Anda di halaman 1dari 89

KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA

(K3)
“ Rangkuman Materi K3 “

Oleh:
NEFA PRAZASTI
20181014401053

Kelas : 2A

Dosen Pengampu:

Ns. Riris Friandi, M.Kep

Akademi Keperawatan
Bina Insani Sakti Sungai Penuh
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami berkat, rahmat, kesehatan, kesempatan dan kemauan hingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Rangkuman Materi K3”.
Shalawat dan salam tidak lupa kami kirimkan ke junjungan Nabi Muhammad
SAW, Nabi yang telah membawa kita kembali ke jalan Allah SWT hingga kita
dapat menikmati indahnya dunia sekarang ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada BapakNs. Riris Friandi, M.Kep
selaku dosen mata kuliah Keselamatan dan Kesahatan Kerja (K3)yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
mahasiswa. Saran dan kritik sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan
makalah ini.

Sungai Penuh, Juni 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………. I


Daftar isi ………………………………………………………………………...... Ii
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang …………………………………………………………………....... 1
Rumusan Masalah ………………………………………………………………...... 5
Tujuan Penulisan ……………………………………………………………............ 5
Bab II Pembahasan
A. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan,Pencahayaan,APD Dan Penanggulangannya . 7
B. Bahaya Fisik Dilingkungan Tempat Kerja dan Dampaknya Bagi Kesehatan ..... 14
C. Resiko Bahaya Biologi dan Kimia …………………………………................... 43
D. Norma Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja …………………….............. 49
E. Resiko Faktor Psiologis (Penyebab Stess Akibat Kerja, Manajemen Stress dan
57
Perbaikan) …………………………………………………………………...........
Bab III Penutup
Kesimpulan ………………………………………………………........................... 80
Saran ………………………………………………….............................................. 83
Daftar Pustaka …………………………………………………………….......... 84

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pengembangan usaha,


sehingga mereka harus mendapatkan perlindungan keselamatan kerja dari
perusahaan. Selain itu, untuk menunjang terciptanya suasana dan lingkungan
pekerjaan yang aman dan sehat, perusahaan harus melaksanakan beberapa
program untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap tempat kerja selalu mengandung
berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau
dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala
sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera,
sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan
dengan proses dan sistem kerja.

            Lingkungan kerja beserta semua faktor-faktornya dapat merugikan


kesehatan pekerja apabila tidak dikelolah dengan baik. Penyakit akibat kerja
timbul karena pekerja terpapar pada lingkungan kerja yang mengandung
bermacam-macam bahaya kesehatan baik yang bersifat kimia, fisik, biologi,
fisiologi dan mental psikologi.

            Bahaya tidak hanya berhenti pada satu tempat saja, bahaya akan muncul
dimana dan kapan saja. Identifikasi bahaya, pemeliharaan dan pemantauan
terhadap lingkungan/kesehatan kerja harus dilaksanakan secara terus-menerus
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

            Keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja merupakan satu kesatuan


yang saling berkaitan, sehingga dalam prakteknya, ketiga komponen tersebut
harus sinergi dan terpadu.

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah


menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan.Artinya peralatan
dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan

1
produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi
dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang
mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko
yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan
cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan
ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya


dengan pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk
menurunkan stress yang akan dihadapi.

Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan


dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi
menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”,
sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia
dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya.

Tindakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat


kerjatidak harus mahal. Namun, seperti perbaikan dalam operasional atau
penjualan, hal itu perlu dilakukan sebagai komitmen jangka panjang oleh para
pekerja, manajer dan perwakilan mereka. Hal ini tidak bisa hanya ditangani dalam
seminggu sebelum inspeksi pabrik atau kunjungan oleh Pengawasan
Ketenagakerjaan. Juga tidak bisa diabaikan begitu saja karena resesi. Pencegahan
gangguan kesehatan kerja yang terkait cedera, sakit dan kematian adalah bagian
kontinuitas dari hari-hari kegiatan usaha.

2
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan
sesuatu yangdapat menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi
pajanan(“exposure”) yang berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan
penyakityang disebabkan oleh pajanan suatu sumber bahaya di tempat kerja.

Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal dari


lingkungan kerja antara lain faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor
ergonomis dan faktor psikologi. Bahaya faktor-faktor tersebut akan dibahas secara
rinci lebih lanjut di bawah ini antara lain kimia, fisik, biologi dan ergonomis.
Sedangkan faktor psikologi dibahas dalam kategori D.

Pemanfaatan Ketel Uap demikian luas di Indonesia antara lain di sektor industri,
pariwisata dan pelayanan kesehatan, namun pada pemakaiannya mengandung
potensi bahaya ( high risk) apabila tidak memenuhi standar atau syarat-syarat
safety yang berlaku.

Dengan tekanan dan temperatur uap yang demikian tinggi didalam Ketel
Uap, maka berarti pada setiap pengoperasian Ketel Uap terdapat potensi bahaya
yang apabila Ketel Uap tersebut pecah akan dapat mengakibatkan kerusakan
bangunan perusahaan dan korban jiwa.

Peristiwa meledaknya suatu Ketel Uap telah terjadi beberapa kali di


Indonesia, antara lain Ketel Uap bertekanan kerja 3 Kg/Cm2 pada salah satu
pabrik tahu di wilayah Binjai - Sumatera Utara yang mengakibatkan seorang
tewas ditempat dan beberapa orang lainnya luka-luka serta bangunan pabrik
runtuh,  Ketel Uap bertekanan kerja 3 Kg/Cm2 pada salah satu Pabrik Mihuen di
Deli Serdang - Sumatera Utara yang mengakibatkan seorang pekerja luka-luka,
beberapa rumah penduduk sekitarnya rusak serta bangunan pabrik runtuh. Kedua
unit Ketel Uap tersebut diatas dioperasikan dengan tanpa memiliki Akte Izin dari
Pemerintah,  pekerja yang mengoperasikannya belum terlatih terbukti belum
memiliki Sertifkat operator Pesawat Uap dari Pemerintah, yang berarti
pemakaiannya tidak mematuhi Peraturan Perundang-undangan di bidang K3 yang
berlaku.

3
Ketel atau pesawat uap dan bejana tekan merupakan peralatan yang
mempunya resiko sangat tinggi, apabila tidak dilakukan pemeliharaan dan
pemeriksaan secara teratur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pemerintah telah menetapkan syarat-syarat keselamatan kerja terhadap


pengunaan ketel uap dan pesawat uap serta bejana tekan. Oleh sebab itu
perusahaan harus mentaati peraturan/persyaratan yang sudah ditetapkan dan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja dalam penggunaan ketel uap dan
bejana tekan tersebut. Dengan ditetapkan dan dilaksanakannya peraturan K3
dalam perusahaan diharapkan dapat mengurangi resiko kecelakaan yang akan
terjadi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang


mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya
saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar
yang penat juga akan dapat menyebabkan sters dalam bekerja.Banyak orang yang
tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya padahal
apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat
mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami
stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus
stabil agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta
kondisi yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik
lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga
stres dapat dicegah.
Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi
pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari
pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang
mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik.disinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap
kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan

4
dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa resiko bahaya fisik kebisingan ?


b. Apa resiko bahaya fisik pencahayaan ?
c. Apa resiko bahaya fisik APD ?
d. Bagaimana cara penanggulangan resiko bahaya fisik ?
e. Apa resiko bahaya kimia dan biologi ?
f. Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?
g. Apa saja jenis-jenis stres?
h. Seperti apa model stres tersebut?
i. Apa saja moderator stres?
j. Apa saja gejala stres dan dampaknya?
k. Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
a. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui apa resiko dan bahaya
fisik kebisingan,pencahayaan,APD dan bagaimana penanggulangannya
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui bahaya fisik kebisingan
b. Mampu mengetahui bahay fisik pencahayaan
c. Mampu mengetahui resiko bahaya fisik APD
d. Mampu mengetahui cara penanggulangan resiko bahaya fisik
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan
kerja dan dampaknya terhadap kesehatan.
f. Mahsiswa memahami dan mampu menjelaskan ergonomic dan faal
kerja

5
g. Untuk mengetahui bagaimana konsep tentang resiko bahaya kimia dan
biologi
h. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
i. Untuk memehami mengenai jenis-jenis stres.
j. Untuk mengetahui moderator stres.
k. Agar kita menegtahui apa saja gejala stres dan dampak yang dapat
ditimbulkan oleh stres tersebut.
l. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan,Pencahayaan,APD Dan


Penanggulangannya.
A. Pengertian

Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-


gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.

Bahaya fisik  berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari
kemampuan diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari
alat-alat kerja yang ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang
dapat berasal dari penggunaan alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las,
bahkan suara knalpot yang sudah dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik),
sehingga nantinya pekerja tersebut berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat
berasal dari benda bergetaran tinggi seperti mesin pembolong jalan, truk-truk
besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan pada pria, rusaknya jaringan
syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan non-ion, suhu
ekstrim, dan sebagainya.

B. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain :
jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi,


turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga
kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu

7
tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli
permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh :
Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

C. Resiko Bahaya Fisik Pencahayaan


a) Tujuan pencahayaan : Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam
melaksanakan pekerjaan dan memberi lingkungan kerja yang
aman,terutama di ruang operasi kita sangat membutuhkan
pencahayaan untuk melakukan tindakan operasi.
b) Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah,
sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan
kecelakaan.
c) Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat
kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan
housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.
D. Resiko Bahaya Fisik APD

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Peralatan pelindung diri disesuaikan


dengan jenis pekerjaan, lingkungan, dan tingkat risiko. Umumnya peralatan
pelindung diri mencakup alat pelindung pernapasan, pakaian pelindung, alas kaki,
peralatan untuk melindungi wajah, mata, dan tangan. Adanya tindakan
pencegahan dan pemakaian alat pelindung diri, diharapkan menjadi langkah yang
efektif untuk mengendalikan kecelakaan kerja.

APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai


bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang
disekitarnya. Alat pelindung diri meliputi:

8
 Alat Pelindung Kepala

 Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda-


benda yang dapat melukai kepala.

 Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari


paparan partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda
panas ataupun uap panas.

 Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan


ataupun tekanan.

 Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan


saat berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.

 Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan


bahan kimia, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas,
benturan atau pukulan benda keras dan tajam.

9
 Alat Pelindung Tubuh

 Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia


dan suhu panas.

 Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah


terjadinya kontak atau kecelakaan yang bisa dialami oleh rekan kerja
keluarga pekerja konsumen.

 Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi rekan kerja


keluarga dari hal-hal yang membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko
terluka dan juga digunakan sebagai identitas pekerja

 Alat Pelindung Anggota Tubuh

 Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan


tangan dari api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik,
bahan kimia, benturan, pukulan, dan goresan benda tajam.

 Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat


transportasi serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.

 Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk


melindungi kaki dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya
ataupun permukaan licin.

Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan


pekerjaan pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan
material,tahap persiapan, tahap pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan
tahap pekerjaan plumbing, mekanikal dan elektrikal.  Setiap risikopada tahapan
pekerjaan tersebut harus dinilai untuk mendapatkan penanganan/pengendalian
risiko secara proposional dengan mempertimbangkan faktor biaya dan efektifitas.
Untuk itu diperlukan manajemen risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya

10
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan
manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen risiko yang terstruktur
dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.

Dalam menerapkan Manajemen Risiko K3, ada beberapa tahapan/langkah yang


perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar proses Manajemen Risiko K3 dapat
berjalan dengan tepat dan sesuai. Tahapan yang perlu dilakukan dalam
menerapkan Manajemen Risiko K3 adalah :

 Menentukan Konteks dan Tujuan (Establish Goals and Context )

Tahap identifikasi hubungan antara organisasi/perusahaan dan lingkungan


disekitarnya sesuai visi dan misi, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan,
kesempatan dan kendala yang ada.

 Penilaian Risiko

Penilaian risiko yaitu proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-
prose teknis yang memiliki risko untuk meningkatkan kemungkinan dalam
mencapai sasaran biaya, kinerja/performance dan waktu penyelesaian kegiatan

 Identifikasi risiko (Identify risk) Adalah proses peninjauan area-area dan


proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial yang akan dikelola. 
 Analisa risiko (Analyse risk) Adalah proses menilai risiko yang telah
teridentifikasi menggunakan matrix risiko untuk menentukan besarnya
risiko. (risk = likelihood x consequences)
 Evaluasi risiko ( Evaluate the risk) Adalah proses penilaian risiko untuk
menentukan apakah risiko yang terjadi dapat diterima atau tidak dapat
diterima.
 Pengendalian risiko ( Treats the risk)

11
Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatifpengendalian risiko,
dengan cara menghindari risiko, mengurangi frekuensi terjadinya risiko,
mengurangi konsekuensi dari terjadinya risiko, mentransfer risiko secara penuh
atau sebagian kepada pihak lain yang lebih berkompeten menangani risiko
tersebut dan mempertahankan risiko.

 Pemantauan dan Telaah Ulang (Monitor and Review)

Adalah proses evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan
risiko yang telah dilakukan dan sebagai dasar dalam penyusunan strategi
penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

Identifikasi risiko merupakan upaya sistimatis untuk mengetahui adanya risiko


dalam aktivitas organisasi. Lalu untuk menganalisa risiko mengunakan analisa
kualitatif untuk memberikan gambaran tentang tingkat risiko, dengan
menggunakan skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko
yang akan diidentifikasi.

Setelah di analisa selanjutnya di evaluasi. Suatu risiko akan memberikan makna


yang jelas bagi stakeholders jika diketahui apakah risiko tersebut signifikan bagi
kelangsungan bisnis. Sehingga diperlukan tindak lanjut dari penilaian risiko untuk
menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak dan menentukan
prioritas pengendalian risiko.Setelah dilakukannya evaluasi risiko, selanjutnya
dilakukan pengendalian risiko. Pengendalian adalah proses, pengaturan, alat,
pelaksanaan atau tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau
meningkatkan peluang positif (AS/NZS 4360:2004). Proses pengendalian risiko
yang terjadi menurut AS/NZS 4360: 2004 adalah sebagai berikut:

 Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risko dapat ditentukan apakah suatu
risiko dapat diterima atau tidak. Pengendalian lebih lanjut tidak dilakukan
jika risiko dapat diterima (Generally Acceptable)

 Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko yang dapat di toleransi


(Tollerable) maka risiko dapat dikendalikan menggunakan konsep ALARP.

12
Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima toleransi (Generally
Unacceptable) maka perlu dilakukan pengendalian lebih lanjut.
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu:

o Hindari risiko (avoid risk)

o Pengurangan Probabilitas (reduce probability)

o Pengurangan Konsekuensi (reduce consequence)

o Transfer risiko (risk transfer)

Pada prinsipnya kecelakaan bisa kita cegah, dengan melakukan tindakan


preventif dan berpedoman pada prinsip zero accident. Mematuhi segala peraturan,
perundangan dan kebijakan yang menyangkut K3.Dengan mengacu kesimpulan
diatas maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

 Melakukan pelatihan yang berkaitan dengan risiko K3 kepada setiap tenaga


kerja.
 Memberlakukan sistim shift dan memberikan hari libur kepada pekerja
secara bergantian.
 Mengendalikan lingkungan kerja yang berbahaya dan memiliki risiko tinggi
dan terhadap peluang terjadinya risiko K3

E. Pengendalian Risiko K3

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam


keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam
meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah atau
sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian risiko dilakukan
melalui:

a) Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan


sumber bahaya (hazard).

13
b) Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c) Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa
teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d) Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan
pembuatan prosedur,
aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan
seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan,
penyimpanan dan pelabelan.
e) Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan
alat diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall, kacamata
keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan.

B. Bahaya Fisik Dilingkungan Tempat Kerja dan Dampaknya Bagi


Kesehatan
a. Pengertian Tempat Kerja

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1


menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut

b. Potensi Bahaya Di Tempat Kerja

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja., Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau

14
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja.

a.       Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan


kerugian kepada:

1)      manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap


pekerjaan,

2)      properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin.

3)      lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar


perusahaan,

4)      kualitas produk barang dan jasa.

5)      nama baik perusahaan.

b.       Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk


mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan
untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan
penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain
:

1)      faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.

2)      faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan
baku, baik produk antara maupun hasil akhir.

3)      faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama


apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

15
c.       Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut

1.      Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan


gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas
penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.

2.      Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact
(melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja
sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi
bahaya debu, gas, uap.asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke
dalam tubuh.

3.      Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau


ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal
dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari
bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.

4.      Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta
peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan
kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan
pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.

5.      Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau


ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen

16
atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara
individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

6.      Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta

c. Sifat Bahaya Dilingkungan Kerja

a.       Bahaya yang Bersifat Fisik

Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang
penerangan getaranyang berlebihanradiasi dan sebagainya, Keadaan tempat
kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelahm karena
kehilangan cairan dan gamram, Bila panas dai lingkngan ini berlebihan suhu
tubuh akan meningkat yang menimbulkan gangguan keseatan, pada keadaan
berat sudu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian,
keadaaan yang terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit
sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya.

Kebisingan mengganggu kosentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir,


Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penuruanan sifat
pernmanen, niali ambang batas kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang
bekerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang kurang


memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan mata akan
menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan
mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyenabaan
keseakaan, untuk pengatuarn intesitas pencahaan telah diatur dalam peraturan
mendteri perburuan no 7 tahun 1964.

17
Getaran yang berlebihan menyebabka berbahai penyakit pada pembuluh darah
syaraf sendiri dan tulang punggung, Sedang radiasi panas akan menyebabkan
suhu tuuh meningkat dan akibatnya sama dengan ruang kerja yang panas,
selain itu terdapat berbagai radiasi seperti radiasi dari bahan radiokatf, radiasi
sinar dan riasi gelombang mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit
pada karyawan.

d. Macam-Macam Bahaya Fisik

a.       Kebisingan

Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk di tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui
telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin
ketik / komputer, mesin cetak, dan sebagainya.Namun sering bunyi-bunyi
tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan,
misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas
pendengaran, dan sebagainya.Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki
inilah yang sering disebut bising atau kebisingan.

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki


yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan
seseorang maupun suatu populasi.

Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan


intensitasnya.Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang
disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga
setiap detiknya.Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah
gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus
energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang
disebut desibel ( DB ). Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau
desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak.Dari ukuran-
ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita
dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.

18
Skala Intensitas KebisinganSkala Intensitas Desibel Batas Dengar
Tertinggi

no Sumber  Skala DB batas


dengar tertinggi 

1.        Halilintar  120 DB 

2.        Meriam  110 DB

3.        Mesin Uap  100 DB 

4.        Jalan yang ramai  90 DB

5.        Pluit  80 DB

6.        Kantor Gaduh  70 DB

7.        Radio  60 DB

8.        Rumah Gaduh  50 DB

9.        Kantor pada umumnya  40 DB

10.    Rumah Tenang  30 DB

11.    Kantor perorangan  20 DB

12.    Sangat tenang , Suara daun 10 DB


jatuh, Tetesan air 

19
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi,dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek
akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya
mengganggu job performance tenaga kerja.Pajanan kebisingan yang tinggi
(biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang
bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja
yang paling banyak di klaim .Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan


kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising
dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh
sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin
diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat)
telinga guna mencegah gangguan pendengaran.Disamping itu kebisingan juga
dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa
pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang
teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah
komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.
Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat
lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah
keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di
kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh
kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi
pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya
menurunkan produktivitas kerja.

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin
dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber
getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan
proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25
dB.Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh
pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya.Untuk itu

20
penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi
kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.

b.      Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:


frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus
atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting
dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan
“powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang
dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white
fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi
efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.Contoh : Loaders, forklift truck,
pneumatic tools, chain saws.

c.        Radiasi Non Mengion

Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation,


inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) .

1.      Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.

2.      Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.

3.      Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.

Contoh :

·         Radiasi ultraviolet : pengelasan.

·         Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran

·         Laser : komunikasi, pembedahan

d.      Pencahayaan atau Penerangan ( Illuminasi )

21
Tujuan pencahayaan :

1.      Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan

2.      Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit
kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.
Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja,
produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping,
kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah


beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga
menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan
kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu
cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan


orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau
umur pekerja juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya
objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus
lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik
mobil.Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya
penglihatannya semakin berkurang.Orang yang sudah tua dalam menangkap
objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada
orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan
kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau
pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala
(pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya
konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan
memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar

22
ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi
penglihatan rangkap atau kabur.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup


dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut :

Ø  Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan


latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja
harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.

Ø  Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat


kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan
dengan lampu-lampu tersendiri.

Ø  Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing


tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak
diberikan tugas di malam hari.Disamping akibat-akibat pencahayaan yang
kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang
maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila
pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan
bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.

Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :

a.       Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.

b.      Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa


sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

c.       Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka


jendela yang langsung memasukkan sinar matahari

d.      Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.

23
e.       Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan
suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

Ø  Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

Ø  Kelemahan mental

Ø  Kerusakan alat penglihatan (mata).

Ø  Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan


bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :

Ø  Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu


masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.

Ø  Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus


cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila
cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan
penerangan lampu yang cukup.

Ø  Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak


melebihi 32 derajat celsius).

Ø  Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang


yang mengganggu kerja.

Ø  Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan


menyebar serta tidak berkedip-kedip.

e.        Bau-Bauan

24
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja Yang
dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-
bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan
kerja.Selanjutnya bau-bauan ini dapat mengganggu kesehatan dan
produktivitas kerja.Bau-bauan sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara
yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi higiene pada
umumnya.

Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan


kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif.Hal ini
disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak
biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh
tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh
tersebut. Orang yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-
mula merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau
tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut
penyesuaian penciuman.Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam
lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan
kelelahan penciuman.Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera
penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara
terus-menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas.

Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu


mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar.
Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari
bangkai binatang.Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor
psikologis sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan
sebagainya. Orang yang sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress,
ia tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang
yang tidak dalam keadaan tegang.

Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara.Pada


kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah

25
atau diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman. Pengendalian
bau-bauan di lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :

1.   Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil


alkohol menjadi butarat dan asam butarat.

2.   Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat


yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing.
Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.

3.   Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-


bauan yang tidak enak.

4.   Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat


yang berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan
pengharum ruangan.

5.   Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan


ruangan juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak
enak) di tempat kerja.

B.     ERGONOMI DAN FAAL KERJA

1.      Tingkat Beban Kerja

Jantung merupakan alat yang sangat penting bagi bekerja.Alat tsersebut


merupakan pompa darah kepada otot-otot, sehingga zat yang diperlukan dapat
diberikan kepada dan zat-zat sampah dapat diambil dari otot.Jantung bekerja
diluar kemauan dan memiliki kemampuan-kemampuan secara khusus.A1at itu
memompa darah arteri ke jaringan-jaringan, termasuk otot dan darah vena ke
paru-paru.Suatu denyut jantung merupakan suatu volume denyutan (stroke
volume) darah arteri.Dengan sejumlah denyutan tiap menitnya, maka jantung
memompakan sejumlah darah arteri yang cukup untuk keperluan
bekerja.Dengan kegiatan tubuh yang meningkat, jantung harus memompakan
darah lebih banyak, berarti jumlah denyutan bertambah.Denyutan jantung
dapat diukur dari denyutan nadi.Dengan bekerja, mula-mula nadi bertambah,

26
tetapi kemudian menetap sesuai dengan kebutuhan dan setelah berhenti
bekerja, nadi berangsur kembali kepada normal.Jantung yang baik sanggup
rneningkatkan jumlah denyutannya dan normal kembaIi sesudah kegiatan
dihentikan.

Jumlah denyutan jantung merupakan petunjuk besar-kecilnya beban kerja.


Pada pekerjaan sangat ringan denyut jantung adalah kurang dari 75, pekerjaan
ringan diantara 75 - 100, agak berat 100 - 125, berat 125 - 150, sangat berat
150 - 175 dan luar biasa berat lebih dari 175/menit.Maksimum denyut nadi
orang muda adalah 200/menit,sedangkan mereka yang berusia 40 tahun keatas
170/menit. Jantung yang sehat dalam 15 menit sesudah kerja akan bekerja
normal kembali seperti sebelumnya.

Denyut jantung masih dipengaruhi oleh keadaan cuaca kerja, reaksi psikis
dan psikologis, keadaan sakit dan lain-lain.

Salah satu keperluan utarna otot untuk pekerjaannya adalah zat asam, yang
dibawa oleh darah arteri kepada otot untuk pembakaran zat dan menghasilkan
energi.Maka dari itu, jumlah O2yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja
merupakan salah satu petunjuk pula dari beban kerja.Sebagaimana diketahui
O2 diambil oleh kapiler darah didalam paru-paru, kemudian masuk da1am
darah balik dari paru-paru yang kaya zat asam. Maka keadaan dari paru-pam
dan alat pernafasan akan berpengaruh pula kepada pengembalian O2  ini oleh
tubuh.

Untuk bekerja perlu energi hasil pembakaran.Semakin berat bekerja,


semakin besar tenaga yang diperlukan.Dalam hubungan ini jumlah kalori
merupakan juga petunjuk besarnya beban pekerjaan.TimbuInya panas dari
tubuh sejalan dengan kenaikan suhu badan, terutama suhu rectal, dan usaha-
usaha tubuh untuk mengeluarkan panas akibat metabolisme.Sebagai akibat
terakhir ini, kecepatan penguapan lewat keringat juga merupakan indikator
beban fisiologis dari badan.Namun indikator-indikator ini masih dipengaruhi
pula oleh keadaan cuaca kerja.

27
Beban kerja fisiologis dapat didekati dan banyaknya O2 yang digunakan
tubuh, jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan
kecepatan penguapan lewat berkeringat.Beban kerja ini menentukan berapa
lama seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya.Makin besar
beban, makin pendek waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau
gangguan.

Hati dan otot adalah tempat penimbunan bahan bakar (gIikogen). Dalam
keadaan otot kekurangan bahan bakar, penimbunan dari hati akan dimobilisir
ke otot. Usus adalah tempat penyerapan dari bahan-bahan bakar ini.

Ginjal tidak kalah pentingnya, oleh karena merupakan alat pertukaran zat bagi
bahan-bahan terlarut.Ginjal sangat baik terutama diperlukan pada pekerjaan
dengan cuaca kerja panas.

Selain faktor beban kerja dan pera1atan di dalam tubuh, faktor waktu dan
factor-fakttor lingkungan sangat berpengaruh kepada faa1 kerja.Waktu
mungkin da1am lamanya, tetapi juga dalam periodisitasnya.lamanya bekerja
tergantung dari kemampuan seorang tenaga kerja, beban kerja dan lingkungan.
Sedangkan periodisi tas ada1ah sehubungan dengan irama-irama biologis,
yaitu perubahan-perubahan faa1 yang datang dan hilang secara bergelombang.
Periodisitas demikian banyak  dipelajari da1am I/mu
Kronobiologi atau Bioperiodisitas.

2.      Ergonomi

Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos
(peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda,
seperti "Arbeitswissenschaft" di Jerman, "Bioteknologi" di negara-negara
Skandinavia; "Human Engineering", "Human Factors Engineering" atau
"Personnel Research" di Amerika Utara. Ergonomi adalah pengetrapan ilmu-
ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu tehnik  dan
tehnologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain  secara optimal dari

28
manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan
efftisiensi dan kesejah teraan kerja.

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan iImu seperti


antropologi, biometrika, faa1 kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja,
perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan
utamanya ada1ahperencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata
kerja dan peralatannya.Dalam ha1 ini, diperlukan kerja-sama diantara peneliti
dan tehnisi serta ahlitentang pemakaian alat-alat dengan pengukuran,
pencatatan dan pengujiannya.

Perbaikan kondisi-kondisi kerja buruk dan tanpa perencanaan biasanya


maha1, maka usaha sebaiknya dimulai dari perencanaan oleh suatu team
ergonomi yang memungkinkan proses, mesin-mesin dan hasil produksi yang
memenuhi persyaratan. Ergonomi dapat diterapkan pada semua tingkatan dari
lokal sampai kepada nasiona1.Secara lokal dapat dimulai dengan inisiatif
dokter perusahaan, kepala personalia, pengusaha, dan lain-lain yang mencoba
upaya sendiri atau dengan memanggil penasehat dari luar.Pelayanan dapat
diberikan oleh lembaga.lembaga khusus atau universitas. Oleh Pemerintah,
pengetrapan ergonomi dapat dibina melalui peraturan-peraturan, standard-
standard, dan spesifikasi resmi.

Program ergonomi meliputi penentuan problematik, percobaan untuk


peme.cahan, pengetrapan hasil percobaan dan pembuktian effektivitas. Da1am
praktek, sering pendekatan mela1ui "trial dan error". Penentuan problematik
dilakukandengan melihat gejala-gejala seperti absenteisme, ganti-ganti kerja
dan lain-lain yang rnungkin merupakan akibat dari beban kerja yang
berlebihan, organisasi kerja yang tidak baik, kesulitan melakukan latihan
kerja,sebagai pencerminan buruknya design peralatan dan cara kerja.
Kemudian diadakan ana1isa pekerjaan, pera1atan dan bahan, yang
meliputi juga"time and motion study", observasi langsung atau te1emetris dari
parameter fisiologi, analisa bahaya-bahaya, proses produksi, model-model dan
lain-lain. Atas dasar penemuan, diadakan usaha-usaha perbaikan, yang
hasilnya tercermin.

29
Ergonomi mempunyai peranan penting dalam industrialisasi. Mekanisasi
dan automasi tidak saja terjadi pada industri, tetapi juga pada pertanian dan
pekerjaan administrasi, maka timbullah permasalahan sebagai berikut:

Ergonomi dapat mengurangi beban kerja.Dengan eva1uasi fisiologis,


psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan
dianjurkan rnodefikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja
dan beban tambahan.Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan
kerja, tetapi dengan itu produktivitas juga ditingkatkan.Dalam evaluasi
kapasitas dan isi kerja, perhatian terutama perlu diberikan kepada kegiatan
fisik.yaitu intensitas, tempo, Jam kerja dan waktu istirahat, pengaruh keadaan
lingkungan (kelembaban, suhu, gerakan udara, kebisingan, penerangan, warna,
debu dan lain-Iain). data biologis (modefikasi makan dan minum, pemulihan
sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja oleh karena usia) dan
kekhususan-kekhususan pekerjaan (misal getaran mekanis, kerja malam, kerja
bergilir). Tambahan pula, per1u diperhatikan keadaankeadaan setempat seperti
iklim dan keadaan gizi, di daerah panas atau pegunungan.di laut, pada
ketinggian tinggi atau di bawah tanah. Di negara berkembang, soal iklim dan
gizi adalah faktor penting.

Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap


badan.yang berpengaruh kepada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris.
Ilmu tentang gerakan dan sikap badan disebut biomekanika. Seorang tenaga
kerja dikatakan sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari sudut biomekanika,
apabila sikap tubuhnya baik, tenaga kerja dilatih dalam ketrampilan kerja
dengan metoda-metoda kinetika (gerakan-gerakan), tempat duduk adalah
nikmat pegangan-pegangan mesin dan alat mudah dicapai, serta latihan fisik
dilaksanakan waktu kerja atau melalui akitivitas oleh raga.

Bagian semakin penting dari banyak pekerjaan adalah persepsi dan


penafsiran dari tanda-tanda yang memerlukann pengambilan keputusan dan
selanjutnya reaksi Dengan ergonomi, kecepatan persepsi dan pengambilan
keputusan dapat dipermudah.tekanan mental, kelelahan, gangguan
kewaspadaan, gangguan-gangguan faal, Dan  kesalahan-kesalahan dapat

30
dicegah sehingga produktivitas dapal dipelihara. Faktor penting dalam
pendirian ada1ah ambang rasa, kewaspadaan, pembedaan dan penafsiran.HaI
ini dapat berfungsi secara baik, apabi1a tanda-tanda diatur memenuhi
ketentuan-ketentuan tertentu.

Caranya, pertama-tama, dengan mempela.jari bentuk dan penempatan


tanda-tanda, penyajian kwalitas (skala) dan sifat-sifat dari tanda (optik, akustik
atau perabaan). Kedua ada1ah mempelajari kwalitas dan kwantitas dari tanda-
tanda da1am hubungan kemampuan tenaga kerja untuk menafsirkan dan
mengingat tanda tersebut.Mungkin diperlukan modefikasi pengolahan data
secara mekanis atau elektronis, agar pekerja lebih mudah melakukan
pekerjaannya.Sebagai jawaban terhadap suatu tanda, pekerja harus
melaksanakan gerakan-gerakan, yang.perlu diatur, agar pegangan-pegangan
diletakkan secara baik, yaitu'mudah dicapai.dalam arah yang tepat dan sesuai
dengan gaya yang diperlukan.

Ergonomi dapat digunakan dalarn menelaah sistem manusia dan produksi


yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada
tenaga kerja dan yang mana kepada mesin.

3.      Ergometri

Ergometri adalah ilrnu untuk rnengukur kerja. Biasanya ada dua hal yang
ditentukan :

Dalam tubuh, ketika bekerja.tenaga kimia dirubah menjadi tenaga mekanik


dan panas. Untuk hal ini diperIukan O2 sebagai bahan pembakar.Maka dari
itu, banyaknya O2 yang dipakai menjadi petunjuk pemakaian tenaga. Cara
menentukan pemakaian tenaga dengan pengukuran O2 adalah disebut cara
tidak langsung sebenarnya ada usaha secara langsung dengan dasar
kalorimeter, tetapi cara ini hanya dapat dikerjakan di laboralorium yang sangat
khusus. Dari pemakaian 02 jumlah kalori dihitung dengan dasar persamaan
satu liler oksigen = 4,7 - 5,0 kilokal/menit.

31
Untuk menentukan pemakaian tenaga pada pekerjaan sehari-hari, perlu
dilakukan inventarisasi dari kegiatan seluruh hari.yang meliputi tidur, duduk,
berjalan, bekerja, dan sebagainya dan berapa lamarya dari kegiatan-kegiatan
itu. Untuk tiap-tiap kegiatan, kemudian diukur pemakaian O2 atau digunakan
table-tabel tertentu.Yang biasanya ditentukan secara pengukuran adalah
pengerahan tenaga selama bekerja.Sehingga perlu cara-cara pengukuran O2
waktu bekerja.

Cara-cara dan alat-alat yang dipakai adalah :

Hasil pengukuran pengeluaran tenaga menurut kegiatan-kegiatan disajikan


dalam data data atau tabel-tabel.Data-data ini jangan dianggap sebagai suatu
ketetapan fisik, oleh karena data itu merupakan harga rata-rata secara statistik
dari variabel biologis.Tidak terdapat nilai normal yang tungga1, oleh karena
variabilitas manusia sangat besar. Angka-angka tentang pemakaian tenaga
ditentukan oleh populasi yang diselidiki, usia dan pekerjaan.

Kemampuan fisik maksimum terutama diukur dari kemampuan


jantung.Sebenarnya pengukuran kemampuan otot-otot pada umumnya dapat
juga memberikan derajat ketelitian tinggi.

Pemakaian O2 meningkat dengan besamya tenaga dari tubuh yang harus


dikeluarkan, tetapi peningkatan ini ada maksimumnya, yaitu sesudah zat asam
jenuh didarah.Penggunaan O2 maksimum inl menentukan kapasitas aerobik
dari tubuh. Kenyataannya sesudah kadar ini dicapai, tubuh masih juga dapat
bekerja dengan tenaga yang lebih besar ,untuk waktu yang tidak lama, yaitu
dengan metabolisme secara anaerobik (=tanpa O2). Pengukuran kapasitas
aerobic ini sulit dan berbahaya terutama menghadapi orang dengan usia lanjut
dan menderita insufflensi koroner.

Maka dipakailah cara evaluasi tidak langsung dari kapasitas aerobik


sebagai berikut :

Kapasitas aerobik dihitung dari usia, berat badan dan Denyutan jantung
untuk suatu kegiatan submaksimal.

32
Sebagai kegiatan bagi uji fisik adalah:Kapasitas aerobik dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Pada pekerjaan yang sifatnya mengangkat berat badan (seperti
uji naik turun bangku), tenaga yang dibutuhkan proporsionil dengan berat
badan, maka O2 yang dipakai sebaiknya dinyatakan dalam cm3/kg berat
badan.Tidak demikian halnya pada pekerjaan yang harus memindahkan bebas
luar, dalam hal ini lebih baik dinyatakan nilai absolutnya. Denyutan jantung
berkurang menurut usia, hal ini mempengaruhi penafsiran kemampuan
aerobik dalam pekerjaan submaksimal dan nilai yang ditemukan dan
monogram Astrand perlu dikoreksi:

Usia dalam Denyutan Jantung Faktor Koreksi


Tahun maksimum permenit astrand

20-29 195 1,00

30-39 189 0,87

40-49 182 0,78

50-59 170 0,71

60-69 162 0,65

Kapasitas aerobik maksimum dari orang laki-laki berkurang secara tingkat


demi tingkat dari usia 25 - 30 tahun dan pada usia 70 tahun nilainya hanya
setengah dari yang berusia 20 tahun. Pada wanita, puncaknya ditemukan pada
pubertas, tetapi penurunan terjadi kemudian pada menopause.Kapasitas

33
aerobic rata-rata perkilogram berat badan wanita muda adalah 70% dari pada
laki-laki muda.

Pada semua masyarakat, kemampuan aerobik maksimun menunjukkan


perbedaan individuil.Tertinggi ditemukan pada olahragawan terutama pelari
cepat.Pekerjaan berefek tidak sebesar olahraga terhadap kapasitas aerobik;
Pekerjaanpekerjaan terpenting misalnya pemotong kayu.Dalam masyarakat
industri, aktivitas olahraga waktu luang berefek lebih besar dari pada
pekerjaan.

Jika seseorang mulai berlatih, denyut jantungnya pada waktu istirahat dan
kegiatan submaksimal akan menurun beberapa waktu sebagai tanda habituasi.
Latihan yang berat dan lama menyebabkan kenaik.an kemampuan aerobik
kira-kira 10%.

Jika tenaga kerja dikerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat, uji fungsi


kardiovaskuler dapat dipergunakan untuk menentukan kesanggupan tenaga
kerja dalam pekerjaannya.Dari pengalaman, jika pekerjaan dilakukan dengan
35 - 50% kapasitas aerobik maksirnum.tidaklah terjadi kelelahan atau keluhan.
Dengan menggunakan denyutan jantung sebagai indicator,  maka
sebaiknya denyutan jantung para pekerja tidak melebihi 120/menit.

4.      Automasi

Istilah automasi pertama-tama dimajukan oleh Harder dari Ford Motor


Company. Mula-mula konsep automasi Detroit adalah seni penggunaan alat-
alat mekanik untuk mengerjakan potongan bahan pekerjaan ke atau dari alat,
melanjutkan dalam proses seterusnya, memisahkan sisa-sisa dari proses dan
melakukannya secara berurutan menurut waktu sesuai dengan proses
produksi, sehingga sebagian atau keseluruhan dari proses dapat dikendalikan
dengan cara pijit tombol pada tempat strategis. Sesudah itu Diebold
mendefinisikan automasi sebagai penggunaan mesin untuk menjalankan
mesin.

34
Defenisi-defenisi di atas terlalu menonjolkan aspek produktivitas dan
teknologi, sehingga elemen manusia terlupakan. Maka dari itu, automasi harus
diartikan suatu Sistem yang meliputi alat-alat mekanik, peralatan kerja lain
dan manusia yang diperlukan untuk mengerjakan bahan atau keterangan
menjadi suatu produk barang atau jasa yang dikehendaki. Pertimbangan
pertama automasi adalah pengoptimalan produksi oleh manusia dan atau
mesin.

Yang menentukan tingkat automasi adalah perbandingan kwalitatif dan


kwantitatif diantara upaya manusia yang diberikan kepada proses produksi (=
input) dan hasil obyektif dari proses (output) serta pengaruh lingkungan
terhadap hubungan manusia dan proses. Demikian pula hubungan di antara
manusia dan mesin mengenai kemampuan dan limitasi masing-masing
merupakan suatu faktor yang perlu diperhatikan.

5.      Beda Manusia Dan Mesin

Mekanisasi adalah penggantian manusia sebagai sumber tenaga atau


sebagai alat untuk memberikan keterangan dalam pengaturan
tenaga.Mekanisasi adalah satu bagian dari automasi.

Terdapat empat tingkat dalam perkembangan automasi, yaitu dari kerja tangan
sampai kepada automasi penuh.Tingkat-tingkat itu adalah Salah satu alasan
automasi adalah kecilnya kekuatan manusia dibandingkan dengan sumber-
sumber tenaga lainnya.Selanjutnya dibuat satu daftar perbedaan antara
manusia dan mesin.Kedua-duanya dapat saling melengkapi dengan sebaik-
baiknya.

Perbedaan Manusia Dan Mesin

MESIN MANUSIA

Kecepatan Luar biasa baik Kelambatan 1 detik

35
Tenaga Dapat diatur dengan 2 kekuatan kuda (KK)
baik-baik: besar, untuk 10 detik; 0,5 KK
menetap dan dapat untuk beberapa detik;
dibuat kekuatan standar dan 0,2 KK untuk
pekerjaan terus
menerus sehari

Keseragaman Cocok untuk pekerjaan- Tidak dapat dipercaya.


pekerjaan rutin, berulang Perlu dimonitor
dan perlu ketetapan dengan mesin

Kegiatan jamak Banyak saluran Satu saluran

Ingatan Terbaik untuk Segala macam dengan


memproduksi sesuatu pendekatan dari
yang ditentukan dan berbagai sudut. Baik
bersifat penyimpanan untuk menentukan
jangka pendek dasar-dasar pikiran dan
strategi

Berfikir Deduktif baik Induktif baik

Hitung menghitung Cepat dan tepat, tetapi Lambat dan sangat


tak memiliki mungkin melakukan
kemampuan untuk kesalahan, tetapi cukup
koreksi kemampuan untuk
koreksi

Pendirian Dapat menjadi indera Menerima rangsangan-


penambah, seperti rangsangan dari
kemampuan menangkap berbagai energy dan
gelombang mengionisasi mengolahnya bersama-

36
sama, misalnya mata
sekaligus menentukan
lokasi  relative,
gerakan dan warna.
Baik untuk
menentukan pola,
misalnya dapat
menentukan tanda
pada kebisingan yang
besar

Dapat dibuat tidak peka Dipengaruhi oleh


terhadap rangsangan- panas, dingin,
rangsangan luar kegaduhan dan getaran
(yang melewati batas
tertentu)

Reaksi terhadap beban Kerusakan tiba-tiba Degradasi


yang melebihi
kemampuan

Kepintaran Tidak ada Dapat menyesuaikan


sesuatu yang tak
terduga. Dapat
meramalkan

Kecakapan manipulasi Khusus Sangat besar

Manusia terbatas dalam hal kecepatan dan ketelitian.Selain itu, kecepatan


kerja yang lebih besar selalu disertai penurunan ketelitian.Dalam hal inilah
automasi memegang peranan sangat penting.

6.      Kelelahan

37
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi
kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis
kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi
dan diperbaiki performansnya seperti semula.Kalau tidak terlalu berat kelelahan
ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul


tiba-tiba dan berat gejalanya.

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum.Kemungkinan merupakan sejenis


“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di
tempat kerja.

Pemeriksaan kelelahan :Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang


dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta
kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik
dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah
ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah
ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya


berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.Terdapat dua
jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.Kelelahan otot
merupakan tremor pada otot atau perasaan nyerinyang terdapat pada
otot.Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang
sebabnya adalah persyaratan dan psikis.Adalah suatu pengalaman yang dikenal
oleh umum, bahwa kelelahan yang terus menerus setiap hari berakibat keadaan
kelelahan yang kronis.Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja sore hari,
tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya.Perasaan lesu
tampak sebagai suatu gejala.Gejala-gejala psikis adalah perbuatan-perbuatan
antisosial dan tak cocok dengan sekitarnya, depresi, kurangnya tenaga beserta

38
kehilangan inisiatif.Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan
psi1cosomatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan-gangguan fungsi paru-paru
dan jantung.kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur, dan
lain-lain.

Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis.Oleh karenanya terjadi


kecendrungan meningkatnya absenteisme terutama mangkir kerja jangka
pendek.Sebabnya adalah kebutuhan untuk beristirahat lebih banyak atau
meningkatnya angka sakit.Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang
mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis.Sìkap
negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja
memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat.

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada


keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat
dicapai dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat,
kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain.Pengetrapan
ergonomi dalam hal pengadaan tempat duduk, meja dan bangku-bangku kerja
sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat
Selanjutnya, usaha-usaha perlu ditujukan kepada kebisingan, tekanan panas,
pengudaraan dan penerangan yang baik.

Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta


dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat
untuk latihan-latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk.Seleksi dan
latihan dari pekerja, lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang
peranan pent

7.      Waktu Kerja 

Waktu kerja bagi seseorang menentukan effisiensi dan


produktivitasnya.Segi-segi terpenting bagi persoalan waktu kerja meliputi
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8
jam.Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan

39
masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain.Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan tersebut biasanya tidak disertai effisiensi yang tinggi, bahkan
biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya
kelelahan, penyakit dan kecelakaan.Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat
bekerja dengan naik selama 40-50 jam.Lebih dari itu, terlihat kecendrungan
tumbuhnya hal-hal yang negatif.Makin panjang waktu kerja, makin besar
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diingini. Jumlah 40 jam kerja
seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor.

Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat,
produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan
dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk hal ini, perlu istirahat dan
kesempatan untuk makan yang meninggikan kembali kadar bahan bakar di dalam
tubuh. Maka dari itu, istirahat setengah jam sesudah 4 jam kerja terus menerus
sangat penting artinya.

Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga yang besar dalam


waktu relatif lebih pendek. Otot-otot  susunan kardiovaskuler,  paru-paru, dan
lain-lain harus bekerja sangat berat. Maka dari itu, beban demikian tidak bias
secara terus-menerus dilakukan melainkan perlu istirahat-istirahat pendek setiap
selesai suatu tugas. Inilah yang dinamakan organisasi kerja yang baik, yaitu selalu
diberikan kesempatan kepada tubuh untuk pulih kembali setelah memikul suatu
beban pekerjaan. Sebagai misal, sesudah memikul beban 50 kg sejauh 10 meter,
kepadá tenaga kerja sebaiknya diberi kesempatan beberapa menit untuk istirahat.

Untuk rnenentukan lamanya seorang tenaga kerja bekerja dengan suatu


tingkat pengerahan tenaga, dipergunakan kenyataan, bahwa pengerahan tenaga
maksimal dengan seluruh kapasitas aerobik dapat berlangsung hanya 4 menit,
pengarah tenaga dengan 1/3 x kapasitas aerobik dapat berlangsung 480 menit,
Dalam soal periode kerja siang atau malam, sangat menarik adalah kerja
bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat
dikemukakan hal-hal sebagai berikut Sebagai jalan keluar dalam memecahkan
persoalan kerja malam pada si~tim regu ini adalah Tanpa perhatian yang sebaik-

40
baiknya kerja malam hanya akan menghasilkan tingkat produktivitas yang rendah
sekali.

8.       Faal Kerja

Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja disebut
faal kerja.Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang
sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan
susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk
petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan peredaran
darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru.hati, usus, dan lain-
lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.

Mula.mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot.dan alat-alat lain


berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan.
Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani
latihan.Lambat laun gerakan menjadi suatu ref1eks, sehingga bekerja menjadi
automatis.Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang disertai
semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah ketrampilan
seseorang.

Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk


pekerjaan fisik.Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas.Kekuatan
ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya
berkontraksi.Sebelum kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau di
luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit, sehingga peredaran darah, jadi juga
pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi sebab kelelahan otot.Maka
dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis,
sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot.

Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda,


memutar.roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-menerus
dari suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang
perlu istirahat untuk pemulihan.Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam

41
kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik antara lain
akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, C02, dan sebagainya. Namun
kelelahan, sesuai dengan mekanisme kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan
ototnya sendiri, melainkan terdapat komponen mental psikologis yang sering-
sering juga besar pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya
kekuatan dari padanya, bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu
melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor).

Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam
bekerja.Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-
gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain.Demikian pentingnya kedua
alat ini sebagai suatu kesatuan, maka berkembanglah ilmu biomekanik,yaitu ilmu
tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan pengetrapannya diharapkan, agar
dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil kerja sebesar-
besarnya.Biomekanika memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang gerakan-
gerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan,
tangan, kaki, jari-jari dan sebagainya.

Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran


tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya.Ukuran-
ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja.Peralatan kerja dan
mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran demikian untuk hasil kerja sebesar-
besarnya.Maka berkembanglah ilrnu yang disebut Antropometri, yaitu ilmu
tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam keadaan statis, ataupun dinamis. Yang
sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran, Tinggi badan berdiri, tinggi
bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan dan panjang lengan, Tinggi duduk,
panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut, jarak lekuk
lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak kaki.

C.Resiko Bahaya Biologi Dan Kimia

42
A. Faktor-faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja

Faktor biologi akibat kerja banyak ragamnya, yaitu virus, bakteri,


protozoa, jamur, dan masih banyak lagi di dunia ini.Jenis-jenis tersebut bila
tidak diperhatikan dengan baik dapat menyebabkan atau menimbulkan
penyakit bagi manusia terutama terhadap para pekerja.Misalnya yaitu penyakit
kuku dan mulut, penyakit ini disebabkan oleh virus yang pindah dari hewan
ternak kemanusia, terutama kepada para pekerja yang memelihara, disuatu
peternakan misalnya pemeliharaan burung merpati.Ada kemungkinan
menderita penyakit psitaccosis yang disebabkan ricketsi, tergolong pada
protozoa antara lain, penyakit malaria untuk negara-negara yang bebas malaria
penyakit itu dianggap sebagai penyakit akibat kerja.

Sporotrihcosis adalah salah contoh penyakit akibat kerja yang


disebabkan jamur candida albicans yang biasanya tumbuh di tempat-tempat
yang kadar gulanya tinggi, sehingga pekerja-pekerjaan seperti terjadi yang
umumnya diperusahaan roti atau pembuatan manisan sering menimbulkan
penyakit infeksi oleh jamur tersebut. Jenis cacing yang sangat berbahaya bagi
pekerja-pekerja tambang dan perkebunan adalah ancylostomiasis, yang
disebabkan oleh ancylostoma duodenale dan necator amercanus. Kutu-kutu
dan pinjal sering terdapat di tempat kerja dan biasanya menjadi penyebab
kelainan pada kulit.Terkenal kutu alang-alang dan kutu padi.Pinjal hidup pada
binatang peliharaan seperti kucing dan anjing, selain gigitannya yang
mengganggu, kutu dan pinja dapatl menularkan penyakit.

Tumbuh-tumbuhan kadang-kadang mengandung bahan kimia yang dapat


mnimbulkan sakit bagi pekerja-pekerja pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Contohnya pohon pulius yang dapat menimbulkan bentul-bentul yang gatal
pada kulit oleh karena asam korniat yang terdapat pada bulu-bulunya.Binatang
yang gigitannya mengandung racun bagi pekerja-pekerja yang digigitnya
antara lain kalajengking dan ular.

43
Ternyata banyak pekerjaan yang oleh karena sifat pekerjaannya lebih
memudahkan pekerja-pekerja mendapat sakit infeksi. Beberapa pekerjaan
memudahkan terjangkitnya TBC oleh pekerja yaitu:

1. Pekerjaan-pekerjaan yang terlalu banyak sehingga terlalu melelahkan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang jumlah pekerjanya terlalu banyak sehingga


menjadi sesak.

3. Pekerjaan-pekerjaan yang ventilasi dan penerangannya kurang.

4. Pekerjaan yang menenangkan jiwa.

5. Pekerjaan-pekerjaan yang waktu bekerjanya terlalu panjang.

Faktor biologis dapat menularkan dari seorang pekerja kepada pekerja


lainnya. Maka dari itu, selain usaha biasa harus ditempuh cara pencegahaan
penyakit menular. Antara lain imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau
suntikan mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di Indonesia dewasa ini, sebagai
usaha minimum adalah imunisasi dengan vaksin cacar terhadap variola, dan
dengan suntikan terhadap kolera, tifes, dan paratifes perut. Bila keuangan
memungkinkan, sebagai usaha lebih lanjut, dapat diadakan imunisasi terhadap
TBC dan BCG yang diberikan kepada pekerja-pekerja beserta keluarga-
keluarganya yang reaksinya tehadap uji mantaux negatif. Imunisasi terhadap
diferi, tetanus, batu rujan kepada keluarga-keluarga pekerja sesuai usaha
kesehatan anak-anak dan keluarga. Di negara-negara yang telah jauh maju
sekalipun, penanganan terhadap penyakit flu tersebut telah diberikan imunisasi
dengan vaksin virus influenza. Hal tersebut dapat dipahami, karena justru
penyakit seperti influenza lebih menyebabkan kehilangan waktu kerja.

B. Bahan-bahan Kimia Sebagai Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Teknologi industri dalam Higene perusahaan dan keselamatan kerja sangat


penting peranannya dalam meninjau penyebab-penyebab penyakit yang
bersifat bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia itulah yang merupakan racun-

44
racun dalam industri. Sifat dan derajat racun bahan-bahan kimia yang
dipergunakan dalam industri tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Sifat-sifat fisik bahan kimia yaitu:

a. Gas, yaitu bentuk wujud zat, yang tidak memiliki bangun sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan
normal.

b. Uap, bentuk gas dari zat-zat mmiliki sifat tidak terlihat berdifusi
mengisi seluruh ruang.

c. Debu, yaitu partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh


kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti; pengolahan,
penghancuran, pengolahan, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun non
organik.

d. Kabut , yaitu titik cair halus dalam udara yang terjadi dari kondensasi
bentuk uap atau dari pemecahan zat menjadi tingkat disperse dengan
cara-cara ”splashing”, “foaming”, dll.

e. “Fume”, yaitu partikel-partikel zat padat yang terjadi karena


kondensasi dari bentuk gas.

f. Asap, biasanya dianggap partikel-partikel zat karbon, sebagai akibat


dari pembakaran tidak sempurna.

g. Awan, yaitu partikel-partikel cair sebagai hasil kondensasi dari fase


gas.

Bahan-bahan kimia yang terdapat diudara digolongkan menjadi :

a. Bahan-bahan bersifat partikel-partikel yaitu debu, awan, kabut,


“fume”.

45
b. Bahan-bahan tidak bersifat partikel-partikel, yaitu gas-gas, dan uap-
uap.

Bahan-bahan bersifat partikel-partikel yang berada diudara dapat


digolongkan menurut sifat-sifatnya sebagai berikut:

a. perangsang, misalnya kapas, sabun, bubuk beras, dll.

b. toksin, misalnya partikel-partikel Pb, As, Mn, dll.

c. menyebabkan fibrosis, misalnya debu kwarts, asbes, dll.

d. menyebabkan allergi, misalnya tepung sari, kapas, dll.

e. menimbulkan demam, misalnya “fume”, ZnO,dll.

f. inert, misalnya kapur, aluminium, dll.

Bahan-bahan tak bersifat partikel, yaitu gas dan uap, digolongkan


menurut sifat-sifatnya sebagai berkut:

a. asphyxiants, misalnya methan, helium, dll.

b. perangsang, misalnya amoniak, HCl, asam sulfat, dll.

c. racun-racun anorganik atau organik, misalnya TEL,Nikel carbonyl,


dll.

d. Bahan-bahan kimia mudah menguap, yang dibagi pula menurut


pengaruhnya kepada pekerja, sebagai berikut :

- berefek anestesi, misalnya trichloretilin,

- yang merusak alat-alat dalam tubuh,

- yang merusak susunan darah, misalnya benzene,

46
- yang merusak susunan syaraf, misalnya parathion.

Oleh karena termakan atas dasar salah kira, diduga bahan yang lain.
Disamping bahan-bahan mati, dapat pula mikroorganisme, misalnya
bakteri atau jamur diudara ruang kerja, demikian pula bahan-bahan hidup
seperti tepung sari dan debu yang berasal dari hewan atau tumbuhan.

Bahan-bahan kimia di udara tentu lebih besar kemungkinannya


menimbulkan penyakit-penyakit pernafasan atau kelainan-kelainan pada
kulit, karena bahan-bahan tersebut dihirup ke paru-paru ketika bernafas
dan mengendap dipermukaan kulit. Cairan yang mudah menguap
menyebabkan keracunan melalui jalan pernafasan, apakah itu kerusakan
setempat di paru-paru atau keracunan umum seluruh tubuh. Cairan dan
bahan dapat juga sering mengakibatkan keracunan.

2. Sifat-sifat Kimiawi Dari Bahan-bahan itu, yang menyangkut :

a. jenis persenyawaan,

b. besar molekul,

c. konsentrasi,

d. derajat larut dan jenis pelarut

3. Port d’entrée (jalan masuk) bahan-bahan itu kedalam tubuh manusia, yang
umumnya melalui 3 pintu, yaitu:

a. pernafasan, untuk bahan kimia di udara,

b. pencernaan, untuk bahan-bahan dari udara yang melekat di tenggorok


dan ditelan, atau untuk bahan- bahan cair dan padat,

c. kulit, untuk bahan-bahan cair,atau bahan-bahan di udara yang


mengendap di permukaan kulit.

4. Faktor-faktor pada tenaga kerja, yaitu :

47
a. Usia.

b. Idiosyncrasi.

c. Habituasi.

d. Daya menahan (toleransi).

e. Derajat kesehatan tubuh.

Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan
kimiayang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah danmenyebabkan
kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahankimia berbahaya dapat
berbentuk padat, cairan, uap,gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam
tubuh melalui tiga carautama antara lain:

 Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung,


zatberacun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat
istirahatmenghirup sekitar lima liter udara per menit yang mengandung
debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung
melukai paruparu.Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke
bagian lain dari tubuh

 Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika


makanmakanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang
terkontaminasiatau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara
juga dapattertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari
mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama
sebagai makananbergerak melalui usus menuju perut.
 Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di
antaranyaadalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah,
biasanya melaluitangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk
melalui lukadan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).

48
D. Norma Norma Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

PENGERTIAN DAN KOMPONEN

A. Pengertian K3 mekanik
K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua
tindakan yang dilakukan oleh pengawas ketenaga kerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undagan terhadap obyek pengawasan k3
mekanik ditempat kerja.
B. Obyek k3 mekanik
a. Pesawat tenaga dan angkut
b. Pesawat angkat dan angkut
c. Operator mekanik

Pengertian Ketel Uap

Menurut Stoom Ordonantie ( Undang-undang Uap 1930 ) pasal 1 ayat (2)


dinyatakan bahwa :

“ Ketel Uap ialah suatu Pesawat dibuat guna menghasilkan uap atau stoom yang
dipergunakandiluar pesawatnya “.   Pada prinsipnya, semua Ketel Uap
didalamnya terdapat air yang dipanaskan oleh pelat dan atau pipa Ketel Uap
dimana pelat dan atau pipa tersebut dipanaskan oleh gas panas hasil pembakaran
bahan bakar sehingga air tersebut mendidih dan berubah menjadi uap ( steam )
yang tekanannya melebihi tekanan udara atmosfer.

Komponen Utama Ketel Uap dan Bejana Tekan

 Dapur pembakar (furnance)

 Steam drum

 Water drum

 Pemanas Lanjut (Super Heater)

49
 Pipa air (Header)

 Air heater

SUMBER BAHAYA DAN AKIBAT YANG DAPAT DITIMBULKAN


OLEH BEJANA

Sumber-sumber bahaya dan akibatnya yang dapat ditimbulkan antara lain :

 Mamometer tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan ledakan.

 Safety valve tidak berfungsi mengakibatkan tertahannya tekana yang


berlebihan.

 Gelas duga tidak berfungsi mengakibatkan jumlah air tidak terkontrol.

 Air pengisi ketel tidak berfungsi mengakibatkan terjadinya


pembengkaan bejana karena tidak adanya transfer panas.

 Boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall

 Terjadi pemanasan lebih Karena kekelebihan produksi uap.

 Tidak berfungsinga pompa air pengisi ketel.

 Karena perubahan tidak sempurna.

 Karena boilernya sudah tua sehingga sudah tidak memenuhi syarat.

 Tidak teraturnya tekanan inspeksi sesuai peraturan yang berlaku.

Sumber Bahaya dan Akibat yang Dapat Ditimbulkan oleh Bejana


Tekan antara lain sebagai berikut :

 Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan,
bila tercampur dengan udara serta sumber panas dapat menimbulkan kebakaran
atau ledakan.

50
 Keracunan dan iritasi. Beberapa jenis gas tertentu mempunyai sifat-sifat
beracun yang sangat membahayakan bagi makluk hidup karena dapat meracuni
darah dalam tubuh melalui sistem pernapasan maupun jaringan tubuh lainya.

 Pernapasan tercekik (Aspisia). Sejumlah gas tertentu yang tampaknya


tidak berbahaya karena tidak beracun dan tidak dapat terbakar. tetapi dapat
mengakibatkan kematian apabila gas tersebut telah memenuhi ruangan tertutup
sehingga oksigen dalam ruangan tersebut tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan
pernapasan.

 Peledakan. Semua jenis gas betekanan yang tersimpan di dalam botol baja
maupun tangki gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan kemasan
dalam menahan tekanan gas yang ada didalamnya.

 Terkena cairan sangat dingin (Crygenic). Apabila terkena cairan yang


sangat dingin, maka cairan tersebur seketika akan menyerap panas tubuh yang
terkena sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka bakar dan merusak
jaringan tubuh, dan luka yang parah dapat menyebabkan kematian bila tidak
mendapatkan pertolongan segera.

BOTOL BAJA ATAU TABUNG GAS

Identitas dengan pewarnaan

 Kelompok gas penyebab tercekik berwarna Abu-abu

 Kelompok gas mudah terbakar atau meledak berwarna Merah


kecuali LPG dicat warna biru

 Kelompok gas beracun berwarna Kuning Tua

51
 Kelompok gas yang dapat menyengat berwarna Kuning Muda

 Kelompok gas untuk keperluan kesehatan berwarna Putih

 Kelompok gas campuran diberiwarna sesuai dengan jenis


campuran

 Zat asam dan gas-gas lain yang termasuk kelompok gas


pengoksidasian berwarna Biru Muda

DASAR HUKUM

Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, bahwa penggunaan mesin uap


di bidang industri dan jasa, dapat mengakibatkan kerugiaan baik harta dan jiwa
akibat kecelakaan atau peledakan mesin uap yang salah satunya adalah
dikarenakan kurang pahamnya operator akan cara pemakaian mesin uap,
pengamanan, dan perlengkapan yang kurang baik. Untuk itu kepada operator
mesin uap yang mengoperasikan perlu diberikan pelatihan yang memadai untuk
mengatur tentang kualifikasi dan syarat-syarat operator mesin uap.

 UU Uap tahun 1930


 Peraturan Uap tahun 1930
 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
 Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
 Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap
RUANG LINGKUP

Penempatan ketel uap:

 Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus dimana di dalamnya
tidak pasti untuk bekerja

52
 Ketel uap harus ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan
tersendiri yang terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya

Pedoman Pelaksanaan dan Pengujian serta Penerbitan Pengesahan Pemakaian


Bejana Tekan:

1. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh ahli K3 spesialis pesawat uap


dan bejana tekan

2. Persyaratan keselamatan kerja harus dipatuhi bagi suatu bejana tekan dan
ketentuan teknis pelaksanaan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan
pengujian serta penertiban pengesahan pemakaian bejana tekan, harus
mentaati undang-undang dan pertauran yang berlaku.

Tujuandan Manfaat:
Pelatihan Ahli K3 Boiler bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan dalam tehnik pengoperasian pesawat uap secara aman, benar dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang Kesehatan Keselamatan
Kerja ( K3) yang berlaku.

PEMERIKSAAN DAN PENHUJIAN

Penujian uap dari ketel uap sangat penting karena Tugas setiap
ketel uap untuk memberikan jumlah yang benar uap berkualitas tinggi:
aman, efisien, dan pada tekanan yang benar.
Oleh karena itu uap yang dihasilkan harus benar-benar sempurna
dan aman.
Uap yang dihasilkan oleh panas dari pembakaran bahan bakar
dalam tungku, atau dengan limbah panas dari proses. Panas ditransfer ke
air di shell boiler, yang kemudian menguap untuk menghasilkan uap di
bawah tekanan.
Sebuah wilayah tertentu permukaan air diperlukan dalam boiler
yang untuk melepaskan uap. Sebuah ketinggian tertentu juga harus
diperbolehkan di atas level kerja normal, untuk memungkinkan tingkat air

53
naik dengan meningkatnya beban, tapi masih memungkinkan luas yang
cukup untuk melepaskan uap tanpa akumulasi air terjadi.
Dalam boiler shell horisontal, tingkat air meningkat dengan
meningkatnya beban (karena adanya lebih banyak uap yang berada di
bawah permukaan air di boiler). Seperti tidak demikian, luas permukaan
air (area pelepasan uap) akan berkurang karena, sebagai tingkat air di atas
garis tengah boiler, sisi shell mengandung menyatu.
Boilermaker akan telah merancang boiler untuk memastikan bahwa
daerah tingkat air normal (NWL) adalah sedemikian rupa sehingga uap
akan dirilis pada kecepatan dapat diterima. Desainnya juga akan
memungkinkan ketinggian minimum tertentu uap off-take di atas NWL
tersebut.
Jelas, karena uap yang dihasilkan, air di boiler menguap, dan boiler
harus menerima pasokan air untuk mempertahankan tingkat. Karena
faktor-faktor yang diuraikan di atas, air harus dipertahankan pada tingkat
yang benar.
Keselamatan juga sangat penting. Jika boiler beroperasi kurang air,
kerusakan parah bisa terjadi dan ada akhirnya risiko ledakan.

PENERAPAN K3 BIDANG BEJANA TEKAN DAN PESAWAT UAP

Dalam hal pengadaan

Bagi Pengusaha yang akan membeli Ketel Uap  yang akan dipakai di
perusahaannya, pilihlah Ketel Uap yang pembuatannya memenuhi prosedur yang
berlaku.  Sebagai contoh, misalkan akan membeli Ketel Uap pipa api ( Fire Tube
Boiler ) baru buatan dalam negeri, maka sangat perlu diperhatikan, apakah Boiler
tersebut memiliki dokumen meliputi ; 1) Gambar konstruksi, 2) Gambar detail
sambungan, 3) Sertifikat bahan, 4) Perhitungan kekuatan konstruksi, 5) Surat
keterangan hasil Radiography Test dan atau Ultrasonic Test  sambungan las dan
6) Laporan pengawasan pembuatan pesawat uap yang ditandatangani engineer
perusahaan pembuat boiler yang bersangkutan dan Pengawas Ketenagakerjaan
spesialis Pesawat Uap.

54
Dalam hal pengoperasian

a. Pemakai  jangan mulai memakainya sebelum dilakukan


pemeriksaan dan pengujian pertama oleh Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( AK3) spesialis Pesawat Uap dari Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3)  yang memiliki Surat
Keputusan Penunjukan (SKP) dari Dirjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Kemenakertrans R.I atau Pengawas Ketenagakerjaan
spesialis Pesawat Uap yang kemudian dinyatakan telah memenuhi syarat
K3 olehnya yang dibuktikan dengan diterbitkannya Akte Izin Ketel Uap
tersebut dari Dinas Tenaga Kerja  / Instansi yang berwenang di daerah
yang bersangkutan.  Menurut peraturan yang berlaku, khusus untuk Ketel
Uap yang direntalkan,  Akte Izinnya  diterbitkan oleh Dirjen Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan KemenakertransR.I.
b. Air umpan  Ketel Uap  (  Feed Water Boiler  )  yang  digunakan
harus selalu memenuhi standar dengan melalui proses water treatment.
Untuk mengetahui kepastian memenuhi standar atau tidaknya air
umpan tersebut maka pemakai perlu mengujikannya ke Laboratotium
penguji air yang dinilai mampu dan hasil ujinya akurat. Selanjutnya hasil
uji air umpan bandingkan dengan standar yang berlaku antara lain
mengenai ; pH, kesadahan total, oksigen dan lain-lain dari feed water
boiler yang akan digunakan.
c. Pekerja yang mengoperasikannya harus yang sudah terlatih dan
berpengalaman yang dibuktikan dengan Sertifikat operator Ketel Uap
yang diterbitkan oleh Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Kemenakertrans R.I. Untuk Ketel Uap berkapasitas 10 Ton/jam atau
lebih, pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifikat operator
Pesawat Uap kelas I, sedangkan untuk Boiler berkapasitas kurang dari 10
Ton/jam , pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifkikat operator
Pesawat Uap kelas II.
d. Ketel Uap yang sedang operasi tidak boleh ditinggalkan oleh
operator yang bertugas melayaninya. Artinya Ketel Uap yang sedang

55
beroperasi harus selalu ada operator Pesawat Uap  yang melayani di
ruang Ketel Uap yang bersangkutan.
e. Setelah beroperasi beberapa lama, maka pemakai wajib
memeriksakan Ketel Uapnya secara berkala kepada AK3 spesialis
Pesawat Uap dari PJK3 yang memiliki SKP dari Dirjen Pembinaan
Pengawasan Kemenakertrans R.I  atau kepada Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap. Untuk Ketel uap yang dipakai di
kapal laut perusahaan pelayaran pemeriksaan berkalanya minimal sekal
tiap tahun, untuk Ketel Uap yang dipakai di darat pemeriksaan
berkalanya minimal sekali tiap 2 tahun, untuk Ketel Lokomotif
pemeriksaan berkalanya minimal sekali tiap 3 tahun.
f. Untuk  melakukan perbaikan, penggantian atau perobahan  
kostruksi dan atau perlengkapan Ketel Uap, pemakai wajib melaporkan
terlebih dahulu ke Dinas Tenaga Kerja setempat, sehingga pemeriksaan
khusus dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pemakai
memperoleh petunjuk-petunjuk antara lain teknik pengerjaannya, standar
bahan, pengelasan dan sebagainya yang harus dipenuhi.
g. Agar kerak ketel ( scale ) yang terjadi di dalam Ketel Uap tidak
semakin tebal dan keras yang dapat mengakibatkan over heating
( pemanasan lebih ), maka sebaiknya Ketel Uap secara teratur dilakukan
cleaning dengan cara manual, mekanis maupun chemis oleh orang yang
ahlinya.  Jika di dalam Ketel Uap bebas scale maka akan berdampak
positip terhadap efisienci dan life time Ketel Uap yang bersangkutan.

E. Resiko Faktor Psiologis (Penyebab Stess Akibat Kerja,


Manajemen Stress Dan Perbaikan)
A. PENGERTIAN STRESS DAN STRESS KERJA

Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63)


menyebutkanbahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai
seseorang, misalnyaobyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang

56
secara obyektif adalahberbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguanyang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang.

Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu


tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu
dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena
tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat
berbeda.

Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang


penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan.
Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan
kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan
mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu
pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks,
emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu
terlibat, dan kesulitan alam masalah tidur.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan
kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,
1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis
yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon
adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan
ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.

Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71)


memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan
memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins
memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu

57
dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh
sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti,
2001:75).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua
kondisi pekerjaan

B. JENIS-JENIS STRESS

Quick nd Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance
yang tinggi.

2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular
dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

C. MODEL MODEL STRESS

Pada gambar di bawah ini menampilkan sebuah model instruksi dari sebuah
stress yang berkaitan dengan pekerjaan. Model tersebut menunjukkan bahwa
empat jenis stressor mengarah pada stress yang dirasakan, yang pada gilirannya,
memunculkan berbagai hasil. Model tersebut juga menggolongkan beberapa
perbedaan individual yang memoderatkan hubungan stressor-stres-hasil.
stressor
Tingkat Individual
Psikologis/yang
 Tuntutan pekerjaan
Hasil
 Konflik peran berkaitan dengan
 Abiguitas peran sikap
 Pengendalian
lingkungan yang  Kepuasan kerja
dirasakan  Komitmen
 Hubungan dengan 58 organisasional
supervisor  Keterlibatan
 Kelebihan beban, dengan pekerjaan
kekurangan bebab, dan  Kepercayaan diri
Stres yang
dirasakan

Perbedaa
n
Individual
 Keturun
an, usia,
kemampua
n pribadi,
jeis
kelamin,
diet,
dukungan
social,
penanggul
angan, cirri
kepribadia
n,
pekerjaan,
pengendali
an
lingkungan
yang
Ekstraorganisasional Tingkat Kelompok
 Keluarga  Sistem kardiovaskuler
 Ekonomi  Sistem kekebalan
 Waktu yang berubah  Sistem muskuloskeletal
 Polusi suara, panas,  Sistem gastrointestinal
kepadatan, dan udara

 Stresor

Stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stress. Dengan kata


lain,stresor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Gambar di atas
menunjukkan empat jenis utama stresor yaitu individual, kelompok, organisasi
dan diluar organisasi

59
1) Tingkat Individual

Stressor tingkat individual adalah stressor yang berkaitan secara langsung


dengan tugastugas kerja seseorang. Contoh stressor yang paling umumadalah
tuntutan pekerjaan, kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran,
kerepotan sehari-hari, pengendalian yang dirasakan atas peristiwa yang muncul
dalam lingkungan kerja, dan karakteristik pekerjaan.Para manajer dapat
membantu mengurangi stressor ini dengan memberikan arahan dan dukungan dan
secara adil mengalokasikan penugasan pekerjaan di dalam unit kerja. Akhirnya,
keamanan kerja adalah stressor tingkat individual yang penting untuk dikelola
karena berkaitan dengan meningkatnya kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan
kinerja, dan hal ini sedang mengalami penurunan.

2) Tingkat Kelompok

Stressor tingkat kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku


manajerial. Para manajer menciptakan stress pada karyawan dengan:

 menunjukkan perilaku yang tidak konsisten

 gagal memberikan dukungan

 menunjukkan kekurangpedulian

 memberikan arahan yang tidak memadai

 menciptakan suatu lingkungan dengan produktivitas yang


tinggi

 memfokuskan pada hal-hal negatif sementara itu mengabaikan


kinerja yang baik

3) Tingkat Organisasi

Stresor organisasi mempengaruhi sebagian besar karyawan. Sebagai contoh,


sebuah lingkungan dengan tekanan yang tinggi menempatkan permintaan kerja
yang terus-menerus pada karyawan akan menyalakan respon stres. Sebaliknya

60
penelitian menyediakan dukungan awal untuk gagasan bahwa manajemen
partisipatif dapat mengurangi stres organisasional. Meningkatnya penggunaan
teknologi informasi merupakan suatu sumber lain dari stres organisasional.

Sebagai tambahan atas beberapa jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia
terhadap teknoligi. Akhirnya, desain kantor dan lingkungan umum kantor
merupakan stresor tingkat organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan
bahwa penerangan yang buruk, suara yang bising, penempatan perabot yang tidak
tepat, dan suatu lingkungan kotor atau bau akan menciptakan stres.

4) Ekstraorganisasional

Stresor diluar organisasi (extra organizational stressors) adalah stressor yang


disebabkan oleh faktor di luar organisasi. Sebagai contoh, konflik yang berkaitan
dengan penyeimbangan kehidupan karier dan keluarga seseorang sangatlah
membuat stress. Status sosial ekonomi adalah stresor ekstra organisasional yang
lain. Stres yang lebih tinggi terjadi pada orang-orang dengan status sosial ekonomi
lebih rendah, yang menggambarkan suatu kombinasi dari:

 Status ekonomi, sebagaimana diukur dengan pendapatan

 Status sosial, yang dinilai dengan tingkat pendidikan

 Status kerja, sebagaimana diindekskan oleh pekerjaan.

 Stres yang Dirasakan

Stres yang dirasakan menggambarkan persepsi keseluruhan seseorang individu


mengenai bagaimana berbagai stresor mempengaruhi kehidupannya. Persepsi
terhadap stresor ini merupakan suatu komponen yang penting di dalam proses
stres karena orang menginterprestasikan stresor yang sama secara berlainan.

 Hasil

Para ahli teori menyatakan bahwa stres memiliki konsekuensi atau hasil
psikologis yang berkaitan dengan sikap, keprilakuan, kognitif, dan kesehatan

61
fisik. Sebuah badan penelitian yang besar mendukung dampak negatif dari stres
yang dirasakan pada banyak aspek kehidupan kita. Stres berkaitan secara negatif
dengan kepuasan kerja, komitmen organisasional, emosi positif, dan kinerja yang
berhubungan secara positif dengan tingkat perputaran yang disebabkan oleh
kepenatan.

 Perbedaan Individual

Orang tidak mengalami tingkat stres yang sama atau menunjukkan hasil yang
serupa untuk suatu jenis stresor tertentu. Sebagai contoh, jenis stresor yang
dialami di tempat kerja bervariasi menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Stresor
untuk pengendalian yang rendah adalah lebih tinggi pada pekerjaan klerikal
tingkat rendah daripada pekerjaan profesional, dan konflik antar pribadi
merupakan suatu sumber stres yang lebih besar bagi kaum wanita daripada kaum
pria. Pengendalian yang dirasakan juga merupakan suatu moderator yang
signifikan dari proses stres. Orang merasakan tingkat stres yang lebih rendah dan
mengalami konsekuensi yang lebih mendukung pada saat mereka percaya bahwa
mereka dapat mengendalikan stresor yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Akhirnya, ciri kepribadian kekerasan atau sisinme yang kronis juga


memoderatkan stres. Penelitian menunjukan bahwa orang yang secara terus-
menerus marah, ingin tahu, tidak mudah percaya akan memiliki kemungkin dua
kali lipat lebih besar untuk mengalami penutupan ateri koroner. Walaupun para
peneliti telah mampu mengidentifikasi beberapa moderator yang penting, masih
terdapat suatu jurang yang lebar dalam mengidentifikasi perbedaan individual
yang relevan.

D. KATEGORI STRESS KERJA

Menurut Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), seseorang dapat dikategorikan


mengalami stres kerja bila:

1. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau


perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di
dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke

62
pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga
menjadi penyebab stress kerja.
2. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
3. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk
menyelesaikan persoalan stres tersebut

Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan


menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological,
Psychological dan Behavior.

1. Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada


metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas,
meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan
serangan jantung.
2. Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan
kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering
menunda pekerjaan.
3. Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan,
meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi
cepat, mudah gelisah dan susah tidur

E. FAKTOR PENYEBAB STRESS KERJA

Faktor Penyebab Stres Kerja 

a) Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor
yaitu:
Faktor Lingkungan.

Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:

1. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi.


Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin
mencemaskan kesejahteraan mereka.

63
2. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang
terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan
yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat
membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena
ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para
karyawan terlambat masuk kerja.
3. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka
hotel pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang
membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan
diri dengan itu.
4. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang
semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa
penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang
Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.

b) Faktor Organisasi

Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.


Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun
waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta
rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis
mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu
terkandung di dalamnya. Yaitu:

1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau


tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu.Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang
barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila
karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan
oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami

64
dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus
dikerjakan.
3. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain.Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar
pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya
di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
4. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber
stres.

c) Faktor Individu

Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor


persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian
bawaan.

1. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan


bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai
sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan
dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan
yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
2. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola
sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi
yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian
mereka dalam bekerja.
3. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya
berasal dari dalam kepribadian orang itu.

65
F. MODERATOR STRESS

Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang


berbeda. Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor daripada orang
lain. Dilain pihak, orang lain rentan terhadap stress, ini berarti mereka tidak
mampu beradaptasi dengan stressor. Suatu moderator adalah suatu kondisi,
prilaku, atau karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara dua vaariabel.
Efeknya mungkin akan memperkuat atau memperlemah bubungan. Banyak
kondisi, prilaku dan karekteristik mungkin bertindak sebagai moderator stress,
termasuk variable-variabel seperti usia, jenis kelamin dan tingkat ketabahan. Tipe-
tipe moderator antara lain (1) kepribadian, (2) prilaku tipe A (3) dukungan sosial,
(4) penanggulangan.

1. Kepribadian

Istilah kepribadian merujuk pada serangkaian karekteristik, temperamen, dan


kecenderungan yang relativ stabil, yang membentuk kemiripan dan perbedaan
dalam prilaku orang. Kepribadian dibuat dari lima dimensi yaitu: exstroversion,
emotional stability, agreeableness, consientiousness, dan openness to experience.
Emotional stability merupakan hubungan yang paling jelas dalam stress, dan
cenderung tidak kewalahan dengan stress dan lebih cepat pulih. Exstroversion
juga lebih cenderung mengalami keadaan emosional positif karena mereka banyak
mendapat dukungan saat tertekan. Agreeableness lebih cenderung untuk bersifat
antagonis, tidak simaptik dan bahkan kasar terhadap orang lain dan kemungkinan
stress berasala dariorang lain. Consientiousness merupakan dimensi Big Fife yang
secara konsisten berhubungan dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan
lebih cenderung tidak mengalami stress berkenaan dengan aspek ini dalam
pekerjaan mereka. Openness to experience akan lebih siap untuk berhadapan
dengan stressor yang dihubungkan dengan perubahan karena mereka lebih
mungkin untuk memndang perubahan sebagai suatu tantangan dan bukan
ancaman.

2. Prilaku tipe A
Definisi prilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman

66
Prilaku tipe A adalah suatu kompleks tindakan emosi yang dapat diamati
dalam setiap orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuang yang teru
menerus dan tak henti-henti untuk mencapai hal yang lebih lagi dalam waktu yang
lebih singkat dan lebih singkat lagi dan jika perlu, melawan usaha yang
berkebalikan dari orang atau hal lain.
Adapun karakteristik tipe A antara lain
1) Secara kronik berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin hal
dalam priode waktu yang sangat singkat
a. Agresif, ambisius, kompetititp, dan penuh energy
b. Berbicara dengan meledak-ledak, mendorong orang lain untuk
menyelesaikan apa yans mereka katakan.
c. Tidak sabar, tidak suka menunggu dan menganggap menunggu
sebagai membuang waktu yang berharga.
d. Sibuk denga tenggat waktu dan berorientesi pada pekerjaan
e. Selalu berjuang dengan orang, hal, dan pristiwa.

Penelitian tipe A dan impilkasi manajemen, para karyawan tipe A


cenderung lebih produktif daripada rekan kerja mereka yang bertipe B. suatu mete
analisis yang terdiri dari 99 penelitian mengungkapkan bahwa individu tipe A
memiliki detak jantung yang lebih cepat, tekanan darah diastolic yang lebih tinggi
dan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi daripada orang tipe B. orang tipe A
juga menunjukkan aktivitas kardiovaskuler yang lebih besar pada saat
menghadapisituasi berikut ini.
1. Menerima umpan balik positif atau negative
2. Menerima pelecehan atau kritik verbal
3. Tugas yang memerlukan mental kebalikan dengan pekerjaan fisik.

3. Dukungan sosial
Dukungan social dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau
informasi yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan
individu atau kelompok. Dukungan social bisa berbentuk dukungan emosi
(mengekspresikan kekhawatiran, mengindikasikan kepercayaan, meningkatkan

67
haraga diri, mendengarkan ), dukungan penilaian (menyediakan umpan balik dan
apirmasi), atau dukungan informasi (memberikan nasihat, memberikan saran,
menyediakan pengarahan). 0rang yang dapat berperan sebagai sumber dari
dukungan social di tempat kerja dapat mencakup supervisor, rekan kerja, baeahan,
dan konsumen atau orang-orang di luar tempat kerja yang di kenal oleh karyawan.
Sember dukungan di luar ruang lingkup pekerjaan dapat mencakup anggota
keluarga, teman ,dan lain-lain. Ada empat jenis dukungan social :
1) Dukungan penghargaan, memberikan informasi bahwa seseorang di
terima dan di hargai terlepas dari berbagai persoalan atau ketidakcukupan
apapun.
2) Dukungan informasional, memberikan bantuan dalam mendevinisikan,
memahami, dan menanggulangi persoalan.
3) Persahabatan social, menghabiskan waktu dengan orang lain dalam
kesenangan dan aktivitas rekreasi.
4) Dukungan instrumental, memberikan bantuan keuangan, sumber daya
materiil, atau pelayanan yang di butuhkan.
4. Penanggulangan
Penanggulangan adalah proses mengelola permintaan (eksternal atau
internal ) yang di nilai sebagai beban atau melebihi sumber daya seseorang.
Karena penanggulangan yang efektif maka mampu membantu mengurangi
pengaruh stressor dan stress. Proses penanggulangan memiliki tiga komponen
utama : (1) factor situasional dan pribadi, (2) penilaian kognitif atas stressor , dan
(3) stretegi penanggulangan.
 Faktor situasional dan pribadi
Faktor situasional adalah ciri-ciri lingkungan yang memengaruhi orang
yang menginterpretasikan stressor. Contohnya : ambiguitas dari suatu situasi
seperti berjalan di sebuah jalan yang gelap.
Faktor pribadi adalah ciri kepribadian dan sumber daya pribadi yang
memengaruhi penilaian atas stressor. Contoh : karena lelah atau sakit dapat
mengganggu interpretasi atas stressor, seorang individu yang sangat lelah
mungkin akan menilai pertanyaan yang sangat polos sebagai suatu ancaman
atau tantangan.

68
 Penilaian kongnitif atas stressor
Penilaian kongnitif mencerminkan persepsi keseluruhan seorang individu
atau evaluasi atas sebuah situasi atau stressor. Penilaian kongnitif
mengakibatkan suatu penggolongan situasi atau stressor sebagai
membahayakann mengancam, atau menantang. Bahaya (termasuk kerugian)
menggambarkan kerusakan yang telah terjadi, ancaman melibatkan potensi
untuk bahaya dan tantangan, berarti potensi untuk Keuntungan yang
signifikan dibawah ketidakbiasaan yang sulit. Penanggulangan dengan
bahaya biasanya berlanjut dengan tidak melakukan atau pengintrepretasian
ulang sesuatu yang muncul dimasa lalu karena kerusakan telah terjadi.
 Strategi penanggulangan
Strategi penanggulangan dicirikan dengan prilaku dan pengenalan khusus
yang digunakan untuk menanggulangi suatu situasi. Orang menggunakan
suatu kombinasi dari tiga pendekatan untuk menanggulangi steresor dan
steres. Pertama, disebut sebagai strategi pengendalian, terdiri atas
penggunaan prilakudan pengenalan untuk menghadapi atau memecahkan
persoalan secara langsung. Suatu strategi pengendalian cenderung bersifat
mengambil yanggung jawab. Berlawanan dengan menangani persoalan
menagani persoalan secara langsung stategi melarikan diri berusaha untuk
menghindari persoalan. Stratesi manajemen gejala terdiri atas penggunaan
metode-metode seperti relaksasi, meditasi, pengobatan, atau latihan untuk
mengatur gejala stres yang berkaitan dengan pekerjaan.

G. GEJALA-GEJALA DAN DAMPAK STRESS


 GEJALA-GEJALA

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang
beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada
individu, yaitu:

1. Gejala psikologis

69
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan :

 Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung


 Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
 Sensitif dan hyperreactivity
 Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
 Komunikasi yang tidak efektif
 Perasaan terkucil dan terasing
 Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
 Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
konsentrasi
 Kehilangan spontanitas dan kreativitas
 Menurunnya rasa percaya diri

2. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
 Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular
 Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan
noradrenalin)
 Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
 Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
 Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis (chronic fatigue syndrome)
 Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
 Gangguan pada kulit
 Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
 Gangguan tidur
 Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena
kanker
3. Gejala perilaku

70
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

 Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan


 Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
 Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
 Perilaku sabotase dalam pekerjaan
 Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
 Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan
diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan
berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
 Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
 Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
 Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
 Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu


meliputi:
a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun
c. Semangat dan energi menjadi hilang
d. Komunikasi tidak lancar
e. Pengambilan keputusan jelek
f. Kreatifitas dan inovasi kurang
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya


dengan kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

 Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya

71
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja
saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat
tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan
sebagainya.Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat
konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu
terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta
mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan.

Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan


76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek
stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
 Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut
jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
 Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak
bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan
situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung


adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan
secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan
teralienasi, hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984;
Robbins, 1993).

H. PENGENDALIAN STRESS
a. Manajemen Stres dan Teknik Pengurangan Stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini

72
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk
memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum
masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).

Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang


organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami
stress yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan
akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan
akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan
memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal
tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan
berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan
untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam
mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan
organisasi.

1. Pendekatan Individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level


stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan
waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan
waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat

73
meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi
tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi
pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir
untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga
yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

2. Pendekatan Organisasional

Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta
struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga
faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin
digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui
seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan
keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang
mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan
terhadap kondisi fisik dan mental.

Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan


untuk pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering
digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif
yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan
pekerjaan.
1. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah
pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif
kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas
menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari
kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada
kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
2. Biofeedback

74
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak
di deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari
biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi
tubuh hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar.
Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan
mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan
tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa
tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan
biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan
keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum
mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
 Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
 Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang
penuh dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran
dari pikiran yang berorientasi secara eksternal.
 Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada
suatu sikap yang pasif.
 Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke
tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak
semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam
manajemen stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons

75
seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran.
Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi,
keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan
label ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari
manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan
yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas
reaksi mereka terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.

Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di
kemukakan oleh Alex:

1) Sediakan waktu rileks

Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai


sejak pagi, sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan
(tapi tidak ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut
untuk melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah
teknik relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik
nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di
paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai membayangkan beban Anda berkurang.

2) Bersikap lebih asertif

Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan


untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan
tentang tugas Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang.
Dengan demikian, Anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan
dengan cara kerja seperti yang diinginkan perusahaan.

3) Bekerja lebih efisien

Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka


disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara

76
mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di
waktu malam akan merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang
hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat
outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja
secara lebih efisien. Anda juga harus trampil menentukan prioritas. Adanya urutan
prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.

4) Tingkatkan energi dengan tidur

“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,”
demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999).
Kesalahan juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah
melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur.
Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam
3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat)
atau mobil Anda untuk tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu
lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir.
Yang penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur
selama 30 menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan mood dan
rasa humor sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja. Anthony
menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai
tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.

5) Atur lingkungan kerja

Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau
ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang
tampaknya sepele tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus
kesehatan Anda. Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara
besar-besaran, ada baiknya Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui,
seni tata ruang dari Tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran
yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama maja, dari tumpukan kertas atau file.
Simpan kertas-kertas Anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda
juga bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui

77
siapa yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja
sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar (matahari).

6) Kembangkan pola hidup sehat

Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan
dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak
mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian.
Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.

Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan
badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas
paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar
oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh
Anda akan berpikir lebih jenuh.

7) Tingkatkan ketrampilan

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda
merasa kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-
buku atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda
mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan
ketrampilan akan membuat Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.

8) Lupakan pekerjaan saat libur

Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu.


Liburan sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai
bukan berarti membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan yang akan
membuat Anda lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda
dengan keluarga.

9) Pekerjaan bukan segalanya

Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk


aktualisasi diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat

78
menimbulkan perasaan berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar
pekerjaan, stres Anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat
menyakinkan diri bahwa walaupun Anda tidak bisa memperbaiki keadaan di
tempat kerja, Anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan
Anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan Anda sendiri adalah harta tak
ternilai.

79
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahaya fisik  berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari
kemampuan diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari
alat-alat kerja yang ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang
dapat berasal dari penggunaan alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las,
bahkan suara knalpot yang sudah dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik),
sehingga nantinya pekerja tersebut berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat
berasal dari benda bergetaran tinggi seperti mesin pembolong jalan, truk-truk
besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan pada pria, rusaknya jaringan
syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan non-ion, suhu
ekstrim, dan sebagainya.

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik
dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai
lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat
berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta
menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam
pembinaannya.

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bagaimana cara yang dapat
dilakukan dalam pencegahan bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-bahan
kimia, dan biologi adalah sebagai berikut:

1. sanitasi dan kebersihan yang baik,

2. imunisasi,

80
3. pengolahan bahan kimia yang sebaik-baiknya sehingga
kemungkinan racun memasuki tubuh melalui penelanan atau kontak dari
kulit apat di cegah,

4. pencegahan timbulnya, pemonitoran dan pengendalian bahan


diudara sehingga penghirupan racun di udara dapat dicegah.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelindung antaralain;

1. karet alam

2. karet nitril

3. polivinil alcohol

4. polivinil chloride

5. litron

Bahan-bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh manusia pada umumnya


melalui tiga (3) pintu yaitu:

1. Pernafasan, untuk bahan kimia diudara.

2. Pencernaan, untuk bahan kimia yang melekat pada tanggorokan dan di


telan, atau untuk bahan cair atau padat.

3. Kulit, untuk bahan-bahan cair, atau bahan-bahan diudara yang mengendap


dipermukaan kulit.

Adapun sifat-sifat bahan-bahan kimia yaitu : gas, uap, debu, kabut, “fume”,
awan, dan asap

Dari sifat-sifat diatas dapat di golong-golongkan menjadi padat, cair, dan gas.

81
Kesimpulan yang dapat di ambil dari semua materi,untuk menjaga keselamat
dalam oprasional ketel uap, perlu diadakan perawatan yang semestinya dan di
adakan pengujian pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa ketel
uap yang akan digunakan bisa berjalan dengan normal dan aman.
Dan semua ketel uap sebelum dipakai atau dikeluarkan dari meker, wajib
memiliki sertifikat yang telah di tentukan. dari dilaksanakanya pengujian tekan
dari ketel uap adalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
dalam tehnik pengoperasian pesawat uap secara aman, benar dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dibidang Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3)
yang berlaku.

Dan tujuan agar Semua persyaratan yang sudah ditetapkan dalam undang-
undang dan peraturan harus ditaati, mulai dari tahapan perencanaan,
pengoperasian dan pengujian/pemeriksaan.

Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi
dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt hal yaitu tingkat
individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat
hal tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu
tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya
respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang
tersebut.

Stress yang terjadi dapat berupa stress positif maupun negartif dimana
stress itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress.
Stress-stres yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi
dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam
pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat
mengurangi stress yang mereka alami.

Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran


seseorang serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun

82
semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi
pengaruhnya dalam bekerja.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
yang membaca. Selayaknya seorang mahasiswa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan,maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah lebih baik di kemudian hari.

83
Daftar Pustaka

https://anakkatiga.blogspot.com/2018/03/jenis-jenis-bahaya-hazard-dalam-
k3.html

http://nusantaratraisser.co.id/responsiveweb/blog/2018/11/29/jenis-bahaya-dalam-
k3/

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/99095-
ID-manajemen-risiko-kesehatan-dan-
keselamatan.pdf&ved=2ahUKEwiYz5CNkqToAhWglbcAHQuUCpAQFjABegQ
IBRAB&usg=AOvVaw3h1A9ZL3RqehnxlmnHT1-C

Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.PT


Pustaka Binaman Presindo. Jakarta.

Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja.Cetakan ke-9.CV


Haj i Hasagung. Jakarta.

http://silviasigit.blogspot.com/2010/10/1-lingkungan-kerja-fisik-dan-non-
fisik.html

http://id.shvoong.com/business-management/management/2134354-lingkungan-
kerja-fisik/

http://masteran.blogspot.com/2009/05/lingkungan-fisik-kerja.html

http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/

http://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/

http://mily.wordpress.com/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3/

84
http://akhlisnurse.blogspot.com/2012/01/bahaya-kimia.html

Suma’mur. (1984). “ Higene Perusahaan dan Keselamtan Kerja”. Jakarta :


Gunung Agung.

Suma’mur. (1989). “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”. Jakarata :


CV Haji Masaagung.

Cahyono, A. B. (2004). “Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri”.


Yogyakarta : UGM Press.

http://diklatwasnaker73.blogspot.com/2013/04/pemakaian-ketel-uap-secara-
aman.html

http://infotrainingcigma.wordpress.com/tag/pesawat-uap-bejana-tekan/

http://jamaengineering.wordpress.com/2013/04/24/pressure-vessel/

http://stip52.blogspot.com/2013_06_01_archive.html

http://dodiiee.blogspot.com/2013/03/penerapan-k3-bidang-pesawat-uap-
bejana.html

http://akbarmachfud.blogspot.com/2013/09/k3-dibidang-las-dan-bejana-
ledak.html

Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organisasi,


Perilaku, Struktur, proses. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996

Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organization


Behavior, Structure, Processes. USA: Richard D. Irwin, 1994.

Lulus Margiati, Stress Kerja: Latar Belakang Dan Alternatif


Pemecahannya,Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Surabaya:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 1999

85
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Perusahaan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

Phillip L. Rice, Stress and Health, California: Brooks/ Cole Publishing Company,
1999

86

Anda mungkin juga menyukai