Mengatahui waktu tanam
Research Center di Philipina menunjukkan tanaman tumpangsari yang dapat
bahwa dengan pola tanam tanaman sela
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays. L) yang Ditumpangsarikan dengan Ubi Kayu 17
(Manihot esculanta) pada Waktu Tanam yang Berbeda

memberikan alternatif yang lebih baik 7. Jagung ditanam lebih lambat 15 hari
sebagai penyangga produksi. dari ubi kayu (W7)
Manfaat hasil penelitian (1) Hasil Data hasil pengamatan dianalisis
penelitian ini sebagai sumbangan ilmiah, dengan menggunakan analisis varians
perihal tanaman tumpangsari dan waktu (sidik ragam) berdasarkan Rancangan
tanam sebagai landasan untuk Acak Kelompok, hasil analisis ragam
pengembangan tanaman sela di antara (sidik ragam) yang berpengaruh nyata diuji
tanaman ubi kayu. (2) Sumbangan dengan menggunakan Uji Beda Nyata
informasi kepada petani plasma dalam Jujur (BNJ) (Gomez dan Gomez, 1984).
memanfaatkan lahan kosong diantara
tanaman ubi kayu sebelum tanaman ubi HASIL DAN PEMBAHASAN
kayu belum berproduksi. (3)
Tinggi tanaman, merupakan ukuran
Meningkatkan pendapatan para petani
tanaman yang sering diamati baik sebagai
plasma dengan penerapan teknologi pola
indikator pertumbuhan maupun sebagai
tanam tanaman sela.
parameter yang digunakan untuk
BAHAN DAN METODE mengukur pengaruh lingkungan atau
perlakuan yang diterapkan. Sebagai
Percobaan ini dilaksanakan di Kab. parameter pengukur pengaruh lingkungan,
Sidrap, Kec. Panca rijang, Desa Bulo. tinggi tanaman sensitif terhadap faktor
Lokasi tersebut merupakan salah satu lingkungan seperti cahaya dan air .
daerah pengembangan dan daerah Tanaman yang mengalami kekurangan
percontohan pertanaman ubi kayu cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman
tumpangsari jagung oleh PT. Yagrobitama yang mendapat cahaya cukup (Sitompul
Sulawesi Selatan. dan Guritno, 1995).
Penelitian ini dilaksanakan dalam Analisis ragam tinggi tanaman
bentuk percobaan dengan menggunakan pada berbagai waktu tanam jagung
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang memperlihatkan bahwa perbedaan waktu
terdiri dari 7 perlakuan dengan 3 ulangan. tanam jagung berpegaruh nyata terhadap
Perlakuan yang dicobakan adalah: tinggi tanaman jagung dan ubi kayu.
1. Jagung ditanam lebih awal 5 hari dari Hasil uji BNJ pada tabel 1 terlihat
ubi kayu (W1) bahwa waktu tanam jagung yang lebih
2. Jagung ditanam lebih awal 10 hari dari awal 5 hari dari ubi kayu (W.1)
ubi kayu.(W2) menghasilkan rata-rata tinggi tanaman
3. Jagung ditanam lebih awal 15 hari dari tertinggi (140,9 cm) dan tidak berbeda
ubi kayu (W3) nyata dengan waktu tanamam jagung yang
4. Jagung di tanam bersamaan dengan ubi lebih awal 10 hari (W.2), 15 hari (w.3) dan
kayu / kontrol (W4) waktu tanam yang bersamaan jagung dan
5. Jagung ditanam lebih lambat 5 hari ubi kayu /kontrol (W4) , tetapi berbeda
dari ubi kayu (W5) nyata dengan semua waktu tanam jagung
6. Jagung ditanam lebih lambat 10 hari yang lebih lambat dari ubi kayu.
dari ubi kayu (W6)
18 Muh. Akhsan Akib

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman jagung (cm) dan ubi kayu (cm) pada berbagai
waktu tanam jagung.
Rata-rata Rata-rata tinggi
Waktu Tanam Tinggi tanaman Waktu tanamam tanaman ubi
jagung kayu
a
W.1 140.9 W.5 39.6 a
W.4 136.5a W.6 34.3 ab
W.2 130.7ab W.7 32.2 ab
W.3 123.3ab W.4 30.5 ab
W.6 101.4bc W.3 22.9 b
W.5 91.4cd W.1 22.8 b
W.7 65.6d W.2 21.8 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom (a, b,
c, d, e, f, g) tidak berbeda nyata pada uji BNJ = 0,05

Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa lain dari tanaman dengan sumbangan yang
waktu tanam jagung yang lebih lambat 5 dapat berarti pada saat tertentu seperti
hari dari ubi kayu (W.5) menghasilkan fotosintesis dari klobot saat awal pengisian
rata-rata tinggi tanaman ubi kayu tertinggi biji pada jagung dan dari kulit polong pada
(39,6 cm) dan tidak berbeda nyata dengan tanaman kacang-kacangan, batang ubi
waktu tanamam jagung yang lebih lambatl kayu yang masih muda. Daun secara
10 hari (W.6), 15 hari (W.7) dan waktu umum dipandang sebagai organ produsen
tanam yang bersamaan jagung dan ubi fotosintat utama, maka pengamatan daun
kayu / kontrol (w.4), tetapi berbeda nyata sangat diperlukan selain sebagai indikator
dengan semua waktu tanam jagung yang pertumbuhan juga sebagai data penunjang
lebih awal dari ubi kayu. Tanaman untuk menjelaskan proses pertumbuhan
jagung yang di tanam lebih awal dari ubi yang terjadi seperti pada penbentukan
kayu akan memberikan kesempatan biomassa tanaman (Sitompul dan Guritno,
kepada jagung untuk memanfaatkan 1995).
cahaya dan air sesuai dengan Analisis varians (ANOVA) jumlah
kebutuhannya, sebelum ubi kayu ditanam daun, pada perlakuan waktu tanam jagung
yang dapat menimbulkan interaksi antar yang berbeda, memperlihatkan bahwa
species. Weaver dan Clements (1978), perbedaan waktu tanam berpegaruh nyata
mengemukakan bahwa telah diketahui terhadap jumlah daun, baik pada tanaman
tanaman membutuhkan cahaya, air, unsur jagung maupun pada tanaman ubi kayu
hara, oksigen dan karbon dioksida untuk Rata-rata jumlah daun tanaman
pertumbuhannya, interaksi tanaman dalam jagung pada Tabel 2 memperlihatkan
bentuk persaingan terjadi jika faktor bahwa tanaman jagung yang ditanam lebih
tumbuh tersebut berada dalam jumlah yang awal 5 hari dari ubi kayu (W.1)
lebih sedikit dari pada yang dibutuhkan menghasilkan rata-rata jumlah daun jagung
tanaman. terbanyak (9,7 helah) dan berbeda dengan
Jumlah daun, sekalipun proses perlakuan waktu tanam jagung yang lebih
fotosintesis dapat berlangsung pada bagian
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays. L) yang Ditumpangsarikan dengan Ubi Kayu 19
(Manihot esculanta) pada Waktu Tanam yang Berbeda

lambat 5 hari dari ubi kayu (w.5), dan tanaman ubi kayu terbanyak (22,7 helah)
tidak berbeda dengan perlakuan lainnya. dan berbeda nyata dengan perlakuan waktu
Tabel 2 juga memperlihatkan tanam jagung yang lebih awal 5 hari
bahwa tanaman jagung yang ditanam lebih (W.1), 10 hari (W.2), dan 15 hari (W.3)
lambat 5 hari dari ubi kayu (W.5) dari ubi kayu, dan tidak berbeda dengan
menghasilkan rata-rata jumlah daun perlakuan lainnya.

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman jagung (helai) dan ubi kayu (helai) pada
berbagai waktu tanam jagung.
Rata-rata
Rata-rata jumlah
Jumlah daun
Waktu Tanam daun tanaman Waktu tanamam
tanaman ubi
jagung
kayu
a
W.1 9.7 W.5 22.7 a
a
W.2 9.3 W.6 20.0a
W.3 9.3a W.7 18.7ab
W.4 9.0a W.4 18.7ab
W.6 8.3ab W.2 12.7b
W.7 8.3ab W.1 12.3b
W.5 7.3b W.3 12.3b
Keterangan : Angka-akngka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom (a, b,
c, d, e, f, g) tidak berbeda nyata pada uji BNJ = 0,05

Ukuran daun. Perbedaan waktu (9,7 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan
tanam jagung dengan ubi kayu pada waktu tanam jagung yang ditanam lebih
teknologi pola tanam tumpangsari awal 10 hari (W.2), 15 hari (W.3) dan
berdasarkan analisis ragam memberikan bersamaan waktu tanam jagung dan ubi
pegaruh yang nyata terhadap panjang dan kayu (W.4), dan berbeda nyata dengan
lebar daun tanaman jagung serta panjang semua waktu tanam jagung yang lebih
tangkai daun pada tanaman ubi kayu. lambat dari ubi kayu.
Hasil uji BNJ pada Tabel.3 terlihat Paramemeter panjang tangkai daun
bahwa tanaman jagung yang ditanam lebih dalam Tabel 3, diperlihatkan bahwa
awal 5 hari dari ubi kayu (W1) tanaman jagung yang ditanam lebih lambat
menghasilkan rata-rata panjang daun 5 hari dari ubi kayu (W.5) menghasilkan
terpanjang (81,5 cm) dan berbeda dengan rata-rata panjang tangkai daun tanaman ubi
nyata dengan waktu penanaman jagung kayu terpanjang (25,1 cm) tetapi tidak
yang lebih lambat 15 hari dari ubi kayu berbeda nyata dengan waktu tanam jagung
(W.7), tetapi tidak berbeda nyata dengan yang ditanam lebih lambat 10 hari (W.6),
perlakuan waktu tanam lainnya. 15 hari (W.7) dan bersamaan waktu tanam
Pada Tabel 3 juga memperlihatkan jagung dan ubi kayu (W.4). Dan berbeda
bahwa tanaman jagung yang ditanam lebih nyata dengan semua waktu tanam jagung
awal 5 hari dari ubi kayu (W.1) yang ditanam lebih awal dari ubi kayu.
menghasilkan rata-rata lebar daun terlebar
20 Muh. Akhsan Akib

Tabel 3. Rata-rata panjang (cm), lebar daun (cm) tanaman jagung dan pangjang
tangkai daun tanaman ubi kayu pada berbagai waktu tanam jagung.
Rata-rata Rata-rata
Rata-rata
panjang Waktu panjang
Waktu Waktu lebar daun
daun Tanam daun
Tanam tanam tanaman
tanaman tanaman
jagung
jagung ubi kayu
a a
W.1 81.5 W.1 9.7 W.5 25.1a
W.2 81.0a W.2 9.7a W.7 25.0a
W.4 80.8a W.4 9.6a W.6 20.0ab
W.3 80.2a W.3 9.3a W.4 16.7ab
W.5 69.8a W.6 8.2ab W.3 16.2ab
W.6 69.6ab W.5 7.3b W.2 15.6b
W.7 47.3b W.7 6.6b W.1 13.1b
Keterangan : Angka-akngka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom (a, b,
c, d, e, f, g) tidak berbeda nyata pada uji BNJ = 0,05

Rata-rata panjang dan lebar daun tropik yang di tanam di Meksiko pada suhu
tanaman jagung yang kecil, pada waktu rata-rata 27oC, satu daun berkembang
tanam jagung yang lebih lambat dari ubi setiap 2,4 hari, sedangkan pada suhu 15oC
kayu diduga karena terjadi kekurangan air tenggang waktu antara tiap daun adalah 5,9
yang berfungsi sebagai pelarut sehingga hari. CYMMYT (dalam Goldsworthy dan
tanaman mengalami kesulitan dalam Fisher, 1992), bahwa perkembangan satu
menyerap unsur hara, dan rendahnya daun jagung tropik memerlukan 40 satuan
intensitas cahaya akibat naungan dari ubi. HDP (hari derajat pertumbuhan).
kayu yang akan mempengaruhi laju Menurut Salisbury dan Ross, 1995;
fotosintesis pada tanaman jagung. Yoshida dan Parao, 1976 dalam Haris,
Humphries dan Wheeler (1963 1999, bahwa cekaman cahaya akan
dalam Gardner et al, 1985) jumlah dan mengganggu keserasian antara sumber
ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan (source) dan tempat penyimpanan dan
lingkungan. Hal ini diduga karena pemakai (sink). Pertumbuhan dari organ
tanaman yang di tanam lebih awal baik penyimpan dipengaruhi oleh faktor
pada jagung maupun ubi kayu, akan lingkungan dan faktor genetik. Faktor ini
memperoleh air yang cukup dan didukung secara langsung akan mempengaruhi laju
dengan tingginya intensitas radiasi surya fotosintesis. Hal ini sebagai akibat
yang menyebabkan laju fotosintesis yang menutupnya stomata, meningkatnya
lebih tinggi, yang secara proporsional akan resistensi mesofil yang akhirnya
menghasilkan asimilat yang lebih banyak memperkecil fotosintesis.
untuk membentuk organ-organ vegetatif
tanaman, dibanding dengan waktu tanam Bobot biji. Ukuran biji bergantung
jagung yang lebih lambat dari ubi kayu. pada faktor-faktor yang mengendalikan
Goldsworthy dan Fisher (1992), penyediaan asimilat untuk pengisian biji
mengemukakan bahwa sejumlah genotipe (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Tallenaar
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays. L) yang Ditumpangsarikan dengan Ubi Kayu 21
(Manihot esculanta) pada Waktu Tanam yang Berbeda

(1977 dalam Goldsworthy dan Fisher besar terhadap hasil biji bila tanaman di
1992) menyimpulkan bahwa jumlah naungi dekat sebelum pembungaan.
penyinaran yang disekap oleh suatu Analisis bobot biji pertanaman dan
tanaman selama pembungaan merupakan perhektar pada perlakuan waktu tanam
faktor utama yang menentukan hasil biji. jagung yang berbeda dengan ubi kayu,
Sedangkan Goldsworthy dan Fisher (1992) memperlihatkan bahwa perbedaan waktu
mengemukakan bahwa lebih sedikit tanam berpegaruh nyata terhadap bobot
cahaya menyebabkan laju asimilat lebih biji pertanaman maupun perhektar.
lambat, mempunyai pengaruh yang paling

Tabel 4. Rata-rata bobot biji pertanaman (g.tan-1) dan bobot biji per hektar
(ton.ha-1) pada berbagai waktu tanam jagung.
Rata-rata Rata-rata
Waktu Tanam bobot biji Waktu tanamam bobot biji
pertanaman tanaman per ha
a
W1 168.6 W1 21.08a
W2 168.1a W2 21.02a
W3 167.1a W3 20.88a
W4 165.9a W4 20.74a
W5 131.8b W5 16.48b
W6 95.8c W6 11.98c
W7 83.0c W7 10.39c
Keterangan : Angka-akngka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom (a, b,
c, d, e, f, g) tidak berbeda nyata pada uji BNJ = 0,05

Hasil uji BNJ pada Tabel.4 terlihat faktor genetik. Faktor ini secara langsung
bahwa tanaman jagung yang ditanam lebih akan mempengaruhi laju fotosintesis. Hal
awal baik 5 hari (W1), 10 hari (W2), 15 ini sebagai akibat menutupnya stomata,
hari (W3), dan bersamaan dengan dari ubi meningkatnya resistensi mesofil yang
kayu (W4) menghasilkan rata-rata bobot akhirnya memperkecil fotosintesis
biji pertanaman dan per hektar tertinggi (Salisbury dan Ross, 1995; Yoshida dan
dan berbeda dengan nyata dengan waktu Parao, 1976 dalam Haris, 1999).
penanaman jagung yang lebih lambat 5 Hebert et al (2001), melakukan
hari (W5), 10 hari (W6), dan 15 hari dari penelitian dengan perlakuan menggunakan
ubi kayu (W.7). hal ini di duga karena simulasi naungan (paranet yang
tanaman jagung yang di tanam lebih awal meneruskan 31% radiasi 400 700 nm, 29
memperoleh air yang cukup dan % radiasi 350 500 nm, dan menggeser
penyinaran yang penuh. perbandingan sinar merah/infra merah) dan
Cekaman cahaya akan mengganggu tanpa naungan pada berbagai genotipe
keserasian antara sumber (source) dan jagung, mengemukakan bahwa penaungan
tempat penyimpanan dan pemakai (sink). signifikan mengurangi pertumbuhan akar
Pertumbuhan dari organ penyimpan dan tunas, menurungkan perbandingan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan akar/tunas, menunda pemunculan dan
22 Muh. Akhsan Akib

pemanjangan akar, menurungkan jumlah Gomez, A. A. and K. A. Gomez. 1984.


akar dan berat akar axes. Statistical Procedures for
Agricultural Research (terjemahan
KESIMPULAN DAN SARAN Endang. S dan Justika S. B. 1995.
Prosedur Statistik untuk Penelitian
Kesimpulan Pertanian) Universitas Indonesia
Hasil percobaan yang dilakukan Press.
dengan waktu tanamam jagung yang Gardner. F. P., R. B. Pearce and R. L.
berbeda di simpulkan: Mitcell (1985). Physiologi of Crop
1. Pertumbuhan jagung yang baik di Plant (terjemahan Susilo. H,
peroleh pada waktu tanam tanaman Subiyanto., 1991. Fisiologi
jagung yang ditanam lebih awal dari Tanaman Budidaya) Universitas
ubi kayu. Indonesia Press.
2. Produksi jagung per tanaman dan per Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan
hektar yang tinggi di peroleh pada Percobaan. Armico. Bandung.
tanamam jagung yang di tanam lebih Goldsworthy, P. R, and N. M. Fisher .
awal dari ubi kayu. 1984. The Physiology of Tropical
3. Waktu tanam jagung yang dapat Field Crop (terjemahan Tohari dan
menjadi alternatil sebagai penyangga Soedharoedjian, 1992.. Fisiologi
produksi adalah waktu tanam jagung Tanaman Budidaya Tropik).
yang di tanam lebih awal 5 hari dari Gadjah Mada University Press.
ubi kayu. Haris A. B., 1999. Karateristik Iklim
Saran Makro dan Respon Tanaman Padi
Berdasarkan hasil yang diperoleh, Gogo pada Pola tanam Sela
maka untuk pengembangan jagung sebagai dengan Tanaman Karet. Tesis
tanaman tumpangsari didaerah Magister Sain pada Fakultas Pasca
pengembangan tanaman ubi kayu Sarjana IPB.
sebaiknya penanaman jagung dilakukan Hebert, Y., E. Guingo, and O. Laudet.
lebih awal dari tanaman ubi kayu. dan 2001. The Response of Root/Shoot
dibutuhkan suatu penelitian lanjutan untuk Partitioning and Root Morphology
melihat produksi ubi kayu (per tanaman to Light Reduction in Maize
dan per hektar). Genotypes. Crop Sci. 41: 363
371.
DAFTAR PUSTAKA Ida., D., J,. T,. Yuhono dan Syafril
Kemala. 1987. Pola Tumpang
Erwin Yuliadi (2009) Pengujian Dua Tangga di Antara Tanaman
Varietas Ubikayu (Manihot Kelapa. Pemberitaan Penelitian
utilissima P) pada dua kepadatan Tanaman Industri. Pusat Penelitian
populasi tanaman yang berbeda dan Pengembangan Tanaman
dalam pola tanam tumpangsari Industri. Bogor-Indonesia, XI (3-4)
dengan jagung. : 67-73
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays. L) yang Ditumpangsarikan dengan Ubi Kayu 23
(Manihot esculanta) pada Waktu Tanam yang Berbeda

Margate, E., V., 1978. Intercropping Salisbury F, B dan Ross, C, W. Plant


Studies At Philippines. P.C.A. Physiology (terjemahan Lukman D,
Dayao Research Centre. 24 p. R dan Sumaryono, 1995. Fisiologi
Odum P. E. 1971. Fundamentals of Tumbuhan Jilid 1) ITB, Bandung.
Ecology. (terjemahan Saunders Samosir S. R. S. 2000. Pengelolaan
College Publishing, 1998. Dasar- Lahan Kering. Universitas
dasar Ekologi) Gadjah Mada Hasanuddin.
University Press. Sitompul, S. M dan B. Guritno., 1995.
Weaver, J. E. and F. E. Clements. 1978. Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Plant Ecology. Tata Mc Graw-Hill Gajah Mada University Press.
Publishing Company LTD. New
Delhi.

Anda mungkin juga menyukai