Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PERSEMAIAN PADI DENGAN CARA SEMAI KERING DAN SEMAI


BASAH

A. Tujuan Acara

Mempelajari cara pembuatan persemaian padi cara basah dan kering.

B. Tinjauan Pustaka

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang
telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di
Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan
masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang
besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk.
Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam
pembangunan pertanian. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatan efisiensi pertanaman melalui pengaturan sistem tanam dan
mengefisienkan umur bibit di lahan persemaian (Anggraini, Dkk, 2013).
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di
lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari
kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci
pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan (Dyah,
2010).
Pemilahan benih padi sebelum ditebar dapat dilakukan dengan
perendaman benih ke dalam larutan garam 3% atau direndam dalam larutan
ZA (225 g ZA/l air), benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik.
Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama
24 jam. Perlakuan benih bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal
perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko
kehilangan hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih (Ishaq, 2009).
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting
dalam peningkatan hasil padi sawah. Maka dari itu pemilihan varietas
mempunyai peran penting dalam peningkatan produktivitas tanaman padi.
Untuk memberikan alternatif pilihan varietas maka uji beberapa varietas di
suatu tempat perlu dilakukan. Hal ini sangat berkaitan dengan potensi suatu
varietas akan memberikan hasil yang berbeda pada keragaman tempat dan
iklim yang berbeda. Ada enam komponen teknologi dasar yang merupakan
suatu keharusan diterapkan dalam pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu,
yaitu: (1) Penggunaan varietas unggul sesuai anjuran (hibrida atau inbrida), (2)
Penggunaan benih bermutu dan bibit sehat, (3) Penambahan bahan organik
(pengembalian jerami ke sawah atau kompos/pupuk kandang), (4) Pengaturan
populasi tanaman secara optimum (jajar legowo, dan lain-lain), (5) Pemupukan
berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
(menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah
(PUTS), dan (6) Pengendalian hama terpadu (PHT) sesuai organisme
pengganggu tanaman (OPT) sasaran (Chairuman, 2013).
Tanah yang akan digunakan untuk persemaian harus di olah terlebih
dahulu untuk mendapakan komposisi dan kesesuaian. pengolahan tanah tanah
menerapkan teknik yang sesuai akan menyebabkan kerusakan tanah, dapat
diartikan bahwa hancurkan sebagian terbesar agregat adalah akibat daya rusak
alat-alat pengolahan tanah. Setiap bentuk perlakuan pada tanah akan
menyebabkan kerusakan atau kehancuran agresi, akan tetapi dengan penerapan
teknik yang sesuai menurut keharusan yang perlu dilakukan kerusakan akan
dapat dikurangi. Pada tanah yang dikelolah secara intensif atau yang di tanami
secara terus menerus sepanjang tahun akan menurunkan banyaknya agregat
yang berukuran besar (Suswadi, 2011).
Pemakaian pupuk anorganik yang tidak terkontrol dapat menurunkan
produktivitas serta kualitas lingkungan. Lahan sawah mempunyai kesuburan
tanah yang rendah karena ketersediaan terutama unsur hara makro (N, P, dan
K) di dalam tanah rendah. Oleh karena itu harus dilakukan perbaikan tanah
dengancara pemupukan yang terkontrol karena tanaman padi sangat respons
terhadap pemupukan N, penambahan dosis pupuk N yang tinggi tidak
meningkatkan hasil yang nyata justru menurunkan efisiensi penggunaan pupuk
N. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menambahan sekam dan pupuk
kandang sapi untuk meningkatkan porositas tanah dan water holding capacity
(WHC), C-organik, kadar N, P, K, Ca, Mg, dan KTK tanah (Kaya, 2013).
Ada dua sistem persemaian padi yaitu persemaian basah dan persemain
kering. Persemaian basah umumnya dilakukan di tanah sawah, tanah sawah
adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi sawah, baik terus-menerus
sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Tanah dapat
dikelompokkan ke dalam tanah sawah apabila tanah tersebut sudah
dipergunkan selama 40-50 tahun dan akan terbentuk lapisan tapak bajak(plog
pan), lapisan ini biasanya dijumpai pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan
tanah dan tebalnya antara 2-5 cm (Patti, 2013).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Nampan
b. Cetok
c. Ember

2. Bahan
a. Benih padi ciherang
b. Pupuk kompos
c. Air
d. Tanah
e. Seresah (Daun)

D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan media tanam untuk persemaian kering dan basah
2. Mencampur tanah dengan kompos lalu membagi menjadi dua
3. Untuk semai kering,membasahi tanah sampai lembab namun tidak sampai
tergenang dan untuk semai basah,membasahi sampai tanah tergenang.
4. Menabur benih secara merata diatas media tanah
5. Untuk semai kering,menutupi benih menggunakan seresah daun dan tanah
lalu memercikkan air
6. Menaruh hasil semai ke rumah kaca

Anda mungkin juga menyukai