Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 2 SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)

“IDENTIFIKASI BAHAYA KESEHATAN PADA PRODUSEN


BAKPAU”

Dosen : Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes

 
KELOMPOK 12 

19031000019 BIRGITTA RATU YOANA HANDOKO

201000019 EMA NINA SHINTA KHARINA BR GINTING

201000142 MUHAMMAD RAFLI SIREGAR

201000204 NADYA AFIQA

201000261 ALMAJIDA SYIFA WIBOWO

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami naikkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmatnya
kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang merupakan mengidentifikasi Bahaya Kesehatan Sektor
Informal pada Produsen Bakpau. Terima kasih kepada seluruh angota kelompok yang sudah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini, mulai dari wawancara dengan pihak produsen
hingga rampungnya penyusunan makalah. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampuh Mata Kuliah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yaitu Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes yang telah memberikan arahan pada
pertemuan perkuliahan.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai hasil Identifikasi  Kasus K3 Sektor
Informal pada Produsen Bakpau, dimana memiliki berbagai macam masalah
kesehatan akibat lingkungan hingga cara kerja. Kami sebagai penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ditemukan banyak kekurangan, namun
inilah hasil kerja terbaik dari kami. Semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan kami sangat terbuka untuk kritik dan saran bagi makalah ini. Sekian dan terima
kasih.

Medan, 26 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN BAHAYA KESEHATAN..................................................................5
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG DITIMBULKAN DARI BAHAYA KESEHATAN
KERJA................................................................................................................................6
2.3 UPAYA PENANGGULANGAN BAHAYA.............................................................14
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................................15
KESIMPULAN.................................................................................................................15
SARAN.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerja sektor informal di daerah perkotaan maupun di pedesaan memiliki masalah


yang hampir sama yaitu masalah keamanan dan masalah kesehatan. Pekerja sektor
informal cenderung memiliki lingkungan kerja yang yang tidak aman sehingga akan
menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut ILO, setiap tahun ada lebih
dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit
karena bahaya di tempat kerja.

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul akibat pekerjaan ataupun
lingkungan kerja (KEPPRES NO 22 1993). Penyakit akibat kerja dapat dipengaruhi oleh
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi. Faktor lain seperti kerentanan
individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja.

Berdasarkan hasil observasi pada produsen bakpau yang berjualan di depan


Universitas Sumatera Utara, penjual bakpau tersebut selalu menjajakan hasil produksinya
di pinggir jalan yang memiliki banyak risiko bahaya. Penjual bakpau yang berjualan
ditepi jalan dapat menyebabkan unsafe action dan unsafe condition. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi kecelakaan dan kesakitan karena kurangnya kesadaran serta
lingkungan kerja yang tidak memadai. Selain itu sumber-sumber bahaya yang dapat
menyebabkan kesehatan pekerja terganggu yaitu suhu ekstrim, tekanan panas, radiasi
pengion, gangguan pendengaran (Noise Induced Hearing Loss/NIHL), radiasi non
pengion

Berdasarkan kondisi diatas, peneliti ingin mengidentifikasi bahaya-bahaya yang


terdapat pada penjual bakpau untuk melihat adanya efek jangka pendek atau panjang yang
akan dialami penjual bakpau tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa sumber-sumber bahaya kesehatan kerja pada pekerja produsen bakpau?

3
b) Apa bahaya yang terdapat pada penjual bakpau yang berada di pinggir jalan
tersebut?
c) Apa dampak yang ditimbulkan akibat bahaya tersebut?

1.3 Tujuan Pembahasan

a) Mengetahui sumber-sumber bahaya kesehatan kerja pada produsen bakpau


b) Mengetahui bahaya yang ada pada penjual bakpau yang berada dipinggir jalan
c) Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat bahaya tersebut

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BAHAYA KESEHATAN

Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi


menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) –OHSAS
18001:2007.

Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap


terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau
kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008 ).

Menurut Wijanarko, (2017) terminologi keselamatan dan kesehatan kerja, bahaya


dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Bahaya keselamatan kerja (safety hazard)


Merupakan bahaya yang dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka hingga kematian, serta kerusakan aset perusahaan
Jenis-jenis safety hazard antara lain:
 Bahaya mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik, seperti
tersayat, terpotong, terjatuh dan tertindih
 Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus listrik
 Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat mudah
terbakar
 Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat mudah
meledak.
2) Bahaya kesehatan kerja (health hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan yang menyebabkan
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.  Jenis- jenis health hazard antara lain:
 Bahaya fisik, antara lain getaran, radiasi, kebisingan, pencahayaan dan iklim
kerja
 Bahaya kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan kimia
seperti aerosol, insektisida, gas dan zat-zat kimia lainnya

5
 Bahaya ergonomi, antara lain gerakan berulang-ulang, postur statis dan cara
memindahkan barang (manual handling)
 Bahaya biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada
di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus dan jamur yang bersifat patogen
 Bahaya psikologi, antara lain beba kerja yang terlalu berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman.

PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja adalah kebijakan nasional sebagai pedoman perusahaan untuk
penerapan K3 yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG DITIMBULKAN DARI BAHAYA KESEHATAN


KERJA

2.2.1 Faktor Fisik

a) Suhu
Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan :
1) Heat Stroke
Heat Stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi
akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak
segera diobati, Heat Stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen atau
kematian. Suhu 41° Celsius adalah sangat serius, 1 derajat diatasnya seringkali
berakibat fatal.
Kerusakan permanen pada organ dalam, misalnya otak bisa segera terjadi
dan sering berakhir dengan kematian
Gejalanya :
 Sakit kepala.

 Perasaan berputar ( vertigo ).

 Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya kering.

 Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit ( normal


60-100 kali / menit ).

6
 Laju pernafasan juga biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang
berubah.
 Suhu tubuh meningkat sampai 40 – 41° Celsius, menyebabkan perasaan
seperti terbakar.
 Penderita bisa mengalami disorientasi ( bingung ) dan bisa mengalami
penurunan kesadaran atau kejang.

Penanganannya :

 Pindahkan korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh baju
luarnya.
 Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar
selimut tetap basah. Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 380
Celcius.
 Saat temperatur mencapai 380 celcius, ganti selimut basah dengan yang
kering, lanjutkan perawatan pada korban secara hati – hati.

2) Heat Cramp
Heat Cramps Heat Cramps ( Kram Karena Panas ) adalah kejang otot hebat
akibat keringat berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang
sangat panas.
Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam ( termasuk
natrium, kalium dan magnesium ) akibat keringat yang berlebihan, yang sering
terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Jika tidak segera diatasi, Heat
Cramps bisa menyebabkan Heat Exhaustion.
Gejalanya :
 Kram yang tiba – tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki.

 Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan, terasa sangat nyeri.

Penanganannya :
Dengan meminum atau memakan minuman / makanan yang mengandung garam.

3) Heat Exhaustion
Heat Exhaustion Heat Exhaustion ( Kelelahan Karena Panas ) adalah suatu
keadaan yang terjadi akibat terkena /terpapar panas selama berjam – jam, dimana

7
hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah
rendah dan kadang pingsan. Jika tidak segera diatasi, Heat Exhaustion bisa
menyebabkan Heat Stroke.
Gejalanya :
 Kelelahan.

 Kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat.

 Jika berdiri, penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam
pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas.
 Denyut jantung menjadi lambat dan lemah.

 Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab.

 Penderita menjadi linglung / bingung terkadang pingsan

Penanganannya :
 Istirahat didaerah yang teduh.

 Berikan minuman yang mengandung elektrolit

Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan :


1) Frostbite
Menurut keterangan dari American Academy of Orthopaedic Surgeons,
frostbite atau radang dingin adalah cedera pada jaringan tubuh yang disebabkan
oleh paparan suhu yang sangat dingin. Frostbite terjadi ketika kulit dan jaringan di
bawahnya membeku. Penyebabnya yang paling umum adalah paparan kondisi cuaca
dingin. Namun, bisa juga disebabkan oleh kontak langsung dengan es, logam beku,
atau cairan yang sangat dingin.
Kondisi khusus yang dapat menyebabkan frostbite meliputi :
 Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi, misalnya tidak
melindungi dari cuaca dingin, berangin, atau basah, atau terlalu ketat.
 Berada di luar ruangan dalam cuaca dingin dan angin terlalu lama. Risiko
meningkat saat suhu udara turun di bawah -15 derajat Celcius, bahkan
dengan kecepatan angin rendah. Dalam angin dingin minus -27 derajat
Celcius, radang dingin dapat terjadi pada kulit yang terpapar dalam waktu
kurang dari 30 menit.

Gejala Frostbite meliputi :

8
 Kulit dingin dan terasa seperti ditusuk-tusuk pada tahap awal

 Mati rasa pada kulit

 Kulit terlihat merah, putih, putih kebiruan, kuning keabu-abuan, keunguan,


cokelat, atau pucat, tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan warna kulit
asli
 Kulit terlihat mengeras atau tampak seperti lilin

 Kikuk karena otot dan sendi kaku

 Dalam kasus yang parah, muncul lepuh setelah menghangatkan kulit

2) Chilblain
Chilblains adalah masalah kulit akibat paparan suhu dingin terus-menerus
yang biasanya tidak mengakibatkan cedera permanen. Tetapi kondisi ini dapat
menyebabkan infeksi, yang memicu kerusakan parah jika tidak segera ditangani.
Gejalanya muncul dan berkembang beberapa jam setelah terpapar suhu dingin,
berikut ini di antaranya :
 Sensasi terbakar dan gatal di daerah yang terkena (biasanya di tangan atau
kaki), yang bisa menjadi lebih intens jika berada di ruangan yang hangat.
 Kulit yang terkena membengkak dan berubah menjadi merah atau biru tua
yang terasa sakit. Akibat pembengkakan, benjolan di kulit mungkin tampak
mengkilap
 Permukaan kulit pecah, luka, atau lecet (dalam kasus yang parah).

3) Trenchfoot
Trenchfoot atau sindrom kaki pencelupan, adalah kondisi serius yang
disebabkan oleh kaki yang basah terlalu lama.
Gejala Trench Foot :
 Paparan air dingin yang lama akan merusak pembuluh darah yang
membawa nutrisi ke jaringan kaki, sehingga bisa timbul kerusakan jaringan
kaki.
 Kulit pucat

 Bengkak

 Kesemutan

9
 Trench foot yang parah bisa membuat nyeri, dan bahkan amputasi pada
kaki.

b) Tekanan
1) Tekanan Udara Tinggi
Bekerja di dalam lingkungan kerja yang tekanan udaranya lebih besar dari
tekanan udara normal telah dikenal sejak adanya pekerjaan yang dilakukan di
lingkungan yang kedap air (caisson work), dimana orang melakukan pekerjaan di
bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1 atm. Pekerjaan yang dapat
menyebabkan penyakit ini yaitu, para penyelam di perairan yang dalam, para
pekerja tambang yang dalam, juga para pekerja yang bekerja dalam pembuatan
terowongan di bawah tanah, maupun terowongan dibawah air (Soeripto, 2018).
Setiap perubahan tekanan udara akan memberikan pengaruh dan dampak
terhadap tubuh manusia, yang merupakan resiko dan bahaya bagi manusia, selain
akan menimbulkan kecelakaan juga dapat menimbulkan penyakit-penyakit setelah
tenaga kerja kembali ke udara biasa (tekanan=1 atm) (Soeripto, 2008).
Pekerjaan menyelam diperairan yang dalam memiliki dampak terjadinya tekanan
hidrostatik air. Tekanan hidrostatik air merupakan hambatan yang utama didalam
penyelaman yang biasanya berupa tekanan langsung maupun tekanan tidak
langsung (Soeripto, 2008).
1) Tekanan tidak langsung (Caisson diseases/penyakit dekompresi)
Tekanan dan konsentrasi udara dalam air akan bertambah besar
apabila penyelam menyelam lebih dalam. Konsentrasi dan tekanan parsial &
nitrogen dalam jaringan tubuh penyelam akan tergantung dari kedalaman
dan lamanya penyelaman. Artinya semakin lama dan dalam penyelam
tersebut menyelam, maka kadar dan tekanan parsial & nitrogen dalam
jaringan tubuh akan semakin tinggi. Sehingga pada kedalaman tertentu akan
terjadi “saturasi” terhadap kadar dan tekanan & nitrogen dalam jaringan
tubuh.
Apabila penyelam secara tiba-tiba naik ke permukaan, maka akan
terjadi “super saturasi” terhadap tekanan udara biasa. Keadaan ini akan
sangat berbahaya bagi penyelam, karena udara yang terlarut dalam jaringan
tubuh akan menjadi gas kembali berupa gelembung-gelembung gas yang
akan masuk ke dalam sirkulasi dalam darah dan jaringan. Gelembung-

10
gelembung nitrogen tersebut dapat tersangkut atau berada pada tulang
sendi maupun di bawah otot. Hal ini akan menyebabkan kramp yang sangat
hebat. Rasa sakit ini dikenal dengan nama “penyakit bends” atau “penyakit
caisson” atau disebut juga “penyakit dekompressi”. Sedangkan gelembung
nitrogen yang tersangkut di dalam darah (emboli) juga dapat menyumbat
pembuluh darah dan dapat mengakibatkan kelumpuhan (Soeripto, 2008).

2) Tekanan langsung (barotrauma/ emergency swimming ascent)


Kerusakan jaringan tubuh sebagai akibat langsung dari tekanan yang
dikenal dengan nama “barotrauma”. Tekanan hidrostatik akan bertambah
sesuai dengan kedalamannya. Hal ini dapat terjadi pada saat menyelam
(descent) naik ke permukaan (ascent). Badan manusia yang sehat akan
dapat mengadaptasi perubahan tekanan ini sehingga tidak menimbulkan
suatu akibat. Namun apabila karena suatu sebab tubuh tidak dapat
mengadaptasi tekanan yang ada, maka akan timbul kerusakan jaringan,
seperti robeknya membran timpani (barotrauma telinga), robeknya jaringan
paru (barotrauma paru), atau bisa terjadi “blowing up” atau “emergency
swimming ascent (ESA)” bila naik ke permukaan secara cepat atau tiba-tiba.
2) Tekanan Udara Rendah
Pekerja yang bekerja di lingkungan yang udaranya bertekanan rendah, juga
dapat menjadi subyek terhadap kekurangan oksigen dan berpengaruh buruk
terhadap pernapasan dan penglihatannya. Pengaruh buruk oleh karena kekurangan
oksigen ini biasa terjadi bagi para penerbang maupun mereka yang bekerja
ditempat-tempat yang tinggi di atas permukaan laut seperti bekerja di gunung serta
pendaki gunung. Udara normal mengandung kira-kira 20% oksigen. Tanda-tanda
fisiologis yang pertama oleh karena kekurangan oksigen (anoxia) adalah
meningkatnya kecepatan bernapas dalam menghirup udara. Kadar oksigen kurang
dari 16% mengakibatkan pusing, detak jantung menjadi cepat dan sakit kepala.
Dalam hal masuk ke tempat yang kandungan oksigenya sedikit atau sama sekali
tidak mengandung oksigen, seseorang umumnya tidak mengalami gejala-gejala
tertentu, namun segera kehilangan kesadaranya dan tidak mengingat peristiwanya
jika ia tertolong dan sadar kembali.

c) Kebisingan

11
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Jenis Kebisingan
Di tempat kerja, jenis kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu:
1) Kebisingan tetap
Kebisingan tetap dipisahkan lagi menjadi dua jenis yaitu:
 Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise),
yaitu kebisingan berupa nada-nada murni pada frekuensi yang
beragam, contohnya suara rnesin, suara kipas dan sebagainya.
 Board band noise, yaitu kebisingan dengan frekuensi terputus dan
digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya
adalah board band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi
(bukan “nada” murni).
2) Kebisingan tidak tetap
Sementara itu, jenis kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi
menjadi :
 Fluctuating noise (kebisingan fluktuatif), yaitu kebisingan yang selalu
berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
 Intermitten noise (Kebisingan yang terputus-putus dan berubah-
ubah), yaitu kebisingan yang besaran dan bentuknya berubah-ubah,
contohnya kebisingan lalu lintas.
 Impulsive noise (Kebisingan impulsive), yaitu kebisingan yang
dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan
telinga) dalam waku relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata
api dan alat-alat sejenisnya

Penyebab kebisingan :
1) Frekuensi
2) Intensitas Suara
3) Amplitudo
4) Kecepatan Suara
5) Panjang gelombang

12
6) Periode

d) Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif dan efisien pada suatu bidang kerja. Sistem dan standar pencahayaan
ruangan yang baik berguna untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dengan
kebutuhan di dalam suatu ruangan.
Menurut KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02, standar pencahayaan
ruangan yang baik antara lain :
1) Ruangan yang berfungsi sebagai tempat pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus
membutuhkan tingkat pencahayaan minimal 100 lux.
2) Ruangan yang berguna sebagai tempat pekerjaan kasar dan terus-menerus
membutuhkan tingkat pencahayaan minimal 200 lux.
3) Ruangan yang bermanfaat sebagai tempat pekerjaan rutin memerlukan tingkat
pencahayaan minimal 300 lux.
4) Ruangan yang berperan sebagai tempat pekerjaan agak halus membutuhkan tingkat
pencahayaan minimal 500 lux.
5) Ruangan yang dipakai sebagai tempat pekerjaan halus memerlukan tingkat
pencahayaan minimal 1.000 lux.
6) Ruangan yang berfungsi sebagai tempat pekerjaan amat halus membutuhkan tingkat
pencahayaan minimal 1.500 lux dan tidak menimbulkan bayangan.
7) Ruangan yang berguna sebagai tempat pekerjaan terinci memerlukan tingkat
pencahayaan minimal 3.000 lux dan tidak menimbulkan bayangan

e) Getaran
Getaran adalah suatu fenomena alam yang bisa kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Getaran bisa terjadi secara alamiah tanpa campur tangan manusia ataupun
dibuat manusia.
Getaran bisa diartikan sebagai gerakan bolak balik pada suatu periode tertentu dari
partikel sebuah benda melewati titik kesetimbangan.
Getaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
2) Getaran segmental/setempat (segmental vibration)

13
f) Radiasi
Radiasi adalah energi yang dilepaskan, baik dalam bentuk gelombang maupun
partikel. Berdasarkan muatan listrik yang dihasilkannya setelah menumbuk objek tertentu,
radiasi dibagi menjadi radiasi ion dan radiasi non-ion

2.3 UPAYA PENANGGULANGAN BAHAYA

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

15
DAFTAR PUSTAKA
(Republik Indonesia, 1997)

16

Anda mungkin juga menyukai