Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG TANPA OLAH


TANAH DENGAN OLAH TANAH DI KECAMATAN
KAYANGAN KABUPATEN LOMBOK UTARA

Oleh

M. HAFIZIN

C1G017125

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jagung, merupakan salah satu komoditas strategis nasional karena
kebutuhan dalam negeri cukup tinggi (Swastika et al., 2008) dan merupakan
komoditas ekspor. Di dalam negeri, jagung sebagian besar diolah sebagai
makanan ternak dan sebagai bahan makanan pokok. Terjadi peningkatan
pemanfaatan jagung untuk makanan ternak dari sekitar 2,67 % pada tahun-an
menjadi 31,17 % pada tahun 1998 (Swastika, 2002) dan sampai tahun 2007,
pemanfaatan jagung untuk makanan ternak sudah melebihi 50% (Anonim, 2008).
Angka ini akan terus bertambah dengan semakin berkembangnya industri
makanan ternak di Indonesia. Peluang peningkatan produksi jagung di Indonesia
sanagat terbuka karena lahan untuk melakukan usaha budidaya cukup luas, biaya
produksi relatif rendah dan tersedianya varietasvarietas hibrida modern yang
berproduksi tinggi (Swastika et al., 2008).
Data statistik menunjukkan bahwa Provisnis Nusa Tenggara Barat
menempati urutan ketiga dalam hal produktivitas tanaman jagung pada tahun
2013, setelah Jawa Barat dan Sumatera Barat (BPS, 2014). Lebih lanjut data
tersebut menunjukan bahwa produktivitas tanaman jagung di NTB adalah 57,47
kuintal//ha sementara Jawa Barat dan Sumatera Barat secara berturut-turut adalah
72,06 dan 67,03 kuintal/ha.
Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di
NTB sebagai sentra produksi jagung terbesar. Salah satu wilayah yang merupakan
sentra produksi jagung di Lomok Utara adalah Kecamatan Kayangan. Sistem
penanaman jagung di Kecamatan Kayangan ada dua, yaitu dengan olah tanah dan
tanpa olah tanah (TOT). Banyak petani di Kayangan yang melakukan sistem tanpa
olah tanah. Hal ini dikarenakan bagi sebagian petani sistem olah tanah lebih
efisien dan biaya produksinya juga lebih rendah. Akan tetapi sebagian petani juga
menerapkan sistem olah tanah karena menganggap produksinya lebih tinggi dari
pada menggunakan siste tanpa olah tanah.
Pengolahan tanah terdiri dari olah tanah konservasi dan olah tanah
intensif. Pada sistem olah tanah kenservasi, tanah diolah seperlunya saja disekitar

2
lubang tanam dan pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (dibesik);
gulma yang mati dapat dijadikan bahan organik tanah. Apabila cara manual
kurang efektif, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan aplikasi herbisida.
Sedangkan pengolahan tanah intensifadalah pencangkulan sedalam 15-20 cm. Hal
ini dapat memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman, yaitu struktur
tanah menjadi remah dan dapat mengendalikan pertumbuhan gulma sehingga
diperoleh hasil yang tinggi tetapi hal ini dapat menyebabkan tanah lebih terbuka
dan mudah tererosi,sehingga meningkatkan degredasi lingkungan dan
menurunkan produktivitas tanah (Utomo, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syaputra (2012) menunjukan
bahwa produksi jagung tertinggi terdapat pada sistem olah tanah minimum yaitu
5,89 t ha-1, sedangkan produksi jagung terendah pada sistem olah tanah intensif
sebesar 4,38 t ha-1. Peningkatan produksi tanaman pada olah tanah minimun
dibandingkan olah tanah intensif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
meningkatnya ketersediaan air tanah dan dapat ditekannya kehilangan hara karena
erosi. Namun demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa olah tanah sempurna (OTS) mampu menghasilkan produksi tanaman
jagung lebih tinggi dibandingkan olah tanah minimum (OTM). Hal tersebut
dibuktikan pada penelitian Azwir (2012) OTS menghasilkan produksi jagung 7,22
t ha-1, sedangkan pada OTM sebesar 6,96 t ha-1. Efisiensi dalam pengolahan
tanah dapat dilihat dari waktu,tenaga, dan biaya yang diperlukan. Olah tanah
minimum dapat menghemat waktu dalam persiapan lahan, menguraingi jumlah
tenaga kerja yang diperlukan, dan pada akhirnya biaya yang dikeluarkan dapat
ditekan sehingga meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan pengolahan
intensif atau sempurna dengan mencangkul dan membajak sampai gembur dan
bersih tidak hanya berakibat buruk terhadap peningkatan degradasi tanah tetapi
juga memerlukan banyak tenaga kerja dan biaya dalam proses persiapan lahan
tanam (Azwir, 2012).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis
Komparatif Usahatani Jagung Tanpa Olah Tanah dengan Olah Tanah di
Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara”.

3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapakah penyerapan tenaga kerja usahatani jagung tanpa olah tanah dan
dengan olah tanah?
2. Bagaimanakah perbandingan efisiensi usahatani jagung tanpa olah tanah
dan dengan olah tanah?
3. Apakah masalah dan hambatan usahatani jagung tanpa olah tanah dan
dengan olah tanah?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyerapan tenaga kerja usahatani jagung tanpa olah
tanah dan dengan olah tanah.
2. Untuk mengetahui perbandingan efisiensi usahatani jagung tanpa olah
tanah dan dengan olah tanah.
3. Untuk mengetahui masalah dan hambatan usahatani jagung tanpa olah
tanah dan dengan olah tanah.

1.3.2. Manfaat Penelitian


1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi petani di Kabupaten
Lombok Utara dalam melakukan usahatani jagung.
2. Sebagai bahan informasi dan acuan bagi peneliti lain yang berminat untuk
melakukan penelitian pada masalah yang sama.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengelolaan
usahatani jagung agar dapat dilakukan secara efisien.

4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


2.1.1. Pengertian Usaha Tani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola
input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan
produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim,
2008:158).
Usahatani didefinisikan bahwa suatu kegiatan dalam bidang pertanian
dengan menggunakan sumberdaya atau faktor-faktor produksi yang ada seperti,
tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen yang bermanfaat untuk menghasilkan
produk-produk pertanian. Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor
produksi yaitu, alam, tenaga kerja, modal dan pegelolaan yang diusahakan oleh
perseorangan ataupun sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang
dapat memenuhi kebutuhan konsumen
2.1.2. Efisiensi usahatni
Menurut Astuti (2006) efisensi usahatani adalah nisbah penerimaan
dengan biaya usahatani yang merupakan salah satu ukuran apakah usahatani
tersebut efisien atau tidak. Nilai R/C yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa
usahatani tersebut efisien. Efisiensi usahatani perlu diperhatikan karena
pendapatan usahatani yang tinggi tidak selalu mencerminkan efisiensi usahatani
yang tinggi pula.
Menurut Soekartiwi (1995), perhitungan efisiensi usahatani yang sering
digunakan adalah adalah return cost ratio (R/C ratio). R/C ratio merupakan
perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran (biaya). Semakin besar nilai
R/C ratio maka semakin besar keuntungan yang diperoleh petani.
2.1.3. Budidaya Jagung Tanpa Olah Tanah (TOT)
Budidaya jagung dengan teknik penyiapan lahan Tanpa Olah Tanah (TOT)
dapat berhasil baik pada tanah bertekstur ringan sampai sedang dan ditunjang oleh
drainase yang baik (Lopez-Belido et al., 1996).

5
Pada tanah bertekstur ringan dan sedang penyiapan lahan dengan sistem TOT dan
gulma disemprot dengan herbisida dengan dosis sesuai anjuran. Keunggulan
teknik TOT adalah mengurangi biaya untuk mempercepat pengolahan tanah dan
pengairan. Selain itu dapat juga memajukan waktu tanam, mengurangi erosi dan
meningkatkan kandungan air tanah (FAO, 2000).
Penyiapan lahan tanpa olah tanah (TOT) dilakukan dengan cara
memberantas gulma yang ada misalnya alang-alang dengan herbisida sistemik.
Herbisida yang bersifat kontak tidak layak digunakan (Roundap, Polaris, Eagle dll
yang bersifat sistemik berbahan aktif glifosat). Penanaman dilakukan dengan cara
tanah dicangkul lubang tanam, dipanja, dan mendongkel sisa-sisa pangkal batang
jagung. Tujuan TOT adalah untuk mempercepat waktu tanam sebelum musim
kemarau tiba dan menekan biaya pengolahan tanah, serta memperpendek waktu
tanam. Penyiapan lahan dengan sistem tanpa olah tanah lahan sama sekali tidak
diolah berbeda dengan lahan konvensional yang tanahnya diolah sempurna. Ciri-
ciri tanah yang cocok untuk penerapan tanpa olah tanah yaitu: berdrenase baik
sampai sedang, bertekstur sedang sampai berpasir, mudah kering, bagian atas
bertekstur pasir berdebu.
Cara menanam jagung dengan metode tanpa olah tanah memiliki
kelebihan dan kekurang. Kelebihan penerapan metode tanpa olah tanah adalah:
1. Menyingkat waktu budidaya karena petani tidak perlu melakukan
pengolahan tanah terlebih dahulu.
2. Menghemat ongkos tenaga kerja.
3. Menghindari kerusakan tanah, karena tanah yang terlalu sering dibalik dan
digemburkan akan mengalami pengerasan dalam jangka panjang. Selain
itu tanah yang dibajak atau digemburkan akan terbuka, sehingga ada
potensi hilangnya mineral tanah.
4. Mengurangi erosi lapisan hara tanah bagian atas karena proses
pengolahan.
Sementara itu kekurangan metode tanpa olah tanah antara lain:
1. Ada kemungkinan tanah telah ditumbuhi gulma yang bisa mengganggu
pertumbuhan tanaman.

6
2. Karena tanah tidak dibuka ada kemungkinan sisa-sisa hama yang masih
berkembang biak di atas lahan, dan bisa mengganggu pertumbuhan
tanaman berikutnya.
2.1.4. Budidaya Tanaman Jagung Dengan Olah Tanah
Rukmana (2007:51) menidentifikasikan budidaya tanaman jagung secara
olah tanah adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Tumbuh
Faktor lingkungan tumbuh yang penting diperhatikan dalam budidaya
tanaman jagung sebagai berikut:
1) Keadaan Iklim
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap
lingkungan tumbuh. Indonesia merupakan daerah tropis, jagung tumbuh dan
berproduksi dengan baik di dataran rendah samapai daerah yang mempunyai
ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut (dpl). Tanaman jagung akan
tumbuh dan berproduksi secara optimal pada daerah dataran rendah sampai
ketinggian 750 m dpl. Varietas unggul jagung yang baru dirilis dapat
berproduksi optimal didaerah yang mempunyai ketinggian 500 m dpl. Faktor
iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi jagung, antara lain
penyinaran matahari, suhu udara, dan curah hujan. Intensitas sinar matahari
yang baik mencapai 100% (tempat terbuka), curah hujan antara 250C-300C,
dengan tipe iklim A-E (Oldeman). Suhu udara yang ideal untuk
perkecambahan benih jagung antara 300C-320C dengan kapasitas air tanah
antara 24%-60%, selama pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan suhu 31
optimum antara 230C-270C dengan curah hujan optimum antara 100- 125
mm/bulan dan merata sepanjang musim tanam.
2) Keadaan Tanah
Keadaan tanah yang paling baik untuk tanamn jagung adalah tanah
yang subur, gembur, banyak mengandung humus (bahan organik), bertekstur
lempung atau lempung berdebu sampai lempung berpasir, struktur gembur.
Tanah yang baik mempunyai derajat keasaman tanah (pH) 5-7,5 serta
kemiringan tanah kurang 8%.

7
3) Penyiapan Lahan Olah Tanah
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dengan cara diolah secara
sempurna yaitu pengolahan tanah sempurna bertujuan untuk memperbaiki
tekstur tanah, struktur tanah, memberantar gulma, dan memberantas hama
dalam tanah. Memperbaiki aerasi, memperbaiki draenase tanah, mendorong
aktifitas mikroorganisme tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam
tanah. Pengolahan tanah yang baik, minimal seminggu sebelum tanam.
Langkah kerja pengolahan tanah sempurna meliputi aktivitas-aktivitas
sebagi berikut:
1. Bersihkan rumput-rumput liar dari areal lahan.
2. Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak dua kali sedalam 15-20 cm
hingga tanah menjadi gembur.
3. Biarkan tanah kering angin minimal 7 hari. 32
4. Buat petakan-petakan yang dilengkapi dengan parit keliling, misalnya
petakan berukuran lebar 2-3 m, tinggi 20 cm, panjangnya tergantung pada
keadaan lahan dan diantara petakan dibuat saluran (parit) selebar 30 cm
dan dalam 20 cm.
b. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih jagung per satuan luas lahan bergantung pada jenis atau
varietas dan jarak tanam. Biji jagung yang digunakan sebaiknya yang terletak
dibagian tengah (sekitar 60%). Kriteria benih jagung bermutu adalah mempunyai
daya tumbuh tinggi (lebih 70%), murni secara fisik dan tidak tercampur dengan
kotoran, murni secara genetik atau tidak tercampur dengan varietas lain, sehat,
bernas, tidak keriput, mengkilat, serta tumbuh serentak dan cepat. Pedoman umum
kebutuhan benih jagung per satuan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7
Kebutuhan Benih Jagung Berdasarkan Jenis dan Jarak Tanam No Jarak Tanam
(cm) Non Hibrida (kg/ha) Hibrida (kg/ha) 1 100x40 22,5 - 2 75x25 32 20 3 75x40
- 30-40 4 75x20 40 - 5 50x20 60 - Sumber Data: Departemen Pertanian (2001).
c. Penanaman
Penanaman paling baik adalah pada awal musim kemarau, cara menanam
adalah dibuat lubang tanam dengan tugal sedalam 3-5 cm. masukan benih jagung
sebanyak 1-3 butir/lubang dan segera ditutup 33 dengan tanah. Tanah yang

8
lembab kedalaman lubang tugal cukup 3 cm, sedangkan pada tanah kering
sedalam 5 cm. jumlah benih jagung varietas nonhibrida 2-3 butir/lubang,
sedangkan untuk varietas hibrida 1-2 butir benih/lubang.
d. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman jagung meliputi kegiatan penyulaman, pengairan,
penyiangan, penjarangan tanaman, pemupukan, serta perlindungan tanaman
terhadap hama dan penyakit.
2.2. Kerangka Pendekatan Masalah
Petani dalam mengelola usahatani pada prinsipnya bertujuan untuk
memperoleh hasil atau pendapatan. Untuk memperoleh hasil atau pendapatan
dibutuhkan biaya produksi untuk melakukan usahatani. Selisih antara pendapatan
dengan biaya usahatani ini merupakan keuntungan yang diperoleh petani.
Dalam penelitian ini kerangka pendekatan masalah yaitu membandingkan
pendapatan, biaya, dan produksi jagung dengan sistem olah tanah dan dengan
sistem tanpa olah tanah (TOT). Dari hal ini akan terlihat perbandingan antara
penanaman jagung sistem olah tanah dengan tanpa olah tanah. Adapun kerangka
pendekatan masalah dapat dilihat dalam gambar 1.

Usahatani Jagung
Masalah dan
hambatan
Sistem Olah Tanah Tanpa Olah Tanah

Faktor Produksi: Faktor Produksi:


-Benih - Benih
- Luas Lahan - Luas Lahan
- Tenaga Kerja Dalam Keluarga - Tenaga Kerja Dalam Keluarga
- Tenaga Kerja Luar Keluarga - Tenaga Kerja Luar Keluarga
- Pupuk Kompos - Pupuk Urea
- Pupuk Urea - Pupuk Phonska
- Pupuk Phonska - Pestisida
- Pestisida - Herbisida

Biaya Produksi Biaya Produksi

Komparasi Hasil Produksi


Hasil Produksi

Pendapatan
Pendapatan

9
2.3. Definisi Operasional
1. Metode pengolahan tanah adalah pengolahan tanah yang bertujuan untuk
memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama
dalam tanah, memperbaiki aerasi dan draenasi tanah, mendorong aktifitas
mikroorganisme tanah, serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
2. Metode tanpa pengolahan tanah (TOT) adalah pengolahan tanah yang
dilakukan dengan cara memberantas gulma dengan herbisida. Penanaman
dilakukan dengan cara tanah dicangkul lubang tanam, dipanja, dan
mendongkel sisa-sisa pangkal batang jagung.
3. Lahan sawah adalah lahan kering yang berada di Kecamatan Kayangan
dan digunakan untuk usaha budidaya jagung.
4. Usahatani jagung adalah usaha budidaya jagung dengan teknologi olah
tanah dan tanpa olah tanah selama satu kali musim tanam
5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
jagung, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak berubah-ubah
yang dikeluarkan dalam usahatani jagung pada satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
7. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah yang
dikeluarkan dalam usahatani jagung pada satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
8. Biaya total adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang
diperlukan dalam usahatani jagung dalam satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
9. Produksi jagung adalah hasil produksi usahatani jagung dalam satu kali
musim tanam dan dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
10. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor
produksi yang digunakan dalam usahatani jagung dalam satu kali musim
tanam, yang berupa luas lahan, pupuk kimia, pupuk organik, tenaga kerja,
benih, dan pestisida.

10
11. Harga faktor produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam
menggunakan sumber daya untuk sebuah proses produksi barang dan jasa
guna memiliki nilai manfaat yang lebih dinyatakan dengan (Rp).
12. Penerimaan adalah jumlah produksi jagung dikalikan dengan harga jual
jagung, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
13. Pendapatan usahatani jagung adalah hasil pengurangan dari total
penerimaan dengan biaya eksplisit usahatani jagung dalam satu kali
musim tanam dan dinyatakan dalam satuan rupian (Rp).
14. Keuntungan usahatani jagung adalah pengurangan penerimaan dengan
total biaya dalam usahatani jagung dalam satu kali musim tanam dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
15. Produktivitas tenaga kerja yaitu membandingkan antara produktivitas
tenaga kerja petani jagung dengan tingkat upah petani jagung yang berlaku
per HKO (Hari Kerja Orang) dinyatakan dalam rupiah (Rp).
16. Harga faktor produksi adalah harga yang dikeluarkan petani dalam
pembelian faktor-faktor produksi usahatani jagung. Harga faktor produksi
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang
bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada waktu sekarang dengan cara
mengumpulkan data, menyusun, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan data
kemudian menarik kesimpulan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
teknik survey, yaitu menggunaka data dari sejumlah petani ataunindividu dalam
waktu yang bersamaan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
disiapkan terlebih dahulu (Surakhmad, 1990).
3.2. Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah petani jagung yang menggunakan
sistem olah tanah dan tanpa olah tanah di Kecamatan Kayangan Kabupaten
Lombok Utara.
3.3. Penentuan Sampel
3.3.1. Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lima desa yakni Desa Kayangan, Desa
Dangiang, Desa Sesait, Desa Gumantar, dan Desa Pendua di Kecamatan
Kayangan Kabupaten Lombok Utara. Pemilihan daerah penelitian dilakukan
secara “purposive sampling” atas dasar hanya desa tersebut yang melakukan
sistem tanam dengan olah tanah dan tanpa olah tanah.
3.3.2. Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung yang menggunakan
sistem olah tanah dan tanpa olah tanah. Adapun jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 10 orang petani, meliputi 5 orang petani jagung dengan
sistem olah tanah dan 5 orang petani jagung dengan sistem tanpa olah tanah yang
ditentukan dengan menggunakan teknik sensus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Azwir. 2012. Pengaruh sistem persiapan lahan terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung hibrida. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 38-46.
Budiman, H. 2012. Budidaya Jagung Organik. Varietas Baru yang kian Diburu.
Pustaka Baru Putra. Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2001. Program Pengembangan Pertanian 2001-2004.
Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Lombok Utara. 2015. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas dan
Produksi Jagung di Kabupaten Lombok Utara.
Rahim dan Diah Retno Dwi Astuti. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Depok.
Rukmana, Ir. H. Rahmat. 2007. Jagung Budidaya, Pascapanen, dan
Penganekaragaman Pangan. Aneka Ilmu. Semarang.
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Utomo, M. 1995. Kekerasan tanah dan serapan hara tanaman jagung pada olah
tanah konservasi jangka panjang. J. Tanah Trop. 1: 1-7.

13

Anda mungkin juga menyukai