Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

SAMPUL ……………………………………………………………………………………...i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI ............................................................................................................................ 3
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................................................................... 3
B. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................................... 3
C. Komponen yang terkait dengan K3 ............................................................................................ 3
BAB III................................................................................................................................................... 7
METODE PENELITIAN ..................................................................................................................... 7
A. Metode Penelitian ....................................................................................................................... 7
B. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................................... 7
C. Sumber Data................................................................................................................................ 7
BAB IV ................................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 8
A. Deskripsi perusahaan .................................................................................................................. 8
B. Data hasil pengamatan ................................................................................................................ 9
C. Data Hasil kuesioner ................................................................................................................. 12
BAB V .................................................................................................................................................. 17
PENUTUP............................................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya dunia industri di dunia, telah mendorong para pekerja


untuk bekerja lebih giat sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun hal itu tidak jarang
menyebabkan pekerja menjadi cidera. Dari cidera otot sampai yang menghasilkan
korban jiwa. Dengan terganggunya perkembangan manusia sebagai salah satu modal
utama pembangunan, maka negara-negara berkembang pada saat itu mulai peduli
tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan pekerja di negaranya tersebut.Prosedur
kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja berawal dari OSH ( Occupational Safety
and Health ) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan melindungi keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di tempat kerja.Tujuan utamanya
adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan tugasnya dengan lingkungan yang
bebas bahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka, seperti bahan kimia beracun,
bunyi berisik yang mengganggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau
lingkungan yang kotor.Sejak tahun 1950 ILO ( International Labour Organization )
dan WHO ( World Health Organization ) telah menetapkan definisi umum dari
kesehatan kerja, yaitu: Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan
paling tinggi di bidang fisik, sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun;
pencegahan bagi setiap pekerja atas pengurangan kesehatan karena kondisi kerja
mereka, perlindungan bagi pekerja untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat
merugikan kesehatan mereka; penempatan dan perawatan bagi pekerja di lingkungan
kerja sesuai dengan kemapuan fisik dan psikologi dari pekerja dan meringkas adaptasi
dari setiap pekerja ke pekerjaannya masing-masing.
Tujuan awal dari pendirian standar keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
antara lain:Moral (Seorang pekerja seharusnya tidak mempunyai resiko terluka pada
saat kerja atau yang berhubungan dengan lingkungan kerja).Ekonomi (Dengan
mengurangi biaya yang harus dibayar jika terjadi kecelakaan di tempat kerja; seperti
gaji, denda, kompensasi kerusakan, waktu investigasi, kurang produksi, kehilangan
semangat dari pekerja, pembeli atau pihak lainnya).Legal (Mendorong hukum agar
menerapkan peraturan resmi agar dapat dipatuhi oleh banyak pihak).Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor

1
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penyusun mengambil rumusuan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari K3?
2. Apa tujuan dari K3?
3. Bagaimana penerapan K3 yang dilakukan oleh PT. PRIMA KARYA
MANUNGGAL
C. Tujuan
Tujuan dari laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas mandiri pada mata kuliah
ergonomic serta memberikan pengetahuan mengenai kondisi lingkungan kerja dan
penerapan K3 pada pekerja di PT PRIMA KARYA MANUNGGAL CBG
MAKASSAR
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan laporan ini, yaitu:
1. Bagi penyusun, diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan terkait materi laporan.
2. Bagi dosen, diharapkan menjadi perimbangan untuk menambah nilai mata kuliah
ergonomic.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan
dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.
Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo,
patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan
kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik.
Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres
emosi atau gangguan fisik.
B. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan
iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik
kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus
dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Sedangkan menurut
Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan
kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya
C. Komponen yang terkait dengan K3
1. Tempat Kerja
Upaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) telah diperkenalkan
dengan mengacu pada peraturan perundangan yang ditertibkan yaitu Undang-
Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 1 disebutkan
bahwa tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

3
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya. Dan telah dimantapkan dengan UU No. 23/1992
tentang Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja. Peraturan
perundangan tersebut menegaskan bahwa setiap tempat kerja wajib
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dan mengatur pula
sanksi hukum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut . UU No.
23/1992 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut
memiliki risiko bahaya kesehatan.
2. Bahaya
Bahaya (hazard) adalah sumber atau suatu keadaan yang memungkinkan
atau dapat menimbulkan kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan ataupun
kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. Menurut Bennet N. B
dan Rumondang B. Silalahi, 1995, bahaya-bahaya yang ada di sekitar industri
perlu dikenal dan diidentifikasi terlebih dahulu. Badan dan jiwa termasuk panca
indera serta alat-alat atau organ tubuh kita sangat menghendaki keadaan yang
wajar dari keadaan atau pengaruh lingkungan. Jenis-jenis sumber bahaya di
tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakan atau penyakit
akibat kerja (Syukri Sahab, 1997) yaitu:
a. Bangunan, peralatan dan instalasi
b. Bahan
c. Proses
d. Cara kerja
e. Lingkungan
3. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur kesengajaan lebih
adanya unsur perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan
menimbulkan adanya kerugian baik itu material maupun penderitaan dari yang
paling ringan sampai pada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan
kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan
atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1996). Menurut

4
Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,
yaitu:
a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pengaturan Udara
1) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang
kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).
2) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
c. Pengaturan Penerangan
1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
d. Pemakaian Peralatan Kerja
1) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
e. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
1) Stamina pegawai yang tidak stabil.
2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa risiko bahaya.

4. Pencegahan Kecelakaan
a. Peraturan perundangan
1) Adanya ketentuan dan syarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan, tehnik & teknologi (up to date).
2) Penerapan sesuai ketentuan dan persyarat K3 sesuai dengan peraturan
perundangan yang berkelakuan sejak tahap rekayasa.
3) Penyelenggaran pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui
pemeriksaan-pemeriksaan langsung di tempat kerja.

5
b. Standarisasi Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai peralatan
industri dan APD.
c. Pengawasan Yaitu pengawasan agar ketentuan undang-undang wajib
dipatuhi.
d. Penelitian bersifat teknik Penelitian teknik misalnya tentang bahan-bahan
yang berbahaya, pagar pengaman, penggujian APD, pencegahan ledakan
dan peralatan lainnya.
e. Latihan-latihan Latihan praktek bagi tenaga kerja khususnya tenaga kerja
baru yaitu yang menyangkut peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan
& ketrampilan K3 bagi tenaga kerja.
f. Persuasi Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui
penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.

6
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah metode
deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang keadaan secara objektif.
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap inspeksi
keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan obyek
penelitian baik tenaga kerja maupun ahli K3.
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan mempelajari dokumendokumen
serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan obyek penelitian.
4. Studi Kepustakaan
Dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan membaca
literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian.
5. Quesioner
Dilakukan dengan pemberian questioner yang berisi daftar pertanyaan yang
berkaitan dengan K3.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yang meliputi data
primer dan sekunder.
1. Data Primer Data primer diperoleh dengan melaksanakan observasi secara
lanngsung di tempat kerja dan wawancara dengan pekerja yang bersangkutan.
2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan dan referensi
yang berhubungan dengan obyek penelitian.

7
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Deskripsi perusahaan

Sebelum berganti nama menjadi PT. Prima Karya Manunggal, perusahaan yang
pertama kali di dirikan pada tanggal 19 April 1982 ini disebut dengan nama PT. Purna
Karya Manunggal dan pada Bulan Maret tahun 1998 diganti menjadi PT. Prima Karya
Manunggal (PKM). PT. Prima Karya Manunggal mulai mendistribusikan Semen
Portland Komposit (PCC) untuk sub distributor.Sebagai afiliasi dari PT. Semen Tonasa
- Pangkep, Sulawesi Selatan, PT. Prima Karya Manunggal terus memperluas ke dalam
6 bidang industri, yaitu :PCC Distributor, Transports, Batching Plant dan Ready-Mix
,Kontraktor dan Pengembang, Lokakarya, Pertambangan. Selain itu, perusahaan
tersebut telah diperluas dan memiliki beberapa cabang di indonesia, seperti Makassar,
Kendari, Mamuju, Samarinda, Banjarmasin, Ambon dan Bitung.

PT. Prima Karya Manunggal Cabang Makassar merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang produksi ready mix concrete . Ready mix concrete itu sendiri
merupakan campuran semen, pasir, agregat kasar (batu pecah / kerikil) dan
menggunakan air sebagai pengaduk yang kemudian ditambahkan additive yang ditakar
dalam perbandingan volume pada plant yang stasioner yang di mix dalam tempat yang
bernama Batching Plant . Dengan truck mixer sebagai alat transportasi ke tempat
konstruksi proyek. PT ini terletak di JL. Kima VIII, No. 2, Biringkanaya, Pai,
Biringkanaya,MakassarCity,SouthSulawesi90244 Telp : (0411) 4723111, Tipe
Perusahaan : Persero. Jadwal kerja adalah 7 hari seminggu dengan jam kerja per hari
terdiri dari 3 sift

VISI DAN MISI PT PRIMA KARYA MANUNGGAL CBG MAKASSAR

Visi

Menjadi mitra terpercaya dalam penyediaan sumber daya manusia dan mutu
pembangunan khususnya di Sulawesi Selatan dan di Indonesia secara umum.

8
Misi

1. Meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.


2. Mendukung program PT. Semen Tonasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen
dengan kualitas dan harga bersaing.
3. Peran aktif untuk mendukung dan mensukseskan program pemerintah.
4. Menciptakan lapangan pekerjaan yang mampu meningkatkan kualitas karyawan
secara profesiona

B. Data hasil pengamatan


1. Pencahayaan
Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan
secara efektif. Penerangan dapat berasal dai cahaya alami dan buatan.
Pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL 90% aktivitas berada diluar ruangan
sehingga pencahayaan tergantung dari cuaca dan karena perusahaan beroperasi 24
jam sehari maka pada malam hari menggunakan penerangan berupa lampu
(khususnya di bagian/ruang kontrol).
2. Suhu/iklim ruang kerja
Menurut Suma’mur PK (1996: 84) iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor
tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan
tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan
antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas
metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.
Pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL karena 90% aktivitas berada diluar
ruangan maka suhu tergantung dari cuaca dan 10% aktivitas berada di dalam
ruangan, karena ruangan tersebut menggunaka pendingin ruangan (AC) maka suhu
udaranya menjadi sejuk.
3. Sumber-sumber kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia.
Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No:Kep.Men-
48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

9
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa
dan sistem alam.
Pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL sumber kebisingan berasal dari mesin
Batching Plant dan suara truck yang keluar masuk lokasi namun ini masih berada
dalam ambang batas normal yaitu 85 db.
4. Sumber-sumber panas yang berlebih
PT PRIMA KARYA MANUNGGAL merupakan cabang dari semen tonasa dan
mesin utama yang digunakan hanyalah Batching Plant, sedangkan batching plant
sendiri tidak mengeluarkan panas hanya menimbulkan suara bising, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada PT ini tidak terdapat sumber panas yang berlebih.
5. Sumber-sumber getaran yang berlebih
Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana
kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran
frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Berdasar Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996Penyebab getaran dibedakan dalam 2 jenis
yaitu: Getaran mekanik (getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan
kegiatan manusia) dan Getaran seismik (getaran tanah yang disebabkan oleh
peristiwa alam dan kegiatan manusia).
Pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL sumber getaran hanya berasal dari
truck yang keluar masuk pabrik.
6. Manual Material Handling (MMH)
Menurut OSHA Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas
memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu.
Pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL MMH masih digunakan dengan jenis
kegiatan sebagai berikut : Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering),
Mendorong/Menarik (Push/Pull), Memutar (Twisting), Membawa (Carrying),
Menahan (Holding).
7. Postur kerja yang kurang baik
Postur kerja yang kurang baik umumya terjadi pada kegiatan membawa,
mengangkat, dan mendorong/menarik. Salah satu factor penyebabnya adalah
karena tidak adanya rambu-rambu K3 yang menjelaskan mengenai MMH yang
baik da benar.

10
8. Pekerjaan repetitive
Repetitive motion merupakan gerakan yang memiliki sedikit variasi dan dilakukan
setiap beberapa detik, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan dan ketegangan
otot tendon. Jika waktu yang digunakan untuk istirahat tidak dapat mengurangi
efek tersebut, jika gerakan terdapat posisi janggal, yangmemerlukan tenaga besar,
risiko kerusakan jaringan dan masalah muskul0skeletal lainnya akan meningkat.
Pengulangan dengan waktu kurang dari 30 detik telah dianggap sebagai
“repetitivemotion “ (OSHA. 2013).
Berdasarkan pengertian di atas dan dikaitkan dengan hasil pengamatan yang saya
lakukan, maka pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL tidak terdapat pekerjaan
yang bersifat repetitive.
9. Tanda-tanda K3 umum
Pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL tidak terdapat satupun tanda-tanda K3,
berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan pihak K3 perusahaan tersebut
saya memperoleh informasi bahwa tanda-tanda K3 tersebut akan dipasang
secepatnya. Namun saya tidak mendapatkan informasi mengenai alasan mengapa
tanda-tanda tersebut tidak diindahkan.
10. Tanda-tanda K3 terkait MMH
Pada PT PRIMA KARYA MANUNGGAL tidak terdapat satupun tanda-tanda K3,
berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan pihak K3 perusahaan tersebut
saya memperoleh informasi bahwa tanda-tanda K3 tersebut akan dipasang
secepatnya. Namun saya tidak mendapatkan informasi mengenai alasan mengapa
tanda-tanda tersebut tidak diindahkan.
11. Alat Pelindung Diri (ADP)
PT PRIMA KARYA MANUNGGAL telah memfasilitasi setiap karyawannya
ADP berupa helm, sepatu, masker, kaca mata, baju safety , kaos tangan. Namun
karena kurangnya pengawasan yang diberikan pihak perusahaan serta kurangnya
kesadaran masing-masing pekerja terhadap keselamatan kerja maka mereka
seringkali mengabaikan perraturan yang ada dengan tidak memakai ADP yang
telah disiapkan.

11
C. Data Hasil kuesioner
Berikut adalah hasil kuesioner terkait data responden serta penyakit akibat kerja pada
5 orang pekerja PT PRIMA KARYA MANUNGGAL

Nama jenis kelamin usia


Mursila Hamid L 48
Amir .B L 50
Ahmad Amril Ambarala L 27
Abdullah Arsyad L 43
Agus Fryanto L 53
Tabel 4.1 data responden PT PRIMA KARYA MANUNGGAL
1. Lama bekerja di perusahaan
Responden diberikan pertanyaan terkait lama kerja di perusahaan sekarang, opsi
yang diberikan yaitu kurang dari 1 tahun, antara 1-2 tahun, antara 2-5 tahun, dan
diatas 5 tahun.. Hasilnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini

LAMA KERJA

20%

kurang dari 1 tahun


antara 1-2 tahun
antara 2-5 tahun
diatas 5 tahun

80%

Grafik 4.1 lama bekerja di perusahaan


Berdasarkan grafik diatas dapat diperoleh informasi bahwa 80% responden telah
bekerja selama lebih dari lima tahun di perusahaan ini dan 20% telah bekerja selama
2-5 tahun.
2. Pengalaman kerja sebelum bekerja di perusahaan sekarang
Responden diberikan pertanyaan terkait pengalaman kerja mereka sebelum bekerja
di perusahaan sekarang, opsi yang diberikan yaitu tidak pernah, pernah tapi jenis
lain, pernah dan mirip kerjaan sekarang, dan jawaban lain. Hasilnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini

12
PENGALAMAN KERJA SEBELUM
DITEMPAT SEKARANG

tidak pernah
40%
pernah tapi lain jenis

pernah dan mirip kerjaan


60%
sekarang
jawaban lain

Grafik 4.2 Pengalaman Kerja Sebelum Di Tempat Sekarang


Dari grafik diatas diperoleh informasi bahwa 40% responden sudah pernah bekerja
sebelum bekerja di perusahaan ini namun jenis pekerjaannya berbeda dan 60%
lainnya belum pernah bekerja di tempat lain sebelumnya.
3. Fasilitas terkait dengan k3
Responden diberikan pertanyaan mengenai ketersediaan fasilitas-fasilitas yang
terkait dengan K3. Opsi yang diberikan adalah tidak ada, ada (sebutkan). Hasilnya
dapat dilihat pada grafik dibawah ini

KETERSEDIAAN FASILITAS TERKAIT K3

tidak tahu
tahu

100%

Gambar 4.3 Ketersedian Fasilitas Terkait K3


Berdasarkan grafik diatas diperoleh informasi bahwa 100% responden menjawab
ada, yang berarti di dalam perusahaan tersebut disediakan fasilitas terkait dengan
K3, untuk jenisnya rata-rata responden memberikan jawaban sebagai berikut : sepatu
savety, masker, baju savety, kaos tangan, helm dan kaca mata savety .

13
4. Pelatihan terkait dengan K3
Responden diberikan pertanyaan terkait pelatihan yang terkait dengan K3, opsi yang
diberikan adalah tidak pernah, sering, terencana dan berkala, dan jawaban lain.
Hasilnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini

PELATIHAN TERKAIT K3

40% tidak pernah


sering
terencana dan berkala
60%
jawaban lain

Grafik 4.4 pelatihan terkait K3


Berdasarkan grafik diatas diperoleh informasi bahwa 80% responden menjawab
pelatihan K3 diadakan secara terencana dan berkala, dan 20% menjawab sering. Jadi
berdasarkan jawaban responden-responden tersebut dapat disimpulkan bahwa di
perusahaan ini pelatihan terkait K3 sudah pernah diadakan.
5. Kesadaran akan adanya penyakit akibat kerja
Responden diberikan pertanyaan mengenai kesadaran akan adanya penyakit akibat
kerja, opsi yang diberikan adalah tidak tahu dan tahu. Hasilnya dapat dilihat pada
grafik dibawah ini

KESADARAN AKAN ADANYA PENYAKIT


AKIBAT KERJA

tidak tahu
tahu

100%

Grafik 4.5 kesadaran akan adanya penyakit akibat kerja

14
Berdasarkan grafik diatas diperoleh informasi bahwa semua responden menjawab
tahu, yang artinya mereka sadar akan adanya penyakit akibat kerja.
6. Pengenalan penyakit akibat kerja
Responden diberikan pertanyaan terkait pemberian informasi mengenai penyakit-
penyakit yang timbul akibat kerja. Hasilnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini

PENGENALAN PENYAKIT AKIBAT


KERJA

40% tidak pernah


sering

60% terencana dan berkala


jawaban lain

Grafik 4.6 Pengenalan Penyakit Akibat Kerja


Berdasarkan grafik diatas diperoleh informasi bahwa 60% responden menjawab
bahwa informasi mengenai penyakit akibat kerja sering diberikan, dan 40% sisanya
menjawab pemberian informasi mengenai penyakit akibat kerja dilakukan
perusahaan secara terencana dan berkala.
7. Contoh penyakit akibat kerja
Responden diberikan pertanyaan mengenai contoh risiko penyakit kerja yang ada di
perusahaan tempat mereka bekerja sekarang. Hasilnya dapat dilihat pada table
dibawah ini
Nama penyakit akibat kerja
sakit kepala
Mursila Hamid flu
demam
demam
Amir .B
sakit kepala
nyeri otot
Ahmad Amril. A
sakit kepala
Abdullah Arsyad nyeri otot
Agus Fryanto gangguan pernapasan karena debu
Tabel 4.2 penyakit akibat kerja

15
8. Pernah berobat akibat nyeri otot/sendi
Responden diberikan pertanyaan “pernahkah anda berobat akibat keluhan nyeri atau
sakit pada otot atau sendi-sendi tubuh anda?” opsi yang disediakan adalah sebagai
berikut tidak pernah, sering, terapi berkala, dan jawaban lain. Hasilnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini

PERNAH BEROBAT AKIBAT NYERI


OTOT/SENDI

40% 40%
tidak pernah
sering
terapi berkala
jawaban lain

20%

Grafik 4.8 Pernah berobat akibat nyeri otot/sendi


Berdasarkan grafik diatas diperoleh informasi bahwa 40% responden tidak pernah
melakukan pengobata apapun terhadap otot/sendi yang dialaminya, 40% menjawab
melakukan terapi berkala terhadap otot/sendi yang dialaminya, dan 20% menjawab
sering melakukan pengobatan terhadap nyeri otot/sendi yang dialaminya.

16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. K3 adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber
produksi bisa digunakan secara aman dan efisien.
2. tujuan dari K3 diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan
perusahaan
b. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
c. Menghemat biaya premi asuransi
d. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya
3. Menurut saya PT PRIMA KARYA MANUNGGAL belum menerapkan prosedur
K3 yang baik ini dapat kita lihat dari tidak adanya rambu-rambu K3 yang
digunakan dalam perusahaan tersebut, serta penyuluhan tentang K3 kepada para
pekerjanya masih sangat jarang dilakukan.

B. Saran
Dalam sebuah perusahaan, hendaknya sistem kerja diatur sedemikian rupa
sehingga ada keteraturan pada proses produksi itu sendiri. Pengaturan keamanan
dan kenyamanan untuk para pekerja perlu diperhatikan karena tenaga kerja
merupakan aset penting perusahaan. Penerapan K3 diperlukan dalam penyusunan
sistem kerja sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi. Sebagai tenaga kerja
yang merupakan komponen penting dalam sistem kerja , mereka harus mematuhi
dan memperhatikan peraturan yang dibuat agar penerapan K3 dapat maksimal
sehingga tidak menimbulkan kerugian.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga

Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Bina
Sumber Daya Manusia.

Suma’mur. P. K, 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.

Candra, K. (2009). Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai


Tindakan. Surakarta: PROGRAM D-III HIPERKES DAN KESELAMATAN
KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

18
LAMPIRAN
Dokumentasi Pengamatan

19

Anda mungkin juga menyukai