Anda di halaman 1dari 16

Identifikasi Bahaya Pada Industri Formal Atau Non Formal

“Industri Padi”

OLEH

KELOMPOK 10

Mhd.Deny Al latief Siregar 201000133

Muhammad Rafli Siregar 201000142

Raja Barani Lubis 201000156

Wahid Habib 201000186

Sofyan Syah Putra Gurusinga 201000276

Mhd Rizky Aulia Girsang 201000284

Putri Elanti 201000381

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
dengan judul “Identifikasi Bahaya Pada Industri Formal Atau Non Formal “Industri Padi” ”
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan sumbangan materi
maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Higiene
Industri. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih terdapat
kekurangan dalam makalah kami ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, 30 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Proses Industri Padi...............................................................................................................6
2.2 Input....................................................................................................................................10
2.3 Output.................................................................................................................................10
2.4 Spesifikasi............................................................................................................................11
2.5 Potensi Bahaya....................................................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)
sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa
wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam.

Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah dengan peningkatan
kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan pertanian (Hernanto,
2003).

Riset Kesehatan Dasar (2013) menyatakan posisi kerja merupakan penyebab


tertinggi penyakit yang dialami pekerja yaitu sebanyak (40,5%). Posisi kerja yang
tidak benar dalam waktu lama dapat mengakibatkan pekerja mengalami masalah
muskuloskeletal dan masalah yang lain akibatnya kegiatan produksi terganggu.
Pekerja perlu memperhatikan posisi kerja yang dilakukan sehingga cidera dan
kesakitan kerja dapat diminimalisir (Munir, 2012).

Petani merupakan pekerjaan dengan prevalensi penderita musculoskeletal


disorders teritinggi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Petani
ialah orang yang memiliki mata pencaharian dalam bidang pertanian. Petani
merupakan salah satu pekerjaan dibidang sektor informal di Indonesia yang telah
mengalami berbagai masalah kesehatan seperti malnutrisi, keracunan bahan kimia,
nyeri punggung bawah serta gangguan otot dan tulang (Iskandar, 2006).

Penyakit akibat kerja dipengaruhi berbagai faktor baik lingkungan kerja


ataupun gaya hidup, misalnya posisi kerja. Posisi kerja yang dilakukan petani
merupakan posisi kerja yang tidak ergonomis. Saat membajak sawah posisi kerja
dilakukan dengan membungkuk, menanam padi dilakukan dengan membungkuk,
mencabut rumput liar dan memupuk dilakukan dengan membungkuk serta pemanenan
juga dilakukan dengan posisi kerja berdiri disertai membungkuk. Posisi kerja
membungkuk yang dilakukan dalam waktu lama dapat menyebabkan otot serta
ligamen mengalami peregangan atau kekendoran (Malonda, 2015).

Posisi membungkuk yang dilakukan pekerja membutuhkan ketahanan otot


yang lebih besar, pada saat membungkuk tubuh harus bekerja lebih keras
mempertahankan keseimbangan, posisi ini membuat tulang belakang pembebanannya
lebih besar (Wicaksono, 2011). Ketika membungkuk tulang belakang bergerak kesisi
depan, bagian depan intervertebratal disk lumbal mengalami penekanan, bagian
belakang intervertebratal disk akan mengalami peregangan (Samara, 2004). Bila
seseorang membungkuk dengan posisi 90 derajat, daerah belakang lumbal menjadi
datar keluar, bila proses ini sering dilakukan maka dapat menyebabkan kifosis. Akibat
gangguan postur ini membuat penurunan kemampuan petani dalam melakukan
aktivitas kerjanya (Samara, 2004).

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok
masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses industri padi?


2. Apa input dari industri padi?
3. Apa output dari industri padi?
4. Bagaimana spesifikasi proses industri padi?
5. Apa saja potensi bahaya yang dapat terjadi pada proses industri padi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana proses industri padi
2. Mengetahui apa saja input dari industri padi
3. Mengetahui apa saja output dari industri padi
4. Mengetahui bagaimana spesifikasi proses industri padi
5. Mengetahui apa saja potensi bahaya yang dapat terjadi pada proses industri padi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Industri Padi
1. Produksi
a) Pemilihan bibit :  Benih padi direndam terlebih dahulu dalam larutan air garam
(200 gram garam per liter air) sebelum dilakukan penyemaian.
b) Penyemaian padi : Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian
dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan
ditanami.
c) Pengolahan Tanah : Dengan tujuan gulma akan mati dan membusuk menjadi
humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air
sehingga dapat menghemat air
d) Penanaman padi : memindahkan bibit yang telah siap tanam ke lahan persawahan
dengan memperhatikan umur bibit, jarak tanam, jumlah bibit yang ditanam dalam
setiap rumpun, dan kedalaman bibit yang dibenamkan.
e) Pemupukan : Pupuk dibutuhkan oleh tanaman untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
pada saat tahap pertumbuhan dan perkembangan tanamann 
f) Pencabutan padi : mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan
optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin.Panen
harus dilakukan bila bulir padi sudah cukup dianggap masak.

2. Pengolahan
a) Perontokan : Proses perontokan padi merupakan proses memisahkan gabah (bulir
padi) dari batangnya. Umumnya dapat menggunakan dua cara, yaitu cara
tradisional yang menggunakan tenaga manusia dengan cara dipukul-pukul dan
cara modern yang menggunakan mesin pemisah gabah. petani yang lebih
tradisional biasanya tidak langsung memisahkan gabah dari batangnya, namun
dijemur dulu selama kurang lebih seminggu.
b) Pengeringan gabah : sebelum diproses ke langkah selanjutnya, gabah perlu
dikeringkan dahulu.
c) Penggilingan : merupakan proses dimana gabah dikupas dengan mesin pecah kulit
untuk memisahkan sekam (lapisan kering dan keras berwarna coklat muda  yang
melindungi padi) dari padi, yang menghasilkan beras pecah kulit, sekam, dedak
dan bekatul. Kemudian beras pecah kulit dimasukkan ke dalam mesin penyosoh
atau polisher sebanyak dua kali untuk dipoles atau diputihkan.

3. Pengangkutan
a) Pemilihan alat angkut.
Alat pengangkut hasil panen padi yang pada umumnya digunakan antara lain
angkong, hand traktor, mesin combine, wheel traktor, traktor landini, sepeda
motor, pick up, dan truk. Proses pengangkutan padi di Indonesia banyak
menggunakan alat sederhana dan sebagian besar mengandalkan tenaga manusia,
seperti mengangkut hasil panen dengan angkong.
b) Pembatasan kapasitas angkut.
Setiap alat angkut memiliki kemampuan atau kapasitas yang berbeda dalam
pengangkutan hasil panen padi. Hal itu bergantung dari kualitas alat pengangkut.
c) Pengaturan jadwal pengangkutan yang baik
Waktu dan cuaca pada saat pengangkutan hasil panen perlu diperhatikan untuk
menjaga kualitas hasil panen agar tidak rusak.
d) Pengaturan muatan yang baik
Muatan hasil panen disesuaikan dengan kesanggupan alat pengangkut, tidak boleh
dipaksakan agar tidak terjadi overweight dan alat pengangkut tidak rusak.
e) Pemeliharaan alat angkut
Alat angkut harus diperiksa sebelum dan sesudah melakukan pengangkutan. Kerap
sekali para petani menganggap abai dalam pemeliharaan alat angkut sehingga
mengakibatkan alat pengakut tidak bekerja dengan maksimal dan dapat
menimbulkan bahaya dan kecelakaan bagi pekerja.
f) Keamanan pengangkutan
Keamanan pengangkutan diperhatikan mulai dari alat pengangkut, pengguna alat
angkut, dan hasil panen padi yang diangkut. Keamanan pengangkutan bukan
hanya difokuskan pada hasil panen, melainkan keamanan para petani yang
melakukan pengangkutan agar terhindar dari faktor risiko bahaya kerja.

4. Penyimpanan
Sistem Penyimpanan Beras Giling yang selama ini digunakan oleh Badan
Urusan Logisitik BULOG untuk menyimpan bahan pangan adalah sistem
penyimpanan karung (bag storage). Cara penyimpanan ini digunakan oleh banyak
negara berkembang, karena masih dianggap lebih menguntungkan daripada sistem
penyimpanan bentuk curah (bulk storage). Hal ini terutama apabila bahan yang
disimpan adalah beras giling, beras tidak akan mudah rusak dan menjadi kotor oleh
karena proses handling seperti pada sistem penyimpanan curah. Di samping itu sistem
penyimpanan dengan karung yang dijalankan BULOG hampir seluruhnya
menggunakan tenaga mamusia. sehingga dapat menciptakan lapangan kerja bagi
buruh pengangkut.
Sarana penyimpanan yang berupa gudang sebagaimana diketahui sangat
memegang peranan dalam mempertahankan mutu bahan pangan yang disimpan.
Berpijak pada hal ini, sejak 1975, BULOG telah melakukan pembangunan gudang-
gudang yang memenuhi syarat di seluruh Indonesia. Hingga saat ini telah mencapai
kapasitas total lebih dari 1,5 juta ton. Dengan tersedianya sarana utamai tersebut
diharapkan prinsip-prinsip penyimpanan dan pergudangan (storage management) akan
lebih mudah diterapkan. Jumlah ini akan terus bertambah sehubungan dengan rencana
pemerintah untuk lebih meningkatkan cadangan nasional pada tahun-tahun
mendatang.
Bahan pangan Seperti beras giling sebelum dimasukkan ke dalam karung
untuk disimpan, terlebih dahulu mengalami proses conditioning" seperti pengeringan
untuk menurunkan kadar air. Selama masa penyimpanan di gudang harus ada sistem
aerasi yang baik untuk mempertahankan mutu. kelembaban yang terjadi akibat proses
respirasi biji-bijian dan organisme yang hidup pada biji-bijian tadi (serangga kapang
dan bakteri), dapat "dipindahkan" oleh udara yang keluar dan masuk gudang melalui
ventilasi dan pintu gudang yang dibuka pada waktu-waktu tertentu.
Selain mengandalkan ventilasi gudang, guna menjamin terjadinya acrasi yang
baik, penumpukan karung harus dibuat sedemikian rupa sehingga aerasi tetap
berjalan. Penyediaan lorong-lorong antar stapelan (tumpukari) dengan berbagai
ukuran dimaksudkan juga untuk memberi keleluasaan aliran udara ke dalam karung-
karung tersebut. Walaupun dilihat dari segi pertukaran udara pembuatan lorong-
lorong tersebut sangat bermanfaat, ditinjau dari segi penggunaan ruang, sistem
penyimpanan dengan karung lebih banyak menyita ruangan gudang.
Kemungkinan untuk menyimpan bahan pangan dengan sistem curah tetap
dijajaki, walaupun hingga saat ini penyimpanan dengan karung dirasakan masih
menguntungkan.
Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian-penelitian oleh BULOG
melihat seberapa jauh kemungkinan penggunaan sistem curah. Termasuk untuk pula
'container" hampa udara yang digunakan khusus untuk menyimpan beras dalam
jangka panjang (di atas dua tahun),

5. Pemasaran
a) Pembelian : perpindahan gabah dari petani ke pedagang pengumpul dan
konsumen melalui proses transaksi
b) Penjualan :  mengalihkan barang dari penjual kepada pembeli.
c) Pengangkutan : bergeraknya atau perpindahan gabah dari tempat petani menuju
tempat penjualan dimana gabah tersebut diolah menjadi beras untuk dikonsumsi.
d) Penyimpanan : menahan gabah/beras selama jangka waktu tertentu untuk dijual
kembali. 
e) Permodalan : mencari dan mengurus modal yang berkaitan dengan transaksi-
transaksi dalam arus gabah/beras dari sektor pertanian sampai sektor
konsumen/pabrik.
f) Pengurangan  resiko : sebagai ketidakpastian dalam hubungannya dengan ongkos,
kerugian atau kerusakan gabah/beras selama pemasaran berlangsung. Fungsi
penanggungan resiko terjadi saat beras tidak terjual. 
g) Informasi pasar : suatu tindakan-tindakan lapangan yang mencakup; pengumpulan
informasi, komunikasi, penafsiran dan pengambilan keputusan sesuai dengan
rencana dan kebijakan pedagang yang bersangkutan
h) Standarisasi : dilakukan oleh pihak pedagang, standarisasi dan grading yang
dilakukan yaitu memisahkan gabah yang kotor atau buruk dengan yang masih
bersih.

6. Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk dari tangan produsen ke
tangan konsumen atau pelanggan dalam kondisi baik, tepat waktu serta sesuai dengan
keinginan pembeli.Secara umum mereka yang terlibat dalam pemasaran adalah
pedagang pengumpul, para penyalur, pedagang besar yang beroperasi di pusat-pusat
pasar, dan akhirnya pengecer di daerah konsumsi itu sendiri yang berhadapan
langsung dengan konsumen. Berbeda dengan produk pertanian gabah dan beras,
menurut Arifin dan Natawidjaja (2000) dalam Tambunan (2008) bahwa di banyak
wilayah ada dua jalur pemasaran dalam tata niaga beras, yaitu swasta dan pemerintah
(Bulog).
Menurut Syafi’i dalam Sutrisno (2009) pelaku atau lembaga perantara yang
ikut terlibat dalam proses distribusi komoditas pertanian dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. tengkulak adalah pembelian hasil pertanian pada waktu panen dilakukan oleh
perseorangan dengan tidak terorganisir, aktif mendatangi petani produsen untuk
membeli hasil pertanian dengan harga tertentu
b. pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani dan
tengkulak, baik secara individual maupun secara langsung
c. pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dalam jumlah
besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani. Modalnya relatif besar
sehingga mampu memproses hasil pertanian yang dibeli, dan
d. pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani atau
tengkulak dan pedagang pengumpul kemudian dijual kepada konsumen akhir
(rumah tangga). Pengecer biasanya berupa toko-toko kecil atau pedagang kecil di
pasar
Saluran Pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang
terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
pemiliknya dari produsen ke konsumen.Agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat
berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus
mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu :
 Penelitian yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan
dan melancarkan pertukaran.
 Promosi yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive
mengenai penawaran. Kontak yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan
dengan pembeli.
 Penyelarasan yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan
pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan.
 Negosiasi yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai
harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan
pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan.
 Disrtibusi fisik yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang.
 Pembiayaan yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup
biaya dari saluran pemasaran tersebut.
 Pengambilan resiko yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut.
2.2 Input
Input dari industri beras antara lain :

 Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik.

 Pestisida
Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini
berasal dari pest yang diberi akhiran -cide. Sasarannya bermacam-macam, seperti
serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap
mengganggu.

 Tenaga kerja
penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja atau aktif
mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan pekerjaan. Tenaga
kerja adalah faktor produksi yang sangat penting bagi setiap negara, di samping
faktor alam dan faktor modal.

 Modal
sesuatu yang digunakan seseorang atau perusahaan sebagai bekal untuk bekerja,
berjuang, dan sebagainya. Dengan demikian, modal adalah semua hal yang
dimiliki baik berupa uang, barang, aset lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan keuntungan dalam menjalankan usaha.

 Lahan
bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan baik yang meliputi
tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim,
relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat
pengaruh manusia.

 Irigasi
merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam
dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia.

2.3 Output
Output dari industri beras antara lain :

 Padi
merupakan bulir gabah yang sudah dikupas kulitnya dan bagian ini sudah dapat
dimasak serta di konsumsi yang melalui proses penggilingan dan penyosohan.

 Sekam
bagian dari bulir padi-padian berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak
dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam. Sekam dapat dijumpai pada
hampir semua anggota rumput-rumputan, meskipun pada beberapa jenis budidaya
ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam.

2.4 Spesifikasi
NO Proses Indikator Resiko Risk Agent Risk Event
Kerja
1. Produksi 1. Kekeringan 1. Musim kemarau 1. Target produksi tidak
(Pemilihan 2. Serangan hama yang berkepanjangan tercapai
bibit, penyakit 2. Keterlambatan panen 2. Kualitas padi
penyemaia 3. Kerusakan bibit 3. kontaminasi silang menurun
n padi, 4. Butiran padi dari tiap bibit akibat 3. kualitas bibit
pengolaha belum masak penyimpanan yg menurun
n tanah, 5. Bulir padi patah tidak baik 4. apabila terlalu awal
penanama banyak 4. Dipanen terlalu awal menyebabkan
n padi, dan terlalu akhir turunnya kualitas
pemupuka 5. Dipanen secara padi karena masih
n, keroyokan banyak terdapat butir
pencabuta hijau, apabila terlalu
n padi) akhir menyebabkan
padi terekspos hama
5. Ceceran padi yang
banyak
2. Pengolaha 1. Bulir menjadi 1. Reaksi enzimatis dan 1. Keterlambatan
n kuning, berjamur mikroorganisme pengeringan
(perontoka dan rusak 2. Penundaan 2. Hama pada saat
n gabah, 2. Kehilangan hasil perontokan penumpukan
pengeringa susut gabah 3. Pedal thresher 3. Kerusakan gabah
n gabah, 3. Penurunan (Power Thresher) 4. Pengeringan manual
penggiling rendemen giling rusak 5. Menurunkan aroma
an) 4. Biji patah pada 4. Penjemuran dengan pada beras aromatik
saat penggilingan suhu tinggi dan
5. Pengeringan waktu yang cepat
berlebihan, 5. Kekeringan dalam
biji tidak merata
3. Pengangku 1. Gabah atau beras 1. Perja tidak sesuai 1. Susut hasil
tan tercecer SOP 2. Susut hasil
2. Barang angkutan 2. Beban muatan 3. Keterlambatan
terjatuh berlebih sampai tujuan,
3. Mobil angkutan 3. Mesin yang tidak kecelakaan
rusak terawat, rem blong
4. Penyimpan 1. Rusaknya gabah 1. Penyimpanan yang 1. Kurangnya Supply
an (Berlubang) dan kurang aman dan Chain
perubahan fisik baik, wadah terlalu
gabah (Warna dan rapat serta
bau) penumpukan barang
terlalu lama
5. Pemasaran 1. Deflasi penjualan 1. Pekerja tidak sesuai 1. Susut hasil
dan SOP, kelalaian
distribusi distributor

2.5 Potensi Bahaya


Bahaya Potensial Upaya
Gangguan
Proses Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikososial Penanggulanga
Kesehatan
n
Produksi Terpapar Terinfeksi Paparan Posisi kelelahan Akibat Bahaya Fisik
(Pemiliha panas jamur pestisida kerja : Menggunakan
n bibit, matahari Dermatophyt membung Fisik : APD berupa
penyemai berlebih es (penyebab kuk Xerocis Cutis Topi, sarung
an padi, kutu air) Biologi tangan, dan
pengolah Tinea pedis memakai baju
an tanah, Kimia lengan panjang
penanam Keracunan, Biologi
an padi, gangguan otak Menggunakan
pemupuk dan syaraf APD berupa
an, Ergonomi sepatu boot
pencabut Kifosis Kimia
an padi) Psikososial Menggunakan
Fatigue APD berupa
masker, dan
sarung tangan
Ergonomi
Melakukan
gerakan
peregangan
Psikososial
beristirahat
Pengolah Paparan - - Posisi Kelelahan Akibat bahaya: Fisik
an partikel kerja Fisik Menggunakan
(perontok debu, tidak baik Paparan APD berupa
an gabah, kebisinga partikel debu masker, ear
pengerin n dan mengakibatka plug, kaus
gan getaran n gangguan lengan
gabah, dari pernapasan, panjang, topi
penggilin mesin, kebisingan Ergonomi
gan) radiasi mengakibatka Melakukan
sinar n gangguan gerakan
matahari pendengaran, peregangan
berulang radiasi uv Psikososial
mengakibatka Beristirahat
n
permasalahan
kuli
Ergonomi
Gangguan
muskuloskelet
al
Psikososial
Fatigue

Pengang Paparan Biang Paparan Posisi Kelelahan Akibat bahaya: Fisik


kutan sinar keringat asap dari tubuh Fisik Menggunakan
matahari (keringat peralata kerja Kulit terbakar APD berupa
buntat) n mesin yang (sunburn), Topi, sarung
tidak baik berisiko tangan, dan
terkena kanker memakai baju
kulit lengan
Biologi panjang.
Terkena Biologi
miliaria Menggunakan
Kimia baju yang
Memicu tidak terlalu
gangguan tebal
pernapasan Kimia
Ergonomi Menggunakan
Gangguan APD berupa
muskuloskelet masker
al Ergonomi
Psikososial Melakukan
Fatigue gerakan
peregangan
Psikososial
beristirahat
Penyimp - Biang Terpapa Posisi - Akibat Bahaya Biologi
anan keringat r tubuh : Menggunakan
(keringat pestisida kerja Biologi baju yang
buntat) pembas yang Terkena tidak tebal
mi hama tidak baik miliaria kimia
gudang Kimia Menggunakan
Keracunan, APD berupa
gangguan otak masker dan
dan syaraf sarung tangan
Ergonomi Ergonomi
Gangguan Melakukan
muskuloskelet gerakan
al peregangan
Psikososial
Fatigue
Pemasara Paparan - - Posisi Gangguan Fisik fisik
n dan debu Kerja pada gangguan Menggunakan
distribusi jalan yang kesehatan pernapasan APD berupa
tidak baik Mental Psikososial masker
akibat hasil Stress  Psikososial
panen yang  Ergonomi Melakukan
sedikit Cedera refreshing
Pinggang Ergonomi
Melakukan
gerakan
peregangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian


penduduknya adalah bercocok tanam. Walaupun demikian masih banyak para petani
di Indonesia belum memahami apa saja risiko yang dapat terjadi di dalam
pekerjaannya. Risiko dapat muncul pada proses hulu dan hilir. Jika tidak ada
penanganan yang lebih lanjut bisa saja para petani industry padi terkena penyakit
akibat kerja.
Penyakit akibat kerja dipengaruhi berbagai faktor baik lingkungan kerja
ataupun gaya hidup, misalnya posisi kerja. Masalah yang banyak dijmpai pada
industri padi adalah masalah ergonomis, dimana posisi kerja yang dilakukan petani
merupakan posisi kerja yang tidak ergonomis.

3.2 Saran
Tiap proses dalam indsutri padi memiliki bermacam risiko yang dapat
merugikan para petani dan pekerja industri baik dari segi fisik maupun psikis, namun
pekerja indutri dan petani tidak perlu memandang risiko dalam indutri padi
merupakan suatu hal yang buruk, karena dari setiap risiko yang ada masih dapat
dikendalikan, dikurangi, atau diatasi dampak negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F. K. R. (2019). Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama Pekerjaan Pertanian


Jeruk. Journal of Public Health Research and Community Health
Development, 3(1), 01. https://doi.org/10.20473/jphrecode.v3i1.13067
Indriani, I. (2019). Analisis Risiko Usahatani Padi Sawah Di Desa Malalin Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang. Skripsi, 246, 113–114.
Suriaatmaja, M. E. (2015). Optimalisasi input usaha tani padi (Studi Kasus Desa
Clumprit Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang). Jurnal Agrifor, 14(2),
205–212.
Widyaningrum, F., Studi, P., Masyarakat, K., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M.
(2022). Analisis risiko keselamatan kerja pada petanipenyemprot pestisida di
kelurahan tirtomoyo kecamatan tirtomoyo kabupaten wonogiri.

Anda mungkin juga menyukai