Oleh
M. HAFIZIN
C1G017125
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I. PENDAHULUAN
2
lubang tanam dan pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (dibesik);
gulma yang mati dapat dijadikan bahan organik tanah. Apabila cara manual
kurang efektif, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan aplikasi herbisida.
Sedangkan pengolahan tanah intensifadalah pencangkulan sedalam 15-20 cm. Hal
ini dapat memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman, yaitu struktur
tanah menjadi remah dan dapat mengendalikan pertumbuhan gulma sehingga
diperoleh hasil yang tinggi tetapi hal ini dapat menyebabkan tanah lebih terbuka
dan mudah tererosi,sehingga meningkatkan degredasi lingkungan dan
menurunkan produktivitas tanah (Utomo, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syaputra (2012) menunjukan
bahwa produksi jagung tertinggi terdapat pada sistem olah tanah minimum yaitu
5,89 t ha-1, sedangkan produksi jagung terendah pada sistem olah tanah intensif
sebesar 4,38 t ha-1. Peningkatan produksi tanaman pada olah tanah minimun
dibandingkan olah tanah intensif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
meningkatnya ketersediaan air tanah dan dapat ditekannya kehilangan hara karena
erosi. Namun demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa olah tanah sempurna (OTS) mampu menghasilkan produksi tanaman
jagung lebih tinggi dibandingkan olah tanah minimum (OTM). Hal tersebut
dibuktikan pada penelitian Azwir (2012) OTS menghasilkan produksi jagung 7,22
t ha-1, sedangkan pada OTM sebesar 6,96 t ha-1. Efisiensi dalam pengolahan
tanah dapat dilihat dari waktu,tenaga, dan biaya yang diperlukan. Olah tanah
minimum dapat menghemat waktu dalam persiapan lahan, menguraingi jumlah
tenaga kerja yang diperlukan, dan pada akhirnya biaya yang dikeluarkan dapat
ditekan sehingga meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan pengolahan
intensif atau sempurna dengan mencangkul dan membajak sampai gembur dan
bersih tidak hanya berakibat buruk terhadap peningkatan degradasi tanah tetapi
juga memerlukan banyak tenaga kerja dan biaya dalam proses persiapan lahan
tanam (Azwir, 2012).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis
Komparatif Usahatani Jagung Tanpa Olah Tanah dengan Olah Tanah di
Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara”.
3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapakah penyerapan tenaga kerja usahatani jagung tanpa olah tanah dan
dengan olah tanah?
2. Bagaimanakah perbandingan efisiensi usahatani jagung tanpa olah tanah
dan dengan olah tanah?
3. Apakah masalah dan hambatan usahatani jagung tanpa olah tanah dan
dengan olah tanah?
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5
Pada tanah bertekstur ringan dan sedang penyiapan lahan dengan sistem TOT dan
gulma disemprot dengan herbisida dengan dosis sesuai anjuran. Keunggulan
teknik TOT adalah mengurangi biaya untuk mempercepat pengolahan tanah dan
pengairan. Selain itu dapat juga memajukan waktu tanam, mengurangi erosi dan
meningkatkan kandungan air tanah (FAO, 2000).
Penyiapan lahan tanpa olah tanah (TOT) dilakukan dengan cara
memberantas gulma yang ada misalnya alang-alang dengan herbisida sistemik.
Herbisida yang bersifat kontak tidak layak digunakan (Roundap, Polaris, Eagle dll
yang bersifat sistemik berbahan aktif glifosat). Penanaman dilakukan dengan cara
tanah dicangkul lubang tanam, dipanja, dan mendongkel sisa-sisa pangkal batang
jagung. Tujuan TOT adalah untuk mempercepat waktu tanam sebelum musim
kemarau tiba dan menekan biaya pengolahan tanah, serta memperpendek waktu
tanam. Penyiapan lahan dengan sistem tanpa olah tanah lahan sama sekali tidak
diolah berbeda dengan lahan konvensional yang tanahnya diolah sempurna. Ciri-
ciri tanah yang cocok untuk penerapan tanpa olah tanah yaitu: berdrenase baik
sampai sedang, bertekstur sedang sampai berpasir, mudah kering, bagian atas
bertekstur pasir berdebu.
Cara menanam jagung dengan metode tanpa olah tanah memiliki
kelebihan dan kekurang. Kelebihan penerapan metode tanpa olah tanah adalah:
1. Menyingkat waktu budidaya karena petani tidak perlu melakukan
pengolahan tanah terlebih dahulu.
2. Menghemat ongkos tenaga kerja.
3. Menghindari kerusakan tanah, karena tanah yang terlalu sering dibalik dan
digemburkan akan mengalami pengerasan dalam jangka panjang. Selain
itu tanah yang dibajak atau digemburkan akan terbuka, sehingga ada
potensi hilangnya mineral tanah.
4. Mengurangi erosi lapisan hara tanah bagian atas karena proses
pengolahan.
Sementara itu kekurangan metode tanpa olah tanah antara lain:
1. Ada kemungkinan tanah telah ditumbuhi gulma yang bisa mengganggu
pertumbuhan tanaman.
6
2. Karena tanah tidak dibuka ada kemungkinan sisa-sisa hama yang masih
berkembang biak di atas lahan, dan bisa mengganggu pertumbuhan
tanaman berikutnya.
2.1.4. Budidaya Tanaman Jagung Dengan Olah Tanah
Rukmana (2007:51) menidentifikasikan budidaya tanaman jagung secara
olah tanah adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Tumbuh
Faktor lingkungan tumbuh yang penting diperhatikan dalam budidaya
tanaman jagung sebagai berikut:
1) Keadaan Iklim
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap
lingkungan tumbuh. Indonesia merupakan daerah tropis, jagung tumbuh dan
berproduksi dengan baik di dataran rendah samapai daerah yang mempunyai
ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut (dpl). Tanaman jagung akan
tumbuh dan berproduksi secara optimal pada daerah dataran rendah sampai
ketinggian 750 m dpl. Varietas unggul jagung yang baru dirilis dapat
berproduksi optimal didaerah yang mempunyai ketinggian 500 m dpl. Faktor
iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi jagung, antara lain
penyinaran matahari, suhu udara, dan curah hujan. Intensitas sinar matahari
yang baik mencapai 100% (tempat terbuka), curah hujan antara 250C-300C,
dengan tipe iklim A-E (Oldeman). Suhu udara yang ideal untuk
perkecambahan benih jagung antara 300C-320C dengan kapasitas air tanah
antara 24%-60%, selama pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan suhu 31
optimum antara 230C-270C dengan curah hujan optimum antara 100- 125
mm/bulan dan merata sepanjang musim tanam.
2) Keadaan Tanah
Keadaan tanah yang paling baik untuk tanamn jagung adalah tanah
yang subur, gembur, banyak mengandung humus (bahan organik), bertekstur
lempung atau lempung berdebu sampai lempung berpasir, struktur gembur.
Tanah yang baik mempunyai derajat keasaman tanah (pH) 5-7,5 serta
kemiringan tanah kurang 8%.
7
3) Penyiapan Lahan Olah Tanah
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dengan cara diolah secara
sempurna yaitu pengolahan tanah sempurna bertujuan untuk memperbaiki
tekstur tanah, struktur tanah, memberantar gulma, dan memberantas hama
dalam tanah. Memperbaiki aerasi, memperbaiki draenase tanah, mendorong
aktifitas mikroorganisme tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam
tanah. Pengolahan tanah yang baik, minimal seminggu sebelum tanam.
Langkah kerja pengolahan tanah sempurna meliputi aktivitas-aktivitas
sebagi berikut:
1. Bersihkan rumput-rumput liar dari areal lahan.
2. Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak dua kali sedalam 15-20 cm
hingga tanah menjadi gembur.
3. Biarkan tanah kering angin minimal 7 hari. 32
4. Buat petakan-petakan yang dilengkapi dengan parit keliling, misalnya
petakan berukuran lebar 2-3 m, tinggi 20 cm, panjangnya tergantung pada
keadaan lahan dan diantara petakan dibuat saluran (parit) selebar 30 cm
dan dalam 20 cm.
b. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih jagung per satuan luas lahan bergantung pada jenis atau
varietas dan jarak tanam. Biji jagung yang digunakan sebaiknya yang terletak
dibagian tengah (sekitar 60%). Kriteria benih jagung bermutu adalah mempunyai
daya tumbuh tinggi (lebih 70%), murni secara fisik dan tidak tercampur dengan
kotoran, murni secara genetik atau tidak tercampur dengan varietas lain, sehat,
bernas, tidak keriput, mengkilat, serta tumbuh serentak dan cepat. Pedoman umum
kebutuhan benih jagung per satuan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7
Kebutuhan Benih Jagung Berdasarkan Jenis dan Jarak Tanam No Jarak Tanam
(cm) Non Hibrida (kg/ha) Hibrida (kg/ha) 1 100x40 22,5 - 2 75x25 32 20 3 75x40
- 30-40 4 75x20 40 - 5 50x20 60 - Sumber Data: Departemen Pertanian (2001).
c. Penanaman
Penanaman paling baik adalah pada awal musim kemarau, cara menanam
adalah dibuat lubang tanam dengan tugal sedalam 3-5 cm. masukan benih jagung
sebanyak 1-3 butir/lubang dan segera ditutup 33 dengan tanah. Tanah yang
8
lembab kedalaman lubang tugal cukup 3 cm, sedangkan pada tanah kering
sedalam 5 cm. jumlah benih jagung varietas nonhibrida 2-3 butir/lubang,
sedangkan untuk varietas hibrida 1-2 butir benih/lubang.
d. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman jagung meliputi kegiatan penyulaman, pengairan,
penyiangan, penjarangan tanaman, pemupukan, serta perlindungan tanaman
terhadap hama dan penyakit.
2.2. Kerangka Pendekatan Masalah
Petani dalam mengelola usahatani pada prinsipnya bertujuan untuk
memperoleh hasil atau pendapatan. Untuk memperoleh hasil atau pendapatan
dibutuhkan biaya produksi untuk melakukan usahatani. Selisih antara pendapatan
dengan biaya usahatani ini merupakan keuntungan yang diperoleh petani.
Dalam penelitian ini kerangka pendekatan masalah yaitu membandingkan
pendapatan, biaya, dan produksi jagung dengan sistem olah tanah dan dengan
sistem tanpa olah tanah (TOT). Dari hal ini akan terlihat perbandingan antara
penanaman jagung sistem olah tanah dengan tanpa olah tanah. Adapun kerangka
pendekatan masalah dapat dilihat dalam gambar 1.
Usahatani Jagung
Masalah dan
hambatan
Sistem Olah Tanah Tanpa Olah Tanah
Pendapatan
Pendapatan
9
2.3. Definisi Operasional
1. Metode pengolahan tanah adalah pengolahan tanah yang bertujuan untuk
memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama
dalam tanah, memperbaiki aerasi dan draenasi tanah, mendorong aktifitas
mikroorganisme tanah, serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
2. Metode tanpa pengolahan tanah (TOT) adalah pengolahan tanah yang
dilakukan dengan cara memberantas gulma dengan herbisida. Penanaman
dilakukan dengan cara tanah dicangkul lubang tanam, dipanja, dan
mendongkel sisa-sisa pangkal batang jagung.
3. Lahan sawah adalah lahan kering yang berada di Kecamatan Kayangan
dan digunakan untuk usaha budidaya jagung.
4. Usahatani jagung adalah usaha budidaya jagung dengan teknologi olah
tanah dan tanpa olah tanah selama satu kali musim tanam
5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
jagung, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak berubah-ubah
yang dikeluarkan dalam usahatani jagung pada satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
7. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah yang
dikeluarkan dalam usahatani jagung pada satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
8. Biaya total adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang
diperlukan dalam usahatani jagung dalam satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
9. Produksi jagung adalah hasil produksi usahatani jagung dalam satu kali
musim tanam dan dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
10. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor
produksi yang digunakan dalam usahatani jagung dalam satu kali musim
tanam, yang berupa luas lahan, pupuk kimia, pupuk organik, tenaga kerja,
benih, dan pestisida.
10
11. Harga faktor produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam
menggunakan sumber daya untuk sebuah proses produksi barang dan jasa
guna memiliki nilai manfaat yang lebih dinyatakan dengan (Rp).
12. Penerimaan adalah jumlah produksi jagung dikalikan dengan harga jual
jagung, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
13. Pendapatan usahatani jagung adalah hasil pengurangan dari total
penerimaan dengan biaya eksplisit usahatani jagung dalam satu kali
musim tanam dan dinyatakan dalam satuan rupian (Rp).
14. Keuntungan usahatani jagung adalah pengurangan penerimaan dengan
total biaya dalam usahatani jagung dalam satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
15. Produktivitas tenaga kerja yaitu membandingkan antara produktivitas
tenaga kerja petani jagung dengan tingkat upah petani jagung yang berlaku
per HKO (Hari Kerja Orang) dinyatakan dalam rupiah (Rp).
16. Harga faktor produksi adalah harga yang dikeluarkan petani dalam
pembelian faktor-faktor produksi usahatani jagung. Harga faktor produksi
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
11
BAB III. METODE PENELITIAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Azwir. 2012. Pengaruh sistem persiapan lahan terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung hibrida. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 38-46.
Budiman, H. 2012. Budidaya Jagung Organik. Varietas Baru yang kian Diburu.
Pustaka Baru Putra. Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2001. Program Pengembangan Pertanian 2001-2004.
Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Lombok Utara. 2015. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas dan
Produksi Jagung di Kabupaten Lombok Utara.
Rahim dan Diah Retno Dwi Astuti. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Depok.
Rukmana, Ir. H. Rahmat. 2007. Jagung Budidaya, Pascapanen, dan
Penganekaragaman Pangan. Aneka Ilmu. Semarang.
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Utomo, M. 1995. Kekerasan tanah dan serapan hara tanaman jagung pada olah
tanah konservasi jangka panjang. J. Tanah Trop. 1: 1-7.
13