PENDAHULUAN
pertanian terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis pangan nasional
sebagai sumber protein dan minyak nabati. Menurut Marzuki (2009), kacang tanah
mengandung lemak 40-50%, protein 27%, karbohidrat 18%, dan vitamin. Kacang
makanan seperti roti, bumbu dapur, bahan baku industri, dan pakan ternak, sehingga
kebutuhan kacang tanah terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk.
lahan kering. Pada saat ini, penanaman kacang tanah telah meluas dari lahan kering ke
lahan sawah melalui pola tanam padi–padi–palawija. Kacang tanah ditanam pada
berbagai lingkungan agroklimat dengan beragam suhu, curah hujan dan jenis tanah.
Jenis tanah lahan sawah pada umumnya Aluvial dan Regosol, sedang lahan kering
adalah Podzolik Merah Kuning dan Latosol dengan kemiringan tanah kurang dari 8%.
ha) atau 70% dari total area 539.495 ha di Indonesia, Sumatera dan Nusa Tenggara
berada pada urutan kedua dan ketiga dengan luas areal masing-masing 46.908 ha dan
45.714 ha (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020). Sentra produksi masih terbatas pada
beberapa kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan beberapa daerah di
Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Penanaman kacang tanah sebagian besar
dilaksanakan pada musim hujan di lahan kering yaitu sekitar 64% dan 36% sisanya
1
2
Rata-rata hasil per hektar di tingkat nasional sekitar 1,29 t/ha, walaupun hasil
dari petak penelitian mampu mencapai 2,5−3 t/ha. Rendahnya produktivitas kacang
waktu tanam, cara tanam, penyiangan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit. Disamping itu, pada saat ini budidaya kacang tanah yang baku belum
tersedia untuk setiap sentra produksi. Teknologi budidaya merupakan gabungan dari
beberapa komponen teknologi sehingga hasil yang tinggi dapat diperoleh ketika
komponen tidak dilaksanakan secara tepat, maka produktivitas yang optimal tidak
dapat dicapai.
Produktivitas rata-rata kacang tanah nasional dari tahun 2008 hingga 2020
mengalami sedikit peningkatan, pada tahun 2008 sekitar 1,21 ton/ha, pada tahun 2020
tergolong rendah, jika dibandingkan dengan negara USA, Cina, dan Argentina yang
Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan produksi kacang tanah, produksi kacang
tanah nasional masih tergolong rendah, bahkan dari tahun 2008 hingga 2020 terus
mengalami penurunan. Tahun 2008 produksi kacang tanah sekitar 770.054 ton, dan
tahun 2020 sekitar 709.063 ton. Kemampuan produksi rata-rata hanya sekitar 1 ton/ha
biji kering. Salah satu penyebab produktivitas kacang tanah yang masih rendah karena
proses pengisian polong kacang tanah belum maksimal, masih banyak ditemukan
polong yang hanya terisi setengah penuh bahkan cipo (Kasno, 2005).
dalam kulit dan biji kacang tanah (Kadekoh, 2007). Bahan kering untuk pengisian biji
3
pada kacang tanah diduga lebih banyak diperoleh dari fotosintesis selama pengisian
atau teknologi budidaya. Kini, teknologi budidaya lebih ditekankan pada pengelolaan
dengan perubahan lingkungan sebagai dampak dari perubahan iklim global. Dalam
perbaikan teknologi budidaya yang sudah ada (existing technology) dan merakit
komoditas diagroekologi utama yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan
lahan kurang optimal sehingga drainase buruk dan struktur tanah padat, pemeliharaan
b) Penggunaan benih bermutu masih rendah, c) Penggunaan pupuk hayati dan organik
masih rendah (Dirjen Tanaman Pangan, 2012). Rendahnya hasil kacang tanah juga
dipengaruhi jumlah bulan basah kurang dari tiga bulan sehingga tanaman mengalami
kekeringan. Penurunan hasil kacang tanah akibat kekeringan berkisar antara 22-96%
sasaran yaitu: luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas. Peningkatan
produksi yang tepat guna, pengembangan dan penerapan teknologi budidaya terbaru,
dan perlindungan tanaman dari OPT. b) Perluasan areal lahan budidaya dan
lahan dengan memanfaatkan lahan marjinal dan lahan pertanian lainnya (Dirjen
penyerapan unsur fosfor (P), yang dapat meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah
dengan pemberian pupuk kalium chlorida. Pemberian pupuk kalium chlorida penting
rebah (lodging) tanaman dan melawan efek buruk yang disebabkan oleh terlalu
tetapi unsur K sangat penting dalam proses pembentukan biji kacang tanah bersama
hara P disamping juga penting sebagai pengatur berbagai mekanisme dalam proses
metabolik seperti fotosintesis, transportasi hara dari akar ke daun, translokasi asimilat
1. Benih kacang tanah diperoleh dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya
kacang tanah dibawa dan disebarkan ke benua Eropa, kemudian menyebar ke benua
lemak dan protein nabati sebagai menu makanan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Kacang tanah juga diambil minyaknya untuk berbagai keperluan, misalnya minyak
goreng, pelumas, dan kosmetik. Selain itu, batang dan daun (brangkasan) kacang
permintaan global yang bersifat stabil, kontinu, dan tidak mengenal musim. Indonesia
hal peluang untuk berproduksi, karena suhu harian yang tinggi dan curah hujan
maksimal 1000 meter dari permukaan laut. Tanaman kacang tanah cocok ditanam di
dataran yang berketinggian di bawah 500 meter diatas permukaan laut, mendapat
sinar matahari yang cukup oleh karena itu, tanaman harus terbebas dari naungan
8
9
tempat tersebut maka tanaman akan berumur lebih panjang (Tim Bina Karya Tani,
2009).
Kacang tanah tumbuh dengan baik apabila didukung oleh iklim yang cocok,
suhu yang dibutuhkan antara 25°C sampai 32°C, curah hujan yang cocok untuk
bertanam kacang tanah yaitu berkisar 800 mm-1300 mm per tahun ditempat terbuka,
dan musim kering rata-rata sekitar 4 bulan/tahun. Kacang tanah dapat tumbuh
diberbagai macam tanah yang dapat menyerap air dengan baik dan mengalirkan
kembali dengan lancar. Struktur tanah yang remah dari tanah lapisan atas dapat
kegemburan tanah, ada sebab lain yang harus diperhatikan, diantaranya lebih baik
menanam kacang tanah pada jenis tanah yang berstruktur ringan seperti tanah regosol,
Tabel 2.1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kacang Tanah
menurut Kabupaten/Kota, 2020
Kabupaten
01 N i a s 1 1.1 11.39
04 Tapanuli Tengah - - -
08 A s a h a n 83 73.1 8.81
10 D a i r i 96 134.9 14.06
11 K a r o 14 16 11.51
23 Labuhanbatu Utara - - -
25 Nias Barat - - -
Kota
26 S i b o l g a - - -
27 Tanjungbalai - - -
28 Pematangsiantar - - -
29 Tebing Tinggi - - -
30 M e d a n 19 23.9 12.57
33 Gunungsitoli - - -
Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting
dalam pola menu makanan penduduk. Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis
yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam
pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanahdari tahun ketahun terus
Divisi : Tracheophyta,
Kelas : Magnoliophyta,
Ordo : Leguminales,
Famili : Papilionaceae,
Genus : Arachis,
Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe tegak dan
menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya kebanyakan lurus atau sedikit
kering dan umur panennya berkisar yaitu 100-120 hari, sehingga lebih cepat panen.
Kacang tanah tipe menjalar percabangannya tumbuh ke samping, dan umur panennya
Tanaman kacang tanah merupakan tanaman yang tersusun atas 3 bagian utama
yaitu akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Sedangkan bagian organ lain
seperti bunga (flos), buah (frucus), dan biji (semen) merupakan bagian reproduktif
dapat mencapai dua meter. Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang
yang tumbuh tegak lurus pada akar tunggang tersebut. Akar cabang ini
mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap.
Akar-akar ini dapat mati dan dapat juga menjadi akar yang permanen. Bila menjadi
akar permanen, maka akan berfungsi kembali sebagai penyerap makanan (Suprapto,
2006).
tipe pertumbuhan tegak atau merumpun. Pada awalnya batang tumbuh tunggal,
kacang tanah (Rukmana, 1997). Daun kacang tanah adalah daun majemuk bersirip
genap, terdiri atas empat anak daun yang bentuknya bulat, elip atau agak lancip
Buah berbentuk polong berada didalam tanah. Buah berisi sesuai varietas, kulit
tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua (Balai
kekuning-kuningan dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase
kacang tanah menyerbuk sendiri (selfing) pada malam hari dan hanya 70-75 %
yang membentuk bakal polong (ginofora). Bunga mekar selama 24 jam kemudian
layu dan gugur (Sumarno, 2001). Polong kacang tanah berkulit keras dan
berwarna putih kecoklatan dan setiap polong mempunyai 1-4 biji. Polong terbentuk
setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang, hal ini disebut
13
ginofor yang akan menjadi tangkai polong. Ginopor terbentuk diudara, sedangkan
polong terbentuk di dalam tanah. Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai
lonjong, terbungkus kulit biji tipis berwarna putih dan merah (Marzuki, 2007).
Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting
dalam pola menu makanan penduduk. Di masyarakat, kacang tanah ini memiliki
beberapa nama antara lain kacang cina, kacang brol, dan kacang brudul (Jawa).
Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan
merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia.
2.3.1. Akar
Kacang tanah merupakan tanaman herba annual, tegak atau menjalar dan
memiliki rambut yang jarang. Kacang tanah memiliki sistem perakaran tunggang.
Akar-akar ini mempunyai akar-akar cabang. Akar cabang mempunyai akar-akar yang
mati, sedangkan akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar yang
polong pun mempunyai alat pengisap, yakni rambut akar yang menempel pada
kulitnya. Rambut ini berfungsi sebagai alat pengisap unsur hara Pada akar biasanya
terdapat bintil akar (Suprapto, 2006). Akar kacang tanah dapat dilihat pada Gambar
2.1.
14
di sekitar akar tersebut. Sinyal tanaman itu akan memacu produksi suatu molekul
jawaban oleh bakteri. Secara spesifik, molekul sinyal tanaman itu akan mengaktifkan
suatu kelompok protein pengatur gen yang mengaktifkan suatu kelompok gen bakteri
yang disebut nod. Produk gen ini adalah enzim yang mengkatalis suatu molekul yang
spesifik terhadap spesies yang disebut faktor Nodul. Faktor Nodul memberikan sinyal
kepada akar untuk membentuk benang infeksi yang akan dimasuki Rhizobium
leguminosarum.
2.3.2. Batang
Kacang tanah memiliki batang yang tidak berkayu dan berambut halus. Pada
batang terdapat stipula, batang dan cabang berbentuk bulat. Pada awalnya batang
tumbuh tunggal, namun lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun. Tinggi
tanaman berkisar antara 30-50 cm atau lebih tergantung jenis atau varietas kacang
tanah (Rukmana, 1997). Batang kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 2.2.
15
sequential tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, pola percabangan
pada cabang primer atau sekunder dan batang utamanya tidak mempunyai bunga,
jumlah cabang dalam 1 tanaman berkisar antara 5–15 cabang, umur panennya
Pola percabangan sequential dicirikan dengan buku subur terdapat pada batang
utama, cabang primer maupun pada cabang sekunder, tumbuhnya tegak, cabangnya
sedikit (3–8 cabang) dan tumbuhnya sama tinggi dengan batang utama, Bunganya
terbentuk pada batang utama dan ruas cabang yang berurutan Berdasarkan adanya
menjadi dua golongan, yaitu warna merah atau ungu, dan hijau. Batang utama ada
yang memiliki sedikit bulu dan ada yang berbulu banyak (Marzuki, 2007).
2.3.3. Daun
Daun kacang tanah adalah daun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat
anak daun yang bentuknya bulat, elip atau agak lancip dan berbulu. Bunga kupu-
16
kupu, tajuk 4 daun berjumlah 5 dan 2 diantaranya bersatu berbentuk seperti perahu.
Mahkota bunga berwarna kuning. Buah berbentuk polong berada di dalam tanah.
Buah berisi sesuai varietas, kulit tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah
serta biji berkeping dua (BPTP, 2006). Daun kacang tanah dapat dilihat pada Gambar
2.3.
Helaian anak daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari yang sebanyak-
banyaknya. Daun mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan setelah tua yang dimulai
2.3.4. Bunga
penyerbukan sendiri tanaman kacang tanah bisa mulai berbunga kira-kira pada umur
4-6 minggu setelah ditanam. Rangkaian yang berwarna kuning muncul pada setiap
ketiak daun. Bunga kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 2.4.
17
Bunganya merupakan bunga yang berbentuk kupu-kupu yang terdiri dari satu
vexillum. Vexillum berbentuk lingkaran, kuning cerah dan berurat merah, dasar
bunga setelah pembuahan berbentuk tangkai memanjang dan mendorong bakal buah
bakal buah ini dilindungi oleh tudung seperti halnya tudung pada akar setiap bunga
memiliki tabung kelopak yang berwarna putih. Bakal buahnya terletak di dalamnya
(inferior), tepatnya pada pangkal tabung kelopak bunga di ketiak daun (Sumarno,
2001).
2.3.5. Polong
Buah kacang tanah berupa polong. Polongan memanjang, tanpa sekat antara,
berwarna kuning pucat dan tidak membuka. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah
tumbuh memanjang (ginofor). Mula-mula ujung ginofor yang runcing itu mengarah
(positive geotropic) dan terus masuk ke dalam tanah. Setelah polong terbentuk, maka
proses pertumbuhan ginofora yang memanjang terhenti. Ginofor yang tidak dapat
masuk menembus tanah, akhirnya tidak dapat membentuk polong. Setiap polong
dapat berisi 1-4 biji. Polong kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 2.5.
18
Biji terdiri dari lembaga dan keping biji yang diliputi kulit ari tipis (tegmen),
bentuknya bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan
dengan butir biji lain selagi di dalam polong. Biji bisa berwarna putih, merah, ungu
Tanaman kacang tanah dapat tumbuh pada daerah tropik, subtropik, serta
Persyaratan mengenai tanah yang cocok bagi tumbuhnya kacang tanah tidaklah terlalu
khusus. Syarat yang terpenting adalah bahwa keadaan tanah tidak terlalu kurus dan
padat. Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi
tanah yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman kacang tanah
terutama dalam hal perkecambahan biji, kuncup buah, dan pembentukan polong yang
baik. Kondisi tanah yang gembur juga akan mempermudah bakal buah menembus
Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab,
yaitu rata-rata 65-75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-
19
1300mm/tahun dengan suhu harian 25-350C. Tanaman kacang tanah tumbuh baik
Adapun syarat-syarat benih atau bibit kacang tanah yang baik adalah:
a) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul, b) Daya tumbuh yang tinggi
(lebih dari 90 %) dan sehat, c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat, d)
Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain, e) Kadar air benih berkisar 9-12
%Pupuk dasar seperti pupuk kandang 2-4 ton/ha perlu diberikan pada tanaman kacang
tanah yaitu diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum
tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
Dalam hal budidaya kacang tanah, pola tanaman harus memerhatikan musim
dan curah hujan. Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan
jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong
masak, serta buku-buku pada batang utama yang telah berkembang penuh. Fase
maksimum. Penandaan fase reproduktif ditandai dengan adanya bunga, buah dan biji.
Pembungaan pada kacang tanah dimulai pada hari ke-27 sampai ke-32 setelah tanam
yang ditandai dengan munculnya bunga pertama. Jumlah bunga yang dihasilkan
setiap harinya akan meningkat sampai maksimum dan menurun mendekati nol selama
periode pengisian polong. Ginofor (tangkai kepala putik) muncul pada hari ke-4 atau
ke-5 setelah bunga mekar, kemudian akan memanjang, serta menuju dan menembus
tanah untuk memulai pembentukan polong. Pembentukan polong dimulai ketika ujung
ginofor mulai membengkak, yaitu pada hari ke-40 hingga hari ke-45 setelah tanam
atau sekitar satu minggu setelah ginofor masuk ke dalam tanah (Trustinah dan
Astanto, 2015).
20
Pengaturan jarak tanam untuk tanaman sangat diperlukan agar setiap individu
sehingga didapatkan tanaman yang tumbuh dengan subur dan seragam yang akhirnya
produksi dapat dicapai secara optimal. Jarak tanam memengaruhi populasi tanaman,
efisiensi penggunaan cahaya, perkembangan hama penyakit dan kom petisi antara
tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara. Penentuan jarak tanam tanaman
kacang tanah dipengaruhi oleh: (a) jenis/varietas kacang tanah yang ditanam, (b) pola
tanam, (c) kesuburan tanah, dan (d) bagian tanaman yang akan dipakai sebagai
Jarak tanam yang tidak teratur akan mengakibatkan terjadinya kompetisi baik
terhadap cahaya matahari, air, maupun unsur hara, jarak tanam yang rapat
mengakibatkan proses penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi
perakaran di dalam tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam
mendapatkan unsur hara menjadi lebih besar. Pengaturan jarak tanam pada suatu areal
tanah pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan
dicapai. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak
Tujuan pengaturan kerapatan tanaman atau jarak tanam pada dasarnya adalah
persaingan dalam hal pengambilan air, unsur hara, cahaya matahari, dan memudahkan
pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat merangsang
pertumbuhan gulma, sehingga dapat menurunkan hasil. Secara umum hasil tanaman
per satuan luas tertinggi diperoleh pada kerapatan tanaman tinggi, akan tetapi bobot
21
Menurut Rahmawati (2017), banyak jumlah polong dan beratnya polong per
tanaman, berat polong per petak dan berat polong per hektar tanaman kacang 10 pada
jarak tanam optimal untuk pertumbuhan kacang tanah. Dengan jarak tanam optimal
tertinggi pada berat polong isi segar per tanaman, tiga tanaman per lubang dan jarak
tanam 40 cm x 10 cm memberikan hasil tertinggi pada berat polong isi segar dan berat
2.6. Pupuk
Pengertian pupuk dan pemupukan agak berbeda. Pupuk, secara umum adalah
suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam
tanah atau tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan
pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah agar dapat diserap oleh tanaman
(Hasibuan, 2006).
tanaman kacang tanah. Pemupukan yang sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman
akan meningkatkan produksi. Pemupukan yang kurang dari kebutuhan tanaman akan
pemborosan dan dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan hama dan
22
2013).
mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik secara tepat dan
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau unsur
untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti
menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Pupuk
mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun jumlah pupuk semakin beragam dengan
berbagai produk, serta nama kemasan dan berbagai Negara yang memproduksinya,
dari segi unsur yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk, yaitu
pupuk makro dan pupuk mikro. Sebagai patokan dalam membeli pupuk adalah unsur
pupuk yang beredar di pasaran sudah sangat banyak. Secara umum pupuk hanya
dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya yaitu pupuk anorganik seperti urea
(pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), serta dan pupuk organik
seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau (Lingga dan Marsono,
2013).
Pupuk produk baru yang cara pemberiannya lain dari biasanya, maka
pupukpun dibagi lagi berdasarkan cara pemberiannya yaitu pupuk akar ialah segala
jenis pupuk yang diberikan lewat akar. Misalnya, TSP, ZA, KCl, kompos, pupuk
kandang, dan Dekaform dan pupuk daun ialah segala macam pupuk yang diberikan
23
lewat daun dengan cara penyemprotan, sampai saat ini diperkirakan ada banyak jenis
Kecuali pembagian di atas, masih ada lagi pembagian lain dari pupuk ini, yaitu
berdasarkan unsur hara yang dikandungnya. Ada tiga kelompok pupuk berdasarkan
kandungan unsure yaitu pupuk tunggal ialah pupuk yang hanya mengandung satu
jenis unsur, misalnya urea, sedangkan pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung
lebih dari satu jenis unsur, misalnya NPK, beberapa jenis pupuk daun, dan kompos
dan pupuk lengkap ialah pupuk yang mengandung unsur secara lengkap (keseluruhan)
kacang tanah disamping berperan pula dalam proses metabolisme. Hara K merupakan
hara yang paling banyak diserap tanaman kacang tanah setelah hara N. Hara N yang
diserap tanaman kacang tanah dapat mencapai 230 kg N ha-1 (Sutarto, dkk., 1998).
tetapi unsur K sangat penting dalam proses pembentukan biji kacang tanah bersama
hara P disamping juga penting sebagai pengatur berbagai mekanisme dalam proses
metabolik seperti fotosintesis, transportasi hara dari akar ke daun, translokasi asimilat
Pupuk KCl merupakan salah satu jenis pupuk tunggal yang memiliki
konsentrasi tinggi, yaitu mengandung 60% K2O sebagai Kalium klorida. Ini
merupakan pupuk yang mengandung unsur kalium yang sangat cocok digunakan
untuk segala jenis tanaman yang memiliki sifat toleran terhadap klorida atau tanah
dengan klorida rendah. Selain itu, Pupuk KCl dapat diaplikasikan untuk semua jenis
24
tanah. Pupuk Kalium Klorida adalah pupuk tunggal yang mengandung unsur hara
kalium, berbentuk serbuk, butiran atau gelintiran dengan rumus kimia KCl, yang juga
disebut sebagai pupuk MOP (Muriate Of Potash) (Habson dan Rofienda, 2015).
Kalium merupakan hara makro primer yang diperlukan tanaman dalam jumlah
besar setelah unsur hara N dan P. Dalam proses metabolisme tanaman kalium
berperan antara lain: (1) meningkatkan aktivitas enzim, (2), mengurangi kehilangan
triphospat (ATP), (4) membantu translokasi asimilat, dan (5) meningkatkan serapan N
dan sintesis protein. Hara kalium mengendalikan lebih dari 60 enzim yang umumnya
mempunyai peran penting dalam proses metabolisme. Selain itu hara kalium
transportasi asimilat, sistesis protein dan pati, perkembangan sel dan pergerakan
stomata.
Menurut Jones et al., (1991) dalam Nurjaya dan Wibowo (2016), kalium
merupakan elemen utama esensial yang terlibat dalam memertahankan status air
tanaman dan tekanan turgor sel yaitu berperan dalam mengatur membuka dan
menutup stomata; juga diperlukan dalam akumulasi dan translokasi karbohidrat yang
baru terbentuk.
Menurut Ispandi (2004), pemberian pupuk KCl satu kali pada saat tanam lebih
efektif dan lebih efisien dari pada diberikan dua kali pada saat tanam dan umur satu
bulan dalam meningkatkan hasil kacang tanah dan juga bila diberikan tiga kali justru
menurunkan hasil. Pemupukan 112 kg KCl ha-1 dapat meningkatkan kadar K dalam
tanaman. Berbagai bentuk K dalam tanah digolongkan menjadi tiga golongan yaitu
25
tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Pupuk kalium yang sering
dijumpai yaitu pupuk KCl. Pupuk KCl merupakan pupuk Kalium yang berwarna
kemerahan abu-abu atau putih dengan kandungan K2O sebesar 48 sampai 62,5%
setara dengan 39-51% Kalium dan 47% Klorin. Di samping unsur K dan Cl pupuk ini
juga mengandung Na, Mg, S, B, Ca, dan unsur lainnya meskipun dalam jumlah
leguminose, tanaman yang kekurangan kalium lebih peka terhadap penyakit dan
menunjukkan kualitas produksi yang rendah karena biji yang dihasilkan banyak yang
2.8. Dolomit
salah satu metode untuk memperbaiki kornposisi dan sifat-sifat kimia tanah masam
(Sanchez, 1976).
bahan pengapuran yang paling murah dibandingkan sumber yang lain Pengapuran
Fe, Al, dan Mn. Kapur banyak mengandung unsur Ca tetapi pemberiarinya ke dalam
26
tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca, tetapi karena tanah
Pengapuran dilakukan pada saat tidak turun hujan dan keadaan tanah cukup
kering. Pengapuran tidak akan tampak seketika, akan tetapi akan terlihat pada hasil
tanaman, apabila tanah kekurangan kapuir akan dapat diketahui secara langsung pada
polong-polong kacang tanah kurang berisi (biji tidak penuh). Penggunaan dosis yang
di anjurkan setiap 1 hektar memerlukan kapur sebanyak 1– 2,5 ton ha-1 (AAK, 1989).
dolomit pada lahan yang memiliki pH tanah 4,5 - 5,5 dengan dosis 10 ton ha -1
tinggi tanaman hingga 47,30 cm, jumlah polong berisi per tanaman sampel kedelai
90,27 buah, berat polong per 100 butir kedelai 23,17 g, produksi per tanaman sampel
2.9. Varietas
Varietas menunjuk pada sejumlah individu dalam suatu spesies yang berbeda
dalam bentuk dan fungsi fisiologi tertentu dari sejumlah individu lainnya dalam suatu
produksi hasil juga berbeda. Berdasarkan umurnya, varietas unggul dapat dibedakan
menjadi varietas genjah yang berumur 80-90 hari, dan varietas dalam yang berumur
dengan cara introduksi dan seleksi, serta pembuatan mutan dengan sinar gamma di
balai penelitian ataupun instansi di dalam negeri. Varietas unggul kacang tanah
mempunyai biji yang lebih besar, sekitar 50 gram per 100 biji, sedangkan varietas
27
lokal ukuran bijinya lebih kecil yaitu 30-35 gram per 100 biji. Varietas lokal pada
umumnya merupakan campuran dari beberapa varietas sehingga warna, bentuk, dan
mempunyai sifat ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik serta karakteristik
yang sesuai dengan permintaan pasar merupakan modal utama dalam upaya
produktivitas tanaman karena varietas unggul merupakan salah satu paket teknologi
budidaya yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Varietas unggul yang digunakan antara lain : Bison, Domba, Gajah, Jerapah, dan
Varietas bison merupakan varietas kacang tanah yang berbiji 2 per polong
(spanish), tahan penyakit karat, tahan bercak daun, toleran penaungan dan sesuai
untuk tumpangsari dengan tanaman jagung atau ubikayu. Hasil polong rata-rata 2,0
ton ha-1 dengan rendemen biji 72% yang umur panen 90-95 hari setelah tanam (HST).
Varietas domba merupakan varietas kacang tanah yang berbiji 3-4/polong (valencia),
tahan penyakit karat dan tahan bercak daun. Hasil polong rata-rata 2,1 ton/ha dengan
rendemen biji 70% yang umur panen 90-95 HST. Varietas gajah merupakan varietas
yang toleran terhadap layu, dengan potensi hasil 1,2-1,8 ton/ha dan umur panen 100-
110 HST. Varietas jerapah merupakan varietas yang mampu beradaptasi luas, toleran
terhadap kekeringan, kemasaman, penyakit layu bakteri, bercak daun dan karat daun.
Berbiji 2 per polong (spanish) bentuknya lonjong bulat, ukuran biji 45-50
gr/100 biji dengan umur panen 90-95 HST. Varietas naga umbang merupakan varietas
yang dimurnikan dari varietas lokal, berbiji dua/polong (spanish), memiliki adaptasi
yang baik, toleran terhadap kekeringan, tahan penyakit layu, namun peka penyakit
daun. Hasil polong rata-rata 2,0 ton/ha dengan umur panen 90-95 HST (Azis, dkk.,
2013).
pada lahan gambut adalah pH tanahnya rendah yaitu 3-5, kandungan mineral tanah
tidak seimbang, kandungan unsur beracun seperti Al, Fe tinggi serta ketersediaan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman rendah. Dengan kondisi seperti ini
telah melakukan penanaman kacang tanah pada lahan gambut, namun produktivitas
masih sangat rendah yakni rata-rata 450 kg ha-1, sementara produktivitas kacang tanah
pada tanah mineral mencapai 1-1,5 ton ha-1. (Azis, dkk., 2013).
subsidensi atau pemadatan gambut. Kesalahan fatal dalam mengelola subsidensi akan
kembali digenangi air maka kepadatannya tidak akan berbalik kembali. Telah
diketahui bahwa tanah gambut memiliki daya dukung air yang rendah, yaitu sebesar
0,21 gr/cm2 dibandingkan dengan tanah mineral yang 1,0 gr/cm 2. Selain itu gambut
juga lebih bersifat poros dengan tingkat permeabilitas yang tinggi. Permukaan gambut
29
harus dipertahankan menjadi sedikit basah, menjaga penurunan permukaan air secara
perlahan, tetapi cukup dapat membuang genangan air yang ada digambut (Nugraheni
Menurut Pramana (2012), status hara tanah gambut tergolong rendah baik hara
makro maupun mikro. Kandungan unsur hara gambut sangat ditentukan oleh
penyusunan gambut dan tanah mineral yang berada dibawah lapisan tanah gambut.
Tanah gambut juga mengandung unsur mikro yang sangat rendah dan diikat cukup
kuat oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu adanya
kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur mikro direduksi kebentuk yang tidak
Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan pertanian milik keluarga saya sendiri
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: benih kacang tanah
varietas Hypoma sebanyak 1,5 kg, pupuk kalium, dan Dolomit. Sedangkan alat-alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pompa mesin, pipa polyethylene,
timbangan, neraca analitik, nampan, gelas plastik, mistar, nozzle, kamera, meteran,
Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3x4 dengan 3 ulangan. Faktor yang
diteliti adalah pengaruh pemberian dolomit dan kalium terhadap pertumbuhan dan
K1 = 50 g/plot
K2 = 100 g/plot
K3 = 150 g/plot
Faktor dosis dolomit (D) terdiri atas 4 taraf, yaitu:
D0 = 0 g/plot
D1 = 400 g/plot
D2 = 500 g/plot
D3 = 600 g/plot
30
31
terdapat 36 unit satuan percobaan. Setiap plot diwakili dengan 5 tanaman, jadi total
Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini.
Tabel 3.1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Pupuk Kalium (K) dan
Dolomit.
K1 D0 K2 D0 K3 D0
K1 D1 K2 D1 K3D1
K1 D2 K2 D2 K3 D2
K1 D3 K2 D3 K3 D3
dengan uji lanjut yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Dengan persamaan
sebagai berikut:
Dimana :
BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %
t0,05 (dbg) = Nilai baku t pada taraf 5 % derajat bebas galat
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
Pembuatan plot dilakukan setalah pengolahan tanah kedua dengan luas plot
Aplikasi pupuk kalium diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, pupuk
kalium diberikan 7 hari sebelum tanam dengan dosis sesuai yang dicobakan per plot,
Aplikasi dolomit diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, dolomit
diberikan 15 hari sebelum tanam dengan dosis yang sesuai perlakuan, kemudian
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas
Hypoma. Benih yang disiapkan dilakukan pemilahan atau pemilihan biji yang baik
4.6. Penanaman
jarak tanam 20 cm x 30 cm, lubang tanam dibuat dengan cara penugalan (ditugal)
sedalam 3 cm. Setelah itu dimasukkan 2 benih tiap lubang, penanaman dilakukan
33
34
4.7. Pemeliharaan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kacang tanah dilakukan pada umur 3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6 minggu setelah
Pembumbunan dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan
atau kuret secara hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran
tanaman.
b. Pengendalian Hama
4.8. Pemanenan
Pemanenan dilakukan ketika daun sudah mulai menguning dan gugur, panen
4.9. Pengamatan
Pengukuran tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh.
Pengukurun dilakukan pada 8 tanaman sampel saat umur 15, 30 dan 45 HST.
Pengamatan berat 100 biji kering dilakukan dengan menimbang 100 biji yang
diambil bahan dipilih dari setiap plot percobaan dengan menggunakan timbangan
Pengamatan berat biji kering per plot netto dilakukan dengan cara menimbang
seluruh polong dari tanaman yang ada dalam plot netto dengan menggunakan
berat polong kering per plot netto kedalam hektar dalam satuan ton.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Data tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae) pada umur 15, 30, dan
45 hari setelah tanam (HST) akibat pemberian dolomit dan kalium terhadap
umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST) pada berbagai waktu pemberian
120.00
100.00
Tinggi Tanaman (cm)
80.00
60.00
K1
K2
40.00 K3
20.00
0.00
15 30 45
Umur Tanaman (HST)
Gambar 5.1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae)
Umur 15, 30, dan 45 HST pada berbagai pemberian kalium
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah
(Arachis hipogeae) pada semua taraf perlakuan waktu pemberian kalium berlangsung
seragam. Pertumbuhan tinggi tanaman mulai umur 15, 30, dan 45 HST terus
meningkat dengan laju yang relatif sama. Pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah
(Arachis hipogeae) tertinggi terdapat pada perlakuan K3 diikuti perlakuan K1 dan K2.
48
49
Grafik pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae) umur 15, 30,
dan 45 HST pada perlakuan dosis dolomit disajikan pada gambar 5.2.
120.00
100.00
Tinggi Tanaman (cm)
80.00
60.00
D0
D1
40.00
D2
D3
20.00
0.00
15 30 45 60
Umur Tanaman (HST)
Gambar 5.2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae)
pada Umur 15, 30, dan 45 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit
tanah (Arachis hipogeae) pada umur 15, 30, dan 45 HST relatif berbeda. Mulai umur
15, 30, dan 45 HST, pertumbuhan tinggi tanaman antara setiap taraf perlakuan dosis
dolomit relatif sama dimana pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan pemberian
dolomit (D2) cenderung lebih cepat dibandingkan dengan tanpa pemberian dolomit
pemberian dolomit pada umur 15, 30, dan 45 HST memberikan pengaruh nyata
kalium pada umur 15, 30, dan 45 HST tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
Rataan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae) pada umur 15, 30,
dan 45 HST akibat perlakuan pemberian dolomit dan kalium pada tanaman kacang
Tabel 5.1. Rataan Tinggi Tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae) Pengaruh
Volume Pemberian dolomit dan kalium pada Umur 15, 30, dan 45 HST
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
berarti tidak berbeda dengan uji BNT pada taraf 5%
Tabel 5.1 terlihat bahwa, hasil uji beda rata-rata berdasarkan uji BNT pada
umur 45 HST pada perlakuan K taraf K3 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yang
berbeda nyata dengan K1 dan K2, demikian juga pada perlakuan D taraf D2
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yang berbeda nyata dengan D0, D1 dan D3.
(Arachis hipogeae) pada umur 15, 30 dan 45 HST diperlihatkan pada gambar 5.3.
23.4
23.2
Tinggi Tanaman (cm)
23
f(x) = − 0.135945945945946 x + 23.1710810810811
22.8 R² = 0.860352425903509
22.6
22.4
22.2
22
21.8
21.6
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pemberian dolomit
Gambar 5.3. Pengaruh pemberian dolomit Terhadap Tinggi Tanaman kacang tanah
(Arachis hipogeae) pada Umur 15, 30 dan 45 HST
51
maka tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae) semakin menurun mengikuti
kurva linier pada gambar diatas dengan persamaan Ŷ = 23,17 - 0,135 A, r = 0,860
yang berarti pengurangan pemberian dolomit akan menambah tinggi tanaman sebesar
(Arachis hipogeae) pada umur 15, 30 dan 45 HST ditunjukan pada gambar 5.4.
23.4
23.2
23 f(x) = 0.0202 x + 22.0316666666667
Tinggi Tanaman (cm)
22.8 R² = 0.858573672988441
22.6
22.4
22.2
22
21.8
21.6
0 25 50
Dosis pupuk kalium
Gambar 5.4. Kurva Pengaruh Pemberian kalium Terhadap Tinggi Tanaman Kacang
tanah (Arachis hipogeae) pada Umur 15, 30 dan 45 HST
maka tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hipogeae) semakin meningkat mengikuti
kurva linier pada gambar diatas dengan persamaan Ŷ = 22.03 + 0.20 K; r = 0.858
yang berarti peningkatan pemberian kalium akan menambah tinggi tanaman sebesar
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa pemberian
dolomit memberikan pengaruh nyata terhadap persentase ginofor gagal kacang tanah,
52
ginofor gagal kacang tanah. Rata-rata persentase ginofor gagal tanaman kacang tanah
pada pemberian dolomit dan kalium setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Tanaman Kacang Tanah pada
Pemberian dolomit dan kalium.
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal kacang tanah tertinggi
dijumpai pada K2D1 yakni sebesar 9.88%. Hubungan antara persentase ginofor gagal
kacang tanah pada penambahan dolomit dan kalium dapat dilihat pada Gambar 53.
53
14.00
12.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
D0 1D1 1D2 1D3 D0 D1 D2 D3 D0 D1 D2 D3
K1 K K K K2 K2 K2 K2 K3 K3 K3 K3
Pemberian Dolomit dan Kalium
Gambar 5.3. Persentase ginofor gagal kacang tanah pada pemberian dolomit dan
kalium
ginofor gagal terbanyak dijumpai pada pemberian dolomit dan kalium pada taraf
K2D1 yakni sebesar 9.88%. Hal ini diduga karena ginofor yang terbentuk tidak masuk
kedalam tanah dan gagal terbentuknya polong dan juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, dan juga diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tidak tercukupi dalam keadaan yang berimbang serta faktor lingkungan yang
tidak mendukung.
dibagian cabang atas dan tidak masuk kedalam tanah akan gagal membentuk polong.
sangat baik apabila ada hujan seminggu sekali diselangi hari yang cerah. Kekeringan
pengisian polong tanaman kacang tanah yang akan memengaruhi produksi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hardjowogeno (2007) yang menyatakan bahwa unsur hara
yang terkandung dalam pupuk organik berperan dalam pembentukan bunga dan buah.
54
Selain itu unsur hara berperan dalam menentukan kematangan buah dan juga
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16 dan 18) menunjukkan bahwa
Tabel 5.2. Rata-rata Persentase Polong Berisi Kacang Tanah pada pemberian dolomit
dan kalium.
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa persentase polong berisi kacang tanah tertinggi
dijumpai pada perlakuan K2D1 yakni sebesar 9,51%. Adapun persentase polong
berisi tanah pada pemberian dolomit dan kalium dilihat pada Gambar 5.3.
56
10.00
9.00
8.00
Persentase Polong Berisi (%) 7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
K1D0 K1D1 K1D2 K1D3 K2D0 K2D1 K2D2 K2D3 K3D0 K3D1 K3D2 K3D3
Pemberian Dolomit dan Kalium
Gambar 5.3. Persentase polong berisi tanah pada pemberian dolomit dan
Kalium
tertinggi dijumpai pada perlakuan pemberian dolomit dan kalium pada taraf K2D1
yakni sebesar 9,51%. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon ginotip dari setiap
varietas terhadap lingkungan. Sesuai dengan pendapat Purnomo dan Purnawati (2007)
yang menyatakan bahwa meskipun kacang tanah toleran terhadap tanah kering dan
masam akan tetapi kondisi tersebut berpegaruh pada banyaknya polong yang berisi.
Muchidin (1991) menambahkan pola genetik merupakan suatu takaran baku yang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16 dan 18) menunjukkan bahwa
terhadap persentase polong hampa tanaman kacang tanah. Rata-rata persentase polong
hampa tanaman kacang tanah pada pemberian dolomit dan kalium dapat dilihat pada
Tabel 5.3. Rata-rata Persentase Polong Hampa Kacang Tanah pada pemberian
dolomit dan kalium.
tertinggi dijumpai pada perlakuan K1D2 yakni sebesar 9,52%. Adapun persentase
polong hampa kacang tanah pada pemberian dolomit dan kalium dilihat pada Gambar
5.4.
10.00
9.00
Persentasi Polong Hampa (%)
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
D0 D1 D2 D3 D0 D1 D2 D3 D0 D1 D2 D3
K1 K1 K1 K1 K2 K2 K2 K2 K3 K3 K3 K3
Pemberian Dolomit dan Kalium
Gambar 5.4. persentase polong hampa kacang tanah pada pemberian dolomit
dan kalium
58
tertinggi dijumpai pada perlakuan pemberian dolomit dan kalium pada taraf K1D2
yakni sebesar 9,52%. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon ginotip dari setiap
menyatakan bahwa meskipun kacang tanah toleran terhadap tanah kering dan masam
akan tetapi kondisi tersebut berpegaruh pada banyaknya polong yang berisi. Muchidin
(1991) menambahkan pola genetik merupakan suatu takaran baku yang menentukan
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa pemberian
dolomit berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kering kacang tanah. Rata-rata
bobot 100 biji kering kacang tanah pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel
5.13.
Tabel 5.13. `Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah pada pemberian dolomit
dan kalium.
Tabel 13 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering kacang tanah tertinggi
dijumpai pada perlakuan pemberian dolomit dan kalium pada taraf K3D1 yakni
sebesar 227,50
Adapun hubungan antara bobot 100 biji kering kacang tanah pada perlakuan
217.00
216.00
215.00
Bobot 100 biji kering (gr)
214.00
213.00
212.00
211.00
210.00
209.00
208.00
D0 1D1 1D2 1D3 D0 2D1 2D2 2D3 D0 D1 D2 D3
K1 K K K K2 K K K K3 K3 K3 K3
Pemberian Dolomit dan Kalium
Gambar 5. Bobot 100 Biji Kering Tanaman Kacang Tanah pada perlakuan pemberian
dolomit dan kalium.
100 biji kering tertinggi dijumpai pada taraf perlakuan K3D1 yakni sebesar 227,50
Hal ini disebabkan pada perlakuan taraf tersebut mempunyai perbedaan pertumbuhan
dan produksi, dimana suatu varietas dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas
varietas yang memiliki potensi produksi yang lebih baik tetapi karena dipengaruhi
(1996) menyatakan bahwa varietas selalu terdapat perbedaan respon genotip dan
yang sama.
60
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa pemberian
dolomit berpengaruh nyata terhadap Produksi Per Hektar (ton). Rata-rata Produksi Per
Hektar (ton) kacang tanah pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. `Rata-rata Produksi Per Hektar (ton) Kacang Tanah pada pemberian
dolomit dan kalium.
Tabel 13 menunjukkan bahwa Produksi Per Hektar (ton) kering kacang tanah
tertinggi dijumpai pada perlakuan pemberian dolomit dan kalium pada taraf K2D2
Adapun hubungan antara Produksi Per Hektar (ton) kering kacang tanah pada
perlakuan pemberian dolomit dan kaium dapat dilihat pada Gambar 5.6.
1.30
1.25
er Hektar (Ha)
1.20
1.15
Produ
1.05
1.00 61
D0 D1 D2 D3 D0 D1 D2 D3 D0 D1 D2 D3
K1 K1 K1 K1 K2 K2 K2 K2 K3 K3 K3 K3
Pemberian Dolomit dan Kalium
Gambar 5. Produksi Per Hektar (ton) Tanaman Kacang Tanah pada perlakuan
pemberian dolomit dan kalium.
biji kering per plot tertinggi dijumpai pada taraf perlakuan K2D2 yakni sebesar 1.30.
Hal ini disebabkan hal ini diduga pada dosis tersebut telah mampu meningkatkan pH
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat berproduksi
lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Leiwakabessy dan
yang bersifat racun. Dolomit juga berpengaruh baik pada agregasi partikel tanah dan
aerasi. Humus yang berinteraksi dengan dolomit akan lebih meningkatkan granulasi
perubaban reaksi kimia, keadaan fisik dan keadaan mikroba tanah yang
menguntungkan tanaman. Akan tetapi kondisi yang tercipta oleh kapur untuk
menjadi lebih baik akan tetapi tergantung pada tanaman dalam menyesuaian terhadap
Dari hasil analisis statistik dan berdasrkan uji sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian dolomit pada media tanam tubsoil berpengaruh nyata terhadap
peningkatan pertumbuhan yang lebih besar pada tanaman yang diberi pupuk. Hal ini
lebih adapatif sekaligus menigkatkan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman
tanaman terdapat sokornisi antar ketersediaan unsur hara dengan kebutuhan tanaman
sehingga dapat membantu kecepatan pertumbuhan tanaman. Hal ini juga didukung
oleh Syarief (1993) dimana mengatakan bahwa pupuk organik yang dimasukan
kedalam tanah akan diurai oleh mikroorganisme dan unsur hara yang dilepaskan, dari
pemberian kalium tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tinggi tanaman pada
= 5%. Meningkatnya pH tanah akibat pemberian pupuk K, karena pupuk KCl yang
62
63
diberikan ke dalam tanah membebaskan ion K + sebagai kation basa. Ion ini akan
menukar ion Al3+ yang merupakan sumber kemasaman tanah sehingga pH tanah akan
meningkat. Kemudian ion Al3+ akan bereaksi dengan ion OH- yang ada dilarutan tanah
membentuk senyawa Al(OH)3 yang mengendap. Demikian juga ion K+ dapat bereaksi
dengan OH- membentuk KOH (senyawa bersifat basa kuat) yang menyebabkan pH
sejumlah OH- ke dalam larutan akibat adsorpsi sebagian anion fosfat (H2PO4-) oleh
pupuk tersebut akan menggantikan ion H+ dan Al3+ pada kompleks adsorpsi, maka
konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion OH- naik.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
2. Pemberian kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah tidak
3. Ada pengaruh interaksi pemberian dolomit dan kalium terhadap pertumbuhan dan
7.2. Saran
64