Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KERJA LAPANGAN

ANALISIS RESIKO USAHATANI SAYURAN ORGANIK CAISIM,SAWI DAN


PAKCOY DI CV.TOM (TANI ORGANIK MERAPI)

Disusun oleh:

AJI WIJAYA SAKTI


2016010025

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KERJA LAPANGAN

ANALISIS RESIKO USAHATANI SAYURAN ORGANIK CAISIM,SAWI DAN


PAKCOY DI CV.TOM (TANI ORGANIK MERAPI)

Disusun oleh:
Nama :Aji Wijaya Sakti
NIM : 206010009
Program Studi : Agribisnis

Usulan ini telah disetujui

Menyetujui, Tanggal Tandatangan

1. Wahyu Setya Ratri, S.P.,M.P.


2. Riyanto

Yogyakarta,...................

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

( Ir. Sri Endah Prasetyowati S., M.P )

NIDN. 0003085701

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang elah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulisan Laporan Kerja
Lapangan dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penelesaian laporan ini, terutama kepada:

1. Ir. Sri Endah Prasetyowati S., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa.
2. Wahyu Setya Ratri, S.P.,M.P. selaku Dosen Pembimbing kerja lapangan
3. Ir.Ign Suprih Sudrajat, selaku ketua program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
4. Riyanto, selaku pembimbing lapangan eksternal

Penyusun menyadari sepenuhnya laporan kerja lapangan senuhnya bahwa dalam


penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan kerja lapangan ini.

Yogyakarta,………..

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………..…………………………………………..vi
DAFTAR TABEL….…………………………………………………………………………v
I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
B. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………...2
C. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………….3
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………..4
A. Pertanian Organik……………………………………………………………………….4
B. Perbedaan Resiko Dengan Ketidak Pastian……………………………………………..4
C. Resiko Pertanian Organik……………………………………………………………….4
D. Sumber-Sumber Risiko…………………………………………………………………5
E. Keberhasilan Pertanian Organik………………………………………………………...5
F. Tantangan Pertanian Organik…………………………………………………………...6
G. Botani Pakcoy…………………………………………………………………………..6
H. Botani Caisim…………………………………………………………………………...7
I. Syarat Tumbuh………………………………………………………………………….8
J. Hama Dan Penyakit……………………………………………………………………..8
III. METODE PELAKSANAAN…………………………………………………………11
A. Tempat Dan Waktu………………………………………………………………….11
B. Ruang Lingkup Kerja Lapangan…………………………………………………….11
1. Sejarah Singkat CV.Tani Organik Merapi……………………………………....11
2. Visi, Misi dan Tujuan CV.Tani Organik Merapi………………………………..12
3. Struktur Organisasi………………………………………………………………12
4. Keunggulan Sawi Organik Merapi………………………………………………14
5. Ketenagakerjaan…………………………………………………………………15
C. Metode Pelaksanaan…………………………………………………………………17
1. Observasi………………………………………………………………………...17
2. Wawancara………………………………………………………………………17
3. Praktek Lapangan………………………………………………………………..17
IV. HASIL KEGIATAN KERJA LAPANGAN…………………………………………..18
A. Kondisi Umum Tempat Kerja Lapangan……………………………………………18
B. Resiko Yang Ada Pada Tanaman Caisim,Sawi dan Pakcoy Organik……………….18
C. Pengendalian Hama Dan Penyakit…………………………………………………..19
D. Analisis Usahatani…………………………………………………………………...20
iv
V. PENUTUP……………………………………………………………………………….23
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………....23
B. Saran…………………………………………………………………………………...23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komposisi Tenaga Kerja…………………………………………………………15
Tabel 3.2 Jam Kerja Karyawan CV.Tani Organik Merapi…………………………………16
Tabel 4.1 Rincian Biaya Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu kali masa
tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2………………………………………20
Tabel 4.2 Analisis Resiko Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu kali
masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2…………………………………20
Tabel 4.3 Produksi dan Penerimaan Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2……………………………..20
Tabel 4.4 Biaya dan Keuntungan Usahatani Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m2……………………………..20

Vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian organik (Organic Farming) adalah suatu system pertanian yang mendorong
tanaman dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolaan tanah dan tanaman yang
disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik atau alamiah sebagai input, dan
menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisida kecuali untuk bahan-bahan yang
diperkenankan Preferensi sayuran organik ditentukan oleh karakteristik sosial dan ekonomi
konsumen dengan alasan kesehatan sebagai variabel utama dalam proses keputusan
pembelian (Silitonga dan Salman 2014).Meskipun tren organik di Indonesia kian
meningkat, sistem pertanian organik mengalami berbagai risiko dalam pelaksanaannya.
Pertanian organik yang bersifat labour intensive memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan
dengan pertanian konvensional (Rahayu 2011). Pada teknis pengendalian hama penyakit
tanaman, pertanian organik tidak diperbolehkan menggunakan pestisida kimia sehingga
tindakan mitigasi yang dilakukan harus secara manual dan berpengaruh terhadap
peningkatan biaya tenaga kerja. Risiko lain yang umumnya ditemui dilapang yaitu
penurunan produktivitas pada saat masa transisi, biaya sertifikasi yang mahal, serta masih
terbatasnya lokasi penjualan produk. Pada komoditas sayuran organik, risiko yang paling
berpengaruh adalah risiko produksi pada subsistem usahatani (Muljaningsih 2011).
Meskipun demikian, risiko yang ditemui pada subsistem agribinis lain pun berpengaruh
pada kegiatan operasional perusahaan.tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah tanaman
jenis sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy masih
memiliki kerabat dekat dengan sawi , jadi pakcoy dan sawi merupakan satu genus, hanya
varietasnya saja yang berbeda. Penampilannya sangat mirip dengan sawi, akan tetapi lebih
pendek dan kompak. Tangkai daunnya lebar dan kokoh.Tanaman pakcoy memiliki
permasalahan fluktuasi harga dan sulit dalam mengakses informasi pasar yang akurat.
Masalah ini dapat menimbulkan risiko dan ketidak pastian bagi petani baik yang sifatnya
risiko produksi maupun risiko pasar (harga). Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga
Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik
segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang terkadang

1
mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau
(Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin).
Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga
petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang
disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim).
Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang
agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi
goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi
yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia (Haryanto dan Tina, 2002).

B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini yaitu:
Mengidentifikasi jenis risiko yang terdapat pada usahatani sayuran Caisim,Sawi,Pakcoy
di TOM (Tani Organik Merapi)

C. MANFAAT PENELITIAN
1.Untuk memperluas pengetahuan dan menambah wawasan mengenai dunia pertanian
organik khususnya pada tanaman pakcoy,sawi dan caisim.
2. memperoleh pengalaman kerja secara langsung
3.Mengetahui gambaran risiko yang harus dihadapi apabila ingin menjalankan bisnis
pada bidang pertanian organik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertanian Organik
Pertanian organik tidak hanya membawa manfaat baik bagi kesehatan manusia dan
lingkungan, tetapi juga memiliki keunggulan dari segi finansial dan produktivitas. Herawati
et al. (2014) menyatakan bahwa sawah organik di Kabupaten Tasikmalaya lebih
menguntungkan dibandingkan sawah konvensional karena biaya penyediaan input yang
lebih rendah dan rata-rata produktivitasnya yang lebih tinggi. Hasil yang sama juga
ditunjukan pada penelitian Sukristiyonubowo et al. (2011) di Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah yang menjelaskan bahwa puncak produktivitas sawah konvensional adalah
sebanyak enam ton per hektar per musim tanam dan cenderung stagnan setiap tahunnya. Di
sisi lain, produktivitas sawah organik pada masa transisi adalah sebanyak tiga sampai empat
ton per hektar per musim tanam. Setelah delapan tahun penerapan sistem organik maka
produktivitasnya cenderung meningkat menjadi enam ton per hektar per musim tanam.
Keuntungan dari penerapan sistem pertanian organik di Indonesia juga ditemukan pada
penelitian Hidayat dan Lesmana (2011). Penelitian ini mengungkapkan bahwa keuntungan
finansial dari pertanian organik di Kabupaten Bandung lebih tinggi dari pertanian
konvensional. Hal ini tercermin dari harga jual produk organik di Jawa Barat yang besarnya
dua kali lipat dari harga produk konvensional. Meskipun bahan baku produksi pada sistem
organik hanya setengah dari sistem konvensional, namun biaya tenaga kerjanya adalah 5.5
kali lebih tinggi, sehingga jika dinilai secara total, produk organik 1.2 kali lebih
menguntungkan dari pertanian konvensional (Sugiono 2010) Pada perbandingan kinerja
ekonomi jangka panjang antara sistem pertanian organik dan pertanian konvensional di
kawasan Atlantik Tengah, Cavigelli et al. (2009) menjelaskan bahwa pada tingkat harga
premium, besar pendapatan bersih pada pertanian organik adalah 2.4 kali lebih tinggi dari
hasil pertanian konvensional, serta risikonya 1.7 kali lebih rendah. Hasil yang berbeda
ditemukan pada penelitian Argiles dan Brown (2010) yang membandingkan besarnya
jumlah output, biaya, dan keuntungan dari penerapan sistem pertanian organik dan
konvensional di Spanyol. Penelitian tersebut menyatakan bahwa biaya input produksi
pertanian seperti pestisida dan pupuk kimia lebih besar di pertanian konvensional.
Sedangkan biaya tenaga kerja yang lebih besar ditemukan pada sistem pertanian organik.
Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam biaya produksi
antara keduanya, hanya komposisinya saja yang berbeda.
B. Perbedaan Resiko dengan Ketidak Pastian
Resiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis
sebagi pembuat keputusan berdasarkan kejadian serupa yang pernah terjadi pada masa
sebelumnya sehingga hasil dari keputusan terhadap kejadian sebelumnya dapat digunakan
untuk mengestimasikan peluang kejadian berikutnya. Sedangkan ketidakpastian adalah
sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya sehingga peluang terjadinya kerugian
belum diketahui sebelumnya

C. Risiko Pertanian Organik


Meningkatnya kesadaran masyarakat pada gaya hidup sehat berkorelasi positif terhadap
peningkatan peluang pasar produk organik. Sayangnya, perkembangan bisnis pertanian
organik dihadapkan dengan berbagai risiko dalam pelaksanaanya. Dalam publikasi Risk
Management Guide for Organic Producers dari Universitas Minnesota tahun 2010,
dijelaskan bahwa risiko harga, risiko produksi, risiko finansial, risiko sumberdaya manusia,
dan risiko kelembagaan berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis pertanian organik.
Penelitian Thio et al. (2008) menyatakan bahwa harga yang mahal menyebabkan sebagian
besar responden di Surabaya tidak mau membeli produk organik. Mahalnya produk organik
terjadi karena masih minimnya ketersediaan produk di pasar serta jaminan kualitas produk
organik yang lebih sehat. Banyak petani yang belum tertarik pada sistem organik karena
takut mengalami gagal panen jika tidak diperbolehkan menggunakan obat kimia yang
dinilai efektif dalam membasmi hama dan penyakit tanaman. Terbatasnya akses untuk
membeli produk organik yang hanya tersedia pada ritel-ritel modern saja menyebabkan
konsumen lebih memilih produk non-organik yang harganya lebih murah, mudah dijumpai,
dan tersedia dalam jumlah banyak. Umumnya risiko yang dijumpai terdapat pada kegiatan
budidaya yang ditandai oleh penurunan produktivitas pada masa transisi. Pada masa transisi
pula, terdapat risiko sumberdaya manusia terkait dengan pemahaman ulang teknik
budidaya pertanian organik yang sangat berbeda dari sistem konvensional. Perbedaan
tersebut ditemukan pada saat penyediaan input, pengolahan lahan, pengelolaan tanaman,
hingga kegiatan pasca panen (Hanson et al. 2004). Pelaksanaan teknik budidaya yang tepat
sangat perpengaruh kepada kualitas produk organik yang dihasilkan. Produk organik dapat
tercemar mikrobiologi berupa Escherichia coli, Salmonella, dan E.coli. Hal ini dapat terjadi
jika pupuk kandang yang digunakan pada proses budidaya belum terdekomposisi
sempurna. Standar budidaya organik menetapkan bahwa pupuk kandang harus
terdekomposisi dengan baik sebelum diaplikasikan di lahan minimal 90 hari sebelum panen
(Winter dan Davis 2006). Risiko lain yang ditemukan adalah risiko kelembagaan yang
tercermin dari masih sulitnya akses untuk mendapat label sertifikasi. Luas lahan yang
dimiliki serta biaya sertifikasi yang mahal menyebabkan petani organik sulit memberikan
sertifikasi pada lahannya. Para petani tersebut harus membentuk kelompok petani organik
dalam suatu kawasan yang luas untuk memenuhi syarat dan membiayai sertifikasi usahatani
mereka secara gotong royong (Gribaldi 2009).

D. Sumber-Sumber Resiko
terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani yaitu:
1. Risiko Produksi .Risiko produksi yang terjadi dalam bidang pertanian yang dapat
menurunkan hasil produksi dipengaruhi oleh banyak kejadian yang tidak dapat
dikendalikan seperti cuaca, curah hujan, suhu ekstrem, serangan hama dan penyakit.
2. Risiko harga Risiko berhubungan dengan perubahan harga output atau input.
3. Risiko Institusional Risiko institusional disebabkan oleh perubahan kebijakan dan
regulasi yang mempengaruhi pertanian seperti kebijakan harga input maupun output,
kebijakan penggunaan input pertanian, kebijakan penggunaan lahan, pajak dan kredit.
4. Risiko Sumber Daya manusia Kejadian yang merugikan seperti meninggal,
perceraian, kecelakaan, kondisi kesehatan yang menurun dari pelaku usaha dapat
mempengaruhi hasil dari kegiatan usaha. Selain itu adanya pencurian dan kebakaran
karena kelalaian pekerja juga dapat mempengaruhi hasil perusahaan.
5. Risiko finansial Petani mungkin menghadapi persoalan seperti besarnya tingkat suku
bunga pinjaman, atau menghadapi kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman

E. Keberhasilan Pertanian Organik


Keberhasilan pada pertanian organik ditentukan:
1. Subsistem pengolahan tanah
2. Subekosistem untuk menjaga kesuburan tanah
3. Pengendalian hama penyakit secara alami
4. Subsistem variasi tanaman di musim penghujan dan kemarau
5. harmonisasi dengan peternakan dan perikanan
F. Tantangan Pertanian Organik

1. Menciptakan kembali ekosistem yang rusak akibat residu dari pupuk dan pestisida

kimiawi
2. Memberikan keterampilan kepada petani menangani organisme
pengganggu tanaman (hama) secara organik. Karena Banyak petani di Indonesia yang
belum tertarik pada sistem organik karena takut mengalami gagal panen jika tidak
diperbolehkan menggunakan obat kimia yang dinilai efektif dalam membasmi hama
dan penyakit tanaman
3. wawasan dan membangkitkan kreatifitas petani dalam membuat
ragam pupuk organik secara mandiri. Antara lain pupuk yang di gunakan
pada CV.TOM ialah: Pupuk Kompos, Pupuk Cair, Mikrobia Alami dan
Pestisida Nabati
4. menghidupkan kembali tanah-tanah yang sudah mati akibat penggunaan
pupuk anorganik dan pestisida sintetik. Proses ini disebut proses konversi yaitu
proses peralihan dari lahan konvensional menjadi lahan organik

G. Botani Pakcoy
Pakcoy merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga Brasssicaceae. Pakcoy
merupakan salah satu varietas dari tanaman sawi yang dimanfaatkan daunnya sebagai
sayuran. Tanaman pakcoy berasal dari China dan telah di budidayakan secara luas setelah
abad ke-5 di China Selatan dan China Pusat serta Taiwan. Sayuran ini merpakan introduksi
baru di jepang dan masih sekeluarga dengan Chinesse vegetable. Saat ini pakcoy di
kembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Thailand dan Indonesia (Yogiandre, 2011).
Menurut Suhardiyanto dan Purnama (2011), taksonomi dari tanaman pakcoy adalah
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Kelas :Dicotyleadone
Ordo :Rhoeadales
Famili :Brassicaceae
Genus :Brassica
Spesies :Brassica rapa L.
Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat di minati masyarakat dari anak-anak
sampai orang tua karena sawi pakcoy banyak mengandung
protein,lemak,karbohidrat,Ca,P,Fe,vitamin A,B,C,E dan K yang sangat baik untuk
kesehatan (Haryanto dkk,2007). Kandungan gizi dalam sawi pakcoy sangat baik terutama
untuk ibu hamil karena dapat menghindarkan dari anemia. Selain itu sawi pakcoy dapat
menangkal hipertensi,penyakit jantung dan mengurangi resiko berbagai jenis kanker
(Pracaya dan Kartika,2016).

H. Botani Caisim
Tanaman Caisim (Brassica rapa var.parachinensis L.) termasuk jenis tanaman sayuran
daun dan tergolong ke dalam tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman
semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 27cm – 37cm
tergantung dari varietasnya dan di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida Dicotylodiae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa var parachinensis L.
Caisim berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua
arah di sekitar permukaan tanah,perakaranya sangat dangkal. Caisim memiliki batang
pendek dan tegap, bersifat tidak keras dan berwarna kehiauan atau keputih-putihan, serta
memiliki ukuran panjang yang bervariasi. Batang caisim berfungsi sebagai alat pembentuk
dan penopang daun .Struktur daun caisim halus dan tidak berbulu, tidak mampu
membentuk krop (Telur). Tangkai daunnya panjang,langsing,berwarna putih kehijauan.
Daunnya lebar memanjang,tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah,segar,dengan
sediit rasa pahit. Pelepah daun caisim tersusun saling membungkus dengan pelepah daun
yang lebih muda, dan memiliki tulang daun yang menyirip dan bercabang banyak. Tiap
kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,empat helai daun mahkota ,bunga
berwarna kuning cerah,empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.
Penyerbukan bunga caisim dapat di bantu dengan lebah maupun manusia. Hasil
penyerbukan terbentuk buah yang polong yang berbentuk bulat kecil dan berwarna coklat
atau coklat kehitaman.
I. Syarat Tumbuh
Pakcoy,Sawi dan Caisim merupakan tanaman semusim yang saling hampir mirip
karena masih satu suku sawi-sawian atau Brassicaceae biasanya di sebut dengan
“sesawian” oleh karena itu Syarat tumbuh tanaman pun sama. Pakcoy,sawi dan caisim
merupakan tanaman semusim yang hanya dapat di panen satu kali. Sesawian dapat di panen
pada umur 40-60 hari (di tanam dari benih) atau 25-30 hari (ditanam dari bibit) setelah
tanam (Prastio,2015). Tanaman sesawian akan lebih baik jika di tanam di dataran tinggi
dengan udara yang sejuk (Haryanto dkk,2007)
Iklim yang baik untuk pertumbuhan sesawian yaitu daerah yang memiliki suhu 15℃-
30℃, memiliki curah hujan lebih dari 200mm/bulan, serta penyinaran matahari antara 10-
13 jam, Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sesawian adalah tanah
gembur yang banyak mengandung humus,subur, dengan pH antara 6-7, serta drainase yang
baik karena tanaman sesawian tidak menyukai genangan (Rukmana,1994).

J. Hama dan Penyakit


Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran & Bofarmaka (2008), pengendalian
OPT dilakukan agar tidak terjadi kerusakan pada bagian tanaman, sehingga masih
menguntungkan secara ekonomis dan untuk menghindari kerugian ekonomi berupa
kehilangan hasil (Kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk serta menjaga
kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup dan aman konsumsi. Pelaksanaan
kegiatan pengendalian OPT, harus diawali dengan pengenalan jenis hama dan penyakit
yang ada pada tanaman sesawian, sehingga pada saat pelaksanaan pengendalian OPT dapat
di lakukan dengan tepat. Menurut Haryanto dan Suhartini (2002)
Berikut ini adalah jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman sawi-sawian:
1. Ulat Titik Tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)
Gejala seperti daun bagian dalam yang terlindung oleh daun bagian luar rusak dan
kelihatan bekas gigtan. Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat titk tumbuh atau
Crocidolomia binotalis Zell. Ulat ini berwarna hijau, di punggungnya terdapat garis
berwarna hijau muda dan rambut yang berwarna hitam. Serangan dewasa menghasilkan
telur yang jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur ini akan menetas dalam jangka
waktu 1-2 minggu dan setiap hari jumlah telurnya akan bertambah. Setelah menetas ulat
akan melahap habis daun yang berada di sekitarnya.
2. Ulat Tritip (Plutella maculipennis)
Gejala akibat penyerangan ulat tritip daun tampak seperti bercak-bercak tersebut adalah
kulit ari daunyang tersisa setelah dagingnya dimakan hama. Selanjutnya daun menjadi
berlubang karena kulit ari daun tersebut sobek. Serangan berat menyebabkan seluruh
daging daun habis termakan sehingga yang tertinggal hanyalah tulang-tulang daunnya.
Penyebab kerusakan tersebut adalah plutella macuculipennis atau ulat tritip. Ulat yang
baru menetas warnanya hijau muda. Setelah dewasa warna kepalanya jadi lebih pucat dan
terdapat bintik cokelat. Serangan dewasa menghasilkan telur secara berkelompok, tetapi
hanya terdapat 2-3 butir setiap kelompok.
3. Siput (Agriolimax sp .)
Gejala pada tanaman akibat siput adalah daunnya banyak berlubang tatapi tidak merata.
Sering pula di jumpai jalur jalur bekas lendir pada tanaman atau sekitarnya. Penyebab
gejala tersebut adalah siput Agrolimax sp. hewan bercangkang coklat dengan tubuh lunak
ini bergerak amat lambat. Siput umumnya menyerang pada malam hari.
4. Ulat (Thepa Javanica)
Gejalanya yaitu daun banyak berlubang dengan jarak antara lubang sangat dekat dan
menggerombol. Penyebab dari gejala tersebut adalah ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (Cut Worm)
Gejala yang timbul adalah bagian pangkal batang sawi yang terserang menjadi rapuh,
lama-kelamaan tanaman menjadi roboh. Penyebabnya adalah cacing bulu Cut Worm yang
menghuni tanah serta menggrogoti pangkal batang.

Menurut Rahmawati (2012), penyakit yang dapat menyerang tanaman sesawian sebagai
berikut:
1. Daun Mozaik
Penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik. Virus mulai masuk ketika tanaman mulai masuk
ketika tanaman masih berupa bibit. Virus ini menyerang daun tanaman sesawian. Gejala
yang ditimbulkan adalah daun terdapat corak bergaris-garis atau belang hijau-kuing
2. Layu
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang menyerang akar. Gejala yang di timbulkan
tanaman akan terlihat layu pada siang hari, terutama saat terkena sinar matahari. Penyakit
ini dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
3. Kapang Daun
Penyakit ini di sebabkan oleh jamur Cladosporum fulvus cke yang menyerang daun. Gejala
yang di timbulkan akibat penyakit ini adalah seluruh permukaan daun dipenuhi oleh spora
berwarna cokelat.

4. Bercak Daun
Penyakit ini di sebabkan oleh jamur Cercospora carotae yang menyerang daun. Gejala
yang di timbulkan adalah pada daun terdapat bercak cokelat kehitaman.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu
Kegiatan Kerja Lapangan dilaksanakan di CV.Tani Organik Merapi Dusun Balangan,
Desa Wukirsari,Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Kegiatan kerja lapangan ini
di lakukan pada tanggal 07 Januari 2019 sampai dengan tanggal 07 Februari 2019.
B. Ruang Lingkup Kerja Lapangan
1. Sejarah Singkat CV.Tani Organik Merapi
Tani Organik Merapi lahir dari dengan di bidangi oleh kristalisasi, cita-cita,
pemikiran, niat serta harapan akan kondisi alam pada umumnya dan kondisi tanah
pertanian pada khususnya yang nanti pada perkembangan selanjutnya kita harapkan
menjadi lebiih baik, dalam arti menyeluruh. Baik dari segi potensi alam dan sumber daya
manusianya. TOM juga bertekad ikut bagian dalam program penyelamatan lahan
pertanian dengan bijak. Tani Organik Merapi berperan aktif mengembangkan sistem
pertanian organic secara lansung akhirnya kita juga mengharapakan dapat menghasilkan
produk-produk pertanian yang berkualitas yang secara tidak lansung mendukung
kesehatan masyarakat, karena sistem pertanian yang kami gunakan dan kembangkan
adalah sistem organik yang tidak sama sekali menggunakan produk kimia. Untuk itu
TOM senantiasa mengembangkan sistem pertanian organik secara maksimal. Adanya
persamaan dan cita-cita berdasarkan atas kepedulian akan kelestarian lingkungan dan
kesehatan saat ini dan mendatang. Maka pada tanggal 1 september 2008 lahirlah Tani
Organik Merapi (TOM) dengan standar nasional Indonesia (SNI) 6729-2010 No :
014/LSPO-007 – 0712/2013.

Pengembangan bisnis budidaya sayuran organik sangat baik dibuktikan dengan


permintaan selada organik yang masih belum bisa di penuhi permintaan supermarket
yang ada. Sayuran organik sekarang mulai diminati oleh masyarakat Indonesia karena
tingkat kesadaran akan kesehatan.

Identifikasi Perusahaan :

Nama Perusahaan : CV. Tani Organik Merapi (TOM)

Didirikan : 1 september 2008

Produksi : Agro Bisnis, Agro, Wisata, Perdagangan Umum dan jasa


konsultasi pertanian.

Pemilik : Untung Wijanarko dan Giharto

Manajer : Yuli Dyah Sihanti

Kepala Lahan : Bejo

Kepalah packing dan Pemasaran : Yanto

2. Visi, Misi dan Tujuan CV. Tani Organik Merapi.


Visi :
Membangun Usaha tani berbasis teknologi organik, menyediakan produk
tanaman pangan sehat untuk kemandirian bangsa dan kelestarian alam semesta.

Misi :
1. Menjalankan dan mengembangkan usaha agribisnis secara organik.
2. Memasyarakatkan usaha agribisnis dan perdagan umum.
3. Menyebarkan wawasan pertanian organik yang berkelanjutan secara utuh dan
menyeluruh.

Tujuan :
TOM bertekad ikut bagian dalam program penyelamatan lahan pertanian dengan
bijak. Tani Orgganik Merapi dalam berperan aktif mengembangkan sistem
pertanian organik secara lansung akhirnya kita juga mengharapkan dapat
menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas yang secara tidak
lansung mendukung kesehatan masyarakat.

3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan alat untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang telah ditetapakan, karena sruktur organisasi
menggambarkan tugas, tanggungjawab, pembagian kerja serta wewenang yang
diberikan dan menggambarkan alur-alur komunikasi antar bagian. Tujuan struktur
organisasi adalah memudahkan manajemen dalam mengelola suatu perusahaan.
Struktur organisasi yang diterapkan CV. Tani Organik Merapi adalah lini
staff, artinya kekuasaan dan tanggung jawab berjalan dari pimpinan sampai ke
bawahan menurut garis partikel, sehingga hubungan antara satu departemen
dengan departemen yang lainnya saling berkaitan walaupun memiliki tanggung
jawab masing-masin. Skema struktur organisasi terdapat pada lampiran 1.
Struktur organisasi perusahaan merupakan sistem pembagian tugas dan
tanggung jawab serta fungsi dan bagian yang terdapat dalam suatu organisasi
perusahaan. Melalui struktur organisasi dapat diketahui dengan jelas tugas dan
tanggung jawab dari tiap-tiap bagian yang ada. Pimpinan tertinggi di CV. Tani
Organik Merapi memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah
a. Pemilik
Pemilik disiini sangat berperan dan berpengaruh untuk terjadinya apapun yang
teradi di proses terjadinya budidaya tersebut. Pemilik juga mempunyai tugas-
tugas lain yaitu :
1. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Memberikan petunuk dan bimbingan kepada bawahan dalam
melaksanakan operasi perusahaan.
3. Bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan baik secara inter maupun
ekster.
4. Bertanggung jawab atas semua karyawan yang ada di bawa kekuasaannya.
5. Memiliki wewenang merekrut tenaga kerja serta melakukan pemutusan
hubungan kerja

b. Penasehat
Penasehat disini juga berperan penting tidak berbeda dengan pemilik yaitu
memberikan petunjuk, nasehat, dan bimbingan kepada bawahan dalam
melaksanakan operasi perusahaan.
c. Manager
1. Pengelolaan keuangan perusahaan baik keuangan CV. Tani Organik
Merapi kantor yang berada di Sleman maupun kantor yang ada di Solo dan
Magelang.
2. Mengontrol dan mengawasi aliran dana dan penggunaan dana perusahaan.
3. Bertanggungjawab atas kelancaran produksi.
4. Mengawasi dan mengontrol jalannya produksi.
5. Memiliki wewenang untuk membuat perencanaan dalam rangka
pencapaian tujuan perusahaan, juga bertugas melakukan intropeksi
lapangan terhadap kegiatan yang berlansung.
6. Mengatur waktu dan jam istirahat karyawan.
7. Mencatatat absensi karyawan setiap hari.
8. Melaksanakan pertimbangan atas penerimaan dan penempatan karyawan.
9. Mencatat semua transaksi yang ada hubungan dengan kegiatan
periusahaan
10. Bertanggungjawab atas keluar masuknya karyawan.
11. Bertanggungjawab atas masala-masala yang berhungan dengan
kepegawaian.
12. Menerima pesanan yang datang atau masuk ke perusahaan.
13. Menjadwalkan kebutuhan bahan baku untuk produksi.

d. Kepala produksi
1. Mengatur penanaman sayuran.
2. Mengatur penjadwalan penanaman sayuran.
3. Mengatur pengguna subprodi..
4. Mengatur pekerja dibagian produksi

e. Kepala pemasaran
1. Mengatur banyaknya pengemasan sesuai pemesanan.
2. Mengatur pelotingan pengiriman.
3. Mengawasi kwalitas produksi.
4. Mengawasi grading yang ada.

4. Keunggulan sawi organik di CV. Tani Organik Merapi

a. Produk yang dihasilkan sangat memuaskan berat rata-rata sawi yang suda di
panen dan dibersikan sekitar 2 ons yang merupkan hasil sawi yang baik dan sesuai
dengan standar supermarket yang ada di dalam pemasaran CV. Tani Organik
Merapi itu sendiri.
b. Bahan baku atau benih itu sendiri di dapatkan dari took pertanian maupun
membuat benih sendiri dari sayuran sawi yang suda tua dan di keringkan sesuai
dengan kriteria.

5. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja pada CV. Tani Organik Merapi sebagian besar berasal dari kecamatan
Cangkringan itu sendiri. Pada perusahaan tersebut terdapat 16 karyawan tetap di
rekrut sesuai kebutuhan perusahaan yang di dasari dengan luas lahan yang ada di CV.
Tani Organik Merapi untuk karyawan dalam Manajer, produksi, packing dan
pemasaran.

Tabel 3.1 Kommposisi tenaga kerja

No Uraian Tahun

2019

1 Pemilik 2

2 Penasehat 1

3 Manajer 1

4 Kepala produksi 1

5 Kepala pemasaran 1

6 Kepala packing 1

7 Karyawan biasa 9

Jumlah 16

Sumber : Administrasi CV. Tani Organik Merapi januari 2019.


Tabel 3.1 menunjukan jumlah tenaga kerja sebanyak 16 orang pada periode januari 2019,
pada tahun 2008 tenaga kerja berjumlah 26 orang. Pengurangan jumlah karyawan dilakukan
pada bagian produksi, hal ini untuk mengoptimalkan produksi. Dengan demikian, perusahaan
memperoleh pendapatan yang optimal, sehingga alokasi biaya untuk upah tenaga kerja dan
pembelian bahan baku dapat terus dipenuhi.

Karyawan CV. Tani Organik Merapi 50 persen berasal dari dusun Balangan, Desa
Wukisari, Sleman, Yoyakarta dan 50 persen berasal dari daerah sekitar Sleman. Karyawan
CV. Tani Organik Merapi diharapkan mempunyai deduikasi tinggi terhadap perusahaan dan
dapat membuat sayuran organik menjadi sayuran yang selalu dikonsumsi seperti selogan
Perusahaan “Organic Product Best For Life” yang diletakkan di dekat pengecekan absensi
dan di bawah surat yang di terbitkan.

CV. Tani Organik Merapi mempunyai jadwal jam kerja karyawan untuk setiap hari
kerja yaitu hari senin sampai hari minggu tetapi untuk karyawan telah di jadwalkan satu hari
untuk libur dalam satu minggu oleh Manajer CV. Tani Organik Merapi, untuk karyawan
pemasaran jam kerja di bagi dua sesi yaitu pagi dan sore, yang sesi pagi dimulai dari jam
06:30 – 10 dan yang sesi sore di mulai dari jam 14:30 – Selesai, kemudian untuk bagian
produksi jam kerja mulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00, untuk jam kerja bagian
packing di bagi dalam dua sesi juga yaitu pagi dan siang, yang bagian pagi jam kerja mulai
dari jam 09.00 sampai jam 17.00 dan yang sesi siang mulai jam 12.00 sampai selesai packing.
Jam kerja karyawan CV. Tani Organik Merapi di tampilkan pada tabel 2.

Tabel 3.2 Jam kerja karyawan CV. Tani Organik Merapi

Hari Karyawan Produksi Karyawan Pemasaran Karyawan Packing

Setiap hari 08.00 – 16.00 06:30 – 10.00 (pagi) 09.00 – 17.00 (pagi)

14:30 – selesai (sore) 12.00 - selesai (siang)


C. Metode Pelaksanaan
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan empat cara yaitu:
1. Observasi
Mahasiswa melakukan kunjungan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai
Semua kegiatan pembibitan mulai sejak persiapan tanaman untuk dilakukan
penanaman
sampai dengan pasca panen.
2. Wawancara
Mahasiswa menanyakan langsung kepada pihak-pihak terkait di CV.Tani Organik
Merapi
3. Praktek Lapangan
Mahasiswa mengikuti beberapa kegiatan budidaya tanaman pakcoy organik secara
langsung di lapangan meliputi:
A. Persemaian
Persemaian dilakukan di lapangan dalam bedengan tersendiri. Bedengan tersebut
diberi atap menggunakan Plastik UV dengan tujuan agar bibit terhindar dari hujan
dan sinar matahari sehingga bibit tidak mudah busuk dan etiolasi. Media
pesemaian berupa tanah dengan pupuk kandang. Umur pakcoy di pesemaian
sekitar 15 hari, setelah itu bibit siap dipindah tanam ke lapangan.
B. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan
Penggemburan tanah dlakukan dengan mencangkul tanah sehingga kedalaman
kurang lebih 20cm. Tanah dibiarkan beberapa hari agar hama dan penyakit mati
terkena sinar matahari. Kemudian membuat bedengan sesuai dengan luas lahan.
C. Penambahan Pupuk Dasar dan Pembuatan Jarak Tanam
Bedengan yang telah di buat, diatas bedengan ditambahkan pupuk kandang dan
dolomit. Selanjutnya diratakan. Jarak tanam dibuat dengan ukuran 20cm x 20cm
D. Penanaman
Bibit diambil dari hasil persemaian dengan mencabutnya secara hati-hati agar
bibit tidak rusak. Kemudian bibit ditanam pada lubang tanam dengan daun
pertama ikut ditanam.Penanaman satu bibit setiap lubang tanam.
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman pakcoy meliputi penyiraman, penyiangan, penyulaman,
penggemburan dan pengendalian hama penyakit.
BAB IV
HASIL KEGIATAN KERJA LAPANGAN

A.Kondisi Umum Tempat Kerja Lapangan


CV.Tani Organik Merapi terletak di Dusun Balangan, Desa Wukirsari, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa wukirsari
secara geografis berasa di koordinat 7°32’16”- 8°43’40” LS dan 110°14’00” - 110°33’00”
BT. Ketinggian wilayah Wukirsari berada pada ± 500 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Kemiringan tempat ±23⁰.
CV.Tani Organik Merapi memiliki luas lahan total 1,5 hektar.dengan luas lahan 0,5
hektar untuk kantor,aula,mushola,rumah kompos,rumah pegemasan dan dapur. Lahan yang
seluas 1 hektare digunakan sebagai lahan budidaya. Jenis tanahnya adalah regosol dengan
warna abu-abu. Tekstur tanahnya kasar,struktur kersai atau lemah konsentrasi lepas sampai
gembur dan pH tanah 6-7. Curah hujan di daerah tersebut rata-rata 2.225 mm/tahun dan
suhu rata-rata 19-24℃ tiap tahun. Kelembaban nisbi udara tertinggi 97% dan terendah
28%. Adapun batas-batas wilayah tersebut, meliputi :
Utara :Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan
Selatan :Keluruhan Widodomartani, Kecamatan Ngemplak
Timur :Kelurahan Agromulyo,Kecamatan Cangkringan
Barat :Kelurahan Pakembinangun, Kecamatan Pakem

B.Resiko Yang Ada Pada Tanaman Caisim,Sawi dan Pakcoy Organik


Risiko yang umumnya ditemui dilapangan yaitu penurunan produktivitas pada saat masa
transisi atau pergantian musim seperti halnya pada saat musim hujan yang membuat pucuk
pakcoy/sawi tidak muncul daun baru yang mengakibatkan sayuran tidak tumbuh subur,kemudian
faktor hama dan penyakit dimana ulat-ulat dan penyakit atau virus penyebab penyakit
menyerang daun sawi/pakcoy yang menyebabkan bercak-bercak atau lubang pada daun, hal ini
menimbulkan masalah harga menjadi turun dan petani menjadi merugi kemudian biaya
sertifikasi yang mahal, serta masih terbatasnya lokasi penjualan produk
C.Pengendalian Hama Dan Penyakit
Hama yang sering menyerang adalah ulat crop kobis (Crocidolomia binolis Zell). Gejala
yang muncul adalah daun muda pada tanaman terdapat bekas gigitan. Hama ulat ini
menyerang titik tumbuh. Hama lain yang sering dijumpai adalah belalang dan lembing. Hama
ini memakan daun caisim dan menyebabkan daun menjadi berlubang-lubang.
Penyakit yang muncul pada tanaman sesawian adalah bercak daun alternaria. Gejala
yang muncul adalah timbulnya bercak-bercak berbentuk bulat kecil berwarna kelabu yang
meluas dengan cepat dan membentuk bercak bulat yang berukuran besar. Penyakit ini banyak
muncul pada daun-daun tua. Daun yang memiliki banyak bercak akan menyebabkan daun
mati dan mengakibatkan produksi menurun.
Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida organik yang di buat
dengan menggunakan bahan rempah-rempah seperti kunyit,jahe merah,bawang putih, dan
cabai. Bahan-bahan tersebut di blender kemudian disaring dan di campur dengan
menggunakan air dengan perbandingan 1 : 10 lalu dapat langsung disemprotkan dengan
menggunakan sprayer. Pestisida tersebut juga dapat di tambahkan mikrobia dan
difermentasikan selama 3 hari. Fermentasi tidak boleh lebih dari 3 hari karena akan menjadi
pupuk bukan lagi pestisida. Pemberian pestisida baiknya di berikan pada sore hari untuk
mencegah penguapan. Pestisida di aplikasikan satu kali seminggu dan di hentikan satu
minggu sebelum panen. Pemberian pestisida dilakukan 2 minggu setelah tanam sampai
dengan 1 minggu sebelum panen. Pemberian pestisida dilakukan 1 minggu sekali sehingga
dalam satu kali masa tanam kurang lebih dilakukan 3 kali penyemprotan pestisida organik.
Pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan secara spontan saat mengetahui
terdapat serangan hama dan penyakit. Tindakan yang dilakukan dengan mencabut tanaman
yang terserang dan membuangya agar tidak menyebar ke tanaman lain. Pengendalian dengan
cara preventif dilakukan dengan cara melakukan rotasi tanaman. Pengendalian juga dilakukan
dengan cara menanam tanaman penghalau seperti kenikir,bunga matahari,daun kemangi.
Cara pencegahan dengan tanaman penghalau lebih di andalkan daripada menggunakan
pestisida organik.
D.Analisis Usahatani
Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui usaha yang dijalankan layak untuk
dilanjutkan atau tidak. Analisis usahatani sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rincian Biaya Budidaya Caisim di CV Tani Organik Merapi untuk satu kali masa
tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m₂

Keterangan Frekuensi Harga Jumlah


Biaya Tetap
Sewa Tanah Rp100.000/m Rp100.000
1 unit (1000m₂)
Gembor 1 unit Rp60.000/unit Rp5000
Cangkul (umur 1 unit Rp150.000/unit Rp12.500
ekonomis 1th)
Tangki Semprot 1 unit Rp450.000/unit Rp37.500
(umur ekonomis
1th)
Bambu (umur 30 unit Rp10.000/batang Rp25.000
ekonomis 1th)
Plastik (umur 10 roll Rp130.000/roll Rp108.300
ekonomis 1th)
Tenaga Kerja 1 orang Rp800.000/bulan Rp800.000
Pemeliharaan
Tenaga Kerja 1 orang Rp800.000/bulan Rp750.000
Pengemasan
Total Biaya Tetap Rp 1.838.300
Biaya Variabel
Benih 5 sachet Rp15.000 Rp75.000
Pupuk Kompos 1 rit (kolt) Rp150.000/unit Rp150.000
Tenaga Kerja 1000m₂ Rp400.000/1000m₂ Rp400.000
Pengolahan lahan
Pestisida Organik 3 liter Rp50.000/liter Rp150.000
Pupuk Cair Urin 6 liter Rp10.000/liter Rp.60.000
Sapi
Kemasan Plastik 6530 buah Rp250/buah Rp1.632.500
Biaya Transportasi 4 kali pengiriman Rp62.500 Rp250.000
Biaya lain-lain Rp220.000
Total Biaya Rp2.967.500
Variabel
Total Biaya Rp4.805.800
Sumber: Analisis Primer

Tabel 4.2 Analisis Resiko Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi


Untuk satu kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m₂
Jumlah Tanaman Resiko Kerusakan Jumlah Tanaman Yang Dipanen
15.000 tanaman 2% 14.700 tanaman
Sumber: Analisis Primer

Tabel 4.3 Produksi dan Penerimaan Budidaya Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m₂
Panen Produksi Harga Penerimaan
14.700 tanaman 980kg Rp12.500/kg Rp12.250.000
(15tanaman/kg)
Sumber: Analisis Primer
Tabel 4.4 Biaya dan Keuntungan Usaha Tani Caisim di CV.Tani Organik Merapi untuk satu
kali masa tanam (30 hari) dengan luas lahan 1000m₂
No Keterangan Nilai
1 Biaya Total Rp4.805.800
2 Penerimaan Rp12.250.000
3 Keuntungan Rp7.444.200
4 R/C Ratio 2,5
5 B/C Ratio 1,5
Sumber: Analisis Primer
1) Biaya Total (per 1000m₂) =Biaya Tetap + Biaya Variabel
=Rp1.83.300+Rp2.967.800
=Rp4.805.800
=Rp48.058.000 (per hektar)
2) Penerimaan Caisim (per 1000m₂) =Harga x Jumlah Produksi
=Rp12.500/kg x 980kg
=Rp12.250.000
=Rp122.500.000 (per hektar)
3) Keuntungan (per 1000m₂) =Penerimaan – Biaya Total
=Rp12.250.000 – Rp4.805.800
=Rp7.444.200
=Rp74.442.000 (per hektar)
4) R/C Ratio =Total Penerimaan
Total Biaya Produksi
=Rp12.250.000
Rp4.805.800
=2,5 (R/C > 1 = layak)
5) B/C Ratio = Keuntungan
Total Biaya Produksi
=Rp7.444.200
Rp4.805.800
=1,5 (B/C > 1 = untung dan layak)

Penjelasan :
Analisis usaha tani caisim organik di CV.Tani Organik Merapi Yogyakarta
menunjukan jumlah biaya tetap yang di gunakan untuk usaha tani caisim sebesar
Rp1.838.300. Satu kali masa tanam biaya tersebut mencakup sewa lahan
1.000m2,gembor,cangkul,tangki semprot (sprayer),bambu,plastik,tenaga kerja
pemeliharaan,dan tenaga kerja pengemasan.Biaya variabel yang di butuhkan sejumlah
Rp2.967.500. Biaya tersebut meliputi biaya benih,pupuk,tenaga kerja pengolahan
lahan,pestisida dan pupuk. Benih yang di gunakan berasal dari pasaran dengan harga
Rp15.000/sachet. Pupuk yang di gunakan adalah pupuk kompos dan pupuk cair,pupuk
kompos dengan harga Rp150.000/rit/colt, sedangkan pupuk cair 6 liter dengan harga per liter
Rp10.000. Tenaga pengolahan lahan dengan biaya Rp400.000. Pestisida sebanyak 3 liter
dengan biaya Rp150.000. Kemasan plastik yang di gunakan dengan harga Rp250, biaya
transportasi sebesar Rp250.000, dan biaya lain-lain Rp250.000. Total biaya produksi adalah
jumlah biaya tetap dengan biaya variabel sebesar Rp4.805.800.
Jumlah hasil panen caisim dengan resiko kerusakan 2% diperkirakan sebanyak 14.700
tanaman karena tidak semua tanaman dapat dipanen dengan keadaan baik. 1kg caisim
Rp12.500 maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 12.500.000. keuntungan diperoleh dari
penerimaan dikurangi total biaya produksi sejumlah Rp7.444.200. Nilai R/C ratio diperoleh
dengan membagi total penerimaan dengan toal biaya produksi diperoleh nilai R/C sebesar 2,5
artinya Rp1 dapat menghasilkan Rp 2,5. Hasil dari nilai R/C ratio ini menunjukan bahwa R/C
ratio lebih > 1 maka usaha tersebut layak di jalankan. Nilai B/C ratio diperoleh dari hasil
pembagian keuntungan dibagi total biaya produksi sehingga hasil dari B/C ratio adalah 1,5.
Arti dari nilai B/C ratio tersebut bahwa Rp 1 dapat menghasilkan Rp 1,5.
BAB V
Penutup

A. Kesimpulan
a. Sistem pertanian organik mengalami berbagai risiko dalam pelaksanaannya.
Pertanian organik memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian
konvensional. Pada teknis pengendalian hama penyakit tanaman, pertanian
organik tidak diperbolehkan menggunakan pestisida kimia sehingga tindakan
mitigasi yang dilakukan harus secara manual dan berpengaruh terhadap
peningkatan biaya tenaga kerja. Risiko lain yang umumnya ditemui dilapangan
yaitu penurunan produktivitas pada saat masa transisi (masa pergantian yang di
tandai dari perubahan fase awal ke fase yang baru seperti contohnya pergantian
musim), biaya sertifikasi yang mahal, serta masih terbatasnya lokasi penjualan
produk

b. Untuk mencegah datangya hama yang di lakukan oleh CV.Tani Organik Merapi
ialah menanam tanaman refugia seperti bunga kenikir dan bunga matahari di
sekitar bedengan. Penyemprotan dengan pestisida nabati merupakan cara terakhir
yang di lakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit. Menggunakan atap
plastik UV pada bedengan . Dalam beberapa kasus seperti pembibitan sinar ultra
violet tidak terlalu di butuhkan, Fungsi plastik UV ini untuk mengakomodinir
sinar dan suhu, atap plastic UV ini juga mampu meminimalisir masuknya hama

B.Saran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh CV. Tani Organik Merapi sudah sangat
baik, akan tetapi pesaing komoditas sayuran organik semakin lama akan bertambah
banyak sehingga perlu adanya perbaikan mutu, kualitas dan kemasan produk serta
perluasan pasar agar konsumen lebih tertarik dan menjadi pelanggan tetap
perusahaan. Kekurangan tenaga kerja harus segera dilakukan perekrutan agar masing-
masing karyawan melakukan tugas dengan jelas dan sesuai dengan bagian-bagianya
DAFTAR PUSTAKA
Gribaldi. 2009. Pertanian organik dan teknologi pendukungnya. Jurnal Agronobis.
1(2): 19-24

Herawati Noknik Karliya, Hendrani Januarita, Nugraheni Siwi. 2014. Viabilitas pertanian
organik dibandingkan pertanian konvesional. Jurnal Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat. 3(3): 11-25

Maryowani Henny. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia. Forum Penelitian


Agro Ekonomi. 30(2): 91-108

Muljaningsih Sri. 2011. Preferensi konsumen dan produsen produk organik di Indonesia.
Wacana.14(4): 1–5

Ratri Wahyu Setya, Widiyatmi Susi. 2017. Analisis perilaku petani padi dalam menghadap
resiko dalam menghadapi resikodi lahan pertanian sawah tadah hujan desa
Banyumeneng, Girikerto, Gunungkidul. Usulan dosen pemula

Silitonga Junipranto, Salman. 2014. Analisis permintaan konsumen terhadap sayuran organik
Di Pasar modern Kota Pekanbaru. Jurnal Dinamika Pertanian. 29(1):79-86

Agus Kurniawan. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam
pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik. Jurnal Pengembangan
Inovasi Pertanian. Vol 4(4),262-278

Fahrudin,Fuat.2009.Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh dan


Pupuk Kascing. Skripsi. Surakarta : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Gapoktan. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida


Nabati.http://gapoktanimaju.blogspot.com/2009/01/pestisida-nabati.html. Diakses 21
Mei 2013.

Haryanto Eko, Suhartini Tina, Rahayu Estu.2007.Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar
Swadaya

Margiyanto Eko. 2010. Budidaya Tanaman Sawi. http://Budidaya-Tanaman-


Sawi<<CahayaTanihtm. Diakses pada tanggal 12 Maret 2018 Pukul 13.21 WIB.
Mayadewi. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
Gulma dan Hasil Jagung Manis.Jurnal Budidaya Pertanian Vol.26 (4) : 153

Pracaya, Kartika. 2016. Bertanam Sayuran Organik. Jakarta : Penebar Swadaya

Roidah Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorawa 1(1) : 1-9

Suwandi, 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi


Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (2): 131-
147

Anda mungkin juga menyukai