PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi budidaya pertanian di Indonesia kini cukup baik dan dapat
memenuhi kebutuhan pangan bagi rakyatnya. Kondisi ini didapatkan karena
pemakaian bibit unggul dalam berbudidaya. Swasembada beras, jagung dan
gula yang telah dicapai selama ini, utamanya dikarenakan penggunaan
benih/bibit unggul. Sampai saat ini, benih unggul banyak diimpor seperti: padi
hibrida, sayuran dan tanaman hias, serta bibit sapi (Renstra, 2015). Pernyataan
tersebut membuktikan bahwa penggunaan bibit unggul dalam budidaya pertanian
dapat meningkatkan produksi pertanian dan juga semoga dapat mengatasi
permasalahan perekonomian Indonesia sekarang ini.
Tetapi masalah masih tetap ada dalam sektor budidaya pertanian seperti
menipisnya lahan pertanian. Banyaknya program pembangunan pertanian yang
tidak terarah semakin menjerumuskan sector ini pada kehancuran. Banyak alih
fungsi lahan menjadi pemukiman, pertokoan, perindustrian, jalan tol atau
fasilitas-fasilitas lainnya yang mengakibatkan semakin sempitnya lahan untuk
usaha tani. Masih banyak lagi masalah yang harus dihadapi contohnya
melemahnya minat generasi muda pada pembangunan pertanian di Indonesia,
serta makin pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang membuat
produksi pangan harus mengikuti pertumbuhan ini.
Meski demikian sector pertanian masih tetap menjadi mata pencaharian
sebagian besar warga Indonesia, banyak tenaga kerja yang kemudian
menggeluti usaha tani untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilihat
dengan beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber
pangan dan pendapatan masyarakat. Pemerintah juga terus mensubsidi dan
membantu menyelesaikan permasalahan ini, seperti pada tahun 2017
Balitbangtan sedang mengembangkan Jarwo Super pada kawasan 10.000 ha dai
11 Provinsi di Indonesia (BBPadi Litbang, 2017). Hal diatas membuktikan bahwa
budidaya tanaman di sektor pertanian Indonesia sangat penting.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Dasar Budidaya Tanaman ini yaitu mengetahui
pengaruh pola tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
serta pengaruh pemulsaan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun.
1
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanam
Menurut pendapat Kumalasari (2012), yang menyatakan bahwa tanam
merupakan usaha menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada
media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk
pola tanam. Ada juga pendapat lain dari Nurmayulis, dkk (2014) yang
menyebutkan bahwa tanam merupakan salah satu usaha menempatkan niji atau
benih dengan cara ditugal, sehingga benih atau biji dapat dimasukkan kedalam
lubang tanam tersebut.
2
Menurut Prasetyo (2009) tumpang sari merupakan salah satu bentuk dari
program intensifikasi pertanian alternatif yang tepat untuk memperoleh hasil
pertanian yang optimal. Keuntungan pola tanam tumpang sari selain diperoleh
frekuensi panen lebih dari satu kali dalam setahun, juga berfungsi untuk menjaga
kesuburan tanah. Pola tanam tumpang sari dalam implementasinya harus dipilih
dua atau lebih tanaman yang cocok sehingga mampu memanfaatkan ruang dan
waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh kompetitif sekecil-
kecilnya. Tujuan dari pola tanam tumpang sari adalah untuk memanfaatkan
faktor produksi yang dimiliki petani secara optimal (diantaranya keterbatasan :
lahan, tenaga kerja, modal kerja), pemakaian pupuk dan pestisida lebih efisien,
mengurangi erosi, konservasi lahan, stabilitas biologi tanah dan mendapatkan
produksi total yang lebih besar dibandingkan penanaman secara monokultur.
Sedangkan menurut Setyaningrum (2013), pola tanam polikultul adalah
penanaman suatu komoditas yang berbeda dalam suatu luasan lahan tertentu.
Adapun cirri-ciri pola tanam polikultur yaitu, komoditas yang ditanam lebih dari
satu jenis, adanya tanaman utama, dan sebagai upaya pemanfaatan atau
pengefisien suatu lahan. Salah satu jenis polikultur adalah tumpang sari, yaitu
jenis polikultur dengan melakukan penanaman lebih dari satu tanaman baik yang
berumur sama atau berbeda. Waktu penanaman dan pemanenan bisa dilakukan
secara bersamaan, lebih dahulu atau lebih akhir, tetapi yang jelas ada sebagian
yang dipanen secara bersamaan.
3
a. Varietas Unggul
Penggunaan varietas unggul (hibrida maupun komposit) mempunyai
peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas jagung. Dalam
memilih varietas dilihat dari potensi hasilnya, ketahanan dari hama dan
penyakit serta ketahanan dalam kekeringan.
b. Benih Bermutu
Gunakan benih yang bersetrifikat. Sebelum ditanam sebaiknya dilakukan
pengujian daya kecambah benih. Benih yang baik adalah benih yang
mempunyai daya tumbuh lebih dari 90%.
c. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah untuk penanaman jagung manis dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT)
bila lahan gembur.
d. Penanaman
Penanaman pada perlakuan TOT bisa dilakukan langsung dicangkul
tempat menungal benih sesuai dengan jarak tanam. Penanaman pada lahan
OTS cukup ditugal untuk dibuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam.
e. Pemupukan
Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam 5cm dengan jarak 10cm dari
batang tanaman dan ditutup dengan tanah. Takaran pupuk untuk tanaman
jagung manis adalah 350-400 urea/ha, 100-150 kg SP-36/ha, dan 100-150kg
KCL/ha.
f. Penyiangan
Penyiangan sebaiknya dilakukan dua minggu sekali selama masa
pertumbuhan tanaman jagung manis. Yaitu yang pertanama pada umur 15hst
hingga umur 6 minggu hst.
g. Pengedalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung manis adalah
penyait bulai, jamur. Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1
kg benih dicampur dengan metalaksis 2gr yang dilarutkan dalam 7,5-10 ml
air. Sementara untuk pengendalian jamur dapat diemprot dengan fungisida
dengan dosis 45gr/ tank isi 15 liter. Hama yang umum mengganggu
pertanaman jagung manis adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol.
Lalat bibit umumnya mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman,
oleh karena itu pengendaliannya dilakukan mulai saat tanam.
4
h. Pengarian (Pada musim kemarau)
Setelah benih ditanam, penyiraman dilakukan secukupnya, kecuali bila
tanah telah lembab. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang
diperlukan lebih besar sehingga perlu penyiraman yang lebih intensif. Bila
musim kemarau pengairan perlu dilakukan pengaturan antara lain umur
pertumbuhan, 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur
tersebut tanaman jagung manis sangat riskan dengankekurangan air.
5
mentimun dapat dilakukan dengan sistem tanam langsung benihnya atau
memindahkan bibit dari persemaian.
d. Pemeliharaan Tanaman
Untuk pemeliharan tanaman ini dapat dilakukan dengan cara:
Penyulaman dan Seleksi Tanaman
Kegiatan penyulaman dapat dilakukan sedini mungkin atau sejak
tanaman hingga umur 15 hari setelah taman. Sementara itu pada sistem
tanam langsung (benih), penyulaman tanaman yang mati atau
tumbuhnya abnormal diganti dengan benih yang baru. Namun di
samping penyulam, juga dilakukan seleksi tanaman. Yaitu dengan cara,
tanaman yang tumbuhnya lemah dicabut dan disisakan satu tanaman
terbaik perlubang tanaman.Sedangkan pada sistem tanam pindah bibit
dari pesemaian, penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman
yang mati atau tumbuhnya lemah dengan bibit baru dari pesemaian.
Pengairan
Untuk kegiatan pengairan tanaman ini bisa dilakukan rutin dua kali
sehari (pagi dan sore hari), terutama pada fase awal pertumbuhan dan
keadaan cuacanya kering dan cara pengairannya, dileb atau disiram
dengan menggunakan alat bantu gembor lalu bagi sistem pengairan
berikutnya disesuaikan dengan kondisi iklim, asalkan tanahnya dijaga
tidak kekeringan.Apalagi dalam fase pembungaan dan pembuahan, yang
mana keadaan air tanah harus memadai karena jika tanaman mentimun
kekurangan air, akan menyebabkan buahnya menjadi tidak normal
seperti bengkok.
e. Penyiangan
Penyiangan hendak dilakukan bersamaan dengan waktu pemupukan.
Penyiangan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau dapat juga
dilakukan dengan langsung mengambilnya.
f. Pemangkasan
Waktu pemangkasan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, yaitu
pada saat keadaan air dalam tanah jumlahnya memadai, sehingga tidak
menyebabkan kelayuan pada tanaman mentimun.
6
2.5 Pengertian Mulsa dan Pemulsaan
Menurut Syahfari (2010), mulsa merupakan semua bahan atau material
yang sengaja dihamparkan pada permukaan tanah atau lahan pertanian, dengan
tujuan menghalangi penguapan, memperbaiki sifat-sifat tanah, dan juga
mencegah pertumbuhan gulma. Bahan mulsa yang umumnya digunakan di
masyarakat adalah mulsa organic, misalnya jerami padi, alang-alang, dan sekam
padi. Sedangkan jenis mulsa yang satunya adalah sintetik seperti, plastic
polietilen atau plastic hitam perak.
Menurut Fikri (2012) mulsa ialah bahan atau material dihamparkan di
permukaan tanah atau lahan pertanian untuk melindungi tanah dari kerusakan
yang disebabkan oleh faktor luar. Peletakan bahan tersebut dapat dilakukan
dengan cara dihamparkan atau disebarkan dengan membentuk lapisan dengan
ketebalan tertentu. Mulsa dapat berupa bahan organic seperti seresah ataupun
jerami padi. Selain itu ada juga jenis mulsa yang berasal dari bahan anorganik
seperti mulsa dari plastic polietilen atau mulsa plastic hitam perak.
Menurut Marliah et al (2011) pemulsaan adalah pemberian bahan atau
material yang digunakan untuk menutupi permukaan tanah atau lahan pertanian
dengan maksud dan tujuan tertentu, yang prinsipnya adalah untuk meningkatkan
produksi tanaman. Pemulsaan juga memberikan keuntungan antara lain
menghemat penggunaan air dengan mengurangi laju evaporasi dari permukaan
lahan, memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan
akar dan mikroorganisme tanah, dan memperkecil laju erosi.
Menurut Soesanto M (2006) pemulsaan merupakan pemberian penutup
tanah pada suatu lahan tanaman budidaya. Pemulsaan sering dilakukan pada
komoditas sayur atau buah, yang pertumbuhannya menjalar di permukaan tanah.
Mulsa yang digunakan dapat berasal dari sisa-sisa bahan organic tanaman
misalnya jerami padi ataupun berasal dari bahan anorganik seperti mulsa plastic
hitam perak. Pemulsaan pada tanah sangat penting peranannya, selain untuk
menjaga kebersihan produk pasca panen, juga dapat menghindari percikan
tanah ketika mussim hujan atau saat dilakukan penyiraman. Adanya percikan
tersebut dapat membantu penyebaran pathogen tular-tanah ke produk pasaca
panen, sehingga produk yang dihasikan tidak bermutu.
7
2.6 Pngaruh Mulsa Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Menurut pendapat Rizki et al (2015) yang menjelaskan bahwa mulsa
memberikan perngaruh terhadap pertumbuhan tanaman dengan menjaga suhu
tanah lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban disekitas perakaran
tanaman, suhu tanah yang rendah mampu mengurangi evatranspotranspirasi,
menurunkan suhu udara sehingga menekan kehilangan air dari permukaan
tanah. Serta penggunakan mulsa organik juga dapat menambahkan BO pada
tanah sehingga tanaman akan mendapatkan unsur hara yang cukup.
8
Gambar 1. Tahap Perkecambahan Biji Jagung (Syukur, 2013)
Sedangkan fase generative tanaman jagung dimulai pada saat dimulainya
penyerbukan yang biasanya dibantu oleh angina yaitu dengan cara
menerbangkan serbuk sari yang telah masak, kemudian menjatuhkannya pada
tangkai atau pada kepala putik. Pada proses penyerbukan, serbuk sari tida harus
menempel pada kepala putik, bahkan tangkai putiknya pun dapat menyebabkan
proses penyerbukan.
Sebagai tanda bahwa bunga betina siap untuk dibuahi yaitu pada saat
rambut jagung mulai keluar dari pembungkusnya atau kelobotnya. Hal ini
sebagai tanda bunga masak. Sedangkan bunga jantan masak dapat terlihat
setelah bunga mulai Nampak bermekaran. Setelah proses pembuahan
dilanjutkan dengan proses pengisian biji jagung. Pengisian biji jagung secara
bertahap sampai jagung terisi penuh dan masak panen.
9
2.8 Pola Pertumbuhan Tanaman Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang
buahnya dapat dikonsumsi untuk dibudidayakan, karena mentimun dapat
dipasarkan di dalam negeri dan di luar negeri. Oleh karena itu,, berbagai usaha
dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi mentimun. Menurut Samadi dalam
jurnal Abdurrazak (2013), jarak tanam untuk tanaman mentimun adalah 30cm x
60cm. Selain jarak tanam, jumlah benih per lubang juga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun. Menurut pendapat Sumpena dalam
jurnal Abdurrazak (2013), budidaya mentimun dianjurkan menggunakan 2 benih
per lubang tanam untuk mendapatkan hasil optimal.
Pola pertumbuhan mentimun meliputi bagian dari akar, batang, daun,
bunga dan buah. Akar tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut
dengan kedalaman sekitar 20 cm. Sulur mentimun adalah batang yang
termodifikasi dan apabila menyentuh galah sulur akan melingkarinya. Menurut
Sunarjono (2007), yang menyatakan bahwa dalam 14 jam sulur telah melekat
kuat pada galah atau ajir. Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun
runcing, sedangkan bunganya berbentuk terompet, dengan bunga jantan dan
bunga betina terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman. Menurut pendapat
Cahyono (2007), yang menyatakan bahwa buah mentimun menggantung dari
ketiak antara daun dan batang, dengan ukuran antara 8-25 cm dan diameter 2,3-
7 cm.
10
Panen biasanya ditandai dengan terjadinya perubahan secara fisiologis maupun
morfologis dari tanaman budidaya. Selain itu panen dilakukan dengan kegiatan
mengumpulkan hasil pertanian dari pengolahan tanah. Panen menandakan
berakhirnya kegiatan di lahan.
Ada juga pendapat lain dari Suprapti (2002), yang menyatakan bahwa
pasca panen merupakan kegiatan atau perlakuan terhadap tanaman yang sudah
diambil dari lahan yang menentukan kualitas selanjutnya. Pasca panen dimulai
sejak pemungutan hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan hingga siap dipasarkan. Pasca panen dilakukan dengan
tujuan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan diolah
lebih lanjut oleh industri.
11
Ketinggian optimum yang baik untuk mentimun adalah pada ketinggian
1.000 1.200 m dpl (Desrosier,2009).
Buah mentimun siap panen umumnya dapat dipetik 2-3 bulan
setelah tanam. Kriteria buah yang dapat di panen adalah buah telah
mencapai ukuran maksimal dan masih terlihat duri-duri halus yang
menempel pada buah. Buah mentimun dipanen dengan menggunakan
pisau yang tajam, hal ini bertujuan agar tangkai buah tidak terluka dan
dapat cepat berbuah kembali. Mentimun baik dipanen pada pagi hari,
sebelum pukul 09.00. Mentimun umumnya dipanen 3-7 hari sekali
tergantung dari varitas dan ukuran atau umur buah yang dipanen
(Siswadi, 2007).
Mentimun dapat dipanen setelah tanaman berumur 2-3 buan sejak
tanam. Menurut Rukmana (2002) pemilihan sortasi dan klasifikasi pada
mentimun ditentukan oleh beberapa syarat berikut ini :
a. Buah yang kurang baik bentuknya ( bengkok), busuk atau rusak
dipisahkan dari buah yang baik.
b. Untuk sasaran pasar swalayan, buah mentimun diklasifikasikan
sesuai kriteria mutu yang diminta konsumen (pasar).
c. Klasifikasi buah mentimun dibedakan tiga kelas, diantaranya (Kelas A
: panjang 16 20 cm, diameter 1.5 cm, bentuk buah bagus, lurus,
bulat dan mulus), (Kelas B : panjang 20 23 cm, diameter 2 cm,
bentuk buah bagus, lurus, bulat, dan mulus), (Kelas C : buah afkiran
yang panjang lebih 23 cm). Kriteria permintaan mentimun tergantung
selera konsumen pada masing-masing daerah.
12
menghantarkan produk hortikultura dari lahan produksi ke tangan konsumen
dalam keadaan segar dan baik. Di samping itu diupayakan agar produk sesedikit
mungkin kontak fisik atau dipindahtangankan. Keadaan yang segar dan baik dari
produk hortikultura berkaitan erat dengan karakteristik produk hortikultura yang
bersangkutan sebagaimana tercermin dari sifat-sifat mutu yang tercantum dalam
standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
Kegiatan penanganan pasca panen menurut (Samad, 2006):
a. Bongkar Muat
Bongkar muat dilakukan terutama bagi lokasi produksi yang jauh dari
bangsal pascapanen. Bongkar muat merupakan kegiatan memindahkan
produk hasil panen dari tempat pengumpulansementara ke dalam bangsal
penangananpascapanen.
b. Penyejukan/Pre Cooling
Penyejukan/Pre Cooling merupakan upaya untuk menghilangkan panas
lapang pada produk yang baru dipanen. Penyejukan harus dilakukan dengan
memperhatikan sirkulasi udara atau air yang baik, merata, waktu yang cukup
dan tidak menggunakan bahan yang dapat mencemari produk.
c. Penyembuhan Luka/Curing
Penyembuhan luka pada buah atau sayuran yaitu pembiaran /pendiaman
beberapa waktu agar luka yang terjadi karena perlakuan tersebut dapat
menutup/pulih.
d. Perompesan/Trimming
Perompesan yaitu kegiatan memisahkan atau membuang bagian produk
yang tidak diinginkan seperti memotong tangkai, membuang daun, akar, dan
bagian tertentu yang tidak diperlukan. Perompesan sebaiknya menggunakan
cara dan alat yang tidak merusak produk dan menyediakan wadah/tempat
untuk menampung sampah/sisa-sisa bagian tanaman yang dibuang.
e. Perbaikan Warna/Degreening
Perbaikan warna merupakan kegiatan memperbaiki warna buah yang
hijau dan tidak merata menjadi warna kuning/oranye merata dan cerah.
f. Penyortiran
Penyortiran merupakan kegiatan pemilahan hasil panen yang baik dari
yang rusak atau cacat, yang sehat dari yang sakit, dan benda asing lainnya.
Sortasi harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil panen tidak rusak. Sortasi
13
dapat menggunakan alat dan/atau mesin sesuai sifat dan karakteristik produk
hortikultura.
g. Pembersihan
Pembersihan merupakan kegiatan menghilangkan kotoran fisik, kimiawi,
dan biologis. Pembersihan dapatmenggunakan alat dan/ atau mesin sesuai
dengansifat dan karakteristik produk hortikultura. Pembersihan hasil panen
dapat dilakukan dengan pencucian, perendaman, penyikatan, pengelapan,
penampian, pengayakan, dan penghembusan. Air untuk mencuci hasil panen
harus sesuai baku mutu air bersih sesuai dengan peruntukannya agar tidak
terkontaminasi dengan organisme dan bahan pencemar lainnya. Sikat untuk
membersihkan hasil panen harus lembut agar tidak melukai hasil panen. Kain
lap harus bersih dan bebas dari cemaran.
h. Pengeringan
Pengeringan merupakan perlakuan untuk menurunkan kadar air sampai
pada kadar air tertentu atau menghilangkan air pada permukaan kulit produk
hortikultura guna menjaga kualitas agar tidak mudah rusak dan dapat
disimpan lama. Alat yang digunakan untuk pengeringan antara lain alat
pengering, sinar matahari, oven, blower, dan freeze dryer.
i. Pengkelasan
Pengkelasan atau pemilahan (grading) merupakan kegiatan
pengelompokan produk hortikultura hasil sortasi/pemilahan berdasarkan
kriteria yang telah disepakati atau standar mutu yang digunakan untuk produk
hortikultura yang bersangkutan. Pemilahan produk hortikutura dapat
dilakukan secara manual dengan melibatkan banyak tenaga kerja atau
secara mekanis menggunakan mesin pemilah (grader).
j. Perlakuan/Treatment
Perlakuan merupakan upaya:
a. Melindungi produk dari evapotranspirasi, kontaminasi Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina dengan perlakuan khusus antara
lainpelapisan, pencelupan, perendaman, pembungkusan, pemanasan,
fumigasi, pemberian bahan tertentu, dan iradiasi; dan/atau
b. Memperbaiki rasa/tampilan/aroma atau mempercepat pematangan jenis
produk hortikultura tertentu.
14
k. Pengemasan
Pengemasan merupakan kegiatan untuk mewadahi dan/atau
membungkus sesuai dengan karakteristik produk. Pengemasan produk
hortikultura dapat dilakukan secara manual maupun mekanis tergantung dari
jumlah dan jenis produk hortikultura yang bersangkutan. Bahan kemasan
dapat terbuat dari bambu, kayu, plastik, karton dan aluminium foil dan bahan
lainnya yang bersih dan bebas cemaran sesuai dengan standar yang
dibutuhkan oleh masing-masing produk.
l. Pelabelan
Pelabelan merupakan keterangan tertulis yang diberikan baik kepada
produk hortikultura maupun kemasan yang digunakan sebagai informasi
tentang identitas produk hortikultura yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
m. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan untuk mengamankan produk
hortikultura sebelum diproses atau dikirim. Kondisi wadah, ruang, suhu,
kelembaban dan atmosfer penyimpanan disesuaikan dengan karakteristik
produk dan tujuan penyimpanan.
n. Pengangkutan/Distribusi
Pengangkutan atau distribusi merupakan upaya memindahkan produk
dari tempat pengumpulansementara ke bangsal pascapanen dan selama
prosesdi dalam bangsal pascapanen, serta dari bangsal pascapanen ke
konsumen.
15
setelah panen ini menyebabkan hasil panen mengkerut dan layu, sehingga
dapat menurunkan kualitas produk.
b. Tidak adanya tingkat sinar untuk fotosintesis
Setelah pemanenan, dilakukan pengemasan terhadap hasil panen dan
disimpan dalam gudang penyimpanan baik dalam ruangan maupun mesin
pendingin, dimana tempat-tempat tersebut menerima intensitas matahari
yang rendah. Kondisi tersebut dapat mencegah proses fotosintesis. Dan
akibatnya, tidak terjadi produksi makanan pada tanaman.
c. Tidak menempatkan pada suhu yang sesuai
Setelah pemanenan, hasil panen akan disimpan pada tempat tertentu dan
hasil panen akan sering menerima perubahan suhu. Suhu pada saat sebelum
panen dan pascapanen dapat berbeda. Perbedaan suhu selama pascapanen
dapat mempercepat laju kemunduran hasil panen.
d. Kerusakan mekanis
Selama proses pemanenan dapat terjadi kerusakan mekanis yang
menyebabkan perubahan metaboisme pada produk. Ketika produk
mengalami kerusakan, produk akan menghasilkan etilen yang
mengendalikan fase pelayuan. Peningkatan etilen pada produk akan
menyebabkan peningkatan laju kemunduran atau kelayuan pada produk.
e. Meningkatkan kepekaan dan serangan mikroorganisme patogenik
Pada kondisi alami, setelah produk dipanen masih terdapat kemungkinan
untuk terserang berbagai mikroorganisme, baik patogenik maupun
nonpatogenik. Proses pemanenan dapat membuat tempat untuk patogen
melakukan invasi, seperti adanya kerusakan mekanis, fisiologis, dan
kerusakan karena insekta. Semakin banyak kerusakan produk, maka
semakin tinggi kepekatannya terhadap mikroorganisme.
16
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Budidaya Tanaman ini dilaksanakan pada bulan April
hingga bulan Mei 2017 yang bertempat di Jalan kembang kertas, Jatimulyo,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.
17
3.3 Metode Pelaksaan
3.3.1 Budidaya Tanaman Jagung Manis
3.3.1.1 Persiapan Lahan
Hal pertama yang dilakukan untuk persiapan lahan pada
budidaya jagung adalah menyiapkan alat dan bahan. Sebelum
melakukan pengolahan lahan terlebih dahulu membuat plotingan
dengan ukuran 4 meter x 3 meter untuk membuat petak tanam.
Setelah itu membuat bedengan jarak 45 cm dari petak tanam.
Kemudian pengolahan tanah diawali dengan membersihkan lahan
dari gulma, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan tanah
sedalam kurang lebih antara 15-20 cm, kemudian diratakan,
dengan tujuan agar air tidak mengalami penggenangan. Setelah itu
membuat lubang tanam, Kemudian menyirami tanah agar mudah
dalam membuat lubang tanam. Selanjutnya menentukan jarak
tanam dengan jarak 70 cm antar bedengan dan 30 cm untuk jarak
antar tanaman. Kemudian memberi cocopeat pada lubang yang
sudah di beri biji.
3.3.1.2 Penanaman
Hal pertama yang harus dilakukan pada penanaman benih
jagung adalah menyiapkan alat dan bahan. Kemudian menyirami
tanah agar mudah dalam membuat lubang tanam. Menentukan
jarak tanam dan membuat lubang tanam. Isikan cocopeat pada
lubang tanam yang telah dibuat. Memasukkan biji jagung pada tiap
lubang yang berisi cocopeat. Menutup kembali lubang yang berisi
cocopeat. Menyirami tiap hari.Jumlah benih yang dimasukkan 2 biji
per lubang, hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi adanya biji
yang tidak tumbuh.
3.3.1.3 Pemupukan *( buat yang ini aku gak bisa bantu, aku gak paham
blas, udah mentok kepalaku)*
Hal pertama yang harus dilakukan pada kegiatan pemupukan
pada budidaya tanaman jagung adalah menyiapkan alat dan bahan.
Kemudian pemberian pupuk yaitu dengan membuat lubang
disekitar tanaman jagung, setelah itu masukan pupuk kedalam
lubang yang telah dibuat kemudian metutupi lubang dengan tanah
kembali. Pemupukan dasar dilakukan pada hari yang sama setelah
18
benih ditanam yaitu menggunakan pupuk SP36 dengan dosis 180
gram per petak. Pemupukan selanjutnya dilakukan pada 7 hst yaitu
dengan menggunakan pupuk Urea dan pupuk KCL dengan dosis
180 gram per petak. Kemudian 28 hst yaitu menggunakan pupuk
Urea dengan dosis 180 gram per petak.
3.3.1.4 Perawatan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan pada kegiatan
budidaya jagung ini adalah penyiangan, penjarangan, dan
pembumbunan, serta penyiraman. Penyiangan gulma dilakukan
dengan cara mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman
jagung. Sedangkan penjarangan dilakukan untuk mengurangi
banyaknya tanaman pada satu lubang tanam. Biasanya dipilih salah
satu tanaman yang bagus dari kedua tanaman itu. Penjarangan
dilakukan karena pada saat penyemaian ditanam dua benih pada
setiap lubang tanamnya dengan tujuan untuk mengantisipasi tidak
tumbuhnya benih. Penjarangan dilakukan dengan cara
menggunting tanaman jagung sampai pangkalnya, kemudian hasil
potongan tanaman jagung tersebut dibuang. Pembubunan
dilakukan dengan cara menambahkan tanah atau memadatkan
tanah disekitar tanaman jagung, kemudian menekan tanah disekitar
tanaman. Tujuan pembubunan adalah untuk menegakkan posisi
tanaman jagung ketika tanah disekitar tanaman jagung telah terkikis
oleh air hujan. Penyiramanya itu pemberian air pada tanaman
budidaya yang dilakukan setiap hari saat pagi atau sore hari.
3.3.1.5 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum budidaya
tanaman jagung adalah pengamatan jumlah daun, tinggi tanaman,
malai jagung, diameter tongkol, dan panjang tongkol. Pengamatan
jumlah daun pada jagung dilakukan dengan cara menghitung
banyak sedikitnya jumlah daun pada sampel yang diambil,
kemudian mencatat hasil pengamatan dan dokumentasikan.
Pengamatan tinggi tanaman jagung dilakukan dengan cara
mengukur tinggi tanaman jagung mulai dari batang yang berada di
permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman jagung, kemudian
mencatat hasil pengamatan dan dokumentasikan. Pengamatan
19
tinggi tanaman jagung yaitu dengan menggunakan penggaris atau
meteran untuk mengukur tinggi tanaman jagung dan mencatat hasil
pengamatan.
Pengamatan malai jagung yang dilakukan adalah mengamati
pertumbuhan malai yaitu dengan mengamati pertumbuhannya tepat
pada ujung tanaman dan melihat hari dimana kemunculan malai
dari sampel tanaman jagung.
Diameter tongkol, mengukur diameter tongkol dengan
menggunakan meteran jahit dengan cara menempelkan meteran
jahit pada permukaan tongkol sehingga diperoleh keliling tongkol,
lalu cari diameter tongkol menggunakan data yang telah diketahui.
kemudian mencatat hasil dan mendokumentasikan.
3.3.1.6 Panen
Pemanenan jagung dilakukan dengan cara memilih tongkol
jagung yang sudah siap dipanen. Tongkol jagung yang sudah siap
panen adalah tongkol yang ujungnya sudah terisi penuh, selain itu
warna dari biji jagung telah menguning atau pilih tongkol jagung
yang mempunyai rambut jagung berwarna kecoklatan. Kemudian
potong atau tarik tongkol untuk melepaskan tongkol dari tanaman
jagung.
20
hingga berlubang sesuai jarak tanam. Selanjutnya adalah menanam
bibit baby vanesa di lubang yang ditentukan.
3.3.2.2 Pembibitan
Pembibitan dilakukan dengan cara menyiapkan bibit timun
dengan jenis baby vanessa yang berjumlah 70 bibit timun dan
siapkan 35 polybag plastik kecil seperti ukuran pada plastik
pembungkus pada es lilin kecil. Kemudian masukkan bibit pada
polybag tersebut sebanyak 2 buah bibit tiap polybag untuk
mengantisipasi apabila salah satu bibit tidak tumbuh. Lalu buat dua
lubang dengan jari dengan jarak yang agak sedikit jauh pada
polybag. Masukkan bibit tersebut lalu tutup dengan tanah.
Kemudian sirami setiap hari dan keluarkan dari tempat pembibitan
agar terkena sinar matahir, perlakuan tersebut bertujuan untuk
menghindari terjadinya etiolasi pada timun sehingga saat
dipindahkan ke lahan tanaman timun mampu menahan tekanan dari
angin dan air hujan. Kemudian setelah berumur 2 mst tanaman
tersebut di pindahkan atau ditanam di lahan. Bibit timun yang akan
ditanam dilahan dipilih yang paling baik dari bibit timun yang ada
agar timun yang ditanam dilahan dapat berproduksi secara
maksimal
3.3.2.3 Penanaman
Hal pertama yang dilakukan sebelum penanaman alangkah
baiknya tanah digemburkan dan disiram air agar mudah dalam
membuat lubang tanam. kemudian menyiapkan bahan, benih
mentimun yang telah berumur 2 mst dipindahkan ke lahan, sebelum
dipindahkan benih tersebut dibagi menjadi dua bagian.bagian yang
mulsa dan tanpa mulsa, setiap lubang tanam diisi dua benih untuk
mengantisipasi tidak tumbuhnya benih yang lain. Setiap
penanaman diberi jarak agar apabila sudah tumbuh kanopi anatar
tanaman tidak saling bertabrakan dan agar tidak terjadi perebutan
nutrisi.
3.3.2.4 Pemupukan
Hal pertama yang harus dilakukan pada pemupukan tanaman
timun adalah menyiapkan alat dan bahan. Memberikan pupuk SP36
21
dengan dosis 100 gram per petak dan KCl dengan dosis 28 gram
per petak pada pratanam yaitu dengan cara di tanam di dalam
lubang di sekitar lubang tanam. Kemudian Urea dengan dosis 30
gram per petak dan KCl dengan dosis 14 gram per petak yaitu pada
1 mst dengan cara di tanam di dalam tanam di sekitar lubang
tanam. Lalu Urea dengan dosis 30 gram per petak dan KCl dengan
dosis 14 gram per petak yaitu pada 2 mst dengan cara di tanam di
dalam lubang di sekitar lubang tanam. Lalu Urea dan KCl dengan
dosis 14 gram per petak yaitu pada 3 mst dengan cara di tanam di
dalam lubang di sekitar lubang tanam. Lalu Urea dan Kcl pada 4
mst dengan cara di tanam di dalam tanam di sekitar lubang tanam.
3.3.2.5 Perawatan
Hal pertama yang harus dilakukan dalam perawatan tanaman
mentimun pada budidaya tanaman mentimun adalah menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian Mencabuti gulma di sekitar lubang
tanam tanaman timun perlakuan mulsa dan mencabuti gulma pada
lahan budidaya tanaman mentimun tanpa mulsa. Selain itu
menyirami tanaman mentimun setiap hari. Dan juga penjarangan
dengan mencabut satu tanaman timun pada satu lubang tanam
yang awalnya berisi dua tanaman. Serta memberikan pupuk
dengan cara di tanam di sekitar lubang tanam mulai pratanam
tanaman mentimun sampai 4 mst setelah tanam.
3.3.2.6 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum budidaya
tanaman timun adalah pengamatan jumlah daun, panjang tanaman,
bunga timun, jumlah buah, bobot segar, dan pengamatan gulma.
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung
banyak sedikitnya jumlah daun pada sampel yang diambil,
kemudian mencatat hasil pengamatan dan dokumentasikan.
Pengamatan panjang tanaman dilakukan dengan cara
mengukur panjang tanaman mulai dari batang yang berada di
permukaan tanah sampai sulur yang paling tinggi, kemudian
mencatat hasil pengamatan dan dokumentasikan. Pengamatan
tinggi tanaman yaitu dengan menggunakan penggaris atau meteran
22
untuk mengukur tinggi tanaman jagung dan mencatat hasil
pengamatan.
Pengamatan bunga yang dilakukan adalah mengamati
pertumbuhan bunga yaitu dengan mengamati pertumbuhannya
melihat hari dimana kemunculan bunga tersebut dari sampel
tanaman timun, setelah itu menghitung bunga jantan dan betina
pada sampel. Kemudian catat hasil yang didapat.
Pengamatan jumlah buah dilakukan dengan cara menghitung buah
yang ada pada setiap sampel, lalu catat hasilya. Untuk pengamatan
bobot segar, buah yang sudah dipanen timbang beratnya
menggunakan timbangan lalu catat hasil yang diperoleh.
Untuk pengamatan gulma dilakukan dengan cara menghitung
gulma yang ada disekitar tanaman sabil mencabutnya. Setelah
selesai identifikasi gulma dan catat hasil yang diperoleh.
3.3.2.7 Panen
Pemanenan buah mentimun dilakukan dengan cara
mensortasi yaitu menentukan tanaman timun yang sudah siap
panen. Kemudian menggunting pangkal batang pada buah
mentimun. Kemudian memberi nama atau tanda pada hasil panen
dari tiap sampel pada perlakuan mulsa maupun non mulsa.
23
meteran jahit dari ujung tanah sampai ke ujung batang paling atas.
Setelah itu tulis hasil pengamatan dan dokumentasikan. Ulangi
langkah tersebut pada setiap sampel pengamatan.
3.4.1.3 Jumlah Daun
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
jumlah daun yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah itu hitung
jumlah daun yang ada dan setelah selesai catat hasil dan
dokumentasi.Ulangi langkah tersebut pada setiap sampel
pengamatan.
3.4.1.4 Waktu Muncul Bunga
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
jumlah bunga yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah ituamati
pertumbuhan dan perkembangan pada jagung samapai muncul
bunga pada jagung lalu catat berapa hst bunga tersebut muncul
pada taman jagung lalu dokumentasi. Ulangi langkah tersebut pada
setiap sampel pengamatan.
3.4.1.5 Panjang Tongkol Jagung Manis
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
panjang tongkol jagung manis yaitu menyiapkan alat dan
bahan,setelah itu ukur tinggi tanaman menggunakan penggaris dari
ujung tongkol bawah sampai ke ujung tongkol paling atas. Setelah
itu tulis hasil pengamatan dan dokumentasikan. Ulangi langkah
tersebut pada setiap sampel pengamatan.
3.4.1.6 Diameter Tongkol Jagung Manis
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
diameter tongkol jagung manis yaitu menyiapkan alat dan bahan,
setelah itu ukur diameter tanaman menggunakan meteran jahitdan
tulis kelilingnya lalu cari panjang diameternya dari data yang
diketahui. Setelah itu tulis hasil pengamatan dan dokumentasikan.
Ulangi langkah tersebut pada setiap sampel pengamatan.
24
setelah itu mengamati tanaman timun yang tumbuh saat hari
terakhir penyemaian dan catat hasilnya. Setelah selesai hitung
jumlah timun yang tumbuhh lalu dibagi total keseluruhan taman
timun dan dikali 100% sehingga didapat persentase tanaman timun.
Setelah itu catat hasil.
3.4.2.2 Panjang Tanaman Tanaman
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
panjang tanaman timun yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah
itu ukur panjang tanaman menggunakan penggaris atau
menggunakan meteran jahit dari ujung tanah sampai ke ujung sulur
paling atas. Setelah itu tulis hasil pengamatan dan dokumentasikan.
Ulangi langkah tersebut pada setiap sampel pengamatan.
3.4.2.3 Jumlah Daun
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
jumlah daun yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah itu hitung
jumlah daun yang ada dan setelah selesai catat hasil dan
dokumentasi. Ulangi langkah tersebut pada setiap sampel
pengamatan.
3.4.2.4 Waktu Muncul Bunga
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
waktu muncul bunga yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah itu
amati pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman samapai
muncul bunga pada timun lalu catat berapa hst bunga tersebut
muncul pada taman timun lalu dokumentasi. Ulangi langkah
tersebut pada setiap sampel pengamatan.
25
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
jumlah buah yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah itu hitung
jumlah buah yang ada dan setelah selesai catat hasil dan
dokumentasi. Ulangi langkah tersebut pada setiap sampel
pengamatan.
3.4.2.7 Bobot Segar Buah Mentimu
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan
bobot segar buah mentimun yaitu menyiapkan alat dan bahan,
timbang buah mentimun dan catat hasilnya.
26
persentase tumbuh pada pola tanam monokultur persentase
tumbuh saat sebelum disulam 89% dan setelah disulam persentase
tumbuhnya 100%.
4.1.1.2 Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman
jagung manis:
Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Tinggi Tanaman Jagung Manis
Tinggi Tanaman (cm)
Pola Tanam
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst
Polikultur 16,8 36,6 60,2 97 132,8
Monokultur 37,5 57 62,6 103,5 114,7
Dari data diatas terlihat bahwa tinggi tanaman jagung manis
pada pola tanam polikultur terus mengalami kenaikan pada setiap
minggunya. Pada 4 mst tinggi tanaman jagung manis mencapai
16,8 cm. Kemudian tinggi tanaman bertambah sebesar 19,8 cm
sehingga menjadi 36,6 cm. Pada 6 mst tinggi tanaman terus
bertambah sebesar 23,6 sehingga tingginya menjadi 60,2 cm. Pada
7 mst terus mengalami kenaikan, tingginya bertambah lagi sebesar
36,8 cm menjadi 97 cm. Begitu pula pada 8 mst tinggi tanaman
bertambah sebesar 35,8 cm sehingga tingginya sebesar132,8 cm.
Selisih pertambahan tinggi tanaman paling besar terjadi pada
minggu ke 7 dan selisih yang paling kecil pada minggu ke 4.
Sedangkan tinggi tanaman jagung manis pada pola tanam
monokultur juga terus mengalami kenaikan pada setiap minggunya.
Pada 4 mst tinggi tanaman jagung manis mencapai 37,5 cm.
Kemudian tinggi tanaman bertambah sebesar 19,5 cm sehingga
menjadi 57 cm. Pada 6 mst tinggi tanaman terus bertambah
sebesar 5,6 sehingga tingginya menjadi 62,6 cm. Pada 7 mst terus
mengalami kenaikan, tingginya bertambah lagi sebesar 40,9 cm
menjadi 103,5 cm. Begitu pula pada 8 mst tinggi tanaman
bertambah sebesar 11,3 cm sehingga tingginya sebesar114,7 cm.
Selisih pertambahan tinggi tanaman paling besar terjadi pada
minggu ke 7 dan selisih yang paling kecil terjadi pada minggu ke 6.
Berikut merupakan grafik perbandingan rata-rata tinggi
tanaman jagung manis monokultur dan polikultur :
27
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
140
120
0
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst
Umur Tanaman (mst)
28
masih terus bertambah menjadi 10 dengan bertambahnya 1 daun.
Di minggu ke 7 daun jumlah daun tetapyaitu 10 dan pada minggu
terakhir jumlah daun berkurang 1 menjadi 9. Jumlah daun paling
banyak ada pada minggu ke 6-7 sedangkan jumlah daun paling
sedikit ada pada minggu ke 4.
Berikut merupakan grafik perbandingan jumlah daun pada
tanaman jagung manis monokultur dan polikultur:
29
Polikultur - - - - 23
Monokultur - - - - 18,15
Panjang tongkol jagung manis pada pola pertanaman
monokultur rata-rata adalah 23 cm. Tongkol tanaman jagung manis
muncul pada 8 mst. Sedangkan pada pola pertanaman polikultur
rata-rata adalah 18,15 cm. Tongkol tanaman jagung manis muncul
pada 8 mst juga.
4.1.1.6 Diameter Tongkol Jagung Manis
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan diameter tongkol
tanaman jagung manis:
Tabel 4. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Jagung
Manis
Diameter Tongkol
Pola Tanam
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst
Polikultur - - - - 3,56
Monokultur - - - - 3,64
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa diameter tongkol pada
pola pertanaman polikultur di minggu ke 8 adalah 3,56 dan pada
pada pola pertanaman monokultur di minggu ke 8 adalah 3,64
30
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Tanpa Mulsa 35,4 61 75,3 97,6
MPHP 43,8 78,2 93,7 101,4
Berdasarkan diatas terlihat rata-rata panjang tanaman
mentimun (Cucumis sativus) yang tanpa menggunakan mulsa
berbeda dengan tanaman yang menggunakan mulsa plastik hitam
perak (MPHP). Mentimun yang menggunakan mulsa plastik hitam
putih (MPHP) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan
tanaman mentimun yang tidak menggunakan mulsa. Panjang
tanaman mentimun yang menggunakan mulsa pada 7 mst
mencapai 101,4 cm, sedangkan pertumbuhan panjang tanaman
yang tidak menggunakan mulsa hanya mencapai 97,6 cm. Selisih
panjang tanaman mentimun dari 4 mst hingga 5 mst adalah 25,6 cm
dan persentase panjangnya adalah 72%, lalu selisih panjang
tanaman mentimun dari 5 mst hingga 6 mst adalah 14,3 cm dan
persentase panjangnya adalah 23%, selisih panjang tanaman
mentimun dari 6 mst hingga 7 mst adalah 22,3 cm dan persentase
panjangnya adalah 29%. edSelisih panjang tanaman mentimun
perlakuan mulsa dan tanpa mulsa pada akhir pengamatan yaitu
pada 7 mst adalah 3,8 cm.
Berikut merupakan grafik perbandingan panjang tanaman
mentimun dengan perlakuan mulsa dan tanpa mulsa:
31
120
100
60
Tanpa mulsa
40 mulsa
20
0
2mst 3mst 4mst 5mst 6mst 7mst
Umur Tanaman (mst)
32
Berikut merupakan grafik perbandingan rata-rata jumlah daun
pada tanaman mentimun dengan penggunaan mulsa dan tanpa
mulsa:
30
25
15
tanpa mulsa
10 mulsa
5
0
2mst 3mst 4mst 5mst 6mst 7mst
Umur Tanaman (mst)
Jumlah Bunga
Perlakuan
Jenis 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Tanpa Mulsa Jantan 3 6 4 2
Betina 6 10 7 4
MPHP Jantan 7 20 12 4
Betina 6 9 6 3
33
Berdasarkan tabel tersebut jumlah bunga jantan dari tanaman
mentimun dengan penggunaan mulsa pada 5 mst meningkat
drastis. Namun minggu seterusnya selalu menurun. Hal ini juga
terjadi pada bunga betina,jumlah bunga selalu menurun kecuali
pada 5 mst. Jumlah bunga jantan pada perlakuan tanpa mulsa juga
menurun,pada bunga betina juga menurun. Kedua bunga tersebut
hanya meningkat pada umur 5 mst.
4.1.2.6 Jumlah Buah Mentimun
Berikut adalah tabel hasil pengamatan jumlah buah tanaman
mentimun:
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Buah Tanaman Mentimun dengan
Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik
Hitam Perak (MPHP)
Jumlah Buah
Perlakuan
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Tanpa Mulsa - - 5 6
MPHP - - 9 10
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa buah
mentimun dipanen waktu berumur 6 dan 7 minggu setelah
tanam(mst). Jumlah buah dari perlakuan mulsa dan tanpa mulsa
juga berbeda. Pada 7 mst timun dengan perlakuan tanpa mulsa
jumlahnya bertambah 1 menjadi 6 buah. Hal ini juga terjadi pada
tanaman mentimun dengan perlakuan mulsa plastik hitam perak
(MPHP),Jumlah buah mentimun bertambah 1 buah menjadi 10
buah. Hal ini memberikan dugaan sementara bahwa penggunaan
mulsa jauh lebih baik dari penggunaan tanpa mulsa dari segi jumlah
buahnya.
34
4.1.2.7 Bobot Segar Buah Mentimun
Berikut adalah tabel hasil pengamatan bobot segar buah
mentimun:
Tabel 9. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Bobot Segar Buah
Tanaman Mentimun dengan Perlakuan Tanpa Mulsa
dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
Jumlah Bobot (kg)
Perlakuan
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Tanpa Mulsa - - 0,205 0,2656
MPHP - - 0,289 0,368
Berdasarkan tabel bobot buah segar tanaman mentimun
dapat dilihat terdapat dua perlakuan,perlakuan tanpa mulsa dan
perlakuan mulsa plastik hitam perak (MPHP). Terdapat perbedaan
bobot buah antara keduanya, tanaman mentimun dengan perlakuan
mulsa mempunyai bobot lebih berat daripada bobot tanaman
mentimun tanpa mulsa. Bobot buah mentimun mulai dapat
diketahaui pada 6mst dengan perbedaan, pada perlakuan tanpa
mulsa adalah senilai 0,205 kg dan pada perlakuan mulsa senilai
0,289 kg. Bobot tanaman mentimun tanpa mulsa pada umur 7mst
mencapai 0,265 kg sedangkan tanaman mentimun dengan
perlakuan mulsa mencapai bobot 0,368 kg
4.1.2.8 Pengamatan Gulma
Berikut merupakan keberadaan gulma pada setiap
perlakuan,baik perlakuan tanpa mulsa maupun perlakuan mulsa:
Tabel 10. Keberadaan Gulma Pada Perlakuan Tanpa Mulsa
No Spesies Gulma Jumlah Dokumentasi
1. Mecardonia procumbens 184
35
2. Cleome rutidospermae 164
36
6. Portulaca oleacea 155
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Pola Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis
Berdasarkan data hasil praktikum dapat diketahui bahwa persentase
tumbuh tanaman jagung manis dengan pola tanam monokultur memiliki
persentase lebih tinggi dari pada tanaman jagung manis dengan pola
37
tanam polikultur. Hasil data yang diperoleh berbanding terbalik dengan
literatur yang ada. Menurut Catharina (2009) pola tanam polikultur lebih
menguntungkan dibandingkan pola tanam monokultur karena pada pola
tanam polikultur jagung manis memperoleh N dari tanaman kacang
kacangan sehingga pertumbuhan jagung manis lebih maksimal. Kesalahan
ini terjadi diduga karena pada lahan yang digunakan untuk pola tanam
polikultur banyak ditumbuhi gulma akibatnya terjadi persaingan untuk
mendapatkan unsur hara antara jagung manis dan sehingga pertumbuhan
jagung manis sedikit terhambat. Hal ini sesuai dengan Pujisiswanto dalam
jurnal Alvionita (2015) yang menyatakan bahwa tanaman jagung manis
merupakan tanaman yang sangat peka terhadap adanya kompetisi gulma.
Adanya kompetisi gulma pada tanaman jagung manis mampu
mempengaruhi pertumbuhan tanaman mencapai 13-51%. Hal tersebut juga
mempengaruhi panjang tanaman jagung manis pada pola tanam polikultur.
Panjang tanaman pada pola tanam polikultur lebih pendek daripada
pada tanaman jagung manis dengan pola tanam monokultur. Jika
pertumbuhan tanaman jagung manis terganggu maka tinggi tanaman
jagung manis juga akan terhambat karena N juga berpengaruh nyata pada
panjang tanaman. Menurut Nurdin dkk (2008) unsur N, P, K sangat
berpengaruh nyata pada umur berbungan betina, tinggi tanaman, dan berat
kering jerami.
Sementara untuk jumlah daun pada pola tanam polikultur memiliki
jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan pola tanam monokulur, hal ini
disebabkan karena N membamtu dalam proses fotosintesis sehingga
proses pembentukan daun lebih cepat. hal ini sejalan dengan rahmah dkk
(2014) adanya nitrogen mempercepat proses fotosintesis sehingga
pembentukan daun menjadi lebh cepat.
Untuk waktu bunga pada pola tanam polikultur dan monokultur tidak
berbeda nyata dikarenakan pupuk yang digunakan menggunakan pupuk
dan takaran dosis yang sama. Pemberian pupuk yang mengandung pupuk
N, P, K dapat membuat pembentukan bunga pada tanaman timun menjadi
cepat. Menurut nurdin (2008) hara di dalam tanah belum mampu menyuplai
hara seseuai kebutuhan tanaman, terutama untuk mempercepat umur
berbunga betina, persentase tinggi tongkol terhadap tinggi tanaman dan
berat jerami kering jemur olehkarenan itu pemberian pemupukan lengkap
38
(NPK) dapat memper cepat munculnya bunga betina dan tinggi tanaman
pada jagung manis.
Sementara untuk diameter jagung manis tidak berbeda nyata antara
pola tanam polikultur dan pola tanam monokultur yang memiliki perbedaan
nyata yaitu pada panjang tongkol tanaman jagung manis, pola tanam
polikultur memiliki tongkol yang lebih panjang dibandingkan pola tanam
monokulur, hal ini sejalan dengan literatur yang ada. Menurut jumin (2002)
dalam marliah (2009) menyatakan bahwa pola tanam tumpang sari
ditujukan untuk membuat keadaan lingkungan (hara, air, dan sinar
matahari) sebaik baiknya agar diperoleh hasil yang maksil. Jika kebutuhan
akan hara, air, dan sinar matahari sesuai dengan yang dibutuhkan
tanaman maka tanaman akan mampu berproduksi secara maksimal.
39
membantu pertumbuhan daun. Menurut wijaya (2008) mulsa memberikan
kelembapan tanah yang optimal bagi aktivitas mikroba, sehingga bahan
organik yang dihasilkan dapat digunakan langsung oleh tanaman. Bahan
organik ini akan meningkatkan unsur nitrogen yang nantinya akan
membentuk helai daun yang luas dengan kandungan klorofil yang tinggi.
Pada parameter pengamatan jumlah bunga, berdasarkan data yang
didapat rata-rata jumlah bunga pada perlakuan mulsa lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa, hal ini terjadi karena
penggunaan mulsa dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman mulai
dari vase vegetatif sampai pada fase generatife tanaman. Berdasarkan
penelitian Alridiwirsah (2010) penggunaan mulsa memberikan hasil yang
tertinggi untuk panjang tanaman dan fase pembungaan tanaman. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan suhu dalam sistem perakaran,
sehingga pada tanaman yang diberikan perlakuan mulsa memiliki aktifitas
penyerapan hara yang lebih baik yang berdampak pada pemenuhan nutrisi
bagi tanaman tersebut.
Parameter selanjutnya adalah jumlah gulma pada penggunaan mulsa
dan tanpa penggunaan mulsa,hal ini juga dimaksudkan untuk
membandingkan efektif manakah pada tanaman mentimun.Selain itu,dapat
dilihat seperti pada data penggunaan mulsa lebih efektif untuk tanaman
mentimun. Selain panjang dan jumlah daun yang melebihi dari perlakuan
tanpa mulsa,namun tingkat pertumbuhan gulma juga berkurang drastis
dibandingkan dengan tanaman timun yang tidak menggunakan mulsa. Hal
ini dikarenakan,mulsa yang menutupi sebagian tanah menghalangi cahaya
matahari yang akan masuk ke dalam tanah sehingga membuat tanah
menjadi lembab dan tidak memberikan ruang dan kesempatan bagi gulma
untuk tumbuh. Seperti menurut (Helda,2010) perlakuan pengendalian
gulma yaitu dengan mulsa memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan gulma dimana mulsa akan mempengaruhi cahaya yang
akan sampai ke permukaan tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah
gulma serta beberapa jenis gulma dewasa mati. Disamping
mempertahankan kelembaban tanah, mulsa akan mempengaruhi
temperatur tanah. Penggunaan mulsa meningkatkan temperatur tanah dan
mempengaruhi perkecambahan biji gulma. Pada bedengan yang ditanami
tanaman mentimun dengan perlakuan tanpa mulsa ditemukan lebih banyak
40
tumbuhan liar (gulma) daripada bedengan yang ditanami tanaman
mentimun dengan penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP).
Banyaknya gulma pada sekitar tanaman mentimun dikarenakan tidak
adanya perlakuan penggunaan mulsa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kadarso (2008) bahwa dengan adanya bahan mulsa diatas permukaan
tanah,benih gulma akan sangat terhalang.Akibatnya tanaman yang
ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam
penyerapan hara mineral tanah.Tidak adanya kompetisi dengan gulma
tersebut merupakan salah satu penyebab keuntunganya itu meningkatnya
produksi tanaman budidaya.
Pada parameter pengamatan jumlah buah dan bobot buah rata-rata
jumlah bobot buah seger tanaman mentimun dengan perlakuan mulsa lebih
tinggi daripada bobot buah mentimun tanpa perlakuan mulsa hal ini
dikarenakan penggunaan mulsa akan menyediakan kondisi yang optimal
bagi pertumbuhan buah. Dari hasil penelitian Frans Dkk (2015) aplikasi
mulsa menghasilkan bobot panen segar tertinggi diduga karena aplikasi
sungkup proses fotosintesis lebih optimal, ini kemudian akan membantu
meningkatkan suplai hara yang berpengaruh langsung bagi pertumbuhan
dan hasil tanaman.
41
5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
setiap tanaman jagung manis mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda, hal
ini dipengaruhi oleh kegiatan sistem pola tanam monokultur dan polikultur yang
telah diterapkan. Pola tanam monokultur adalah sistem penanaman satu jenis
tanaman yang dilakukan sekali atau beberapa kali dalam setahun tergantung
jenis tanamannya.Sedangkan, pola tanam polikultur adalah penanaman suatu
komoditas yang berbeda dalam suatu luasan lahan tertentu pada waktu
bersamaan. Dengan semakin banyaknya populasi tanaman pada suatu lahan,
maka tingkat persaingan perebutan unsur hara juga akan semakin tinggi dan
juga mangurangi hasil panen apabila terjadi kegagalan.
Pada tanaman mentimun juga mengalami pertumbuhan yang berbeda-
beda, hal ini dipengaruhi oleh kegiatan pemberian mulsa dan tanpa mulsa yang
diterapkan. Pemakaian mulsa nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman mentimun lebih baik. Dapat dilihat pada tinggi tanaman mentimun
dengan yang menggunakan mulsa memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari pada
tanaman mentimun tanpa mulsa. Tanaman mentimun yang menggunakan mulsa
lebih banyak pertumbuhan daunnya dibandingkan dengan tanaman mentimun
yang tanpa menggunakan mulsa. Jumlah bunga pada tanaman mentimun yang
menggunakan mulsa juga lebih banyak dibandingkan dengan tanaman mentimun
yang tanpa mulsa. Dan jumlah buah sekaligus bobot buah segar dari tanaman
mentimun yang menggunakan mulsa didapatkan hasil yang lebih besar daripada
tanpa mulsa, hal ini dikarenakan mulsa dapat mempertahankan iklim mikro tanah
yang memacu pertumbuhan organ tanaman. Pada tanaman mentimun yang
tanpa menggunakan mulsa, pertumbuhan gulma disekitar tanaman lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman mentimun yang menggunakan mulsa. Hal ini
disebabkan tanah yang memakai mulsa cenderung tidak bisa ditumbuhi oleh
gulma, karena memiliki warna gelap yang mampu menyerap panas matahari
sehingga menekan pertumbuhan gulma, sehingga tanaman dapat tumbuh
menjadi lebih baik tanpa adanya perebutan unsur hara dan nutrisi. Sehingga
didapatkan hasil yang lebih baik pada penggunaan mulsa.
42
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum budidaya tanaman, perlu diperhatikan
perawatannya, terutama dalam pemberian pupuk dan penyiangan. Penyiangan
sangat penting agar gulma tidak bersaing dengan tanaman budidaya, karena
tanaman akan kekurangan unsurhara sehingga menyebabkan tanaman budidaya
mengalami kerusakan atau bahkan mati. Penyulaman dan penyiraman juga perlu
diperhatikan agar pertumbuhan tanaman menjadi baik dan perlunya ketelitian
dalam mengamati tanaman agar data yang dihasilkan sesuai.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Pramono. 2010, Pengelolaan Hutan Jati Rakyat. Bogor: CIFOR
Prasetyo, et al.2009. Produktivitas Lahan Dan Nkl Pada Tumpang Sari Jatrak
Pagar Dan Tanaman Pagar. Bengkulu: Jurnal Akta Agrosia Vol 12 No.1
Hlm 51-55
Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015-2019. Kementrian
Pertanian Republik Indonesia.
Rizki, Tri. Abd. Hadid dan Hidayati Masud. 2015. Pengaruh Berbagai Jenis
Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Kacang
Panjang (Vigna unguiculata L.). e-J. Agrotekbis 3 (5) : 579-584.
Rukmana, R. 2002. Budidaya Mentimun. Yogyakarta: Kanisius
Samad, M Yusuf.2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu
Komoditas Hortikutura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.8 No.1
Setyaningrum. 2013. Jahe. Depok: Penebar Swadaya
Siswadi, 2007. Penanganan Pasca Panen Buah-Buahan dan Sayuran. Jurnal
Inovasi Pertanian, Volume VI.
Soesanto. 2006. Penyakit Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius
Sunarjono, H, H. 2007. Bertanam 30 JenisSayur. Jakarta: Penebar Swadaya Hal
109-114
Suprapti. 2002. Teknologi Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius
Syahfari, Helda. 2010. Pengaruh Mulsa Jerami Terhadap Perkembangan Gulma
Pada Tanaman Mentimun (Cucucmis Sativus L). Samarinda: Jurnal
ZIRAAAH Volume 27 Hal 16-21
Syukur. 2013. Jagung Manis. Jakarta: Penebar Swadaya
Utama, I Made, dan Nyoman S. Antara. 2013. Pasca Panen Tropika: Buah dan
Sayur. Denpasar: Universitas Udayana.
Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman.Prestasi Pustaka Publisher . Jakarta. P.9-90
Dapus
45
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Kegiatan
46
Pemberian Cocopit Pada Pemupukan Pra Tanam
Lubang Tanam yang diberi pada Tanaman Jagung
Benih Jagung
47
2. Perhitungan Pupuk
Luas lahan tanaman jagung = 966 m2
Jarak tanam tanaman jagung = 70 cm x 30 cm =2100 cm = 21 m
Luas Lahan 966 m2
Populasi = = = 46
Jarak Tanam 21 m2
a. Tanaman Jagung
SP-36 Pra Tanam
Luas Lahan
Kebutuhan pupuk per petak = x rekomendasi pupuk
Luas 1 ha
966 m2
= x 150 kg/ha
10000 m2
48
Urea 7 Hst (Hari setelah tanam)
Luas Lahan
Kebutuhan pupuk per petak = x rekomendasi pupuk
Luas 1 ha
966 m2
= x 100 kg/ha
10000 m2
49
b. Tanaman Mentimun
SP-36 Pra tanam
Luas Lahan
Kebutuhan pupuk per petak = x rekomendasi pupuk
Luas 1 ha
739 m2
= x 250 kg/ha
10000 m2
= 0,0739 x 75 kg/ha
= 5,5425 kg
= 5542,5 gr
Kebutuhan pupuk per petak
Kebutuhan pupuk pertanaman =
Populasi Tanaman
5542,5 gr
= 27
= 0,0739 x 75 kg/ha
= 5,5425 kg
= 5542,5 gr
Kebutuhan pupuk per petak
Kebutuhan pupuk pertanaman =
Populasi Tanaman
5542,5 gr
= 27
50
Urea 28 Hst (Hari setelah tanam)
Luas Lahan
Kebutuhan pupuk per petak = x rekomendasi pupuk
Luas 1 ha
739 m2
= x 75 kg/ha
10000 m2
= 0,0739 x 75 kg/ha
= 5,5425 kg
= 5542,5 gr
Kebutuhan pupuk per petak
Kebutuhan pupuk pertanaman =
Populasi Tanaman
5542,5 gr
= 27
= 0,0739 x 36 kg/ha
= 2,6604 kg
= 2660,4 gr
Kebutuhan pupuk per petak
Kebutuhan pupuk pertanaman =
Populasi Tanaman
2660,4 gr
= 27
51
KCl 14 Hst (Hari setelah tanam)
Luas Lahan
Kebutuhan pupuk per petak = x rekomendasi pupuk
Luas 1 ha
739 m2
= x 36 kg/ha
10000 m2
= 0,0739 x 36 kg/ha
= 2,6604 kg
= 2660,4 gr
Kebutuhan pupuk per petak
Kebutuhan pupuk pertanaman =
Populasi Tanaman
2660,4 gr
= 27
= 0,0739 x 36 kg/ha
= 2,6604 kg
= 2660,4 gr
Kebutuhan pupuk per petak
Kebutuhan pupuk pertanaman =
Populasi Tanaman
2660,4 gr
= 27
Tanaman Mentimun
- Mulsa:
8
Sebelum disulam = x 100% = 50%
16
13
Setelah disulam = 16
x 100% = 81%
- Non mulsa:
6
Sebelum disulam = x 100% = 37,5%
16
11
Setelah disulam = 16
x 100% = 69%
52
b. Tanaman Jagung Manis
Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Manis
Tinggi Tanaman Jagung Manis (cm)
Sampel
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst
1 17 29 56 87 136
4 18 48 63 96 130
5 16 46 59 99 129
2 10 11 13 13 14
3 10 10 12 13 15
4 10 9 11 12 12
5 8 9 11 12 13
Panjang Tongkol
Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis
Sampel
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst
1 - - - - 24
2 - - - - -
3 - - - - 23
4 - - - - 20
5 - - - - 23
53
Waktu Muncul Malai
Sistem Tanam
Sampel
Monokultur (P2) Polikultur (P1)
1 53 hst -
2 52 hst 51 hst
3 51 hst 53 hst
4 51 hst 53 hst
5 52 hst -
c. Tanaman Mentimun
Data Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Perlakuan
Tanpa Mulsa
Panjang Tanaman (cm)
Sampel
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Tanaman 1 31,7 56 71,7 91
Tanaman 2 28 55 68 88,3
Tanaman 3 45 73 83 114
Tanaman 4 37.9 64 79 100
Tanaman 5 34,4 57 74,8 94,7
Rata-Rata 35,4 61 75,3 97,6
54
Data Mentah Pengamatan Jumlah Bunga Mentimun Perlakuan
Tanpa Mulsa
Jumlah Bunga
Sampel Jenis
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Jantan 1 3 2 0
Tanaman 1
Betina 3 8 5 3
Jantan 3 6 3 3
Tanaman 2
Betina 6 11 7 4
Jantan 7 12 6 1
Tanaman 3
Betina 11 16 9 3
Jantan 2 4 2 3
Tanaman 4
Betina 3 7 5 6
Jantan 3 5 7 3
Tanaman 5
Betina 6 8 6 4
Jantan 3 6 4 2
Rata-Rata
Betina 6 10 7 4
55
Data Pengamatan Jumlah Daun Mentimun Dengan Mulsa
Jumlah Daun
Sampel
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Tanaman 1 9 20 26 37
Tanaman 2 15 31 33 36
Tanaman 3 14 26 34 41
Tanaman 4 9 17 21 24
Tanaman 5 14 22 25 27
Rata-Rata 12 23 27 33
56
Data Berat Buah Segar Mentimun
No Mulsa Non mulsa
1 0,310 0,230
2 0,280 0,195
3 0,130 0,220
4 0,230 0,230
5 0,355 0,150
6 0,360 -
7 0,290 -
8 0,390 -
9 0,255 -
2 1,030 0,238
3 0,320 0,126
4 0,330 0,340
5 0,288 0,260
6 0,190 0,320
7 0,340 -
8 0,290 -
9 0,330 -
10 0,326 -
57