Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KESEHATAN KERJA

K3

DISUSUN OLEH :

OK RIZKY ANANDA MS/2101010


ANDRIAN SAPUTRA ARITONANG/2101017
ANGELS NOVITA SAGALA/2101019

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA


INDUSTRI
MEDAN
2023
DAFTAR ISI

Contents
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.2. Tujuan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja......................................................5
2.3. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja.........................................................................5
2.4. Kondisi Kerja Masa Kini....................................................................................................6
1. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)..................................................................................6
2. Memiliki fasilitas/peralatan built-in (melekat).......................................................................6
3. Penggunaan perlatan yang tidak melebihi nilai ambang batas (NAB)....................................6
4. Jabatan fungsional..................................................................................................................7
5. Faktor gizi yang mendukung produktivitas............................................................................7
2.5. Keterkaitan Antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Produktivitas........................7
1. Pengaturan jam kerja..............................................................................................................7
2. Kemudahan menghemat waktu dan effesiensi kerja...............................................................7
• Sistem shift yang didukung oleh upah shift............................................................................8
• Kenyamanan kerja..................................................................................................................8
• Keamanan Kerja.....................................................................................................................8
• Keselamatan dan kesehatan kerja gaya baru (K3GB).............................................................9
2.6. Kebijaksanaan Terhadap Perlindungan Tenaga Kerja......................................................10
2.7. Kesejahteraan Tenaga Kerja.............................................................................................10
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat
dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah
capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan
tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan
yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan
untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi,
unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor
fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan
yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak
berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian
akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta
bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Tujuan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
4. Kondisi Kerja Masa Kini
5. Keterkaitan Antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Produktivitas
6. Kebijaksanaan terhadap Perlindungan Tenaga Kerja
7. Kesejahteraan Tenaga Kerja
1.3. Tujuan
Untuk Mengetahui:
1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Tujuan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
4. Kondisi Kerja Masa Kini
5. Keterkaitan Antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Produktivitas
6. Kebijaksanaan terhadap Perlindungan Tenaga Kerja
7. Kesejahteraan Tenaga Kerja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil
dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana
kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan
kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik
itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan.
7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik


kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan
upaya untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik
dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.
2.2. Tujuan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Adapun uraian dalam tujuan manajemen K3 antara lain:


1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negri ataupun pekerja-
pekerja bebas.
2. Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakan-
kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan, dan
gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efesiensi dan daya
produktifitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja, pelipat
ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.
3. Lebih jauh,system ini dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat
sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran oleh
bahan-bahan dari proses industrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin di
timbulkan oleh produk-produk industri.

2.3. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,baik peyakit yang


disebabkan oleh pekerjaan maupun kecelakaan kerja disebabkan oleh
beberapa fktor, diantaranya :
1. Faktor fisik,yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat
rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain.
2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, awan, cairan, dan benda-
benda padat.
3. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
4. Faktor fisiologis, seperti kontruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja
atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.
Faktor-faktor tersebut tentu bisa mengganggu ‘daya kerja’ seorang
karyawan. Misalnya penerangan yang intensitasnya kurang biasanya akan
berpengaruh pada kelelahan mata kemudian kegaduhan dan kebisingan
berpengaruh pula pada daya ingat. Termasuk konsentrasi pikiran. Akibatnya
terjadi kelelahan psikologi bahkan ketulian.
Kondisi kesehatan tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajat
kesehatan dan juga daya kerja karyawan. Dengan demikian sangat perlu
adanya upaya pengendalian untuk dapat mecegah, mengurangi, bahkan
menekan terjadinya hal itu.
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai
faktor dalam pekerjaan bisa dihindari, asal karyawan dan pihak pengelola
perusahaan ada kemauan mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.
Undang-undang atau aturan sehebat apapun tidak akan berguna jika
pemimpin perusahaan atau pemilik industry tidak melaksanakan undang-
undang tersebut.
Kesejahterahan karyawan merupakan salah satu tujuan yang hendak
dicapai baik pengusaha, lembaga pemerintah, maupun wiraswasta yang
tugas pokoknya mengelola manusia. Salah satu aspek kesejahteraan manusia
adalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tantangan dalam era industrialisasi
akan semakin meningkat dengan digunakananya teknologi canggih dan
beresiko tinggi. Tantangan tersebut harus dijawab dengan kesiapan tenaga
kerja, baik dari segi pendidikan maupun keterampilan dan peralatan
perlindungan kerja. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah antara lain
dikeluarkannya UU no.14-1969 dan UU no.1-1970 serta peraturan lain yang
melengkapinya.

2.4. Kondisi Kerja Masa Kini


Perkembangan sector industri yang pesat ditandai dengan penerapan
teknologi canggih. Penerapan ini di satu pihak akan memacu perkembangan
ekonomi, akan tetapi dilain pihak bila tidak ditangani secara berencana dan
terpadu dapat meningkatkan kecelakan kerja, penyakit akibat kerja, bahkan
meningkatkan pengangguran.
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam industri:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Penyebab kecelakaan kerja yang terbesar adalah faktor kesalahn
manusia, yaitu kurangnya kesadaran pengusaha dan tenaga kerja,
terutam dalam melaksanakan berbagai peraturan. Banyak
pengusaha menganggap bahwa keselamatan dan kesehaatan kerja
kurang bermanfaat dan hanya menambah biaya saja. Hal seperti ini
menimbulkan sikap acuh tak acuh sehingga hanya dapat
menurunkan produktivitas kerja, kenyamanan, serta keamanan
dalam bekerja.
2. Memiliki fasilitas/peralatan built-in (melekat)
Fasilitas dan sarana merupakan bagian penting sebagai pelindung
diri bagi pekerja dalam proses produksi sehingga pekerja memiliki
jaminan harpan hidup. Tetapi kenyataannya masih banyak yang
belum sepenuhnya memiliki prasarana dan fasilitas yang
memadahi sebagai pelindung karyawan dalam bekerja. Hal ini
disebabkan teknologi yang sudah using, biaya yang cukup tinggi,
keengganan untuk maju, motifasi yang rendah terhadap
kepentingan dan keselamatan bersama, serta sikap acuh tak acuh.
Untuk itu, setiap ada harus mulai memikirkan adanya suasana
keselamatan dan kesehatan keja sejak dini dalam wujud alat-alat
pelindung diri yang built-in dengan kontrusksi instrument
perusahaan serta member perhatian, label-label tentang batas
waktu, temperature, ruang kerja dan ada petunjuk teknis
penggunaan keselamatan.
3. Penggunaan perlatan yang tidak melebihi nilai ambang batas
(NAB)
Adanya nilai ambang batas bertujuan mengurangi pencemaran
lingkungan seoptimal mungkin sebgai akibat dari penggunaan alat-
alat dan bahan industry pengolahan yang melebihi nilai ambang
batas tersebut.
4. Jabatan fungsional
Kecanggihan teknologi harus didukung dengan keterampilan
pengawasan yang dapat memeriksa dan menguji semua instrument
industry pengolahan. Jabatan fungsional perlu ditingkatkan
kualitas dan kuantitasnya sehingga dengan pembinaan dan
penyuluhan yang continue dapat mendeteksi semua resiko
keselamatan dan kesehatan secara dini. Jabatan fungsional harus
memperoleh pendidikan sesuai dengan penggunaan peralatan yang
ada dan yang aka nada. Jabatan ini juga perlu diperhatikan dari
faktor karier dan kesejahteraannya, seperti tenaga laboratorium
yang mempunyai daya tahan tinggi.
5. Faktor gizi yang mendukung produktivitas
Karyawan membutuhkan makanan yang bergizi cukup. Tujuannya
untuk memelihara kondisi tubuh agar selalu prima. Kekurangan zat
gizi mengakibatkan gangguan kesehatan dan produktivitas kerja.

2.5. Keterkaitan Antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja


serta Produktivitas
Karyawanan memiliki kesejahteraan buruk akan mempengaruhi
produktivitasnya lebih lanjut, mereka tidak mempunyai motivasi dan
minat,apatis dalam bekerja, serta loyalitas kerja terhadap pekerjaankan
berkurang.
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja.
1. Pengaturan jam kerja
Jam kerja normal adalah 40 jam seminggu.tidak semua pekerjaan jam
kerja yang sama pekerjaan yang sama akan beresiko tinggi,seperti
pelaut dan pekerja di industry kimia, tentu memiliki jam kerja yang
berbeda dengan pekerjaan yang tidak banyak menaggung resiko, seperti
pegawai administrasi kantor, misalnya.perusahaan paling tidak harus
memikirkan pengaturan jam kerja yang tepat dan meminimalkan resiko,
terutama untuk pekerjaan yang beresiko tinggi apabila jam kerja bisa
berkurang,terutama untuk pekerjaan yang berbahaya dan menanggung
resiko,maka tenaga kerja akan merasa lebih puas dan nyaman.hal ini
mencerminkan kenyataan bahwa istirahat mingguan atau hari libur di
akui sebagai suatu yang penting untuk kesejahteraan karyawan.antara
jam kerja dan produktivitas kerja adalah bahwa kondisi karyawan dapat
di pengaruhi oleh kurangnya istirahat yang memadai sehingga
mengakibatkan kondisi psikis dan mental menurun.contohnya,
karyawan di perkejakan dalam shift sewajarnya menerima fasilitas
khusus seperti gaji ekstra,bonus,dan sebagainya.
2. Kemudahan menghemat waktu dan effesiensi kerja
Setiap kerja mengetahui spesifikasi jabatan dan deskripsi jabatan yang
apabila di kaji dengan standar untuk kerja dan volume pekerjaan akan
di peroleh suatu jam kerja yang efesien dan efektif. Oleh karena itu,
telah diadakan berbagai upaya pengurangan jam kerja untuk waktu
istirahat dan libur sebagai konfensasinya.
• Sistem shift yang didukung oleh upah shift
Contoh sistem ini adalah pengaturan waktu senggang pada pekerja di
sector yang memakai alat-alat ketik,optic,alat yang mengandung
radio aktif,bidang kontruksi, pengamatan dan sebagainya.
Organisasi sebaiknya mengatur hal-hal tersebut dalam kesepakatan
kerja bersama berdasar peraturanan organisasi sehingga mutu dan
kemampuan fisik pekerja dapat terjamin.biasanya pengaturan jam
kerja yang efesien diikuti dengan tingkat upah yang berbeda menurut
jenis pekerjaannya.
• Kenyamanan kerja
Kenyaman kerja perlu diupayakan di semua sector mengingat jenis
pekerjaan di setiap sector masing-masing memiliki kerawanan yang
berbeda-beda, Contoh :
– Komunikasi menggunakan bahasa asing dan label dalam bahasa
asing yang dapat disalah tafsirkan.
– Perbedaan model instrumen dan alat pengamanan yang tidak
sesuai dengan kondisi fisik bangsa tertentu. Misalnya, alat
pengaman untuk orang eropa belum tentu cocok bila digunakan
oleh orang asia dan fisiknya cenderung lebih kecil.
– Perbedaan secarainterior ingkungan kerja, Interior sangat
mempengaruhi kejiwaan karyawan,terutama dalam hal warna,luas
ruangan,desain,dan sebagainya.orang eropa menyukai warna
cerah, sedangkan orang asia menyukai warna kuning,emas,dan
merah ( terutama etnis china ). Hal ini berpengaruh pada daya
tahan mata tentu saja akan mempengaruhi produktivitas.
– Budaya dalam produktivitas. Sebagai contoh, orang Indonesia
lebih menyukai atasan dari kultur yang mayoritas sama dengan
bawahan. Hal ini berpengaruh pada kelancaran komunikasi antara
atasn-bawahan.

• Keamanan Kerja

Keamanan dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai dengan adanya


kesempurnaan dalam lingkungan kerja, alat kerja, dan bahan kerja
yang di kendalikan oleh sebuah sistem manajemen yang baik.

Rasa keamanan dalam bekerja menjadi hal yang sangat vital bagi
pekerja untuk memperbarui motivasi dalam menjalankan
pekerjaan,Sebagai Contoh :

– Terdapat alat-alat berat dan beresiko,terutama pada industry yang


rawan bahaya.
– Bahan baku yang menyebar partikel penyakit.
– Olahan limbah yang tidak terencana dengan baik sehingga
mengakibatkan hal yang fatal bagi lingkungan sekitar.
– Penerapan sistem manajemen yang dapat mempengaruhi sistem
kerja.

• Keselamatan dan kesehatan kerja gaya baru (K3GB)

Pola K3 pada masa lau masih bersifat konvensional dan pasif


terhadap teknologi. Jadi teknologi industry diciptakan terlebi
dahulu, baru disusul dengan teknologi keselamatan dan kesehatan
kerja. Dukungan kerja K3 pada peralatan yang ada bersifat
suplemen sehingga aktifitas K3 cenderung lamban dalam
mengikuti suatu teknologi baru.

Dalam K3GB ini setiap teknologi harus merupakan paket utuh


(built-in) dengan teknologi yang dipakai dalam semua sector.
Contohnya, pabrik gelas belum berfikir untuk membuat penutup
gelas sehingga dalam upaya ekstensifikasi usaha dibuatlah gelas
plus tutup yang serasi yang merupakan paket utuh. Oleh karena
itu, paket utuh tersebut dirancang dari awal sehingga keselamatan
dan kesehatan kerja dapat terjamin. Bagi Negara yang belum
banyak menerapkan ternologi tersebut, hal-hal berikut dapat
dijadikan pedoman yang nantinya akan disepakati.

– Kontrubusi biaya sebesar 0,5%-1% dari biaya produksi

Biaya dalam paketbyang utuh (built-in) antara teknologi


canggih dan teknologi K3 merupakan perpaduan dalam biaya
produksi yang menjamin peningkat mutu barang sebesar 0,5%
untuk teknologi sederhana dan 1% untuk teknologi yang mahal.
Kontrubusi biaya tersebut digunakan untuk pengujian dan
pemeriksaan, baik di laboratorium ataupun uji coba teknologi.
Biaya 0,5% dan 1% dari biaya produksi digunakan untuk
memperluas aktivitas penelitian dan pengembangan untuk
mencegah kecelakaan kerja. Seperti kasus pada Bhopal Unit
Carbides India yang harus mengeluarkan $447 Juta untuk
kecelakaan kerja dan kerugian yang dialami.

– Teknologi K3 yang teruji

Syarat dan K3GB adalah ditandai oleh teknologi K3 yang teruji


seperti :
a. Penggunaan bahan label menurut waktu.
b. Daya kerja suatu instrumen yang terkrndali.
c. Penempatan instrument pada tempat yang aman.
d. Keterampilan kerja telah teruji.
e. Menetapkan standar kerja baru.
f. Asuransi bagi pekerja.
2.6. Kebijaksanaan Terhadap Perlindungan Tenaga Kerja

1. Budayakan K3 melalui pendidikan formal dengan rancangan kurikulum


dengan menampilkan simulasi program K3 yang lebih menarik dan
menimbulkan etos kerja dan partisipasi.
2. Mempersiapkan tenaga ahli K3 di semua sektor perusahaan.
3. Memperkenalkan konsep K3GB lewat sistem built-in.
4. Perlu adanya pendelegasian wewenang tentang teknologi perlindungan
K3 dan dikoordinasi departemen tenaga kerja.
5. Teknologi perlindungan K3 dapat menciptakan lapangan kerja baru.
6. Membuat standarisasi baru dengan tambahan komponen K3.
7. Meningkatkan pengawasan mutu melalui uji coba teknologi.
8. Perlu ada tinjauan untuk selalu memperbarui konsep K3 dalam periode
pertama.

2.7. Kesejahteraan Tenaga Kerja

Secara prinsip, kesejahteraan para karyawan bukan saja terletak dari tingkat
pendapatan (upah) yang diberikan pihak organisasi, akan tetapi faktor-faktor
laiinnya pun cukup berperan penting, seperti perhatian dari pengusaha
terhadap kesehatan dan jaminan keselamatan kerja.
Kesegaran jasmani dan rohani adalah merupakan faktor penunjang untuk
meningkatkan produktivitas seseorang dalam bekerja. Kesegaran tersebut
dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja
bahkan sampai setelah bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani tidak saja
pencerminan kesehatan fisik dan mentak, tetapi juga gambaran adanya
keserasian dan keselarasan antara seseorang dengan pekerjaannya, yang
sangat dipengaruhi oleh kemamampuan pengalaman , pendidikan dan
pengetahuan yang dimilikinya.
Tingkat gizi, terutama bagi parah buruh kasar dan berat, adalah faktor
penentu derajat produktivitas kerjannya. Makanan yang bergizi dan sehat
bagi pekerja berat ibarat mesin untuk kendaraan bermotor. Pekerja berat
yang tentu saja memiliki beban kerja yang terlalu berat biasanya akan
mengalami penurunan berat badan. Manusia dan beban kerja serta faktor-
faktor dalam lingkugan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Kesatuan seperti itu dinamakan roda keseimbangan dinamis.
Apabila keseimbangan ini tidak menguntungkan, akan terjadi keadaan labil
yang menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit cacat, dan bahkan
kematian.
Untuk mencegah gangguan kesehatan dan daya kerja, ada beberapa usaha
yang dapat dilakukan agar karyawan tetap produktif dan mendapatkan
perlindungan keselamatan keerja, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Periksa kesehatan calon
karyawan untuk mengetahui calon pekerja tersebut serasi dengan
pekerjaan yang akan diberikan kepadanya, baik fisik, maupun
mentalnya.
2. Pemeriksaan dan kesehatan berkala untuk evaluasi. Apakah faktor-
faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan-gangguan atau
kelainan-kelainan kepada tubuh karyawan atau tidak.
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada karyawan
secara continue. Itu penting agar mereka tetap waspada dalam
menjalankan pekerjaannya.
4. Penerangan dan penjelasan sebelum bekerja, agar para karyawan
mengetahui dan menaati peraturan-peraturan dan lebih berhati-hati.
5. Pakaian pelindung, misalnya masker, kaca mata, sarung tangan,
sepatu, topi pakaian kerja dan sebagainya.
6. Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses produksi dalam
memperoleh yang membahayakan karyawan, misalnya mengisolasi
mesin yang sangat berisik agar tidak menjadi mengganggu kinerja
pekerja lain. Contoh lain adalah isolasi pencampuran bensin dengan
tetra-etil- timah hitam.
7. Ventilasi setempat (local exhauster), ialah alat untuk menghisap
udara suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari suatu tempat
dihisap dan dialirkan keluar.
8. Subsitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan
yang kurang bahaya atau tidak berhaya sama sekali, misalnya
Carbontetrachlorida diganti dengan trichlor etilen.
9. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut
perhitungan kedalam ruang kerja. Hal tersebut bertujuan agar kadar
dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini bisa
lebih rendah hingga mencapai nilai ambang batas (NAB).

Dengan berbagai langkah tersebut, diharapkan kesehatan dan keselamatan


karyawan akan lebih terjamin dan kecelakaan kerja dapat dihindarkan. Inilah
kesejahteraan tenaga kerja.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis
dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak
terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua
pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri,
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu
kehidupan dan produktivitas nasional.

3.2. Saran
Disarankan untuk para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan
dengan materi makalah ini agar mendapat pengetahuan yang lebih dari ini.
Daftar Pustaka

✓ http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/08/makalah-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja.html
✓ Hj. Ike Kusdyah Rachmawati,SE,MM.2008.Manajemen Sumber Daya
Manusia.Yogyakarta.Andi

Anda mungkin juga menyukai