Oleh:
Pendamping:
Dr. Titien
PUSKESMAS PATI 1
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PATI
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul
Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Asi Eksklusif Sebelum
Dan Setelah Penyuluhan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. selaku kepala Puskesmas Pati 1
2. dr. yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami
termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1 Air Susu Ibu (ASI) ....................................................................... 3
2.1.1 Pengertian ASI................................................................... 3
2.1.2 Volume ASI....................................................................... 3
2.1.3 Komposisi ASI................................................................... 3
2.1.4 Zat Gizi dalam ASI............................................................ 6
2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI........................................ 8
2.1.6 Manfaat ASI....................................................................... 10
2.2 Laktasi............................................................................................. 11
2.2.1 Fisiologi Laktasi................................................................. 11
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI............. 13
2.3 ASI Eksklusif.................................................................................. 14
2.4 Kerangka Konsep........................................................................... 15
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................... 16
3.1 Jenis Penelitian............................................................................... 16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 16
3.3 Desain Penelitian ........................................................................... 16
3.4 Sampel Penelitian........................................................................... 16
3.5 Metode Pengumpulan Data........................................................... 16
3.6 Instrumen Penelitian...................................................................... 17
iii
3.7 Definisi Operasional....................................................................... 17
3.8 Aspek Pengukuran......................................................................... 17
BAB 4. HASIL.................................................................................................. 18
4.1 Profil Komunitas Umum (Puskesmas Tanggul) ........................ 18
4.2 Data Geografis................................................................................ 19
4.3 Data Demografis............................................................................. 20
4.4 Sumber Daya Kesehatan............................................................... 21
4.5 Sarana Kesehatan yang Ada ....................................................... 21
4.6 Data Kesehatan Primer................................................................. 22
4.7 Karakteristik Responden............................................................... 22
4.7.1 Umur Responden................................................................ 22
4.7.2 Pendidikan Responden....................................................... 23
4.7.3 Pekerjaan Responden......................................................... 23
4.8 Gambaran Pengetahuan Ibu Saat Pre-Test & Post-Test .......... 23
4.9 Gambaran Sikap Ibu Saat Pre-Test & Post-Test ....................... 24
4.10 Hasil Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Karakteristik ....... 25
4.11 Hasil Tabulasi Silang Sikap dengan Karakteristik .................... 26
BAB 5. PEMBAHASAN DAN DISKUSI....................................................... 27
5.1 Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Penyuluhan................... 27
5.2 Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Penyuluhan.................... 28
5.3 Sikap Ibu Sebelum Diberikan Penyuluhan................................ 29
5.4 Sikap Ibu Sesudah Diberikan Penyuluhan................................ 30
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 31
6.1 Kesimpulan..................................................................................... 31
6.2 Saran................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 32
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi
tinggi serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI
segera atau 30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian
ASI saja atau menyusui secara ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan
pemberian makanan tambahan setelah umur enam bulan tetap memberian ASI
sampai dengan umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005;22).
Kejadian diare dapat terjadi 3-14 kali lebih tinggi pada anak-anak yang
diberi susu formula dibandingkan dengan anak yang hanya diberi ASI.
Memberikan ASI kepada bayi anda bukan saja memberikan kebaikan bagi bayi
tapi juga keuntungan untuk ibu, proses menyusui menguntungkan ibu dengan
terdapatnya lactational infertility, hingga memperpanjang child spacing (Pudjiadi,
2000).
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada
tahun 2019 sebesar 66,0%, meningkat bila dibandingkan persentase pemberian
ASI eksklusif tahun 2018 yaitu 65,6%. Kabupaten/kota dengan persentase
pemberian ASI eksklusif tertinggi adalah Purworejo yaitu 87,5 % dan terrendah
adalah Pemalang yaitu 36,4 %( Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2019)
1
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Salah satu penyebab
rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu kurangnya pengetahuan ibu yang
berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui. Untuk mengubah perilaku ibu
dalam pemberian ASI tersebut diperlukan banyak upaya, salah satunya melalui
pendidikan kesehatan (Penkes). Pemberian Penkes tentang ASI eksklusif mampu
merubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat menambah pengetahuan
ibu mengenai ASI eksklusif (Winarsih, Resnayati, & Susanti, 2007, hlm.50).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu mengenai
ASI eksklusif sebelum dan setelah diberikan penyuluhan di wilayah kerja
Puskesmas Pati 1
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
pengetahuan dan sikap ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Pati 1
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.
2. Mengidentifikasi sikap responden tentang ASI Eksklusif.
3. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI ekskusif terhadap
pengetahuan ibu
4. Untuk mengetahui pengaruh dari penyuluhan ASI eksklusif
terhadap sikap ibu.
2
Manfaat Penelitian
Bagi Instansi Kesehatan
1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pati 1 dalam upaya peningkatan
cakupan program
2. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan saran
yang membangun untuk penelitian selanjutnya.
Bagi Masyarakat
1. Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada ibu menyusui
2. sebagai upayamenurunkan angka kematian bayi.
3. Dapat memacu masyarakat khususnya keluarga terdekat untuk berperan
serta dalam mendukung pemberian ASI eksklusif kepada ibu menyusui.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
4
bulan. Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusui
dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik
dan komposisi berbeda yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi
sebesar 150–300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan
ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum
protein yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah
alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih
usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi
yang baru lahir segera bersih dan siap menerima makanan selanjutnya.
Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58 kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10.
Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin
rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi
sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran
ASI mulai stabil.
c. ASI matang / matur
adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya
dengan volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada
besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.
Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping
selain ASI.
5
Tabel 1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi Tdk ada Mgkn ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jml sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian
mdh dicerna sukar dicerna diperbaiki
Kasein:whey Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
40:60 ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA
(ALE), DHA / dan AA
AA - Tdk ada lipase
-Mengandung
lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap
dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama
WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000
6
masih belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap
permasalahan kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan
akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang
dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang
encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air
susu berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat
akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal
dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai
empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang
dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak
memperoleh air susu ini (Mizuno, K. et al., 2008).
7
terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih
cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat
menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya
dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus
bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin (Pudjiadi, 2004)
2. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan
pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya
hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan
karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein yang sangat
halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada di dalam
susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh bayi.
3. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Docosahexaenoic acid (DHA) dan
Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
(myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi
untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA
dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya yaitu asam linolenat
(Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6).
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak
dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI
lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI.
(Dadhich, J.P., Dr. 2007).
4. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak
8
sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi.
Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar harus
dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.
Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk
mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi
tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena konstipasi atau gangguan
metabolisme.
5. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah
terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi
belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami
pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan pemberian vitamin K untuk proses
pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam jumlah yang cukup, sedangkan
golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu
ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.
Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit
N Komposisi Peranan
O
1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan
bakteri yang menguntungkan dalam
usus bayi untuk mencegah
pertumbuhan bakteri yang merugikan
seperti E. Coli patogen
9
2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi
tidak digunakan oleh bakteri patogen
untuk pertumbuhannya.
10
1. ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna
dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susu buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi asam
laktat yang bermanfaat untuk :
- menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
- Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang
dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa
jenis vitamin.
- Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti
calsium, magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 0-6 bulan pertama
4. ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
5. ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung
anak pada masa dewasa.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan
manfaat pada ibu, yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan;
dan ibu belum haid.
4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin
antara ibu dan bayi.
5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
11
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan
untuk keperluan lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit,
sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
2.2 Laktasi
2.2.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
hormonal. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon
yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen,
prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL)
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI. Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis
I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon
prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang
dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin
dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian
kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon
prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon
ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level
prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar
12
pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa
penuh. Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari)
setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI
mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI.
Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat
dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini
dirangsang, maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin, hormon inilah yang berperan pada produksi ASI. Prolaktin
dibentuk lebih banyak pada malam hari.
b. Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi
otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga
involusi makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada
hari-hari pertama meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula (Guyton, 2003).
13
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI
Makanan Ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Namun jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi
yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu
dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan
akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan rasa
tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal
dalam menyusui bayinya.
Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi
pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi
jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara
keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan
14
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
produksi ASI.
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
Jaringan payudara hipoplastik
15
seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung
masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi, akan tertutup rapat
setelah bayi berumur enam bulan (Manajemen laktasi, 2004).
16
BAB 3. METODE PENELITIAN
16
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tanggul, yaitu data demografi
penduduk, serta gambaran umum mengenai Kecamatan Tanggul dan jumlah ibu
menyusui dan ASI Eksklusif.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang di gunakan adalah kuesioner, dan leaflet.
17
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:
1. Skor 12-15 = baik.
2. Skor 7-11 = sedang.
3. Skor <7 = kurang.
2. Sikap
Sikap ibu diukur dengan memberikan 10 buah pertanyaan menggunakan
Hasil skor :
- jawaban sangat setuju diberi nilai 3
- jawaban setuju diberi nilai 2
- jawaban tidak setuju diberi nilai 1
Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran
tingkat sikap ibu hamil menurut Pratomo (1990):
a. Kategori baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari
75%
b. Kategori sedang, apabila nilai yang diperoleh responden 40%-75%
c. Kategori kurang, apabila nilai yang diperoleh responden kurang dari
40%
18
BAB 4. HASIL
Probolinggo
19
dengan dengan wilayah Kabupaten Probolinggo
Sebelah Barat : daerah dataran rendah berbatasan dengan wilayah
Puskesmas Semboro yaitu desa Pondokdalem,
ke barat
menuju Surabaya.
Sebelah Timur : daearah dataran rendah berbatasan dengan wilayah
Puskesmas Klatakan Kecamatan Tanggul, ke timur
menuju Kabupaten Jember.
Nama Desa Luas Jarak Waktu Juml Juml. Juml.
wilayah kePusk tempuh RT/RW rumah KK
km-2 /menit
Tanggul Kulon 115.63 2 10 61/20 1882 3460
Tanggul Wetan 88.99 4 15 81/28 2687 5037
Patemon 111.07 5 20 63/6 1695 2728
Kramat Suko 152.63 8 45 42/6 1547 1727
Manggisan 117.79 7 30 62/31 2023 3165
578.7 309/91 9834 16117
20
Tgl.Wetan 261 1085 4420 302 288
Patemon 167 695 2832 193 185
Kramat SH 102 426 1734 118 113
Manggisan 178 738 3006 205 196
Jumlah 912 3791 15441 1053 1007
II
Puskesmas Pembantu 1 1 -
4 2 -
Perawat Kesehatan
Bidan
III
Polindes 1 1 -
Bidan di desa
IV
Poskesdes - 1 -
Bidan
21
5. Unit Layanan 24 Jam / UGD
6. Unit Layanan KIA / KB / Imunisasi
7. Unit Layanan Laboratorium
8. Unit Layanan Rawat Inap
9. Unit Layanan VK Bersalin
10. Unit Layanan Kamar Obat
11. Unit Layanan Loket
22
4.7.2 Pendidikan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 20 66,67
2 SMP 5 16,67
3 ≥SMA 5 16,67
Total 30 100
4.8 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre- test)
dan Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Grafik 2. menjelaskan adanya perubahan tingkat pengetahuan antara
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat
pengetahuan ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan kepada responden
sehingga bisa membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang ASI
eksklusif.
23
30
25
20 Baik
15 Sedang
Kurang
10
5
0
Pre-Test Post-Test
4.9 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-test) dan
Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum
diberikan penyuluhan adalah sebanyak 17 orang (56,7%) berada pada kategori
sedang, 11 orang (36,7%) berada pada kategori baik dan sebanyak 2 orang (6,7%)
dengan kategori kurang. Dapat dikatakan bahwa sikap responden tentang ASI
eksklusif sebelum diberikan penyuluhan sejalan dengan pengetahuannya terhadap
hal yang sama. Kemudian setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 24
orang (80,0%) berkategori baik, sebanyak 6 orang (20,0%) berada pada kategori
sedang. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap responden setelah di
lakukan penyuluhan yang ditandai dengan meningkatkannya responden yang
memiliki sikap baik berdasarkan hasil post-test.
24
Grafik 3 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif
30
25
20 Baik
15 Sedang
Kurang
10
5
0
Pre-Test Post-Test
25
Total 30 100
26
BAB V
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
27
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan
seseorang untuk menyerap pengetahuan praktis baik dalam pendidikan formal dan
non formal (Berg, 1987).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu hamil sebelum
diberikan penyuluhan ASI eksklusif mayoritas baik (63,3%) dan dengan
pengetahuan sedang adalah 23,3%. Jika dilihat dari tingginya persentase ibu
hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup baik,
hal ini mungkin disebabkan karena aktifnya responden dalam mengikuti posyandu
dan aktifnya kader dan tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan.
Berdasarkan grafik 1 menjelaskan bahwa seluruh responden mengalami
peningkatan pengetahuan baik setelah diberikan penyuluhan. Peningkatan tersebut
terutama dalam hal manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi, sebelum diberikan
penyuluhan tidak ada responden yang menjawab pertanyaan secara benar, serta
dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Pada umumnya ibu
masih beranggapan pemberian ASI eksklusif cukup sampai usia 3 bulan.
Berbagai keunggulan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif selama
enam bulan, mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan
kecerdasan yang pesat, hingga kematangan emosional seorang anak, terpacu
berkat ASI eksklusif selama enam bulan.
28
Peningkatan yang sangat signifikan terdapat pada pengetahuan tentang
manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi. Setelah diberikan penyuluhan
pengetahuan ibu hamil terhadap indikator ASI eksklusif sudah baik dibandingkan
sebelum diberikan penyuluhan. Disamping itu identitas ibu yang mencakup umur
dapat mempengaruhi peroses perubahan perilaku. Umur ibu yang rata-rata masih
dalam usia produktif memungkinkan mereka masih mampu untuk menerima
informasi yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti dkk (2002), bahwa metode
pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan
pengetahuan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pengetahuan
pretest. Dalam penelitian Bart (1994), mengatakan bahwa perilaku yang dilakukan
atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perlaku yang tidak
didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat dibutuhkan
ibu hamil terutama dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
29
dengan pendidikan SD dan SMP lebih banyak mempunyai sikap sedang.
Responden dengan pendidikan ≥SMA lebih banyak bersikap baik terhadap
program ASI Eksklusif.
Sikap yang kurang pada ibu hamil sebelum (pre-test) diberikan
penyuluhan antara lain: sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif sampai usia
6 bulan, bayi yang diberikan ASI eksklusif jarang sakit jika dibandingkan dengan
bayi yang diberi susu formula, waktu pemberian makanan tambahan pada saat
bayi berusia diatas 6 bulan.
30
BAB.6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Tanggul.
2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam
pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Tanggul
6.2. Saran
1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif
dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode ceramah
dan pembagian leaflet.
2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi
lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna
membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu
mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.
31
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi
Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.
Medan: FK USU
Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf
Dinkes Jatim. 2013. Daftar Isi Jatim Dalam Angka Terkini Tahun 2012 - 2013
Triwulan.
32
Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran.
Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
USAID Linkages Project, 2004. Exclusive Breastfeeding: The Only Water Source
Young Infants Need - Frequently Asked Questions, Washington DC.
33