Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

KULIAH KERJA LAPANGAN

OLEH :
1. Deano Mahardian Sahari NIM 23020317130044
2. Naufal Fadhil NIM 23020317130046
3. Yaumil Arahman NIM 23020317130052
4. Almira Nurin Maghfira NIM 23020317140045
5. Aditya Perdana Putra NIM 23020317140051

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : LAPORAN RESMI KULIAH KERJA


LAPANGAN

Koordinator Tim KKL :


a. Nama Lengkap : Aditya Perdana Putra
b. NIM : 23020317140051

Anggota (1)
a. Nama Lengkap : Deano Mahardian Sahari
b. NIM : 23020317130044

Anggota (2)
a. Nama Lengkap : Naufal Fadhil
b. NIM : 23020317130046

Anggota (3)
a. Nama Lengkap : Yaumil Arahman
b. NIM : 23020317130052

Anggota (4)
a. Nama Lengkap : Almira Nurin Maghfira
b. NIM : 23020317140045

Semarang, …… Juli, 2020

Mengetahui
Ketua Program Studi Dosen Wali

Ir. Kustopo Budiraharjo, M.P. Tutik Dalmiyatun, S.Pt., M.Sc.


NIP. 196511211992031001 NIP. 198703232014042001
RINGKASAN

Kelompok Kuliah Kerja Lapangan. Agribisnis B. Laporan Resmi Kuliah Kerja


Lapangan. (Dosen Pembimbing : Tutik Dalmiyatun).

Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan selama 7 hari yaitu pada tanggal 17 –


23 Februari 2020 dengan mengunjungi perusahaan di bidang pertanian yaitu PT
Sidomuncul, Tbk. di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sampoerna
Entepreneurship Training Center (SETC) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur,
Pabrik gula (PG) Kedawoeng PT Perkebunan Nusantara XI di Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur, Kebun Raya Bali di Kabupaten Tabanan, Bali, dan Pod
Chocolate di Kabupaten Badung, Bali.
Materi yang digunakan berupa alat dan bahan. Alat terdiri dari buku untuk
mencatat, alat tulis untuk menulis, dan kamera handphone untuk dokumentasi.
Bahan yaitu materi yang didapatkan dari hasil pemaparan oleh pihak perusahaan
dan literatur yang didapat dari internet. Metode pelaksanaan yang digunakan
dalam Kuliah Kerja Lapangan adalah metode partisipasi aktif yaitu dengan
mengikuti serangkaian kegiatan yang telah dipersiapkan oleh biro perjalanan dan
panitia KKL. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendengarkan penjelasan
dari pihak perusahaan, observasi, dan wawancara. Data yang dikumpulkan adalah
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penjelasan langsung
dari pihak perusahaan dan wawancara langsung terhadap karyawan perusahaan.
Berdasarkan hasil Kuliah Kerja Lapangan didapatkan kesimpulan bahwa
perusahaan pertanian umumnya menerapkan sistem agribisnis yang mencakup
subsistem pengadaan barang dan sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem
pengolahan hasil pertanian, dan subsistem pemasaran hasil pertanian yang dibantu
dengan adanya lembaga penunjang seperti pemerintah. Ketersediaan bahan baku
sangat penting bagi usaha pertanian yang didapat melalui kelompok tani yang
berasal dari daerah sekitar perusahaan, kegiatan pengolahan komoditas pertanian
yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk sehingga nantinya
dapat dilakukan pemasaran kepada konsumen agar perusahaan mendapatkan
pendapatan. Perusahaan pertanian juga ditunjang oleh lembaga penunjang seperti
lembaga keuangan bank dan nonbank untuk permodalan dan dari dinas terkait
perihal perizinan. Perusahaan pertanian juga perlu melakukan pemberdayaan
sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pengembangan
kepada masyarakat di daerah sekitar perusahaan dan pemenuhan kewajiban atas
peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

Kata kunci : Agribisnis, subsistem, komoditas, konsumen, CSR


KATA PENGANTAR

Kuliah Kerja Lapangan memiliki kegiatan berupa pengenalan terhadap


perusahaan pertanian dan pengaplikasian ilmu-ilmu pertanian yang didapatkan
selama perkuliahan. KKL menuntut mahasiswa agar dapat menganalisis dengan
baik terhadap lingkungan dan budaya kerja di perusahaan pertanian serta
memahami kegiatan kerja yang terdapat di perusahaan tersebut.
Tim penulis turut menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir.
Kustopo Budirahardjo, M.P. selaku Kepala Program Studi S1-Agribisnis dan Ibu
Tutik Dalmiyatun, S.Pt., M.Sc. selaku dosen pembimbing KKL, PT Sidomuncul,
Sampoerna Entepreneurship Training Center (SETC), PT Perkebunan Nusantara
XI, Kebun Raya Bali, Pod Chocolate, dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Laporan Resmi Kuliah Kerja Lapangan ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Tim penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Laporan Resmi
Kuliah Kerja Lapangan ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat
kemampuan yang dimiliki tim penulis yang terbatas. Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diperlukan dan dihargai oleh tim penulis untuk
evaluasi ke depannya. Walaupun demikian tim penulis berharap semoga Laporan
Resmi Kuliah Kerja Lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri
dan para pembaca pada umumnya. Tim penulis menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan koreksi yang membangun dari berbagai pihak.

Semarang, Juli 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN COVER................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
RINGKASAN.............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ ix
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan ................................ 4
1.2. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan............................................... 5

BAB II. METODE KULIAH KERJA LAPANGAN.................................. 4

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 11

3.1. PT Sidomuncul, Tbk............................................................... 11


3.1.1. Deskripsi Lokasi........................................................... 18
3.1.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi...................... 19
3.2. Sampoerna Entepreneurship Training Center (SETC)........... 11
3.2.1. Deskripsi Lokasi........................................................... 18
3.2.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi...................... 19
3.3. Pabrik Gula Kedawoeng PT Perkebunan Nusantara XI......... 11
3.3.1. Deskripsi Lokasi........................................................... 18
3.3.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi...................... 19
3.4. Kebun Raya Bali..................................................................... 11
3.4.1. Deskripsi Lokasi........................................................... 18
3.4.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi...................... 19
3.5. Pod Chocolate......................................................................... 11
3.5.1. Deskripsi Lokasi........................................................... 18
3.5.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi...................... 19

BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 14

4.1. Simpulan............................................................................... 14
4.2. Saran..................................................................................... 14

LAMPIRAN................................................................................................ 40
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi.................................................................................... 40
BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kegiatan lapangan yang


mengikutsertakan mahasiswa program studi S1-Agribisnis selama beberapa hari
untuk dapat mengetahui secara langsung operasional pekerjaan pada perusahaan
pertanian. KKL memberikan pengalaman kepada mahasiswa selama beberapa hari
untuk dapat menganalisis kondisi yang ada sehingga mahasiswa dapat
menemukan permasalahan dan solusi yang tepat bagi kemajuan agribisnis di
Indonesia. KKL merupakan mata kuliah wajib 1 sks dan dilaksanakan saat
semester 6 secara bersamaan pada satu angkatan yang sama. KKL disesuaikan
dengan program studi yang menjalankannya untuk dapat memberikan gambaran
kepada mahasiswa mengenai kondisi dan lingkungan pekerjaan di bidang
agribisnis pertanian. KKL program studi S1-Agribisnis memiliki tujuan
kunjungan yaitu PT Sidomuncul, Tbk., Sampoerna Entepreneurship Training
Center (SETC), Pabrik Gula (PG) Kedawoeng PT Perkebunan Nusantara XI,
Kebun Raya Bali, dan Pod Chocolate.

1.2. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan

Tujuan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah mahasiswa dapat


mengetahui kondisi penerapan agribisnis pada perusahaan pertanian dan
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pelaksanaan operasional
perusahaan pertanian untuk dapat dibandingkan dengan literatur yang ada.
Manfaat Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah mahasiswa dapat menganalisis
permasalahan dan solusi yang dapat diterapkan pada perusahaan pertanian.
BAB II.

METODE KULIAH KERJA LAPANGAN

2.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan selama 7 hari yaitu pada tanggal 17 –


23 Februari 2020 dengan mengunjungi perusahaan di bidang pertanian yaitu PT
Sidomuncul, Tbk. di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sampoerna
Entepreneurship Training Center (SETC) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur,
Pabrik gula (PG) Kedawoeng PT Perkebunan Nusantara XI di Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur, Kebun Raya Bali di Kabupaten Tabanan, Bali, dan Pod
Chocolate di Kabupaten Badung, Bali.

2.2. Materi

Materi yang digunakan berupa alat dan bahan. Alat terdiri dari buku untuk
mencatat, alat tulis untuk menulis, dan kamera handphone untuk dokumentasi.
Bahan yaitu materi yang didapatkan dari hasil pemaparan oleh pihak perusahaan
dan literatur yang didapat dari internet.

2.3. Metode

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam Kuliah Kerja Lapangan adalah


metode partisipasi aktif yaitu dengan mengikuti serangkaian kegiatan yang telah
dipersiapkan oleh biro perjalanan dan panitia KKL. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mendengarkan penjelasan dari pihak perusahaan, observasi, dan
wawancara. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui penjelasan langsung dari pihak perusahaan dan
wawancara langsung terhadap karyawan perusahaan.
BAB III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. PT Sidomuncul, Tbk

3.1.1. Deskripsi Lokasi

PT. Sidomuncul, Tbk. adalah perusahaan jamu tradisional dan farmasi


yang terletak di Klepu, kecamatan Bergas, Ungaran. Pabrik yang didirikan pada
tahun 1997 tersebut dibangun untuk mengantisipasi kemajuan sehingga
Sidomuncul membutuhkan pabrik yang besar dan modern dan diresmikan pada 11
November 2000 oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas sekitar 8
hektar dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik. PT
Sidomuncul, Tbk berawal pada tahun 1940 dari keinginan pasangan suami istri
Siem Thiam Hie dan Go Djing Nio atau Ibu Rakhmat Sulistio yang memiliki
kemahiran dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan ini memutuskan
untuk membuka usaha jamu di Yogyakarta. Tahun 1941, mereka
memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat itu menggunakan nama Jamu
Tujuh Angin. Ketika perang kolonial Belanda yang kedua pada tahun 1949,
mereka mengungsi ke Semarang dan mendirikan usaha jamu dengan nama Sido
Muncul, yang artinya "impian yang terwujud". Di Jalan Mlaten Trenggulun No.
104 itulah, usaha jamu rumahan dimulai dengan di bantu oleh tiga orang
karyawan. Pada tahun 1951, PT Sidomuncul mendirikan pabrik jamu secara
sederhana namun produknya diterima masyarakat secara luas di Semarang.
Karena semakin besarnya usaha keluarga ini, maka modernisasi pabrik juga
merupakan suatu hal yang mendesak. Pada 1984, Sidomuncul memulai
modernisasi pabriknya, dengan merelokasi pabrik sederhananya ke pabrik yang
representatrif dengan mesin-mesin modern hingga pada 11 November 2000
Sidomuncul kembali meresmikan pabrik baru di Ungaran yang lebih luas dan
memiliki teknologi yang modern.
Sidomuncul memiliki total karyawan sebanyak 35.000 karyawan dan
memiliki total produk sebanyak 200 produk dengan produk unggulan Tolak Angin
dan Kukubima. Dalam pembuatan produknya, Sidomuncul menggunakan bahan
baku yang dibagi menjadi dua yaitu simplisia dan non simplisia. Simplisia
merupakan bahan baku dari tanaman yang dikeringkan dan belum diolah seperti
rempah-rempah. 200 jenis simplisia diperoleh dari 80% supplier dan 20% petani
yang kebanyakan berada di Jawa Tengah. Non simplisia merupakan bahan baku
siap pakai yang sudah diolah sebagai pelengkap simplisia seperti gula, madu, dll.
Bahan baku tersebut sebelum diproses harus melewati quality control seperti
ketepatan bahan baku, kebersihan dan kadar air yang diperbolehkan sebesar 10-
12%. Setelah melewati quality control, bahan baku juga harus melewati proses
sortasi, pencucian ulang, dan penyimpanan. Selanjutnya bahan baku dapat
diproses menjadi jamu.
Sidomuncul mempunyai divisi Research and Development (RnD) seperti
pengembangan inovasi, pengembangan pabrik kerjasama penelitian, dan
agrowisata. Pengembangan inovasi dilakukan dengan cara inovasi produk agar
menghasilkan produk yang beraneka ragam. Pengembangan pabrik dilakukan
dengan cara menambah fasilitas laboratorium seperti lab formulasi, lab produksi,
lab instrumentasi, lab kimia, dan ruang PCR. Kerjasama penelitian dilakukan
dengan cara melakukan kerjasama penelitian seperti uji toksisitas dan uji khasiat
bersama sejumlah universitas ternama. Agrowisata dilakukan dengan cara
membuka kawasan khusus untuk mengoleksi tanaman obat yang akhirnya
didesain seartistik mungkin dan menarik untuk dilihat dan dikunjungi.
Sidomuncul tidak hanya berfokus kepada produksi jamu, namun juga
beberapa sektor lainnya. Hal tersebut terlihat dari pendirian anak perusahaan
Sidomuncul seperti PT. Sidomuncul Pupuk Nusantara yang bergerak dalam
pengolahan limbah dan pembuatan pupuk. Pupuk yang dihasilkan berupa Pupuk
Organik Cair (POC). Pupuk tersebut dibuat dari limbah sisa produksi jamu.
Limbah tersebut dibagi menjadi tiga yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah
B3 (Bahan Berbahaya Beracun). POC didistribusikan melalui distributor,
kerjasama pemerintah, kerjasama dengan Petrokimia Gresik, dan melalui CSR
sebagai pupuk gratis.

3.1.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi oleh PT Sidomuncul, Tbk adalah terdapat


berbagai tanaman yang endemik dalam pembuatan produk sehingga diperlukan
pengambilan langsung dari tempat asal tanaman tersebut sehingga menyebabkan
keberadaannya langka dan harganya menjadi mahal sehingga produk yang
dihasilkan pun juga memiliki harga yang lebih tinggi. Selain itu, apabila ditanam
di daerah selain daerah asalnya maka akan menghasilkan tanaman dengan
kandungan nutrisi yang lebih sedikit.
Solusi atas permasalahan yang dihadapi PT Sidomuncul, Tbk berupa
melakukan penelitian mengenai budidaya tanaman endemik agar dapat ditanam di
luar daerah asalnya dan memiliki kandungan nutrisi yang sama besar sehingga
dapat menurunkan biaya produksi dan dapat melakukan kerjasama dengan petani
di sekitar Kabupaten Semarang untuk melakukan budidaya tanaman tersebut
sehingga ikut menyejahterakan petani.

3.2. Sampoerna Entepreneurship Training Center (SETC)

3.2.1. Deskripsi Lokasi

Sampoerna Entepreneurship Training Center (SETC) merupakan salah


satu bentuk Corporate Social Responsibility yang diterapkan oleh PT HM
Sampoerna, Tbk. sebagai upaya dalam membantu pemerintah untuk
mengembangkan masyarakat. SETC terletak di Dusun Betiting Desa Gunting
Kecamatan Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur dan diresmikan pada tahun 2007 di
dengan luas tanah yaitu 27 ha. SETC dilengkapi dengan fasilitas untuk pelatihan
terhadap UMKM seperti pelatihan pemeliharaan tanaman ventrikultur,
pemeliharaan ikan air tawar, peternakan kambing boerja, peternakan sapi potong,
dan pengolahan limbah berupa biogas dan urine fermentation technology (UFT).
SETC tidak mengambil keuntungan dalam hal pelaksanaan pelatihan tersebut
kepada masyarakat, hanya memberikan syarat berupa pembayaran biaya
pendaftaran tanpa mengambil keuntungan. SETC juga menyediakan fasilitas
berupa sarana pemasaran produk ritel hasil UMKM dengan tidak menerapkan
adanya keuntungan atau fee marketing terhadap SETC.

3.2.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi oleh Sampoerna Entepreneurship Training


Center (SETC) adalah akses menuju lokasi yang berada di dalam desa sehingga
jalan yang ada tidak dapat dilalui oleh bus, namun hanya sebatas bus elf dan
cukup membuat kendala apabila terdapat kunjungan massal atau yang
menggunakan bus. Hal tersebut mungkin dapat dijadikan evaluasi mengingat
kunjungan yang telah diterima oleh SETC sejauh ini sudah sampai ratusan ribu
pengunjung dalam tuga belas tahun terakhir dan akan terus bertambah seiring
dengan terpublikasinya kegiatan SETC yang menarik minat masyarakat.
Solusi untuk permasalahan yang dihadapi SETC adalah perlu adanya
pemugaran terhadap akses menuju SETC agar dapat memudahkan pengunjung
membawa transportasi yang digunakan. Diperlukan pemugaran terhadap fasilitas
SETC untuk dapat menjangkau berbagai jenis UMKM yang berkembang di
masyarakat sekitar. Selain itu, perlu adanya promosi SETC di berbagai media
massa agar masyarakat lain dapat mengetahui keberadaan dan fungsi SETC
sehingga target sosial dapat terjangkau lebih luas.

3.3. Pabrik Gula Kedawoeng PT Perkebunan Nusantara XI

3.3.1. Deskripsi Lokasi


Pabrik gula (PG) Kedawoeng adalah salah satu pabrik gula yang termasuk
ke dalam PT Perkebunan Nusantara XI yang memiliki core business gula. PG
Kedawoeng terletak di Desa Kedawoeng Kulon, Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur dan menjadi pabrik gula tertua di Pasuruan yang hingga saat ini masih
beroperasi. PG Kedawoeng merupakan warisan kolonial Belanda yang sudah
berdiri sejak tahun 1913. PG Kedawoeng beroperasi setiap 6 bulan sekali.
Kapasitas tebu yang masuk berkisar 2.400 ton tebu/hari. Tebu yang digunakan
untuk bahan bauk diperoleh dari tebu lahan sendiri dan tebu rakyat. PG
Kedawoeng dalam mengolah gulanya menggunakan sistem konvensional dan
difusi. PG Kedawoeng menjadi salah satu pabrik gula yang menggunakan sistem
difusi dalam pengolahan gula dan dapat mengolah tebu menggunakan sistem
difusi sampai dengan 6.000 ton tebu/hari. PG Kedawoeng memilki target produksi
sekitar 260.00 ribu ton tebu/tahun. Gula yang diproduksi oleh PG Kedawoeng
berupa Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula Rafinasi. GKP produksi PG
Kedawoeng memiliki rendemen atau kandungan gula dalam batang tebu sebesar
rata-rata 7,5%. GKP yang diproduksi merupakan gula konsumsi sehingga bisa
digunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat, termasuk warga sekitar pabrik.
Gula rafinasi merupakan gula yang memiliki warna yang lebih putih dengan
tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Berdasarkan SK Menperindag No.
572/MPT/KET/9/2004, gula rafinasi hanya diperuntukkan untuk industri dan tidak
diperuntukkan untuk konsumsi langsung karena gula rafinasi mengandung banyak
bahan fermentasi sehingga menyebabkan masalah kesehatan.

3.3.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi oleh Pabrik Gula (PG) Kedawoeng adalah


peralatan yang digunakan untuk memproduksi gula sudah usang atau tua sehingga
produksi hanya dapat dilakukan 6 bulan sekali. Permasalahan lainnya yang
dihadapi PG Kedawoeng adalah kurangnya perawatan sarana prasarana yang
dimiliki seperti gedung sehingga memiliki kesan tidak terawat.
Solusi atas permasalahan yang dihadapi PG Kedawoeng adalah perlu
dilakukan peremajaan peralatan yang dirasa sudah berkurang bahkan habis masa
pakainya sehingga dapat lebih efektif dan efisien dalam memproduksi gula, perlu
dilakukan perawatan terhadap sarana prasarana yang dimiliki seperti kereta lori
sehingga dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung dan menjadi
objek wisata, serta dibutuhkan peran pemerintah dalam merevitalisasi aset-aset
milik BUMN PG Kedawoeng jika masih ingin beroperasi.

3.4. Kebun Raya Bali

3.4.1. Deskripsi Lokasi

Kebun Raya Bali merupakan satu dari empat kebun raya Indonesia yang
berada di bawah pengelolaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kebun Raya Bali berada pada ketinggian 1.250 – 1.450 mdpl dengan luas
kawasan sebesar 157,5 ha. Kebun Raya Bali pada awalnya hanya diperuntukkan
untuk tumbuhan gymnospermae namun seiring berjalannya waktu dijadikan
sebagai lokasi konservasi eksitu tanaman pegunungan tropika Kawasan Timur
Indonesia. Sebagai tempat penelitian dan konservasi Kebun Raya Bali bersama
LIPI mengoleksi 21.000 jenis tumbuhan yang terbagi dalam berbagai spesimen
yaitu anggrek, tumbuhan paku dan lumut, begonia, kaktus, tanaman obat, tanaman
upacara, tumbuhan air, bambu, Rhododendron, dan Araceae. Selain itu terdapat
herbarium dengan 10.000 koleksi spesimen mulai dari lumut sampai tumbuhan
berbunga. Kondisi alamnya yang sangat alami memungkinkan pengunjung untuk
menemukan hewan liar seperti tupai, kadal, monyet, dan juga burung-burung liar
dan dilindungi di Kebun Raya Bali. Kebun Raya Bali dapat terbuka untuk umum
dari pukul 08.00 – 18.00 WITA dengan harga tiket masuk sebesar Rp 9.000,-
untuk pengunjung domestik dan Rp 17.000,- untuk pengunjung asing. Tidak
hanya untuk berjalan-jalan atau piknik, pengunjung dapat menikmati pendidikan
lingkungan, guest house, dan juga tour guide di dalam Kebun Raya Bali. Selain
menyajikan pemandangan alam, Kebun Raya Bali juga menawarkan tanaman hias
dan juga pupuk organik penambat nitrogen atau KOMPENIT yang dapat dibeli
oleh pengunjung.

3.4.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi oleh Kebun Raya Bali adalah banyak anjing
liar berkeliaran di dalam Kebun Raya Bali. Selain itu Kebun Raya Bali
mempunyai areal yang terlalu luas dengan keadaan mini bus carter yang sedikit
sehingga cukup membuat sulit pengunjung yang tidak membuat kendaraan pribadi
atau yang menggunakan biro jasa perjalanan.
Solusi atas permasalahan yang dihadapi Kebun Raya Bali berupa perlu
diadakannya pemberlakukan pembatasan terhadap anjing liar yang berada di
dalam Kebun Raya Bali sehingga dapat menunjang keamanan di dalam lokasi
wisata. Selain itu

3.5. Pod Chocolate

3.5.1. Deskripsi Lokasi

Pod Chocolate adalah perusahaan coklat dengan pertumbuhan bisnis yang


sangat pesat di Bali. Pod Chocolate berkembang dengan memanfaatkan kekayaan
alam Bali sebagai bahan baku utama, sehingga perkembangan Pod Chocolate
adalah perkembangan masyarakat Bali secara umum. Pod Chocolate didirikan
oleh Toby Garritt pada tahun 2010 dengan tujuan untuk menghasilkan salah satu
cokelat terbaik dunia. Dari awal yang sederhana di gubuk beratap jerami kecil di
Bali Pod sekarang menggunakan mesin-mesin Eropa modern dan model bisnis
yang berkelanjutan yang mendukung dan memberdayakan petani dan masyarakat
setempat sambil menghasilkan beragam coklat kelas dunia, Pod Chocolate. Di
Pod Chocolate terdapat dua macam coklat yaitu klasik dan nektar. Produk Pod
Chocolate memiliki berbagai macam jenis varian rasa. Bahan baku coklat didapat
dari hasil perkebunan sendiri dan juga bermitra dengan para petani lokal maupun
luar daerah. Bahan baku dari petani mitra yang tergabung dalam kelompok tani
dan koperasi unit desa (KUD). Bahan baku yang diterima berupa kakao yang telah
melalui proses penanganan. Dalam proses ferementasi, biji cokelat dimasukkan
dalam sebuah kotak kayu dan ditutup daun pisang selama 5 hari. Proses ini
penting. Jika kurang dari 5 hari, maka rasa cokelat tidak begitu enak. Setelah 5
hari, biji cokelat dicuci lalu dijemur selama 6 hari untuk mengurangi kadar air di
dalamya. Barulah kemudian digiling dan disebut cacao nibs. Nibs kemudian
digiling untuk menjadi pasta cokelat. adonan tersebut harus didinginkan menjadi
30 derajat Celcius sebelum kemudian dicetak ke cetakan dan dihentak ringan
diatas meja agar tidak ada gelembung yang terperangkap dalam cokelat. Pod
Chocolate mempunyai target produksi yaitu 25 ton coklat per bulan untuk
memenuhi kebutuhan ekspor. Strategi marketing yang dilakukan yaitu dengan
membatasi jumlah varian yang dipasarkan di luar toko.

3.5.2. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi oleh Pod Chocolate adalah masih kurangnya


tenaga kerja dan alat-alat yang dimiliki oleh Pod Chocolate. Pod Chocolate
termasuk pemain baru dalam menciptakan coklat dengan harga yang mahal
sehingga pemasaran coklat masih belum dapat menjangkau masyarakat secara
keseluruhan. Selain itu, Pod Chocolate juga masih memiliki cabang di Bali dan
belum membuka cabang di luar Bali.
Solusi atas permasalahan yang dihadapi Pod Chocolate adalah perlu
adanya peningkatan investasi usaha seperti perluasan pabrik dan toko atau
membuka cabang baru di luar Bali untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan
memotong rantai distribusi. Selain itu, perlu dilakukan edukasi yang massif
terhadap masyarakat mengenai coklat berkualitas untuk menunjang kegiatan
penjualan produk Pod Chocolate yang memiliki harga di atas rata-rata.
BAB IV.

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil Kuliah Kerja Lapangan didapatkan kesimpulan bahwa


perusahaan pertanian umumnya menerapkan sistem agribisnis yang mencakup
subsistem pengadaan barang dan sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem
pengolahan hasil pertanian, dan subsistem pemasaran hasil pertanian yang dibantu
dengan adanya lembaga penunjang seperti pemerintah. Ketersediaan bahan baku
sangat penting bagi usaha pertanian yang didapat melalui kelompok tani yang
berasal dari daerah sekitar perusahaan, kegiatan pengolahan komoditas pertanian
yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk sehingga nantinya
dapat dilakukan pemasaran kepada konsumen agar perusahaan mendapatkan
pendapatan. Perusahaan pertanian juga ditunjang oleh lembaga penunjang seperti
lembaga keuangan bank dan nonbank untuk permodalan dan dari dinas terkait
perihal perizinan. Perusahaan pertanian juga perlu melakukan pemberdayaan
sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pengembangan
kepada masyarakat di daerah sekitar perusahaan dan pemenuhan kewajiban atas
peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan adalah
perlu adanya notulensi yang dapat digunakan bersama dan softfile materi resmi
dari pihak perusahaan sehingga mahasiswa bisa mendapatkan materi dari satu
pintu dengan informasi yang lengkap dan jelas. Selain itu, perlu adanya perhatian
dari pihak perusahaan agar tidak terlalu cepat dalam penyampaian materi
mengenai perusahaan.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

No Gambar Keterangan

1 PT. Sidomuncul, Tbk.

Sampoerna Enterpreneurship
2
Training Center

Pabrik Gula (PG) Kedawoeng PT


3
Perkebunan Nusantara XI
4 Kebun Raya Bali

5 Pod Chocolate

Anda mungkin juga menyukai