Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN PADI

Oleh :
Golongan E/Kelompok 2A

1. Dillpia Bayu Karyaningtyas (151510501019)


2. Egal Prayudo (151510501038)
3. Saifur Ridhal (151510501048)

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya padi merupakan kegiatan mayoritas masyarakat petani di
Indonesia. Alasan padi adalah makan pokok bangsa Indonesia menjadi yang
pertama, selain padi bisa menentukan besar-kecilnya kenaikan ekonomi nasional
berkaitan dengan ketahanan pangan. Secara agronomi, budidaya padi terbilang
cukup mudah dalam kegiatan penyiapan, perawatan hingga panen dan pasca
panen. Persiapan budidaya padi dimulai dari penentuan jenis varietas padi yang
akan ditanam, pengaturan jadwal tanam, analisis usahatani dan persiapan lahan.
Varietas padi yang dipilih erat kaitannya dengan potensi hasil yang akan
diperoleh. Hasil produksi dapat dibatasi oleh banyak hal, terutama faktor genetic,
iklim, intensitas serangan OPT, pemeliharaan dan penanganan pasca panen.
Keseluruhan kegiatan ini tidak boleh diabaikan salah satunya, karena 1 faktor
dapat membatasi satu faktor lainnya (Hukum Minimum Leibig). Pemilihan
varietas unggul dianjurkan untuk ditanam demi menunjang hasil yang optimal.
Klon unggul ini dapat berkembang optimal manakala dalam sistem tanamnya
dilakukan dengan menerapkan jarak tanam jajar legowo.
Jarak tanam yang biasa diapliksikan petani adalah jarak tanam
konvensional, dengan jarak 20 cm x 20 cm. Penerapan jarak tanam jajar legowo
menggunakan jarak tanam 40 cm x 20 cm atau 50 cm x 25 cm. pengaturan jarak
tanam merupakan kegiatan perawatan yang tergolong kedalam kultur teknis.
Kegiatan ini juga memiliki peranan tersendiri dalam meningkatkan produktivitas
padi. Sistem tanam yang dipakai juga bermacam-macam semisal tanam benih
langsung (tabela), SRI (system of rice intensification), sistem tanam ICM
(intgreted crop management) dan lain sebagainya. Masing-masing sistem tanam
memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing dapat disesuaikan dengan
kondisi lahan dan kebutuhan.
Keberhasilan dalam budidaya padi yaitu memahami syarat tumbuh tanaman
padi. Syarat tumbuh inilah menjadi faktor mutlak yang harus terpenuhi agar
tanaman budidaya menuai panen. Syarat tumbuh padi sawah adalah lahan sawah

1
yang digunakan selama proses budidaya. Lahan (tanah) harus dapat menyediakan
kebutuhan padi dalam mencukupi nutrisi yang dibutuhkan. Unsur hara tanaman
padi terdiri dari unsur hara esensial maupun yang nono esensial, baik unsur makro
maupun unsur mikro. Unsur hara yang paling banyak diibutuhkan padi adalah
nitrogen yang dapat tersedia dalam senyawa ammonium nitrat (NH4NO3),
phosphor dalam senyawa pospat (PO4) dan kalium dalam bentuk ion K+.
Lahan yang produktif akan menghasilkan hasil panen yang melimpah.
Interaksi tanaman dan lingkungan luarnya juga disebut sebagai iklim mikro.
Keseluruhan proses ekosistem, metabolisme, simbiosis dan lainnya berperan pada
fungsinya masing-masing. Iklim mikro dan iklim makro menjadi penentu pula
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Iklim berperan mengatur laju
fotosintesis tanaman kaitannya dengan ada atau tidaknya air dan cahaya,
mengingat kedua kompoen ini harus ada dalam kegiatan fotosintesis.
Serangkaian kegiatan budiaya tersebut haruslah dilakukan dengan baik agar
faktor penyebab puso dan faktor pembatas dapat dikendalikan. Sistem pertanaman
yang intensif akan menekan perkembangan dan laju populasi OPT di sawah.
Hubungan antara kelembaban dan suhu adalah hal utama dari intensitas serangan
OPT. diharapkan, kegiatan budiaya ini bisa diterapkan sesuai dengan GAP yang
sudah dianjurkan oleh pemerintah guna mencukupi kebutuhan pangan nasional.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari bagaimana teknik budidaya
tanaman padi.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen
budidaya yang baik bagi tanaman padi.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Serapan teknologi informasi budidaya padi bagi petani merupan hal yang
sulit diterima. Berbagai macam inovasi sebenarnya sudah direkomendasikan oleh
pemerintah melalui instansi dan dinas terkait agar diterapkan oleh petani, namun
acceptablility yang rendah menjadikan inovasi tersebut hanya sebagai demplot
dan berakhir dalam dokumentasi belaka. Pendekatan teknologi yang dimaksudkan
adalah penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pendekatan PTT ini
merupakan konsep sinergitas antara komponen teknologi inovasi dalam rangka
meningkatkan efisiensi usahatani. Penerapan PTT padi sawah terdiri dari 4
macam kegiatan yaitu: terpadu, sinergis, spesifik lokasi dan partisipatif (BPTP
NAD, 2009).
Sistem pengelolaan tanaman terpadu sudah banyak diterapkan dan
dicontohkan oleh kementerian pertanian dalam kegiatan SLPTT (sekolah lapang
pengelolaan tanaman terpadu). Kegiatan ini termasuk ke dalam UPSUS PAJALE,
atau upaya peningkatan khusus padi jagung dan kedelai. Asnawi (2014),
mengakatan penerapan PTT yang sesuai dengan SOP akan berdampak positif
terhadap produksi padi. Hal ini berhubungan dengan efisiensi penggunaan pupuk,
perawatan lebih mudah dan mencegah persebaran OPT. Peningkatan produktivitas
tersebut juga disebabkan oleh penerapan jarak tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1, 5:1
6:1 dan 8:1. Secara keseluruhan hasil panen yang dihasilkan meningkat antara 19,
90% sampai 22% (Misran, 2014).
Jarak tanam jajar legowo masih belom sepenihnya diterima oleh petani.
Pandangan petani tentang jajr legowo yang susah dan membutuhkan bibit dan
tenaga kerja yang abayak menjadi alasan kebanyakan. Menurut Ikhwani, dkk.
(2013) sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam yang memperhatikan
larikan tanaman dan merupakan tanam berseling antara dua atau lebih baris
tanaman padi dan satu baris kosong. Sistem jajar legowo akan menghasilkan
gabah yang lebih banyak dibandingkan dengan jarak tanam tegel. Penerapan jajar
legowo dalam pertanian skala besar membutuhkan dukungan alat tanam sistem
legowo yang fleksibel (bisa diatur), akurat, kuat dan mudah dioperasionalkan.

3
Peningkatan hasil hasil jarwo tergantung pada varietas padi yang digunakan dan
jarak tanam jarwo yang digunakan. Hasil padi gogo varietas Situpatenggang
masing-masing 27,3%, (30-25 cm x larikan), 34% legowo (30-25 cm x 12,5 cm),
36,6% legowo (30-20 cm x larikan) dan 44,9% Legowo (30-20 cm x10 cm),
dibanding cara tanam tegel.
Penerapan jarwo juga dapat dikombinasikan dengan metode SRI (system
of rice intensification). Optimasi jarak tanam merupakan kunci parameter
agronomi yang berpengaruh terhadap penampilan padi dan hasil panen. Metode
SRI merupakan cara penanaman bibit padi saat masih berumur 10-15 HSS dimana
bibbit padi masih mengandung sisa cadangan makanan. Bibit padi muda ini jika
dipindahkan ke lahan budidaya akan cepat beradaptasi dengan lingkungannya.
Kombinasi SRI dan jarwo secara signifikan dapat menghasilkan hasil baik dan
mengaktifkan biomassa dalam jumlah besar yang dapat menunjang kebutuhan
nutrisi tanaman padi (Reuben, et al. 2016). Unsur hara yang paling banyak
diibutuhkan padi adalah nitrogen yang dapat tersedia dalam senyawa ammonium
nitrat (NH4NO3), phosphor dalam senyawa pospat (PO4) dan kalium dalam bentuk
ion K+. efisiensi penggunaan pupuk oleh petani masih sangat rendah, sehingga
secara ekonomi terhitung merugikan. Efisiensi pupuk dapat diketahui dengan cara
menganalisa sumber nutrisi di dalam tanah, uji laboratorium menjadi sangat
penting agar dapat mengetahui kesuburan tanah (Islam and Kalita, 2016).
Tanah dapat dikatakan subur secara fisik dapat dilihat dari remah atau
tidaknya tanah tersebut. keremahan tanah ditentukan oleh metode olah tanah pada
setiap horizon dan lapis olah tanahnya. Olah tanah secara signifikan berpengaruh
terhadap sifat fisik tanah dan kondisi kesuburan tanah. Tujuan utama olah tanah
sawah adalah membentuk lumpur, lumpur yang terbentuk akan memudahkan akar
padi menembus lapisan tanah untuk memperbesar daerah serapan unsur hara dan
air sehingga efisiensi serapan hara dari BO maupun pupuk dapat optimal (Kahlon,
2014).

4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian dengan judul “Budidaya


Tanaman Jagung Tanpa Olah Tanah dengan Pemberian Pupuk Lengkap Tunggal dan
Majemuk” dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 07 Oktober 2017 pukul 14.00- selesai.
Bertempat di Agrotechnopark Jubung - Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Gembor/timba
2. Ajir
3. Meteran
4. Timbangan
5. Tali rafia
6. Penggaris
7. Worksheet

3.2.2 Bahan
1. benih padi varietas unggul yang berumur pendek
2. Pupuk urea, SP 36, KCI Urea 1,58 gr/tan
3. Bahan Organik

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Peserta satu golongan terbagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok 1, 2, 3, 4,
5 dan 6, pembagian perlakuan setiap kelompok sebagai berikut;
Kel Jarak tanam Jumlah bibit/lubang
1 Jajar legowo (25x12,5 cm tipe 1
2:1) antar 2 baris 50 cm
2 Jajar legowo (25x12,5 cm tipe 1
2:1) antar 2 baris 50 cm
3 Jajar legowo (25x12,5 cm tipe 1

5
2:1) antar 2 baris 50 cm
4 Tegel (20x20 cm) 3

5 Tegel (20x20 cm) 3


6 Tegel (20x20 cm) 3

2. Menyiapkan bibit dengan teknologi-teknologi budidaya padi, yaitu sebelum


benih ditabur ke lapangan terlebih dahulu di kecambahkan di dalam karung
yang basah selama 2 hari sampai calon akarnya kelihatan, kemudian barulah
ditanam.
3. Menyiapkan lahan dilakukan 15 hari sebelum masa tanam, diantaranya
penyiapan lahan yaitu penggemburan sawah, pembajakan, pemberian pupuk
dasar. Lahan yang digunakan seluas 1 x 1 meter perkelompok.
4. Melaksanakan penanaman dengan cara menanam bibit padi yang telah
disediakan dan ditanam sesuai dengan perlakuan jarak tanam yang
ditentukan. Penanaman dilakukan 1 bibit perlubang untuk perlakuan jajar
legowo (2:1) dan 3 bibit per lubang untuk perlakuan tegel.
5. Memelihara tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan,
penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit.
6. Melakukan penyulaman setelah tanaman berumur 1 minggu pada tanaman
mati atau pada lubang tanam yang tidak ada tanaman.
7. Melakukan penyiangan pada 14 dan 35 hst. Penyiangan dapat dilakukan
dengan tangan atau dengan menggunakan alat siang seperti landak atau
gasrok
8. Melakukan pemupukan 2 kali yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan.
Pemupukan dasar : BO, Urea, Sp-36 dan KCl. Pupuk susulan (Urea 15 Hst
dan KCl saat tanaman keluar malai). Posisi melakukan pemupukan yaitu
berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri
dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melalukan
pemupukan 2 barisan legowo.

6
9. Mengendalikan hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan alat
semprot, posisi berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.
Penyemprotan diarahkan kekiri dan kekanan dengan merata, sehingga 1 kali
jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo.
10. Mengairi lahan dengan cara penggenangan terus-menerus dan berselang
11. Melakukan panen sesuai diskripsi umur tanaman. Saat panen untuk gabah
kosumsi sebaiknya dilakukan pada stadia masak kuning dengan tanda-tanda:
seluruh tanaman tampak kuning kecuali buku-buku sebelah atas masih hijau,
isi gabah sudah keras tetapi mudah pecah oleh kuku.

3.4 Variabel Pengamatan

Praktikum acara “Budidaya Tanaman Padi” tersebut melakukan pengamatan


terhadap jumlah anakan total, tinggi tanaman (cm) dan volume akar.

3.5 Analisis data


Analisis data yang digunakan pada acara “Budidaya Tanaman Padi” ialah
analisis kuantitatif terhadap data-data hasil pengamatan yang sudah diolah.

7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Rata-rata Tinggi Tanaman Padi

4.1.2 Rata-rata Anakan Tanaman Padi

8
4.1.3 Volume Akar

Volume Akar

100
75
50 40 50 4

MINGGU 6

1-1 Jarwo 1-4 Tegel 1-2 Jarwo 1-5 Tegel 1-3 Jarwo 1-6 Tegel

4.2 Pembahasan
Data yang diperoleh dari 4.1.1 menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman
padi sejak minggu pertama hingga minggu ke 6 HST. Laju pertumbuhan tanaman
adalah positif jika dilihat dari data kelompok pada setiap minggunya. Data akan
berbeda jika tinggi tanaman padi dilihat secara menyeluruh dari semua kelompok
pada minggu pertama hingga minggu ke enam. Padi tertinggi pada minggu ke 6
adalah milik kelompok 3 dengen tinggi 81,17 cm, sedangkan padi terpendek
adalah 36 cm milik kelompok 5.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwasannya dari 6 perlakuan
yang ada, anatara lain 1-1 Jajar Legowo, 1-4 Tegel, 1-2 Jajar Legowo, 1-5 Tegel,
1-3 Jajar Legowo, 1-6 Tegel, jarak tanam jajar legowo memiliki pertumbuhan
padi yang paling baik dibandingkan dengan tinggi padi dengan jarak tanam tegel.
Perbedaan tinggi inilah yang disebut sebagai peningkatan hassil yang lebih jajar
legowo dibandingkan dengan jarak tanam tegel, yaitu sebesar 10,41%. Hal ini
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Misran, (2014) bahwasannya
Peningkatan produktivitas tersebut juga disebabkan oleh penerapan jarak tanam
jajar legowo 2:1 dan 4:1, 5:1 6:1 dan 8:1. Secara keseluruhan hasil panen yang
dihasilkan meningkat antara 19, 90% sampai 22%.
Pertumbuhan jumlah anakan padi jajar legowo pun juga lebih baik daripada
jarak tanam tegel. Perbandingan jumlah anakannya mencapai angka 45, 85% lebih
baik daripada anakan di tegelan. Jarak yang luas memudahkan akar untuk

9
memperluas daerah persebarannya sehingga memkasimalkan asupan nutrisi yang
kemudian ditransformsikan kepada semua organ tumbuhan dalam proses
fotosintesis. Jarak tanam renggang ini juga dapat mencegah terjadinya persaingan
unsur hara antar tanaman dalam satu rumput. Persiangan nutrisi yang terjadi akan
mengakibatkan tanaman yang kalah saing pertumbuhannya abnormal.
Panjang akar dan volume akar padi dengan jajar legowo juga lebih berat
dengan capaian bobot 70 CC. korelasi positif antara tinggi atanaman, jumalah
anakan dan volume akar dapat diketahui. Akar yang leluasa memperluas daerah
sebaran hara karena jarak yang lebar dan renggang tanpa adanya persaingan akan
berdampak pada volmune akar saat diukur. Semakin luas dearah ekspansi akar
maka semakin panjang pula menembus lapisan tanah. Akar yang menembus
lapisan tanah jauh dibawah tentunya volume akarnya akan semakin besar. Volume
akar yang seakin besar menunjukkan serapan nutrisi oleh akar mencapai titik
maksimum untuk menunjang proses metabolismenya.
Ruang ekspansi akar tersebut juga erat kaitannya dengan sistem oalah tanah
sawah yang dilakukan. Tujuan awal tanah dioalah agar membentuk sifat fisik
tanah yang remah dan memudahkan akar menembus horizannya untuk mencari air
dan unsur hara. Olah tanah secara signifikan berpengaruh terhadap sifat fisik
tanah dan kondisi kesuburan tanah. Tujuan utama olah tanah sawah adalah
membentuk lumpur, lumpur yang terbentuk akan memudahkan akar padi
menembus lapisan tanah untuk memperbesar daerah serapan unsur hara dan air
sehingga efisiensi serapan hara dari BO maupun pupuk dapat optimal (Kahlon,
2014).

10
BAB 5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwawsannya:
1. Pertumbuhan tinggi taaman, jumlah anakan dan volume akar tanaman padi
dengan jarak tanam jajar legowo memiliki nilai yang lebih baik daripada jarak
tanam tegel.
2. Selisih pertumbuhan tingginya mencapai 10,41% dan 45,85% untuk jumlah
anakannya.
3. Volume akar tanaman padi akan terus berekspansi sehingga mencapai titik
maksimum pemanjangan akar. Perluasan daerah sebaran akar dipengaruhi
langsung oleh sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah akan sangat erat kaitannya
dengan sistem olah tanah yangdiakukan.

5.2 Saran
Data yang dikumpulkan sebagai ulangan dan perlakuan sangatlah banyak,
sehingga perlu kehati-hatian dalam menyimpan dan mencatat data yang sudah
diamati agar validasinya tinggi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, Robet. 2014. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani Melalui


Penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Kabupaten
Pesawaran, Lampung. Penelitian Pertanian Terapan, 14 (1):44-52.

Balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP) NAD. 2009. Budidaya Tanaman


Padi. NAD: BPTP press.

Ikhwani, G. R. Pratiwi, E. Paturrohman dan A.K. Makarim. 2013. Peningkatan


Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. IPTEK
TANAMAN PANGAN, 8(2): 72-79.

Islam, Md. M. and D.C. Kalita. 2016. Technical And Economic Efficiency Of
Resource Use In Wetland Rice Cultivation. Agric. Sci, 6(2): 928-948.

Kahlon, M. S. 2014. Soil Physical Characteristics and Crop Productivity as


Affected by Tillage in Rice-Wheat System. Agricultural Science, 6(12):
107-114.

Misran. 2014. Studi Sistem Tanam Jajar Legowo terhadap Peningkatan


Produktivitas Padi Sawah. Penelitian Pertanian Terapan, 14 (2): 106-110.

Reuben, P., F. C. Kahimba, Z. Katambara, H. F. Mahoo, W. Mbungu, F. Mhenga,


A. Nyarubamba, and M. Maugo. 2016. Optimizing Plant Spacing under the
Systems of Rice Intensification (SRI). Agricultural Sciences, 7(2): 270-278.

12
LAMPIRAN

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai