Disusun oleh:
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama :Aji Wijaya Sakti
NIM : 206010009
Program Studi : Agribisnis
Yogyakarta,...................
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
NIDN. 0003085701
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang elah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulisan Laporan Kerja
Lapangan dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penelesaian laporan ini, terutama kepada:
1. Ir. Sri Endah Prasetyowati S., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa.
2. Wahyu Setya Ratri, S.P.,M.P. selaku Dosen Pembimbing kerja lapangan
3. Ir.Ign Suprih Sudrajat, selaku ketua program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
4. Riyanto, selaku pembimbing lapangan eksternal
Yogyakarta,………..
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………..…………………………………………..vi
DAFTAR TABEL….…………………………………………………………………………v
I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
B. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………...2
C. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………….3
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………..4
A. Pertanian Organik……………………………………………………………………….4
B. Perbedaan Resiko Dengan Ketidak Pastian……………………………………………..4
C. Resiko Pertanian Organik……………………………………………………………….4
D. Sumber-Sumber Risiko…………………………………………………………………5
E. Keberhasilan Pertanian Organik………………………………………………………...5
F. Tantangan Pertanian Organik…………………………………………………………...6
G. Botani Pakcoy…………………………………………………………………………..6
H. Botani Caisim…………………………………………………………………………...7
I. Syarat Tumbuh………………………………………………………………………….8
J. Hama Dan Penyakit……………………………………………………………………..8
III. METODE PELAKSANAAN…………………………………………………………11
A. Tempat Dan Waktu………………………………………………………………….11
B. Ruang Lingkup Kerja Lapangan…………………………………………………….11
1. Sejarah Singkat CV.Tani Organik Merapi……………………………………....11
2. Visi, Misi dan Tujuan CV.Tani Organik Merapi………………………………..12
3. Struktur Organisasi………………………………………………………………12
4. Keunggulan Sawi Organik Merapi………………………………………………14
5. Ketenagakerjaan…………………………………………………………………15
C. Metode Pelaksanaan…………………………………………………………………17
1. Observasi………………………………………………………………………...17
2. Wawancara………………………………………………………………………17
3. Praktek Lapangan………………………………………………………………..17
IV. HASIL KEGIATAN KERJA LAPANGAN…………………………………………..18
A. Kondisi Umum Tempat Kerja Lapangan……………………………………………18
B. Resiko Yang Ada Pada Tanaman Caisim,Sawi dan Pakcoy Organik……………….18
C. Pengendalian Hama Dan Penyakit…………………………………………………..19
D. Analisis Usahatani…………………………………………………………………...20
iv
V. PENUTUP……………………………………………………………………………….23
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………....23
B. Saran…………………………………………………………………………………...23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komposisi Tenaga Kerja…………………………………………………………15
Tabel 3.2 Jam Kerja Karyawan CV.Tani Organik Merapi…………………………………16
Tabel 4.1 Rincian Biaya Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu kali masa
tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2………………………………………20
Tabel 4.2 Analisis Resiko Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu kali
masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2…………………………………20
Tabel 4.3 Produksi dan Penerimaan Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2……………………………..20
Tabel 4.4 Biaya dan Keuntungan Usahatani Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2……………………………..20
Vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian organik (Organic Farming) adalah suatu system pertanian yang mendorong
tanaman dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolaan tanah dan tanaman yang
disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik atau alamiah sebagai input, dan
menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisida kecuali untuk bahan-bahan yang
diperkenankan Preferensi sayuran organik ditentukan oleh karakteristik sosial dan ekonomi
konsumen dengan alasan kesehatan sebagai variabel utama dalam proses keputusan
pembelian (Silitonga dan Salman 2014).Meskipun tren organik di Indonesia kian
meningkat, sistem pertanian organik mengalami berbagai risiko dalam pelaksanaannya.
Pertanian organik yang bersifat labour intensive memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan
dengan pertanian konvensional (Rahayu 2011). Pada teknis pengendalian hama penyakit
tanaman, pertanian organik tidak diperbolehkan menggunakan pestisida kimia sehingga
tindakan mitigasi yang dilakukan harus secara manual dan berpengaruh terhadap
peningkatan biaya tenaga kerja. Risiko lain yang umumnya ditemui dilapang yaitu
penurunan produktivitas pada saat masa transisi, biaya sertifikasi yang mahal, serta masih
terbatasnya lokasi penjualan produk. Pada komoditas sayuran organik, risiko yang paling
berpengaruh adalah risiko produksi pada subsistem usahatani (Muljaningsih 2011).
Meskipun demikian, risiko yang ditemui pada subsistem agribinis lain pun berpengaruh
pada kegiatan operasional perusahaan.tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah tanaman
jenis sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy masih
memiliki kerabat dekat dengan sawi , jadi pakcoy dan sawi merupakan satu genus, hanya
varietasnya saja yang berbeda. Penampilannya sangat mirip dengan sawi, akan tetapi lebih
pendek dan kompak. Tangkai daunnya lebar dan kokoh.Tanaman pakcoy memiliki
permasalahan fluktuasi harga dan sulit dalam mengakses informasi pasar yang akurat.
Masalah ini dapat menimbulkan risiko dan ketidak pastian bagi petani baik yang sifatnya
risiko produksi maupun risiko pasar (harga). Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga
Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik
segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang terkadang
1
mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau
(Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin).
Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga
petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang
disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim).
Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang
agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi
goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi
yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia (Haryanto dan Tina, 2002).
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini yaitu:
Mengidentifikasi jenis risiko yang terdapat pada usahatani sayuran Caisim,Sawi,Pakcoy
di TOM (Tani Organik Merapi)
C. MANFAAT PENELITIAN
1.Untuk memperluas pengetahuan dan menambah wawasan mengenai dunia pertanian
organik khususnya pada tanaman pakcoy,sawi dan caisim.
2. memperoleh pengalaman kerja secara langsung
3.Mengetahui gambaran risiko yang harus dihadapi apabila ingin menjalankan bisnis
pada bidang pertanian organik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanian Organik
Pertanian organik tidak hanya membawa manfaat baik bagi kesehatan manusia dan
lingkungan, tetapi juga memiliki keunggulan dari segi finansial dan produktivitas. Herawati
et al. (2014) menyatakan bahwa sawah organik di Kabupaten Tasikmalaya lebih
menguntungkan dibandingkan sawah konvensional karena biaya penyediaan input yang
lebih rendah dan rata-rata produktivitasnya yang lebih tinggi. Hasil yang sama juga
ditunjukan pada penelitian Sukristiyonubowo et al. (2011) di Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah yang menjelaskan bahwa puncak produktivitas sawah konvensional adalah
sebanyak enam ton per hektar per musim tanam dan cenderung stagnan setiap tahunnya. Di
sisi lain, produktivitas sawah organik pada masa transisi adalah sebanyak tiga sampai empat
ton per hektar per musim tanam. Setelah delapan tahun penerapan sistem organik maka
produktivitasnya cenderung meningkat menjadi enam ton per hektar per musim tanam.
Keuntungan dari penerapan sistem pertanian organik di Indonesia juga ditemukan pada
penelitian Hidayat dan Lesmana (2011). Penelitian ini mengungkapkan bahwa keuntungan
finansial dari pertanian organik di Kabupaten Bandung lebih tinggi dari pertanian
konvensional. Hal ini tercermin dari harga jual produk organik di Jawa Barat yang besarnya
dua kali lipat dari harga produk konvensional. Meskipun bahan baku produksi pada sistem
organik hanya setengah dari sistem konvensional, namun biaya tenaga kerjanya adalah 5.5
kali lebih tinggi, sehingga jika dinilai secara total, produk organik 1.2 kali lebih
menguntungkan dari pertanian konvensional (Sugiono 2010) Pada perbandingan kinerja
ekonomi jangka panjang antara sistem pertanian organik dan pertanian konvensional di
kawasan Atlantik Tengah, Cavigelli et al. (2009) menjelaskan bahwa pada tingkat harga
premium, besar pendapatan bersih pada pertanian organik adalah 2.4 kali lebih tinggi dari
hasil pertanian konvensional, serta risikonya 1.7 kali lebih rendah. Hasil yang berbeda
ditemukan pada penelitian Argiles dan Brown (2010) yang membandingkan besarnya
jumlah output, biaya, dan keuntungan dari penerapan sistem pertanian organik dan
konvensional di Spanyol. Penelitian tersebut menyatakan bahwa biaya input produksi
pertanian seperti pestisida dan pupuk kimia lebih besar di pertanian konvensional.
Sedangkan biaya tenaga kerja yang lebih besar ditemukan pada sistem pertanian organik.
Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam biaya produksi
antara keduanya, hanya komposisinya saja yang berbeda.
B. Perbedaan Resiko dengan Ketidak Pastian
Resiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis
sebagi pembuat keputusan berdasarkan kejadian serupa yang pernah terjadi pada masa
sebelumnya sehingga hasil dari keputusan terhadap kejadian sebelumnya dapat digunakan
untuk mengestimasikan peluang kejadian berikutnya. Sedangkan ketidakpastian adalah
sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya sehingga peluang terjadinya kerugian
belum diketahui sebelumnya
D. Sumber-Sumber Resiko
terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani yaitu:
1. Risiko Produksi .Risiko produksi yang terjadi dalam bidang pertanian yang dapat
menurunkan hasil produksi dipengaruhi oleh banyak kejadian yang tidak dapat
dikendalikan seperti cuaca, curah hujan, suhu ekstrem, serangan hama dan penyakit.
2. Risiko harga Risiko berhubungan dengan perubahan harga output atau input.
3. Risiko Institusional Risiko institusional disebabkan oleh perubahan kebijakan dan
regulasi yang mempengaruhi pertanian seperti kebijakan harga input maupun output,
kebijakan penggunaan input pertanian, kebijakan penggunaan lahan, pajak dan kredit.
4. Risiko Sumber Daya manusia Kejadian yang merugikan seperti meninggal,
perceraian, kecelakaan, kondisi kesehatan yang menurun dari pelaku usaha dapat
mempengaruhi hasil dari kegiatan usaha. Selain itu adanya pencurian dan kebakaran
karena kelalaian pekerja juga dapat mempengaruhi hasil perusahaan.
5. Risiko finansial Petani mungkin menghadapi persoalan seperti besarnya tingkat suku
bunga pinjaman, atau menghadapi kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman
1. Menciptakan kembali ekosistem yang rusak akibat residu dari pupuk dan pestisida
kimiawi
2. Memberikan keterampilan kepada petani menangani organisme
pengganggu tanaman (hama) secara organik. Karena Banyak petani di Indonesia yang
belum tertarik pada sistem organik karena takut mengalami gagal panen jika tidak
diperbolehkan menggunakan obat kimia yang dinilai efektif dalam membasmi hama
dan penyakit tanaman
3. wawasan dan membangkitkan kreatifitas petani dalam membuat
ragam pupuk organik secara mandiri. Antara lain pupuk yang di gunakan
pada CV.TOM ialah: Pupuk Kompos, Pupuk Cair, Mikrobia Alami dan
Pestisida Nabati
4. menghidupkan kembali tanah-tanah yang sudah mati akibat penggunaan
pupuk anorganik dan pestisida sintetik. Proses ini disebut proses konversi yaitu
proses peralihan dari lahan konvensional menjadi lahan organik
G. Botani Pakcoy
Pakcoy merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga Brasssicaceae. Pakcoy
merupakan salah satu varietas dari tanaman sawi yang dimanfaatkan daunnya sebagai
sayuran. Tanaman pakcoy berasal dari China dan telah di budidayakan secara luas setelah
abad ke-5 di China Selatan dan China Pusat serta Taiwan. Sayuran ini merpakan introduksi
baru di jepang dan masih sekeluarga dengan Chinesse vegetable. Saat ini pakcoy di
kembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Thailand dan Indonesia (Yogiandre, 2011).
Menurut Suhardiyanto dan Purnama (2011), taksonomi dari tanaman pakcoy adalah
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Kelas :Dicotyleadone
Ordo :Rhoeadales
Famili :Brassicaceae
Genus :Brassica
Spesies :Brassica rapa L.
Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat di minati masyarakat dari anak-anak
sampai orang tua karena sawi pakcoy banyak mengandung
protein,lemak,karbohidrat,Ca,P,Fe,vitamin A,B,C,E dan K yang sangat baik untuk
kesehatan (Haryanto dkk,2007). Kandungan gizi dalam sawi pakcoy sangat baik terutama
untuk ibu hamil karena dapat menghindarkan dari anemia. Selain itu sawi pakcoy dapat
menangkal hipertensi,penyakit jantung dan mengurangi resiko berbagai jenis kanker
(Pracaya dan Kartika,2016).
H. Botani Caisim
Tanaman Caisim (Brassica rapa var.parachinensis L.) termasuk jenis tanaman sayuran
daun dan tergolong ke dalam tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman
semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 27cm – 37cm
tergantung dari varietasnya dan di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida Dicotylodiae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa var parachinensis L.
Caisim berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua
arah di sekitar permukaan tanah,perakaranya sangat dangkal. Caisim memiliki batang
pendek dan tegap, bersifat tidak keras dan berwarna kehiauan atau keputih-putihan, serta
memiliki ukuran panjang yang bervariasi. Batang caisim berfungsi sebagai alat pembentuk
dan penopang daun .Struktur daun caisim halus dan tidak berbulu, tidak mampu
membentuk krop (Telur). Tangkai daunnya panjang,langsing,berwarna putih kehijauan.
Daunnya lebar memanjang,tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah,segar,dengan
sediit rasa pahit. Pelepah daun caisim tersusun saling membungkus dengan pelepah daun
yang lebih muda, dan memiliki tulang daun yang menyirip dan bercabang banyak. Tiap
kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,empat helai daun mahkota ,bunga
berwarna kuning cerah,empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.
Penyerbukan bunga caisim dapat di bantu dengan lebah maupun manusia. Hasil
penyerbukan terbentuk buah yang polong yang berbentuk bulat kecil dan berwarna coklat
atau coklat kehitaman.
I. Syarat Tumbuh
Pakcoy,Sawi dan Caisim merupakan tanaman semusim yang saling hampir mirip
karena masih satu suku sawi-sawian atau Brassicaceae biasanya di sebut dengan
“sesawian” oleh karena itu Syarat tumbuh tanaman pun sama. Pakcoy,sawi dan caisim
merupakan tanaman semusim yang hanya dapat di panen satu kali. Sesawian dapat di panen
pada umur 40-60 hari (di tanam dari benih) atau 25-30 hari (ditanam dari bibit) setelah
tanam (Prastio,2015). Tanaman sesawian akan lebih baik jika di tanam di dataran tinggi
dengan udara yang sejuk (Haryanto dkk,2007)
Iklim yang baik untuk pertumbuhan sesawian yaitu daerah yang memiliki suhu 15℃-
30℃, memiliki curah hujan lebih dari 200mm/bulan, serta penyinaran matahari antara 10-
13 jam, Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sesawian adalah tanah
gembur yang banyak mengandung humus,subur, dengan pH antara 6-7, serta drainase yang
baik karena tanaman sesawian tidak menyukai genangan (Rukmana,1994).
Menurut Rahmawati (2012), penyakit yang dapat menyerang tanaman sesawian sebagai
berikut:
1. Daun Mozaik
Penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik. Virus mulai masuk ketika tanaman mulai masuk
ketika tanaman masih berupa bibit. Virus ini menyerang daun tanaman sesawian. Gejala
yang ditimbulkan adalah daun terdapat corak bergaris-garis atau belang hijau-kuing
2. Layu
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang menyerang akar. Gejala yang di timbulkan
tanaman akan terlihat layu pada siang hari, terutama saat terkena sinar matahari. Penyakit
ini dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
3. Kapang Daun
Penyakit ini di sebabkan oleh jamur Cladosporum fulvus cke yang menyerang daun. Gejala
yang di timbulkan akibat penyakit ini adalah seluruh permukaan daun dipenuhi oleh spora
berwarna cokelat.
4. Bercak Daun
Penyakit ini di sebabkan oleh jamur Cercospora carotae yang menyerang daun. Gejala
yang di timbulkan adalah pada daun terdapat bercak cokelat kehitaman.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu
Kegiatan Kerja Lapangan dilaksanakan di CV.Tani Organik Merapi Dusun Balangan,
Desa Wukirsari,Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Kegiatan kerja lapangan ini
di lakukan pada tanggal 07 Januari 2019 sampai dengan tanggal 07 Februari 2019.
B. Ruang Lingkup Kerja Lapangan
1. Sejarah Singkat CV.Tani Organik Merapi
Tani Organik Merapi lahir dari dengan di bidangi oleh kristalisasi, cita-cita,
pemikiran, niat serta harapan akan kondisi alam pada umumnya dan kondisi tanah
pertanian pada khususnya yang nanti pada perkembangan selanjutnya kita harapkan
menjadi lebiih baik, dalam arti menyeluruh. Baik dari segi potensi alam dan sumber daya
manusianya. TOM juga bertekad ikut bagian dalam program penyelamatan lahan
pertanian dengan bijak. Tani Organik Merapi berperan aktif mengembangkan sistem
pertanian organic secara lansung akhirnya kita juga mengharapakan dapat menghasilkan
produk-produk pertanian yang berkualitas yang secara tidak lansung mendukung
kesehatan masyarakat, karena sistem pertanian yang kami gunakan dan kembangkan
adalah sistem organik yang tidak sama sekali menggunakan produk kimia. Untuk itu
TOM senantiasa mengembangkan sistem pertanian organik secara maksimal. Adanya
persamaan dan cita-cita berdasarkan atas kepedulian akan kelestarian lingkungan dan
kesehatan saat ini dan mendatang. Maka pada tanggal 1 september 2008 lahirlah Tani
Organik Merapi (TOM) dengan standar nasional Indonesia (SNI) 6729-2010 No :
014/LSPO-007 – 0712/2013.
Identifikasi Perusahaan :
Misi :
1. Menjalankan dan mengembangkan usaha agribisnis secara organik.
2. Memasyarakatkan usaha agribisnis dan perdagan umum.
3. Menyebarkan wawasan pertanian organik yang berkelanjutan secara utuh dan
menyeluruh.
Tujuan :
TOM bertekad ikut bagian dalam program penyelamatan lahan pertanian dengan
bijak. Tani Orgganik Merapi dalam berperan aktif mengembangkan sistem
pertanian organik secara lansung akhirnya kita juga mengharapkan dapat
menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas yang secara tidak
lansung mendukung kesehatan masyarakat.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan alat untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang telah ditetapakan, karena sruktur organisasi
menggambarkan tugas, tanggungjawab, pembagian kerja serta wewenang yang
diberikan dan menggambarkan alur-alur komunikasi antar bagian. Tujuan struktur
organisasi adalah memudahkan manajemen dalam mengelola suatu perusahaan.
Struktur organisasi yang diterapkan CV. Tani Organik Merapi adalah lini
staff, artinya kekuasaan dan tanggung jawab berjalan dari pimpinan sampai ke
bawahan menurut garis partikel, sehingga hubungan antara satu departemen
dengan departemen yang lainnya saling berkaitan walaupun memiliki tanggung
jawab masing-masin. Skema struktur organisasi terdapat pada lampiran 1.
Struktur organisasi perusahaan merupakan sistem pembagian tugas dan
tanggung jawab serta fungsi dan bagian yang terdapat dalam suatu organisasi
perusahaan. Melalui struktur organisasi dapat diketahui dengan jelas tugas dan
tanggung jawab dari tiap-tiap bagian yang ada. Pimpinan tertinggi di CV. Tani
Organik Merapi memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah
a. Pemilik
Pemilik disiini sangat berperan dan berpengaruh untuk terjadinya apapun yang
teradi di proses terjadinya budidaya tersebut. Pemilik juga mempunyai tugas-
tugas lain yaitu :
1. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Memberikan petunuk dan bimbingan kepada bawahan dalam
melaksanakan operasi perusahaan.
3. Bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan baik secara inter maupun
ekster.
4. Bertanggung jawab atas semua karyawan yang ada di bawa kekuasaannya.
5. Memiliki wewenang merekrut tenaga kerja serta melakukan pemutusan
hubungan kerja
b. Penasehat
Penasehat disini juga berperan penting tidak berbeda dengan pemilik yaitu
memberikan petunjuk, nasehat, dan bimbingan kepada bawahan dalam
melaksanakan operasi perusahaan.
c. Manager
1. Pengelolaan keuangan perusahaan baik keuangan CV. Tani Organik
Merapi kantor yang berada di Sleman maupun kantor yang ada di Solo dan
Magelang.
2. Mengontrol dan mengawasi aliran dana dan penggunaan dana perusahaan.
3. Bertanggungjawab atas kelancaran produksi.
4. Mengawasi dan mengontrol jalannya produksi.
5. Memiliki wewenang untuk membuat perencanaan dalam rangka
pencapaian tujuan perusahaan, juga bertugas melakukan intropeksi
lapangan terhadap kegiatan yang berlansung.
6. Mengatur waktu dan jam istirahat karyawan.
7. Mencatatat absensi karyawan setiap hari.
8. Melaksanakan pertimbangan atas penerimaan dan penempatan karyawan.
9. Mencatat semua transaksi yang ada hubungan dengan kegiatan
periusahaan
10. Bertanggungjawab atas keluar masuknya karyawan.
11. Bertanggungjawab atas masala-masala yang berhungan dengan
kepegawaian.
12. Menerima pesanan yang datang atau masuk ke perusahaan.
13. Menjadwalkan kebutuhan bahan baku untuk produksi.
d. Kepala produksi
1. Mengatur penanaman sayuran.
2. Mengatur penjadwalan penanaman sayuran.
3. Mengatur pengguna subprodi..
4. Mengatur pekerja dibagian produksi
e. Kepala pemasaran
1. Mengatur banyaknya pengemasan sesuai pemesanan.
2. Mengatur pelotingan pengiriman.
3. Mengawasi kwalitas produksi.
4. Mengawasi grading yang ada.
a. Produk yang dihasilkan sangat memuaskan berat rata-rata sawi yang suda di
panen dan dibersikan sekitar 2 ons yang merupkan hasil sawi yang baik dan sesuai
dengan standar supermarket yang ada di dalam pemasaran CV. Tani Organik
Merapi itu sendiri.
b. Bahan baku atau benih itu sendiri di dapatkan dari took pertanian maupun
membuat benih sendiri dari sayuran sawi yang suda tua dan di keringkan sesuai
dengan kriteria.
5. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja pada CV. Tani Organik Merapi sebagian besar berasal dari kecamatan
Cangkringan itu sendiri. Pada perusahaan tersebut terdapat 16 karyawan tetap di
rekrut sesuai kebutuhan perusahaan yang di dasari dengan luas lahan yang ada di CV.
Tani Organik Merapi untuk karyawan dalam Manajer, produksi, packing dan
pemasaran.
No Uraian Tahun
2019
1 Pemilik 2
2 Penasehat 1
3 Manajer 1
4 Kepala produksi 1
5 Kepala pemasaran 1
6 Kepala packing 1
7 Karyawan biasa 9
Jumlah 16
Karyawan CV. Tani Organik Merapi 50 persen berasal dari dusun Balangan, Desa
Wukisari, Sleman, Yoyakarta dan 50 persen berasal dari daerah sekitar Sleman. Karyawan
CV. Tani Organik Merapi diharapkan mempunyai deduikasi tinggi terhadap perusahaan dan
dapat membuat sayuran organik menjadi sayuran yang selalu dikonsumsi seperti selogan
Perusahaan “Organic Product Best For Life” yang diletakkan di dekat pengecekan absensi
dan di bawah surat yang di terbitkan.
CV. Tani Organik Merapi mempunyai jadwal jam kerja karyawan untuk setiap hari
kerja yaitu hari senin sampai hari minggu tetapi untuk karyawan telah di jadwalkan satu hari
untuk libur dalam satu minggu oleh Manajer CV. Tani Organik Merapi, untuk karyawan
pemasaran jam kerja di bagi dua sesi yaitu pagi dan sore, yang sesi pagi dimulai dari jam
06:30 – 10 dan yang sesi sore di mulai dari jam 14:30 – Selesai, kemudian untuk bagian
produksi jam kerja mulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00, untuk jam kerja bagian
packing di bagi dalam dua sesi juga yaitu pagi dan siang, yang bagian pagi jam kerja mulai
dari jam 09.00 sampai jam 17.00 dan yang sesi siang mulai jam 12.00 sampai selesai packing.
Jam kerja karyawan CV. Tani Organik Merapi di tampilkan pada tabel 2.
Setiap hari 08.00 – 16.00 06:30 – 10.00 (pagi) 09.00 – 17.00 (pagi)
Tabel 4.1 Rincian Biaya Budidaya Caisim di CV Tani Organik Merapi untuk satu kali masa
tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m₂
Tabel 4.3 Produksi dan Penerimaan Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m₂
Panen Produksi Harga Penerimaan
14.700 tanaman 980kg Rp12.500/kg Rp12.250.000
(15tanaman/kg)
Sumber: Analisis Primer
Tabel 4.4 Biaya dan Keuntungan Usaha Tani Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m₂
No Keterangan Nilai
1 Biaya Total Rp4.805.800
2 Penerimaan Rp12.250.000
3 Keuntungan Rp7.444.200
4 R/C Ratio 2,5
5 B/C Ratio 1,5
Sumber: Analisis Primer
1) Biaya Total (per 1000m₂) =Biaya Tetap + Biaya Variabel
=Rp1.83.300+Rp2.967.800
=Rp4.805.800
=Rp48.058.000 (per hektar)
2) Penerimaan Caisim (per 1000m₂) =Harga x Jumlah Produksi
=Rp12.500/kg x 980kg
=Rp12.250.000
=Rp122.500.000 (per hektar)
3) Keuntungan (per 1000m₂) =Penerimaan – Biaya Total
=Rp12.250.000 – Rp4.805.800
=Rp7.444.200
=Rp74.442.000 (per hektar)
4) R/C Ratio =Total Penerimaan
Total Biaya Produksi
=Rp12.250.000
Rp4.805.800
=2,5 (R/C > 1 = layak)
5) B/C Ratio = Keuntungan
Total Biaya Produksi
=Rp7.444.200
Rp4.805.800
=1,5 (B/C > 1 = untung dan layak)
Penjelasan :
Analisis usaha tani caisim organik di CV.Tani Organik Merapi Yogyakarta
menunjukan jumlah biaya tetap yang di gunakan untuk usaha tani caisim sebesar
Rp1.838.300. Satu kali masa tanam biaya tersebut mencakup sewa lahan
1.000m2,gembor,cangkul,tangki semprot (sprayer),bambu,plastik,tenaga kerja
pemeliharaan,dan tenaga kerja pengemasan.Biaya variabel yang di butuhkan sejumlah
Rp2.967.500. Biaya tersebut meliputi biaya benih,pupuk,tenaga kerja pengolahan
lahan,pestisida dan pupuk. Benih yang di gunakan berasal dari pasaran dengan harga
Rp15.000/sachet. Pupuk yang di gunakan adalah pupuk kompos dan pupuk cair,pupuk
kompos dengan harga Rp150.000/rit/colt, sedangkan pupuk cair 6 liter dengan harga per liter
Rp10.000. Tenaga pengolahan lahan dengan biaya Rp400.000. Pestisida sebanyak 3 liter
dengan biaya Rp150.000. Kemasan plastik yang di gunakan dengan harga Rp250, biaya
transportasi sebesar Rp250.000, dan biaya lain-lain Rp250.000. Total biaya produksi adalah
jumlah biaya tetap dengan biaya variabel sebesar Rp4.805.800.
Jumlah hasil panen caisim dengan resiko kerusakan 2% diperkirakan sebanyak 14.700
tanaman karena tidak semua tanaman dapat dipanen dengan keadaan baik. 1kg caisim
Rp12.500 maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 12.500.000. keuntungan diperoleh dari
penerimaan dikurangi total biaya produksi sejumlah Rp7.444.200. Nilai R/C ratio diperoleh
dengan membagi total penerimaan dengan toal biaya produksi diperoleh nilai R/C sebesar 2,5
artinya Rp1 dapat menghasilkan Rp 2,5. Hasil dari nilai R/C ratio ini menunjukan bahwa R/C
ratio lebih > 1 maka usaha tersebut layak di jalankan. Nilai B/C ratio diperoleh dari hasil
pembagian keuntungan dibagi total biaya produksi sehingga hasil dari B/C ratio adalah 1,5.
Arti dari nilai B/C ratio tersebut bahwa Rp 1 dapat menghasilkan Rp 1,5.
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
a. Sistem pertanian organik mengalami berbagai risiko dalam pelaksanaannya.
Pertanian organik memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian
konvensional. Pada teknis pengendalian hama penyakit tanaman, pertanian
organik tidak diperbolehkan menggunakan pestisida kimia sehingga tindakan
mitigasi yang dilakukan harus secara manual dan berpengaruh terhadap
peningkatan biaya tenaga kerja. Risiko lain yang umumnya ditemui dilapangan
yaitu penurunan produktivitas pada saat masa transisi (masa pergantian yang di
tandai dari perubahan fase awal ke fase yang baru seperti contohnya pergantian
musim), biaya sertifikasi yang mahal, serta masih terbatasnya lokasi penjualan
produk
b. Untuk mencegah datangya hama yang di lakukan oleh CV.Tani Organik Merapi
ialah menanam tanaman refugia seperti bunga kenikir dan bunga matahari di
sekitar bedengan. Penyemprotan dengan pestisida nabati merupakan cara terakhir
yang di lakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit. Menggunakan atap
plastik UV pada bedengan . Dalam beberapa kasus seperti pembibitan sinar ultra
violet tidak terlalu di butuhkan, Fungsi plastik UV ini untuk mengakomodinir
sinar dan suhu, atap plastic UV ini juga mampu meminimalisir masuknya hama
B.Saran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh CV. Tani Organik Merapi sudah sangat
baik, akan tetapi pesaing komoditas sayuran organik semakin lama akan bertambah
banyak sehingga perlu adanya perbaikan mutu, kualitas dan kemasan produk serta
perluasan pasar agar konsumen lebih tertarik dan menjadi pelanggan tetap
perusahaan. Kekurangan tenaga kerja harus segera dilakukan perekrutan agar masing-
masing karyawan melakukan tugas dengan jelas dan sesuai dengan bagian-bagianya
DAFTAR PUSTAKA
Gribaldi. 2009. Pertanian organik dan teknologi pendukungnya. Jurnal Agronobis.
1(2): 19-24
Herawati Noknik Karliya, Hendrani Januarita, Nugraheni Siwi. 2014. Viabilitas pertanian
organik dibandingkan pertanian konvesional. Jurnal Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat. 3(3): 11-25
Muljaningsih Sri. 2011. Preferensi konsumen dan produsen produk organik di Indonesia.
Wacana.14(4): 1–5
Ratri Wahyu Setya, Widiyatmi Susi. 2017. Analisis perilaku petani padi dalam menghadap
resiko dalam menghadapi resikodi lahan pertanian sawah tadah hujan desa
Banyumeneng, Girikerto, Gunungkidul. Usulan dosen pemula
Silitonga Junipranto, Salman. 2014. Analisis permintaan konsumen terhadap sayuran organik
Di Pasar modern Kota Pekanbaru. Jurnal Dinamika Pertanian. 29(1):79-86
Agus Kurniawan. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam
pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik. Jurnal Pengembangan
Inovasi Pertanian. Vol 4(4),262-278
Haryanto Eko, Suhartini Tina, Rahayu Estu.2007.Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar
Swadaya
Roidah Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorawa 1(1) : 1-9