LAPORAN PENELITIAN
Asisten
Dika Dwi Mahardi
Oleh
Golongan G/Kelompok 7
Asisten Pembimbing
Dika Dwi Mahardi
Oleh
Golongan G/Kelompok 7
i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima oleh :
Laboratorium Sosiologi Pertanian
Sebagai :
Laporan Penelitian
Dipertahankan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang 1A
Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Mengesahkan :
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.5 Metode Analisis Data .................................................................................... 24
3.6 Definisi Operasional...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI
B. PANDUAN WAWANCARA
C. SKRIP WAWANCARA
D. CODING DAN MEMOING
E. REDUKSI, DISPLAY, DAN ANALISIS DATA
F. KARTU KONSULTASI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3.2 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, dapat memperoleh pengetahuan yang dijadikan acuan untuk
menunjang studinya mengenai penyuluhan pertanian yang ada di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
2. Bagi petani, dapat meningkatkan dan mengembangkan usahataninya melalui
penyuluhan.
3. Bagi pemerintah, dapat memperoleh informasi untuk mempermudah dalam
membuat kebijakan tentang sistem penyuluhan yang ada di Kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
8
9
Mengaktifkan petani dalam kelompok tani sebagai sarana bagi petani untuk kelas
belajar; wahana kerjasama dan unit produksi; usaha tani yang dilaksanakan oleh
masing masing anggota kelompok tani. Faktor-Faktor yang menghambat peran
BP3K dalam peningkatan swasembada beras di Kecamatan Bekri Kabupaten
Lampung Tengah, terdiri dari Keterbatasan SDM Petani, yaitu sebagian besar
petani memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Keterbatasan kuantitas
penyuluh, yaitu jumlah penyuluh pertanian hanya enam orang, sedangkan jumlah
desa yang harus dilayani oleh petugas penyuluh adalah delapan desa. Keterbatasan
Sarana dan Prasarana Penyuluh, yaitu kurangnya buku-buku atau brosur pertanian
dan modul-modul pelatihan pertanian
Menurut penelitian Suardi (2015), dalam jurnal yang berjudul “Model
Manajemen Sumberdaya Komunikasi untuk Penyuluhan Pertanian dalam
Pelaksanaan Sistem Pertanian Terintegrasi di Provinsi Bali” menyatakan bahwa
salah satu faktor penentu keberhasilan Program Simantri adalah penerapan
prinsip-prinsip manajemen terhadap sumberdaya komunikasi penyuluhan.
Pengelolaan sumberdaya komunikasi menunjang efektivitas penyuluhan Program
Simantri. Tingkat keberhasilan Program Simantri ditampilkan dalam tiga kategori,
yaitu berhasil, cukup berhasil, dan kurang berhasil. Tingkat keberhasilan Program
Simantri tersebut berhubungan dengan kinerja manajemen sumberdaya
komunikasi penyuluhan. Sumberdaya komunikasi penyuluhan tampak belum
dikelola secara maksimal. Hal ini terlihat dari status kondisi sumberdaya
komunikasi penyuluhan Program Simantri berada pada kategori cukup, dalam arti
sumberdaya yang ada secara fungsional belum mampu berperan maksimal untuk
menghasilkan kinerja komunikasi yang efektif.
Manajemen sumberdaya komunikasi penyuluhan memiliki hubungan
signifikan dengan keberhasilan Program Simantri. Kualitas manajemen
sumberdaya komunikasi penyuluhan menentukan tingkat keberhasilan Program
Simantri. Manajemen sumberdaya komunikasi penyuluhan adalah serangkaian
tindakan manajemen yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan secara fungsional terhadap sumberdaya komunikasi
penyuluhan Program Simantri. Manajemen sumberdaya komunikasi penyuluhan
11
Gangguan
Gangguan
kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini
menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional
mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim amupun penerima
dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus.
Gangguan Gangguan
Umpan
Balik
Teori Penyuluhan
Pertanian
Sistem SRI
Teori Peran
Model Peran
Komunikasi Penyuluhan
Miles and
Huberman
22
23
Gambar 3.1 Analisis data Model Interaktif oleh Miles dan Huberman
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yaitu kegiatan mencatat semua data secara objektif dan apa
adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan. Data
mengenai penerapan program SRI dicatat secara objektif. Data mengenai
model komunikasi penyuluhan kelompok tani dalam penerapan program SRI
harus dikumpulkan terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan observasi lapang
untuk mengetahui kesesuaian data hasil wawancara dengan hasil observasi
lapang.
2. Reduksi data
Reduksi data yaitu kegiatan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang hal-hal yang dianggap tidak perlu
dan mengorganisasikan data-data yang telah direduksi sehingga memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah
peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu diperlukan. Data-data yang tidak
diperlukan harus dibuang, sehingga data yang telah didapat dapat menjawab
secara rinci mengenai rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti
dan pembahasan data menjadi tidak bias. Data harus sesuai dengan rumusan
masalah yang diangkat yaitu mengenai model-model komunikasi dalam
program SRI, hubungan antara model komunikasi dalam penerapan program
SRI, dan peran penyuluh terhadap penerapan program SRI di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
3. Penyajian data
Penyajian data yaitu kegiatan menyusun sekumpulan informasi sehingga
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, atau grafis
sehingga data dapat dikuasai. Hasil reduksi kemudian disajikan dalam bentuk
data yang sudah semakin ringkas, jelas dan menjawab rumusan masalah.
Sekumpulan informasi yang didapat dari penerapan program SRI yang berada
di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember disusun
sehingga dapat ditarik kesimpulan dan mengambil tindakan selanjutnya.
27
6. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti selama berada di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dalam bentuk
observasi, wawancara dan dokumentasi.
7. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai literatur
seperti artikel ilmiah, buku pedoman, dan profil desa.
8. Wawancara adalah proses pertukaran informasi antara peneliti dengan pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan program SRI di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.
9. Observasi adalah kegiatan mengamati fenomena berupa program penyuluhan
metode SRI pada petani di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.
10. Dokumentasi adalah teknik pengambilan data dengan cara melakukan
perekaman baik audio visual maupun mengambil foto pada penyuluhan
program SRI berlangsung.
11. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi penerapan program SRI
oleh penyuluh kepada petani di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.
12. Peran penyuluh adalah proses membantu petani untuk mengambil keputusan
sendiri dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai
penerapan program SRI.
13. Pengumpulan data adalah kegiatan mencatat semua data secara objektif dan apa
adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
14. Reduksi data adalahkegiatan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan model
komunikasi penyuluhan kelompok tani dalam penerapan program SRI.
15. Penyajian data adalah kegiatan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
dalam hal penerapan program SRI khususnya di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.
16. Pengambilan keputusan atau verifikasi adalah suatu kegiatan penarikan
kesimpulan mengenai data yang telah tersaji.
BAB 4. GAMBARAN UMUM
29
30
Desa Karangrejo mempunyai luas wilayah 7,1454 Km2 dengan ketinggian 100
mdpl. Desa Karangrejo terdiri dari 5 Lingkungan, 12 Rukun Warga (RW) dan 32
Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan hasil registrasi tahun 2013 jumlah penduduk
Desa Karangrejo sebanyak 14.606 jiwa yang terdiri dari 7.406 perempuan dan
7.200 jiwa laki-laki.
Desa Karangrejo memiliki beberapa kelompok tani yaitu salah satunya
kelompok tani Sumber Rejeki. Kelompok tani Sumber Rejeki merupakan
kelompok tani yang aktif dan wilayahnya memilik potensi pertanian untuk
dibudidayakan salah satunya yaitu tanaman padi. Kelompok tani Sumber Rejeki
terdiri dari 20-30 orang yang aktif dalam kelompok tani, dengan ketua kelompok
tani Sumber Rejeki yaitu bapak Fadillah. Kelompok tani Sumber Rejeki pada
tahun 2007 sempat vakum dikarenakan ketau kelompok tani yang dahulu
meninggal sehingga tidak ada yang meneruskan kelompok tani Sumber Rejeki.
Tahun selanjutnya kelompok tani berjalan lagi karena anak dari almarhum ketua
kelompok tani mengambil alih dengan menjadi ketua kelompok tani Sumber
Rejeki, sehingga kelompok tani Sumber Rejeki sampai saaat ini masih tetap
berjalan dengan baik.
Ketua
Bendahara Sekertaris
Anggota
bentuk partisipasi warga. Besarnya Penduduk usia produktif disertai etos kerja
masyarakat yang tinggi dan kemampuan bertani yang diwariskan secara turun-
temurun.
yang begitu tinggi antar sesame masyarakat. Sampai sekarang fenomena tersebut
masih berlaku di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Pola kehidupan yang terjadi di Desa Karangrejo yaitu tidak hanya rasa simpati
yang ditunjukkan masyarakat desa, namun gotong royong sesama masyarakat
masih ada. Gotong royong dapat berupa tenaga maupun pikiran.
Norma sosial yang terdapat di Desa Karangrejo ditunjukkan dengan sikap
dan perilaku dari masyarakat setiap harinya seperti menghormati orang yang lebih
tua, saling bertegur sapa antar masayarakat Desa Karangrejo, memakai pakaian
yang sopan dan pantas jika memakai pakaian yang kurang sopan maka orang
tersebut akan dikucilkan dan mendapat penilaian negatif oleh masyarakat yang
lain. Norma sosial lainnya seperti cara berbicara kepada orang yang lebih tua
harus menggunakan bahasa yang baik dan sopan, jadi terdapat perbedaan ketika
berbicara antar teman, orang tua, dan yang lebih muda.
Stratifikasi sosial yang ada pada Desa Karangrejo tidak sekompleks seperti
desa pada lainya, hal ini dikarenakan wilayah Desa Karangrejo identik dengan
masyarakat perkotaan yang kehidupannya bermukim di daerah perumahan.
Stratifikasi sosial pada bidang ekonomi ditentukan oleh kepemilikan luas lahan
dan mata pencaharian. Mata pencaharian pada Desa Karangrejo bermacam-
macam seperti PNS, buruh tani, dan lain-lain. Tingkat pendidikan masyarakat
Desa Karangrejo bervariasi mulai dari lulusan SD, SMP, SMA dan S1. Stratifikasi
sosial pada Desa Karangrejo tidak begitu dominan antara tingkat bawah maupun
tingkat atas. Orang yang berpendidikan tinggi akan lebih disegani dan dianggap
lebih tau dalam masayarakat tersebut dibandingkan dengan orang yang
berpendidikan rendah. Orang yang berpendidikan rendah biasanya hanya
mengikuti intruksi yang baik dari orang yang lebih tinggi pendidikannya. Profesi
orang sebagai guru, dosen, dokter mereka dianggap ekonomi tinggkat menengah
keatas, sedangkan seseorang yang berprofesi sebagai pedagang dianggap
perekonomian mereka menengah ke bawah.
BAB 5. PEMBAHASAN
1
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
35
36
2
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
37
di lahan petani didampingi oleh beberapa pihak sekaligus evaluasi langsung dari
pihak tersebut. Pihak-pihak yang ikut serta mendampingi penyuluh dan petani ini
meliputi Dinas Pertanian, Monev, dan BABINSA (Badan Binaan Masyarkat). Hal
tersebut seperti yang disampaikan oleh ZK (54)3:
“...kalau Pada saat saya kelapang iya masyarakat semuanya,
itukan ada 3 tahap, pertama dana 40% jadi jumlah petaninya 40%
dari dana itu, tahap kedua dana turun 30% , jadi pada tahap kedua
ini harus ada monitoring evaluasi dari dinas dilihat benar apa
tidak melakukan SRI bener gak ditanam bener gak jajar legowo, ini
sebagai bukti difoto sama pendamping sama babinsa sama orang
yang memonev itu, nah kemudian dilaporkan cair yang ke 2, sama
yang dilakukan yang ketiga itu di monev lagi bener apa gak nanti
cair lagi...”
3
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
4
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
38
Kendala yang dihadapi dalam proses penyuluhan ini yaitu kendala bahasa
anggota kelompok tani yaitu bahasa madura yang kurang dipahami penyuluh
pertanian, sedangkan penyuluh sendiri menggunakan bahasa Indonesia dalam
menyampaikan informasi. Kendala bahasa tersebut masih ada anggota kelompok
tani yang kurang paham apa yang disampaikan oleh penyuluh. Solusi yang
dilakukan terhadap kendala tersebut yaitu anggota kelompok tani yang kurang
paham dengan bahasa yang disampaikan penyuluh yaitu dengan bertanya ke
anggota kelompok tani lain untuk menjelaskan dengan bahasa yang digunakan
oleh anggota kelompok tani. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh IMM
(39)5:
“...intinya di penyuluhan itu bahasa Indonesia kalo penyuluh
itu. Iya ngasik tau...”
5
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
6
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
39
ndak, ndak kesemuanya seperti itu, cara tanamnya itu, tapi kalau
eee apa namanya programnya dan pendapatannya ketimbang
biasanya masih lebih baik gitu...”.
7
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
41
8
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
9
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
42
disesuaikan pada kondisi di lapang. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh
ZK (54)10 :
“…sebetulnya aslinya seperti itu ,seorang penyuluh itu harus
mempersiapkan dulu sebelum materi yang disampaikan dulu pada
anggota kelompok tani. Cuma kadang-kadang saya membaca
apakah materi sesuai dengan yang ada di lapangan, jadi kalau
materi sekarang ini tentang wereng..”
sangat efektif untuk mengenalkan materi atau teknologi baru, dan teknik ceramah
yang baik sangat mendukung tercapainya penyerapan dan pemahaman yang
optimal terhadap materi penyuluhan. Beberapa kelebihan dari metode ceramah
yang disampaikan juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari metode ceramah
yaitu penyuluh sulit untuk mengetahui tingkat pengertian dan pemahaman setiap
petani terhadap materi yang disampaikan. Pernyataan lisan kadang-kadang sukar
ditangkap, sehingga sering menimbulkan salah pengertian dan beda penafsiran.
Petani sebagai peserta penyuluhan relatif pasif yang ditandai dengan sikap yang
diam dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda.
Penerapan program SRI pada kelompok tani Sumber Rejeki sudah
dilakukan dengan baik. Anggota kelompok tani dalam melakukan penerapan
program SRI didampingi dengan adanya kegiatan penyuluhan. Pelaksanaan
program SRI ini hasil dari program yang dicanangkan Dinas Pertanian dengan
memberikan bantuan lahan penanaman seluas 20 ha yng dibagikan rata kepada
anggota kelompok tani. Penerapan budidaya padi SRI yang dilakukan oleh petani
berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai teknik penanaman padi SRI yang
disampaikan pada saat penyuluhan. Penyuluhan program padi SRI tidak hanya
dilakukan melalui pertemuan kelompok, melainkan juga diadakan peninjauan
langsung di lapangan. Peninjauan langsung di lapangan tersebut petani
didampingi oleh penyuluh, BABINSA, Monev, Dinas Pertanian bagian HPT.
Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam peninjauan langsung bertujuan untuk
melihat kondisi yang ada di lapangan meliputi permasalahan yang dialami oleh
petani seperti gangguan hama dan penyakit. Pihak-pihak tersebut sekaligus
melakukan evaluasi mengenai perkembangan dari program SRI. Permasalahan
yang dialami petani pada lahan langsung diberikan solusi dari penyuluh.
Model komunikasi interaksional dan transaksional pada pelaksanaan
penyuluhan program SRI sudah dilakukan secara efektif, sehingga penerapan
program SRI pada lahan dapat terlaksana dengan baik. Metode komunikasi dalam
penyuluhan yang meliputi metode diskusi dan ceramah dapat diterima oleh petani
dengan baik. Penyampaian informasi dalam penyuluhan membantu para petani
untuk menerapkan program SRI dengan baik. Penerapan padi SRI dilakukan
44
12
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
45
penyebaran hama dan penyakit yang menyerang lahan penanaman padi SRI tidak
menyebar luas.
Penyuluhan yang dilakukan di lakukan di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember memiliki peranan penting. Penyuluhan pertanian
yang dilakukan di Desa Karangrejo ini berperan penting dalam pembangunan
pertanian. Penyelenggaraan penyuluhan akan berjalan dengan baik jika adanya
persamaan persepsi antara penyuluh dengan petani. Penyuluhan yang
diselenggarakan pemerintah ini harus memiliki tujuan yang jelas serta sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh petani, sehingga dalam hal penyuluh
harus memiliki persamaan tujuan dengan petani dalam memecahkan suatu
masalah untuk dapat menciptakan suatu pembangunan pertanian secara nasional.
Masalah yang dihadapi oleh petani di Desa Karangrejo khususnya pada kelompok
tani Sumber Rejeki yaitu masalah hama yang menyerang pada penerapan program
SRI. Masalah yang dihadapai oleh petani di Desa Karangrejo di selesaikan dengan
cara memberi tau kepada ketua kelompok tani, agar ditindak lanjuti dengan cara
mengadakan penyuluhan untuk membahas masalah di lapang. Masalah dilapang
yang dihadapi petani yaitu hama dan penggerek yamg menyerang, dengan itu
dilakukan penyuluhan. Terlihat jelas bahwa peran penyuluh sangat penting dalam
penerapan program SRI. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh KHL (30)13 :
“...kan buat anu itu , buat penanggu hama-hama itu,
mencegah hama. kan hama disini ya penggerek batang, ya wereng
itu”.
“..nah kalau pada saat itu saya kesana dan ada serangan
maka saya langsung kontak ke PHPnya pak purnomo. Pak pur ada
serangan hama wereng tolong kesini. Kalau pak pur gak bisa
besoknya kesana. Nah setelah pak purnya kesana maka pak pur
bisa menentukan ancaman dari serangan itu berapa hektar.
Ancaman itu tidak selalu serangan tapi ancaman itu bisa
menimbulkan menyebar itu maksudnya”
13
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
14
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
47
15
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
16
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
48
17
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
18
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan dilakukan pada tanggal 02
November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
49
6.1 Kesimpulan
1. Model komunikasi dalam penyuluhan yang dilakukan di Desa Karangrejo
adalah model interaksional berupa metode ceramah dan model transaksional
berupa metode diskusi kelompok.
2. Hubungan antara model komunikasi dalam penerapan program SRI di Desa
Karangrejo yaitu model komunikasi interaksional dan transaksional pada
pelaksanaan penyuluhan program SRI sudah dilakukan secara efektif, sehingga
penerapan program SRI pada lahan dapat terlaksana dengan baik.
3. Peran penyuluh dalam penerapan program SRI di Desa Karangrejo terlihat dari
penyuluh memberikan informasi dan mendampingi petani dalam penerapan
program SRI dan kendala petani di lapangan yang kemudian ditindak lanjuti
oleh Dinas bagian HPT, sehingga peran tersebut sangat penting bagi petani
dalam penerapan program SRI.
6.2 Saran
1. Bagi petani dan penyuluh seharusnya melakukan koordinasi dalam menentukan
metode penyuluhan yang sesuai agar informasi yang disampaikan dapat
diterima dan diterapkan dengan baik.
2. Bagi petani dan penyuluh sebaiknya saling percaya dengan informasi yang ada,
agar penerapan program SRI dapat diterapkan dengan baik.
3. Bagi penyuluh sebaiknya lebih memperbaiki koordinasi dengan pihak-pihak
yang membantu petani dalam menerapkan program SRI agar tujuan dari
program SRI dapat tercapai.
50
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Indri Widhi. 2015. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam
Peningkatan Produktivitas Pertanian di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu
Ampar Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu Pemerintahan. 3(1): 433-
442.
Mutakin J. 2007. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of
Rice Intensification). Garut Jawa Barat
Nurdyane, N., A. D. P. Fitri, dan D. Ayunita NND. 2013. Analisis Pendapatan,
Biaya dan Keuntungan Bottom Gill Net dengan Atraktor Umpan dan
Atraktor Umpan di Perairan Jepara Jawa Tengah. Fisheries Resources
Utilization Management and Technology. 2(4): 1-9.
Nursinah, Zunaini Is dan Taryadi. 2009. Penerapan SRI (System of Rice
Intensification) sebagai Alternatif Budidaya padi Organik. Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah. 1(1) : 1-14.
Nuryanti, Sri., dan Swastika, Dewa K. S. 2011. Peran Kelompok Tani dalam
Penerapan Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29(2):
115-128.
Purwanto, Exsan Dwi. 2008. “Sosialisasi Metode Tanam Padi SRI (System of Rice
Intensification) di Kabupaten Karanganyar”. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Purwanto, S., 2008. Implementasi Kebijakan Untuk Pencapaian P2BN. Pros.
Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. BB Pen. Tan.
Padi. Badan Litbang Deptan Jakarta.
Rogers, Everett M. 1983. Diffusion of Innovations Third Edition. Bisa diunduh
pada https://teddykw2.files.wordpress.com/2012/07/everett-m-rogers-
diffusion-ofinnovations.pdf. Diakses 18 Oktober 2016.
Salim, Agus, dan Gunawan Budi Kahono. 2012. Fenomena Kemiskinan pada
Masyarakat Petani Sawah. Sociologie, 1(1): 53-59.
Sentosa, Amrin Tegar. 2015. Pola Komunikasi dalam Proses Interaksi Sosial di
Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi. 3(3):
491-503.
Slat, Andre Henri. 2013. Analisis Harga Pokok Produk dengan Metode Full
Costing. EMBA, 1(3): 110-117.