Anda di halaman 1dari 64

MODEL KOMUNIKASI PEYULUHAN KELOMPOK TANI

SUMBER REJEKI DALAM PENERAPAN PROGRAM SRI DI


DESA KARANGREJO KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PENELITIAN

Asisten
Dika Dwi Mahardi

Oleh
Golongan G/Kelompok 7

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
MODEL KOMUNIKASI PEYULUHAN KELOMPOK TANI
SUMBER REJEKI DALAM PENERAPAN PROGRAM SRI DI
DESA KARANGREJO KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER
LAPORAN PENELITIAN

diajukan guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tugas Praktikum


Analisis Kualitatif pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Dika Dwi Mahardi

Oleh
Golongan G/Kelompok 7

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Koordinator : Septa Nurmala S. (141510601054)


Anggota : 1. Nimas Harum H. (141510601023)
2. Ego Dwi Septa R. (141510601074)
3. Robby Dwi Nardianto (141510601088)
4. Ulil Amri (141510601121)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima oleh :
Laboratorium Sosiologi Pertanian
Sebagai :
Laporan Penelitian
Dipertahankan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang 1A
Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Mengesahkan :

Ketua Laboratorium Koordinator Praktikum


Sosiologi Pertanian Analisis Kualitatif

Djoko Soejono, SP., MP. Isna Nowra Khairinie H.


NIP. 197001151997021002 NIM. 131510601015

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas limpah


Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir
mata praktikum Analisis Kualitatif dengan judul “Model Komunikasi Peyuluhan
Kelompok Tani Sumber Rejeki dalam Penerapan Program Sri di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember”.
Penyusunan laporan penelitian Analisis Kualitatif tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-sebarnya kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M, selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Seluruh Dosen Pengampu mata kuliah Analisis Kualitatif di Jurusan Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
4. Tim Asisten mata praktikum Analisis Kualitatif di Jurusan Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
5. Seluruh warga masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.
6. Teman – teman kelompok G7 Analisis Kualitatif.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
terselesaikannya penulisan laporan praktek lapang ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini.

Jember, 09 Desember 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK ...................................... ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... iii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ iv
HALAMAN DAFTAR ISI................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan ................................................................................................ 6
1.3.2 Manfaat .............................................................................................. 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8


2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 8
2.2 Landasan Teori ............................................................................................. 10
2.2.1 Kelompok Tani ................................................................................... 10
2.2.2 Teori Adopsi Inovasi........................................................................... 11
2.2.3 Teori Peran .......................................................................................... 12
2.2.4 Teori Penyuluhan Pertanian ................................................................ 13
2.2.5 Model Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian ............................... 15
2.3 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 17

BAB 3. METODOLOGI PRAKTEK LAPANG ........................................... 22


3.1 Penentuan Daerah Praktek Lapang .............................................................. 22
3.2 Metode Praktek Lapang ................................................................................ 22
3.3 Metode Penentuan Informan ......................................................................... 23
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 23

v
3.5 Metode Analisis Data .................................................................................... 24
3.6 Definisi Operasional...................................................................................... 27

BAB 4. GAMBARAN UMUM ........................................................................ 29


4.1 Gambaran Umum Desa ................................................................................ 29
4.2 Potensi Pertanian Desa .................................................................................. 31
4.3 Aspek Sosial Budaya Desa ........................................................................... 33

BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................. 35


5.1 Model-model Komunikasi dalam Penyuluhan Program SRI di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember............................... 35
5.2 Hubungan antara Model Komunikasi dalam Penerapan Program
SRI di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember. ......................................................................................................... 39
5.3 Peran Penyuluh Dalam Penerapan Program SRI Di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember............................... 44

BAB 6. PENUTUP ............................................................................................ 50


6.1 Kesimpulan ................................................................................................... 50
6.2 Saran .............................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI
B. PANDUAN WAWANCARA
C. SKRIP WAWANCARA
D. CODING DAN MEMOING
E. REDUKSI, DISPLAY, DAN ANALISIS DATA
F. KARTU KONSULTASI

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman


2.1 Model Komunikasi Linier ...............................................................15
2.2 Model Komunikasi Interaksional .....................................................16
2.3 Model Komunikasi Transaksional ...................................................16
2.4 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................20
3.1 Analisis data Model Interaktif oleh Miles dan Huberman ...............24
4.1 Struktur Organisasi Kelompok Tanio Sumber Rejeki .....................29

vii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pengertian pertanian dapat di
bedakan menjadi dua yaitu dalam arti luas dan arti sempit. Pertanian dalam arti
sempit yaitu pertanian itu sendiri sedangkan pertanian dalam arti luas mencakup
pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Pertanian di
Indonesia sebagai negara di wilayah tropika memiliki karakteristik tertentu yang
membedakan dengan wilayah-wilayah lain di belahan dunia. Hal itu disebabkan
karena pengaruh iklim yang dipengaruhi oleh beberapa faktor lain sepeti suhu
udara, kelembapan, tekanan udara, angin, intensitas penyinaran matahari dan lain-
lain. Salah satu karakteristik pertanian di wilayah tropika yang sangat
mempengaruhi dalam keberhasilan suatu usaha tani adalah keragaman ekosistem
yang dimiliki dan keragaman jenis tanah. Pertanian dapat juga diartikan salah satu
sektor penghasil devisa terbesar di Indonesia, namun hasil tersebut tidak serta
merta mengangkat derajat petani sebagai pelaku utamanya. Pertanian juga
merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat
di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai
petani. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam
perekonomian nasional terutama dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB), penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri
(Firdaus, 2012).

Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang


ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian
bertujuan untuk meningkatkan produksi petani guna memenuhi kebutuhan pangan
dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan
pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, dan mendorong pemerataan
kesempatan berusaha. Besarnya peranan di sektor pertanian di Indonesia
memberikan motivasi masyarakat untuk memiliki lahan pertanian yang dapat
1
2

dijadikan sebagai sumber produksi. Petani berupaya meningkatkan cara untuk


melakukan deversifikasi pertanian selain menambahkan luas lahan. Masyarakat
petani dalam kehidupannya masih bergantung pada tanah sebagai sarana produksi
pertaniannya (Salim, 2012).
Pentingnya kelembagaan petani diakui dalam pembangunan pertanian,
baik di negara industri maupun negara sedang berkembang seperti Indonesia.
Namun kenyataan memperlihatkan kecenderungan masih lemahnya kelembagaan
petani di negara berkembang, serta besarnya hambatan dalam menumbuhkan
kelembagaan pada masyarakat petani. Kelembagaan petani diharapkan mampu
membantu petani keluar dari persoalan kesenjangan ekonomi petani, namun
sampai saat ini masih belum berfungsi secara optimal. Kenyataan menunjukkan
bahwa program-program pembangunan semakin sulit untuk menjangkau petani
kecil secara individu yang jumlahnya sangat banyak. Situasi ekonomi yang ada,
infrastruktur, serta kebijakan yang diciptakan oleh pemerintah seringkali
mendorong petani-petani dengan lahan sempit (Syamsuharlin, 2012).
Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang
menghimpun diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam
tujuan, motif, dan minat. Kelompok tani perlu di berikan pembinaan dengan cara
di arahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta
petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuh kembangkan
kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan
usaha taninya. Selain itu pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu
dan menggali potensi, memecahkan masalah usaha tani anggotanya secara lebih
efektif dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi,
permodalan dan sumber daya lainnya (Astuti, 2015).
Penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu
dengan mendorong masyarakat petani untuk mengubah perilakunya menjadi
petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan
sendiri, selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik, penyuluhan
pertanian juga dianggap sebagai proses pendidikan non-formal yang diberikan
oleh para penyuluh pertanian kepada para petani. Penyuluhan yang dilakukan
3

bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan lebih kepada petani


mengenai hal-hal yang baru dalam lingkungan pertanian, hal ini tentu saja terkait
dengan bantuan kepada petani agar mampu meningkatkan efisiensi usaha taninya.
Proses penyuluhan pertanian, penyuluh adalah sebagai mediator, antara lembaga-
lembaga penemu dengan para petani, oleh karena itu penyuluh sering disebut
sebagai ujung tombak pembangunan pertanian yang paling depan. Penyuluh
memiliki peran yang sangat besar dalam proses alih teknologi, khususnya untuk
meningkatkan produksi tani. Peran penyuluh pertanian dalam melaksanakan
kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara yang efektif, sehingga tujuan
penyuluhan dapat dicapai dengan tetap efisien serta mampu diadopsi oleh para
petani (Astuti, 2015).
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan
hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara
umum. Komunikasi merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial untuk
kegiatan berinteraksi satu dengan yang lain. Komunikasi memiliki dua bentuk
yaitu komunikasi verbal (penyampaian kata-kata) dan non verba (isyarat atau
simbol). Komunikasi tidak dibatasi hanya penyampaian kata-kata, namun
bagaimana makna pesan yang disampaikan dalam komunikasi dapat diterima dan
diserap oleh objek atau komunikan. Penyuluhan pertanian tidak lepas dari
komunikasi. Komunikasi dalam penyuluhan memiliki pola dan metode yang
beragam. Peran komunikasi dalam penyuluhan merupakan hal tidak dapat
terpisahkan. Penerimaan dan pemahaman informasi yang disampaikan dalam
penyuluhan tidak lepas dari kegunaan komunikasi (Sentosa, 2015).
Usahatani padi sawah metode SRI merupakan usahatani padi sawah irigasi
secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui
pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah
lingkungan. SRI adalah budidaya tanaman padi organik yang dilakukan secara
intensif dan efisien dengan proses menejemen sistem perakaran yang berbasis
pada pengelolaan tanah, tanaman dan air. Budidaya padi organik metode SRI
mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat
4

mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna


produknya (Nursinah, 2009).
Petani diharapkan mengetahui kekurangan atau kebutuhannya dengan
mengikuti kegiatan penyuluhan sehingga dapat melakukan peningkatan
kemampuan diri serta mampu menghasilkan produktivitas yang maksimal, dan
berperan di masyarakat dengan lebih baik sehingga dapat mensejahterakan
kehidupannya. Komunikasi dalam penyuluhan pertanian menjadi faktor penting
dalam menentukan keberhasilan pengembangan pertanian. Desa dengan sistem
penyuluhan yang kooperatif salah satunya adalah Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember dimana dibawahi oleh UPTD Penyuluhan
Sumbersari.
Penduduk Desa Karangrejo hanya sebagian memilih petani sebagai mata
pencaharian sisanya bekerja menjadi pegawai kantor, wiraswasta dan beberapa
menjadi PNS. Organisasi masyarakat yang ada di Desa Karangrejo antara lain RT,
RW, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Masyarakat
Desa Karangrejo secara keseluruhan memeluk agama Islam. Bahasa sehari-hari
yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa jawa dan madura. Fasilitas umum
yang ada di Desa Karangrejo meliputi masjid, balai desa dan poskamling.
Keadaan transportasi baik, hal ini ditunjukkan dengan jalan raya yang sudah
beraspal dan akses menuju Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember.
Kegiatan utama di bidang pertanian penduduk Desa Karangrejo adalah
petani tanaman pangan yaitu padi, jagung, dan kedelai. Potensi yang besar dalam
bidang pertanian tersebut diharapkan tujuan pembangunan di bidang pertanian
dapat tercapai. Pengembangan potensi alam ini di dukung oleh sistem penyuluhan
yang terpadu. Penyuluhan yang ada di Desa Karangrejo belum dapat memberikan
hasil yang optimal untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Masalah umum yang sering ada seperti kekurangan air dan hama dan penyakit
yang sulit dikendalikan dengan baik sehingga dapat menurunkan hasil
produktivitas para petani. Petani di Desa Karangrejo tentunya membutuhkan
informasi teknologi pertanian tentang komoditas padi yang lebih banyak agar
5

budidaya padi yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan maksimalkan sehingga


produktivitas meningkat.
Pokok bahasan yang menjadi topik dalam penyuluhan untuk mengetahui
dan menganalisis proses penyuluhan pertanian yang diberikan di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Penyuluh memberikan penyuluhan
kepada kelompok tani dengan cara serta metode yang sudah disusun sebelumnya.
Penyuluhan dapat dikatakan baik apabila dilihat dari segi manfaat serta tujuan
penyuluhan pertanian itu sendiri dalam mengadopsi isi materi yang disampaikan.
Materi yang disampaikan dalam penyuluhan salah satunya yaitu tentang materi
SRI. Materi SRI diberikan kepada kelompok tani dengan cara memberikan
penyuluhan yang dipandu oleh PPL secara langsung, sehingga penelitian ini
penting dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana model komunikasi yang
digunakan dalam memberikan materi penyuluhan mengenai program SRI.
Komoditas yang cukup banyak di budidayakan di Desa Karangrejo adalah
padi, komoditas lain yang juga di budidayakan adalah jagung, kedelai dan
tembakau namun petani di Karangrejo lebih fokus pada budidaya padi. Upaya
yang telah dilakukan penyuluh dalam menyikapi permasalahan tersebut
diantaranya dengan memberi materi penyuluhan tentang program SRI (System of
Rice Intensification), yang merupakan metode bercocok tanam dengan sistem satu
lubang satu batang bibit padi, model tanam padi intensif, dan efisien serta
mengutamakan pengendalian hama secara terpadu sehingga dapat membantu para
petani dalam mengatasi permasalan tersebut. Penyuluhan dilakukan agar petani
tidak kebingungan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilapang,
dalam penyuluhan agar materi yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan
oleh petani harus menggunakan strategi yang tepat dalam penyampaian materi
penyuluhan tentang SRI, salah satu strategi yang bisa digunakan yaitu
menggunakan sistem bahasa yang gampang dimengerti dan menggunakan model
komunikasi yang sesuai kebutuhan dilapang, sehingga penelitian ini penting
dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara model komunikasi
yang digunakan dalam penyuluhan pada saat penerapan program SRI di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
6

Penyuluhan pertanian dilakukan oleh seorang PPL yang memiliki


kewajiban memberikan sebuah materi kepada kelompok tani dengan tujuan agar
petani bisa melakukan usahatani dengan baik dan benar. Penyuluhan dapat juga
menjadi wadah permaslahan yang dihadapi oleh sebagian besar petani dengan
adanya penyuluhan maka petani bisa mendapatkan jalan keluar dan solusi dari
permasalahan dilapang. Peran penyuluh dalam penerapan program SRI yang ada
di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember sangat dibutuhkan
untuk menunjang keberhasilan program SRI, sehingga penelitian ini penting
dilaksanakan agar dapat mengetahui seberapa besar peran penyuluh terhadap
penerapan program SRI di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana model – model komunikasi dalam program SRI di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember?
2. Bagaimana hubungan antara model komunikasi dalam penerapan program SRI
di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember?
3. Bagaimana peran penyuluh dalam penerapan program SRI di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui model komunikasi yang digunakan di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui hubungan antara model komunikasi dalam penerapan
program SRI di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
3. Untuk mengetahui peran penyuluh tehadap program yang digunakan di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
7

1.3.2 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, dapat memperoleh pengetahuan yang dijadikan acuan untuk
menunjang studinya mengenai penyuluhan pertanian yang ada di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
2. Bagi petani, dapat meningkatkan dan mengembangkan usahataninya melalui
penyuluhan.
3. Bagi pemerintah, dapat memperoleh informasi untuk mempermudah dalam
membuat kebijakan tentang sistem penyuluhan yang ada di Kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Menurut penelitian Sadono (2009), dalam jurnal yang berjudul
“Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia”
diketahui dalam proses diseminasi inovasi pertanian kepada petani, maka
komunikasi memegang peranan penting. Proses komunikasi dalam penyuluhan
pertanian tersebut sedikitnya melibatkan lima unsur stakeholders, yaitu lembaga
penelitian di dalamnya ada para peneliti, yang melakukan penelitian untuk
menghasilkan teknologi yang diharapkan berguna bagi masyarakat petani,
lembaga penyuluhan yang di dalamnya terdapat para penyuluh, yang berperan
dalam menyebarluaskan teknologi yang berguna bagi para petani, dan masyarakat
petani itu sendiri yang menjadi subyek penyuluhan, lembaga pengaturan, dan
lembaga pelayanan. Pelaku-pelaku dalam penyuluhan pertanian juga melibatkan
pihak lain baik dari pihak swasta maupun pihak lainnya. Agar proses diseminasi
inovasi per-tanian itu berjalan efektif maka diperlukan keterkaitan yang erat
antara berbagai unsur tersebut. Masing-masing unsur memiliki peran tersendiri
tetapi antar unsur saling terkait satu sama lain.
Model komunikasi yang menggambarkan model ini adalah model
komunikasi yang disebut dengan Eksperiental Learning Cycle (ELC)
menunjukkan proses komunikasi aktif di antara para petani untuk memahami
lingkungannya, atau dalam proses menemukan inovasi atau teknologi yang
mereka kembangkan. Model ini mengacu pada model komunikasi Farmers back
to Farmers yang menggambarkan suatu model yang lebih kompleks yang
menekankan pada arus atau aliran informasi dari petani ke petani dan
mengarahkan perhatian pada kesempatan-kesempatan yang ditawarkan untuk
memperbaiki interaksi peneliti dan petani. Model ELC ini diterapkan dalam
program penyuluhan yang dikenal dengan Sekolah Lapangan (SL) seperti SL
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan SL Usahatani Berbasis Agribisnis
(SL-UBA).

8
9

Pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian di


Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola
komunikasi yang dikembangkan adalah pola komunikasi yang bersifat linear dari
pemerintah/peneliti melalui penyuluh kepada petani. Sejalan dengan
perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti, kemajuan yang dialami oleh
petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang, maka pola komunikasi yang
dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga mengalami perubahan ke arah
pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis sehingga diharapkan akan lebih
mampu memenuhi kebutuhan petani.
Menurut penelitian Sugiarto (2016), yang berjudul “Peran Balai
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) dalam Peningkatan
Swasembada Beras di Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah”. Penelitian
ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif dan empiris. Pendekatan
yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan (library research)
dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis teori-teori hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan dalam
penelitian. Pendekatan empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan
pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas yang ada berdasarkan hasil
wawancara di lokasi penelitian. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif kualitatif, maksudnya adalah analisis data yang
dilakukan dengan menjabarkan secara rinci kenyataan/ keadaan atas suatu objek
dalam bentuk kalimat guna memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap
permasalahan yang diajukan, sehingga memudahkan untuk dirangkum guna
pembahasan pada bab-bab selanjutnya
Peran BP3K dalam peningkatan swasembada beras di Kecamatan Bekri
Kabupaten Lampung Tengah, adalah melaksanakan penyuluhan pertanian, yaitu
sebagai upaya memfasilitasi petani melalui penyuluhan yang mengarah pada
keterbukaan informasi dan teknologi. Melaksanakan pendampingan kepada petani
dalam melaksanakan usaha tani yang meliputi pemilihan benih unggul pengolahan
lahan sistem tanam pengairan berselang, pemupukan berimbang, penyiangan,
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, serta panen dan pasca panen.
10

Mengaktifkan petani dalam kelompok tani sebagai sarana bagi petani untuk kelas
belajar; wahana kerjasama dan unit produksi; usaha tani yang dilaksanakan oleh
masing masing anggota kelompok tani. Faktor-Faktor yang menghambat peran
BP3K dalam peningkatan swasembada beras di Kecamatan Bekri Kabupaten
Lampung Tengah, terdiri dari Keterbatasan SDM Petani, yaitu sebagian besar
petani memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Keterbatasan kuantitas
penyuluh, yaitu jumlah penyuluh pertanian hanya enam orang, sedangkan jumlah
desa yang harus dilayani oleh petugas penyuluh adalah delapan desa. Keterbatasan
Sarana dan Prasarana Penyuluh, yaitu kurangnya buku-buku atau brosur pertanian
dan modul-modul pelatihan pertanian
Menurut penelitian Suardi (2015), dalam jurnal yang berjudul “Model
Manajemen Sumberdaya Komunikasi untuk Penyuluhan Pertanian dalam
Pelaksanaan Sistem Pertanian Terintegrasi di Provinsi Bali” menyatakan bahwa
salah satu faktor penentu keberhasilan Program Simantri adalah penerapan
prinsip-prinsip manajemen terhadap sumberdaya komunikasi penyuluhan.
Pengelolaan sumberdaya komunikasi menunjang efektivitas penyuluhan Program
Simantri. Tingkat keberhasilan Program Simantri ditampilkan dalam tiga kategori,
yaitu berhasil, cukup berhasil, dan kurang berhasil. Tingkat keberhasilan Program
Simantri tersebut berhubungan dengan kinerja manajemen sumberdaya
komunikasi penyuluhan. Sumberdaya komunikasi penyuluhan tampak belum
dikelola secara maksimal. Hal ini terlihat dari status kondisi sumberdaya
komunikasi penyuluhan Program Simantri berada pada kategori cukup, dalam arti
sumberdaya yang ada secara fungsional belum mampu berperan maksimal untuk
menghasilkan kinerja komunikasi yang efektif.
Manajemen sumberdaya komunikasi penyuluhan memiliki hubungan
signifikan dengan keberhasilan Program Simantri. Kualitas manajemen
sumberdaya komunikasi penyuluhan menentukan tingkat keberhasilan Program
Simantri. Manajemen sumberdaya komunikasi penyuluhan adalah serangkaian
tindakan manajemen yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan secara fungsional terhadap sumberdaya komunikasi
penyuluhan Program Simantri. Manajemen sumberdaya komunikasi penyuluhan
11

Program Simantri mengambil peran pada pengelolaan komponen-komponen


sumberdaya komunikasi yang terkait dalam proses penyuluhan Program Simantri.
Manajemen sumberdaya komunikasi penyuluhan Program Simantri digambarkan
sebagai bagian dari suatu rangkaian proses kerja yang berawal dari pemrakarsa
(pemprov) melahirkan program (Program Simantri) yang digelontorkan kepada
gapoktan (Poktan) untuk dilaksanakan guna meningkatkan kesejahteraan petani.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Kelompok Tani
Menururt Hermanto dalam Nuryanti dan Swastika (2011), Kelompok tani
didefinisikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas
petani dewasa, pria dan wanita, tua dan muda, yang terikat secara informal dalam
suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta
berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Kelompok tani
merupakan kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para petani dalam
mengembangkan usahataninya. Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat
dikatakan berfungsi dan ada secara nyata, disamping berfungsi sebagai wahana
penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya. Beberapa kelompok tani juga
mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan
kerja untuk kegiatan usahatani.
Pembentukan kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
petani dalam menghadapi berbagai permasalahan pertanian. Beberapa
permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani adalah modal, tenaga kerja
serta minimnya pengetahuan petani dalam proses produksi padi. Seperti yang kita
ketahui masyarakat Indonesia sejak dahulu sudah terbiasa bekerja berkelompok
dengan bentuk yang sesuai dengan budaya dan kondisi lokal yang ada. Petani
dengan berkelompok akan lebih mudah mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan,
dibandingkan dengan bekerja sendiri atau perorangan. Kegiatan berkelompok
dalam kelompok tani agar petani bisa saling bertukar pikiran, pengalaman serta
pengetahuan, selain itu kelompok akan membangun solidaritas sesama para petani
(Triwidarti, 2015).
12

2.2.2 Teori Adopsi Inovasi


Pengertian adopsi dalam proses penyuluhan menurut Departemen
Kehutanan (1996) dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang
berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan
(psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang
disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini
mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat
melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam
kehidupan dan usahataninya.
Menurut oleh Rogers (1983) bahwa perubahan seseorang untuk
mengadopsi suatu perilaku yang baru tersebut terjadi dalam beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Tahap kesadaran (awareness), dalam hal ini Petani mulai sadar tentang adanya
sesuatu yang baru, mulai terbuka akan perkembangan dunia luarnya, sadar apa
yang sudah ada dan apa yang belum.
2. Tahap minat (Interest), Tahap ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari
keterangan-keterangan tentang hal-hal yang baru diketahuinya.
3. Tahap penilaian (Evaluation), Setelah keterangan yang diperlukan diperoleh,
mulai timbul rasa menimbang-nimbang untuk kemungkinan melaksanakannya
sendiri.
4. Tahap mencoba (Trial). Jika keterangan sudah lengkap, minat untuk meniru
besar, dan jika ternyata hasil penilaiannya positif, maka dimulai usaha
mencoba hal baru yang sudah diketahuinya.
5. Tahap adopsi (Adoption). Petani sudah mulai mempraktekkan hal-hal baru
dengan keyakinan akan berhasil.
Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani
untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini biasanya di
pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, umur petani semakin muda biasanya
mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga
dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi
13

walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.


Petani dalam melakukan usahatani yang sudah lebih lama akan lebih mudah
menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman
yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam
mengambil keputusan. Tingkat pendidikan petani yang berpendidikan tinggi
adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. Tingkat pendidikan yang
rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi, sehingga sikap mental untuk
menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang. Pendapatan
petani merupakan pendapatan bersih yang diterima dari usahatani serta non usaha
tani lainya. Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih mudah
menerapkan inovasi dari petani yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan
keefisienan dalam penggunaan sarana produksi. Banyaknya jumlah keluarga yang
menjadi tanggungan petani, akan mendorong petani untuk melakukan banyak
kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan
keluarga (Ginting.M, 2002).

2.2.3 Teori Peran


Teori peran merupakan kiasan yang diambil dari kata seni peran dan di
gunakan untuk membuat teoriti tradisional yang berbeda disebut teori peranan.
Teori peranan lebih kepada peran sebagai perilaku yang mengikuti bagian
kepastian atau posisi daripada pemain yang hanya membaca atau
menceritakannya. Menurut konsep sosiologi, peranan merupakan aspek dinamis
dalam kedudukan atau status atau perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
punya status. Jika seseorang atau lembaga melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan posisi atau kedudukannya, maka seseorang atau lembaga telah
menjalankan suatu peranan atau role (Irmalita, 2015).
Teori peran menjelaskan bahwa, peran merupakan seperangkat perilaku
yang diharapkan dari seseorang atau dari struktur yang menduduki suatu posisi
dalam sistem. Peran dari struktur tunggal, maupun bersusun yang ditentukan oleh
harapan orang lain atau perilaku peran itu sendiri yang ditentukan oleh pemegang
peran terhadap tuntutan dan situasi yang mendorong dijalankannya peran tadi.
14

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan. Seseorang apabila telah


melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia telah
menjalankan suatu peran. Pelaksanaan hak dan kewajiban harus seimbang, terlalu
memaksakan hak tanpa melakukan kewajiban yang seharusnya dijalankan, akan
mengakibatkan ketimpangan social. Setiap individu memiliki peran masing-
masing di dalam kehidupan, pembentukan peran tersebut dapat terjadi dengan
sendirinya ataupun disengaja (Ahdiah, 2013).
Menurut Waluya (2007), peranan (role) adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status). Jika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah menjalankan peranan.
Pembedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang.
Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan
perilaku orang lain. Peranan mencangkup tiga hal, yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang menghubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentangapa yang dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.

2.2.4 Teori Penyuluhan Pertanian


Peningkatkan maupun pembangunan pertanian salah satunya dapat
ditempuh melalui penyuluhan pertanian, terutama SDM petani. Melalui kegiatan
penyuluhan pertanian, masyatakat pertanian dibekali dengan ilmu, pengetahuan,
keterampilan, paket-paket teknologi baru di bidang pertanian dengan sapta
usahanya. Antaranya penanaman nilai-nilai atau prinsip-prinsip agribisnis,
mengkreasikan SDM dengan prinsip inovasi, yang lebih utamanya mengubah
sikap masyarakat tani di pedesaan agar tau dan mau menerapkan informasi
anjuran yang diberikan oleh penuluh dalam tujuannya meningkatkan tingkat
15

keberasilan usaha petani. Tujuan penyuluhan pertanian yaitu menciptakan


masyarakat tani yang kompeten yang mampu menciptakan usaha yang tangguh,
dengan better farming, better business, better living dan better enviroment untuk
mewujudkan semua itu tentunya diperlukan usaha khusus penyuluhan melalui
pembangunan sistem penyuluhan pertanian nasional yang mampu membantu
petani dan pelaku usaha pertanian lain untuk memperbaiki kehidupan dan
penghidupannya serta meningkatkan kesejahteraannya (Charina, 2015).
Menurut Sastraatmadja dalam Astuti (2015), penyuluhan yang dilakukan
bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan lebih kepada petani
mengenai hal-hal yang baru dalam lingkungan pertanian. Hal ini tentu saja terkait
dengan bantuan kepada petani agar mampu meningkatkan efisiensi usaha taninya.
Proses penyuluhan pertanian, penyuluh adalah mediator, antara lembaga-lembaga
penemu dengan para petani, dan oleh karena itu penyuluh sering disebut sebagai
ujung tombak pembangunan pertanian yang paling depan.
Metode penyuluhan pertanian yang sampai saat ini lebih sering digunakan
adalah metode pertemuan kelompok secara langsung dengan media lisan, cetak,
maupun terproyeksi. Metode ini biasanya dilakukan dalam dua bentuk pertemuan
kelompok, yaitu ceramah dan diskusi kelompok. Bentuk pertama lebih bersifat
top-down karena informasi lebih banyak bersumber dari penyuluh, sedangkan
bentuk yang kedua lebih bersifat buttom-up karena penyuluh hanya berstatus
sebagai fasilitator berlangsungnya diskusi kelompok sehingga informasi lebih
banyak bersumber dari peserta, terkadang juga kedua bentuk tersebut diterapkan
dalam satu waktu pertemuan yakni penyuluh memberi ceramah atau materi lalu
setelah acara materi dilakukan acara diskusi kelompok (Salampessy, 2012).

2.2.5 Model Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian


Menurut Effendy dalam Sentosa (2015) istilah komunikasi dalam bahasa
inggris “Communications” berasal dari kata latin “Communicatio”, dan bersumber
dari kata “Communis” yang bermakna sama. Kesamaan makna disini adalah
mengenai sesuatu yang dikomunikasikan, karena komunikasi akan berlangsung
selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan atau
16

dikomunikasikan. Suatu percakapan dikatakan komunikatif apabila kedua belah


pihak yakni komunikator dan komunikan mengerti bahasa pesan yang
disampaikan. Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara
tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap,
dengan kata lain komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan
bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang.
Menurut West dan Turner dalam Sentosa (2015), model komunikasi
merupakan representasi sederhana dari proses komunikasi yang menunjukkan
adanya hubungan dan keterkaitan antar komponen dalam komunikasi. Banyak
ilmuwan yang telah merumuskan berbagai model komunikasi. Model komunikasi
dibagi menjadi 3 yang paling sederhana yakni model linear, model interaksional,
dan transaksional. Pertama adalah model komunikasi linier, pandangan satu arah
mengenai komunikasi berasumsi bahwa pesan dikirimkan oleh suatu sumber
melalui penerima melalui saluran. Sumber dari tersebut bisa berupa asal ataupun
pengirim pesan. Pesan yang dikirim dapat berupa kata-kata, suara, tindakan, atau
gerak-gerik dalam sebuah interaksi. Komunikasi model linier ini juga melibatkan
gangguan yang merupakan hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi.
Jenis gangguan ada 4 pada model komunikasi liner ini, yaitu: gangguan semantik,
gangguan fisik (eksternal), gangguan psikologis, dan gangguan fisiologis.

Gangguan

Gangguan

Gambar 2.1 Model komunikasi linier.


Model komunikasi interaksional ini dikemukakan oleh Wilbur
Schramm.Bila dalam model komunikasi linier, seseorang hanyalah berperan
sebagai pengirim atau penerima, maka pada model komunikasi interaksional ini
juga mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Model
komunikasi ini menekankan proses komunikasi dua arah diantara para
komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim
17

kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini
menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional
mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim amupun penerima
dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus.

Gangguan Gangguan

Gambar 2.2 Model komunikasi interaksional.

Model komunikasi transaksional ini dikemukakan oleh Barnlund. Dia


menggaris bawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara
terus menerus dalam sebuah episode komunikasi. Model komunikasi
transaksional berarti bahwa proses komunikasi tersebut kooperatif, baik pengirim
maupun penerima sama-sama bertanggungjawabterhadap dampak dan efektivitas
komunikasi yang terjadi.

Umpan
Balik

Gambar 2.3 Model Komunikasi trasaksional.

2.3 Kerangka Pemikiran


Kelompok tani Sumber Rejeki yang terletak di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember merupakan kelompok tani yang
menaungi dan memfasilitasi petani dalam mempermudah proses budidaya.
Kelembagaan Sumber Rejeki merupakan lembaga kelompok tani yang berbadan
hukum, sehingga banyak program yang diberikan oleh pemerintah untuk
18

mempermudah petani. program yang dilakukan oleh kelompok tani Sumber


Rejeki salah satunya yaitu program System Rice Intensification (SRI). Kelompok
tani Sumber Rejeki memiliki struktur organisasi ketua, sekertaris, bendahara, dan
anggota kelompok tani yang mana semua anggota kelompok tani melaksanakan
program SRI yang dicanangkan oleh pemerintah atau Dinas Pertanian.
Upaya pemerintah dalam mewujudkan cita-cita petani yaitu salah satunya
dengan cara memberi penyuluhan. Bidang pertanian menjadi tulang punggung
pertanian Indonesia perlu dilaksanakan penyuluhan pertanian yang efektif dan
efisien. Salah satu upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang
berkualiatas dilakukan melalui penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian
merupakan salah satu hal yang strategis dalam mencapai tujuan pembangunan
pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan upaya pemberdayaan petani dan
pelaku usaha pertanian lain sebagai sumberdaya pelaku pembangunan pertanian.
Penyuluhan yang diberikan kepada petani salah satunya yaitu penyuluhan tentang
proses adopsi inovasi dalam penerapan program SRI.
Proses adopsi pada dasarnya pasti melalui tahapan-tahapan sebelum
masyarakat mau menerima/ menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun
selang waktu antar tahapan yang satu dengan lainnya tidak selalu sama, hal mi
akan sangat bergantung pada karakteristik petani. Sehubungan dengan ragam
kelompok tani ditinjau dari kemampuannya mengadopsi inovasi, beberapa faktor
karakteristik petani dalam kelompok tani yang mempengaruhi untuk mengadopsi
suatu inovasi adalah luas usahatani, pendidikan, umur dan jumlah tanggungan
keluarga. Apabila efektivitas pengelolaan usahatani diukur dengan tingkat
penerapan inovasi teknologi dalam usahatani oleh petani, maka dapatlah
dikatakan bahwa penerapan teknologi tersebut merupakan manifestasi adanya
kerjasama petani. Fenomena yang berada di lapangan kurangnya kemampuan
kelompok dalam menggalang kerjasama antara petani sewaktu melaksanakan
program System of Rice Intensification (SRI) yang mengakibatkan pelaksanaan
System of Rice Intensification (SRI) dan produktivitas usaha tani masih jauh dari
yang diharapkan.
19

Padi merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia. Sebagai


komoditas utama, produksi padi harus terus ditingkatkan seiring dengan adanya
cita - cita swasembada pangan terutama beras. Kondisi lima tahun terakhir
menunjukkan bahwa impor merupakan jalan keluar terhadap kekurangan
konsumsi beras dalam negeri. Upaya peningkatan produksi padi adalah suatu
keharusan. Namun, kendala di lapangan seperti ketidaktegasan musim tanam,
kerusakan sarana produksi, kurangnya jumlah input produksi, penurunan lahan
sawah, dan aspek sosial ekonomi politik merupakan beberapa hal yang harus
diatasi. Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan salah satunya adalah
pemerintah yang memiliki peran sangat banyak dalam bidang pertanian.
SRI (System Intensification of Rice) adalah cara budidaya tanaman padi
yang intensif dan efisien dengan proses memanajemen sistem perakaran dengan
berbasis kepada pengelolaan tanah, tanaman dan air. Keunggulan System of Rice
Intensification (SRI) selain menerapkan teknologi ramah lingkungan, karena tidak
menggunakan pupuk an organik dan pestisida diperoleh beras organik yang sehat
dan aman. Penyuluhan tentang penerapan program SRI yang dilakukan oleh
kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember supaya dapat berhasil dipengaruhi oleh model komunikasi
yang dilakukan oleh penyuluh kepada kelompok tani.
Penelitian ini meneliti terkait penyuluhan tentang program SRI yaitu salah
satunya tentang model komunikasi apa yang akan digunakan dalam penyuluhan
program SRI yang diberikan oleh pemerintah di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember agar dapat diterapkan dengan baik dan bisa
diterima oleh masyarakat. Kegiatan penyuluhan dilakukan karena dianggap oleh
sebagian masyarakat sebagai sesuatu hal yang penting karena pada tahun tahun
sebelumnya produktivitas padi dianggap kurang maksimal. Adanya masalah
terkait produktivitas padi yang kurang maksimal maka dari itu pemerintah ingin
meningkatkan hasil produktivitas padi dengan cara memberikan tugas kepada
dinas pertanian agar mengadakan penyuluhan tentang penerapan program SRI.
Dinas pertanian kemudian memerintahkan pihak penyuluh supaya memberikan
materi penyuluhan tentang penerapan program SRI yang nantinya diharapkan
20

dapat membantu masalah petani dalam menghadapi produktivitas yang rendah.


Penyuluhan mengenai penerapan program SRI menjadi salah satu solusi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.
Peneliti juga ingin meneliti tentang seberapa besar kontribusi peran
penyuluh dalam penarapan program SRI, karena program SRI merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Meneliti peran penyuluh bisa
menggunakan teori peran dan teori penyuluhan pertanian sebagai landasan dalam
meneliti peran penyuluh terhadap program yang ada yaitui program SRI.
Penelitian ini dilakukan guna untuk meningkatkan penerapan program SRI agar
dapat berjalan dengan baik dan bisa tersampaikan tujuan dari pemerintah dalam
memberikan program SRI ini kepada masyarakat di Desa Karngrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.
21

Teori Penyuluhan
Pertanian

Kelompok Tani Penyuluhan Adopsi Inovasi


Sumber Rejeki

Sistem SRI

Teori Peran

Model Peran
Komunikasi Penyuluhan

Miles and
Huberman

Penerapan sistem SRI sebagai peran


penyuluhan di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran


Keterangan: Alur pemikiran
Teori penunjang
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Daerah Praktek Lapang


Daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan metode secara sengaja
atau purposive method. Menurut Nurdyane et al. (2013) purposive method adalah
penentuan daerah penelitian dengan sengaja atas pertimabangan tertentu. Daerah
penelitian yang dipilih sebagai objek penelitian adalah Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dengan pertimbangan bahwa daerah
tersebut memiliki program dari petugas penyuluhan pertanian untuk diteliti model
komunikasi dan peran penyuluh terhadap keberlangsungan program di Desa
Karangrejo.

3.2 Metode Praktek Lapang


Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan metode
praktek lapang yang digunakan adalah metode studi kasus. Menurut Alpharesy et
al. (2012), penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.
Penelitian deskripsi bertujuan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang
berkenaan dengan situasi yang terjadi secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel untuk mendapatkan
kebenaran. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penggambaran suatu
fenomena berdasarkan fakta, data, atau objek material yang bukan berupa
rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana melalui
interpretasi yang tepat dan sistematis. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya.
Menurut Siregar et al. (2013) studi kasus yaitu metode yang didasarkan
atas fenomena yang terjadi disuatu daerah dengan melihat secara langsung objek
atau permasalahan yang timbul disuatu daerah. Permasalahan yang terjadi

22
23

dilapang dilakukan pengamatan dengan mencari penyebab-penyebab timbulnya


masalah. Kasus atau fenomena dalam penelitian model komunikasi dan peran
penyuluh terhadap program SRI adalah Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.

3.3 Metode Penentuan Informan


Metode penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan metode
Purposive Sampling. Menurut Ferdian et al. (2012), purposive sampling yaitu
metode yang dilakukan dengan menentukan siapa yang termasuk informan dalam
penelitian dan seorang peneliti harus benar-benar mengetahui bahwa informan
yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan
permasalahan penelitian. Purposive Sampling dapat dikatakan juga sebagai teknik
pengambilan informan secara sengaja, maksudnya adalah peneliti menentukan
sendiri informan yang diambil tidak secara acak tetapi ditentukan sendiri oleh
peneliti. Penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat
informan yang memiliki sumber informasi lengkap yakni petugas penyuluh dan
ketua kelompok tani beserta anggotanya.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terhadap
model komunikasi dan peran penyuluh terhadap program SRI di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yakni menggunakan data primer dan
data sekunder. Menurut Slat (2013), teknik pengumpulan data dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti diperoleh
dengan melakukan survei lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original langsung berasal dari sumbernya yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan untuk mengamati fenomena atau gejala yang
sedang terjadi di tempat penelitian. Fenomena yang terjadi di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember adalah adanya
24

program penyuluhan mengenai metode SRI (System of Rice


Intensification).
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai hal-hal pokok yang akan ditanyakan secara lisan
antara pewawancara dengan informan. Pertanyaan dalam wawancara yang
diajukan oleh peneliti berkaitan dengan pelaksanaan program penyuluhan
budidaya padi SRI dengan melihat model komunikasi dan keefektifan
kinerja penyuluh dalam memberikan program di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengambilan data dengan mengambil data
seperti profil desa yang dapat menggunakan kamera maupun ditulis
tangan. Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan merekam
jalannya proses penyuluhan terkait program SRI di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dan melakukan pengambilan
foto pada informan maupun peserta dalam penyuluhan yaitu petani.
2. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya dari buku-buku, artikel ilmiah, surat kabar, majalah,
atau dari lembaga lain. Data sekunder penelitian ini menggunakan data yang
diperoleh dari berbagai literature seperti buku-buku dan jurnal serta artikel
yang terkait. Peneliti juga mengumpulkan data sekunder dengan memperoleh
data terkait profil desa yang sebagai tempat penelitian.

3.5 Metode Analisis Data


Peneliti dalam menjawab rumusan masalah pertama mengenai model-
model komunikasi penyuluhan kelompok tani Sumber Rejeki dalam penerapan
program SRI di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
dengan menggunakan teori penunjang yaitu model komunikasi dan penyuluhan
pertanian. Rumusan masalah kedua mengenai hubungan antara model komunikasi
dalam penerapan program SRI menggunakan teori penunjang yaitu adopsi inovasi
25

dan penyuluhan pertanian. Rumusan masalah ketiga mengenai peran penyuluh


terhadap penerapan program SRI dengan menggunakan teori penunjang yaitu teori
peran. Seluruh ketiga rumusan masalah dianalisis oleh peneliti dengan
menggunakan alat analisis data yaitu model Miles dan Huberman. Metode analisis
data yang digunakan pada penelitian ini yakni analisis data model Miles dan
Huberman. Menurut Pawito (2007), model Miles dan Huberman merupakan suatu
teknik analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai didapatkan data jenuh. Berikut skema dari model
analisis data oleh Miles dan Huberman

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Penarikan /pengujian


kesimpulan

Gambar 3.1 Analisis data Model Interaktif oleh Miles dan Huberman

Berdasarkan gambar 3.1 menjelaskan bahwa model analisis data oleh


Miles dan Huberman diawali dengan pengumpulan data. Komponen kedua setelah
melakukan pengumpulan data yaitu mereduksi data yang telah terkumpul. Data
direduksi untuk memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan, yaitu dengan cara membuang data yang tidak diperlukan. Komponen
ketiga dalam model analisis Miles dan Huberman yaitu melakukan penyajian
data.Penyajian data dilakukan agar dapat menarik kesimpulan dari data yang telah
tersaji, sehingga dapat melakukan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan
akan dilakukan setelah data tersaji dengan benar dan jelas (Pawito, 2007).
Menurut Sitorus et al. (2015), metode analisis data dengan model Miles
dan Huberman dilakukan dengan beberapa tahapan kualitatif, yaitu:
26

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yaitu kegiatan mencatat semua data secara objektif dan apa
adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan. Data
mengenai penerapan program SRI dicatat secara objektif. Data mengenai
model komunikasi penyuluhan kelompok tani dalam penerapan program SRI
harus dikumpulkan terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan observasi lapang
untuk mengetahui kesesuaian data hasil wawancara dengan hasil observasi
lapang.
2. Reduksi data
Reduksi data yaitu kegiatan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang hal-hal yang dianggap tidak perlu
dan mengorganisasikan data-data yang telah direduksi sehingga memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah
peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu diperlukan. Data-data yang tidak
diperlukan harus dibuang, sehingga data yang telah didapat dapat menjawab
secara rinci mengenai rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti
dan pembahasan data menjadi tidak bias. Data harus sesuai dengan rumusan
masalah yang diangkat yaitu mengenai model-model komunikasi dalam
program SRI, hubungan antara model komunikasi dalam penerapan program
SRI, dan peran penyuluh terhadap penerapan program SRI di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
3. Penyajian data
Penyajian data yaitu kegiatan menyusun sekumpulan informasi sehingga
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, atau grafis
sehingga data dapat dikuasai. Hasil reduksi kemudian disajikan dalam bentuk
data yang sudah semakin ringkas, jelas dan menjawab rumusan masalah.
Sekumpulan informasi yang didapat dari penerapan program SRI yang berada
di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember disusun
sehingga dapat ditarik kesimpulan dan mengambil tindakan selanjutnya.
27

4. Pengambilan keputusan atau verifikasi


Pengambilan keputusan atau verifikasi berarti bahwa setelah data disajikan,
maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Diusahakan mancari
pola, model, tema, hubungan, persamaan dan sebagainya.Verifikasi dapat
dilakukan dengan keputusan didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data
yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah melalui tiga tahap sebelumnya, baik
mengenai model-model komunikasi dalam program SRI, hubungan antara
model komunikasi dalam penerapan program SRI, dan peran penyuluh dalam
penerapan program SRI Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember.

3.6 Definisi Operasional


1. Karangrejo adalah sebuah desa di Kecamatan Sumbersari yang sedang
menjalankan program SRI dari dinas penyuluh.
2. Purposive method adalah metode penentuan daerah praktek lapang secara
langsung. Penentuan Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember sebagai tempat penelitian berdasarkan adanya program dari penyuluh.
3. Sudi kasus adalah metode yang didasarkan atas fenomena yang terjadi di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dengan melihat secara
langsung objek atau permasalahan yang timbul yakni adanya pelaksanaan
program SRI.
4. Metode SRI adalah suatu inovasi dalam teknik budidaya padiuntuk
meningkatkan produktivitas padi di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember hingga dua kali lipat
5. Purposive sampling yaitu metode yang dilakukan dengan menentukan
informan sebagai sumber informasi terkait pelaksaan program SRI di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang benar-benar
mengetahui bahwa informan tersebut memberikan informasi yang diinginkan
sesuai dengan permasalahan penelitian.
28

6. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti selama berada di Desa
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dalam bentuk
observasi, wawancara dan dokumentasi.
7. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai literatur
seperti artikel ilmiah, buku pedoman, dan profil desa.
8. Wawancara adalah proses pertukaran informasi antara peneliti dengan pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan program SRI di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.
9. Observasi adalah kegiatan mengamati fenomena berupa program penyuluhan
metode SRI pada petani di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.
10. Dokumentasi adalah teknik pengambilan data dengan cara melakukan
perekaman baik audio visual maupun mengambil foto pada penyuluhan
program SRI berlangsung.
11. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi penerapan program SRI
oleh penyuluh kepada petani di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.
12. Peran penyuluh adalah proses membantu petani untuk mengambil keputusan
sendiri dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai
penerapan program SRI.
13. Pengumpulan data adalah kegiatan mencatat semua data secara objektif dan apa
adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
14. Reduksi data adalahkegiatan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan model
komunikasi penyuluhan kelompok tani dalam penerapan program SRI.
15. Penyajian data adalah kegiatan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
dalam hal penerapan program SRI khususnya di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.
16. Pengambilan keputusan atau verifikasi adalah suatu kegiatan penarikan
kesimpulan mengenai data yang telah tersaji.
BAB 4. GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Desa


Wilayah Kecamatan Sumbersari mempunyai luas wilayah 35.32 Km2
dimana merupakan salah satu Kecamatan yang ada di wilayah kota selain
Kecamatan Patrang dan Kaliwates. Jarak wilayah Kecamatan Sumbersari dengan
pusat Pemerintah Kabupaten Jember hanya kurang lebih 5 km, sehingga kondisi
wilayahnya masih berada di wilayah kota, hal ini memungkinkan adanya Sumber
Daya Manusia yang mempunyai potensi cukup bagus dalam rangka mendukung
percepatan pelaksanaan program-program pembangunan khususnya di wilayah
Kecamatan Sumbersari. Kecamatan Sumbersari terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan
dan 33 Lingkungan, 152 Rukun Warga (RW) dan 519 Rukun Tetangga (RT).
Kecamatan Sumbersari sendiri mempunyai batas-batas wilayah yaitu
Sebelah Utara : Kecamatasn Patrang
Sebelah Timur : Kecamatan Pakusari
Sebelah Selatan : Kecamatan Ajung
Sebelah Barat : Kecamatan Kaliwates
Desa Karangrejo secara geografis terletak pada posisi 8°9'16" Lintang
Selatan dan S 113°71'91 Bujur Utara. Karangrejo terletak di bagian timur
Kabupaten Jember dan jarak dengan Kota Jember 3 Km dengan alokasi waktu
berkisar 10 menit perjalanan. Jalan menuju Desa Karangrejo dapat ditempuh
menggunakan angkutan kota dengan kondisi jalan yang sudah cukup bagus.
Fasilitas umum yang terdapat di Desa Karangrejo yaitu tempat ibadah seperti
masjid dan gereja. Lembaga pendidikan di Desa Karangrejo tergolong lengkap
yaitu terdapat 23 Sekolah dasar (SD), 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 14
Sekolah Menengah Atas (SMA), dan di sekitar kawasan Desa Karangrejo juga
terdapat SECABA (Sekolah Calon Bintara) yaitu lembaga pendidikan militer bagi
siswa lulusan SMA.
Berdasarkan data BPS kabupaten Jember tahun (2013), curah hujan di
Desa Karangrejo rata-rata mencapai 330 mm3 per tahunnya. Iklim di Desa
Karangrejo adalah iklim tropis. Angka temperatur berkisar antara 23ºC – 31ºC.

29
30

Desa Karangrejo mempunyai luas wilayah 7,1454 Km2 dengan ketinggian 100
mdpl. Desa Karangrejo terdiri dari 5 Lingkungan, 12 Rukun Warga (RW) dan 32
Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan hasil registrasi tahun 2013 jumlah penduduk
Desa Karangrejo sebanyak 14.606 jiwa yang terdiri dari 7.406 perempuan dan
7.200 jiwa laki-laki.
Desa Karangrejo memiliki beberapa kelompok tani yaitu salah satunya
kelompok tani Sumber Rejeki. Kelompok tani Sumber Rejeki merupakan
kelompok tani yang aktif dan wilayahnya memilik potensi pertanian untuk
dibudidayakan salah satunya yaitu tanaman padi. Kelompok tani Sumber Rejeki
terdiri dari 20-30 orang yang aktif dalam kelompok tani, dengan ketua kelompok
tani Sumber Rejeki yaitu bapak Fadillah. Kelompok tani Sumber Rejeki pada
tahun 2007 sempat vakum dikarenakan ketau kelompok tani yang dahulu
meninggal sehingga tidak ada yang meneruskan kelompok tani Sumber Rejeki.
Tahun selanjutnya kelompok tani berjalan lagi karena anak dari almarhum ketua
kelompok tani mengambil alih dengan menjadi ketua kelompok tani Sumber
Rejeki, sehingga kelompok tani Sumber Rejeki sampai saaat ini masih tetap
berjalan dengan baik.
Ketua

Bendahara Sekertaris

Anggota

Gambar 4.1 struktur organisasi kelompok tani Sumber Rejeki


31

Struktur organisasi kelompok tani Sumber Rejeki terdiri dari ketua,


bendahara, sekertaris dan anggota. Ketua kelompok tani Sumber Rejeki dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh bendahara dan sekertaris dalam menjalankan
program yang ada dikelompok tani. Tugas bendahara yaitu untuk mengatur keluar
masuknya dana yang ada di kelompok tani Sumber Rejeki. Tugas sekertaris yaitu
untuk menyimpan semua data yang ada untuk diarsipkan dan juga untuk
mengurusi proposal untuk program maupun mengurusi surat-surat yang
diperlukan. Anggota kelompok tani berperan dalam mewujudkan suatu program
yang telah diberikan oleh Dinas Pertanian untuk dijalankan. Anggota kelompok
tani berperan sebagai subyek dari program yang dijalankan salah satunya yaitu
program SRI.

4.2 Potensi Pertanian Desa


Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember memiliki
potensi pertanian yang meliputi sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan (Agro Complek) jika dilihat dari kondisi
lingkungan geografis. Sektor pertanian merupakan sumber pendapatan bagi
mayoritas masyarakat Desa Karangrejo. Komoditas yang umumnya ditanam oleh
masyarakat di Desa Karangrejo adalah padi, tembakau, kedelai, dan jagung,
namun apabila memasuki musim kemarau mayoritas masyarakat desa lebih
menanam tembakau dan jagung selain itu juga terdapat beberapa petani yang
menaman tanaman kedelai karena bernilai ekonomis. Masyarakat Desa
Karangrejo mayoritas berprofesi sebagai petani, baik itu petani pemilik, petani
penyewa, petani penggarap maupun buruh tani. Profesi masyarakat yang lain
sebagai pedagang, guru, dan pegawai negeri sipil dan lain sebagainya. Pemerintah
Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember memperhatikan
potensi pertanian yang dimiliki guna mendorong kehidupan masyarakat dalam
upaya peningkatan kesejahteraan taraf hidup masyarakat, karena merupakan mata
pencaharian utama masyarakat di Desa Karangrejo. Bekal pelatihan atau mencari
pengalaman dan menimba ilmu di luar daerah yang ditopang dengan motivasi dan
inisiatif yang dinamis merupakan faktor penunjang yang dimiliki.
32

Kondisi tanah di Desa Karangrejo termasuk tanah yang subur sehingga


baik digunakan untuk lahan pertanian. Sebagian besar tanah di Desa Karangrejo
digunakan sebagai lahan pertanian, sehingga dapat meningkatkan produksi
pertanian yang ada dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Tanaman-
tanaman pertanian seperti padi, tembakau, kedelai, dan jagung dapat berkembang
dengan baik sehingga sebagian besar pendapatan masyarakat desa diperoleh dari
sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah yang subur di Desa
Karangrejo dapat membuka peluang sebagai salah satu kawasan sentra produksi
pertanian. Berjalannya waktu tanah pertanian yang sangat potensial untuk
digunakan dalam kegiatan usahatani berubah menjadi tanah pemukiman warga
dan perumahan, sehingga lahan untuk berusahatani berkurang.
Potensi pada wilayah Karangrejo khususnya pada kelompok tani Sumber
Rejeki yaitu memiliki potensi pertanian pada komoditas tanaman padi. Tanaman
padi pada Desa Karangrejo sangat baik dibudidayakan karena sistem perairan
yang sangat baik dan kondisi tanah yang subur, sehingga tanaman padi dapat
tumbuh dengan baik dan berproduksi dengan maksimal. Kondisi lingkungan yang
sesuai dengan pertumbuhan tanaman padi menghasilkan produksi yang tinggi
sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat dan dapat mensejahterakan
kehidupan petani. Potensi baik dalam membudidayakan tanaman padi ditunjukkan
dengan adanya suatu program SRI yang diterapkan pada kelompok tani Sumber
Rejeki. Program SRI yang ada di terapkan dapat berjalan dengan baik dan dapat
menghasilkan produksi yang sesuai dengan tujuan awal dari program SRI.
Lahan pertanian (sawah) yang masih dapat ditingkatkan produktifitasnya
karena saat ini belum dikerjakan secara optimal. Lahan pekarangan yang subur,
belum dikelola secara maksimal Wilayah Desa Karangrejo sangat baik untuk
mengembangkan peternakan seperti sapi, kambing, itik, bebek, dan ternak lain,
mengingat banyaknya pakan untuk jenis ternak tersebut, sedangkan bidang usaha
ini baru menjadi usaha sampingan. Hubungan yang baik dan kondusif antara
Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Masyarakat merupakan kondisi yang ideal
untuk terjadinya Pembangunan Desa. Kehidupan masyarakat di Desa Karangrejo
masih terdapat tradisi gotong royong dan kerja bakti masyarakat, inilah salah satu
33

bentuk partisipasi warga. Besarnya Penduduk usia produktif disertai etos kerja
masyarakat yang tinggi dan kemampuan bertani yang diwariskan secara turun-
temurun.

4.3 Aspek Sosial Budaya Desa


Mayoritas penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember menganut agama Islam. Sejauh ini menurut berbagai sumber, tidak pernah
terjadi konflik antarumat beragama. Hal tersebut disebabkan tidak adanya
kelompok agama lain dalam jumlah besar di wilayah ini. Interaksi masyarakat
terjadi di pusat-pusat kegiatan masyarakat, seperti waktu adanya penyuluhan
pertanian, tempat kerja (kantor desa, persawahan, dan perkebunan), sekolah, dan
masjid. Interaksi sosial masyarakat yang terjadi antara lain penyampaian instruksi-
instruksi dari penyuluh, kemudian disampaikan langsung kepada masyarakat.
Penyampaiannya, berupa penyuluhan yang biasa dilakukan pada sore – malam
hari dirumah warga secara bergantian.
Adat adalah kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung dilakukan secara
berulang-ulang dan menjadi norma dalam masyarakat atau pola-pola perilaku
tertentu dari warga masyarakat di suatu daerah. Adat istiadat terkandung
serangkaian nilai, pandangan hidup, cita-cita pengetahuan dan keyakinan serta
aturan-aturan yang saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan yang
bulat. Fungsinya sebagai pedoman tertinggi dalam bersikap dan berperilaku bagi
seluruh warga masyarakat. Adat di setiap daerah memiliki adat istiadat atau
kebiasaan yang berbeda-beda, sesuai dengan struktur sosial dalam masyarakat
tersebut.
Pola kehidupan masyarakat desa sangat intim antara individu dengan
individu yang lain. Seperti ketika sebuah keluarga tertimpa musibah, salah satu
keluarganya meninggal dunia. Maka tanpa adanya sosialisasi pun mereka dengan
sendirinya ikut merasakan kesedihan keluarga tersebut atau ikut simpati. Bukti
konkrit dari hal tersebut adalah adanya tahlilan pada hari ketiga setelah
meninggalnya salah satu keluarga, kemudian tahlilan hari ketujuh, dan tahlilan
hari ke empat puluh. Hal demikian merupakan wujud kepedulian masyarakat desa
34

yang begitu tinggi antar sesame masyarakat. Sampai sekarang fenomena tersebut
masih berlaku di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Pola kehidupan yang terjadi di Desa Karangrejo yaitu tidak hanya rasa simpati
yang ditunjukkan masyarakat desa, namun gotong royong sesama masyarakat
masih ada. Gotong royong dapat berupa tenaga maupun pikiran.
Norma sosial yang terdapat di Desa Karangrejo ditunjukkan dengan sikap
dan perilaku dari masyarakat setiap harinya seperti menghormati orang yang lebih
tua, saling bertegur sapa antar masayarakat Desa Karangrejo, memakai pakaian
yang sopan dan pantas jika memakai pakaian yang kurang sopan maka orang
tersebut akan dikucilkan dan mendapat penilaian negatif oleh masyarakat yang
lain. Norma sosial lainnya seperti cara berbicara kepada orang yang lebih tua
harus menggunakan bahasa yang baik dan sopan, jadi terdapat perbedaan ketika
berbicara antar teman, orang tua, dan yang lebih muda.
Stratifikasi sosial yang ada pada Desa Karangrejo tidak sekompleks seperti
desa pada lainya, hal ini dikarenakan wilayah Desa Karangrejo identik dengan
masyarakat perkotaan yang kehidupannya bermukim di daerah perumahan.
Stratifikasi sosial pada bidang ekonomi ditentukan oleh kepemilikan luas lahan
dan mata pencaharian. Mata pencaharian pada Desa Karangrejo bermacam-
macam seperti PNS, buruh tani, dan lain-lain. Tingkat pendidikan masyarakat
Desa Karangrejo bervariasi mulai dari lulusan SD, SMP, SMA dan S1. Stratifikasi
sosial pada Desa Karangrejo tidak begitu dominan antara tingkat bawah maupun
tingkat atas. Orang yang berpendidikan tinggi akan lebih disegani dan dianggap
lebih tau dalam masayarakat tersebut dibandingkan dengan orang yang
berpendidikan rendah. Orang yang berpendidikan rendah biasanya hanya
mengikuti intruksi yang baik dari orang yang lebih tinggi pendidikannya. Profesi
orang sebagai guru, dosen, dokter mereka dianggap ekonomi tinggkat menengah
keatas, sedangkan seseorang yang berprofesi sebagai pedagang dianggap
perekonomian mereka menengah ke bawah.
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Model-model Komunikasi dalam Penyuluhan Program SRI di Desa


Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Penyuluhan untuk kelompok tani Sumber Rejeki yang dilakukan tanggal
21 Oktober 2016 di rumah ketua kelompok tani yang berada di Desa Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Tempat penyuluhan selalu dilakukan
di rumah ketua kelompok tani. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan memerlukan
persiapan dengan tujuan agar informasi yang diberikan bisa diterima dan
dipahami oleh sasaran. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh ZK (54)1:
“...tidak perencanaan itu keberlanjutan terus permasalahan
dengan materi yang disampaikan itu sesuai dengan permasalahan
yang ada di petani,jadi contoh ya sekarang kan lagi musim hujan
apa persoalanya? seperti varietas yang tahan terhadap hujan
ya...”

Penerapan pelaksanaan penyuluhan bisa dilakukan dengan cara


menentukan terlebih dahulu metode penyuluhan yang sesuai. Metode penyuluhan
yang dilakukan di Desa Karangrejo adalah metode ceramah dan diskusi
kelompok. Metode ceramah menggunakan model komunikasi interaksional yang
dilakukan penyuluh dalam menyampakan informasi kepada petani secara verbal
tanpa menggunakan media microphone dan alat bantu pengeras suara yaitu
speaker. Respon anggota kelompok tani Sumber Rejeki pada metode ceramah
berupa umpan non verbal yang bersifat pasif yaitu dengan berbagai bentuk
ekspresi wajah anggota kelompok tani sebagai komunikan. Metode Komunikasi
yang kedua yaitu metode transaksional dimana penyuluh dan semua anggota
kelompok tani memiliki kedudukan yang sama karena dalam diskusi kelompok
tersebut komunikasi dilakukan secara spontan dan tidak ada jarak pembagian
peran antara komunikan dan komunikator. Metode diskusi kelompok yang
menggunakan model komunikasi transaksional menggunakan umpan secara
verbal dan non verbal. Jenis komunikasi verbal ditunjukkan melalui kata-kata

1
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan

35
36

yang disampaikan peserta diskusi kelompok, sedangkan komunikasi non verbal


ditunjukkan dengan gerak tubuh dan ekspresi masing-masing peserta diskusi
kelompok yang sesuai dengan bahan pembicaraan yang dilakukan. Hal tersebut
seperti yang disampaikan oleh FDL (35)2 :
“...diskusi,ada anggota yang lebih pintar seperti Pak Nugroho
sehingga kita ketika saya menyampaikan tetntang katakanlah
wereng tentang pengendalianya tapi pak nugroho bilang ada yang
lebih bagus pak...”

Pertemuan dilakukan antara penyuluh dengan pemimpin kelompok tani


dan anggotanya yang tergabung dalam kelompok tani Sumber Rejeki. Pertemuan
dengan penyuluh dilakukan jika para anggota kelompok Sumber Rejeki pada
usahataninya memerlukan bantuan maupun ada masalah. Penyuluhan selain
dilakukan melalui pertamuan juga dilakukan dengan peninjauan lapang langsung
oleh penyuluh ke lahan petani. Petani yang biasanya hadir dalam pertemuan
tersebut 15-20 orang. Anggota kelompok tani Sumber Rejeki. Petani disana hanya
akan datang ke pertemuan penyuluhan apabila ada bantuan maupun program dari
pihak pemerintah yaitu Dinas Pertanian melalui penyuluh. Mengatasi hal tersebut
kelompok tani yang aktif biasanya mengajak para petani yang jarang datang pada
pertemuan dan penyuluhan pertanian dengan menjelaskan pertemuan yang
dilakukan memberikan banyak dampak positif bagi para petani.
Pertemuan tersebut digunakan oleh penyuluh untuk memberikan informasi
terkait dengan masalah-masalah umum yang terjadi di Desa Karangrejo, misalnya
masalah hama yang menyerang pada tanaman padi. Pertemuan antara penyuluh
dan petani tidak jarang juga membahas tentang adanya inovasi baru, tetapi juga
sering membahas tentang permasalahan yang dihadapi para petani. Petani dapat
meminta saran kepada pihak penyuluh tentang cara mengatasi masalah yang ada.
Penyuluh akan membantu para petani untuk mengatasi masalah tersebut. Interaksi
secara langsung dapat mempermudah penyuluh dan petani dalam hal komunikasi.
Pertemuan penyuluh dengan kelompok tani juga dilakukan di lahan untuk melihat
kondisi permasalahan yang ada di lapangan secara langsung. Pertemuan langsung

2
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
37

di lahan petani didampingi oleh beberapa pihak sekaligus evaluasi langsung dari
pihak tersebut. Pihak-pihak yang ikut serta mendampingi penyuluh dan petani ini
meliputi Dinas Pertanian, Monev, dan BABINSA (Badan Binaan Masyarkat). Hal
tersebut seperti yang disampaikan oleh ZK (54)3:
“...kalau Pada saat saya kelapang iya masyarakat semuanya,
itukan ada 3 tahap, pertama dana 40% jadi jumlah petaninya 40%
dari dana itu, tahap kedua dana turun 30% , jadi pada tahap kedua
ini harus ada monitoring evaluasi dari dinas dilihat benar apa
tidak melakukan SRI bener gak ditanam bener gak jajar legowo, ini
sebagai bukti difoto sama pendamping sama babinsa sama orang
yang memonev itu, nah kemudian dilaporkan cair yang ke 2, sama
yang dilakukan yang ketiga itu di monev lagi bener apa gak nanti
cair lagi...”

Penyuluh pertanian menyampaikan materi terkait materi yang ingin


disampaikan. Materi yang biasa disampaikan menyesuaikan dengan masalah yang
ada. Sebelum penyuluhan dilaksanakan biasanya petani memberikan keluhan-
keluhan yang ada di lahan agar penyuluh menyesuaikan dalam penyampaian
materi dalam penyuluhan. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh ZK (54)4:
“...sebetulnya aslinya seperti itu ,seorang penyuluh itu harus
mempersiapkan dulu sebelum materi yang disampaikan dulu pada
anggota kelompok tani Cuma kadang-kadang saya membaca
apakah materi sesuai dengan yang ada di lapangan,jadi kalau
materi sekarang ini tentang wereng, saya baca hamanya gimana
,pengendalianya dan lain-lain sebagainya, jadi harus
mempersiapkan diri emang dan berhubungan dengan itu karena
banyak pertanyaan dari anggota kelompok tani dan itu sekali lagi
sharing...”

3
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
4
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
38

Kendala yang dihadapi dalam proses penyuluhan ini yaitu kendala bahasa
anggota kelompok tani yaitu bahasa madura yang kurang dipahami penyuluh
pertanian, sedangkan penyuluh sendiri menggunakan bahasa Indonesia dalam
menyampaikan informasi. Kendala bahasa tersebut masih ada anggota kelompok
tani yang kurang paham apa yang disampaikan oleh penyuluh. Solusi yang
dilakukan terhadap kendala tersebut yaitu anggota kelompok tani yang kurang
paham dengan bahasa yang disampaikan penyuluh yaitu dengan bertanya ke
anggota kelompok tani lain untuk menjelaskan dengan bahasa yang digunakan
oleh anggota kelompok tani. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh IMM
(39)5:
“...intinya di penyuluhan itu bahasa Indonesia kalo penyuluh
itu. Iya ngasik tau...”

Kendala lain pada pelaksanaan program petani tidak mau melaksanakan


program SRI secara keseluruhan. Terdapat beberapa komponen dalam sistem
tanam secara SRI yang tidak dilakukan oleh petani. Komponen tersebut meliputi
sistem pindah tanam dengan umur tanaman muda yaitu 10 hari. Tanaman muda
tersebut menurut petani mudah diserang hama keong karena batangnya yang
masih lunak tersebut mudah dimakan oleh hama keong. Hal tersebut seperti
disampaikan oleh IMM (39)6:
“...iya...(terdengar suara benturan benda) kadang dari
kelompok tani itu ndak sesuai apa yang ada dilapangan, itu apa
yang saya katakan barusan, iye (iya) (menjawab pertanyaan dari
orang diluar) (terdengar suara orang diluar menjawab) keseeon ye
(terima kasih ya), apa memang bergabung dengan...dengan
kelompok tani itu bergabung, cumak yang ndak bisa di anu itu,
yang yang ndak bisa diterapkan sekarang ya itu jangka tanam itu,
kalok pertanian itu kalau jangka tanamnya biasanya umur, 17,18
sampek 20, dioretan itu, Biasanya kan seperti itu cumak petani

5
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
6
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
39

ndak, ndak kesemuanya seperti itu, cara tanamnya itu, tapi kalau
eee apa namanya programnya dan pendapatannya ketimbang
biasanya masih lebih baik gitu...”.

5.2 Hubungan antara Model Komunikasi dalam Penerapan Program SRI di


Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Pelaksanaan penyuluhan bagi seorang penyuluh memerlukan persiapan
sebelum materi disampaikan kepada para petani. Persiapan ini meliputi bahan
materi yang harus disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi dilapang,
penyuluh harus dapat menguasai isi materi karena hal ini akan menentukan
kelancaran dalam proses penyampaian penyuluhan. Seorang penyuluh juga
menentukan terlebih dahulu metode yang seperti apa untuk penerapan
pelaksanaan penyuluhan. Pemilihan metode yang tepat akan memudahkan dalam
memahami suatu permasalahan yang sedang terjadi, seperti di Desa Karangrejo
metode penyuluhannya menggunakan metode diskusi kelompok dan ceramah.
Metode diskusi kelompok dengan cara penyuluh mengumpulkan orang-
orang yang terlibat untuk menjelaskan permasalahan yang sedang di hadapi
kemudian untuk selanjutnya dari penyuluh memberikan pemaparan materi terkait
solusi yang sesuai dengan permasalahan tersebut. Metode diskusi yang ada di
Desa Karangrejo bersifat transaksional, dimana ada umpan balik dari petani
sebagai peserta penyuluh kepada petugas penyuluhan. Penyuluh dan semua
anggota kelompok tani Sumber Rejeki memiliki kedudukan yang sama karena
dalam diskusi kelompok tersebut komunikasi dilakukan secara spontan dan tidak
ada jarak pembagian peran antara komunikan dan komunikator.
Umpan balik dari metode diskusi seperti pertanyaan yang diajukan oleh
petani yang belum mengerti isi materi, kemudian penyuluh mengulang lagi
dengan pelan-pelan dari isi materi agar mudah dipahami oleh para petani. Kendala
yang ada di dalam metode diskusi kelompok yang ada di Desa Karangrejo yaitu
masih terdapat beberapa petani yang enggan untuk bertanya kepada penyuluh saat
proses penyuluhan berlangsung dan kendala yang lain adalah bahasa yang
40

digunakan dalam penyampaian penyuluhan. Hal tersebut seperti yang


disampaikan oleh FDL (35)7:
“..Sebenernya ada yang nggak paham mas, cuma enggan
untuk bertanya. Soalnya petani disini e, orang disini kebanyakan
nggak punya ijasah. Sebenarnya petaninya mas, dari petaninya
sendiri 1 malu biasanya kalau sudah di sawah itu kalau sudah
kumpul-kumpul itu biasanya bertanya. Kebanyakan itu e, disini tu
nggak bisa 1 bahasa, Sedangkan Pak Zaki pakek bahasa , Pak
Zakinya nggak bisa pakek bahasa Madura..”

Fenomena yang demikian tentunya menjadi suatu hambatan dalam


pelaksanaan penyuluhan, mulai dari petani yang enggan bertanya kepada
penyuluh terhadap isi materi yang belum dimengerti serta kendala lain yaitu
berbeda bahasa hal ini akan menimbulkan banyak petani yang semakin kurang
memahami isi dari materi penyuluhan. Kendala tersebut oleh petani di Desa
Karangrejo diatasi dengan cara bertanya kepada petani lain yang mengerti Bahasa
Indonesia, sehingga akan lebih cepat memahami apabila bertanya kepada sesama
petani. Kendala yang dialami oleh penyuluh yaitu ketika ada petani yang bertanya
dengan menggunakan bahasa Madura sedangkan penyuluh tersebut tidak bisa dan
tidak mengerti bahasa Madura. Cara mengatasi kendala tersebut adalah dibantu
oleh salah satu pengurus kelompok tani seperti ketua kelompok tani yang bisa
berbahasa Madura. Penyampaian pertanyaan yang diajukan oleh petani dengan
menggunakan bahasa Madura terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh ketua kelompok tani sebelum disampaikan kepada pihak penyuluh.
Cara tersebut sangat efektif sehingga akan memudahkan pemahaman para petani
terkait isi materi tentang penerapan program SRI.
Komunikasi transaksional berlangsung ketika komunikator menyampaikan
sebuah pesan kepada komunikan yang menjadi sasaran maka dari komunikan
memberikan reaksi berupa pertanyaan sehingga komunikasi tersebut dapat
berjalan dengan baik. Komunikasi transaksional ditekankan pada komunikasi dua
arah yang terjadi pada kelompok tani Sumber Rejeki saat mengikuti kegiatan

7
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
41

penyuluhan yaitu ditandai dengan banyaknya pertanyaan dari anggota kelompok


tani. Pertanyaan yang diajukan oleh petani kepada penyuluh mengenai
pengendalian hama kemudian dari pertanyaan tersebut menimbulkan diskusi antar
penyuluh dengan petani. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh ZK (54)8 :
“…saya baca hamanya gimana ,pengendalianya dan lain-
lain sebagainya, jadi harus mempersiapkan diri emang dan
berhubungan dengan itu karena banyak pertanyaan dari anggota
kelompok tani dan itu sekali lagi sharing..”

Proses diskusi berlangsung ada juga respon anggota kelompok tani


Sumber Rejeki berupa umpan non verbal yang bersifat pasif yaitu dengan
berbagai bentuk ekspresi wajah anggota kelompok tani Sumber Rejeki sebagai
komunikan sebagai contoh ekspresi wajah yang malu saat bertanya sehingga
hanya diam saja. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh FDL (35)9 :
“..Ada yang aktif ada yang cuma meneng aja diem hihihi iya
jadi dengerin aja sebenarnya yang saya tau itu banyak yang
ditanyakan Cuma dia enggan malu gitu..”

Metode ceramah merupakan salah satu metode penyuluhan yang


dilakukan melalui tutur kata atau penjelasan lisan oleh penyuluh langsung kepada
petani atau sasaran. Metode ini digunakan untuk menyampaikan pesan, informasi,
penjelasan dan atau uraian tentang suatu teknologi pokok bahasan atau masalah
secara lisan. Metode ceramah yang dilakukan penyuluh untuk menyampaikan
informasi kepada petani dilakukan secara verbal tanpa menggunakan media
microphone dan alat bantu pengeras suara yaitu speaker. Penggunaan media tanpa
microphone yang dilakukan penyuluh dikarenakan jumlah anggota kelompok tani
yang ikut penyuluhan tidak terlalu banyak sehingga lebih efektif dilakukan secara
langsung. Metode ceramah yang dilakukan oleh penyuluh kepada para petani
yang menjadi anggota dalam kelompok tani Sumber Rejeki melakukan
perencanaan terlebih dahulu dengan mempersiapkan bahan materi yang

8
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
9
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
42

disesuaikan pada kondisi di lapang. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh
ZK (54)10 :
“…sebetulnya aslinya seperti itu ,seorang penyuluh itu harus
mempersiapkan dulu sebelum materi yang disampaikan dulu pada
anggota kelompok tani. Cuma kadang-kadang saya membaca
apakah materi sesuai dengan yang ada di lapangan, jadi kalau
materi sekarang ini tentang wereng..”

Komunikasi interaksional berlangsung dari satu pihak saja, yaitu hanya


dari pihak komunikator dengan memberi umpan balik berupa non verbal seperti
ekspresi wajah, kerutan wajah. Komunikasi interaksional dapat berupa
komunikasi satu arah pada metode ceramah saat kegiatan penyuluhan di
kelompok tani Sumber Rejeki yaitu ketika penyuluh menyampaikan materi tidak
boleh ada yang tiba-tiba bertanya sampai penyampaian materi tersebut selesai
baru kemudian dibuka sesi pertanyaan dibagian akhir kepada petani. Metode
ceramah yang dilakukan oleh penyuluh terkendala pada bahasa, sehingga hanya
beberapa petani saja yang mengerti maksud dari penyuluh yang menggunakan
bahasa Indonesia. Solusi yang dapat dilakukan oleh penyuluh yaitu di dampingi
oleh salah satu pengurus dari kelompok tani Sumber Rejeki yang bisa berbahasa
Madura. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh ZK (54)11 :
“…kalau secara bahasa Desa Karangrejo itu madura, paling
kan saya menggunakan bahasa Indonesia. nah biasanya ada dua
yang bisa menterjemahkan seandainya ada orang yang kurang
paham tentang bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa
madura dia bertanya itu ada yang menterjemahkan . biasanya itu
adalah pak ahyar yang menterjemahkan, maksunya gini Pak Zaki .
mas Fadil sendiri juga menterjemahkan..”

Kelebihan dari metode ceramah dalam penyuluhan yaitu penyuluh mudah


menguasai sasaran penyuluhan dan dapat diikuti oleh jumah yang banyak. Bagi
seorang penyuluh relatif mudah menyiapkan dan melaksanakannya sehingga
10
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
11
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
43

sangat efektif untuk mengenalkan materi atau teknologi baru, dan teknik ceramah
yang baik sangat mendukung tercapainya penyerapan dan pemahaman yang
optimal terhadap materi penyuluhan. Beberapa kelebihan dari metode ceramah
yang disampaikan juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari metode ceramah
yaitu penyuluh sulit untuk mengetahui tingkat pengertian dan pemahaman setiap
petani terhadap materi yang disampaikan. Pernyataan lisan kadang-kadang sukar
ditangkap, sehingga sering menimbulkan salah pengertian dan beda penafsiran.
Petani sebagai peserta penyuluhan relatif pasif yang ditandai dengan sikap yang
diam dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda.
Penerapan program SRI pada kelompok tani Sumber Rejeki sudah
dilakukan dengan baik. Anggota kelompok tani dalam melakukan penerapan
program SRI didampingi dengan adanya kegiatan penyuluhan. Pelaksanaan
program SRI ini hasil dari program yang dicanangkan Dinas Pertanian dengan
memberikan bantuan lahan penanaman seluas 20 ha yng dibagikan rata kepada
anggota kelompok tani. Penerapan budidaya padi SRI yang dilakukan oleh petani
berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai teknik penanaman padi SRI yang
disampaikan pada saat penyuluhan. Penyuluhan program padi SRI tidak hanya
dilakukan melalui pertemuan kelompok, melainkan juga diadakan peninjauan
langsung di lapangan. Peninjauan langsung di lapangan tersebut petani
didampingi oleh penyuluh, BABINSA, Monev, Dinas Pertanian bagian HPT.
Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam peninjauan langsung bertujuan untuk
melihat kondisi yang ada di lapangan meliputi permasalahan yang dialami oleh
petani seperti gangguan hama dan penyakit. Pihak-pihak tersebut sekaligus
melakukan evaluasi mengenai perkembangan dari program SRI. Permasalahan
yang dialami petani pada lahan langsung diberikan solusi dari penyuluh.
Model komunikasi interaksional dan transaksional pada pelaksanaan
penyuluhan program SRI sudah dilakukan secara efektif, sehingga penerapan
program SRI pada lahan dapat terlaksana dengan baik. Metode komunikasi dalam
penyuluhan yang meliputi metode diskusi dan ceramah dapat diterima oleh petani
dengan baik. Penyampaian informasi dalam penyuluhan membantu para petani
untuk menerapkan program SRI dengan baik. Penerapan padi SRI dilakukan
44

petani berdasarkan pemberian program dari Dinas Pertanian yang merupakan


tugas atau instruksi langsung dari pemerintah. Permasalahan hama dan penyakit
yang terjadi dilapangan cepat ditangani karena adanya penyuluhan, sehingga
penyebaran hama dan penyakit yang menyerang lahan penanaman padi SRI tidak
menyebar luas. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh IMM (39)12 :
“..Ya lebih baiknya itu ke lapangan emang ya kan tau apa
penyakitnya apa keluhannya kan seperti itu. Ya efektif saja kan
kalau sudah mengerti dek apa yang dikatakan sama PPLnya bisa
di, apa bisa di terapkan sendiri di lapangan gitu. Ya melihat
penyakit itu cumak, yaapa caranya penanggulannya, apa obatnya,
ini dari PPL itu...”.

5.3 Peran Penyuluh Dalam Penerapan Program SRI Di Desa Karangrejo


Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Kegiatan penyuluhan dilakukan di kelompok tani Sumber Rejeki tepatnya
di rumah ketua kelompok tani yang berada di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember. Tempat penyuluhan selalu dilakukan di rumah
ketua kelompok tani dengan dihadiri oleh ketua kelompok tani, PPL dan juga
anggota kelompok tani. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan memerlukan persiapan
dengan tujuan agar informasi yang diberikan bisa diterima dan dipahami oleh
anggota kelompok tani. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di
Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan para anggota kelompok tani Sumber Rejeki, sebab tanggal
penyuluhan yang ditetapkan tidak sesuai jika melihat pekerjaan petani yang tidak
menentu ketika di lapang dan juga dilakukan penyuluhan ketika ada permasalahan
yang dialami oleh petani dilapang. Jadwal pelaksanaan dilakukan yang pasti satu
bulan sekali pada hari setiap tanggal 26 dan juga dilakukan penyuluhan setiap ada
permasalahan yang dihadapi oleh petani. Media untuk membantu proses
pelaksanaan kegiatan penyuluhan berupa selebaran kertas yang berisikan tentang
gambaran materi penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh sehingga
petani mengetahui secara langsung, misal seperti gambar hama. Pelaksanaan

12
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
45

kegiatan penyuluhan pertanian yang ada di Desa Karangrejo Kecamatan


Sumbersari Kabupaten Jember tidak diikuti oleh semua anggota kelompok tani,
hanya kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif datang pada pelaksanaan kegiatan
penyuluhan pertanian.
Kegiatan penyuluhan dalam penyampaiannya dengan menggunakan
metode ceramah dan diskusi kelompok. Metode ceramah menggunakan model
komunikasi secara interaksional dan metode diskusi menggunakan model
komunikasi transaksional. Metode ceramah menggunakan model komunikasi
interaksional yang dilakukan oleh penyuluh dalam menyampakan informasi
kepada petani secara verbal tanpa menggunakan media microphone dan alat bantu
pengeras suara yaitu speaker. Respon anggota kelompok tani Sumber Rejeki pada
metode ceramah berupa umpan non verbal yang bersifat pasif yaitu dengan
berbagai bentuk ekspresi wajah anggota kelompok tani sebagai komunikan.
Metode ceramah menggunakan model komunikasi transaksional dimana penyuluh
dan semua anggota kelompok tani memiliki kedudukan yang sama karena dalam
diskusi kelompok tersebut komunikasi dilakukan secara spontan dan tidak ada
jarak pembagian peran antara komunikan dan komunikator. Model komunikasi
transaksional menggunakan umpan secara verbal dan non verbal. Jenis
komunikasi verbal ditunjukkan melalui kata-kata yang disampaikan peserta
diskusi kelompok, sedangkan komunikasi non verbal ditunjukkan dengan gerak
tubuh dan ekspresi masing-masing peserta diskusi kelompok yang sesuai dengan
bahan pembicaraan yang dilakukan.
Model komunikasi interaksional dan transaksional pada pelaksanaan
penyuluhan program SRI sudah dilakukan secara efektif, sehingga penerapan
program SRI pada lahan dapat terlaksana dengan baik. Metode komunikasi dalam
penyuluhan yang meliputi metode diskusi dan ceramah dapat diterima oleh petani
dengan baik. Penyampaian informasi dalam penyuluhan membantu para petani
untuk menerapkan program SRI dengan baik. Penerapan padi SRI dilakukan
petani berdasarkan pemberian program dari Dinas Pertanian yang merupakan
tugas atau instruksi langsung dari pemerintah. Permasalahan hama dan penyakit
yang terjadi dilapangan cepat ditangani karena adanya penyuluhan, sehingga
46

penyebaran hama dan penyakit yang menyerang lahan penanaman padi SRI tidak
menyebar luas.
Penyuluhan yang dilakukan di lakukan di Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember memiliki peranan penting. Penyuluhan pertanian
yang dilakukan di Desa Karangrejo ini berperan penting dalam pembangunan
pertanian. Penyelenggaraan penyuluhan akan berjalan dengan baik jika adanya
persamaan persepsi antara penyuluh dengan petani. Penyuluhan yang
diselenggarakan pemerintah ini harus memiliki tujuan yang jelas serta sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh petani, sehingga dalam hal penyuluh
harus memiliki persamaan tujuan dengan petani dalam memecahkan suatu
masalah untuk dapat menciptakan suatu pembangunan pertanian secara nasional.
Masalah yang dihadapi oleh petani di Desa Karangrejo khususnya pada kelompok
tani Sumber Rejeki yaitu masalah hama yang menyerang pada penerapan program
SRI. Masalah yang dihadapai oleh petani di Desa Karangrejo di selesaikan dengan
cara memberi tau kepada ketua kelompok tani, agar ditindak lanjuti dengan cara
mengadakan penyuluhan untuk membahas masalah di lapang. Masalah dilapang
yang dihadapi petani yaitu hama dan penggerek yamg menyerang, dengan itu
dilakukan penyuluhan. Terlihat jelas bahwa peran penyuluh sangat penting dalam
penerapan program SRI. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh KHL (30)13 :
“...kan buat anu itu , buat penanggu hama-hama itu,
mencegah hama. kan hama disini ya penggerek batang, ya wereng
itu”.

Hal serupa juga disampaikan oleh ZK (54)14 :

“..nah kalau pada saat itu saya kesana dan ada serangan
maka saya langsung kontak ke PHPnya pak purnomo. Pak pur ada
serangan hama wereng tolong kesini. Kalau pak pur gak bisa
besoknya kesana. Nah setelah pak purnya kesana maka pak pur
bisa menentukan ancaman dari serangan itu berapa hektar.
Ancaman itu tidak selalu serangan tapi ancaman itu bisa
menimbulkan menyebar itu maksudnya”

13
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
14
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
47

Mayoritas petani di Desa Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten


Jember umumnya membudidayakan komoditas tanaman pangan yaitu padi.
Kegiatan usaha budidaya padi yang dilakukan oleh petani di Desa Karangrejo
terutama pada kelompok tani Sumber Rejeki juga tidak lepas dari dampingan para
penyuluh yang diselenggarakan oleh pemerintah. Salah satu program pemerintah
dalam meningkatkan hasil produksi padi yaitu program SRI. Program SRI di Desa
Karangrejo tepatnya di kelompok tani Sumber Rejeki sudah diterapkan oleh
petani dengan didampingi oleh penyuluh, monev dan juga ketua kelompok tani.
Penyuluh di Desa Karangrejo memiliki beberapa peranan yang dapat membantu
kelompok petani Sumber Rejeki dalam mengusahakan budidaya padi. Peranan
tersebut diantranya yaitu penyuluh sebagai pendamping, penyuluh sebagai
pemberi arahan dan penyuluh sebagai pemberi solusi dalam pelaksanaan usaha
budidaya tanaman padi. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh FDL (35)15 :
“..Iya. Kadang dari UPT itu tapi jarang kalau sudah pasca
panen ubinan itu udah datang. biasanya itu kalo sudah pasca
panen baru turun untuk ya mana e, kepala UPTD itu turun. Iya,
jadi untuk e, mencairkan termin kedua itu e, termin, termin
pertama harus dilaksanakan ya ada babinsa ada monev”

Hal serupa juga disampaikan oleh KHL (30)16 :

“...selain ketua kelompok tani dan penyuluh yang turun ke


lapang. Ada monev, kayak ubinan gitu. Sebenarnya bedeh yeh”

Penyuluh sebagai pemberi arahan dalam penerapan program SRI di Desa


Karangrejo dapat diartikan sebagai penyuluh sebagai pemberi nasehat dalam
kegiatan usahatani padi dengan menerapkan program SRI yang dilakukan oleh
petani. Penyuluh sebagai pemberi arahan artinya sebelum pelaksanaan kegiatan
usahatani padi yang dilakukan oleh petani di Desa Karangrejo, penyuluh di Desa
Karangrejo selalu memberikan arahan terlebih dahulu sebelum melaksanakan
kegiatan usahatani. Artinya sebelum melakukan penanan maka dilakukan

15
Ketua kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Karangrejo, wawancara dilakukan pada tanggal 01
November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
16
Anggota kelompok tani Sumber Rejeki yang aktif dalam kegiatan program SRI, wawancara
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
48

pertemuan antara penyuluh dengan petani di Desa Karangrejo. Pertemuan tersebut


membahas tentang materi yang berkaitan dengan kegiatan apa yang akan
dilakukan oleh petani serta memberikan arahan kepada petani terkait dengan
bagaimana cara penanaman tanaman padi yang harus diterapkan. Pemberian
arahan tersebut bertujuan agar petani dapat memahami terkait dengan pelaksanaan
kegiatan dalam usahatani padi sehingga dapat menghasilkan produksi padi yang
optimal. Selain itu, penyuluh memiliki peranan yang aktif sebagai pensehat karena
penyuluh ikut terlibat dalam penyusunan RDK/RDKK sehingga tersusun
usahatani padi yang baik. Semakin rendah pendidikan petani maka peranan
penyuluh sebagai penasehat akan sangat baik. Hal tersebut seperti yang
disampaikan oleh ZK (54)17 :
“...ya kesepakatan dari anggota kelompok sesuai dengan
berjalannya progam itu. Kalau benih datang umpama gitu, nah
pembagian kan pertemuan, mau ditanam terus pelaksanaan
tekniknya bagiamana kita pertemuan lagi seperti itu”

Peran penyuluh sebagai pemberi informasi dan pendamping pada


pelaksanaan kegiatan program SRI di Desa Karangrejo artinya penyuluh memiliki
kewajiban dan peranan yang penting dalam mendampingi apa yang dilakukan
oleh kelompok tani Sumber Rejeki. Penyuluh, ketua kelompok tani dan monev
disini harus melakukan pendampingan secara langsung kepada petani dalam
menerapkan program SRI. Pendampingan secara langsung tersebut dapat diartikan
bahwa penyuluh ikut terjun ke lapang atau sawah untuk membantu para
petanidalam pelaksanaan kegiatan program SRI. Hal itu dikarenakan merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh penyuluh, ketua kelompok tani dan monev
apabila peranan sebagai pendamping yang dilakukan oleh penyuluh ini tidak
dilaksanakan maka petani dapat melaporkan kepada pihak dinas agar pihak dinas
dapat melakukan evaluasi terhadap kinerja yang dilakukan oleh penyuluh. Hal
tersebut seperti yang disampaikan oleh ZK (54)18 :

17
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan
18
Penyuluh pertanian di Desa Karangrejo di kelompok tani Sumber Rejeki, wawancara dilakukan
pada tanggal 03 November 2016 pukul 19.30 WIB dirumah informan dilakukan pada tanggal 02
November 2016 pukul 16.00 WIB dirumah informan
49

“...jadi monev. Monitoring evaluasi itu kalau dari penyuluh


kan setiap saaat sesuia dengan jadwalnya itu , satu minggu satu
kali paling. Kalau dari pihak dinas pertanian kabupaten itu
biasanya setiap mau mencairkan tahapan , itu harus di monev dulu
seperti itu . jadi katanklah ketika usia tanaman yang kita tanam itu
3 minggu maka kita di monev, apa ditanam atau gak terus jajar
legowo apa gak, terus hamanya apa dan sebagainya, itu monevnya.
Itu ada pelangsungan monev jadi setiap mau melakukan kegiatan
kita monev. Terus kalau program secara keseluruhan itu ada
program akhir, monitoring evaluasi”

Peran penyuluh sebagai pemberi solusi dalam pelaksanakan kegiatan


usahatani padi di Desa Karangrejo adalah saat petani dalam membudidayakan
usahatani padi mengalami suatu permasalahan ataupun kendala dalam
pelaksanaan usatani padi maka penyuluh dapat memberikan suatu solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Permasalahan atau kendala yang sering
dihadapi oleh petani adanya serangan hama. Maka yang akan dilakukan oleh
petani adalah meminta kepada pihak penyuluh untuk mengadakan suatu
pertemuan dan membahas terkait dengan bagaimana solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Model komunikasi dalam penyuluhan yang dilakukan di Desa Karangrejo
adalah model interaksional berupa metode ceramah dan model transaksional
berupa metode diskusi kelompok.
2. Hubungan antara model komunikasi dalam penerapan program SRI di Desa
Karangrejo yaitu model komunikasi interaksional dan transaksional pada
pelaksanaan penyuluhan program SRI sudah dilakukan secara efektif, sehingga
penerapan program SRI pada lahan dapat terlaksana dengan baik.
3. Peran penyuluh dalam penerapan program SRI di Desa Karangrejo terlihat dari
penyuluh memberikan informasi dan mendampingi petani dalam penerapan
program SRI dan kendala petani di lapangan yang kemudian ditindak lanjuti
oleh Dinas bagian HPT, sehingga peran tersebut sangat penting bagi petani
dalam penerapan program SRI.

6.2 Saran
1. Bagi petani dan penyuluh seharusnya melakukan koordinasi dalam menentukan
metode penyuluhan yang sesuai agar informasi yang disampaikan dapat
diterima dan diterapkan dengan baik.
2. Bagi petani dan penyuluh sebaiknya saling percaya dengan informasi yang ada,
agar penerapan program SRI dapat diterapkan dengan baik.
3. Bagi penyuluh sebaiknya lebih memperbaiki koordinasi dengan pihak-pihak
yang membantu petani dalam menerapkan program SRI agar tujuan dari
program SRI dapat tercapai.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ahdiah, Indah. 2013. Peran - Peran Perempuan Dalam Masyarakat. Academica


Fisip Untad, 6(2):1085-1092.
Alpharesy, M. A., Z. Anna, dan A. Yustiati. 2012. Analisis Pendapatan dan Pola
Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Buruh di Wilayah Pesisir Kampak
Kabupaten Bangka Barat. Perikanan dan Kalautan, 3(1): 11-16.

Astuti, Indri W. 2015. Peran Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) dalam


Peningkatan Produktivitas Pertanian di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu
Ampar Kabupaten Kutai Timur. Ilmu Pemerintahan, 3 (1) : 433-442.

Astuti, Indri Widhi. 2015. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam
Peningkatan Produktivitas Pertanian di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu
Ampar Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu Pemerintahan. 3(1): 433-
442.

Charina, Anna. 2015. Kajian Kinerja Penyuluhan Pertanian di Kecamatan


Sindangkasih Kabupaten Ciamis Jawa Barat. SocialEconomic of
Agriculture. 4(1):46-55.

Departemen Kehutanan kerjasama dengan UNS, 1996. Penyuluhan Pembangunan


Kehutanan. Penerbit UNS Pers.
Ferdian, F., I. Maulina, dan Rosidah. 2012. Analisis Permintaan Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) Konsumsi di Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu. Perikanan dan Kelautan. 3(4): 93-98.

Ginting, M. 2002. Strategi Komunikasi Bagi Para Penyuluh dalam Pembangunan


Masyarakat Desa. Medan: FP USU
Irmalita Ika Yunika. 2015. Peran The United Nations Children’s Emergency Fund
(Unicef) Dalam Mengatasi Perdagangan Anak Dan Eksploitasi Seksual Di
Belgia Tahun 2008-20012. Jom FISIP. 2(1): 1-11.
Ishak, A. Afrizon.2011. Persepsi Dan Tingkat Adopsi Petani Padi Terhadap
Penerapan system Of Rice Intensification (Sri) Di Desa Bukit Peninjauan I
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. Informatika Pertanian. 20 (2) : 76
– 80.

Mutakin J. 2007. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of
Rice Intensification). Garut Jawa Barat
Nurdyane, N., A. D. P. Fitri, dan D. Ayunita NND. 2013. Analisis Pendapatan,
Biaya dan Keuntungan Bottom Gill Net dengan Atraktor Umpan dan
Atraktor Umpan di Perairan Jepara Jawa Tengah. Fisheries Resources
Utilization Management and Technology. 2(4): 1-9.
Nursinah, Zunaini Is dan Taryadi. 2009. Penerapan SRI (System of Rice
Intensification) sebagai Alternatif Budidaya padi Organik. Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah. 1(1) : 1-14.
Nuryanti, Sri., dan Swastika, Dewa K. S. 2011. Peran Kelompok Tani dalam
Penerapan Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29(2):
115-128.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS.

Purwanto, Exsan Dwi. 2008. “Sosialisasi Metode Tanam Padi SRI (System of Rice
Intensification) di Kabupaten Karanganyar”. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Purwanto, S., 2008. Implementasi Kebijakan Untuk Pencapaian P2BN. Pros.
Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. BB Pen. Tan.
Padi. Badan Litbang Deptan Jakarta.
Rogers, Everett M. 1983. Diffusion of Innovations Third Edition. Bisa diunduh
pada https://teddykw2.files.wordpress.com/2012/07/everett-m-rogers-
diffusion-ofinnovations.pdf. Diakses 18 Oktober 2016.

Sadono Dwi. 2009. Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian


di Indonesia. Komunikasi Pembangunan. 7(2): 1-14.

Sadono Dwi. 2009. Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian


di Indonesia. Komunikasi Pembangunan. 7(2): 1-14

Salampessy, Y.L.A., 2012. Efektivitas Metode Penyuluhan Dalam Peningkatan


Pemahaman Sut KonservasiI Petani (Kasus Kelurahan Gerem Kota Cilegon
Provinsi Banten). Ilmu Pertanian dan Perikanan, 1(1): 49-53.

Salim, Agus, dan Gunawan Budi Kahono. 2012. Fenomena Kemiskinan pada
Masyarakat Petani Sawah. Sociologie, 1(1): 53-59.
Sentosa, Amrin Tegar. 2015. Pola Komunikasi dalam Proses Interaksi Sosial di
Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi. 3(3):
491-503.

Siregar, S., G. Harahap, E. Erawati, dan Y. A. Putra. 2013. Peranan Program


Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) terhadap Peningkatan
Pendapatan Petani. Agrium. 18(1): 37-46.

Slat, Andre Henri. 2013. Analisis Harga Pokok Produk dengan Metode Full
Costing. EMBA, 1(3): 110-117.

Suardi, I. D. P. O., N. Parining, dan I. M. Sukewijaya. 2015. Model Manajemen


Sumberdaya Komunikasi untuk Penyuluhan Pertanian dalam Pelaksanaan
Sistem Pertanian Terintegrasi di Provinsi Bali. Manajemen Agribisnis. 3(1):
1-12.

Sugiarto Wahyu. 2016. Peran Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan


Kehutanan (Bp3k) Dalam Peningkatan Swasembada Beras Di Kecamatan
Bekri Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.

Syamsuharlin, E. 2012. Model Kelembagaan Lokal Masyarakat, (online),


(http://iniblog-koe.blogspot.com/). Diakses pada hari Minggu tanggal 22
Maret 2015.
Triwidarti, Titis., Suyadi, Bambang., Sukidin. 2015. Peran Kelompok Tani
Sampurna dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani dan Hasil Produksi
Padi di Desa Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Ilmiah
Mahasiswa. 1(1): 1-6.
Ukrita I. Feri M. Silfia. 2011. Analisa Prilaku Petani Dalam Penerapan
Penanaman Padi Metode Sri (The System Rice Of Intensification). Penelitian
Lumbung. 10(2): 1-9.

Waluya, B. 2007. Sosiologi Menyelam Fenomena Sosial di Masyarakat. PT. Setia


Purna Inves. Bandung.
DOKUMENTASI

Gambar 1. Kegiatan Penyuluhan Mengenai Program SRI

Gambar 2. Wawancara dengan Informan Pertama


Gambar 3. Foto Bersama dengan Informan Kedua

Gambar 4. Foto Bersama dengan Informan Ketiga


Gambar 5. Foto Bersama dengan Informan Keempat

Gambar 6. Foto Lahan Penerapan Program SRI

Anda mungkin juga menyukai