Artikel Penelitian
Abstrak: Percobaan lapangan untuk mengetahui pengaruh sistem pengolahan tanah dan dosis pupuk
kandang sapi terhadap produksi gulma dan kedelai (Glycine max, Merrill) telah dilakukan di Agrotechno
Park Universitas Brawijaya di Jatikerto, Malang, dari bulan Mei sampai Juli 2017. Percobaan menggunakan
rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama adalah sistem olah tanah, dengan 3 taraf: T0=
Tanpa olah tanah, T1= olah tanah minimum, dan T2 = olah tanah konvensional. Anak petak adalah dosis
kotoran sapi, dengan 3 taraf yaitu P1= 2,5 t kotoran sapi/ha, P2 = 5 t kotoran sapi/ha, dan P3 = 7,5 t kotoran
sapi/ha. Hasil percobaan menunjukkan bahwa berat kering gulma lebih tinggi pada sistem tanpa olah tanah
dan pada dosis 7,5 t kotoran sapi/ha. Pertumbuhan dan hasil kedelai lebih rendah pada tanpa olah tanah
dibandingkan dengan sistem olah tanah konvensional. Pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 5 t/ha dan 7,5 t/ha lebih baik
Mengutip artikel ini: Sebayang, HT dan Fatimah, S. 2019. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan dosis pupuk
kandang sapi terhadap hasil gulma dan kedelai (Glycine max, Merrill). J. Menurunkan. min. Kelola Lahan. 7(1):
1959-1963, DOI: 10.15243/jdmlm. 2019.071.1959.
www.jdmlm.ub.ac.id 1959
Machine Translated by Google
Pengaruh sistem pengolahan tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap gulma dan hasil kedelai
kadar: P1= 2,5 t kotoran sapi/ha, P2 = 5 t kotoran sapi/ dosis pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam
ha, dan P3 = 7,5 t kotoran sapi/ha. Pengolahan lahan (HST). Sedangkan pupuk SP36 dan KCl diberikan pada
dilakukan dengan memotong gulma yang tumbuh di awal penanaman, di sekitar tanaman kedelai. Penyiangan
lahan percobaan menggunakan mesin pemotong rumput dilakukan dua kali secara mekanis dengan menggunakan
yang dilakukan 2 minggu sebelum pengolahan tanah. cangkul pada 21 dan 35 HST.
Setelah persiapan lahan, petak percobaan dibuat dengan Pengamatan terdiri dari berat kering gulma; tinggi
ukuran 3,3 mx 1,5 m; jarak antar petak 50 cm dan jarak tanaman; berat kering tanaman; luas daun pada umur
antar ulangan 1 m. 21, 35, 49, 63, dan 77 hari setelah tanam; total berat
Pada petak tanpa olah tanah (NT), lahan tidak digarap benih per plot; berat 100 biji; dan hasil tanaman. Analisis
sama sekali, tetapi gulma dibersihkan dengan varians (Uji F) pada taraf 5% digunakan untuk analisis
menggunakan mesin pemotong rumput pada saat data yang diperoleh dan dilanjutkan dengan uji LSD
penyiapan lahan, kemudian dibersihkan untuk kedua pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar
kalinya satu minggu setelah penyiapan lahan. Pada perawatan.
petak olah tanah minimum (MT), pengolahan tanah
dilakukan satu kali dengan menggali tanah sedalam
Hasil dan Diskusi
kurang lebih 5-7 cm, satu minggu setelah penyiapan
lahan. Pada petak olah tanah konvensional (CT), Berat kering total gulma
pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pengolahan tanah
Hasil Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah
pertama dilakukan satu minggu setelah persiapan lahan
dengan menggali tanah sedalam kurang lebih 10-15 cm. tanah dan dosis kotoran sapi berpengaruh nyata
Selanjutnya pengolahan tanah kedua dilakukan 3 hari terhadap berat kering total gulma. Berat kering total
sebelum tanam dengan cara menggali tanah sampai gulma yang diamati pada umur 21 dan 63 hari setelah
gembur. Pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis tanam tidak berbeda nyata antara tanpa olah tanah dan
2,5 t/ha, 5 t/ha dan 7,5 t/ha dilakukan satu minggu olah tanah minimum, tetapi lebih tinggi secara nyata
sebelum tanam dengan cara menyebarkan pupuk dibandingkan dengan olah tanah konvensional. Diamati
kandang di atas permukaan tanah. Penanaman dilakukan pada 77 hari setelah tanam, berat total gulma tanpa olah
tanaholah
satu minggu setelah perlakuan olah tanah untuk tanpa olah tanah, lebih tinggi
tanah secara nyata
minimal, dibandingkan
dan olah dengan
tanah konvensional.
Bibit kedelai varietas Grobogan ditanam sebanyak 3 biji olah tanah minimum dan konvensional.
per lubang, sedalam 3-5 cm dengan jarak tanam 30 x 20 Untuk dosis perlakuan kotoran sapi, diamati pada hari
cm, dan lubang tanam ditutup dengan tanah. Penjarangan ke 21, 63, dan 77 setelah tanam, berat kering gulma pada
dilakukan satu minggu setelah tanam dengan menyisakan dosis 2,5 t kotoran sapi/ha lebih rendah dan tidak
satu tanaman per lubang. berbeda nyata dengan dosis 5 t/ha. Berat kering gulma
Selain itu, pupuk anorganik berupa pupuk urea 25 kg/ nyata lebih tinggi dengan dosis 7,5 t kotoran sapi/ha.
ha, pupuk KCl 50 kg/ha, dan pupuk 50 kg/ha Mayadewi (2007) menyatakan bahwa pemberian pupuk
SP36 juga diberikan. Pupuk urea diberikan dua kali, kandang menyebabkan peningkatan pertumbuhan gulma.
dosis pada saat tanam dan sisanya
`
Tabel 1. Rata-rata berat kering total gulma yang dipengaruhi oleh sistem pengolahan tanah dan dosis kotoran sapi
pada berbagai pengamatan.
Pengaruh sistem pengolahan tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap gulma dan hasil kedelai
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman dipengaruhi oleh pengolahan tanah dan dosis kotoran sapi pada berbagai pengamatan.
Keterangan: Tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji LSD 5% untuk angka yang diikuti huruf yang
sama pada kolom yang sama. CV = Koefisien varian. DAP = Hari Setelah Tanam, NS = Tidak nyata.
Berat kering tanaman 21, 49, dan 63 HST. Sedangkan dosis kotoran sapi pada 21
dan 63 HST (Tabel 4). Pada 21 HST, luas daun dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem olah tanah
sistem tanpa olah tanah secara nyata lebih rendah
berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman 49 HST.
dibandingkan dengan olah tanah minimum dan konvensional.
Dosis pupuk kandang juga mempengaruhi berat kering
Luas daun meningkat masing-masing sebesar 68,62% dan
tanaman pada umur 35 dan 49 HST (Tabel 3). Untuk sistem
117,05% dengan olah tanah minimal dan konvensional
olah tanah yang diamati pada 49 HST, berat kering tanaman
dibandingkan tanpa olah tanah. Pada 49 dan 63 HST, luas
secara signifikan lebih tinggi untuk olah tanah minimum
daun tanaman tidak berbeda nyata antara tanpa olah tanah
dibandingkan dengan tanpa olah tanah, sementara itu
dan olah tanah minimum, dan luas daun tanaman meningkat
meningkat secara signifikan sebesar 39,16%. Untuk dosis
secara signifikan sebesar 40,57% dan 83,64% dengan olah
kotoran sapi yang diamati pada 35 dan 49 HST tidak
tanah konvensional. Studi yang dilakukan oleh Sebayang
berbeda nyata antara dosis 2,5 t kotoran sapi/ha dan dosis
dan Rifai (2018) menunjukkan bahwa luas daun kedelai
5 t kotoran sapi/ha terhadap berat kering tanaman. Bobot
pada olah tanah konvensional lebih baik dibandingkan
kering kedelai meningkat 31,49% pada 35 HST dan 23,02%
dengan olah tanah minimal dan tanpa olah tanah. Pada 21
pada 49 HST dengan dosis 7,5 t kotoran sapi/ha
dan 63 HST, luas daun tidak berbeda nyata antara dosis 2,5
dibandingkan dengan dosis 2,5 t kotoran sapi/ha.
t kotoran sapi/ha dan dosis 5 t kotoran sapi/ha. Luas daun
Kuntyastuty dan Muzaiyanah (2017) menyatakan bahwa
meningkat sebesar 26,53% dan 36,66% untuk dosis 7,5 t
aplikasi pupuk kandang sapi organik dapat menggantikan
kotoran sapi/ha dibandingkan dengan dosis 2,5 t kotoran
pupuk anorganik dan meningkatkan hasil kacang tunggak
sapi/ha.
dan kedelai di tanah masam.
Hasil tanaman
luas daun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan
tanah berpengaruh nyata terhadap berat total benih per petak
tanah berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman pada
Pengaruh sistem pengolahan tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap gulma dan hasil kedelai
dan hasil tanaman. Dosis pupuk kandang sapi berpengaruh pengolahan tanah konvensional. Untuk dosis pupuk kandang
nyata terhadap bobot total benih, bobot 100 benih, dan hasil sapi, berat total benih per petak, berat 100 benih, dan hasil
tanaman/ha (Tabel 5). Untuk sistem olah tanah, berat total tanaman/ha secara nyata lebih rendah untuk dosis 2,5 t
benih kedelai per petak dan hasil tanaman/ha tanpa olah kotoran sapi/ha dibandingkan dengan dosis 5 t kotoran sapi/
tanah lebih rendah dan tidak berbeda nyata dengan olah ha dan 7,5 t ekor sapi. pupuk kandang/ha. Pemberian pupuk
tanah minimal dan dengan olah tanah konvensional kandang sapi dengan dosis 5 t/ha dan 7,5 t/ha tidak
meningkat sebesar 22,91% dan 23,26%. Penelitian Pradoto berpengaruh nyata terhadap hasil tanaman/ha kedelai.
et al. (2017) menunjukkan bahwa olah tanah minimal berbeda Penelitian Sudarsono dkk. (2013) menunjukkan bahwa
nyata dengan tanpa olah tanah untuk hasil panen kedelai pertumbuhan dan hasil kedelai meningkat dengan pemberian
tetapi tidak berbeda nyata dengan 7,5 t kotoran sapi/ha.
Tabel 3. Rata-rata berat kering total tanaman dipengaruhi oleh sistem pengolahan tanah dan dosis kotoran sapi pada
berbagai pengamatan.
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji LSD 5%. CV = Koefisien Varians, DAP = Hari Setelah Tanam, NS = Tidak Nyata
Tabel 4. Rata-rata luas daun dipengaruhi oleh sistem pengolahan dan dosis kotoran sapi pada berbagai
pengamatan.
Keterangan: Tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji LSD 5% untuk angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom yang sama. CV = Koefisien Varians, DAP = Hari Setelah Tanam, NS = Tidak Nyata
Pengaruh sistem pengolahan tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap gulma dan hasil kedelai
Tabel 5. Rata-rata bobot benih total, bobot 100 benih dan hasil tanaman dipengaruhi oleh sistem pengolahan tanah
dan dosis kotoran sapi.
Sistem Berat benih total (g/petak) Berat 100 benih (g) Hasil tanaman (t/ha)
Pengolahan Tanah
Tanpa 64,10 19,18 1,29 a
pengolahan tanah dan 21,32 1,51 ab
Pengolahan tanah minimum 74,81 b 21,79 1.59 b
Pengolahan tanah 78,79 NS 0,23
konvensional LSD 5% CV b 10,73 6,51 9,65 6.52
% Dosis kotoran sapi
2,5 t/ha 61,41 a 19,27 a 1.24 a
5 t/ha 75,82 b 20,82 ab 1,53 b
7,5 t/ha 80,47 b 22,20 b 1,63 b
LSD 5% 11,99 2,19 0.24
CV % 9,28 5,93 9.35
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD 5%. CV =
Koefisien varian. NS = Tidak signifikan
beririgasi. Jurnal Life Science 11 (11): 256-261. Royyani, AT, Fajrani, S. dan Santoso, M. 2018. Peranan jenis
mulsa dan sistem pengolahan tanah terhadap
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Jurnal Produksi
2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Tanaman 6(7): 1227-1234. (dalam bahasa Indonesia).
Kedelai. publikasi.setjen.pertanian.go.id/e
outlook/2016/tanpang/.publikasi/ dan Sebayang, HT dan Rifai, AP 2018. Pengaruh sistem
pengolahan tanah dan waktu penyiangan terhadap
pertumbuhan gulma dan hasil kedelai (Glycine max. L. Merril).
Fitriana, DA, Islami, T. dan Sugito,Y. 2015. Pengaruh dosis Jurnal Pengelolaan Lahan Terdegradasi dan
rhizobium serta jenis pupuk kandang terhadap Pertambangan 5(3): 1237-1243.
pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea Solyati, A. dan Kusuma, K. 2017. Pengaruh sistem olah
L.) varietas kancil. Jurnal Produksi Tanaman 3(7): 547- tanah dan aplikasi mulsa terhadap sifat tanah, perakaran
555 (dalam bahasa Indonesia). dan produksi kacang hijau. Jurnal Tanah dan
Guatam, SS dan Pathak, N. 2014. Pengaruh pupuk organik Sumberdaya Lahan 4(2):553-558. (dalam bahasa
terhadap hasil kedelai di Bundelkhand. Jurnal Penelitian Indonesia).
Lanjutan Multidisiplin 3(2):84-87. Sudarsono, W.A., Melati, M. and Aziz, S.A. 2013.
Pertumbuhan, serapan hara dan hasil kedelai organik
Kristiono, A. dan Subandi. 2013. Evaluasi Efektivitas Pupuk dengan aplikasi pupuk kandang sapi. Jurnal Agronomi
Organik Pada Kedelai Yang Ditanam Di Tanah Kering Indonesia 41(3): 202-208 (dalam bahasa Indonesia).
Lahan Masam. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Vrandecic, K., Jug, D., Cosic, J., Stosic, M. dan Postic, J.
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian p. 49-58. 2014. Dampak pengolahan tanah dan pemupukan pada
(dalam bahasa Indonesia). infeksi biji kedelai dengan jamur. Penelitian Pertanian
Kuntyastuty, H. dan Muzaiyanah, S. 2017. Pengaruh pupuk Rumania 31: 139-145.
organik dan residunya terhadap kacang tunggak dan