Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN TANAMAN PANGAN

ACARA VI

“TEKNIK PANEN DAN PASCA PANEN ”

Disusun oleh :

Nama : Diki Wahyudi


NPM : E1J019023
Shift : A1, Hari Rabu, 08.00-12.00 WIB
Co-Ass : Muhammad Tegar Putra Bahari
(E1J017076)
Dosen Pembimbing : Wuri Prameswari, S.P.,M.Si

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L) merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Untuk mengatasi kebutuhan beras yang terus meningkat maka diperlukan
upaya keras dalam peningkatan produksi beras baik kualitas maupun kuantitas (Misnaheti,
2010). Padi sawah merupakan komoditas tanaman pangan yang meiliki peran penting dan
straategis di Indonesia,karena seiring bertambahnya penduduk di Indonesia kebutuhan bahan
pangan jug semakin meningkat. Salah satu cara untuk mengatasi masalh tersebut adalah dengan
meningkatkan produktifitas tanaman pangan khusunya tanaman pai sawah. Salah satu upaya
untuk meningkatkan produktifitas tanaman padi sawah adalah dengan melakukan penanganan
panen dan paca panen yang tepat dan benar ( Misran, 2014).

Umumnya panen optimum dilakukan pada saat gabah menguning 90-95%, kadar air
gabah 25-27% pada musim hujan dan 21-24% pada musim kemarau atau pada umur 50-60 hari
setelah pembungaan, bergantung pada varietas (Iswari, 2012). Penentuan waktu panen dilakukan
karena berperan penting dalam memperoleh mutu beras yang baik dan menghindari kerugian
hasil. Perbedaan umur panen optimum pada masing-masing varietas biasanya karena perbedaan
faktor genetiknya. Penentuan saat panen terdapat dua cara, yaitu pengamatan visual dan
pengamatan teoritis. Pengamatan visual dilakukan dengan melihat kenampakan padi pada
hamparan lahan sawah, sedangkan pengamatan teoritis dilakukan cara melihat deskripsi varietas
padi dan mengukur kadar air biji padi (gabah) dengan moisture tester. Penamenan padi harus
dilakukan menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, dan
ekonomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan varietas.

Penanganan pasca panen merupakan tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil
pertanian setelah panen sampai komoditas ditangan konsumen, Istilah pasca panen dibagi dalam
2 tahapan , yaitu pasca panen dan pengolahan . Penanganan pasca panen sering disebut sebagai
pengolahan primer merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen
sampai komoditas dapat dikonsumsi segar atau untuk persiapan pengolahan berikutnya Tahap
pasca panen terdiri dari pemanenan, perontokan, perawatan atau pengeringan, pengangkutan,
penggilingan, penyimpanan, standardisasi mutu, pengolahan, dan penanganan limbah.
(Winarno,2001) .

Pasca Panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau
hasil dari penambangan alam yang fungsinya membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk proses selanjutnya. Biji-bijian dipanen
ketika sudah dalam tahap pengeringan buah atau pematangan. Kadar air yang tinggi pada
sayuran , buah-buahan dan biji-bijian membuat penangan , transportasi dan pemasaran masalah
khusus terutama di daerah tropis. Di Negara-negara berkembang penyimpanan , pengemasan,
transportasi dan penanganan teknik yang praktis tidak ada , sehingga tanaman mudah rusak, ini
memungkinkan kerugian yang cukup besar dari produk ( Babalola,2010).

Perontokan padi merupakan tahapan pasca panen padi setelah pemotongan padi
(pemanenan). Tahapan ini bertujuan untuk melepaskan gabah dari malainya. Perontokan bisa
dilakukan dengan cara menual atau dengan menggunakan mesin perontok. Perontokan dengan
cara manual banyak gabah yang tidak rontok dari malainya berkirasar antara 6,4%-8,9%
(Setyono dkk.,2001) .Untuk menghindari hal tersebut ,maka perontokan padi perlu dilakukan
dengan menggunakan alat atau mesin perontok padi. Penggunaan mesin perontok menyebabkan
gabah tidak rontok sangat rendah , yaitu kurang dari 1 %..

Pengeringan merupakan proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang
relative kecil dari bahan dengan menggunakan energy panas. Tujuan utama dari pengeringan
bahan makan adalah untuk menurunkan jumlah air atau kadar air yang terdapat pada bahan-
bahan mentah, dimana kadar air merupakan salah satu factor penentu cepat atau tidaknya
pertumbuhan mikroorganisme ( bakteri, dan jamur) dan reaksi kimiawi( pengrusakan oleh
senyawa kimia) yang tidak dapat dihindari selama penyimpanan bahan makanan.Pengeringan
menghilangkan kadar air,pengkerutan makanan, dan pengurangan ukuran sehingga akan
menjadikan bahan makanan jadi lebih ringan dan mudah untuk disimpan (Padma,2005).

Hasil Panen tanaman padi dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan berat kering
total yang dihasilkan atau dengan meningkatkan proporsi hasil panen ekonomis. Hasil panen
dapat dijadikan rasio untuk memperoleh keuntungan dalam melakukan produksi suatu tanaman,
serta dapat memberikan masukan keuntungan terhadap suatu lahan. Kehilangan hasil panen
merupakan factor yang akang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil panen tanaman padi
.kehilangan hasil panen sendiri dipengaruhi tinggi rendahnya hasil panen tanaman padi.
Kehilangan hasil panen sendiri dipengaruhi oleh berbagai factor , seperti umur panen, kadar air,
dan cara panen.Umur yang terlalu tua pada tanaman padindengan kadar air rendah membuat
gabah mudah rontok pada saat panen ( Mugara dkk.,2013)

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana petani melakukan penen dan pasca
penen.
BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Adapun pelaksanaan praktikum yang di laksanakan adalah sebagai berikut :

Tanggal Interview : Minggu 25 April 2021

Nama petani : Pak Suyadi 50 Tahun

Alamat : Desa Pekik Penyaring , Kec. Pondok Kelapa,Kab.

Bengkulu Tengah, Prov. Bengkulu

Komoditi/Varietas : Padi (Bondowati)

Luas Lahan : ¼ ha

Pada praktikum kali ini membahas mengenai “Teknik Panen dan Pasca Panen”. Minggu
25 april 2021 saya melakukan observasi kembali di ke daerah Bengkulu Tengah , tepatnya di
desa Pekik Penyaring.Sampainya di desa Pekik Penyaring disana ternyata sedang dilaksanakan
panen padi yang dilakukan masih dengan teknik konvensional. Saya ditemani oleh 3 orang
teman, pada mulany kami agak kewalahan saat mencari petani , karena didesa tersebut sedang
dilaksanakan panen padi bersamaan , jadi berkelompok-kelompok. Kami menunggu sekitar 2
jam agar bisa melakukan Interview acara ke-6 sekitar jam 10.47 WIB kami melakukan
interview kepada bapak Suyadi yang baru saja istirahat.

Nama petani yang saya wawancarai ialah Pak Suyadi 50 thn, Pak Suyadi menggunakan
varietas padi Bondowati , dengan luas lahan ¼ ha . Setelah memperkenalkan diri saya pun
mengajukan bebrapa pertanyaan tentang Teknik Padi yang siap panen, teknik yang digunakan,
dan sampai ke pasca panen.Pak Suyadi juga menjelaskan bahwa tahun ini hasil panen lumayan
lebih baik dari pada tahun kemarin Karena adanya serangan tikus didaerah desa pekik penyring ,
alahamdulilah tahun ini hama tikus tidak terlalu parah. Kami melaksanakan interview kurang
lebih sekitar 5 menitan .Dikarena sekarang sedang bulan puasa maka kami memustusskan pulang
dari desa Pekik Penyaring sekitar jam 14. 15 WIB.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Interview

NO. Pertanyaan Penjelasan


1. Nama petani dan Usia Bapak Suyadi 50 Tahun
2. Ciri-ciri Padi Siap Panen Daun Padi sudah mongering, sebagian
besar bulir padi berwarna kuning, atau
Sekitar usia 120 HST.
3. Alat/Teknologi yang digunakan Menggunakan alat konvensional yaitu arit
saat pemanenan , dan menggunakan
perontok padi semi otomatis untuk
memisahkan biji oadi dari kotoran,batang ,
bulir dan daun
4. Teknik Pengangkutan gabah Gabah padi diangkut menggunakan sepeda
motor dari pematang sawah sampai ke
rumah petani dengan upah Rp 2000,00-Rp
5000,00/ Karung tergantung jarak.
5. Kegiatan yang dikukan setelah panen/ Setelah padi diantar kerumah petani
Pasca Panen selanjutnya padi di jemur selama 3 hari
jika sinar matahari bagus, jika tidak bisa
sampai 1 minggu. Kemudian disimpan
dengan karung didalam rumah(Tidak
didalam gudang).
Sementara untuk jerami padi sebagian
digunakan untuk pakan ternak sebagian
lagi dibakar. Lahan Padi kemudian
dibiarkan ,sampai ada tanaman baru
palawija (padi1 kali / tahun) yang lain.
3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas mengenai “Teknik Panen dan pasca panen ”. Tingkat
kehilangan hasil panen di Indonesia disebabkan leh berbagai factor anatara lain cara penanganan
dan penggunaan alat panen. Alat panen yang dilakukan petani masih menggunakan alat
Konvensional yaitu Arit, perontokan sudah menggunakan mesin perontok padi berbahan
bakar solar.Penggunaan alat konvensional menyebabkan susut hasil panen padi sebesar 21,09%.
Hal itu berbeda dengan penanganan panen dan pasca panen menggunkan alat yang telah
dikembangkan (Modifikasi) yaitu seperti sabit digantikan dengan mesin reaper, Perontokan
menggunakan Power thresher, dan pengeringa dengan menggunakan Flat bed dryer.
Penggunaan alat konvensional yang telah di modifikasi atau alat modern akan menurunkan hasil
panen padi menjadi 13% (Iswari, 2012)

Gambar Padi Siap Panen 90% bulir Padi


Menguning

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan pak Suyadi, Padi yang dipanen merupakan padi
yang sudah berusia kurang lebih 120 HST, atau bisa dilihat secara fisik yaitu warna daun dan
bulir padi sudah menguning, tergantung jenis varietas padinya. Menurut Suiatna (2010)
Tanaman padi akan dipanen sekitar umur kurang lebi 110 HST tergantung varietas padinya atau
sekitar 90% bulir padi telah menguning dan malai sudah banyak yang menunduk, karena
menopang bulir padi yang sudah bernas. Setelah dirasa memenuhi kriteria padi siap panen sudah
terpenuhi maka akan segera dilaksanakan panen karena jika tidak panen secepatnya padi bisa
roboh , atau jatuh ketanah karna terlalu kering. Alat yang digunakan dalam pemanenan padi
sendiri masih menggunakan alat tradisional yaitu menggunakan arit. Penggunaan arit dianjurkan
untuk padi varietas local yang berpostur menengah sampai pendek. Pemotongan padi
menggunakan arit dilakukan dengan 3 cara yaitu potong atas, potong bawah dan potong tengah
tergantung cara perontokannya. Pemotongan dengan cara potong bagian atas atau tengah ,
apabila perontokannya menggunakan Perontok padi mesin Power thresher. Cara memotong Padi
menggunakan arit dengan cara memegang rumpun padi pada tangan kiri kira-kira 1/3 bagian
tinggi tanaman. Kemudian tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah, tengah atau atas
dan kemudian menarik arit dengan tangan kanan hingga batang padi putus.

Cara panen padi yang efesien dan mengurangi kehilangan hasil panen padi lebih sedikit
menurut Iswari (2012) ialah dengan cara menggunakan alat mesin modern dalam kegiatan
pemanenan dan pasca panen lebih efesien baik dari segi waktu, biaya dan lainya . Berdasarkan
keterangan Bapak Suryadi sudah pernah dilakukan uji coba menggunakan alat panen modern
yaitu Combine Hasverter namun karena lahan di daerah Pekik Penyaring merupakan lahan
gambut yang memiliki lumpur yang dalam , sehingga mesin tersebut kesusahan untuk bergerak,
selain itu juga penggunaan mesin modern ini juga merusak mata pencarian sebagian buruh tani
karena tidak memerlukan orang untuk memanen padi dan merontokkan padi hanya butu buruh
pengangkut padi, hal ini menjadi alasan kenapa masyarakat Pekik Penyaring tidak menggunakan
alat panen modern.
Gambar Jerami yang telah di bakar

Kegiatan pasca panen yang dilakukan pak Suryadi diataranya ialah setelah padi di
rontokkan dan sudah diantar kerumah ialah membakar jerami padi bekas perontokkan , tetapi
terkadang di sebarkan ke sawah dan juga kadang diambil untuk makanan sapi.Tanah /lahan padi
yang digunakan akan diolah kembali dengan menanam tanaman holtikultura yang tidak
memerlukan banyak air seperti kacang-kacangan, jagung, dan umbi-umbian karena padi di Desa
Pekik Penyaring hanya ditanam satu kali setahun. Sementara untuk Padi nya sendiri akan
dilakukan pengeringan, padi di jemur selama 3 hari jika sinar matahari bagus, jika tidak bisa
sampai 1 minggu. Kemudian disimpan dengan karung didalam rumah(Tidak didalam gudang).
Pengeringan bertujuan agar padi lebih awet dan tidak mudah rusak ketika disimpan dalam waktu
yang lama.
BAB IV

KOMENDASI DAN REKOMENDASI

4.1 Komendasi

Petani Pekik Desa Pekik Penyaring sebaiknya tidak memanen padi terlalu tua, karena
bisa menyebabkan penurunan hasil panen , disebabkan banyak padi yang jatuh ketika
pemanenan. Petani juga sebaiknya tidak membakar jerami padi, selain menyebabkan polusi
udara juga merusak tanah , karna hara yang di keluarkan tidak sebanding dengan hara yang di
gunakan.Penanaman serentak juga sebaiknya dilakukan untuk mencegah serangan hama dan
penyakit juga meningkatkan hasil produksi gabah kering, karan ada beberapa sawah yang masih
hijau padahal sekelilingnya sudah panen.

4.2 Rekomendasi

Petani sebaiknya menghitung lebih tepat lagi umur panen padinya dan tidak menunda –
nunda pemanenan padinya karna menurut Mugara dkk (2013)banyak nya kehilangan hasil
panen padi dipengaruhi oleh berbagai factor , seperti umur panen, kadar air, dan cara
panen.Umur yang terlalu tua pada tanaman padindengan kadar air rendah membuat gabah mudah
rontok pada saat panen. Juga dilaksanakan Penanaman Padi secara serentak agar mengurangi
hama , penyakit dan meningkatkan produktivitas Padi. Petani dan pemerintah juga sebaiknya
mulai meninjau ulang penggunaan alat-alat modern dalam proses panen baik dari segi keadaan
tanah Pekik Penyaring maupun tipe alat yang cocok untuk digunakan , karna cara panen padi
yang efesien dan mengurangi kehilangan hasil panen padi lebih sedikit menurut Iswari (2012)
ialah dengan cara menggunakan alat mesin modern dalam kegiatan pemanenan dan pasca panen
lebih efesien baik dari segi waktu, biaya dan lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Babalola.2010. Penanganan dan pengolahan buah. Penebar Swadaya .Jakarta.

Misnaheti.,D. Baco dan Aisyah. 2010. Tren Perkembangan Penggerek Batang pada Tanaman di
Sulawesi Selatan. Hlm. 410-415

Misran . 2014 . Efesiensi penggunaan jumlah Bi bit terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi
sawah. Pertanian Terapan . ( pertanian Serapan) 14 (1) : 39-43

Mugara ,Evan,Didik I . dan Rohian R. 2013. Analisis Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (
Oryza Sativa L) Pada Sistem Pertanian Konvensional , Transisi Organik, dan Organik .
Vegetalika ,2(3) : 1-12.

Iswari , Kasma. 2012 Kesiapan Teknologi Panen dan Pasca Panen padi dalam menekan
Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras. Litbang Pertanian,31(2): 58-67

Winarno . 2001. Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Kanisius.Yogyakarta.


LAMPIRAN

 Proses pemanenan

 Alat Panen Padi ( Arit)

Anda mungkin juga menyukai