Anda di halaman 1dari 26

SOSPER

LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN


RAPID RURAL APRAISAL SYSTEM
DUSUN KLETAK DESA PUCANGSONGO
KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Muhammad Shiamus Shihab (201610210311004)
Muhammad Herwan (201610210311008)
Yoga Indin Septianing Yungga (201610210311012)
Erfina Anggraini Firunika (201610210311018)
Wini Elfianita (201610210311022)

LABORATURIUM AGRIBISNIS
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum lapang Sosiologi Pertanian disusun guna melengkapi
tugas akhir praktikum Sosiologi Pertanian dan telah diketahui serta disahkan oleh
assisten dan instruktur maupun dosen Sosiologi Pertanian yang telah dilakukan
pada tanggal 18 Oktober 2017 di Desa Pucangsongo, oleh:
Nama / NIM :

1. Muhammad Shiamus Shihab (201610210311004)


2. Muhammad Herwan (201610210311008)
3. Yoga Indin Septianing Yungga (201610210311012)
4. Erfina Anggraini Firunika (201610210311018)
5. Wini Elfianita (201610210311022)
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian – Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang

Telah Disahkan dan Disetujui,


Malang, 13 November 2017
Instruktur Assisten

(Ir. Gumoyo Mumpuni Ningsih, M.P) (Bangun Laksana Prasetyo)

Ketua Laboratorium Agribisnis

(Ir. Gumoyo Mumpuni Ningsih, M.P)

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kepada Alla SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan
Praktikum Sosiologi Pertanian Rapid Rural Apraisal System Dusun Kletak Desa
Pucangsongo Kecamatan Pakis ”. Penyusunan Laporan ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian. Kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian. Pembaca dapat
mengetahui tentang bagaimana dan apa pertanian itu.
Adapun penyusunan laporan ini tidak lepas dari semua pihak yang
mendukung, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Gumoyo Mumpuni Ningsih, M.P selaku instruktur mata kuliah


Praktikum Sosiologi Pertanian.
2. Asisten lab. Agribisnis yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun kepada kami
3. Teman-teman kelompok 4 A1
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan
ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena
itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari laporan ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan laporan akhir ini.
Demikian semoga laporan akhir ini memberikan manfaat umumnya pada
para pembaca dan khususnya bagi punyusunnya sendiri.
Malang, 13 November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR DIAGRAM............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Lokasi dan Aksebilitas...............................................................................1
1.2. Sejarah Lokasi...........................................................................................1
1.3. Tujuan RRA (Rapid Rural Apraisal).........................................................2
BAB II SITUASI KONDISI DI DESA PUCANGSONGO................................4
2.1. Latar Belakang Lokasi...............................................................................4
2.1.1 Kondisi Biofisik...............................................................................4
2.1.2 Kondisi Phisiografik ........................................................................5
2.1.3 Kondisi Tanah ..................................................................................5
2.1.4 Kondisi Iklim....................................................................................6
2.1.5 Kondisi Biologis ..............................................................................6
2.1.6 Pertimbangan lain yang dianggap penting ......................................7
2.2. Keadaan Sosial..........................................................................................8
2.2.1 Karakteristik Demografi...................................................................8
2.2.2 Sumber-Sumber Pendapatan di luar Pertanian.................................8
2.2.3 Ketersediaan dan Distribusi Tenaga Kerja.......................................9
2.2.4 Fasilitas Transportasi........................................................................9
2.2.5 Ketersediaan Fasilitas Pemasaran dan Kredit..................................9
2.2.6 Jaringan Informasi Pasar................................................................10
2.2.7 Koperasi, Gapoktan, dan Organisasi Lainnya................................10
2.2.8 Ukuran Pemilikan Tanah dan Pola Pewarisan, Pola Pemilikan atau
Penguasa Tanah...........................................................................10
2.3. Keadaan Budaya......................................................................................11
2.3.1 Migrasi dan Pengelompokan Etnis.................................................11
2.3.2 Kesukaan pada Tanaman dan Hewan Peliharaan...........................11
2.3.3 Pola Kepemimpinan.......................................................................11
2.3.4 Struktur Sosial yang Berkaitan dengan Penyeleseian Konflik dan
Pengambilan Keputuan...................................................................12
2.3.5 Adat dan Tradisi yang Berhubungan dengan Wanatani..................12
..................2.3.6 Hak dan Kewajiban yang Berhubungan dengan Seks, Umur dan
Kelompok...........................................................................................................................
2.3.7 Situasi Keamanan dan Ketentraman...............................................13
2.3.8 Sikap dan Kepercayaan yang Dianut..............................................13
2.3.9 Pengetahuan dan Keterampilan dalam Wanatani dan Konservasi
Tanah……………………………………………………………13
2.3.10 Persepsi Terhadap Pembangunan.................................................14
2.4. Analisis dan Diagnosis Masalah serta Peluang.......................................14
2.4.1 Pola Ruang Pemukiman (Spatial Patterns)....................................14
2.4.2 Pola Temporal (Temporal Patterns)...............................................14
2.4.3 Pola Aliran (Flow Patterns)...........................................................15
2.4.4 Pola Keputusan (Decision Patterns)..............................................15
2.5. Analisis Jaringan.....................................................................................15
2.6. Formulasi Strategi...................................................................................16
2.7. Prioritas Masalah, Peluang, dan Strategi.................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
3.1. Kesimpulan..............................................................................................18
3.2. Saran........................................................................................................18
Lampiran...........................................................................................................19
DAFTAR TABEL
Tabel 1..................................................................................................................9
DAFTAR DIAGRAM

Bagan 1..................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Lokasi dan Aksibilitas


Observasi desa yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2017
untuk memenuhi tugas praktikum Sosiologi Pertanian. Berlokasi di Desa
Pucangsongo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Khususnya observasi yang
telah dilakukan oleh kelompok kami adalah Dusun Kletak. Dusun Kletak
merupakan salah satu dari empat dusun yang terdapat di Desa Pucangsongo. Desa
Pucangsongo salah satu desa yang terletak paling Timur dari Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang, yang berbatasan dengan Tumpang. Desa Pucangsongo ±
2.900 hektar, dengan penduduk ± 3.000 yang terdiri 4 dusun, 14 RT dan 4 RW.
Karetiristik penduduknya yang mayoritas sebagai petani spesifiknya sebagai
petani sayur jangka pendek. Petani sayur jangka pendek memiliki alasan untuk
menanami lahannya dengan sayur karena lebih cepat tumbuhnya dengan padi.
Hasil petani ini untungnya lebih cepat dan perputarannya.
Aksesibilitas adalah cara orang menuju ketempat tersebut, yaitu Desa
Pucangsongo. Termasuk dalam katagori mudah karena dapat ditemukan
menggunakan alat bantu GPS. Perjalanan dari Universitas Muhammadiyah
Malang menuju Desa Pucangsongo membutuhkan ±2 jam dengan perjalanan
lancar. Perjalanan menuju Desa Pucangsongo termasuk jalan yang mudah dituju
karena jalanan yang sudah diaspal maupun jalan yang masih belum diaspal.
Berdasarkan informasi yang didapat dari kepala desa sebagai narasumber,
pelayanan, sarana dan prasarana desa sudah memadai dan dalam pengoptimalan,
sehingga dapat memberikan layanan yang maksimal bagi penduduk desa serta
mampu mengembang desa secara baik dengan asas gotong royong yang berlaku.

1.2 Sejarah Lokasi


Desa Pucangsongo merupakan salah satu desa yang pernah dijajah oleh
Belanda, pada saat sebelum masa penjajahan Belanda, Desa Pucangsongo hidup
cukup makmur. Masa penjajahan Belanda mambawa dampak pada penduduk
yaitu rasa takut, sehingga selama masa penjajahan warga desa pergi untuk

1
mengungsi ke tempat lain. Penduduk yang mengungsi akhirnya kembali ke Desa
Pucangsongo pada saat Jepang menjajah Indonesia dan mengusir Belanda dari
tanah air. Dampak negatif yang dirasakan warga saat adanya penjajahan dari
Jepang yaitu aturan yang menyiksa penduduk oleh penjajah Jepang. Warga desa
dipaksa untuk menyetorkan sebagian besar hasil pertanian kepada pemerintah
Jepang. Penjajahan membuat warga desa sengsara dan mengalami keterbatasan
dari sandang, pangan maupun papan. Keadaan mulai membaik ketika Indonesia
telah merdeka dan penduduk mulai merasa bebas dari aturan yang ada dahulu.
Asal usul Desa Pucangsongo yaitu dari nama mbah Pucangsari sebagai
pendiri desa. Pucangsosngo berasal dari kata pucang yang artinya pohon jambe/
pohon pinang dan kata songo berarti Sembilan, jadi desa Pucangsongo berarti ada
sembilan pohon pinang yang berdiri besar disekitar kramat mbah pucang sari yang
biasanya disebut dengan punden. Desa Pucangsongo ini terdiri 4 dusun yakni
Dusun Krajan 1, Krajan 2, Kletak dan Karangnongko. Beberapa kepala desa
Pucangsongo yang pernah menjabat yaitu:
1. Pak Darmo adalah kepala desa Pucangsongo pertama yang menjabat pada
tahun 1930-1945.
2. Pak Dulkapur adalah kepala desa Pucangsongo yang kedua dan menggantikan
kepala desa sebelumnya yakni pada tahun 1945. Pada masa penjajahan
Belanda, semua waga Desa Pucangsongo mengungsi ketempat lain dan aparat-
aparat desa digantikan oleh kolonial Belanda.
3. Pak Rasiman adalah kepala desa Pucangsongo pada tahun 1946-1949. Beliau
adalah orang suruhan Belanda untuk menggantikan aparat desa sebelumnya.
4. Pak Tukang menjadi kepala desa Pucangsongo mulai tahun 1951. Beliau
manjebat selama 28 tahun dan dipercaya oleh masyarakat Desa Pucangsongo
sebagai lurah atau pejabat desa untuk menggantikan kepala desa yang
sebelumnya.
5. Pak Aspali menjabat sebagai kepala Desa Pucangsongo selama 8 tahun untuk
menggantikan kepala desa sebelumnya.
6. Pak Nurali menjabat sebagai kepala Desa Pucangsongo selama 5 tahun pada
tahun 1992 untuk menggantikan kepala desa sebelumnya.
7. Pak Jamil menjabat selama 4 tahun pada tahun 1996 dan menggantikan kepala
desa yang sebelumnya.
8. Pak Sulkan adalah kepala desa Pucangsongo yang menjabat selama 2 periode
mulai dari tahun 2002-2008 dan periode kedua mulai tahun 2009- sekarang.

1.3 Tujuan RRA


1. Alat untuk diagnostic, perencanaan, monitoring dan evaluasi suatu proyek
semacam proyek wanatani.
2. RRA dapat membantu sebagai alat penelian (assessment) dan alat diagnostik.
3. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dan berbagai kemungkinan yang
digunakan sebagai entry point dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek.
4. Mengevaluasi seluruh kegiatan kemasyarakatan yang ada di Desa
Pucangsongo.
BAB II
SITUASI KONDISI DESA

2.1 LATAR BELAKANG SITUASI


2.1.1 Kondisi Biofisik
Kondisi biofisik adalah suatu kondisi alam yang mencakup semua sumber
daya berupa kondisi biotik maupun abiotik misalnya pohon, jalan, binatang,
tanaman, tanah dan sebaginya. Desa Pucangsongo merupakan desa yang menjadi
tujuan dalam praktikum lapang mata kuliah Sosiologi Pertanian. Desa
Pucangsongo merupakan salah satu desa yang terkenal karena kemajuan sektor
pertaniannya. Hal ini terlihat dari terkenalnya Desa Pucangsongo sebagai desa
penghasil sayur-sayurannya.
Kondisi biofisik suatu daerah bisa dilihat dari beberapa kondisi yaitu
kondisi tanah, kondisi iklim, kondisi biologis dan kondisi lainnya. Tanah Desa
Pucangsongo merupakan tanah yang gembur dengan pH yang netral sehingga
aman bagi budidaya komoditas pertanian. Faktor lain yang menjadi penunjang
bagi kesuksesan pertanian Desa Pucangsongo adalah kondisi iklim yang
mendukung dimana angin bertiup dengan sepoi - sepoi dan hujan yang selalu
menyediakan persediaan air tambahan bagi irigasi pertanian. Persediaan air utama
warga Desa Pucangsongo adalah dari sumur dan sungai. Faktor tersebut yang
berperan yaitu adanya jalan atau akses menuju pasar yang sudah terbilang mudah
karena jalan sudah di aspal, sehingga mudah untuk dilalui oleh warganya. Desa
Pucangsongo sendiri bisa dibilang sebagai desa yang asri karena desa ini masih
banyak pepohonan, diatas desa masih terdapat hutan yang dominan ditumbuhi
oleh pohon pinus. Suasana di Desa Pucangsongo menjadi nyaman dan sejuk. Desa
Pucangsongo tidak hanya akan melihat tanaman kering seperti tebu, jagung dan
padi, tanaman budidaya yang segar dan hijau seperti sayuran.
2.1.2 Kondisi Phisiografik
Pemukiman penduduk yang ada di Desa Pucangsongo masih disesuaikan
dengan kondisi fisiknya seperti topografi, kesuburan tanah, dan tata air didaerah
tersebut. Pola pemukiman membentuk memanjang, mengelompok dan tersebar.
Kondisi fisik ini mempengaruhi pada pola pemukiman didaerah pedesaan,
sedangkan didaerah perkotaan kondisi fisik daerah tidak berpengaruh terhadap
pola pemukimannya, karena penduduk modern yang dapat memanfaatkan
teknologi untuk mempermudah segala kebutuhannya. Dusun Kletak topografi ini
termasuk dataran tinggi, terbuktikan dengan jalan tempuh yang menanjak pada
saat akan menuju ke Desa Pucangsongo tersebut ketika kami melakukan survey
lapang di Desa Pucangsongo. Alasan itulah yang membuat Desa Pucangsongo ini
cocok untuk ditanami komoditas holtikultura dan dapat tumbuh subur karena
daerah yang terletak di dataran tinggi.
2.1.3 Kondisi Tanah
Tekstur tanah di Desa Pucangsongo memiliki tekstur tanah yang sedang dan
kasar, PH tanah yang kurang baik beberapa daerah dapat mempengaruhi desa
tersebut dan juga mempengaruhi komoditas yang akan ditanam. Keadaan ph tanah
yang kurang baik didaerah desa ini menyebabkan petani memilih untuk menanam
komoditas sayuran, penduduk didesa tersebut menanam komoditasnya tergantung
dari tinggi atau rendahnya daerah tersebut. Menyesuaikan komoditas apa saja
yang cocok untuk ditanam pada daerah tersebut. Komoditas holtikultura yang ada
dapat ditanam pada keadaan tanah tersebut, tetapi hal ini bisa dimanfaatkan petani
untuk mempercepat rotasi tanaman guna memperbaiki kondisi tanah. Panen dapat
dipercepat sehingga bisa mendapat hasil panen dengan cepat, sayur yang
dihasilkan disini memiliki kualitas yang terjamin baik.
2.1.4 Kondisi Iklim
Kondisi iklim Desa Puncangsongo Kota Malang tercatat rata-rata suhu
udara berkisar antara 22,7°C – 25,1°C. Suhu maksimum mencapai 32,7°C dan
suhu minimum 18,4°C. Rata kelembaban udara berkisar 79% – 86%. Kelembaban
maksimum 99% dan minimum mencapai 40%. Seperti umumnya didaerah lain
Indonesia, pola hujan Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 musim, yaitu
musim hujan, dan musim kemarau. Hasil pengamatan Stasiun Klimatologi
Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Februari,
November, dan Desember. Bulan Juni dan September curah hujan relatif rendah.
Kecepatan angin maksimum terjadi dibulan Mei, September, dan Juli.
Poriode kekeringan diwilayah Pucangsongo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang,
Jawa Timur menjadi langganan kekeringan ketika musim kemarau di desa.
Pengandalkan air bersih bantuan dari empat instansi yang secara bergantian
mengirim ke daerah. PMI, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCTR), PDAM,
dan Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Badai hujan disertai angin kencang akan terjadi dalam 3 hari kedepan.
Hujan disertai angin kencang ini merupakan dampak dari badai siklon yang terjadi
di Samudera Hindia dan akan menyerang Indonesia bagian selatan, salah satunya
kota Malang. BMKG pun meminta warga berhati-hati, untuk tidak berteduh
dibawah pohon atau baliho besar, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan dengan arah mata angin timur - selatan kecepatan angin 05 - 40
km/jam.
2.1.5 Keadaan Biologis
Pola penggunaan tanah struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan
tetapi yang perlu mendapatkan perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol
yang memiliki sifat peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat di Desa
Pucangsongo dengan relatif kemiringan sekitar 15%. Tanaman yang tumbuh dan
pola tanaman dataran tinggi di Malang dan dataran tinggi alas. Dataran tinggi juga
dapat terjadi karena adanya bekas kaldera luas yang tertimbun lereng gunung
disekitar. Desa Puncangsongo terdapat banyak sekali jenis tanaman yang dapat
kita tanam seperti tanaman wortel, brokoli, kubis, kentang, labu siam, buah apel,
tomat, kangkung, sawi dan lain-lain. Desa Pucangsongo Kecamatan Pakis
memiliki masalah irigasi dimana pola tanam dan luas tanam yang tidak sesuai
dengan ketersediaan air irigasi sehingga berdampak terhadap kurang maksimalnya
pemberian air irigasi dan hasil produksi pertanian.
Hewan yang dipelihara di Desa Puncangsongo adalah sapi, kambing, ayam,
bebek, ikan dan lain-lain. Rumput yang dominan sama dengan rumput daerah
Malang. Tanaman hutan yang dominan sukun, jati belanda, soka, nangka dan
mahoni. Binatang liar, tanaman atau binatang penganggu dan penyakit tanaman
yang ada di Desa Puncangsongo adalah tikus, wereng, tungau (kutu kecil) hama
ini banyak terdapat pada musim kemarau.
Daun yang terserang kutu akan timbul bercak–bercak kecil kemudian daun
akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara
mengumpulkan daun–daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
Penyakit yang menyerang tanaman kecil pada waktu persemaian bibit.
Perkembangan dan penyebarannya melalui udara dan dalam tanah. Kelembaban
udara dan kelembaban tanah yang tinggi tetapi fluktuasi suhu udara pada siang
hari tidak menentu (kadang dingin dan kadang panas), penyakit ini sering
menyerang.
Penyakit busuk daun dan buah organisme penyebab penyakit ini termasuk
dalam golongan fungi (jamur). Musim hujan dan kelembaban udara tinggi tetapi
fluktuasi suhu udara pada siang hari terlalu tinggi, penyakit ini sering menyerang.
Gejala awal tampak pada daun yang seperti tersiram air panas, kemudian cokelat
membusuk dan melebar.
2.1.6 Pertimbangan Lain yang Dianggap Penting
Desa Pucangsongo merupakan tanah yang gembur dengan PH yang netral
sehingga aman bagi budidaya komoditas pertanian. Faktor lain yang menjadi
penunjang bagi kesuksesan pertanian Desa Pucangsongo adalah kondisi iklim
yang mendukung dimana angin bertiup dengan sepoi-sepoi dan hujan yang selalu
menyediakan persediaan air tambahan bagi irigasi pertanian. Persediaan air utama
warga Desa Pucangsongo adalah dari sumur dan PDAM.
Desa Pucangsongo tidak memiliki erosi tanah karena di Desa Pucangsongo
masih alami sejuk dan masih banyak pepohonan. Kondisi tanah yang ada di Desa
Pucangsongo tergolong tanah yang subur, sehingga cocok untuk digunakan
sebagai lahan pertanian guna menghasilkan komoditi yang dapat dijual atau
dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Ketersedian buruh di Desa Pucangsongo Kabupaten Malang yaitu mencapai
40% lalu pada bahan tanam atau pun bibit tidak langsung tersedia, karena Desa
Pucangsongo mendapatkan bibit tersebut dengan membeli di toko pertanian yang
ada di Kabupaten Malang maupun didaerah lain.

2.2. Keadaan Sosial Ekonomi


2.2.1. Karakteristik Demografi
Desa Pucangsongo adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang. Desa dengan penduduk kurang lebih 3000 jiwa ini
mempunyai luas wilayah 2900 Ha. Desa Pucangsongo terdiri dari 4 Dusun, yaitu
Dusun Krajan1, Krajan 2, Kletak dan Karangnongko. Dusun Krajan 1 terdiri dari
1 RW yaitu RW 02 yang terbagi atas 2 Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 03 dan RT
04. Dusun Krajan 2 terdiri dari 1 RW, yaitu RW 03 yang terbagi atas 6 Rukun
Tetangga (RT), yaitu RT 05, RT 06, RT 07, RT 08, RT 09, RT10. Dusun
Karangnongko terdiri dari 1 RW, yaitu RW 01 yang terbagi atas 2 Rukun
Tetangga, yaitu RT 01 dan RT 02 . Dusun Kletak terdiri dari 1 RW yaitu RW 04
yang terbagi atas 4 Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 11, RT 12, RT 13, RT 14. Desa
Pucangsongo terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 14 Rukun Tetangga (RT)
dengan sistem pemilihan langsung. Penduduk Desa Pucangsongo sebagian besar
berprofesi sebagai petani dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Desa
Pucangsongo tidak pernah terjadi migrasi penduduk.
2.2.2. Sumber-sumber Pendapatan di Luar Pertanian
Sumber pendapatan di Desa Pucangsongo selain dalam bidang pertanian,
masyarakat Desa Pucangsongo berprofesi sebagai pedagang dan sebagian kecil
berprofesi sebagai PNS. Pendukung dan penggerak ekonomi Desa Pucangsongo
yang utama adalah dari sektor pertanian, hampir 75% yang meliputi petani padi,
petani palawija, petani tebu dan petani sayuran. Sektor jasa dan perdagangan
yang juga sebagai motor penggerak ekonomi desa. Mayoritas tanaman pada
sektor pertanian sendiri yaitu tanaman sayuran seperi sawi, bayam, kangkung,
cabai, tomat, kemangi, kacang panjang, dan tanaman palawija seperti jagung.
Pendapatan yang dihasilkan rata-rata Rp. 1.000.000,- ke bawah, karena hasil
panennya rata-rata relatif kecil. Masyarakat di desa Pucangsongo juga bermata
pencaharian sebagai pedagang dengan cara membuka toko kelontong atau
berdagang di pasar dan ada juga yang menjadi PNS maupun sebagai perangkat
desa.
2.2.3. Ketersediaan dan Distribusi Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja di Desa Pucangsongo masih kurang. Tenaga
kerja yang dibutuhkan diambil dari tenaga kerja yang berasal dari luar desa atau
dikerjakan sendiri. Hal ini membuat petani mengeluarkan biaya untuk pengolahan
lahannya, walaupun lahan yang dimiliki petani Desa Pucangsongo rata-rata tidak
sampai 1 hektar. Upah tenaga kerja di Desa Pucangsongo berkisar antara Rp.
20.0000 – Rp. 35.000. Tenaga kerja laki-laki dibayar dengan Rp. 35.000 perhari
sedangkan tenga kerja perempuan dibayar dengan Rp. 20.000 – Rp. 25.000
perharinya.
Tabel 1. Data jenis pekerjaan penduduk desa Pucangsonggo
NO PEKERJAAN JUMLAH KET.
1 TNI / PNS 6 / 18
2 Wiraswasta 302
3 Petani 387
4 Buruh 831
5 Pedagang 702
6 Tidak bekerja 231
Jumlah 2.474
Sumber : Data Primer, diolah 2016
Data di atas maka angka pengangguran di Desa Pucangsonggo sudah
berkurang. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 15-55
yang belum bekerja berjumlah 231 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar 2.474
orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran angka pengangguran di Desa
Pucangsonggo.
2.2.4. Fasilitas Transportasi
Transportasi di Desa Pucangsongo sudah bisa dibilang mudah, masyarakat
sudah mempunyai kendaraan pribadi baik itu kendaraan beroda 2 atau kendaraan
beroda 4. Kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang dijadikan acuan
kemajuan suatu daerah. Akses jalan menuju ke Desa Pucangsongo sudah beraspal,
walaupun ada sedikit lubang di sekitar aspal. Hal ini membuat akses menuju desa
maupun antar dusun menjadi lebih baik dan mampu menunjang kegiatan produksi
masyarakat Desa Pucangsongo.
2.2.5. Ketersediaan Fasilitas Pemasaran dan Kredit
Sistem pemasaran di Desa Pucangsongo menggunakan sistem salur.
Maksudnya kegiatan pemasaran dilakukan secara tidak langsung dimana para
petani akan menyalurkan atau menjual hasil panennya kepada orang lain.
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh para petani di Desa Pucangsongo
kebanyakan diserahkan kepada tengkulak. Petani di Desa Pucangsongo kurang
memiliki pengetahuan mengenai pemasaran hasil panen mereka. Ketika seorang
tengkulak datang, petani Desa Pucangsongo dengan mudahnya menyerahkan hasil
panennya karena mereka tidak memilki relasi bisnis bagi pemasaran hasil
panennya. Sebagian petani yang menitipkan hasil panennya kepada pedagang di
pasar. Fasilitas kredit untuk usaha petani di Desa Pucangsongo sudah tersedia
Koperasi Unit Desa (KUD), dimana para petani mampu meminjam modal dengan
batas pengembalian tertentu.
2.2.6. Jaringan Informasi Pasar
Pengetahuan akan pasar para petani di desa Pucangsongo masih kurang.
Petani jarang yang menjual hasil panennya langsung ke pasar, melainkan melalui
perantara tengkulak. Mereka tidak mengerti akan harga pasar secara pasti.
Sebagian Petani Ada juga yang biasanya membuat suatu komunitas yang
membudidayakan suatu komoditas yang sama., misalnya Kubis. Setelah panen,
para anggota komunitas ini mengumpulkan hasil panennya di suatu gudang dan
menjualnya secara bersamaan dengan informasi pasar yang diketahui.
2.2.7. Koperasi, Gapoktan, dan Organisasi Lainnya
Semua organisasi masyarakat berjalan dengan lancar dan memiliki
kegiatan yang selalu dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Setiap minggunya
di Desa Pucangsongo juga melaksanakan organisasi yang ada seperti
pengajian/tahlilan, Karang taruna, remaja Masjid, gapoktan dan kegiatan lainnya.
Beberapa penduduk Desa Pucangsongo juga tidak aktif dalam organisasi yang
dilaksanakan oleh Desa Pucangsongo dan hanya mengikuti beberapa organisasi
seperti tahlilan karena pengajian dilaksanakan setiap satu minggu sekali dan
bergantian di rumah penduduk Desa Pucangsongo.
2.2.8. Ukuran Pemilikan Tanah dan Pola Pewarisan
Ukuran tanah yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat adalah berukuran
sedang karena merupakan warisan dari keluarganya, sehingga kepemilikan tanah
sering kali berpindah-pindah. Sebagian tanah adalah milik desa yang digunakan
untuk kantor dan sarana umum lainnya. Mayoritas penggunaan tanah ini
digunakan untuk kegiatan pertanian, dimana hal tersebut mampu menghasilkan
pendapatan yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan penduduk. Kepemilikan
tanah mayoritas penduduk Desa Pucangsongo milik sendiri dan mendapat warisan
dari keluargannya namun sebagian penduduk masih menyewa tanah karena
sebagian terdapat pendatang baru dari daerah luar yang membeli tanah di Desa
Pucangsongo. Kabanyakan lahan pertanian penduduk Desa Pucangsongo milik
sendiri dari warisan keluarga, ada juga tanah didesa Pucangsongo yang dimiliki
bukan penduduk asli Desa Pucangsongo dan disewakan kepada masyarakat yang
ada didesa Pucangsongo untuk dirawat atau ditanami. Keberadaan tanah yang
disewakan ini juga merupakan salah satu hal yang penting karena sedikit-banyak
hal ini dapat membantu meningkatkan perekonomian penduduk.
2.3. Keadaan Budaya
2.3.1. Migrasi dan Pengelompokan Etnis
Desa Puncangsongo di huni oleh mayoritas orang asli desa tersebut.
Migrasi ke desa ini jarang sekali terjadi. Penduduk pendatang, hal itu dapat
dihitung. Desa ini tidak ada pengelompokkan etnis, seluruh lapisan masyarakat
yang ada saling membaur satu sama lain. Hubungan penduduk Desa
puncangsongo sangat harmonis satu sama lainnya. Baik masyarakat asli maupun
pendatang saling berkomunikasi dengan baik. Mereka selalu rukun dan jika ada
masalah selalu di selesaikan bersama dengan cara mufakat, jika ingin bermigrasi,
desa ini salah satu contoh desa yang penuh dengan orang ramah, baik dan
suasanya tentram.
2.3.2. Kesukaan Pada Tanaman dan Hewan Peliharaan
Desa Puncangsongo merupakan desa pertanian , desa ini dapat melakukan
kegiatan pertanian tidak hanya di sawah, mereka bisa melakukannya di ladang
juga. Tanaman yang mayoritas ditanam di Desa Puncangsongo adalah jenis
komoditas sayuran holtikultira untuk dijadika sebagi sumber mata pencaharaian
dan meka memilih hewan peternakan seperti kambingmkerbau sapi dan ayam
untuk dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan. Mereka cenderung memilih
binatang binatang tesebur karena dinilai memiliki nilai ekonomis yang
tinggi.seperti cabe, tomat, sawi, dan lain-lain.
2.3.3. Pola Kepemimpinan
Pola kepemimpinan di Desa Puncangsongo sama saja dengan pola
kepemimpinan di desa-desa lainnya. Kepemipinan didaeah puncang songo bersifat
dengan sistem musyawarah diatas mufakat untuk menyelesaikan sebuah masalah
sehingga setiap ada masalah diselisaikan dengan cara bermusyawarah. Kepatuhan
masyarakat tergantung dari bagaimana pemimpinnya. Jika pemimpin dapat
menjadi panutan dan bisa bekerja dengan baik serta jujur maka masyarakat akan
mendengarkan dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pemimpinnya.
Pemilihan pemimpin desa dilakukan secara demokratis. Warga yang sudah
memiliki hak pilih diwajibkan untuk memilih calon-calon kepala desa yang ada.
2.3.4. Struktur Sosial yang Berkaitan dengan Penyelesaian Konflik dan
Pengambilan Keputusan
Penyelesaian konflik yang terjadi di desa Puncangsongo menggunakan
metode musyawarah agar setiap warga tidak menimbulkan perpecahan dan rasa
kekeluargaan antar warga masih terjaga. Terutama konflik yang berurusan dengan
kekeluargaan seperti KDRT, perselingkuhan, pencurian atau konflik apapun yang
menimbulkan perpecahan. Konflik-konflik ini memang jarang terjadi di
lingkungan Puncangsongo.
2.3.5. Adat dan Tradisi yang Berhubungan dengan Wanatani
Di Desa Puncangsongo Kecamatan tidak memiliki tradisi yang
berhubungan dengan watani, dulu sempat ada tetapi tradisi itu mulai hilang dan
saat ini sudah tidak ada lagi tradisi watani yang dilaksanakan di Desa
Puncangsongo.
2.3.6. Hak dan Kewajiban yang Berhubungan dengan Seks, Umur dan
Kelompok
Setiap penduduk mempunyai hak dan kewabibannya sendiri-sendiri baik
itu kalangan masyarakat bawah hingga kalangan keatas. Baik sebagai masyarakat
biasa maupun perangkat desa. Masyarakat di Desa Puncangsongo melakukan hak
dan kewajibannya dengan baik serta menjaga tali silaturahmi yang cukup rukun.
Penduduk di desa memiliki hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan
jabatan mereka di desa ini, tapi kewajiban masyarakat Desa Banjarejo menjaga
desa sebaik-baiknya serta menjaga silaturahmi antar penduduk. Mengadakan
gotong royong untuk memperbaiki desa agar Desa Puncangsongo tetap terlihat
sebagai desa yang bersifat kekeluargaan dan sejahtera. Untuk hak masyarakat
pada penduduk berhak mengutarakan pendapatnya pada petinggi-petinggi desa.
Adapun hak untuk menikah di usia muda untuk yang perempuan menikah di usia
15-17 th dan untuk laki-laki menikah diusia 17-20 th, sehingga masih minim
kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi didesa tersebut namun saat ini sudah
ada perkembangan dan beberapa penduduk desa sudah mengenyam pendidikan
dari tingkat SMA sampai Perguruan Tinggi dan sudah ditetapka peraturan terkait
usia pernikahan ideal denga rata-rata perempuan boleh menikah di usia 20 th dan
laki laki diusia 23 th. muda maupun menikah di usia yang cukup matang,
tergantung pada individual masing-masing masyarakat desa tersebut.
2.3.7. Situasi Keamanan dan Ketentraman
Desa Puncangsongo memiliki sistem keamanan yang baik sehingga
menunjang tingkat ketenteraman di daerah tersebut, salah satu sistem keamanan
yang rutin dilakukan merupakan siskamling, siskamling ini dilakukan bergiliran
tiap-tiap RT. Sikap dan kepercayaan yang dianut cukup tinggi dan utama. Situasi
keamanan dan ketentraman di Desa Puncangsongo selama ini selalu terjaga
sampai sekarang dikarenakan masyarakat di Desa Puncangsongo selalu
mengutamakan gotong royong dan saling membantu sesama. Masyarakat Desa
Puncangsongo selalu mengadakan pos keamanan atau siskamling, yang mana para
lelaki berjaga dengan sistem bergiliran keliling desa pada malam hari. Selain itu
jadwal sudah di atur dan sudah di sepakati bersama oleh pihak yang telah
ditunjukkan, selain itu Stategi pengamana Desa Puncangsongo kepala desa
mewajibkan bagi pencuri yang tertangkap mencuri di desa tersebut diwajibkan
untuk menyumbangkan bibit tanaman dan akan dibina apabila tindakan tersebut
belum masuk hukum pidana agar msyarakat desa lebih produktif dan mengurangi
kesenjangan sosial.
2.3.8. Sikap dan Kepercayaan yang Dianut
Semua masyarakat Desa Banjarejo menganut agama islam. Untuk
membuktikan semua masyarakat Desa Banjarejo ini menganut agama islam
adalah dapat dilihat dari banyakya masjid yang ada di desa ini dan tidak
ditemukan tempat ibadah lain didesa ini kecuali masjid. Masjid-masjid disini juga
bangunannya sudah modern dan besar hal ini juga membuktikan agama islam di
desa Puncangsongo ini berkembang secara menyeluruh.
2.3.9. Pengetahuan dan Keterampilan dalam Wanatani dan Konservasi
Tanah
Pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian masyarakat Desa
Puncangsongo sudah sangat mencukupi untuk bersaing dengan desa atau kota
lain. Hal ini didukung dengan keterampilan yang ada informasi pasar pun juga
sudah dimiliki oleh masyarakatnya. Pengetahuan dan keterampilannya sudah
cukup memadai dan efisien, serta menguntungkan untuk dijalankan dan
dikembangkan Wuisman,j,j,j M.(1996).
2.3.10. Persepsi Terhadap Pembangunan
Masyarakat Desa Puncangsongo Dusun Kletak sangat apresiasif terhadap
pembangunan. Contohnya saja seperti perbaikan jalan yang kini sudah aspalan
semua. Selain itu juga dengan berdirinya posyandu mereka semakin mengerti
tentang persepsi terhadap pembangunan posyandu yang memang untuk
mensejahterakan kesehatan masyarakat sekitar. Kegiatan dari posyandu sudah
tidak dari rumah ke rumah melainkan memliliki gedung sendiri. Strategi supaya
masyarakat ikut posyandu sudah tidak membutuhkan penyuluhan karena
masyarakat sudah sadar. Selama berdirinya dan berjalannya pelayanan posyandu
tidak ada masalah. Posyandu kegiatannya sekali dalam sebulan dan di pagi hari.
Kegiatannya meliputi penimbangan berat badan, imunisasi, vitamin.
2.4. Analisis Dan Diagnosis Masalah Serta Peluang
2.4.1. Pola Ruang Pemukiman (spatial patterns)
Pemukiman yang ada di Dusun kletak merupakan pemukiman yang
tercipta hak milik atas tanah oleh masyarakat sendiri. Umumnya masyarakat
Dusun kletak membangun rumah di atas sebidang tanah yang mereka punya
sendiri. Tanah yang dimiliki oleh masyarakat Dusun kletak merupakan tanah yang
tidak seberapa luasnya, disebabkan oleh hasil pembagian pada setiap ahli waris
keluarga (Dariah,A.2004). Pemukiman yang dibangun penduduk Dusun kletak
merupakan pemukiman yang mengikuti jalan, namun banyaknya Kepala
Keluarga, sehingga banyak yang membangun rumah di dalam gang-gang yang
dibuat oleh mereka sendiri. adanya pembangunan pemukiman yang teratur ini,
pemukiman Dusun kletak terlihat rapi meskipun jumlahnya banyak
(Dirman.1958).
2.4.2. Pola Temporal (temporal patterns)
Pola temporal yaitu pola tanaman yang di terapkan oleh petani. Dusun
kletak hampir setiap petani menerapkan sistem pola ta naman yang sama, karena
hal ini menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik dari komoditas yang di tanam.
Dusun kletak itu sendiri menerapkan pola tanaman hortikultur dan tanaman
pangan (Malayu S,P.Hasibuan.20067). Tanaman holtikultur dianggap
menguntungkan karena di setiap lahan tidak berpatokan menanam satu komoditas
tanaman saja melainkan minimal dua macam tanaman yang berbeda.
dimaksudkan agar petani memperoleh pendapatan yang optimal dan Setiap petani
yang menerapkan sistem pola tanaman hortikultur melakukan pada tanaman
musiman salah satu contohnya : tanaman sawi dan tomat.
2.4.3. Pola Aliran (flow patterns)
Pola aliran merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari
lembah-lembah baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak
dialiri sungai. Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur,
sejarah diastrofisme, sejarah geologi dangeomerfologi dari daerah alairan sungai
demikian pola aliran sangat berguna dalam interpretasi kenampakan
geomorfologis, batuan dan struktur geologi. Dusun kletak ketersedian air yang
cukup dan volume air 16 m² serta sebagian masyarakat pakai air sumur , tingkat
kesuburan tanah standar dan ada yang subur (Ross,dkk,1997) .
2.4.4. Pola Keputusan (decision patterns)
Pola keputusan adalah pengambilan keputusa tentang hal-hal yang
memiliki konflik, permasalahan di masyarakat Dusun kletak biasanya masyarakat
menyelesaikan secara kekeluargaan, jika seara kekeluargaan tidak bisa maka di
selesaikan dengan cara musyawarah, jika musyawarah juga tidak menemukan
solusi maka masyarakat Dusun kletak akan menunjuk pemimpin ( kepala desa )
untuk pengambilan keputuan jika di kepala desa masih tidak mendapatkan
penyelesaian makan di lanjutkan ke pengadilan atau hukum yang berlaku di
daerah tersebut (Sastraatmadja,entang.2010).
2.5 Analisis Jaringan
Bagan 1

Tenaga Kerja Hama dan Perubahan


Kurang Penyakit Iklim

Harga Jual
Produksi Rendah
Bergantung Pada Tidak Mengetahui
Tengkulak Harga Pasar
2.6 Formulasi Strategi
Memanfaatkan lahan yang belum terkonvesi dengan baik karena potensi
tanah di Dusun kletak cukup baik untuk ditanami tanaman hortikultura seperti
tomat, sawi, bayam,kubis kangkung dan lain-lain. Serta harus diadakan
penyuluhan dan pembenahan agar sistem dan pola pertaniannya semakin
berkembang dan maju. Dengan penyuluh harus mengetahui bagaimana keadaan
desa tersebut Caser, Lewis A. (1977).
2.7 Prioritas Masalah, Peluang dan Strategi
Kegiatan untuk meningkatkan produktivitas petani di Dusun kletak
dilakukan dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
akan dihadapi oleh para petani dalam mengahadapi naik turunnya produktivitas
hasil panen. Masalah utama yang dihadapi Dusun kletak, dusun Kletak adalah
tidak adanya jaringan pemasaran untuk mendistribusikan hasil panennya. Petani
yang menggantungkan hasil panennya pada tengkulak tidak memperoleh
kepastian keuntungan. Hama dan kurangnya tenaga kerja, sehingga membuat para
petani lebih banyak pengeluarannya daripada pendapatannya. penghasilan dari
hasil panen yang tidak sesuai tersebut, maka akan sulit bagi petani
mengembangkan kegiatan usaha pertanian mereka (Suparlan,P.1985).Peluang
yang dimiliki oleh Dusun kletak adalah memiliki lahan yang luas. Mempunyai
tanah yang subur dan sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan,
karena kondisi alam demikian dapat mengantarkan sektor pertanian menjadi
penyumbang Produk Domestik Desa Bruto (PDDB). Selain itu, diperlukan juga
penyuluhan agar para petani tidak salah langkah dan mampu tercapai hasil yang
maksimal (Soerjono Soekanto.2000).
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasrkan uruaian pembahasan diatas makan dapat disimpulkan bahwa dusun
Kletak merupakan salah satu dusun yang berada di desa Pucangsongo 75% warga dusun
berprofesi sebagai petani sayur mayur atau komoditas jangka pendek berguna
mempercepat rotasi tenaman, memperbaiki kondisi tanah dan memperbanyak hasil yang
didapatkan dari pertanian. Berprofesi sebagai petani, sebagian dari warga dusun Kletak
berprofesi sebagai peternak, pekerja kasar proyek, produksi homeindustri dan kedinasan.
Perkembangnya para petani di dusun Kletak mulai dirasakan sejak diterapkan sistem
pertanian yang berjangka pendek. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan alat-alat yang
sudah dapat dikatagorikan sebagai alat moderen, sistem pertanian yang sudah beralih dari
sistem pertanian tradisional ke sistem pertanian modern meskipun hal ini tidak dilakukan
oleh keseluruhan warga dusun Kletak. Keberadaan organisasi-organisasi seperti
kelompok tani atau gabungan kelompok tani, meningkatkan hasil pertanian warga melalui
bantuan yang diberikan oleh pemerintah secara langsung ke poktan maupun gapoktan,
dan meningkatnya pengetahuan mengenai pertanian melalui diskusi-diskusi dan
penyuluhan yang dilakukan secara rutin.

3.1 SARAN
1. Berdasarkan pendapat dari salah satu dosen, bahwa fieldtrip yang dilakukan
masih menggunkan kendaran roda dua secara rame-rame atau satu kelas dapat
membahayakan para mahasiswa, sehingga akan lebih baik jika pihan
laboratorium untuk memfasilitasi kendaraan bersama yang dapat digunakan demi
terjaminnya keselamatan para peraktikan.
2. Berdasarkan observasi serta wawancara yang telah dilakukan, seluruh warga
dusun Kletak perlu untuk lebih aktif untuk mengembangkan pertanian ke arah
pertanian moderen dan berkelanjutan dengan meninggalkan bahan-bahan yang
tidak organik demi kepentingan pertanian jangka panjang.

LAMPIRAN
REVISI :
1. Mulai bab 2 dari kondisi biofisik itu menggunakan nama dusun bukan desa.
2. Ditambah literatur yang meguatka untuk daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai