Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HYGIENE INDUSTRI
PENGGILINGAN PADI

Disusun Oleh :

Kuja Nisfhia Cahyani 1813201036


Parisia Christina Dea 1813201111
Terry 1813201037
Reoner junianto 1813201004

PRODI K3
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM
SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Samarinda, 11 Desember 2020,

Penulis
KATA PENGANTAR.........................................................…..................… i
DAFTAR ISI...........................................................................…..............…. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................……..…...…. 2
B. Perumusan Masalah...........................................................….….…..…... 3
C. Tujuan Penulisan..................................................................….......……. 3
BAB II
ISI
A. Pengertian Penggilingan padi………………………………………….. 5
B. Identifikasi Risiko……………………………………………………... 5
C. Hirarki…………………………………………………………………. 6
D. Kendala penerapan safety………………………………….………….. 7
E. Proses Produksi………………………………………………..………. 8
F. Beban Kerja…………………………………………………………… 10
G. Daigram Beban Kerja………………………………………….……… 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................….…… 12
B. Saran…………………………………………………………….….….. 12
Daftar Pustaka

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, masalah beras erat kaitannya dengan masalah sosial, budaya dan
ekonomi bangsa. Dalam bidang ekonomi, beras sering digunakan sebagai indeks
kestabilan ekonomi nasional. Hal ini diakibatkan oleh posisi strategis beras yang
berperan sebagai makanan pokok (staple food) bagi hampir seluruh masyarakat
Indonesia. Walaupun Indonesia pada dasarnya adalah negara agraris dan beras
menjadi makanan pokoknya, sampai saat ini Indonesia masih mengimpor beras dari
beberapa negara lain, khususnya dari wilayah Asia, seperti Vietnam dan Thailand.
Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama
penanganan pascapanen. Teknologi penggilingan sangat menentukan kwantitas dan
kualitas beras yang dihasilkan. Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting
dalam sistem agribisnis beras di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat
pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras
sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut
untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Beras merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa di
Indonesia, dapat dikaji peranannya dalam aspek budaya, sosial, ekonomi, bahkan
politik. Produksi, prossesing dan distribusi beras merupakan salah satu sumber
pendapatan dan tenaga kerja besar dalam perekonomian Indonesia.
Dalam perkembangan nilai pengetahuan dan teknologi saat ini kita telah banyak
mengenal macam-macam mesin baik dalam industri penggilingan padi mesin,
pembersih gabah, pemecah kulit (paddy scaparation), penyosoh (polisher), dan ayakan
beras (gradder). Dalam hal ini mesin-mesin tersebut telah membantu dalam proses
produksi pada penggilingan padi serta peningkatan mesin beras yang dihasilkan.
Proses penanaman padi sangatlah rumit dibutuhkan ketelitian dan ketekunan
khusus dalam pengerjaannya. Mulai dari pengolahan tanah, pemilihan bibit unggul,
penanaman, perawatan, pemupukan, pengairan, penyiangan, sampai pengolahan hasil
pertanian menjadi butir beras yang membutuhkan waktu dan tenaga yang tidaklah
sedikit ditambah lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk semua proses tersebut.

2
Semua itu sangat berbeda dengan masyarakat industri yang menghasilkan produk-
produk yang bersifat instan dalam waktu yang singkat dan cepat.
Di Indonesia alu dan lesung adalah penyosohan padi tradisional pertama yang
digunakan petani, baik secara minimal dengan tenaga manusia maupun yang
digerakan oleh tenaga air. Satu atau beberapa alu dan lesung dapat dioperasikan
melalui kincir air yang merupakan bentuk tradisional unit penggilingan padi. Pada alu
dan lesung telah diterapkan prinsip penggerusan untuk memisahkan butir gabah dan
penggesekan untuk mengupas kulit sekam (Thahir 2002).
Berikutnya berkembang penyosohan mekanis engelberg menggantikan alu dan
lesung yang kapasitas penyosohannya tidak memadai lagi. Kelemahan penyosohan
engelberg adalah pemecahan kulit dan pemutihan beras terjadi bersamaan dalam satu
kali proses sehingga beras giling yang dihasilkan mengandung beras patah yang tinggi
(38%), kotor dan derajat sosohnya rendah (Sumardi dan Thahrir 1993).
Kemudian masuk kepada era pascaswasembada beras tahun 1986-2000
pengembangan unit penggilingan padi skala besar masih terus berlanjut, namun
dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Penggilingan padi skala besar tidak lagi
menggunakan mesin penyosoh beras berkapasitas besar, namun diwarnai oleh unit
penyosoh skala kecil berkapasitas 600 kg/jam. Pada era perdagangan global tahun
2000 sampai saat ini berkembang teknologi penggilingan padi terintegrasi yang
disebut dengan Rice Processing Complex (RPC) sebagai bentuk lebih lanjut
modernisasi penggilingan padi (Tjahjohutomo et al. 2004 ; Patiwiri 2006 ; Thahir et
al. 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Penggilingan Padi ?
2. Apa saja identifikasi risiko yang ada di penggilingan padi ?
3. Apa saja Hirarki dalam kegiatan penggilingan padi ?
4. Apa saja Kendala penerapan safety dalam kegiatan penggilingan padi ?
5. Apa saja Proses Produksi dalam kegiatan penggilingan padi ?
6. Apa saja Beban Kerja dalam kegiatan penggilingan padi ?
7. Apa saja Daigram Beban Kerja dalam kegiatan penggilingan padi ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari penggilingan padi

3
2. Untuk mengetahui identifikasi risiko yang ada di penggilingan padi
3. Untuk mengetahui Hirarki dalam kegiatan penggilingan padi
4. Untuk mengetahui Kendala penerapan safety dalam kegiatan penggilingan padi
5. Untuk mengetahui Proses Produksi dalam kegiatan penggilingan padi
6. Untuk mengetahui Beban Kerja dalam kegiatan penggilingan padi
7. Untuk mengetahui Daigram Beban Kerja dalam kegiatan penggilingan padi

4
BAB II
ISI

A. Pengertian Penggilingan Padi


Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin-mesin yang berfungsi
melakukan proses giling gabah yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi
beras siap konsumsi (Pratiwi, 2006).
Sistem penggilingan padi yang dikenal di Indonesia biasa disebut pabrik
penggilingan padi. Pada umumnya sistem penggilingan padi terdiri dari tiga bagian
pokok, yaitu husker, separator dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan
pendukung agar dapat memperoleh hasil akhir yang lebih baik (Anonimus, 2009).
Untuk menjalankan rangkaian penggilingan padi diperlukan rangkaian mesin/alat
yang keseluruhannya disebut sistem penggilingan padi. Rangkaian mesin-mesin
tersebut berfungsi mengupas kulit gabah (sekam), memisahkan gabah yang belum
terkupas dengan beras yang telah terkupas (beras pecah kulit), melepaskan lapisan
bekatul daari beras pecah kulit dan terakhir memoles beras hingga siap dikonsumsi
dan memiliki penampakan yang menarik (Anonimus, 2009).
Salah satu penyebab rendahnya rendemen dan mutu hasil penggilingan padi serta
tingginya kehilangan hasil (susut penggilingan) adalah disebabkan dari peralatan dan
mesin penggilingan. Untuk dapat memperoleh hasil penggilingan yang maksimal
perlu memahami unit-unit komponen dan mesin penggilingan padi (Anonimus, 2009).

B. Identifikasi Risiko
Dari hasil kegiatan penggilingan padi ini terdapat beberapa bahaya atau resiko
yang terjadi terhadap pekerja yakni timbulnya paparan debu terhadap pekerja. Pekerja
mengeluh sering merasa tidak nyaman dan mengalami kesulitan bernapas akibat
keberadaan debu tersebut. Namun, pekerja enggan untuk memakai masker karena
merasa tidak nyaman. Menurut hierarki pengendalian potensi bahaya, terdapat upaya
pengendalian yang lebih efektif bila dibandingkan dengan pemakaian alat pelindung
diri (APD), yaitu dengan pemasangan local exhaust ventilation.
Berikut beberapa hal yang mempengaruhi kegiatan penggilingan padi :
1. Kondisi fisika
Kondisi ini berpengaruh terhadap paparan debu dari hasil penggilingan padi
tersebut yang mana dapat menyebabkan sesak napas atau asma, serta dapat

5
menyebabkan mata menjadi iritasi karena serbuk atau debu dari hasil
penggilingan tersebut. Kemudian adanya pengaruh kebisingan yang
disebabkan oleh mesin penggilingan.
2. Kondisi biologi
Pada kondisi ini perlu di perhatikan dari kondisi ruangan agar selalu bersih
agar tidak ada debu, pastikan adanya sekulasi udara agar debu yang di
hasilkan dari penggilingan padi tersebut keluar.
3. Kondisi ergonomi
Posisi pekerja yang berdiri dapat menyebabkan kelelahan otot, posisi yang
tidak ergonomis, gerakan yang berulang, menoton dan kondisi ruang yang
tidak cukup udara dapat menyebabkan sesak napas.

C. Hirarki Pengendalian pada penggilingan padi


a) Eliminasi
adalah tahap pertama, eliminasi adalah menghilangkan sumber bahaya.
Eliminasi yang akan dilakukan pada kegiatan penggilingan padi adalah bahaya
kebisingan.

b) substitusi
adalah tahap kedua, subtitusi adalah penggantian bahan, proses, tata cara ataupun
peralatan dari berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.
Substitusi yang akan dilakukan mesin diganti dengan perlatan yang di supply dengan
listrik bukan dengan genset.

c) Engineering control
adalah tahap ketiga, engineering control adalah pemisahan bahay dengan pekerja serta
untuk mencegah terjadinya kelelahan manusia.
Perancangan teknik yang akan dilakukan adalah penutup mesin agar suaranya tidak
terlalu nyaring jika mesin tersebut masih bising akan dilakukan pemasangan barier,
pasang peredam jika perlu total enclosure / partial ensclosure.

d) Administration Control

6
adalah tahap keempat, Administration Control adalah pengendalian dari sisi orang
yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang
akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan secara aman.
Administration control dari kegiatanpenggilingan padi adalah adanya standar operasi
baku (sop), jadwal istirahat, dan danger tag ''staff only''.

e) PPE (Personal Protective Equipment)


tahap terakhir adalah penggunaan PPE (Personal Protective Equipment) atau APD
(Alat pelindung diri), metode ini dilakukan sebagai pelengkap atau langkah terakhir
dari hirarki pengendalian.
APD (Alat pelindung diri) yang dipakai saat pekerjaan penggilingan padi adalah
masker, sarung tangan, earplug, dan kacamata.

D. Kendala Penerapan Safety


Terbatasnya alat pelindung diri yang harusnya dipersiapkan oleh pekerja
penggiling padi. Salah satu peningkatan teknologi mesin penggilingan padi.
Pencemaran udara berupa partikel debu dapat terjadi akibat petugas kerja tidak
memakai alat pelindung pernafasan saat menggunakan mesin penggilingan padi
(Mengkidi, 2010).
Hal ini merupakan potensi bahaya lingkungan kerja di bidang pertanian, sehingga
secara langsung maupun tidak langsung mengancam kesehatan tenaga kerja. Kondisi
ini merupakan salahsatu penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan dan juga
ganguan pendengaran pada pekerja, timbul karena kurangnya kepatuhan terhadap Alat
Pelindung Pernapasan seperti tidak memakai masker pada saat bekerja (Halim. D,
2014).
Pemilik penggilingan padi jarang melakukan pengendalian teknis (mecanical
engineering control) untuk meminimalisir bahaya paparan debu yang dihasilkan dari
usaha penggilingan padi seperti :
a. Jarang Memperhatikan ventilasi umum pada ruang mesin untuk menjamin
pengaliran dan pertukaran udara ke dalam ruang mesin untuk menurunkan
kadar debu khususnya pada ruang mesin atau memasang dast exhousters untuk
pengaliran udara keluar setempat pada ruang mesin yang bertujuan menghisap
udara berdebu dan dialirkan ke luar ruang kerja.

7
b. Jarang melakukan perawatan mesin untuk menjamin komponen-komponen
mesin dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
c. Jarang melakukan pembersihan debu pada ruang kerja secara periodik untuk
menghindari pemaparan debu secara berulang pada ruang mesin.
d. Pekerja jarang memperhatikan APD terutama masker yang memenuhi
persayaratan kesehatan untuk tenaga kerja yang dapat berupa masker kain atau
kertas.

E. Bagaimana Proses Penggilingan Padi

Langkah-langkah menggiling padi menggunakan penggilingan


NO DOKUMENTASI PROSES

Pertama kita hidupkan mesin


dengan cara mengetekan
tombol ke on lalu menarik
1
pedal disebelah tombol on
ketika sudah menyala.

Setelah itu masukan padi


melalui corong

8
3 Lalu padi akan diproses
menjadi beras dan ini adalah
penggilingnya

4 Dan dari sini berasnya akan


keluar

5 Dan dari sini dedak/sisa padi


nya keluar.

F. Beban kerja

9
Analisis mengenai beban kerja pada kegiatan penggilingan padi tersebut masih
relevan dan penting untuk dilaksanakan karena bertujuan untuk mengetahui sistem
kerja seperti apa yang paling sesuai dengan Pekerjanya. Kesesuaian antara pekerja
dengan lingkungan kerjanya ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan
produktivitas kerja.
Menurut Lovita (2009) menyatakan bahwa beban kerja kuantitatif merupakan
beban kerja yang dikuantifikasi berdasarkan kesetaraan jumlah energi yang dihasilkan
melalui proses metabolisme seseorang untuk melakukan aktivitas. Beberapa istilah
yang digunakan dalam perhitungan beban kerja kuantitatif antara lain, yaitu Total
Energy Cost (TEC), Basal Metabolic Energy (BME) dan Work Energy Cost (WEC).
TEC merupakan total energi yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh. BME
menurut Syuaib (2003) dalam Lovita (2009) merupakan konsumsi energi yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi minimal fisiologisnya serta menurut Bridger
(1995) BME merupakan energi yang dikonsumsi tubuh untuk mempertahankan fungsi
hidupnya, sedangkan WEC merupakan jumlah energi tambahan yang dihasilkan oleh
tubuh ketika melakukan suatu aktivitas kerja. Nilai WEC diperoleh dengan
menghitung selisih nilai TEC dan BME. Satuan WEC adalah kkal/menit. WEC’ perlu
dihitung untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima seseorang saat
melakukan kerja. Nilai WEC’ dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan.
Beban kerja kualitatif adalah suatu indeks yang menggambarkan berat atau
ringannya suatu pekerjaan dirasakan oleh seseorang. Pengkategorian beban kerja pada
terminologi beban kerja kualitatif dilakukan berdasarkan rasio relatif beban kerja
terhadap kemampuan seseorang (Pramana, 2009 dalam Sholeh, 2011). Indeks yang
dijadikan acuan dalam perhitungan beban kerja kualitatif ini adalah IRHR atau
Increase Ratio of Heart Rate

G. Diagram beban kerja

10
BEBAN KERJA

21% SANGAT RINGAN


RINGAN
41% SEDANG

38%

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di Indonesia, masalah beras erat kaitannya dengan masalah sosial, budaya dan
ekonomi bangsa. Dalam bidang ekonomi, beras sering digunakan sebagai indeks
kestabilan ekonomi nasional. Hal ini diakibatkan oleh posisi strategis beras yang
berperan sebagai makanan pokok (staple food) bagi hampir seluruh masyarakat
Indonesia. Walaupun Indonesia pada dasarnya adalah negara agraris dan beras
menjadi makanan pokoknya, sampai saat ini Indonesia masih mengimpor beras dari
beberapa negara lain, khususnya dari wilayah Asia, seperti Vietnam dan Thailand.
Hasil identifikasi potensi bahaya yang didapat menggambarkan bahwa kegiatan
penggilingan padi Pribadi di Alamat Jl. Muara Hajaq. Linggang Melapeh, Ke.
Linggang Bigung secara umum memiliki 3 kondisi bahaya yaitu ada fisika, biologi,
dan ergonomi.
Terbatasnya alat pelindung diri yang harusnya dipersiapkan oleh pekerja
penggiling padi. Salah satu peningkatan teknologi mesin penggilingan padi.
Pencemaran udara berupa partikel debu dapat terjadi akibat petugas kerja tidak
memakai alat pelindung pernafasan saat menggunakan mesin penggilingan padi.
Pemilik penggilingan padi jarang melakukan pengendalian teknis (mecanical
engineering control) untuk meminimalisir bahaya paparan debu yang dihasilkan dari
usaha penggilingan padi.
Analisis mengenai beban kerja pada kegiatan penggilingan padi tersebut masih
relevan dan penting untuk dilaksanakan karena bertujuan untuk mengetahui sistem
kerja seperti apa yang paling sesuai dengan Pekerjanya. Kesesuaian antara pekerja
dengan lingkungan kerjanya ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan
produktivitas kerja.

B. Saran
Membuat Job Safety Analysis (JSA) Penggilingan padi Pribadi di Alamat Jl.
Muara Hajaq. Linggang Melapeh, Ke. Linggang Bigung secara lebih rinci, baik itu
dalam jenis bahaya pada pekerjaan ataupun rekomendasi yang diberikan agar pekerja
dapat dengan mudah memahami risiko pekerjaannya.

12
Menangulangi risiko-risiko yang terjadi pada proses penggilingan padi Pribadi
pada Alamat Jl. Muara Hajaq. Linggang Melapeh, Ke. Linggang BigungMenegaskan
kembali ppenggunaan peraturan APD pada pekerja sehingga dapat mengurangi
terjadinya risiko.
Diharapkan untuk melakukan penelitian identifikasi bahaya dari segi sumber yang
dapat menimbulkan cedera, siapa yang terpapar cedera dan bagaimana cedera dapat
terjadi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Thahir, R. 2002. Tinjauan penelitian peningkatan kualitas beras melalui Perbaikan


teknologi penyosohan. Seminar Jatidiri, Balai Besar Pengembangan Alsintan
Serpong, 1 Mei 2002.

Sumardi dan R. Thahir. 1993. Penanganan pascapanen padi. hlm. 915-942. Dalam
E.Soenarjo et al. (Ed.). Padi, Buku 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor

Tjahjohutomo, R., Handaka, Harsono, dan T.W. Widodo. 2004. Pengaruh konfigurasi
mesin penggilingan padi rakyat terhadap rendemen dan mutu beras giling. Jurnal
Enjiniring Pertanian II(1): 1-23

Patiwiri, Waries. A. 2006. Teknologi Penggilingan padi. Penerbit PT Gramedia


Pustala Utama. Jakarta

Direktorat Penanganan Pasca Panen. 2011. SOP dan GHP Pasca Panen Padi.

Hermana F. 1999. Skripsi, Analisis Tingkat Beban Kerja Fisik Berbagai Aktivitas di
penggilingan padi PT Brahma Binabakti, Propinsi Jambi Bogor: Program Sarjana,
Institut Pertanian Bogor.

14

Anda mungkin juga menyukai