Anda di halaman 1dari 9

CROP PRODUCTION

“KACANG TANAH”

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Ken Aditya Mahadwi (19025010082)


2. .....
3. .....
4. .....

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena
kandungan gizinya terutama protein dan lemak yang tinggi. Kacang tanah banyak digunakan
sebagai bahan makanan dan bahan baku industri. Kacang tanah juga termasuk salah satu
tanaman legum terpenting kedua setelah tanaman kedelai (Radja dkk.,2013).
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika
Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian
(suku asli bangsa Amerika). Kacang tanah memiliki kandungan protein 25-30%, lemak 40-
50%, karbohidrat 12% serta vitamin B1. Kacang tanah mengandung anti oksidan, yaitu
senyawa tokoferol, selain itu mengandung arakhidonat, dan mineral (Kalsium, Magnesium,
Phosphor, dan Sulfur), serta vitamin (riboflavin, thianin, asam nikotinik, vitamin E, dan
vitamin A) (Faronika, M. Dkk, 2013).
Di Indonesia kacang tanah menjadi salah satu sumber pangan yang cukup penting,
karena penghasil sumber protein dan lemak nabati yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh
manusia. Permintaan produksi kacang tanah terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Tetapi di Indonesia produksi kacang tanah tiap tahunnya
menurun dan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, Penurunan produksi kacang
tanah dapat disebabkan oleh penggunaan benih yang bermutu rendah sehingga rentan
terhadap serangan hama dan penyakit (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi,
2012) Melihat pentingnya komoditi tersebut, maka perlu diupayakan optimalisasi produksi
kacang tanah.
Upaya optimalisasi kacang tanah dapat dilakukan melalui budidaya dengan
menggunakan varietas unggul. Sampai saat ini, peningkatan produksi kacang tanah lebih
banyak ditentukan oleh peningkatan areal panen daripada peningkatan produktivitas. Hal ini
tercermin dari kecilnya peningkatan produktivitas dalam satu dekade terakhir, Padahal
dengan penggunaan varietas unggul yang telah dilepas dan teknik budidaya yang baik,
produktivitas kacang tanah dapat ditingkatkan lebih dari dua kali lipat. Penggunaan varietas
unggul merupakan teknologi yang di andalkan, tidak hanya dalam hal meningkatkan
produksi pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani.

1.2 Permasalahan
Kacang Tanah merupakan pemenuh kebutuhan kacang-kacangan untuk bahan
pangan, pakan dan bahan baku industri. Hal itu tercermin dari laju peningkatan permintaan
kacang tanah dalam satu dasawarsa terakhir ini. Pada tahun 2007 konsumsi kacang tanah
mencapai 0,98 juta ton. Permintaan kacang tanah pada tahun 2010 untuk pangan dan pakan
diperkirakan mencapai 1,1 juta ton, atau meningkat lebih dari 22%. Peningkatan produksi
kacang tanah dari tahun ke tahun terbukti belum dapat memenuhi besarnya permintaan,
sehingga sebagian kebutuhan dipenuhi dari impor. Besarnya impor kacang tanah sekitar
150.000-200.000 ton setiap tahunnya. Hasil rata-rata kacang tanah tahun 2008 adalah 1,2 ton
biji kering/ha. Pada tahun 2010 hasil rata-rata kacang tanah diharapkan dapat mencapai 1,4
t/ha biji kering (Kasno, 2010)
Kacang tanah termasuk komoditas yang tidak terlalu sulit dibudidayakan, rentang
toleransi yang tinggi terhadap jenis dan taraf kemasaman tanah, serta sifat kleistogam dari
tanaman adalah kemudahan - kemudahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Dengan pengelolaan yang baik dan benar, produktivitas sesuai potensinya dapat dengan
mudah dicapai. Benih varietas unggul, terutama kacang tanah, merupakan masukan usahatani
yang mahal. Kelangkaan ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul kacang tanah
sering terjadi di Indonesia, demikian juga di negara penghasil kacang tanah. Padahal, benih
menempati posisi yang sangat strategis karena benih adalah pembawa teknologi kepada
petani. Sampai dengan tahun 2014 telah dilepas sebanyak 37 varietas, namun demikian
varietas yang ditemui di lapang sangat sedikit dibanding dari jumlah tersebut. Hal ini adalah
kendala yang perlu diketahui serta dicari solusinya mengapa penyebaran varietas kacang
tanah terjadi dengan lambat. Apakah hal tersebut karena perolehan informasi terhadap
varietas unggul kurang, karena kesulitan memperoleh serta keterbatasan ketersediaan benih,
atau karena keragaan tanaman seperti polong, warna kulit ari biji, ukuran biji, atau sifat lain
yang kurang sesuai keinginan pengguna.
II. METODE

Metode pelaksanaan kegiatan untuk menunjang permasalahan budidaya dan produksi kacang
tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Penyuluhan pengenalan varietas unggul kacang tanah
Melalui penyuluhan dengan mengenalkan varietas unggul pada petani, maka
petani memiliki lebih banyak pilihan saat melakukan pergiliran varietas. Pergiliran
varietas penting dilakukan sebagai salah satu upaya mengurangi intensitas serangan hama
dan penyakit. Sebab, penanaman satu jenis varietas dalam jangka waktu lama,
menyebabkan varietas tersebut rentan serangan hama dan penyakit. Selain itu,
penanaman satu varietas tanpa jeda berpotensi menurunkan produktivitas panen (Saleh,
N., dan Marwoto, 2012).
2. Penyediaan benih kacang tanah melalui jalur benih antarlapang dan musim (jabalsim)
Model penyediaan benih kacang tanah melalui jalur benih antarlapang dan musim
(jabalsim) seperti halnya pada benih kedelai cocok juga diterapkan untuk penyediaan
benih kacang tanah di tingkat petani. Dengan Jabalsim, keberadaan para penangkar benih
berpeluang dijadikan fasilitator penyebaran varietas unggul baru dan sumber benih
berkualitas bagi petani. Benih atau varietas yang berkualitas adalah masukan dasar dalam
setiap usahatani. Tingkat kualitas benih yang digunakan sebagian besar petani adalah
gambaran tingkat budidaya pertanian yang dilakukan petani, meski untuk dapat
memperoleh hasil yang maksimal diperlukan keterpaduan varietas unggul, benih
bermutu, dan tingkat pengelolaan tanaman. Sifat individualisme petani tidak akan
berperan banyak di dalam peningkatan produksi, tetapi interaksi di antara mereka dan
upaya terus saling melengkapi akan mempunyai peran yang besar.
III. PEMBAHASAN

3.1 Kendara Penyebaran Varietas Unggul


Peningkatan produksi kacang tanah sampai saat ini lebih banyak ditentukan oleh
peningkatan areal panen daripada peningkatan produktivitas. Meskipun selama periode 1950-
2012 telah dilepas sebanyak 34 varietas unggul kacang tanah, ternyata penggunaannya masih
rendah di tingkat petani. Sebagian besar dari varietas unggul tersebut mempunyai daya hasil
di atas 2 t/ha dan memiliki sifat unggul lainnya seperti umur yang lebih genjah dan toleran
terhadap cekaman biotik dan abiotik (Balitkabi 2012). Area panen kacang tanah dewasa ini
relatif masih didominasi oleh varietas lokal, sedangkan varietas unggul yang populer di
kalangan petani pun masih didominasi oleh varietas unggul lama,seperti Gajah dan Kelinci
yang masing-masing dilepas pada tahun 1950 dan 1987.
Kasno dan Harnowo (2014) menyimpulkan bahwa informasi yang tidak sampai ke
petani dan penyuluh tampaknya merupakan faktor utama yang memerlukan perhatian dari
pihak terkait. selain masalah informasi, kurang tersedianya benih bermutu dari varietas
unggul baru di tingkat petani merupakan salah satu faktor penting penyebab lambatnya
adopsi yang secara langsung berkaitan dengan penyebaran penggunaan varietas unggul.
Hingga saatini pengelolaan benih kacang tanah masih menghadapi beberapa masalah, di
antaranya: a) produksi dan distribusi benih sumber (Benih Dasar dan Benih Pokok)
belumlancar, b) penangkar benih swasta (besar) kurang tertarik memproduksi benih kacang
tanah karena kelipatan hasilnya dinilai rendah (10 kali), pengelolaannya relatif sulit, umur
simpannya pendek, masa edarnya singkat,dan pangsa pasarnya tidak jelas.

3.2 Solusi Permasalahan Budidaya Kacang Tanah


Upaya untuk peningkatan produksi dan produktivitas kacang tanah ditempuh salah
satunya dengan penggunaan varietas-varietas unggul sehingga dapat meningkatkan produksi
kacang tanah. Pengunaan varietas unggul sangat berperan dalam peningkatan produktivitas
tanaman, karena varietas unggul merupakan salah satu paket teknologi budidaya yang secara
nyata dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani (Irmayanti, A., 2019). Namun
permasalahan yang terjadi adalah produktivitas dari budidaya kacang tanah rendah, yang
diakibatkan varietas unggul belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petani. Umumnya,
petani menggunakan benih hasil pertanaman sebelumnya (Mulyono, 2016). Selain itu,
rendahnya produktivitas kacang tanah diakibatkan pengetahuan terhadap teknologi budidaya
kacang tanah yang masing rendah.
Meningkatkan produktivitas kacang tanah perlu dilakukan dari hal yang paling
mendasar. Permasalahan tidak digunakannya varietas unggul oleh petani harus diselesaikan.
Pemasyarakatan varietas unggul perlu digencarkan dan pemberian informasi secara
mendetail kepada petani kacang tanah, agar petani mau menggunakan varietas unggul.
Penekanan terhadap resiko penggunaan benih yang tidak berkualitas perlu dilakukan, seperti
yang dikatakan Kasno (2014), bahwa varietas yang ditanam di Indonesia umumnya varietas
lokal dan varietas unggul lama yang sangat peka terhadap serangan Aspergillus flavus. Selain
itu, tingkat produktivitas benih yang tidak unggul juga rendah jika dibandingkan varietas
unggul yang sudah ada. Sosialisasi varietas unggul (berupa pelatihan, demo produk dan
teknologi pengolahan) menjadi salah satu upaya strategis yang dapat dilakukan (Ginting et al.
2012). Permasalahan lain yaitu teknologi budidaya tanaman kacang tanah. Hal ini perlu
diselesaikan oleh seluruh kalangan masyarakat, utamanya penyuluh pertanian, agar dapat
memberikan bimbingan yang tepat terhadap budidaya kacang tanah sehingga petani dapat
melakukan budidaya secara tepat dari berbagai aspek.
Adapun kendala secara umum yang akan dialami selama proses budidaya. Hal ini
dapat berupa pengelolaan budidaya tanaman yang diharapkan merupakan sistem
berkelanjutan. Selain itu pengendalian OPT secara tepat juga perlu diperhatikan. Varietas
unggul pun tidak menutup kemungkinan resisten dari serangan OPT.
Bimbingan teknis yang diberikan oleh penyuluh pertanian harus secara lengkap, dan
berorientasikan pertanian terpadu atau berkelanjutan. Menurut Dimas (2015), sistem
pertanian konvensional memiliki banyak kekurangan diantaranya rentannya serangan OPT,
resiko kesuburan lahan menurun, dan pencemaran lingkungan. Budidaya kacang tanah yang
sudah menggunakan varietas unggul tetap perlu memperhatikan hal tersebut, karena apabila
tidak menerapkan sistem pertanian terpadu, maka kegiatan pertanian tidak akan
berkelanjutan.
Pengendalian OPT secara tepat juga merupakan aspek yang perlu diperhatikan.
Varietas unggul kacang tanah yang ada tentu juga memiliki kekurangan. Pengendalian OPT
secara terpadu dapat dilakukan dengan menerapkan pengendalian secara alamiah terlebih
dahulu, dan menggunakam bahan kimiawi secukupnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya
resistensi OPT yang berakibat pada serangan terhadap tanaman. Memperhatikan aspek-aspek
tersebut merupakan kewajiban untuk menjaga produktivitas kacang tanah agar tetap tinggi
dan stabil.

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena
kandungan gizinya terutama protein dan lemak yang tinggi. Upaya optimalisasi kacang tanah
dapat dilakukan melalui budidaya dengan menggunakan varietas unggul. Sampai saat ini,
peningkatan produksi kacang tanah lebih banyak ditentukan oleh peningkatan areal panen
daripada peningkatan produktivitas. Hal ini karena penggunaan kacang tanah varietas unggul
masih rendah di tingkat petani. Untuk meningkatkan penggunaan kacang tanah varietas
unggul, maka perlu dilakukan pemberian informasi secara mendetail kepada petani kacang
tanah, agar petani mau menggunakan varietas unggul. Metode pelaksanaan kegiatan untuk
menunjang permasalahan budidaya dan produksi kacang tanah ini dapat dilakukan dengan
cara penyuluhan pengenalan varietas unggul kacang tanah serta penyediaan benih kacang
tanah melalui jalur benih antarlapang dan musim (jabalsim).
DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2012. Deskripsi Varietas Unggul
Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Malang
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2012. Deskripsi
varietas kacang-kacangan dan umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Malang. 175p.

Dimas, M., Fina, C. (2011). Penerapan Metode Pertanian Berkelanjutan untuk Membenahi
Penurunan Produktivitas Budidaya Jagung Manis di Kabupatan Karawang. Jurnal
Ilmu Pertanian, 3(3):112-120

Elisabeth, D. A. A., Yulifianti, R., & Ginting, E. (2016). Umpan Balik Sosialisasi Varietas
Unggul Aneka Kacang dan Umbi terhadap Usaha Pengolahan Pangan. In Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (p. 645).
Faronika, M., Faronika, M., Siregar, L. A. M., Hasyim, H., & Hasyim, H. (2013). Evaluasi
Produktifitas Dan Kualitas Beberapa Varetas Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.)
Di Tanah Bertekstur Liat. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera
Utara, 1(2), 94499.
Irmayanti, A. 2019. Adaptasi beberapa varietas kacang tanah di Kabupaten Donggala, Propinsi
Sulawesi Tengah. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 5 (2): 272-275, Juni
2019
Kasno, A. 2004. Seleksi Genotipe Kacang Tanah Toleran Kekeringan Pada Stadia Kecamba Dan
Reproduktif. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 23 (3):75–81

Kasno, A. 2010. Kacang tanah galur J/91283-99-c-90-8 adaptif lahan kering masam, agak tahan
bercak daun dan agak tahan aspergillus flavus. Makalah Usulan Pelepasan Varietas.
Kasno, A. dan D. Harnowo. 2014. Karakteristik Varietas Unggul Kacang Tanah dan Adopsinya
oleh Petani. Jurnal Iptek Tanaman Pangan, 9(1): 13-23.

Mulyono, J. Munibah, K. 2016. Analisis Usahatani Kacang Tanah Lahan Sebagai Komoditas
Unggulan Di Lahan Kering Kabupaten Bantul. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi.

Radja, Asngad, Aminah. 2013. Seminar Nasional MIPA Unnes. ISBN: 978-602-18553-2- 4.
Saleh, N., dan Marwoto, 2012. Hama dan penyakit utama kacang tanah dan pengendaliannya.
Makalah narasumber pelatihan perbenihan kacang tanah. 41p.

Anda mungkin juga menyukai