Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN


“TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PADI SISTEM JAJAR
LEGOWO 3:1”

Disusun Oleh :
Nama : Azzila Dapika Zanariyah
NPM : E1J021014
Dosen : Dr.Ir. Sumardi.,MP
Co-ass : Pebry Sentosa ( E1J018066 )
Shift : B1

LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia,
tanaman padi juga merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia
setelah serealia, jagung dan gandum. Berdasarkan laporan di atas menunjukan tingginya
vitalitas tanaman padi terhadap keberlangsungan peradaban penduduk dunia, tidak terlepas
dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya bergantung pada tanaman padi sebagai
sumber pangan utama sehari-hari. Maka dari itu tanaman padi menjadi salah satu komoditas
penting dan mempunyai nilai strategis bagi masyarakat Indonesia.

Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya produktivitas pada jarak tanam


rapat : (a) umumnya akan tumbuh tidak optimal apabila menerima sinar matahari yang
rendah akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak tanam rapat, (b)
terjadinya kahat hara tertentu terutama N, P dan K serta air akibat pertanaman yang rapat,
perakaran yang intensif sehingga pengurangan hara juga intensif, dan (c) terjadinya serangan
penyakit endemik setempat, akibat kondisi 2 iklim mikro yang menguntungkan bagi
perkembangan penyakit pada jarak tanam rapat. Sistem tanam jajar legowo memberikan
ruang tumbuh yang longgar sekaligus populasi lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu
memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman.
Selain itu upaya pengendalian gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa
barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada
barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanamansisipan di dalam barisan. Pada awanya
kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak
tanaman pada baris tengah. Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa
dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya.
Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai
oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.
Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai
pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi
menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau
tingkat kesuburan tanahnya.

Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara
mengatur jarak tanam. Sistem tanam ini juga memanipulasi tata letak tanaman, sehingga
rumpun tanaman sebagian besar menjadi tanaman pinggir. Tanaman padi yang berada di
pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak, sehingga menghasilkan gabah
lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik. Pada cara tanam legowo 2:1, setiap dua baris
tanaman diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak barisan, namun jarak tanam
dalam barisan dipersempit menjadi setengah jarak tanam aslinya.

Pengaturan sistem tanam ternyata menentukan kuantitas dan kualitas rumpun tanaman
padi, yang kemudian bersama populasi/jumlah rumpun tanaman per satuan luas berpengaruh
terhadap hasil tanaman. Namun, beberapa faktor juga mempengaruhi diterapkannya suatu
jarak tanam oleh petani di suatu wilayah adalah: (1) ketersediaan tenaga kerja, (2)
ketersediaan benih, (3) kemudahan operasional di lapang (ada/tidak ada lorong), (4)
penyuluhan tentang jarak tanam, dan (5) kondisi wilayah (keadaan drainase, endemik keong
mas, dll).

2.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari kegiatan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Pangan mengenai
“Pengaruh Sistem Tanam Legowo Pada Tanaman Padi (Oryza Sativa)” ini adalah :
Mengetahui pengaruh pola sistem jajar legowo 3:1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Padi merupakan penghasil beras yang merupakan makanan pokok hampir seluruh
masyarakat Indonesia. Tanaman ini termasuk tanaman serealia yaitu tanaman yang
menghasilkan biji-bijian. Saat panen malai-malai padi akan menghasilkan ratusan bulir beras.
Tanaman padi yang diupayakan secara luas merupakan varietas yang dikembangkan sebagai
hasil persilangan jenis indica javonica dengan javanica. Padi di Indonesia pada umumnya di
budidayakan pada lahan sawah irigasi maupun sawah tadah hujan, keduanya memerlukan
perawatan yang intensif agar dapat tumbuh dengan baik terutama pada fase pertumbuhannya
(Dahlan et al., 2012).
Berdasarkan data United States Department of Agriculture (2012), tanaman padi
dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida – Monocotyledons
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Oryza L.
Species : Oryza sativa L.
Konsumsi pangan Indonesia sangat tergantung pada tanaman padi. Untuk menjaga
kelestarian dan ketersediaan tanaman padi di seluruh wilayah Indonesia para pemulia telah
banyak menghasilkan berbagai varietas padi unggul (nasional dan lokal) untuk menjamin
ketersediaan kebutuhan pangan nasional Untuk mendapatkan produksi yang baik sebaiknya
petani mengenal dan memahami deskripsi dari berbagai jenis padi tersebut, dan lebih
memahami jenis sistem penanaman yang digunakan serta bagaimana cara usahatani padi
dengan baik dan benar. Padi merupakan tanaman pangan penting kedua di dunia setelah
gandum, dan lebih dari 90% penduduk Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan
pokok. Oleh karena itu, pemerintah sangat berkepentingan untuk mengatur regulasinya demi
menjaga kestabilan keamanan pangan rakyat Indonesia (Utama, 2015).
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang memiliki peran penting dalam
peningkatan hasil padi sawah karena dengan varietas yang unggul tingkat hidup padi menjadi
lebih tinggi. Perakitan dan perbaikan varietas unggul baru perlu diperhatikan karena varietas
unggul merupakan titik tumpu utama peningkatan produksi padi. Benih dengan varietas
unggul akan menghasilkan bibit yang bermutu dan tidak rentan terhadap serangan berbagai
hama dan penyakit (Balitpa dalam Chairuman, 2013).
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang menjadi makanan
pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisiyang diperlukan tubuh.
Kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9 %, protein 6,8 %, lemak 0,7 % dan lain-lain
0,6 %. Di antara tanaman padi yang termasuk spesies Oryza sativa L. terdapat ribuan varietas
padi yang satu sama lain mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga dari segi bentuktanaman
(morfologi) tidak ada varietas padi yang mempunyai bentuk yang sama.Perbedaan yang
tampak antar varietas padi disebabkan oleh perbedaan sifatvarietas. Namun demikian, di
antara ribuan varietas terdapat beberapa sifat yang sama (Pratiwi, 2016).

Padi merupakan tanaman yang tumbuh dengan baik pada dataearn rendahdengan
ketinggian 0-1500 mdpl. Tanaman ini memerlukan suhu sekitar 23ºCuntuk tumbuh secara
maksimal. Curah hujan 200 mm per bulan cocok untukmembudidayakan tanaman padi. Padi
cocok ditanam pada sawah yang memilikipH 4-7 (Setiawan, 2018).

Sistem tanam jajar legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa
barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. tanaman yang seharusnya ditanam pada
barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanam sisipan didalam barisan. Pada awalnya
tanaman jajar legowo diterapkan untuk daerah yang banyak terserang hama dan penyakit.
Pada barisan kosong, diantara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi
untuk mengumpulkan keong emas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau
untuk pemeliharaan ikan kecil (muda). Namun kemudian pola tanam ini berkembang untuk
memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang
tumbuh bagi tanaman (Mejaya, 2013).
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan
berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil
penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1,
dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.( Departemen
pertanian, 2012)
Padi membutuhkan banyak air untuk tumbuh sehingga padi banyak ditanamdi lahan
sawah yang tergenang air sehingga air merupakan kebutuhan pentingpada budidaya padi.
Pada sawah irigasi air selalu tersedia untuk pertumbuhantanaman, namun pada sawah lain
seperti sawah tadah hujan air tidak selalutersedia. Maka dari itu sawah tadah hujan memiliki
kemampuan menahan air hujan dan aliran air sehingga dapat memenuhi kebutuhan air
tanaman (Sinaga, 2014).
Sistem tanam yang digunakan dalamkegiatan budidaya perlu diperhatikan karena
akan mempengaruhi populasi sertakondisi tanaman. Selain itu, umur bibit harus diperhatikan
pada saat pemindahanbibit untuk menntisipsi kerusakan pada akar bibit.
Sistem tanam yang seringdigunakan adalah sistem tanam konvensional dan jajar
legowo. Namun saat inibanyak dikembangkan sistem tanam SRI yang lebih ramah
lingkungan (Anggraini, 2013).
Penanaman padi dilakukan dengan berbagai sistem yang dapat diteraapkan.Setiap
sistem penanaman memiliki kekurangan dan kelebihan. Hal tersebutdisebabkan karena
perlakuan pada setiap sistem berbeda-beda. Upaya peningkatanproduksi padi terus
diupayakan salah satunya adalah dengan cara penanaman padidengan sistem tanam. Sistem
tanam pada tanaman padi memiliki tiga metodeyaitu jajar legowo, SRI (System of Rice
Intensification) dan konvensional. Ketigametode yang ada memiliki pengaruh terhadap
produksi tanaman padi. Prinsip dasar metode SRI adalah bertani secara ramah lingkungan,
rendahasupan luar, menerapkan kearifan lokal, serta membatasi penggunaan bahan kimiabaik
pestisida maupun pupuk (Makarim, 2013).
Prinsip budidaya padi metode SRI adalah penggunakan bibitmuda berusia kurang
dari 12 hari setelah semai, yaitu ketika bibit masih berdaun 2 helai, bibit ditanam satu
tanaman per lubang dengan jarak tanam 30 x 30 ataulebih jarang, penanaman dilakukan
secepat mungkin (kurang dari 30 menit)dengan penanaman dangkal. Penanaman dilakukan
dengan hati-hati agar akartidak putus., air pada lahan maksimal 2 cm (macak-macak) dan
beberapa periodedikeringkan (irigasi berselang), Penyiangan dilakukan pada 10 hari awal
dandilakukan 2-3 kali pengulangan dalam interval 10 hari dan menggunakan pupukhijau atau
kompos.SRI merupakan sistem tanam padi dengan proses yang lebih efisien, danmemberikan
dampak berupa hasil panen yang lebih tinggi. SRI memiliki jaraktanam 30 cm x 30 cm yang
mengakibatkan tanaman dapat menyerap unsur haralebih optimal dan hasil produksi tanaman
dapat meningkat (Mustakin, 2012).
Peningkatan produksi padi pada teknik SRI dapat mencapai 50% hingga200% dengan
hasil 4-8 ton/ha, tetapi hasil diatas 10 ton/ha. KonvensionalBudidaya padi saat ini banyak
menggunakan sistem konvensional. Sistemkonvensional dianggap memberikan hasil yang
melimpah karena menggunakan jarak tanam yang lebih rapat serta bibit yang lebih banyak.
Namun sistembudidaya konvensional dapat menimbulkan banyak masalah baik pada
lingkunganmaupun pada tanaman (Uphoff, 2012).
Jumlah anakan dan jumlah malai padatanaman padi dengan sistem tanam
konvensional menunjukkan hasil yang palingtinggi dibandingkan sistem tanam SRI serta jajar
legowo. Namun, hasil panen yang didapatkan dari sistem tanam konvensional tidak lebih
banyak dari hasilpanen dengan sistem tanam SRI dan jajar legowo. Hal itu disebabkan karena
jaraktanam yang dekat sehingga menyebabkan proses fotosintesis yang berlangsungserta
kurang maksimal. Ditambah lagi dengan jumlah anakan yang banyakmengakibatkan jarak
tanam semakin sempit.Pada sistem tanam konvensional menggunakan pupuk kimia serta
pestisidakimia (Nararya, et al. 2017).
Jajar Legowo adalah Teknologi sistem jarak tanam padi yang berasal dari sistem
tanam tegel atau simetris yang dikembangkan dan diketahui oleh masyarakat. Istilah legowo
berasal dari Bahasa Jawa yang terdiri dari kata legodan dowo. Lego memiliki arti luas dan
dowo memiliki arti memanjang. Jaraktanam jajar legowo 2:1 adalah 25 cm x 50 cm x 12,5
cm (Magfiroh,et al. 2017).
Penentuan jarak tanam juga dipengaruhi oleh varietas. Varietas tertentu memiliki
banyak sekali anakan, tetapi sebaliknya ada juga varietas yang memiliki sangat sedikit jumlah
anakan. Beberapa varietas yang banyak ditanam petani tergolong memiliki banyak anakan.
Namun demikian, ada juga varietas yang beredar tergolong beranak sedikit atau sedang.
Aturan umumnya, varietas yang memiliki banyak anakan ditanam dengan jarak yang
renggang, sebaliknya varietas yang beranak sedikit ditanam dengan jarak yang rapat. Oleh
karena itu, tidak ada jarak tanam yang ideal untuk semua varietas, melainkan, setiap varietas
memiliki jarak tanam idealnya tersendiri. Varietas juga berpengaruh terhadap komponen
hasil. Jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah bulir per malai, dan hasil padi adalah
beberapa komponen hasil yang dipengaruhi oleh varietas (Hatta, 2012).
Penerapan teknologi jajar legowo adalahpenggunaan varietas unggul baru potensi
hasil tinggi, biodekomposer yangdiberikan pada saat pengolahan tanah, pemberian pupuk
hayati pada benih melalui seed treatment. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
menggunakan pestisida nabati dan menggunakan alat dan mesin khusus seperti
jarwotransplanter. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah mengatur jarak tanam
untukmeningkatkan populasi (Badan Penelitidan Pengembangan Pertanian, 2016).
Sistem tanam ini dapat memanipulasi letak tanaman sehingga rumpun tanaman
sebagianbesar menjadi tanaman pinggir. Tanaman padi yang berada di pinggir
akanmendapatkan sinar matahari yang lebih banyak sehingga memiliki hasil gabahyang lebih
tinggi dengan kualitas yang lebih baik (Ikhwani, et al. 2013).
Penyakit blas padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae yang menjadi salah satu
penyakit penting pada tanaman padi baik di Indonesia bahkan dunia. Penyakit blas dengan
intensitas tinggi akan mengalami penurunan bobot tanamandan gabah pada padi. Gejala
penyakit blas daun sangat berpengaruh terhadapkondisi lingkungan, umur tanaman dan
tingkat ketahanan tanaman. Upaya pengendalian penyakit blas padi dapat dilakukan dengan
rotasi tanaman danaplikasi fungisida (Suriani, et al. 2018).
Penyakit hawar pelepah padi disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani merupakan
salah satu penyakit yang saat ini berkembang dan tersebar luas didaerah yang menghasilkan
padi di Indonesia. Penyakit hawar pelepah bekembangsangat cepat di daerah rendah ( 0 – 200
mdpl) dari pada didaerah sdang dan tinggi.Penyakit hawar pelepah berkembang sangat pesat
dari musim ke musim terutamadi daerah pertanian yang intensif (Nuryanto, 2017).
Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan hama global yang
menyerang tanaman padi yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena merusak
langsung dengan cara menghisap bagian tanaman dan menyebabkan tanaman padi puso.
Penyerangan wereng batang coklat memiliki pengaruh yangcukup besar akibat tingkat curah
hujan yang tinggi yang menimbulkan kelembaban yang tinggi. Tanam tidak serempak
merupakan pemicu dari ledakan populasi wereng batang coklat dapat meningkat dengan
cepat. Serangan wereng batang cokelat di Indonesia pada tahun 2010 dan 2012 mengalami
peningkatan dari 137.768 ha hingga 218.060 ha (Baehaki dan Mejaya, 2014).
Penggerek batang padi merupakan hama tanaman padi yang menyebabakan tanaman
padi menjadi puso. Gejala serangan hama penggerek ini pada fasevegetatof dengan gejala
titik tumbuh tanaman muda mati. Pada fase generatif, gejala yang ditimbulkan adalah dengan
gejala malai mati dengan bulir hampayang kelihatan berwarna putih. Pengendalian penggerek
batang padi dapat dilakukan dengan cara tanam serempak, penanaman varietas tahan, sanitasi
lahan,penggunaan perangkap dengan lampu dan penggunaan pestisida (Baehaki, 2013).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat pelaksanaan praktikum dilaksanakan di zona pertanian terpadu medan
baru,setiap hari jumat dimulai pukul 07:30 – 10:00 WIB.
3.2 Bahan dan alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi
 ,bibit padi varietas ciherang,
 pupuk Urea,TSP,KC,dan
 pestisida organik.
Alat-alat yang digunakan meliputi:
 Traktor mini
 Cangkul
 Pancang kayu
 Bambu
 Para neet ( Warring )
 Jarring
 Mistar stainless stell
 Timbangan
 Peralatan tulis
 Alat hitung ( calculator )

3.3 Langkah kerja


1). Persiapan lahan

a. Lahan sawah digenangi setinggi 2-5 cm di atas permukaan selama 2-3 hari
sebelum tanah dibajak,
b. Pembajakan tanah pertama sedalam 15-20 cm menggunakan traktor bajak
singkal, kemudian tanah diinkubasi selama 3-4 hari,
c. Perbaikan pematang yang dibuat lebar untuk mencegah terjadinya rembesan
air dan pupuk; sudut petakan dan sekitar pematang dicangkul sedalam 20 cm;
lahan digenangi selama 2-3 hari dengan kedalaman air 2-5 cm,
d. Pembajakan tanah ke dua bertujuan untuk pelumpuran tanah, pembenaman
gulma dan aplikasi biodekomposer, dan
e. Perataan tanah menggunakan garu atau papan yang ditarik tangan, sisa gulma
dibuang, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang.

2). Pembibitan/Pesemaian

Persemaian diawali dengan perendaman dan pemeraman benih padi masing


masing selama 24 jam kemudian ditiriskan, lalu benih dicampur dengan pupuk hayati
dengan takaran 500 gram/25 kg benih, atau setara untuk 1 ha lahan. Benih disebar
pada pinggiran pematang yang telah disiapkan.
3). Penanaman

Penanaman dilakukan serentak untuk semua shif pada hari yang telah
ditentukan. Semua praktikan wajib ikut menanan dalam shifnya, sesuai dengan
perlakuan yang telah di tetapkan. Tanamlah bibit padi lahan yang telah disiapkan
sebanyak 3 bibit/rumpun dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Apabila terjadi
kehilangan rumpun tanaman akibat serangan OPT maupun faktor lain, maka lakukan
penyulaman untuk mempertahankan populasi tanaman pada tingkat optimal.
Penyulaman harus selesai 2 minggu setelah tanam (MST), atau sebelum pemupukan
dasar.
4). Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan dosis Urea 300 kg/ha, TSP 100/ha, dan KCl
100 kg/ha yang dilakukan tiga kali yaitu 1/3 pada umur 7-10 HST, 1/3 bagian pada
umur 25-30 HST, dan 1/3 bagian pada umur 40-45 HST. Kecukupan N dikawal
dengan bagan warna daun (BWD) setiap 10 hari hingga menjelang berbunga.
5). Pemeliharaan
Lakukan pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiangan gulma serta pengelolaan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Sebelum melakukan tindakan khusus
pengelolaan OPT, harus dikonsultasikan dengan Co-Ass dan/atau Dosen Pembimbing
Praktikum.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Gambaran Umum

Percobaan atau praktikum yang dilakukan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang
telah direncanakan dan diarahkan. Pengolahan dilakukan menggunakan traktor mini dan
cangkul. Lahan diolah dua kali, yang pertama menggunakan traktor mini kemudian
menggunakan cangkul yang bertujuan untuk pelumpuran tanah,pembenaman gulma dan
perataan tanah mengunakan garu atau papan yang ditarik tangan,sisa gulma tersebut
kemudian dibuang.kemudian pembibitan diawali dengan persamaian dengan merendam dan
pemeraman benih terlebih dahulu selama 24 jam kemudian ditiriskan,lalu benih dicampur
dengan pupuk hayati dengan takaran 500 gram/25 kg benih,atau setara untuk 1 ha lahan,benih
kemudian ditaburkan atau disebar dipinggiran pematang yang telah disiapkan.
Penanaman dilakukan serentak untuk semua shift pada hari yang telah ditentukan
sebelumnya dan semua praktikan wajib ikut menanam sesuai perlakuan yang telah
ditetapkan.untuk shift b1 sendiri telah ditentukan menanam bibit padi pada lahan dengan
system legowo 3:1 dengan jarak tanam 25 cm x25 cm. dan kemudian melakukan pemeliharan
tanaman yaitu dengan penyulaman tanaman yang mati akibat OPT ataupun faktor lahan dan
dalam menanggulangi OPT tersebut harus konsultasi terlebih dahulu kepada co-ass dan dosen
pengampu.kemudian pemupukan dilakukan dengan dosis pupuk urea,TSP,KCl yang
dilakukan tiga kali pada umur 7-10 hari setelah tanam.dan kecukupan N diberi setiap 10 hari
hingga menjelang berbunga.kemudian semua praktikan tiap minggunya melakukan
pengamatan sesuai dengan arahan co-ass dan memberikan kepada co-ass untuk dinilai dan
begitu seterusnya sampai pengamatan terakhir.setelah melakukan pengamatan dan kegiatan
pengamatan mulai dari mengukur tinggi tanaman,panjang daun,lebar daun,panjang daun
bendera dan panjang malai.seuluh praktikan diwajibkan membuat laporan akhir sebagai bukti
pelaksanaan kegiatan praktikum teknologi produksi tanaman pangan.
4.2 Pola Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan padi dibagi menjadi beberapa variabel pengamatan yang dimulai dari 4
minggu setelah tanam dan setelah kami memberikan pupuk pada padi dan memasang semua
label pada sampel yang akan diamati. Beberapa komponen pengamatan tersebut meliputi
panjang tanaman serta jumlah daun

4.2.1 Grafik Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
minggu ke 4 minggu ke5 minggu ke 6

Column1 2 3 4 5
6 7 8 9 10

Dapat dilihat bahwa sampel 8 tingginya lebih dari sampel tanaman yang lain dengan
ukuran 102 cm. Caranya dengan mengukur panjang tanaman dengan menggunakan meteran
jahit pada tanaman sampel yang telah dipilih. Panjang tanaman diukur dari titik tumbuh
tanaman ke daun yang paling panjang. Berdasarkan grafik tinggi tanaman diatas dapat
disimpulkan bahwa rata-rata panjang tanaman padi mengaalami kenaikan setiap minggunya.
Sistem tanam jajar legowo ini membuat jarak antar tanaman renggang sehingga tidak ada
persaingan antar tanaman dalam memperoleh unsur hara dan sinar matahari. Tinggi tanaman
yang lebih tinggi dihasilkan pada populasi tanaman yang lebih banyak dalam satu hamparan.
Pertumbuhan tanaman yang tinggi belum menjamin produktivitasnya juga tinggi.
4.2.2 Grafik Jumlah Daun

Jumlah Daun
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
minggu ke 4 5 6

1 2 3 4 5
6 7 8 9 10

Pengamatan pada jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung satu per satu
jumlah daun yang tumbuh pada satu rumpun tanaman padi yang ditanam. Setelah itu, catat
jumlah daun pada form pengamatan serta mendokumentasikan dan ulangi langkah tersebut
pada setiap sampel pengamatan. Daun dinyatakan dalam ukuran helai dan dihitung hanya
yang sudah tumbuh secara sempurna atau daun yang telah membuka secara utuh.

Dapat dilihat pada grafik tersebut, bahwa pada pertambahan jumlah daun tanaman
padi tiap mst dapat dipengaruhi oleh sistem tanam. Sistem jajar legowo dapat meningkatkan
produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat peningkatannya bisa mencapai
100%. Lebih lanjut metode ini merupakan teknik penanaman padi yang efisien dan
produktif.

4.3 Pertumbuhan Tanaman Padi dengan Sistem Jajar Legowo 3 : 1

4.3.1 Tinggi Tanaman

Berikut adalah tabel data hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman padi dengan
pengaruh perlakuan sistem tanam pada 4 minggu setelah tanam (mst) hingga 8 mst.

Minggu Sampel
ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 63cm 58cm 45cm 54 cm 60 cm 62 cm 56cm 62cm 56cm 62 cm
5 79cm 68cm 63cm 64 cm 69 cm 71 cm 65cm 70cm 61cm 74 cm
6 89cm 85cm 77cm 84 cm 76 cm 88 cm 75cm 86cm 83cm 87 cm
8 102cm 98cm 91cm 98 cm 96cm 100cm 93cm 97cm 94cm 95cm

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa pengamatan yang telah dilakukan pada
parameter tinggi tanaman dimulai dari 4 MST sampai 8 minggu setelah tanam (mst). Pada
Minggu ke-4 setelah mst menunjukkan bahwa tanaman padi dengan perlakuan sistem tanah
jajar legowo memiliki panjang tanaman terpanjang yaitu 63 cm, sedangkan tanaman padi
dengan tanaman terpendek adalah 45 cm. Pada8minggu setelah tanam, tinggi tanaman yang
tertinggi yaitu 102 cm pada sampel 8. Dapat disimpulkan bahwa tanaman padi mengalami
kenaikan setiap minggunya.

Menurut jurnal Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi


Pertanian Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, 31 Juli 2021 tentang “Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Berbagai Sistem Tanam di Kampung Desay,
Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari”, pada umur 25 hst, 45 hst dan 65 hst sistem tanam
konvensional dan jajar legowo menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata, akan tetapi
berbeda nyata dan lebih tinggi terhadap sistem tanam SRI. Selanjutnya pada saat tanaman
mencapai umur 85 hst sistem tanam menunjukkan pengaruh tidak beda nyata antara sistem
tanam jajar legowo dan SRI 40 cm x 40 cm namun berbeda nyata dan lebih tinggi terhadap
sistem tanam SRI 30 cm x 30 cm, hal ini menunjukkan adanya interaksi antara setiap sistem
tanam yang diujikan, perbedaan tinggi tanaman dapat terjadi akibat penggunaan pupuk yang
berbeda.

Pendapat dari Abdulrachman et al., (2013), yang menyatakan jarak tanam jajar
legowo mempunyai kelebihan, yaitu: tanaman akan lebih mudah dalam memperoleh cahaya
matahari, lebih mudah dalam pemupukan, penyiangan, pengendalian OPT, maupun
berpeluang dapat meningkatkan produktivitas tanaman karena jumlah populasinya
bertambah, namun tetap tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman.

4.3.2 Jumlah Daun

Minggu Sampel
ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 34 47 28 45 35 33 45 34 33 17

5 46 60 38 55 45 43 49 50 43 28
6 64 57 73 84 62 47 54 38 48 35

Parameter pengamatan lainnya pada tanaman padi adalah jumlah daun. Sama halnya
dengan pengamatan panjang daun, pengamatan jumlah daun dilakukan pada 4 mst hingga 7
mst. Daun dinyatakan dalam ukuran helai dan yang dihitung hanya yang sudah tumbuh
secara sempurna atau daun yang telah terbuka secara utuh.
Perbedaan tipe tanam jajar legowo yang digunakan dari tipe 2:1 hingga 7:1 tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah pertambahan daun hingga untuk umur 6
MST. Jumlah pertambahan daun dari umur 1 hingga 6 MST cenderung sama untuk semua
tipe tanam jajar legowo. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan lingku-ngan tumbuh
tidak mempengaruhi pembentukan daun sehingga jumlah pertambahan daun yang dihasilkan
cenderung sama. Jumlah pertambahan daun cenderung meningkat hingga umur 4 MST.

Peningkatan jumlah daun seiring dengan meningkatnya umur tanaman, selanjutnya jumlah
pertambahan daun mengalami penurunan hingga umur 6 MST. Penurunan jumlah daun
terjadi diakibatkan sebagian daun tanaman sudah tua dan gugur karena tidak dapat melakukan
proses fotosintesis. Di samping itu, penurunan jumlah daun disebabkan tanaman sudah
memasuki fase generatif sehingga fase vegetatif (pembentukan daun) terhenti karena hasil
fotosintesis berupa bahan kering lebih besar ditranslokasikan ke pembentukan malai.

Dan hasil yang telah saya amati pada tanaman padi kami semua sampel yang saya amati
mengalami pertambahan jumlah daun pada sistem tanam jajar legowo 3:1 di setiap minggu

3. Jumlah Anakan

Pada awal pertumbuhan yakni umur 1 MST hingga 4 MST jumlah pertambahan
anakan cenderung sama, selanjutnya jumlah pertambahan anakan mengalami penurunan
hingga umur 6 MST. Jumlah pertambahan anakan yang menurun karena tanaman telah
memasuki fase generatif, sehingga pertumbuhan vegetatif (pembentukan anakan) mulai
menurun. Hasil fotosintesis berupa bahan kering sebagian besar ditranslokasikan ke organ
generatif tanaman. Selain itu juga terjadi persaingan di dalam rumpun tanaman itu sendiri
sehingga anakan yang kalah bersaing menjadi tidak berkembang atau mati. Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan bahwa pola pertumbuhan tanaman semusim pada fase vegetatif
terus meningkat hingga memasuki fase generatif, selanjutnya akan mengalami penurunan
hingga berhenti pada fase pemasakan biji hingga panen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Muliasari dan Sugiyanta (2009) yang menyatakan
bahwa, pertambahan jumlah anakan akan berlangsung secara terusmenerus sampai tercapai
jumlah anakan produktif, kemudian beberapa anakan mati dan jumlahnya akan menurun
sampai tercapai pada kondisi jumlah yang tetap.

Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa pola pertumbuhan tanaman semusim
pada fase vegetatif terus meningkat hingga memasuki fase generatif, selanjutnya akan
mengalami penurunan hingga berhenti pada fase pemasakan biji hingga panen. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Muliasari dan Sugiyanta (2009) yang menyatakan bahwa,
pertambahan jumlah anakan akan berlangsung secara terus menerus sampai tercapai jumlah
anakan produktif, kemudian beberapa anakan mati dan jumlahnya akan menurun sampai
tercapai pada kondisi jumlah yang tetap. Dan hasil yang telah saya amati pada tanaman padi
kami semua sampel yang saya amati mengalami pertambahan jumlah anakan pada sistem
tanam jajar legowo 3:1 di setiap minggu nya hingga minggu ke 7 setelah tanam namun pada
minggu ke 8 mengalami penurunan pada sampel 3 akibat serangan hama tikus.

4. Panjang Malai

Panjang malai yang dihasilkan semua tipe tanam jajar legowo cenderung sama,
Adanya perbedaan tipe tanam jajar legowo yang digunakan ternyata tidak menimbulkan
perbedaan pada panjang malai yang dihasilkan. Panjang malai merupakan salah satu
komponen penting dalam menentukan hasil karena semakin panjang malai maka jumlah bulir
per malai akan semakin seningkat. Panjang malai merupakan suatu sifat yang diturunkan
secara genetik, jika kondisi lingkungan tempat tumbuhnya sama maka akan memiliki panjang
malai yang relatif seragam untuk varietas yang sama

Pada hari jumat 23 September 2022 kami melakukan pemupukan pertama pada lahan
padi kami. Pemupukan kami mulai pada pukul 08.00 sampai selesai. Untuk pupuk yang kami
gunakan yaitu pupuk urea, TSP, dan KCL untuk luas lahan 21x15m . Untuk dosis pupuk yang
kami gunakan yaitu : Luas petakan TPTP shif B1 = P: 33,7 m x L : 16,7 m

Jadi kebutuhan pupuk:

1. Urea 200/10.000 (562,79 m) = 11,25 kg/petak


2. Kcl 100/10.000 (562,79 m) = 5,62 kg/petak

3. Tsp 150/10.000 (562,79 m) = 8,44 kg/petak

Maka untuk perbandingan pupuk yaitu 11,25 ; 5,62 ; 8,44 untuk pemupukan lahan shift B-1.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Saat melakukan budidaya, sistem tanam cukup mempengaruhi hasil dan pertumbuhan
tanaman yang ditanam. Tanaman padi memiliki beberapa sistem tanam salah satunya adalah
jajar legowo. Jarak tanam yang lebih baik adalah jarak tanam pada pola jajar legowo 3:1
memberikan hasil lebih baik, yang ditunjukkan dengan hasil gabah per hektar lebih tinggi
(7,21 ton ha-1) sedangkan pada jarak tanam pada pola jajar legowo 2:1 memberikan hasil
gabah per hektar lebih baik (8,17 ton ha-1). Pola jarak tanam yang lebih baik adalah pola jajar
legowo 3:1 dapat menghasilkan tanaman lebih tinggi.

Memiliki karakteristik pertumbuhan tinggi dan jumlah daun yang berbeda pada
masing-masing sampelnya. Jarak tanam dalam baris yang semakin mempengaruhi tinggi
tanaman. Penggunaan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman
untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami banyak persaingan dalam hal mengambil air,
unsur-unsur hara, dan cahaya matahari. Pertumbuhan awal tanaman akan membutuhkan
jumlah unsur hara yang banyak, tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan
seimbang untuk proses pertumbuhan tanaman, proses pembelahan, proses fotosintesis, dan
proses pemanjangan sel akan berlangsung cepat yang mengakibatkan beberapa organ
tanaman tumbuh cepat terutama pada fase vegetatif. Pertumbuhan tinggi tanaman pada pola
jajar legowo diduga pola jajar legowo dapat memberikan pertumbuhan tanaman lebih baik
dibandingkan dengan sistem tegel (simetris) karena beberapa kelebihan.

Populasi pada pola jajar legowo 3:1 lebih banyak sehingga mengakibatkan
terjadinya persaingan antar tanaman dalam memperoleh unsur hara, cahaya matahari untuk
proses fotosintesis dan ruang untuk tumbuh sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
anakan produktif, karena jumlah malai atau anakan produktif berkaitan dengan jumlah
anakan tanaman padi, dimana semakin banyak jumlah anakan maka jumlah malai yang
terbentuk juga semakin banyak. Anakan produktif merupakan anakan yang berkembang lebih
lanjut dan menghasilkan malai. Jarak tanam yang lebar akan meningkatkan radiasi surya oleh
tajuk tanaman, sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti jumlah anakan
produktif. Tanaman padi akan cepat membentuk anakan bila ketersediaan air dan unsur hara
cukup memadai serta ditunjang dengan intensitas cahaya matahari dan suhu yang optimum

5.2. Saran

Diharapkan untuk kedepannya praktikan dapat memperhatikan dan menjalankan ilmu


yang didapat serta coass lebih bisa menjelaskan semua pengetahan mengenai praktikum mata
kuliah Teknologi produksi tanaman pangan.diharapkan hal yang dikutipkan diatas bisa
dijalankan dan Amanah.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit Pada Tanaman
Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Universitas Brawijaya. J. Produksi
Tanaman. 1(2): 52-60.

Badan Pusat Statistik. 2017. Luas Panen Produktivitas dan Produksi Padi Sawah .(Online)

https://jatim.bps.go.id/statictable/2017/06/15/529/luas-panen-produktivitas-

dan-produksi-padi-sawah-2013-2015.html diakses pada Minggu , 5


Desember 2022 pukul 16.00 WIB.
Baehaki, S.E. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan TeknologiPengendaliannya. IPTEK
Tanaman Pangan. 8(1): 1-14.
Baehaki, S.E dan I. M. J. Mejaya. 2014. Wereng Cokelat sebagai Hama Global Bernilai
Ekonomi Tinggi dan Strategi Pengendaliannya. IPTEK Tanaman Pangan. 9(1): 1-12.
Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Berbasis
Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Dataran Tinggi Tapanuli Utara Provinsi
Sumatera Utara. Pertanian Tropik, 1 (1) : 47-54.

Dahlan, D., Y. Musa dan M. I. Ardah. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Padi
Sawah pada Berbagai Perlakuan Rekomendasi Pemupukan. Agrivigor, 11 (2) : 262-274.

Ikhwani, Ikhwani, et al. "Peningkatan produktivitas padi melalui penerapan jarak tanam jajar
legowo." (2019)

Makarim, A. K. 2013. Peningkatan produktivitas padi melalui penerapan jarak tanam jajar
legowo.
Nararya, M. B., Sntoso, M., dan Suryanto, A. 2017. Kajian Beberapa MacamSistem Tanam
dan Jumlah Bibit per Lubang Tanam Pada Produksi TanamanPadi Sawah (Oryza sativa
L.) var. Inpari 30. Universitas Brawijaya, Jurnal Produksi Tanaman. 5(8) : 1338-1345.
Nuryanto, B. 2017. Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani) pada Padi dan Taktik
Pengendalianya. J. Perlindungan Tanaman Indonesia. 21(2): 63-71.

Pratiwi, S. H. 2016. Growth and Yield of Rice (Oryza sativa L.) on Various Planting Methods
and Addition of Organic Fertilizers. Universitas Merdeka Pasuruan. Gontor
AGROTECH Sci. J. 2(2):1-19.
Setiawan, D. 2018. Evaluasi Lahan Terdampak Pasang Surut Air Laut Untuk Budidaya
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Desa Tanjung Tiga Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sinaga, Y. P., Razali, dan M. Sembiring. 2014. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah
Tadah Hujan (Oryza sativa L.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
Universitas Sumatera Utara. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (3) : 1042-1048.

Suriani, Fikrinda dan Marlina. 2018. Pengendalian Penyakit Blas (Pyriculariaoryzae) pada
Beberapa Varietas Padi Gogo menggunakan MikorizaIndigenous dan Non Indigenous.
Aceh: Universitas Syiah Kuala.
LAMPIRAN

Minggu ke 1 Melakukan penanaman

Minggu ke 2 melakukan pemasangan sampel dan pemupukan

Pencabutan gulma dan pengendalian hama


4. Pengamatan Pertama Padi di Minggu keempat.

5. Pengamatan Kedua

6. Pengamatan Selanjutnya (dengan kondisi cuaca yang hujan).


7. Pengamatan Daun Bendera pada Padi

8. Pengamatan Malai pada padi.

Anda mungkin juga menyukai