Anda di halaman 1dari 45

PEDOMAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3


(KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
PT. GUDANG GARAM TBK
KEDIRI – JAWA TIMUR

Disusun oleh:
Aulia Nur Azizah (P27833216023)
Rahayu Agung P. (P27833216038)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN MADIUN
JL. Tripandita No. 06 TELP. (0351) 895315 Magetan
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah - nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Pedoman SMK 3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) tepat pada waktunya.

Adapun tujuan kami dalam pembuatan laporan ini ialah untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja. Penulis laporan ini tidak akan
memberikan suatu hasil tanpa bantuan, arahan, bimbingan dan sumber dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada
:

1. Bapak H.Trimawan HW.M.Kes selaku dosen pengajar dan mata kuliah K3


(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini..
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Pedoman SMK 3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifatnya membangun, supaya lebih
sempurna dan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Harapan kami semoga penyusunan Pedoman SMK 3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) ini dapat bermanfaat bagi proses belajar mengajar di Program
Studi Kesehatan Lingkungan Magetan.

Magetan, April 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................5
B. Tujuan ............................................................................................................6
BAB II DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN
A. Undang-undang .............................................................................................7
B. Peraturan Pemerintah .....................................................................................8
BAB III KETENTUAN – KETENTUAN KESEHATAN KERJA
A. Kesehatan Kerja .............................................................................................9
B. Penyakit Akibat Kerja ..................................................................................10
C. Tempat Kerja ...............................................................................................11
BAB IV KETENTUAN – KETENTUAN TENTANG TENAGA KERJA
A. Tenaga Kerja ................................................................................................15
B. Kebutuhan Jaminan Yang Harus Dimulai Oleh Setiap Pekerja ..................15
C. Perilaku Pekerja Dalam Bekerja (Safety Act) .............................................15
D. Faktor – Faktor Pekerja Yang mempengaruhi Kecelakaan Kerja ...............16
E. Produktivitas kerja Karyawan PT Gudang Garam Tbk ...............................17
BAB V KAJIAN TEORI TENTANG FAKTOR FISIK
A. Pencahayaan ................................................................................................18
B. Debu .............................................................................................................19
C. Kebisingan ...................................................................................................21
D. Suhu Dan Kelembapan ................................................................................23
E. Radiasi Panas ...............................................................................................24
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Industri Rokok ...............................................................26
B. Jenis Perusahaan ..........................................................................................27
C. Struktur Organisasi ......................................................................................27
D. Alat Dan Bahan Yang Digunakan ...............................................................29
E. Proses Kerja Dan Resiko Yang Ditimbulkan ...............................................30
F. Hasil Limbah Dan Pengolahan Limbah .......................................................34

3
G. Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ...............37
H. Masalah Kesehatan Para Pekerja .................................................................39
BAB VII STRATEGI PENANGGULANGAN
A. Penanggulangan Pada Proses Produksi .......................................................40
B. Penanggulangan Pada Lingkungan ..............................................................40
C. Penangulangan Pada Manusia .....................................................................41
BAB VIII PENGENDALIAN
A. Penyakit Akibat Kerja .................................................................................43
B. Sikap dan Sistem Kerja ................................................................................43
C. Pencegahan Dan Pengendalian Dari Perusahaan .........................................43
BAB IX PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................45
B. Saran ............................................................................................................45

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan


dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap
penerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan bangunan.
Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu menyertai faktor
– faktor yang mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan
maupun penyakit akibat kerja.

Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus


dicegah. Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material,
maupun moril dan waktu, terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya. Lebih – lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya
tersebut jauh lebih baik dari pada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang
hanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian
komposisinya.

Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dari penggunaan teknologi


maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja,
terutama masalah penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan
yang belum melaksanakan ketentuan - ketentuan yang mengarah ke
pencegahan penyakit akibat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya
perhatian, waaktu, dan biaya yang relatif tinggi. Dari pihak pekerja sendiri,
disamping pengertian dan pengetahuan masih terbatas, masih ada sebagian dari
mereka yang ,masih enggan menggunakan alat pelindung diri atau mematuhi
peraturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah keselamatan kesehatan
kerja tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu yang
melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, tenaga kerja, serta

5
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Menciptakan tempat kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman bagi
pekerja, serta mempunyai keterampilan dalam menyehatkan lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal dasar hukum penyelenggaraan
b. Mengenal ketentuan – ketentuan tenaga kerja
c. Kesehatan Kerja
d. Penyakit Akibat Kerja
e. Mengenal ketentuan – ketentuan tentang tempat kerja
f. Mengidentifikasi komponen yang berhubungan dengan K3
g. Menilai komponen yang berhubungan dengan K3
h. Mengendalikan dampak dan resiko bahaya

6
BAB II
DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN

A. Undang-Undang
a. Undang-undang No. 27 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
pasal 23 ayat 3
” Tempat kerja adalah tempat yang terbuka atau tertutup bergerak atau tidak
bergerak yang dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa oleh
suatu pekerja. Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja
adalah tempat yang mempunyai resiko bahaya kesehatan mudah terjangkit
atau mempunyai karyawan yang paling sedikit 10 orang.”
b. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
c. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada
pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para
pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat
dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang
Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
d. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaa.
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti
sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

7
B. Peraturan Pemerintah
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
a. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja

8
BAB III
KETENTUAN – KETENTUAN KESEHATAN KERJA

A. Kesehatan Kerja
1. Kesehatan kerja adalah aspek kesehatan yang berhubungan erat dengan
lingkungan kerja dan pekerjaan yang secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dan tenaga
kerja. ( Menurut Komite Bersama Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO) dan organisasi kesehatan sedunia / WHO ).
a. Pasal 23 ayat 1
”Kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang normal /
optimal sejalan dengan program tenaga kerja”.
b. Pasal 23 ayat 2
”Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya penyesuaian kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada pekerja sesuai
dengan jaminan sosial tenaga kerja yang mencakup upaya
peningkatan kesehatan. Kesehatan kerja meliputi persyaratan
kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan jenis
pekerjaannya, persyaratan bahan baku peralatan dan proses kerja
serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja”.
2. Ketentuan Waktu Kerja
Yaitu dalam sehari karyawan bekerja 1 hari 8 jam sesuai dengan UU RI
No 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan pasal 77 No. 2 paragraf 4
waktu kerja.
3. Training
Training pegawai sebelum bekerja tentang kesehatan dan keselamatan
karyawan / penyuluhan K3 guna untuk meningkatkan produktifitas kerja
yang optimal sesuai dengan UU RI No. 13 tahun 2003 paragraf No.2
dan 3 pasal 86 kesehatan dan keselamatan karyawan.

9
4. Upah / Pengupahan
Sudah ada kebijakan pengupahan sesuai dengan bagian kedua pasal 88
No. 2 dan 3 pengupahan sesuai UU RI No. 31 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan.
5. Kesejahteraan
Ada jaminan kesejahteraan di PT Gudang Garam Tbk, sesuai dengan
UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Bagian ketiga pasal
99 No. 1, 2 dan pasal 100 No 2, kesejahteraan atau UU RI No. 13 tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan Bab I ketentuan umum pasal 1 No. 31.
6. Ketentuan – ketentuan yang berhubungan dengan kesehatan kerja diatur
dalam PP Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan – ketentuan pokok
mengenai kerja, yang memuat ketentuan – ketentuan pokok tantang
tenaga kerja, mengatur hygiene perusahaan dan keselamatan kerja
sebagai berikut:
a. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan
kerja, kesehatan, pemeliharaan, moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia, moral agama ( pasal 9 ).
b. Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
1) Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan.
2) Norma keselamatan kerja.
3) Norma kerja.
4) Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitas dalam hal
kecelakaan kerja.

B. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan kerja. (Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerj dan
Transmigrasi No.01/MEN/1981 Pasal 1 ayat (a) Penyakit akibat kerja
adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerja atau lingkungan kerja.
( Suma’mur : 1985 ).

10
C. Tempat Kerja
1. Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap tenaga bekerja atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber –
sumber bahaya.
Tempat kerja adalah tempat tempat yang terbuka atau tertutup
bergerak atau tidak bergerak yang dipergunakan untuk memproduksi
barang atau jasa oleh suatu pekerja. Tempat kerja yang wajib
menyelenggarakan kesehatan kerjaadalah tempat yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan mudah terjangkit atau mempunyai karyawan
yang paling sedikit 10 orang ( UU No. 27 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup pasal 23 ayat 3 ).
2. Proses Kegiatan Kerja
Proses pada suatu tempat kerja ialah suatu proses yang dapat
menghasilkan bahan yang bisa langsung dimanfaatkan dari bahan baku
menjadi bahan jadi siap di distribusikan kepada pihak konsumen.
3. Syarat Teknik Tempat Kerja
Syarat teknik tempat kerja sesuai dengan sifat dan kondisi tempat
kerja namun komponen – komponennya umumnya tidak berbeda
komponen yang termasuk dalam syarat teknik diantaranya adalah:
a. Tata Bangunan
Bangunan atau tempat memproduksi triplek harus ditata dan
dipergunakan sesuai dengan fungsinya, serta memenuhi
persyaratan kesehatan tidak mengakibatkan pencemaran udara
pada lingkungan sekitar tempat memproduksi triplek.
b. Konstruksi Bangunan
1) Lantai
a) Lantai harus terbuka dari bahan yang kuat tidak terdapat
gangguan.
b) Bila lantai tanah, harus teras tidak gembur.

11
2) Dinding
Dinding harus rata, bersih, berwarna terang.
3) Ventilasi
Pengaturan sistem ventilasi sangat mempengaruhi peredaran
udara ruang karja luas jendela atau dinding gelas kaca untuk
masuknya cahaya minimal 1/6 kali.
4) Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Agar tecipta kegiatan secara efektifitas harus
didukung fasilitas atau sarana pencahayaan yang baik.
5) Kelembapan
Agar tidak lembab perawatan harus baik.
6) Bau
Harus berbau segar agar tidak pengap.
7) Penghawaan
Agar cukup tata ruang harus sesuai.

c. Alat dan Bahan


1) Alat
 Alat Kerja
- Penggulung rokok
- Lem kertas
 Alat Angkut
- Truk / Kontainer
 Alat Pemotong
- Drum pisau
 Alat Bantu
- Guillotine (alat penggal jadul)
- Conditioing Cylinder
- DCCC(Direct Conditioning and Casing Cylinder)
- Flavour Flavour Cylinder

12
 Alat Pengering
- Dreyer
 Alat Pengepres
- Mesin hot press.
2) Bahan
- Tembakau
- Kertas rokok (Cigaret)
- Gabus rokok (Filter)
- Saos tembakau

4. Fasilitas Sanitasi
a. Pemeliharaan Toilet
Toilet yang tersedia harus bersih dan tidak bau, kedap air dan tidak
licin. Harus ada sabun dan lap.
b. Penyediaan Air Bersih
Air yang digunakan untuk keperluan produksi dan karyawan harus
bersih dan harus ada perbedaan warna pipa yaitu:
1) Merah : pemadam kebakaran
2) Biru : untuk air bersih
3) Abu – Abu : untuk air pabrik

5. Peralatan
a. Alat – alat pembersih
Sapu lidi, sapu ijuk dan lain – lain harus tersedia.
b. Kotak P3K
Tersedia kotak P3K yang berisi obat – obatan.
c. Alat pemadam kebakaran
APAR disetiap sudut ruangan ada.

6. Fasilitas Pembantu Produksi


a. Kantor
Tempat memanage segala kegiatan produksi.

13
Suhu : Harus segar agar penghuni merasa nyaman 24o – 26o, suhu
dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan atau
kurangnya koordinasi alat. Suhu panas mengurangi kelincahan,
menurunnya prestasi kerja mengganggu kecermatan kerja otak serta
memudahkan untuk dirangsang.
b. Gudang
Tempat untuk menyimpan alat – alat bantu kerja. Agar gudang tetap
terjaga kebersihannya maka harus ada kontruksi bangunan yang
bagus yang terdapat pencahayaan dan suhu yang baik.
c. Tempat Parkir
Digunakan untuk memparkir kendaraan pekerja.
d. Transportasi

7. Perawatan dan Perbaikan


a. Dibersihkan secara manual oleh karyawan.
b. Apabila mesin rusak diperbaiki oleh teknisi khusus.

14
BAB IV
KETENTUAN – KETENTUAN TENTANG TENAGA KERJA

A. Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja menurut UU Ketenagakerjaan adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

B. Kebutuhan Jaminan Yang Harus Dimulai Oleh Setiap Pekerja


1. Kebutuhan Psikologi
Kebutuhan psikologi berfungsi menjamin ” privasi ” bagi setiap
komponen manusia yang berada dilingkungan industri. Perlu adanya
kenyamanan yang didapat baik sedang berada di lingkungan tempat
kerja. Keadaan tempat kerja harus diataur sedemikian rupa baik dijaga
kebersihannya, keamanan, maupun kelenngkapan fasilitasnya sehingga
timbul rasa aman dan nyaman didalamnya. Selain dari pada itu kita
juuga jangan melupakan pentingnya jalinan komonukasi dan hubungna
yang harmonis antara setiap individu di dalam tempat kerja, karena itu
sangat berpengaruh terhadap aspek psikologis yang berasal dari
lingkungan.
2. Perundangan Terhadap Penularan Penyakit
Untuk mencegah penularan penyakit pada tempat kerja diperlukan
sarana air bersih, fasilitas pembuangan air limbah, fasilitas
penyimpanan makanan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk
menghindari adanya intervensi dari serangga dan binatang vektor yang
dapat menularkan penyakit.

C. Perilaku Pekerja Dalam Bekerja ( Safety Act )


1. Bekerja sesuai prosedur.
2. Bekerja dengan kondisi yang sesuai.
3. Bekerja dengan semangat dan etos kerja yang benar.
4. Karyawan atau pekerja harus dilengkapi, dengan pakaian yang
memenuhi standart keselamatan kerja.

15
D. Faktor – Faktor Pekerja Yang mempengaruhi Kecelakaan Kerja
1. Umur tenaga kerja
Penelitian dengan test reflek memberikan kesimpulan bahwa umur
mempunyai pengaruh penting dalam terjadinya kecelakaan. Golongan
umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan
lebih rendah dibanding usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi (
refleksi ) lebih tinggi. Akan tetapi mereka untuk jenis pekerjaan tertentu
sering merupakan golongan tenaga kerja dengan kasus kecelakaan oleh
kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang
dihadapinya.
2. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian terhadap pengalaman kerja
dengan studi retrospektif, terhadap 383 kasus di Hongkong membuktikan
bentuk kecelakaan kerja pada tangan akibat kena mesin terutama pada
tenaga kerja yang penngalamannya kurang dari setahun.
3. Jenis kepribadian pekerja
Faktor kejiwaan merupakan faktor paling kuat dalam mempengaruhi
terjadinya kecelakaan. Kecerobohan merupakan salah satu ungkapan
jiwa atau kepribadian seseorang yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Demikian ungkapan jiwa lain seperti emosi dan motivasi kerja.
4. Tingkat keterampilan / pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi
pekerjaan demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek
maupun teori termasuk di antara cara mencegah kecelakaan atauppun
cara menghindari bila terjadi kecelakaan.
5. Kelelahan
Faktor kelelahan dapat menyababkan naik ya angka kecelakaan dan
menurunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena komplek
fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala
perasaan lelah dan perubahan fisiologis ( kelelahan fisik ). Kelelahan

16
kerja akan berakibat menurunkan kemampuan kerja dan ketahanan tubuh
para pekerja.

E. Produktivitas kerja Karyawan PT Gudang Garam Tbk


Produktivitas pekerja di pengaruhi beberapa faktor antara lain:
1. Jumlah karyawan dan pembagian tugas
Untuk pekerja perempuan cenderung ditempatkan pada bagian yang
membutuhkan ketelitian dan ketrampilan yaitu bagian pelintingan,
dan pengeleman sedangkan pekerja laki – laki ditempatkan pada
proses kerja yang membutuhkan tenaga dan kerja sama antar tim
dimana pada proses tersebut dibutuhkan kerja sama untuk proses
pengangkutan dan juga di bagian permesinan.
2. Waktu bekerja
3. Perilaku pekerja
4. Penggunaan APD
5. Para pekerja sebagian sudah menggunakan APD berupa sarung tangan
serta masker. Hal tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan dan mengurangi produktifitas
pekerja karena belum terbiasa dengan APD yang disediakan.
6. Umur
7. Jaminan kesehatan

17
BAB V
KAJIAN TEORI TENTANG FAKTOR FISIK

A. Pencahayaan
1. Sumber Cahaya
Sumber cahaya dibagi menjadi 2 yaitu cahaya alami dan cahaya buatan.
Cahaya alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalui jendela, celah – celah dan bagian bangunan yang terbuka.
Sedangkan cahaya buatan (arti fisial lighthing) adalah pencahayaan yang
berasal dari sumber energi buatan yang telah dibuat oleh manusia.
2. Ukuran Cahaya
Ukuran cahaya adai beberapa macam antara lain:
a. Standart candle
Ukuran standart bagi satu lilin, yaitu dengan berat 1/6 pond an dan
cepat penyebaranya ialah 150 grains (7,8 gram) per jam, satu jam, satu
grains=65 mg. Standart ini telah diakui secara internasional. Contoh=
cahaya lampu berkekuatan 400 lilin
b. Foot candle
Ukuran kuat pencahayaan illuminasi yang ditera dari satu titik satu
foot dari sumber cahaya yang berkekuatan 1 lilin
c. Lumen (lm)
Ukuran jumlah cahaya yang dipancarkan dari satu sumber atau n
jumlah cahaya yang dipancarkan dari satu sumber atau yang diterima
disebuah gedung atau yang dilakukan melalui sebuah medium. Satu
lampu biasa 100 watt dapat memancarkan sebesar 1200 lumens.
d. Satu lumens per squere foot (lm/ft)
Jumlah cahaya yang jatuh pada bidang seluas satu kaki persegi.
Dimana setiap titik bidang itu mempunyai jarak 1 kaki dari sumber
cahaya yang berkekuatan satu lilin. Jadi equifalent dengan satu foot
candle.
e. Lux sama dengan satu lumens persegi meter
Ukuran ini sering dipakai didaratan eropa 10,76 lux equifalent dengan
satu foot candle. 1 foot candle= 3,28J2=10756 lux.

18
f. Foot lumbert (ft-L)
Satu foot lumbert sama dengan ukuran terangnya satu permukaan
bidang yang putih (tidak mengkilap) bila disinari dengan cahaya
berkekuatan satu lumens per square foot. Jadi 1 ft L = 1 Lm/f.
3. Pengaruh pencahayaan pada kesehatan
Cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri, telah diketahui sejak
lama selain ultraviolet dari cahaya matahari sering dimanfaatkan untuk
pengobatan rachitis. Tetapi sebaliknya kebanyakan terkena sinar matahari
dapat mengakibatkan kangker pada kulit. Kurangnya pencahayaan akan
menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan dan sekaligus
produktifitas manusia. Cahay ultraviolet dengan panjang gelombang
terpendek dan cahaya infrared dengan panjang gelombang terpanjang tidak
dapat dilihat oleh mata mausia.

B. Debu
Debu ialah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanis seperti penghancuran
batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada tambang timah putih,
tambang besi tambang batu bara, diperusahaan tempat menggurinda besi dan
baja dalam proses sandblasting dan lain – lain.

1. Macam – macam Debu:


Pembagian debu ada yang di dasarkan pada sifatnya ada yang didasarkan
karena efeknya, secara garis besar ada 3 macam debu yaitu:
a. Debu organik yaitu seperti : debu kapas, debu daun – daunan tembakau
dan sebagainya.
b. Debu mineral, yang merupakan senyawa kompleks seperti : SiO2, SiO3,
arang batu dan lainnya.
c. Debu metal seperti : timah hitam, mercury, cd, Arsen, dan lain – lainnya
umumnya debu – debu ini dapat menyebabkan penyakit pada paru –
paru yang kita kenal dengan pneumoconiosis. Namun ada pula yang
menyebabkan keracunan secara umum, akibat absorbsi tubuh melalui
permukaan kulit, lambung maupun traktus respiratorius, misalnya
keracuan akut yang disebabkan oleh timah hitam.

19
2. Pengontrolan debu dalam ruang kerja
a. Metode pencegahannya terhadap transmisi ialah:
1) Memakai metode basah
Lantai disiram air supaya debu tidak berterbangan di udara
pengeboran basah (wet drilling ) untuk mengurangi debu yang ada
di udara. Debu jika disemprot dengan uap air akan berflocculasi lalu
mengendap.
2) Dengan alat:
- Scruber
- Dectropresipitator
- Ventilasi umum
b. Pencegahan terhadap sumber
1) Diusahakan debu tidak keluar dari sumber, dengan ”local
exhouster”.
2) Subtitusi
Contoh: pasir diganti dengan bubuk alumina dll.
c. Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau
masker.

3. Pengaruh debu terhadap kesehatan


Mekanisme penimbunan debu dalam paru – paru dapat terjadi sebagai
berikut :
Dengan menarik nafas udara yang mengandung debu masuk
kedalam paru – paru. Jalur yang ditempuh hidung, faring, trakea,
bronchus bronciolli, dan alveoli. Apa yang terjadi dengan debu ini
sangat tergantung dari pada besarnya ukura debu.
Partikel debu yang dapat dihirup oleh pernafasan manusia
mempunyai ukuran 0,1 mikron sampai 10 mikron. Pada hidung dan
tenggorokan bagian bawah ada cilia yang berfungsi menahan benda –
benda asing yang kemudian dikeluarkan bersama scret atau waktu
panas. Debu berukuran 5 – 10 mikron akan ditahan oleh cilia pada jalan
pernafasan sebelah atas, sedangkan yang berukuran 3 – 5 mikron

20
ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan partikel diantara 1 – 3
mikron dapat masuk sampai ke alveoli paru – paru. Dan untuk partikel
yang berukuran 0,1 – 1 mikron , tak mudah hinggap di permukaan
alveoli eloh karena debu – debu ukuran demikian ini tidak mudah
mengendap.
Partikel – partikel kecil ini oleh karena gerakan Brown, ada
kemungkinan membentur permukaan alveoli dan tertimbun disana. Bila
debu masuk di alveoli, jaringan mengeras yang disebut fibrasis. Bila
10% alveoli mengeras akibatnya mengurangi elastisitasnya dalam
menampung volume sehingga kemampuan untuk mengikat oksigen
menurun. Fungsi paru – paru utama ialah untuk melakukan pertukaran
udara dari atmosfer ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya untuk
pertukaran udara dalam paru – paru ini harus melalui alveoli. Dalam
alveoli ini terjadi pertukaran oksigen dari atmosfer dengan CO2 dibawa
keseluruh tubuh. Karena terjadinya fibrasis dapat menurunkan vital
capacity paru – paru, akibatnya O2 akan berkurang yang ditangkap
sehingga bagian yang memerlukan oksigen seperti otak, jantung akan
terganggu.

C. Kebisingan
1. Pengertian
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak
dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat
getaran udara atau media lain. Bunyi dapat juga ditangkap melalui
kontak langsung dengan obyek – obyek yang sedang bergetar. Telinga
manusia mampu menangkap bunyi dalam batas 16 – 20.000 Hz.

2. Jenis Kebisingan
a. Study State Noise / Bising Kontinyu
Adalah kebisingan dimana fluktuasi dan intensitasnya tidak lebih
dari 4 db A dari harga rta – ratanya.
Jenis Bising ini debedakan menjadi:

21
- Bising kontinyue dengan spectrum luas
Sumber : diesel, kipas dll
- Bising kontinyue dengan spectrum sempit
Sumbernya : mesin gergaji, sirkulasi, katub gas dll
b. Bising Impulsive / Impulsive Noise
Merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh pulsa tunggal atau bunyi
yang tangkat bunyinya pada saat tertentu tiba – tiba membesar.
Waktu yang diperlukan mencapai ( peak intensitas ) tidak lebih dari
35 milisecond ( mili detik ) dan waktu yang dibutuhkan untuk
penurunan intensitas sampai 20dB dibawah puncaknya tidak lebih
dari 500 mili second.
c. Bising Intermitten
Bunyi yang berulang – ulang yang menyimpan lebih dari 4db dari
harga rata – ratanya bunyi yang berulang – ulang pada dasarnya
dapat bersifat sebagai steady noise atau sebagai impulse noise.
- Bila terjadi event ke-2 berselang kurang dari 0,5 second. Maka
intermiten ini diklasifikasikan sebagai steady noise.
- Bila waktu lebih dari 0,5 second maka eventnya diklasifikasikan
sebagai impulse noise.

3. Stasiun Intensitas Bising


Desibel adalah adalah rasio dari intensitas suara tambahan yang desibel
berarti perkalian dari intensitas ( energi ) suara dengan 10X tambahan
20 desibel berarti peningkatan 10x10=100xsemula.
- Suara dengan intensitas 1000 = 3db, suara dengan intensitas
1000=40 db.
- Batas suara yang menyakitkan yaitu 130 dB. Mempunyai
intensitas sebesar 1013.

4. Pengaruh bising terhadap kesehatan


a. Trauma akustik

22
Gangguan pendengaran disebabkan oleh pemaparan tunggal
terhadap intensitas kebisingan sangat tinggi dan terjadi secara tiba –
tiba seperti gangguan pendengaran karena suara bom.
b. Ketulian Sementara ( Temporary Threhold Shift )
Bilamana seseorang masuk ke suatu tempat kerja yang bising, maka
mula – mula orang tersebut akan merasa terganggu dengan adanya
kebisingan tadi. Namun setelah beberapa jam berada ditempat kerja
tersebut orang yang bersagkutan merasa tidak terganggu lagi. Jika
orang tersebut keluar dari tempat kerja maka daya dengarnya sedikit
demi sedikit akan pulih kembali. Gangguan pendengaran ini sifatnya
sementara.
c. Ketulian Permanen
Bilamana seorang pekerja mengalami ketulian sementara dan
kemudian terpapar bising kembali sebelum pemulihan secara
lengkap terjadi, maka akan terjadi akumulasi sisa ketulian dan bila
hal ini berlangsung secara berulang dan menahun sifat ketulian akan
berubah menjadi menetap. Ketulian ini pada umumnya akan terjadi
setelah pemaparan 10 tahun atau lebih.

D. Suhu Dan Kelembapan


Suhu udara dapat diukur dengan termometer dan disebut suhu
kering. Kelembapan udara dapat diukur dengan menggunakan higrometer.
Sedangkan suhu dan kelembapan dapat diukur bersama – sama dengan
misalnya ” sling Psychrometer ” atau ” Arsmann Psychrometer ” yang
menunjukkan suhu basah sekaligus. Suhu basah adalah suhu yang
ditunjukkan suatu termometer yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya
dengan demikian suhu tersebut menunjukkan kelembapan relatif.

Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu


sistem pengaturan suhu ( thermoregulatory sistem ). Suhu udara dapat
diukur dengan thermometer. Suhu nikmat kerja sekitar 24o – 26oC bagi
orang Indonesia. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku
atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas mengurangi kelincahan,

23
menurunnya prestasi kerja, mengganggu kecermatan kerja otak, serta
memudahkan untuk dirangsang.
Suhu kerja yang terasa panas dapat diatasi dengan cara:
1. Mempercepat gerakan aliran udara dengan memasang kipas angin.
2. Atap bangunan terutama pada oprator terbuat dari bahan yang tidak
menyerap panas.
3. Pengaruh Suhu dan kelembaban terhadap kesehatan
Suhu yang tinggi mengakibatkan ” Heat Crampas ”, ” Heat
Exhaustion”, ”Heat Stroke” dan milinaria. Heat cramps mengakibatkan
kejang – kejang dan gejala yang ada di heat stress yaitu pingsan, kelemahan,
eneg muntah. Heat exhaustion mengakibatkan lemah, pingsan, dan
lethargik. Heat stoke jarang terjadi pada industri, namun bila terjadi
biasanya pada laki – laki yang pekerjaannya berat. Milinaria adalah
kelainan kulit karena keluarnya keringat yang berlebih.
Suhu yang rendah yang menyebabakan ” chilblains’, ” trench foot
chilblains ”, menyebabkan bengkah, merah, panas, sakit yang diselangi
gatal. Trench foot merupakan anggota badan, terutama kaki oleh
kelembapan atau dingin biarpun diatas titik beku. Frostbite adalah akibat
suhu yang rrendah dibawah titik beku. Pencegahan didasarkan pada seleksi
pekerja dan penggunaan pakaian pelindung yang baku.

E. Radiasi Panas
Radiasi panas adalah suatu gelombang elektromagnetik. Pertukaran
panas dengan cara radiasi antara tubuh dan benda – benda sekitarnya yakni
dengan cara menyerap atau memancarkan panas. Termometer yang
digunakan untuk mengukur suhu bola adalah termometer bola ( globe
thermomter ). Sebuah termometer gelas berisi air raksa ditempatkan pada
pusat sebuah bola terbuat dari tembaga dan bagian luarnya di cat hitam (
Matte Black ). Diameter bola biasanya berukuran 15 cm atau 4,4 cm.
Pembacaan suhu bola dilakukan pada saat keseimbangan panas antara bola
dan udara sekitarnya telah tercapai yakni kurang lebih memerlukan waktu
20 menit.

24
Pengaruh radiai panas terhadap kesehatan

Radiasi panas dapat berpengaruh terhadap banyaknya yang dihasilkan


oleh tubuh. Sehingga para pekerja dapat mengalami kelelahan. Selain itu
juga dapat mempengaruhi banyaknya keringat yang menguap dan denyut
jantung. Denyut jantung seseorang dapat dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya yaitu beban fisik dan beban tambahan misalnya tekanan
panas. Denyut jantung akan terus meningkat bila pekerja yang
bersangkutan telah beraklimitasi terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut
jantung maksimum untuk orang dewasa adalah 80 – 200 denyut per menit
dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa
menit saja.

25
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Industri Rokok

Perusahaan rokok Gudang Garam adalah salah satu industri rokok


terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di kota Kediri,
Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal luas baik di dalam
negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok kretek berkualitas
tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai variasi, mulai
sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga
sigaret kretek linting-mesin (SKM). Bagi Anda para penikmat kretek sejati,
komitmen kami adalah memberikan pengalaman tak tergantikan dalam
menikmati kretek yang terbuat dari bahan pilihan berkualitas tinggi.

PT Gudang Garam Tbk (IDX: GGRM) adalah sebuah merek/perusahaan


produsen rokok populer asal Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh
Surya Wonowidjojo, perusahaan rokok ini merupakan peringkat kelima
tertua dan terbesar (setelah Djarum) dalam produksi rokok kretek.
Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri,
Jawa Timur.

Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Jien Hwie atau
Surya Wonowidjoyo. Sebelum mendirikan perusahaan ini, di saat berumur
sekitar dua puluh tahun, Tjoa Jien Hwie mendapat tawaran bekerja dari
pamannya di pabrik rokok Cap 93 yang merupakan salah satu pabrik rokok
terkenal di Jawa Timur pada waktu itu. Berkat kerja keras dan kerajinannya
dia mendapatkan promosi dan akhirnya menduduki posisi direktur di
perusahaan tersebut.

Pada tahun 1956 Tjoa Jien Hwie meninggalkan Cap 93. Dia memilih
lokasi di jalan Semampir II/l, Kediri, di atas tanah seluas ± 1000 m2 milik
Bapak Muradioso yang kemudian dibeli perusahaan, dan selanjutnya
disebut Unit I ini, ia memulai industri rumah tangga memproduksi rokok

26
sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie.
Setelah dua tahun berjalan Ing Hwie mengganti nama perusahaannya
menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam. PT Gudang Garam Tbk tidak
mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT Surya Madistrindo
lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen.

B. Jenis Perusahaan

PT. Gudang Garam Tbk Kediri termasuk jenis perushaan manufaktur di


karenakan PT. Gudang Garam Tbk Kediri lebih mengutamakan produk
utamanya yaitu rokok yang berkualitas baik, di banding mesti harus turun
ke lapangan untuk menjual produknya. Karena Perusahaan ini mengubah
input dasar menjadi produk jadi yang akan dijual kepada masing-masing
pelanggan.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dianut oleh PT Gudang Garam Tbk Kediri adalah
struktur organisasi line/garis.
a. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah badan noneksekutif yang mewakili
kepentingan seluruh pemegang saham dan berperan mengawasi
manajemen perusahaan. Dewan Komisaris beranggotakan sedikitnya
tiga orang, dimana salah seorang di antaranya diangkat sebagai Presiden
Komisaris. Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk masa jabatan
lima tahun dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Dewan
Komisaris Gudang Garam.
b. Dewan Direksi
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh Direksi yang beranggotakan
sedikitnya tiga orang. Salah seorang di antaranya ditunjuk menjadi
Presiden Direktur. Anggota Direksi diangkat untuk masa jabatan lima
tahun dan disetujui Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi tidak
diperkenankan merangkap jabatan lain yang dapat menimbulkan

27
benturan kepentingan dengan perusahaan, kecuali atas persetujuan
Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham. Anggota Direksi
PT Gudang Garam Tbk saat ini ada 6 orang.
c. Komite Audit
Komite Audit adalah komite independen yang anggotanya ditunjuk oleh
dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. Tugas utama Komite
Audit adalah membantu Dewan Komisaris memastikan berjalan dan
terpeliharanya praktik tata kelola perusahaan serta pengawasan
perusahaan yang memadai.
1. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan bertugas memastikan agar Gudang Garam
senantiasa mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan
oleh badan otoritas pasar modal. Tugas lainnya adalah memberi
masukan kepada Direksi serta Dewan Komisaris mengenai
permasalahan yang terkait dengan hal-hal yang disebutkan tadi serta
memberikan informasi yang dibutuhkan badan otoritas pasar modal
dan para pemegang saham mengenai kinerja bisnis perusahaan.
Informasi diberikan melalui publikasi laporan keuangan, pertemuan,
serta paparan publik tahunan.
2. Karyawan
Salah satu keunikan yang dimiliki PT Gudang Garam Tbk dalam hal
sumber daya manusia adalah kemampuan untuk menerapkan prinsip
padat karya sekaligus prinsip padat modal secara bersama-sama. Di
satu sisi untuk memproduksi rokok yang berkualitas tinggi, PT
Gudang Garam Tbk dituntut untuk menggunakan mesin-mesin dan
peralatan canggih yang membutuhkan banyak modal untuk
pengadaanya. Namun di sisi lain perusahaan juga memiliki
komitmen besar terhadap pemerdayaan sumber daya manusia. Hal
ini terbukti dengan jumlah karyawan PT Gudang Garam Tbk yang
mencapai lebih dari 41.000 karyawan yang tersebar di berbagai
sektor pekerjaan.

28
D. Alat Dan Bahan Yang Digunakan
a. Bahan yang diperlukan:
1. Tembakau
Merupakan produk pertanian yang diproses dari daun tanaman genus
Nicotiana. Dapat dikonsumsi atau digunakan sebagai pestisida, dan
dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Jika
dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi
rokok,tembakau kunyah, dan sebagainya.
2. Kertas Rokok (Cigaret)
Terbuat dari selulose dan bisa menggunakan zat tambahan untuk
menjaga warna putih untuk membentuk abu yang baik dan
pembakaran yang baik. Kertas cigaret sangat tipis, nantinya kertas
ini akan digunakan untuk membungkus tembakau menjadi sebatang
rokok.
3. Gabus Rokok (Filter)
Filter dalam rokok digunakan untuk mengurangi efek racun nikotin
yang masuk ke dalam paru - paru seorang perokok. Asap rokok yang
dihasilkan lebih baik. Filter yang lebih efektif untuk rokok dan
tembakau diperlukan persyaratan-persyaratan untuk menurunkan
tar, nikotin, dan beberapa zat volatile lain pada asap rokok atau
tembakau. Modifikasi chitinchitosan pada rokok sangat bagus
sebagai filter asap rokok. Penggunaan chitin dapat menyerap zat-zat
phenolik, zat asam dan komponen organik lainnya pada asap rokok.
4. Saos Tembakau
Saos dalam tembakau berfungsi untuk menambah citarasa dan
aroma tertentu sebuah rokok, kini bahkan beberapa produsen saos
tembakau telah menciptakan saos yang dapat membuat tembakau
biasa berubah citarasa menjadi seperti rokok - rokok terkenal
(Djarum, Gudang Garam, Dji Sam Soe dan bahkan juga bisa
merubah rasa tembakau menjadi beraroma Mild).

29
b. Alat yang diperlukan:
1. Penggulung Rokok
Penggulung rokok biasanya terbuat dari kayu. Kayu terbaik yang
dapat digunakan untuk membuat penggulung rokok adalah kayu
pohon nangka. Namun kini, telah tersedia penggulung rokok yang
terbuat dari bahan dasar plastik.
2. Lem Kertas
Lem kertas yang digunakan untuk membuat rokok adalah lem padat
dengan kemasan mirip sebuah lipstik.

E. Proses Kerja Dan Resiko Yang Ditimbulkan


Berikut adalah tahapan pengolahan tembakau secara berurutan dalam proses
primary :
1. Slicing (mengiris) :
Dalam proses ini kubus tembakau kering hasil press dari supplier
tembakau yang menggunakan mekanisme guillotine (macam alat
penggal jadul). Pemotongan ini bisa dilakukan searah ataupun tegak lurus
lapisan daun tembakau dari hasil pengamatan hasil produksi metode
slicing tegak lurus menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik
dari pada metode horizontal.
Proses Slicing harus dilakukan dengan kecepatan makan (feed rate)
dan (width) besar potong yang konstan untuk menjaga hasil agar sesuai
standar proses. Kemungkinan kecil tidak terdapat resiko pada saat proses
pemotongan tembakau. Karena pemotongannya masih menggunakan alat
yang sederhana.

2. Conditioning (pendinginan) :
Dalam proses ini tembakau hasil slicing dikondisikan dengan
mengatur temperatur tembakau dan kelembaban tembakau. Dalam
proses ini potongan hasil slicing akan diurai lebih lanjut menggunakan
mekanisme silinder berputar di dalam silinder tersebut biasanya terdapat
garpu pengurai yang membantu proses penguraian. Pengaturan

30
kelembaban dan temperature tembakau dilakukan dengan
menyemprotkan steam secara langsung / tak langsung ke tembakau yang
masuk Conditioning Cylinder dan bersamaan dengan itu juga
ditambahkan air untuk memberikan kelembaban pada tembakau agar
tidak mudah hancur karena kering. Setiap jenis tembakau mempunyai
karakter fisik yang berbeda sehingga perlakuan terhadap setiap jenis
tembakau dalam proses conditioning juga harus berbeda. Jenis jenis
tembakau seperti tembakau Virginia, Burley, Madura, Lombok, Oriental,
Jawa, dan lain lain memiliki cara conditioning yang berbeda beda, kalau
dilakukan dengan metode yang salah bisa bisa malah merusak tembakau.
Apabila pekerja lalai dan tidak berhati-hati dalam melakukan proses
penguraian tembakau. Bisa terjadi resiko kecelakaan yaitu tangan pekerja
terkena garpu pengurai. Dan hal tersebut sangat berbahaya.

3. Casing :
Biasanya proses casing dilakukan bersamaan dengan proses
conditioning dalam mesin DCCC (Direct Conditioning and Casing
Cylinder). Namun dapat juga dilakukan secara terpisah terutama jika
casing yang digunakan berbahan dasar molase yang mempunyai
kekentalan (viskositas) tinggi. Proses casing membutuhkan tangki casing
dan Dosing system. Tangki Casing harus mempunyai system pemanasan
dan pengadukan agar casing tetap homogen selama proses. Dosing
system secara otomatis akan melakukan pengukuran rasio casing yang
harus di “dose” terhadap tembakau.
FM Classification (foreign material classificarion / deteksi benda
asing dalam tembaku). Meskipun didalam tembakau terdapat berbagai
macam benda asing seperti debu, kayu, kertas, serat dan lain lain namun
yang paling berbahaya dan diutamakan untuk di hilangkan adalah benda
asing dengan material dari logam. Karena jika benda asing ini sampai
lolos ke proses berikutnya dapat merusak alat atau mesin yang
dilewatinya. Berbagai metode yang dapat dilakukan adalah : Detektor

31
logam, Pengayakan menggunakan Mesh stainless steel, penyortiran
menggunakan optical system, dan Airlift system.
Apabila pekerja tidak memakai alat pelindung diri (APD), masker.
Secara langsung pekerja akan menghirup benda asing seperti debu, serat,
dan uap. Sehingga akan mengakibatkan pekerja mengalami berbagai
macam penyakit. Salah satunya yaitu penyakit saluran pernafasan
(ISPA), penyakit rongga mulut dan gigi.

4. Cutting (pemotongan) :
Cutting adalah proses paling kritikal dari semua proses lamina atau
stem, Kualitas hasil potong akan secara langsung mempengaruhi
karakteristik produk akhir. Mekanisme proses cutting menggunakan
drum pisau yang berputar dengan kecepatan tertentu yang memiliki
korelasi dengan kecepatan feeding material cutting. Kualitas hasil potong
dapat dipertahankan dengan melakukan perawatan dan penggantian
spare part mesin cutting secara berkala. Kebersihan dan perawatan harian
mesin juga tidak kalah penting dalam menunjang proses. Biasanya pabrik
rokok memiliki lebih dari 1 mesin cutter untuk back up. Resiko yang
ditimbulkan yaitu sama dengan pada saat proses penguraian tembakau.
Karena terdapat pisau didalam drum yang berbutar dengan cepat. Apabila
pekerja lalai kemungkinan tangan pekerja akan masuk di dalam drum
pisau tersebut. Sehingga sangat merugikan untuk diri sendiri maupun
perusahaan.

5. Expansion & Drying (ekspansi dan pengeringan).


Setelah melalui proses cutting re Content tembakau masih sangat
tinggi bisa mencapai 25-30%, maka tembakau harus di keringkan. Proses
pengeringan dilakukan di dalam mesin dreyer bersamaan dengan proses
ekspansi. Proses ekspansi bertujuan agar volume tembakau pada saat
dikeringkan tidak menyusut bahkan bertambah hingga 0,3- 0,8 %. Proses
ini penting untuk mendapatkan tembakau yang memiliki kadar air sesuai
standar proses dan juga meningkatkan filling power tembakau.

32
6. Flavour (rasa) :
Ini adalah proses terakhir dari primary process, Larutan flavour
berbahan dasar Alcohol ( Alcohol based ). Flavour di semprotkan pada
tembakau di dalam mesin Flavour Cylinder. Proses penyemprotan
hampir sama dengan DCCC hanya saja tidak control pada temperature
dan Moisture content. Dengan menggunakan automatic flavour system
proses penyemprotan dilakukan dengan hasil yang sangat homogen.
Dosis dari Flavour VS Tobacco harus konstan dan merata agar stabilitas
rasa produk rokok selalu terjaga. (karena rasa adalah segalanya).
Apabila pegawai tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
seperti masker. Hal tersebut akan sangat berbahaya dalam kesehatan
pegawai. Karena pegawai akan menghirup bahan kimia dalam proses
penyemprotan tembakau. Sehingga , zat tersebut dapat masuk ke dalam
paru-paru.

7. Storage (penyimpanan) :
Ada bermacam macam metode storage yang digunakan oleh pabrik
rokok. Ada yang menggunakan Blending Silo (untuk continue process)
ada pula yang menggunakan Bag /karung dan Tobacco Bin kotak
penyimpanan tembakau. Proses storage ini sangat penting karena proses
homogenisasi juga berlangsung selama masa tinggal tembakau di dalam
storage. Proses homogenisasi ini terjadi karena sifat higroskopik
tembakau sehingga tembakau yang kurang atau berlebihan mendapatkan
dosing Flavour akan mencari keseimbangan (equilibrium) dengan cara
memberikan atau mengambil Flavour dari tembakau yang saling kontak
permukaan.
Apabila tempat penyimpanan rokok susah untuk dijangkau pegawai.
Resiko yang terjadi yaitu pegawai akan terjatuh pada saat pengambilan
barang.

33
F. Hasil Limbah Dan Pengolahan Limbah
a. Hasil limbah
PT. Gudang Garam Tbk menghasilkan hasil limbah cair rokok.
b. Pengolahan hasil limbah cair rokok
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu
penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-
industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah
cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian
bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan
besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting
bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi
pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci
dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai
dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai
teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:
1. Pengolahan secara fisika
2. Pengolahan secara kimia
3. Pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
1. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap
air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar
dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung
disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang

34
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter
desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap.
 Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya
dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse
osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak
mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu
proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan
dalam proses osmosa.
 Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa
organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk
unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk
menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya
sangat mahal.
2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung
melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung
sebagai hasil reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak
mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang
mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar
terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat

35
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan
dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga
terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan
hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air >
10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom
heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3],
terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan
reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida
pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya
dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen
peroksida.
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan
pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal
karena memerlukan bahan kimia.

3. Pengolahan Secara Biologi


Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.
Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang
sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa
dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu:
1) Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2) Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh
dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang
banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif
terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain:
oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses
lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa

36
kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih
sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak
stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis
total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki
kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan
pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak,
juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk
iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari
di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi,
cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar
yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu
detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di
atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk
melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan
selama ini, antara lain:
1) Trickling filter
2) Cakram biologi
3) Filter terendam
4) Reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD
sekitar 80% 90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian
secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1) Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen.
2) Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


1. Faktor Fisik

37
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap
tenaga kerja seperti terpapar suhu yang ekstrim (panas atau dingin),
kebisingan intensitas tinggi, intensitas peneragan yang kurang memadai dan
radiasi. Bahaya fisik yang mempengaruhi kesehatan yaitu terdiri dari iklim
kerja perpaduan antara suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara,
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat pekerjaannya.
2. Faktor Kimia
Berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalaam proses produksi.
Potensi dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui
inhalasi (menghirup), dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat
beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Ingestion (melalui mulut ke
saluran pencernaan), bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan-
makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi
atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat
tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung
atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut. Skin contact (melalui kulit), beberapa
di antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah,
biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk
melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat
tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya
berasal dari debu, gas, uap, asap, dan daya racun bahan (toksisitas).
3. Faktor Ergonomik
Dapat menimbulkan faktor gangguan kesehatan akibat ketidak sesuaian
dalam bekerja. Seperti posisi bangku kerja yang tidak sesuai, pekerjaan
berulang-ulang, dan jam kerja yang lama.

H. Masalah Kesehatan Para Pekerja


Pekerja di pabrik rokok tersebut berpotensi terkena toksin nikotin rokok
karena intensif berhubungan dengan tembakau hampir setiap hari. Debu

38
tembakau dalam proses pemilahan dan pemotongan tembakau dapat
menganggu kesehatan. Sehingga mengakibatkan Penyakit Saluran Pernafasan
(ISPA), penyakit jantung, penyakit kulit dan jaringan bawah kulit, gangguan
telinga, hidung dan tenggorokan (THT), penyakit mata dan penyakit rongga
mulut dan gigi, diare akut dan grastritis, gangguan pembuluh darah, kanker
paru-paru, kanker laring, kanker esofagus, bronchitis, tekanan darah tinggi,
impotensi, serta gangguan kehamilan pada ibu hamil dan cacat janin. Hal
tersebut karena keadaan para pekerja hampir sama dengan perokok pasis yang
harus menghisap aroma tembakau setiap saat.

39
BAB VII

STRATEGI PENANGGULANGAN

A. Penanggulangan Pada Proses Produksi


Salah satu untuk mencegah dampak negatif pada pekerja rokok adalah
dengan menggunakan Alat Pelindungan Diri (APD) seperti masker dan
pelindung kepala. Selama ini penggunaan APD masker dan pelindung kepala
di pabrik rokok sangatlah kurang karena pekerja mengejar target pekerjaan
daripada kesehatan dalam bekerja.
Alat Perlindungan Diri (APD) yang sebaiknya digunakan pekerja dalam
mencegah penyakit sesak atau asma di perusahaan rokok adalah penggunaan
masker yang menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu dan rambut pada
wajah (jenggot) untuk mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi
melalui saluran pernafasan. Penggunaan masker yang benar dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah memakai masker, memakai masker harus benar-
benar menutupi hidung, mulut dan dagu, hindari menyentuh masker terlalu
sering setelah dipasang pada wajah karena akan mengurangi perlindungan.
Jika melakukannya cuci tangan setelah menyentuh masker, saat melepaskan
masker hindari menyentuh bagian luar masker karena bagian ini
kemungkinan banyak kuman, dan segera ganti masker jika masker rusak atau
kotor. Sedangkan pelindung kepala digunakan apabila rambut pekerja yang
rontok tidak jatuh dibahan pembuatan rokok tersebut. Selalu berhati-hati dan
tidak lalai dalam melakukan suatu pekerjaan agar tidak terjadi kecelakaan dan
bahaya ditimbulkan.

B. Penanggulangan Pada Lingkungan


Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan
kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian
lingkungan kerja hingga kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja
tidak melampaui nilai ambang batas (NAB).

40
C. Penanggulangan Pada Manusia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah usaha atau tindakan para pekerja agar tidak
terpajan zat-zat yang berbahaya. Usaha tersebut antara lain :
1. Membuat undang-undang dan peraturan menyangkut penyakit akibat
kerja
2. Memodifikasi alat industri
3. Subsitusi. Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan
dengan bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan
maupun mutunya.
4. Ventilasi
5. Baik secara umum maupun secara lokal yaitu dengan udara bersih yang
dialirkan ke ruang kerja denga menghisap udara keluar ruangan
6. Alat Pelindung Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung
kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk
menahan beban yang berat, masker khusus untuk melindungi
pernafasan terhadap debu atau gas berbahaya, kaca mata khusus dsb
7. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk
mencari faktor penyebab yang menimbulkan gangguan maupun
kelalaian kesehatan terhadap tenaga kerja.
8. Latihan dan informasi sebelum bekerja
9. Agar pekerja mengetahui dan berhati-hati terhadap berbagai
kemungkinan adanya bahaya
10. Pendidikan dan penyuluhan tentang K3, direncanakan secara teratur
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit akibat
kerja. Pencegahan sekunder antara lain biasa dilakukan seperti :
1. Penyuluhan
2. Identifikasi zat berbahaya
3. Pemeriksan kesehatan berkala
4. Surveilans penyakit akibat kerja

41
c. Pencegahan Tersier
Yaitu untuk mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena
penyakit akibat kerja. Hal ini bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Mengistirahatkan pekerja
2. Melakukan pemindahan pekerja dari tempat terpajan
3. Melakukan pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit
d. Kebijakan
1. Memastikan semua peraturan perundang-undangan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja ditegakkan secara konsisten oleh
semua pihak
2. Memastikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi nilai utama
pada setiap penyelanggaraan kegiatan
3. Memastikan setiap orang bertanggung jawab atas keselamatan dan
kesehatan kerja masing-masing orang yang terkait dan orang yang
berada di sekitarnya
4. Memastikan semua potensi bahaya di setiap tahapan pekerjaan baik
terkait dengan tempat, alat, maupun proses kerja telah diidentifikasi,
dianalis, dan dikendalikan secara efesien dan efektif guna mencegah
kecelakaan dan sakit akibat kerja
5. Memastikan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja guna mengeliminasi, mengurangi dan menghindari risiko
kecelakaan dan sakit akibat kerja
6. Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan kesehatan kerja
para pejabat dan pegawai sehingga berkompeten menerapkan SMK3
di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum
7. Memastikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini
disosialisasikan dan diterapkan oleh para pejabat, pegawai dan mitra
kerja Departemen Pekerjaan Umum

42
BAB VIII
PENGENDALIAN

A. Penyakit Akibat Kerja


Untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, perlu adanya upaya-upaya
pencegahan sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesehatan umum tenaga kerja
b. Memantau kesehatan tenaga kerja yang meliputi pemeriksaan awal ,
berkala,dan khusus untuk menilai gangguan kesehatan sedini mungkin.
c. Memindahkan tenaga kerja yang diduga menderita gangguan kesehatan
kebagian lain yang lebih aman (tidak terpapar oleh faktor-faktor bahaya
lingkungan kerja)
d. Menerapkan teknologi pengendalian lingkungan kerja
e. Melakukan tindakan kuratif dan rehabilitatif
Adapun penyakit akibat kerja yang sering terjadi pada karyawan atau pekerja
adalah batuk, ISPA, pegal linu pada gangguan tubuh.

B. Sikap dan Sistem Kerja


Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan
produktifitas sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan
dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian.
Pada penggunaan pekerja sebaiknya menggunakan APD seperti masker
sarung tangan dll.
Sikap pekerja yang perlu diperbaiki :
1. Memakai APD dengan benar.
2. Hati – hati dan konsentrasi dalam bekerja

C. Pencegahan dan Pengendalian dari Perusahaan


Setiap perusahaan perlu dan wajib memberikan fasilitas kesehatan dan
keselamatan kepada pekerja seperti:
1. Memberikan jaminan kesehatan kepada pekerja apabila mengalami
bahaya akibat kerja dan penyakit akibat kerja.

43
2. Menyediakan APD sesuai dengan standart kesehatan.
3. Memasang rambu – rambu peringatan bahaya disekitar lokasi tempat
kerja.

44
BAB IX
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Untuk menerapkan K3 di usaha pembuatan rokok belum dilaksanakan secara
maksimal.
b. Kedisiplinan pekerja pada perusahaan pembuatan rokok untuk pemakaian
APD masih kurang.

B. Saran
a. Sebaiknya penerapan K3 harus diperhatikan seperti tanda peringatan bahaya.
b. Seharusnya para pekerja yang dekat dengan mesin yang memiliki kebisingan
yang kuat menggunakan APD pada telinga.
c. Pada lantai seharusnya dibuat rata atau tidak bergelombang.

45

Anda mungkin juga menyukai