Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin / 8 Desember 2014

Bioremediasi Kelas : LNK B1


Dosen : Ir. D. Dodit Hadijoyo
Asisten : Yoscarini HM, M.Si
Rohani Angelia A,Md

Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan

Pupuk Kandang dan Kompos

Ahmad Maulana Aziz


J3M112116

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubtitusi oleh
makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan
nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan dengan bahan makanan yang lain
(AAK,2003).
Konsumsi beras masyarakat Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS
2008) mencapai 139 kg per kapita per tahun atau merupakan tertinggi di dunia.
Kemudian BPS merilis lagi angka produksi padi 2010 sebanyak 66,4 juta ton. Angka
ini merupakan angka sementara dan diramalkan untuk tahun 2011 angka produksi
bisa mencapai 67,3 juta ton. Dengan demikian untuk mencapai angka tersebut perlu
adanya usaha dalam produksi pertanian.
Dalam peningkatan produksi kita mengenal adanya ekstensifikasi dan
intensifikasi. Cara peningkatan produksi dengan intensifikasi antara lain dengan
penggunaan varietas unggul, pemberian pupuk dengan takaran yang tepat dan
pengairan yang cukup. Salah satu cara peningkatan produksi dengan intensifikasi
adalah dengan menerapkan metode baru. Penerapan teknologi yang populer saat ini
adalah teknik budidaya metode SRI ( the System of Rice Intensification ). Menurut
Barkelaar (2001), metode SRI minimal menghasilkan panen 2 kali lipat dibandingkan
metode konvensional karena telah terbukti di Madagaskar dimana pada beberapa
tanah tidak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha dapat meningkat menjadi lebih
dari 8 ton/ha bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha.
Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk
meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah kritis/marginal di Madagaskar, tetapi saat
subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980, petani disarankan untuk menggunakan
bahan organik, dan ternyata hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang
konvensional (Barkelaar, 2001).
Alternatif untuk mengatasi ketergantungan terhadap pupuk kimia yaitu
dengan memberikan bahan organik. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan
jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia bagi
tanaman.Bahan organik juga sebagai sumber energi bagi jasad mikro dan tanpa bahan
organik semua kegiatan biokimia akan terhenti. Sejalan dengan apa yang disampaikan
Yuwono (2005) berapapun banyaknya unsur hara yang diberikan kedalam tanah tidak
akan pernah menjadikan tanaman menjadi tumbuh subur karena efektifitas
penyerapan unsur hara sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik dalam tanah

1.2 Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan padi dengan media
tanah kompos.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan ialah ember, gunting atau alat pemotong. Sedangkan,
bahan-bahan yang digunakan ialah pupuk kandang, media, dan air.

2.2 Metode Kerja


Padi yang telah tumbuh dewasa (atau padi yang siap panen) dipotong
batangnya sampai tersisa sekitar 5-10 cm dari permukaan tanah. Pemotongan
dilakukan secara merata pada setiap batang tanaman padi. Kemudian dilakukan
penambahan kotoran sapi di permukaan media namun tidak sampai menutupi padi
yang telah dipotong. Kemudian dilakukan perawatan setiap harinya. Padi hanya
dibiarkan tumbuh secara alami. Namun, setiap minggu, air yang menggenangi padi
dibuang serta dilakukan pengadukan menggunakan batang kayu. Selanjutnya setiap
minggu dilakukan pengukuran tinggi dan jumlah daun pada padi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Pertumbuhan singgang padi setiap pekan.

Tinggi tanaman
Pekan ke- Jumlah daun
padi (cm)
0 0 0
1 15 5
2 39 9
3 66 12

3.2 Pembahasan

Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke


dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae, digolongkan ke
dalam kelas Monocotyledonae, termasuk ordoPoales dengan famili Graminae serta
genus Oryza Linn da n dengan nama spesies Oryza sativa L. (Grist, 1960).
Padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua jenis akar tanaman padi
yaitu :akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan
bersifat sementaradan akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku
batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar
ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio
atau karena munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Suharno,
2005).
Praktikum kali ini mengunakan padi yang menghasilkan beras hitam. Padi
Hitam (Oryza sativa L. kultivar Cempo Ireng ) merupakan salah satu jenis padi yang
memiliki aleuron berwarna ungu pekat mendekati hitam. Warna ungu pekat tersebut
disebabkan adanya kandungan antosianin yang tinggi. Beras hitam merupakan
varietas lokal yang mengandung pigmen paling baik, berbeda dengan beras putih atau
beras warna lain. Beras hitam memiliki khasiat yang lebih baik dibanding beras
merah atau beras warna lain.

Pada praktikum kali ini dilakukan penanaman padi dengan metode singgang
dengan penambahan pupuk kandang sapi.Singgang merupakan anakan padi yang
tumbuh setelah panen pertama. Singgang padi dapat memberikan hasil panen
lanjutan, meskipun pada umumnya hasilnya menurun daripada sebelumnya. Pada
sistem pertanaman intensif, singgang biasanya tidak diinginkan karena sawah harus
segera disiapkan untuk penanaman berikutnya. Namun, perkembangan sistem
budidaya sekarang malah memanfaatkan singgang sebagai sumber panen tambahan.
Sistem ini disebut sebagai sistem panen berlanjut. Untuk dapat memanfaatkan
singgang diperlukan kultivar yang memiliki kemampuan memulihkan anakan secara
cepat setelah pemangkasan panen.

Padi singgang mempunyai sistem perakaran yang lebih kuat, dan areal
perakaran yang luas sehingga dalam penyerapan unsur hara dan air lebih efektif
sehingga pertubuhan vegetatif tanaman baik, hal ini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan generatif sehingga produksi meningkat.
Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang
peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan
biologi tanah. Jenis pupuk kandang berdasarkan jenis ternak atau hewan yang mengh
asilkan kotoran antara lain adalah : Pupuk kandang sapi, Pupuk kandang kuda, Pupuk
kandang kambing atau domba, Pupuk kandang babi, dan Pupuk kandang unggas
(Hasibuan, 2006).
Di antara jenis pupuk kandang, pupuk kandang sapilah yang mempunyai kadar
serat yang tinggi seperti selulosa, pupuk kandang sapi dapat memberikan beberapa
manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman,
menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan
porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan
akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah. Tingginya kadar C dalam
pupuk kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena
akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena
mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi
bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk
memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan
dengan rasio C/N di bawah 20 (Hartatik dan Widowati, 2010)
Hasil yang diperoleh dari penanaman padi ini adalah padi tumbuh dengan cepat
dan perkembangannya sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari data tinggi padi dan
jumlah daun padi. Selain itu, semakin lama, akar tanaman padi ini semakin kuat. Hal
ini dapat diakibatkan karena padi sudah tumbuh sebaanyak dua kali sehingga akar
semakin dewasa. Walaupun padi belum berbuah dikarenakan padi masih berumur
empat minggu, namun pertumbuhan padi cukup signifikan.
Keuntungan sistem singgang menurut Ahmad (2013) adalah tanah tidak perlu
diolah, tidak perlu membeli bibit baru, atau pun menyemai padi. Pemakaian pupuk
juga hanya secukupnya sehingga dapat menghemat biaya sampai 50-60%, masa
produksi pendek sekitar 40-60 hari, rasa nasi lebih harum, bulir padi lebih kecil,
sehinga lebih cepat matang. Singgang padi juga mempunyai daya adaptasi yang
tinggi. Sedangkan kelemahan sistem singgang adalah malai padi agak lebih pendek,
penampilan padi kurang menarik, dan hasil gabah lebih rendah, serta anakan yang
terbatas.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Padi hitam memiliki manfaat yang sangat luar biasa. Penanaman singgang
merupakan metode yang masih kurang dikenal di masyarakat Indonesia. Penggunaan
metode siggang cukup baik untuk diterapkan pada penanaman padi hitam. Hal ini
dapat meningatkan pangan bergizi di Indonesia.

4.2 Saran

Sebaiknya teknik singgang serta tanaman padi hitam lebih diperkenalkan lagi
kepada masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan kedua hal tersebut masih sangaat
jarang diketahui namun memiliki manfaat yang sangat besar.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2003. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius.Yogyakarta. 43 hal.

Ahmad. 2013. Sistem Singgang Panen 45 Hari. Tersedia dalam


http://akhmad113.mywapblog.com/sistem-singgang-panen-45-hari.xhtml.
[internet]. diakses pada 08 Des 2014.
Barkelaar, D. 2001. EDN Stories: SRI,The System of Rice Intensification : Less Can
be More.http://www.echonet.org. Diakses : 18 November 2009. 20:18 WIB.

Grist, D.H., 1960. Rice.Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural


Service, Malaya. Longmans, Green and Co Ltd London.

Hartatik, W. dan L.R. Widowati, 2010. Pupuk Kandang.


http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 8 Desember 2014.

Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk Dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Suharno, 2005. Dinas Pertanian Provinsi DIY. http://www. distanpemda-diy.go.id.


Diakses tanggal 8 Desember 2014.

Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.


LAMPIRAN

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Anda mungkin juga menyukai