Anda di halaman 1dari 45

17 MEI 2018

ACC BENDEL

PROGRAM BUMDES (BADAN USAHA MILIK DESA)


DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DESA SUKOREJO KECAMATAN SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

Asisten Pembimbing
Beta Rianul Setiawati

Oleh
Golongan D / Kelompok 4
LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FA K U LTA S P E RTA N I A N
UNIVERSITAS JEMBER
2018

PROGRAM BUMDES (BADAN USAHA MILIK DESA)


DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DESA SUKOREJO KECAMATAN SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum
Pemberdayaan Masyarakat pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Beta Rianul Setiawati

Oleh
Golongan D / Kelompok 4
LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FA K U LTA S P E RTA N I A N
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Koordinator : Hadi Prasetyo (151510501183)


Anngota : Nurlita Hartanti (151510501163)
Fitra Dea Wafa (151510501167)
Gusti Rahmat Prasetyo (151510501169)
Hiksa Maulana Saputra (151510501172)
Ayenta Rudani Dara (151510501173)
Dwi Putri Agusetyaningsih (151510501176)
Maisuri Vikurniati (151510501181)
PENGESAHAN

Diterima oleh :
Laboratorium Sosiologi Pertanian
Sebagai :
Laporan Prakek Lapang

Dipertahankan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Mengetahui :

Ketua Laboratorium Koordinator Praktikum


Sosiologi Pertanian Pemberdayaan Masyarakat

Dyah Puspaningrum, SP., M.Si Arganesha Satya Andika


NIP. 19760210 200501 2 002 NIM. 151510601089

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek
lapang yang berjudul “Program Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember”.
Penyusunan laporan praktek lapang ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M. Rur. M. selaku Ketua Jurusan Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Dyah Puspaningrum, SP., M.Si selaku Ketua Laboratorium Sosiologi Pertanian
4. Seluruh dosen pengampu mata Pembedayaan Masyarakat di Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
5. Tim asisten mata Pemberdayaan Masyarakat Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Program Sudi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
6. Seluruh warga masyarakat desa Sukorejo Kecamatan Sukowono.
7. Teman-teman kelompok golongan D/kelompok 4 mata praktikum
Pemberdayaan Masyarakat.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
terselesaikannya penulisan laporan praktek lapang ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan praktek lapang ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Jember, Mei 2018

i
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK.............................................................. ii
PENGESAHAN................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat..................................................................... 4
1.3.1 Tujuan................................................................................... 4
1.3.2 Manfaat................................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5


2.1 Teori Pemberdayaan Masyarakat............................................... 5
2.2 Teori Dampak................................................................................ 8
2.3 Teori Kelembagaan....................................................................... 10

BAB 3. METODOLOGI PRAKTEK LAPANG............................................. 12


3.1 Metode Penentuan Daerah Lapang............................................. 12
3.2 Metode Praktek Lapang............................................................... 12
3.3 Metode Penentuan Informan....................................................... 13

ii
3.4 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 14
3.5 Metode Analisis Data.................................................................... 15

BAB 4. PEMBAHASAN................................................................................... 17
4.1......Penyebab Adanya Pengembangan Program BUMDES
Penyewaan Alat Pesta oleh Pemerintah Desa
SukorejoKecamatan Sukowono Kabupaten Jember................ 17
Dampak Pengembangan Program BUMDES Penyewaan Alat
Pesta oleh Pemerintah Desa Sukorejo KecamatanSukowono
Kabupaten Jember...................................................................... 19
Upaya Peningkatan Program BUMDES Penyewaan Alat Pesta oleh
Pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowon
oKabupaten Jember.................................................................... 21

BAB 5. PENUTUP............................................................................................. 23
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 23
5.2 Saran.............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI
B. DIAGRAM FISHBONE
C. SURAT PRAKTEK LAPANG
D. DAFTAR HADIR FGD
E. KARTU KONSULTASI

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
3.1 Daftar Informan FGD......................................................................... 14

i
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Tahapan Membangun Pemberdayaan Masyarakat................................ 7
3.1 Bagan Analisis Fishbone Secara Umum............................................... 16
4.1 Bagan Hasil Analisis Fishbone............................................................. 17
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya suatu negara seperti Indonesia dapat diketahui berdasarkan
program-program pembangunan dan pengembangan yang dilakukan dengan
berdasar pada seberapa layaknya masyarakatnya dalam berbagai segi baik dari
bidang pendidikan, kesejahteraan ekonomi maupun sosial. Hal ini tentu saja
mengacu pada masyarakat itu sendiri dimana lapisan masyarakat dapat dibedakan
pada masyarakat yang tinggal pada daerah perkotaan dan yang tinggal pada
daerah perdesaan. Masyarakat kota tentu saja memiliki gaya hidup yang lebih
modern dimana masyarakatnya memiliki pola pikir yang lebih luas dan terbuka
jika dibandingkan dengan masyarakat di perdesaan. Hal tersebut yang melandasi
mengapa program-program pemerintah untuk pembangunan dan pengembangan
lebih dipusatkan pada masyarakat desa (Luthfia, 2013).
Program pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu hal yang dapat
dilakukan dalam pembangunan pada masyarakat pedesaan. Pemberdayaan
masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri
sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu
sendiri ikut pula berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai
pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut
menjadi agen pembangunan. Pemberdayaan masyarakat merupakan cara yang
digunakan untuk meningkatkan suatu potensi yang ada dalam suatu wilayah

1
dalam hal ini wilayah pedesaan. Program pemberdayaan yang berhasil akan
memajukan desanya baik dari segi ekonomi maupun sosial. Langkah pertama
dalam pemberdayaan masyarakat yang harus dilakukan adalah memberikan akses
dimana potensi masyarakat yang ada dapat berkembang dengan baik dan
memberikan manfaat serta dampak yang dirasakan langsung pada masyarakat.
Masyarakat desa yang berdaya dibidang ekonomi akan mampu membayar pajak
yang tentunya juga akan menambah pendapatan daerah (Sari, 2016).

2
3

Bentuk-bentuk kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan


melibatkan partisipasi masyarakat pedesaan itu sendiri dimana keterlibatan
tersebut berada pada semua kegiatan pemberdayaan yang dilakukan mulai dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat tentu akan terdapat beberapa kendala. Kendala-kendala
tersebut berkaitan dengan usaha masyarakat desa dalam mempertahankan budaya
dan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur dari arus modernisasi, sikap
masyarakat, terbatasnya sumber daya manusia dan ketersediaan akomodasi.
Kendala yang ada akan berakibat pada keterpuruknya desa tersebut sehingga desa
tidak berkembang dan masyarakatnya tidak akan memiliki kesejahteraan yang
cukup baik (Andriyani, 2017).
Menurut Panggabean (2015), menyatakan bahwa program-program
pembangunan pada pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan haruslah
memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tidak hanya memuaskan beberapa pihak
saja tetapi dengan mengupayakan terdapat hubungan timbal balik bagi pihak yang
menyusun program pembangunan sehingga masyarakat sebagai pihak yang
mendapat pelayanan dan manfaat dari program pemberdayaan tersebut. Program
pembangunan ini tidak berpusat pada birokrasi melainkan berpusat pada
masyarakat atau komunitas yang ada pada masyarakat desa itu sendiri. Pemerintah
sebagai pemberi program dan partisipasi masyarakat menjadi kata kunci dalam
pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat dalam pemberdayaan
masyarakat harusnya menerapakan prinsip-prinsi yang diantaranya adalah
transparansi atau keterbukaan, partisipasi, dapat dinikmati oleh masyarakat luas,
dapat dipertanggung jawabkan serta berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat
dapat berbasis partisipatif merupakan salah satu pendekatan yang meletakkan
landasan pembangunan yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat,
diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati
oleh seluruh lapisan masyarakat (Kashi dan Zuber, 2016).
Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono merupakan salah satu desa yang
menerapkan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah
desa. Program pemberdayaan masyarakat sudah berlangsung beberapa tahun yang
4

lalu dimana hingga saat ini program pemberdayaan masyarakat masih dilakukan.
Program pemberdayaan masyarakat di desa Sukorejo sudah ada yang berhasil dan
hasil program tersebut dapat dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat desa
seperti BUMDES atau Badan Usaha Milik Desa. Program BUMDES yang
dilakukan tersbut adalah penyewaan alat dalam kegiatan pesta dimana peralatan
disediakan oleh pemerintah desa akan tetapi pengolahnya adalah masyarakat desa.
Program ini dibentuk karena masyarakat desa sering melakukan kegiatan rutinitas
mingguan berupa kegiatan pengajian sehingga untuk mempermudah dalam
memfasilitasi kegiatan masyarakat desa maka dibentuklah program ini. Melalui
program tersebut banyak masyarakat yang turut berpartisipasi terutama kalangan
pemuda yang belum mendapatkan pekerjaan tetap. Program BUMDES tersebut
kami angkat sebagai permasalahan utama yang akan kami cari informasinya
terkait terbentuknya program pemberdayaan masyarakat tersebut. Informasi yang
kami butuhkan nantinya merupakan informasi tentang penyebab munculnya
program, dampak yang diakibatkan serta upaya pengembangan dari program
BUMDES yang dilakukan di Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyebab program BUMDES penyewaan alat pesta tersebut
diadakan oleh pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember?
2. Bagaimana dampak program BUMDES penyewaan alat pesta tersebut
diadakan oleh pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember?
3. Bagaimana upaya peningkatan program BUMDES penyewaan alat pesta
tersebut diadakan oleh pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember?
5

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab program BUMDES penyewaan alat pesta tersebut
diadakan oleh pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember.
2. Untuk mengetahui dampak program BUMDES penyewaan alat pesta tersebut
diadakan oleh pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember.
3. Untuk mengetahui upaya penyebab program BUMDES penyewaan alat pesta
tersebut diadakan oleh pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember

1.3.2 Manfaat
1. Bagi pemerintah, agar dapat mengetahui pelaksanaan program di lapang
sebagai bahan evaluasi dan perencanaan program yang akan datang di desa
Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
2. Bagi masyarakat, agar mengetahui program pemberdayaan yang ada pada desa
Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember sehingga dapat ikut terlibat
dalam membangun perekonomian dan sarana prasarana desa.
3. Bagi mahasiswa, sebagai bahan tambahan informasi atau wawasan mengenai
program BUMDES yang dilakukan di Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan
membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan
bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya. Masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu  sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam
beberapa kajian mengenai pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat
sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan kekuasaan agar suara mereka
didengar guna memberikan kontribusi kepada perencanaan dan keputusan yang
mempengaruhi komunitasnya. Pemberdayaan adalah proses transisi dari keadaan
ketidakberdayaan kekeadaan kontrol relative atas kehidupan seseorang, takdir, dan
lingkungan (Muslim, 2007).
Pemberdayaan  masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memulihkan atau meningkatkan  kemampuan suatu komunitas untuk mampu
berbuat sesuai dengan harkat dan  martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak
dan tanggung jawabnya selaku  anggota masyarakat. Salah satu teori untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan metode Participatory Rural
Appraisal (PRA). Pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) menekankan
bahwa masyarakat sasaran memiliki kemampuan untuk melakukan control bahkan
mengubah program yang telah dikeluarkan oleh para perencana pembangunan.
Upaya melibatkan masyarakat dalam pembangunan melalui metode Participatory
Rural Appraisal (PRA), pada dasarnya harus dimulai dari bawah yaitu melalui
forum-forum warga baik yang berbasis pada komunitas atau kelembagaan
(Muslim, 2007).

6
7

Hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang


memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini didasarkan
pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya.
Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak
menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit. Oleh
karenaitu daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini
berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan
cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Pendidikan sesungguhnya
memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
yakni dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia, karena
melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan
(Suharto, 2005).
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatansosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan
sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Suharto,
2005).
Pemberdayaan menurut dua pengertian kunci, yaitu kekuasaan dan
kelompok lemah. Kekuasaan di ini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan
politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan“klien” atas
pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup, pendefinisian
kebutuhan, ide suatu gagasan, lembaga-lembaga, sumber-sumber, aktivitas
8

ekonomi, reproduksi. Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan


dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
menjadi 5 P, yaitu Peningkatan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan, dan
Pemeliharaan (Suharto, 2005).
Menurut Fahrudin (2012), mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh masyarakat yang bertujuan untuk
memampukan dan memandirikan masyarakat. Maka dari itu, untuk membentuk
suatu upaya maka dibutuhkan strategi dalam membangun pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat memiliki tiga strategi utama yaitu strategi
tradisional, direct-action, dan transformatif. Strategi tradisional merupakan suatu
strategi yang menyarankan agar setiap masyarakat mengetahui dan memilih
kepentingannya secara bebas dalam berbagai keadaan. Strategi direct-action
merupakan suatu strategi yang membutuhkan suatu dominasi pendapat atau
kepentingan yang bertujuan untuk dihormati oleh masyarakat yang terlibat.
Sedangkan strategi transformatif merupakan starategi yang menunjuk pada
pendidikan massa yang membutuhkan jangka panjang sebelum melakukan
pengidentifikasian kepentingan setiap masyarakat. Selain strategi, dalam
membangun suatu pemberdayaan masyarakat maka harus mengetahui tahapan
yang akan dilakukan dalam membentuk suatu pemberdayaan.
9

Gambar 2.1 Tahapan Membangun Pemberdayaan Masyarakat

1. Proses persiapan merupakan persiapan yang melibatkan dua tahapan yaitu


community worker yang berperan sebagai tenaga dari pemberdayaan
masyarakat, dan penyimpangan lapangan dilakukan secara non-direktif.
2. Proses pengkajian merupakan proses yang dilakukan petugas dalam
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang akan dibutuhkan dalam membangun
suatu pemberdayaan oleh setiap individu.
3. Proses perencanaan program merupakan proses yang mengharuskan
masyarakat dapat memikirkan beberapa alternative seperti masalah-masalah
yang akan dihadapi, dengan itu agen perubahan yang berperan di dalam
pemberdayaan tersebut member suatu pemahaman untuk mengatasi masalah
tersebut.
4. Proses performalisasi rencana aktif merupakan suatu proses yang dilakukan
untuk mendukung perubahan masyarakat dalam merumuskan program dan
kegiatan yang mereka lakukan.
5. Proses implementasi merupakan suatu tahapan mengupayakan pelaksanaan
program yang mengandalkan peran masyarakat sebagai kader dengan harapan
masyarakat dapat menjadi keberlangsungan program tersebut.
6. Tahap evaluasi merupakan tahapan yang melibatkan petugas dan masyarakat
lain dalam mengawasi keberlangsungan program pemberdayaan masyarakat
tersebut.
7. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan secara normal dengan
komunitas sasaran.

2.2 Teori Dampak


Pengertian dampak adalah benturan, dari pengaruh yang mendatangkan
akibat positif maupun negatif. Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai
akibat atau pengaruh ketika akan mengambil keputusan, yang bersifat timbal balik
10

antara satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan itu, dampak merupakan keadaan
dimana ada hubungan timbal balik antara satu dengan yang lain akibat dari pada
apa yang dipengaruhi dan apa yang mempengaruhi. Penggunaan kata dampak
biasanya diartikan dengan imbas akhir apa yang disampaikan (Irwan, 2018).
Dampak merupakan suatu pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik
dalam hal yang positif maupun hal yang negatif. Pengaruh adalah suatu keadaan
dimana terdapat hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat yang
mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dampak yang bersifat positif
merupakan akibat baik atau pengaruh menguntungkan yang diperoleh dari
berbagai hal atau kejadian yang terjadi. Dampak negatif merupakan akibat atau
pengaruh yang dihasilkan dari kata dampak dan bersifat merugikan serta lebih
cenderung memperburuk keadaan (Hidayani, 2015).
Dampak sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu akibat yang
timbul akibat pengambilan kepurusan yang bersifat timbal balik antara satu dan
lainnya, timbal balik ini juga menyangkut masyarakat dari aspek aspek kehidupan
atau perilaku orang lain (Irwan, 2018). Dapat dipahami bahwa dampak sosial
yaitu pengaruh sosial atau perilaku masyarakat yang terjadi akibat adanya suatu
program yang sedang dilaksanakan pada suatu daerah. Dampak sosial pada
umumnya akan tampak pada perilaku keseharian masyarakat.
Dampak ekonomi merupakan suatu pengaruh dari program yang
terlaksana dalam bidang ekonomi, salah satu dampak ekonomi yang sering terjadi
yaitu perubahan terhadap pendapatan masyarakat, meningkatkan kemitraan dalam
pembangunan ekonomi, serta terjadinya pengembangan usaha (kewirausahaan)
dalam ruang lingkup masyarakat (Ramadhoan, 2015). Dampak ekonomi ini
merupakan salah satu dampak yang mudah terlihat apabila dilakukannya sebuah
program pemberdayaan masyarakat.
Dampak budaya dalam pemberdayaan masyarakat yaitu transformasi
budaya nilai estetik yang teraga dapat diamati sebagai proses memberdayakan diri
dalam dinamaka budaya yang tengah berlangsung (Sachari, 2007). Budaya
merupakan suatu tradisi dengan nilai estetik di dalamnya. Dampak budaya yang
terjadi pada umumnya diharapkan sebuah dampak positif, namun terkadang
11

adanya kemajuan teknologi serta perkembangan budaya luar yang cukup besar,
sehingga membuat perubahan budaya yang terkadang tidak sama dengan latar
belakang sosial masyarakat.
Kegiatan implementasi dari sebuah birokrasi pemerintah yaitu denggan
suatu kebijakan menjadi suatu program. Pemberdayaan masyarakat juga dapat
dikategorikan sebagai kebijakan publik. Kebijakan dalam pemberdayaan
masyarakat ini dilaksanakan untuk dapat memperoleh perubahan ekonomi, sosial,
maupun budaya pada masyarakat. Perubahan-perubahan terebut merupakan tujuan
dilaksanakannya pemberdayaan masyarakat, sehingga tujuan tersebut dapat
dikatakan sebagai dampak yang akan dihasilkan dalam sebuah program
pemberdayaan masyarakat (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007). Berdasarkan
penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat memiliki
beberapa dampak yaitu dampak sosial, ekonomi, dan budaya.

2.3 Teori Kelembagaan


Menurut Syarif dan Mutmainnah (2017), kelembagaan adalah sekumpulan
jarngan dan relasi sosial yang melibatkan orang-orang tertentu, memiliki tujuan
tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Lembaga sangat di
butuhkan di berbagai lapisan sosial dikarenakan fungsinya yang sangat penting,
salah satunya untuk sebagai rambu-rambu atau aturan, norma yang mana harus di
patuhi oleh masyratakat. Munculnya kelembagaan juga dapat difungsikan sebagai
wadah aspirasi individu atau anggota kelompok untuk menyalurkan ide,
keinginan, serta gagasannya. Kelembagaan berfungsi untuk membantu
mempermudah terwujudnhya suatu program serta dapat di manfaatkan sebagai
pegelola sumber daya alam yang ada di daerahnya. Lembaga berperan sebagai
pengatur serta sebagai rambu-rambu yang bisa membuat peraturan ataupun sanksi
bagi anggotanya ataupun masyarakat.
Menurut Suherman (2017), pemahaman tentang kelembagaan ini juga
mencakup adanya interaksi antara Lembaga Formal dan Lembaga Informal,
walaupun diantaranya terdapat perbedaan berdasarkan tipologi. Lembaga formal
merupakan lembaga yang memiliki struktur kepengurusan yang jelas, memiliki
12

tujuan yang sama, serta memiliki hubungan kerja yan rasional. Beberapa contoh
dari kelembagaan formal adalah perusahaan seperti PT (Perseroan Terbatas),
sekolah, dan lainnya. Kelembagaan informal yaitu suatu jenis kelembagaan yang
biasayan hanya memiliki satu pemimpin atau ketua. Umumnya jenis kelembagaan
ini tidak memiliki datu tujauan atau pencapaian yang terarah. Contoh dari
kelembagaan tersebut adalah arisan ibu rumah tangga, kelompok tahlil dan
lainnya.
Kelembagaan akan berjalan dengan baik dan dapat di terima oleh
masyarakat atau anggotanya jika kelembagaan tersebut dinilai efektif dalam
kinerjanya. Konsep efektivitas kelembagaan adalah upaya pencapaian tujuan
berdasarkan sumberdaya yang tergantung pada kelembagaan itu sendiri (memuat
tentang peraturan), kinerja dari anggota kelembagaan, sarana atau fasilitas yang
mendukung, serta lingkungan dimana kelembagaan tersebut tumbuh yakni
meliputi sifat masyarakat yang hidup di sekitar dan juga kebudayaan yang ada di
masyarakat (Ariyanti dan Sofyan, 2014).
Menurut Aini dan Zafira (2016), kelembagaan didefinisikan sebagai pola-
pola ideal, organisasi, dan aktivitas yang berpusat di sekeliling kebutuhan dasar
seperti kehidupan keluarga, agama dan mendapatkan makanan, pakaian, dan
kenikmatan serta tempat perlindungan. Keberadaan kelembagaan dalam
masyarakat terasa sangat di perlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
baik kebutuhan finansial maupun non finansial. Peran penting kelembagaan
tersebut membuat fungsi kelembagaan dalam masyarakat harus ada. Hal tersebut
di karenakan tanpa adanya lembaga, tidak ada unsur keharmonisasian antar
masyarakat dan dampaknya adalah munculnya sifat individualisme dalam
masyarakat.
Perkembangan sumberdaya manusia saat ini berkembang begitu pesat,

namun umumnya hal tersebut berbeda sangat menonjol antara masyarakat

pedesaan dan perkotaan. Umumnya, tingkat kemajuan wilayah kota lebih

baik di bandingakan dengan pedesaan. Masyarakat pedesaan umumnya

memerlukan suatu lembaga untuk mengatur serta menuntun masyarakat

untuk memudahkan masyarakat dalam membantu aktivitasnya serta

membantu memajukan pemikiran masyarakat untuk lebih berinovasi dalam

melihat peluang yang ada. Setidak-tidaknya strategi pemberdayaan itu

dilakukan secara sistematis dan diarahkan pada penguatan sumberdaya

yang tersedia yaitu kelembagaan (Jamaluddin, 2016).BAB 3.

METODOLOGI PRAKTEK LAPANG

3.1 Metode Penentuan Daerah Lapang


Praktek lapang yang dilakukan pada praktikum Pemberdayaan Masyarakat
di Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember ini dilakukan secara
sengaja. Metode tersebut disebut dengan metode purpossive dalam menentukan
lokasi. Teknik purposive dilakukan sebagai sebuah teknik yang secara sengaja
menentukan lokasi tertentu yang telah sesuai dan memenuhi segala persyaratan
yang dibutuhkan seperti sifat-sifat, karakteristik, ciri dan kriteria tertentu.
Penentuan lokasi yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan, akan
berdampak tidak baik pada hasil praktikum yang akan dilakukan. Metode yang

13
digunakan dalam kegiatan penentuan lapang yaitu menggunakan purposive
method dan berdasarkan kriteria-kriteria yang menjadi syarat dalam metode
tersebut (Wicaksono, 2015).
Penentuan daerah tersebut juga dilakukan dengan adanya informasi dari
Kepala Desa bahwa akan diadakannya program BUMDES yang mengangkat
tentang persewaan alat-alat pernikahan untuk usaha masyarakat desa sehingga
juga menjadi pertimbangan kami. Adanya program persewaan alat-alat pernikan
di Desa tersbebutdapat dikatakan sebagai program dalam pemberdayaan
masyarakat karena adanya program memiliki berbagai manfaat dan dapat
memberikan jalan keluar untuk masyarakat dalam mengatasi dan mengurangi
adanya peengangguran. Oleh karena itu kelompok kami melaksanakan praktek
lapang di Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

3.2 Metode Praktek Lapang

14
15

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif


kualitatif. Menurut Hamdi dan Baharudin (2014), metode deskriptif adalah
metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana situasi-situasi dan
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau pada saat
lampau. Penelitian deskriptif dapat mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi
juga bisa mendeskripsikan keadaan dalam tahap pengembangan. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat atau
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok.
Menurut Fatta dan Marco (2015), metode deskriptif kualitatif adalah
metode yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan apa adanya
mengenai suatu keadaan atau fenomena tertentu. Tujuan dari penelitian kualitatif
adalah untuk menggambarkan dan mengungkapkan serta untuk menggambarkan
dan menjelaskan. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan
keadaan masyarakat di Desa lokasi FGD dan menjabarkan fenomena-fenomena
pemberdayaan masyarakat yang ada sehingga dapat mengetahui bagaimana
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan.

3.3 Metode Penentuan Informan


Informan merupakan seseorang yang akan memberikan informasi
menyangkut situasi masalah atau fenomena tersebut dan bukan menyangkut
dirinya sendiri tetapi diluar dirinya (Lapau, 2013). Tujuan adanya seorang
informan yaitu untuk menggali suatu rancangan teori dasar yang dapat
dikembangkan menjadi suatu pengetahuan yang lebih luas lagi. Teknik dalam
menentukan informan harus sesuai metode yang telah ada dalam bentuk kualitatif
ataupun kuantitatif. Apabila menggunakan metode kualitatif, maka penjaringan
suatu sampling didapat dari berbagai sumber. Penentuan informan dalam
praktikum membutuhkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, hal ini
16

dikarenakan agar informasi yang didapatkan sesuai dengan masalah praktikum


dan informan yang dipilih sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam praktikum.
Penentuan informan yang dibutuhkan dalam praktikum ini yaitu menggunakan
teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Alfianika, 2016).
Informan yang terpilih dalam praktikum ini ditentukan dengan teknik
purposive sampling karena terdapat beberapa pertimbangan diperlukan untuk
memilih seorang informan kunci. Informan kunci yang dipilih oleh kelompok
kami adalah Bapak Kepala Desa Sukerejo. Pemilihan informan kunci ini
didasarkan berdasarkan posisi informan kunci sebagai Kepala Desa. Selain itu,
dipilihnya Bapak Kepala Desa sebagai informan kunci dikarenakan topik yang
akan diangkat dalam FGD kelompok kami yaitu tentang Badan Usaha Desa.
Badan Usaha tersebut merupakan suatu kegiatan program desa yang dianjurkan
pada masyarakat untuk mengelolanya.

Nama Informan Jabatan Keterangan

Bapak Rudianto Kepala Desa Sukerejo Informan 1


Bapak Ikhwan Dewi Sekertaris Desa Sukerejo Informan 2
Tabel 3.1 Daftar Informan FGD (Forum Group Discussion)
Informasi dari informan kunci masih belum cukup untuk kebutuhan
penelitian, maka dari itu perlu diambil informan pendukung lainnya. Informan
pendukung ditentukan dengan metode Snowball Sampling. Menurut Sani (2016),
menyatakan bahwa snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
sambung menyambung informasi, berawal dari satu unit kemudian berkembang
menjadi banyak unit. Informan pendukung merupakan seseorang yang ikut andil
dalam program tersebut seperti petugas BUMDES dan masyarakat yang terkait.

3.4 Metode Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapang untuk
memperoleh data yang akurat langsung pada informan. Observai dapat di artikan
17

sebagai pengamatan serta pencatatan secara sistematis terhadap kejadian atau


tingkah laku masyarakat. Metode observasi dapat di lakukan untuk memperoleh
informasi terkait semua hal yang sedang di lakukan oleh masyarat baik informasi
terkait kebiasaan masyarakat ataupun organisasi atau perkumpulan yang sifatnya
terstruktur maupun paguyuban. Analisis data di lakukanlakukan dengan
menggunakan metode observasi, hal ini di karenakan metode observasi di
gunakan untuk memperoleh informasi yang akurat terkait program yang ada di
masyarakat.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara di lakukan dengan mendatangi langsung informan
serta menanyakan terkait hal yang akan di bahas. Metode wawancara ini bertujuan
untuk menggali informasi terkait kondisi terkini yang ada di masyarakat serta
potensi-potensi pengembangan masalah yang ada di masyarakat. Wawancara di
lakukan sebelum metode FGD. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui dan
memperoleh informasi sejelas-jelasnya terkait terbentuknya program BUMDES
persewaan alat pesta di Desa Sukorejo tersebut.
3. Metode FGD (Forum Group Discussion).
Metode FGD (Forum Group Discussion) di lakukan dengan
mengumpulkan kelompok masyarakat yang tergolong dalam suatu program atau
anggota dari program BUMDes yang telah di laksanakan. Tujuan dari FGD ini
adalah untuk menggali informasi terkait penyebab-penyebab dari terbentuknya
program tersebut. Fungsi dari FGD lainnya yaitu membantu memfasilitasi
masyarakat atau anggota untuk menyampaikan aspirasi, keluhan, serta kendala
yang ada dalam programnya, serta membantu memecahkan masalah tersebut.
Hasil dari kegiatan ini diharapkan akan memberikan kontribusi kepada
masyarakat untuk berjalannya program BUMDes persewaan alat pesta, sehingga
program BUMDes tersebut dapat berjalan dengan lancar.

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunaan yaitu dengan menggunakan analisis
fishbone. Analisis fishbone merupakan analisis berbentuk diagram, analisis
18

fishbone merupakan alat untuk mengidentifikasi maupun mengorganisir suatu


penyebab yang mungkin akan timbul dari suatu masalah. Kegunaan analisis ini
yaitu untuk mempermudah alasan dibangunnya usaha atau upaya yang
dilaksanakan pada desa setempat, setelah mengetahui sebab sesungguhnya akar
pemasalahan sehingga mempermudah dalam menemukan solusi.
Bagan fishbone pada umumnya dapat digambar dengan bentuk ‘hampir’
sama dengan pola tulang ikan. Ujung kanan bagan digambar bulat sebagai bentuk
‘kepala ikan’ dan kemudian dilanjutkan dengan garis lurus secara horizontal, dan
dilanjutkan dengan garis tulang besar sebagai faktor peyebab utama dan kemudian
menggambar tulang sedang untuk penyebab sekunder, dan selanjutnya membuat
tulang berukuran kecil sebagai penyebab tersier. Berikut gambar bagan fishbone
secara umum.

Penyebab masalah A Penyebab masalah A

Rincian penyebab Rincian penyebab


masalah B masalah A Masalah utama
yang terlihat di
prmukaan
Rincian penyebab Rincian penyebab
masalah D masalah C
Penyebab masalah D Penyebab masalah C

Gambar 3.1 Bagan Analisis Fishbone Secara Umum

Tahapan pelaksanaan analisis fishbone yaitu sebagai berikut :


1. Membuat kepala ikan yang berisi tentang program yang akan dibahas sebab
akibatnya.
2. Membuat garis horizontal, dan kemudian membuat tulang ikan besar dengan
isian penyebab utama. Penyebab utama pada umumnya merupakan penyebab
yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat pada wilayah.
19

3. Membuat tulang ikan sedang dengan isian penyebab sekunder yaitu penyebab
terjadinya permasalahan utama, penyebab sekunder merupakan penyebab yang
mempengaruhi munculnya penyebab utama.
4. Membuat tulang ikan kecil yaitu dengan mengisi penyebab tersier. Penyebab
tersesier merupakan penyebab akhir yang dapat mempengaruhi penyebab
seknuder. Pada umumnya penyebab tersier merupakan penyebab terkecil dari
analisis fishbone.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Penyebab Adannya Pengembangan Program BUMDES Penyewaan Alat

Pesta oleh Pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten

Jember.

Forum Group Discussion (FGD) merupakan diskusi terarah yang di


pimpin oleh seorang fasilitator dalam suasana santai yang terdiri dari 10-15
anggota kelompok sehingga diskusi lebih efektif dan diskusi menekankan pada
permasalahan serta pengambilan solusi Bersama. Kegiatan diskusi tersebut di
lakukan di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember. Topik dari
diskusi ini adalah program BUMDes persewaan alat pesta. Penyebab utama di
adakan program ini adalah untuk mempermudah penyewaan alat pesta di desa
tersebut. permasalahan lain yang mendorong untuk di adakannya program ini
adalah mahalnya persewaan alat pesta dan penyebab terakhir adalah masyarakat
sering membutuhkan alat tersebut untuk kegiatan sholawatanrutinan di Desa
Sukorejo yang di lakukan setiap bulannya.

Kebutuhan untuk Rutinitas Harga Sewa di Luar Desa


Pengajian Mahal

Harga Sewa
Pengajian
Mencapai Rp 325.000 BUMDES
Bergilir
Persewaan
Dana Desa Alat Pesta

Pengangkutan Penyimpanan
Alat Sulit

Kesulitan Menyewa
Alat
20
21
22

Gambar 4.1 Bagan Hasil Analisis Fishbone Penyebab utama di adakan BUMDes
persewaan alat pesta ini adalah mahalnya harga sewa alat tersebut. Mahalnya
harga sewa tersebut menyebabkan penambahan biaya pengeluaran ketika
melakukan suatu acara atau kegiatan. Harga sewa saat ini mencapai Rp 325.000,-
yang mana harga tersebut tergolong mahal di daerah Sukorejo menurut kondisi
perekonomian masyarakat desa untuk satu kali penyewaannya. Adanya BUMDes
ini di harapkan mampu mengurangi pengeluaran akan persewaan alat, karena ada
perbedaan antara penyewaan oleh masyarakat luar dan masyarakat Desa Sukorejo
serta akan meminimalisir biaya transportasi, sehingga program tersebut akan lebih
efisien ketika telah terealisasi.
Salah satu penyebab utama adanya program pemberdayaan BUMDES
penyewaan alat-alat pesta berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan adalah
karena persewaan alat-alat pesta dari luar Desa Sukorejo harganya mahal.Warga
atau lembaga-lembaga di Desa Sukorejo tidak ada yang memiliki atau
mengusahakan jasa sewa alat-alat pesta baik untuk kebutuhan dalam Desa
maupunluar Desa sehingga warga selalu menyewa alat-alat pesta ke luar Desa.
Kegiatan di Desa Sukorejo sama halnya dengan di Desa lain yaitu melaksanakan
kegiatan rutin baik yang merupakan program Desa maupun di luar program Desa.
Penyewaan alat-alat pesta ke luar Desa menjadi sangat tidak efektif dan efisien
apalagi jika acara-acara yang membutuhkan alat-alat pesta tersebut berlangsung
bersamaan atau berurutan. Kegiatan yang membutuhkan alat-alat pesta ini jika
belangsung bersamaan akan menyebabkan penyewaan alat semakin meluas ke
luar Desa yang jaraknya akan semakin jauh.
Masalah sekunder yang menyebabkan adanya masalah utama mahalnya
harga sewa alat-alat pesta ini yaitu biaya yang dikeluarkan warga Desa Sukorejo
untuk menyewa alat-alat pesta tersebut ke luar Desa menjadi lebih besar
dikarenakan penambahan biaya angkut yang lebih mahalakibat jarak
pengangkutan alat yang lebih jauh apalagi jika masuk wilayah yang
infrastukturnya kurang memadai. Persewaan ini juga terkadang masih terpisah-
pisah sehingga penambahan biaya sewa tidak dapat dihindari seperti penyewaan
23

terop yang terkadang masih terpisah atau tidak menyediakan sewa peralatan lain
seperti pec ah belah, sound system, serta kursi dan meja.
Acara-acara tertentu seperti acara pernikahan memerlukan alat-alat
tambahan seperti pelaminan sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi bertambah.
Berdasarkan pernyataan salah satu peserta FGD disebutkan bahwa persewaan alat-
alat pesta ini dalam sekali sewa dapat mencapai harga Rp. 325.000,- per
terop/tenda, belum lagi jika ada tambahan alat lain akan semakin mahal harga
sewanya sehingga dirasa cukup berat bagi masyarakat dalam menyewa alat-alat
tersebut. Hal tersebut sangat menjadi beban warga Desa Sukorejo untuk
penyewaan alat pesta di daerah lain.
Penyebab terakhir adalah persewaan alat-alat untuk pengajian di Desa
Sukorejo. Desa Sukorejo memiliki kegiatan rutin yaitu tentang pengajian setiap
Jum’at Kliwon. Pengajian tersebut diadakan bergilir tempat setiap bulannya.
Pengajian yang dilaksanakan di desa ini dibuka untuk umum, jadi warga manapun
bisa mengikuti pengajian ini. Masyarakat yang mengadakan pengajian ini
biasanya mempersiapkan kebutuhan yang digunakan dalam pengajian salah
satunya alat-alat seperti terop, sound, panggung, dan lain-lain. Adanya kebutuhan
tersebut masyarakat melakukan persewaan alat terlebih dahulu. Namun,
masyarakat perlu penyewaan alat dii desa lain dan terkadang tidak lengkap jika
tidak di pesan jauh-jauh hari. Hal tersebut yang menggugah perangkat desa dalam
merencanakan dan akan menjalankan program BUMDES yang programnya
adalah persewaan alat-alat pernikahan. Persewaan alat-alat pernikahan tersebut
diharapkan agar mempermudah masyarakat dalam menyewa dan memenuhi
kegiatan yang akan diselenggarakan oleh masyarakat. Harapan kedepannya
pengajian yang dilaksanakan dapat membawa dampak positif bagi masyarakat
setempat.

4.2 Dampak Pengembangan Program BUMDES Penyewaan Alat Pesta oleh


Pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
Program BUMDES yang ada di Desa Sukorejo ini berawal dari adanya
beberapa permasalahan yang menimbulkan penyebab-penyebab di kalangan
24

masyarakat. Penyebab pertama dari diadakannya BUMDES tersebut adalah


karena persewaan mahal terhadap alat-alat yang akan digunakan untuk
berkegiatan. Persewaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut dikarenakan
untuk memenuhi kebutuhan ketika masyarakat melaksanakan kegiatan. Ketika
akan melaksanakan kegiatan masyarakat harus menyewa di desa lain sehingga
sulit untuk mengaksesnya dalam waktu yang singkat. Masyarakatpun harus
mengeluarkan biaya sebanyak Rp. 325.000,- setiap kali persewaan, belum juga
ketika alat-alat yang terkadang tidak lengkap karena sudah disewa pihak lain.
Sehingga harus menyewa di daerah yang lain untuk mendapat kelengkapan. Hal
tersebut yang juga menyebabkan harga sewa jauh lebih mahal sebab keberadaan
alatnya harus terpisah-pisah. Dampak adanya persewaan alat yang mahal tersebut
pengeluaran masyarakat jauh lebih mahal. Masyarakat juga banyak yang resah
ketika persediaan dari alat-alat yang tidak lengkap pada satu lokasi
Penyebab sekunder dari program BUMDES tersebut yaitu untuk
meminimalisir biaya dari persewaan. Dampak dari penyebab sekunder tersebut
yaitu dapat membantu masyarakat Desa Sukerejo dalam melakukan penyewaan
tanpa adanya biaya yang tinggi. Program ini dilakukan karena Desa Sukerejo
sering mengadakan program suatu agenda yang membutuhkan peralatan tersebut
seperti pengajian. Progam BUMDES ini belum berjalan di Desa Sukerejo, akan
tetapi persiapan untuk menjalankan program ini dapat diperkirakan 90%. Tahun
ini diperkirakan 10% masih menunggu anggaran untuk alat transportasi.
Masyarakat desa, dalam waktu dekat ini belum bisa menyewa alat-alat. Dampak
dari penyebab sekunder lainnya yaitu dapat membantu warga mempermudah
dalam melakukan sistem penyewaan peralatan dengan sarana dan prasana yang
memadai. Dampak dari penyebab primer yaitu biaya sewa lebih murah.
Dampak dari penyewaan yang murah yaitu tidak memberatkan masyarakat
dalam menyewa peralatan. Masyarakat tidak diberatkan dengan biaya penyewaan
peralatan yang mahal. Penyebab primer setelahnya yaitu mempermudah
penyewaan peralatan apabila mengadakan suatu acara terutama pengajian.
Program ini mempermudah dan meringankan beban masyarakat Desa Sukerejo
dalam menyewa peralatan. Program ini dilaksanakan karena melihat dari
25

kebutuhan masyarakat Desa Sukerejo. Program ini telah terencana dari tahun
2017, akan tetapi pada saat ini program ini masih belum berjalan. Hal tersebut
dikarenakan kekurangan perlengkapan alat persewaan. Rencana untuk tahun ini
yaitu menganggarkan alat transportasi seperti mobil pengangkut barang, truk, dan
lainnya. Persiapan dalam menjalankan program ini sudah hampir lengkap, hanya
menunggu anggaran transportasi turun dari pemerintah. Program ini tidak akan
berjalan apabila perlengkapan yang disediakan belum mencapai 100%. Penyebab
selanjutnya adalah kegiatan pengajian di desa tersebut.
Masyarakat desa Sukorejo ini rutin setiap bulannya mengadakan pengajian
setiap Jum’at Kliwon. Pelaksanaan kegiatan tersebutlah yang perlu dadakannya
alat-alat seperti terop, panggung, piring, sendok, dan lain-lain. Kebutuhan akan
alat tersebutlah yang mendukung adanya program BUMDES. Kegiatan pengajian
itu tidak hanya dilakukan oleh masyarakat setempat saja, namun juga dibuka
untuk kalayak umum ataupun warga lainnya. Maka dari itu, perlu adanya
pemenuhan alat-alat sendiri agar tidak jauh-jauh dalam menyewa ataupun
mengeluarkan biaya yang terlalu mahal juga. Dampak dari adanya penyebab
tersebut adalah bisa membantu pihak perangkat desa dalam mengembangkan
program kerjanya tersebut. Selain itu juga mempermudah masyarakat dalam
memperoleh persewaan yang lebih dekat dan bahkan kepemilikan juga di desa itu
sendiri.

4.3 Upaya Peningkatan Program BUMDES Penyewaan Alat Pesta oleh


Pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
Program BUMDES yang terdapat di desa Sukorejo merupakan program
pemberdayaan yang masih dalam proses pengembangan. Pengembangan
dilakukan oleh pemerintah desa yang bertindak sebagai pemilik bersama para
pengurus dari program ini berupa suatu upaya perbaikan dalam pelayanan dan
perlengkapan sarana prasarana pada program agar lebih memuaskan masyarakat
desa dengan pelayanan yang terbaik. Upaya pengembangan itu sendiri didasarkan
pada permasalahan awal yang melandasi program BUMDES ini dibentuk dimana
setiap upaya ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
26

Alasan diselenggarakan program peminjaman alat pesta ini yang pertama


adalah karena kebutuhan akan alat-alat pesta untuk kepentingan masyarakat desa
yang sering melakukan kegiatan rutin bersama seperti pengajian yang dilakukan
di desa sehingga dengan adanya penyewaan alat pesta ini akan sangat bermanfaat
bagi masyarakat desa. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu upaya
pengembangan program BUMDES agar program penyewaan alat pesta ini benar-
benar memberikan manfaat kepada masyarakat desa dimana upaya itu sendiri
dapat berupa perbanyakan dan pengelengkapan alat-alat pesta yang disediakan
atau disewakan sehingga tidak hanya berupa terop melainkan juga alat-alat
penunjang lainnya seperti meja, panggung, kursi, peralatan prasmanan dan lain
sebagainya.
Alasan yang kedua adalah untuk meminimalkan harga sewa alat pesta yang
akan lebih mahal jika menyewa diluar dari desa. Penyewaan alat pesta yang biasa
dilakukan oleh masyarakat desa adalah dengan menyewa dari desa lain yang tentu
saja dalam penyewaan tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Upaya
pengembangan yang perlu dilakukan pada program BUMDES ini diantaranya
adalah dengan meminimalkan harga penyewaan kepada masyarakat desa dengan
memberlakukan diskon penyewaan pada kegiatan-kegiatan tertentu yang akan
bermanfaat bagi masyarakat desa.
Alasan yang ketiga adalah untuk mempermudah dalam penyewaan alat-alat
pesta yang dibutukan oleh masyarakat. Masyarakat desa mengharapkan adanya
program penyewaan ini akan memepermudah masyarakat ketika melakukan
penyewaan alat-alat pesta untuk berbagai kegiatan yang dilakukan sehingga tidak
lagi menyewa di luar desa. Upaya pengembangan yang perlu dilakukan pada
program BUMDES ini adalah dengan pelayanan yang maksimal dimana ketika
ada masyarakat yang menyewa akan dilayani dengan sepenuh hati serta
mengusahakan segala bentuk kegiatan dalam penyewaan seperti pengangkutan
alat-alat nikah dilakukan oleh penyedia seperti transportasi pengangkutan
menggunakan mobil pick up dan tenaga kerja yang terlibat didalamnya.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Penyebab utama di adakan program BUMDES penyewaan alat pesta di Desa
Sukorejo adalah harga sewa alat pesta yang tergolong mahal, sering di
adakannya kegiatan rutinan di masyarakat, serta untuk mempermudah
masyarakat terkait penyewaan alat pesta.
2. Dampak dari adanya BUMDES tersebut adalah membantu mengurangi
pengeluaran masyarakat ketika mengadakan pesta atau kegiatan, membantu
membermudah program kerja desa serta memangkas alokasi biaya properti
untuk acara di Desa, dan membantu mempermudah masyarakat dalam
penyewaan alat pesta terkait transportasi, biaya dan lainnya, serta memperat
interaksi sosial antar masayarakat.
3. Upaya pengembangan BUMDES penyewaan alat pesta di Desa Sukorejo ini
yaitu dengan memberikan harga sewa yang lebih murah kepada warga desa
serta melayani semaksimal mungkin kepada masyarakat yang akan melakukan
penyewaan.

5.2 Saran
1. Untuk Pemerintah Desa Sukorejo diharapkan mampu memaksimalkan
program BUMDES tersebut dengan cara melibatkan masyarakat untuk ikut
serta dalam pengelolaannya.
2. Untuk masyarakat, di harapkan dapat berperan aktif dalam menjalankan
program BUMDES tersebut dengan cara mengikuti kegiatan perkumpulan rutin
serta berperan aktif dalam setiap acara agar mengetahui informasi-informasi
terbaru terkait program persewaan alat pesta tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aini. Y. N Dan Zafira. N. 2014. Analisis Kelembagaan Petani Dalam Mendukung


Keberfungsian Infrastruktur Irigasi. Sosek Pekerjaan Umum. 16(3): 140-
162.

Alfianika, N. 2016. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.


Yogyakarta: Deepublish.

Andriyani, A.A.I., E. Martono dan Muhamad. 2017. Pemberdayaan Masyarakat


melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya terhadap Ketahanan
Sosial Budaya Wilayah (Studi di Desa Wisata Penglipuran Bali). Ketahanan
Nasional, 23(1) : 1-6.

Arianti. N dan Sofyan. S. 2014. Efektivitas Kelembagaan Desa dalam Praktik


Demokrasi di Desa Kalangdepok, Pemalang Jawa Tengah. Sosiologi
Pedesaan. 2(3): 200-209.

Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas


Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Faizal. 2015. Diskursus Pemberdayaan Masyarakat. Ijtimaiyya, 8(1): 1-17.

Hidayani, F. 2015. Dampak Industri Pertanian Kelapa Sawit Terhadap


Berkurangnya Ikan Di Perairan dan Flora serta Fauna.Jurnal Nasional
Ecopedon. 041-045.

Hidayani, F. 2015. Dampak Industri Pertanian Kelapa Sawit Terhadap


Berkurangnya Ikan Di Perairan dan Flora serta Fauna.Jurnal Nasional
Ecopedon. 041-045.

Irwan. 2018. Dinamika dan Perubahan Sosial pada Komunitas Lokal.


Yogyakarta: Deepublish.
Jamaluddin. Y. 2016. Pemberdayaan Kelembagaan Badan Permusyawaratan
Desa. Wedana. 2(1): 179-188.

Kashi, A.M. dan A. Zuber. 2016. Upaya Pengentasan Kemiskinan Buruh Genteng
melalui Kegiatan Pemberdayaan Berbasis Partisipasi Masyarakat. Dilema,
31(1) : 1-11.

Kurniawati, D.P., B. Supriyono, I. Hanafi. 2012. Pemberdayaan Masyarakat di


Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Mojokerto). Administrasi Publik, 1(4): 9-14.

Lapau, B. 2013. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,


Tesis dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Luthfia, A.R. 2013. Menilik Urgensi Desa di Era Otonomi Daerah. Rural and
Development, 4(2) : 135-144.

M, Aziz. 2007. Pendekatan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jumal


Aplikasi llmu-ilmu Agama. 8(2): 89-103.

Nurdin, M., S. Nurmaeta, dan M. Tahir. 2014. Peran Pemerintah Daerah dalam
Pemberdayaan Masyarakat Petani Jagung di Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa. Ilmu Pemerintah, 4(1): 66-78.

Panggabean, M. 2015. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan. Dunia


Ilmu, 1(1) : 1-7.

Ramadhoan. 2015. Analisis Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat


Program Pemberdayaan Masyarakat (Community Development) PT.
Sumbawa Timur Mining (STM) terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi
Masyarakat. Ekonomi Pembangunan, 13(1): 121-139.

Sachari, A. 2007. Budidaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga.


Sani, K. F. 2016. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental.
Yogyakarta: Deepublish.

Sari, R. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Usaha


Pariwisata (Meneropong usaha penginapan masyarakat Lokal dan Manca
Negara di Desa Mon Ikeun Lhoknga). Al-Bayan, 22(34) : 53-64.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:


PTRefika Aditama.

Suherman. 2017. Interaksi Lembaga Formal Dan In Formal Dalam Organisasi.


Kapemda. 10(6): 78-86

Syarif. A dan Mutmainnah. Z. 2017. Intisari Sosiologi Pertanian. Makassar: Inti


Mediatama

TTPS. 2010. Buku Panduan Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan


Jender dan Kemiskinan dalam Pembangunan Sanitasi Kota. Jakarta: ISSDP.

Wirhatnolo, R. R. dan R. N. Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan.


Jakarta: Elex Media Komputindo.
LAMPIRAN

A. DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto Bersama Kepala Desa Sukorejo


Kecamatan Sukowono

Gambar 2. Kegiatan Pengajian Rutin di Desa Sukorejo


Kecamatan Sukowono
Gambar 3. Program BUMDes Penyewaan Alat Pesta
Di Desa Sukorejo Kecamatan Sukowono

Gambar 4. Foto Bersama Sekretaris dan Pejabat Kantor Desa Sukorejo


Kecamatan Sukowono

32
Gambar 5. Foto Bersama Peserta FGD di Desa Sukorejo
Kecamatan Sukowono

Gambar 6. Foto Bersama Peserta FGD di Desa Sukorejo


Kecamatan Sukowono

33
B. DIAGRAM FISHBONE

Kebutuhan untuk Rutinitas Harga Sewa di Luar Desa


Pengajian Mahal

Harga Sewa
Pengajian
Mencapai Rp 325.000 BUMDES
Bergilir
Persewaan
Dana Desa Alat Pesta

Pengangkutan Penyimpanan
Alat Sulit

Kesulitan Menyewa
Alat

34
C. SURAT PRAKTEK LAPANG

35
D. DAFTAR HADIR FGD

36
E. KARTU KONSULTASI

37

Anda mungkin juga menyukai