Pembimbing :
Oleh:
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
mini project ini, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan Internship di Puskeesmas Mayor Umar Damanik, Tanjung Balai.
Laporan mini project yang akan dilaksanakan ini berjudul ”Faktor-faktor yang
Terdapat dalam Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mayor
Umar Damanik Tahun 2018”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr.Fitriyanti selaku pendamping atas kesediaan beliau meluangkan
waktu dan pikiran untuk membimbing dan memberikan masukan kepada penulis
sehingga laporan mini project ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari laporan mini project ini tidaklah sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan mini project ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi............................................................................................................ iv
Daftar Lampiran............................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3.Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 29
Daftar Lampiran
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling sempurna, dimana
kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas
tinggi pada ASI banyak terdapat dalam kolostrum. Kolostrum adalah ASI yang
keluar pada hari-hari pertama setelah bayi lahir, berwarna kekuning-kuningan dan
lebih kental dimana banyak mengandung nilai gizi yang tinggi seperti protein,
vitamin A, karbohidrat dan rendah lemak. ASI juga mengandung asam amino
esensial, zat kekebalan tubuh dan protein pengikat B 12. Asam amino esensial
sangat penting untuk meningkatkan jumlah sel otak bayi yang berkaitan dengan
kecerdasan bayi (Depkes RI, 2005; Proverawati, 2010).
Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi. Semakin
sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi
dan anak balita akan semakin buruk. Hal itu dikarenakan pemberian makanan
pendamping ASI yang tidak benar dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang
selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan dan meningkatkan angka
kematian bayi (AKB). Hal ini dapat menyebabkan suatu keadaan yang cukup
serius dalam hal gizi bayi (Depkes, 2013).
Persentase kasus Gizi buruk pada balita dari berbagai Provinsi di Indonesia
masih tinggi yaitu 17,9 % dan sebagian besar bayi yang mengalami gizi buruk
tersebut adalah bayi usia < 6 bulan (Riskesdas, 2010). Hal ini tidak perlu terjadi
jika ASI diberikan secara baik dan benar, karena menurut penelitian dengan
pemberian ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi selama enam bulan (Yuliarti,
2010).
Persentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada bayi usia 0 bulan
(52,7%), usia 1 bulan (48,7%), usia 2 bulan (46%), usia 3 bulan (42,2%), usia 4
bulan (41,9%), usia 5 bulan (36,6%) dan usia 6 bulan (30,2%). Hal itu
menunjukkan bahwa semakin bertambah usia bayi maka semakin rendah angka
pemberian ASI eksklusif (Riskesdas,2013).
1
Berbagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang
menjadi masalah dalam pemberian ASI Eksklusif, antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Sandiwana pada tahun 2011 di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan Padang menyebutkan bahwa persentase pemberian ASI tidak Eksklusif
lebih besar pada ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah (85,7%)
dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (57,4). Secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan responden
dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p<0,05 (p=0,019) (Sandiwana,
2011). Pada penelitian yang dilakukan Dwi Febrianti tahun 2009 yang melakukan
pnelitian di RT 01 RW 01 Kelurahan Pakangkalan Jati Kecamatan Lima Puluh
Depok menyebutkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif (Febrianti D, 2009).
Pada penelitian Yenisyiska tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Tarok Kabupaten Sijunjung menyatakan bahwa pemberian ASI tidak Eksklusif
diberikan oleh semua ibu yang bekerja (100%), dibanding pada ibu yang tidak
bekerja (44,7%). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ida tahun 2011 di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri muka kota Depok menyebutkan bahwa terdapat
berhubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap pemberian ASI
Eksklusif.
Masa kehamilan merupakan masa dimana ibu siap memutuskan memberikan
ASI eksklusif kepada anak atau tidak. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi
ibu dalam memutuskan dan melakukan pola pemberian ASI, terutama
kekurangsiapan fisik maupun psikis ibu, Kurangnya informasi dan pengetahuan
mengenai manfaat ASI, manajemen laktasi dan hal-hal berkaitan dengan
pemberian ASI (Astutik RY, 2014).
Adapun faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial
budaya ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga, dan status kerja
ibu), faktor fisiologis, (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin),
faktor fisik ibu (ibu yang sedang sakit, misalnya mastitis, dan sebagainya), faktor
kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan
atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Soetjaningsih, 1997).
2
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor yang terdapat dalam pola pemberian ASI Ekslusif di
Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018. Dalam penelitian ini, peneliti
hanya akan meneliti tentang tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang ASI,
pekerjaan dan dukungan suami dikarenakan keterbatasan waktu penelitian.
3
d. Mengetahui gambaran tingkat dukungan suami ibu menyusui tentang
ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik
Tahun 2018.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
yang subur bagi bakteri usus yang baik, yaitu Lactobacilus bifidus. Kondisi ini
disebut factor bifidus karena proses pertumbuhannya dibantu oleh glukosamin.
Hasil pengamatan pada praktik lapangan, bayi yang mendapat ASI eksklusif 6
bulan frekuensi terkena diare sangat kecil bahkan mulai minggu ke-4 sampai
bulan ke-6 bayi jarang defekasi lebih dari 3 hari. Bayi yang tidak diberi ASI
eksklusif mempunya kemungkianan 14,2 kali lebih sering terkena diare.
Komsumsi ASI ekskluisf juga menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi
telinga, flu, dan penyakit alergi.
Protein
Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya
hampir seluruhnya diserap oleh sistem pencernaan bayi karena mengandung
protein whey (protein yang bentuknya lebih halus, lembut, dan mudah dicerna).
Kandungan protein dalam ASI :
a. Gugus protein alfa laktobumin
Protein ini sangat cocok untuk pencernaan bayi. Sedangkan air susu sapi
mengandung gugus protein betalaktoglobulin dan bovine serum albumin
yang sering menyebabkan alergi.
b. Asam amino taurin
Asam amino taurin jumlah asam amino yang tinggi. Taurin merupakan
bahan baku untuk pertumbuhan sel otak, retina dan konjugasi bilirubin.
c. Asam amino sistin
Asam amino sistin dalam ASIkadar sistin lebih tinggi yang sangat
menguntungkan karena enzim sistationase (enzim yang mengubah
metionin menjadi sistin) pada bayi sangat rendah. Sistin merupakan asam
amino yang penting untuk pertumbuhan otak.
d. Tirosin dan finilatorin
Kadar tirosin dan finilatorin ASI rendah yang sangat menguntunngkan
untuk bayi terutama bayi prematur. Karena pada bayi prematur, kadar
tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak
e. Laktoferin
6
Laktoferin dalam ASI jumlahnya cukup tinggi. Fungsinya mengangkut zat
besi dari ASI ke sistem peredaran darah bayi sehingga zat besi akan lebih
mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi.
f. Poliamin dan nukleotif
Poliamin dan nukleotif sangat penting untuk sintesis protein. Pada ASI
lebih tinggi jika dibandingkan dengan air susu sapi.
g. Lisozim
Lisozim adalah unsur protein yang ada dalam ASI yang merupakan salah
satu kelompok antibodi alami.
Mineral
Air Susu Ibu (ASI) mengandung mineral yang lengkap, walaupun
kadarnya relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan. Zat besi dan
kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak
dipengaruhi diet ibu.
Vitamin
Air Susu Ibu (ASI) mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup 6
bulan sehingga tidak perlu di tambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir
ususnya belum mampu mempbentuk vitamin K. Oleh karena itu, perlu tambahan
vitamin K pada hari ke-1, -3, dan -7. Vitamin K dapat diberikan oral. Vitamin K
pada minggu pertama, usus bayi belum mampu membuat vitamin K, sedangkan
bayi setelah persalinan mengalami pendarahan perifer yanng perlu dibantu dengan
pemberian vitamin K untuk proses pembentukan darah. Pada minggu pertama
setelah lahir perlu pemberian vitamin K pada hari ke-1, ke-3, dan hari ke-7.
Dalam ASI vitamin, A, D, dan C ada dalam jumlah cukup, sedangkan
golangan vitamin B kecuali roboflavin dan patotenik sangat kurang, tetapi tidak
perlu ditambahkan karena kebutuhan bayi akan dicukupi oleh makan yang
dikomsumsi oleh ibu menyusui (Soetjiningsih, 1997).
2.3. Alasan Pemberian ASI Ekslusif
Bayi normal sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lamanya disusui
hanya untuk satu atau dua menit pada setiap ibu yang melahirkan karena
mengandung kolostrum.
7
Kolostrum
Kolostrum adalah jenis susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap
akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum pada
manusia warnanya kekuningan dan kental. Kolostrum penting bagi bayi karena
mengandung banyak gizi dan zat-zat pertumbuhan tubuh. Kolostrum IgG
(immunoglobulin G) mengandung banyak karbohidrat, protein, antibodi, dan
sedikit lemak. Bayi memiliki sistem pencernaan yang kecil, dan kolostrum
memberikan gizi dalam konsentrasi yang tinggi, dan mengandung zat yang
mempermudah bayi buang air besar pertama kali ( meconium) dan
membersihkannya dari bilirubin.
2.3.1. Faktor Imunitas Tubuh
Mempunyai faktor imunitas yang kuat ( Immunoglobulin, Lactoferin,
Lactalbumin, Glycoprotein, cytokines dll), yang mampu melawan virus, bakteri,
jamur, alergi, dan toksin.
Membantu mengatasi berbagai masalah usus, auuto imunitas, arthritis,
alergi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Membantu menyeimbangkan kadar
gula dalam darah dan sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
Kaya akan kandungan TgF-B (Transforming Groth Factor Syndrome) yang
mendukung terapi penderita kanker, pembentukan tulang dan mencegah penyakit
herpes.
2.3.2. Faktor kekebalan non-spesifik
Faktor pertumbuhan Laktobasilus bifidus
Faktor pertumbuhan laktobasilus bifidus atau dikenal pula sebagai bifidus
factor pertama kali diperkenalkan oleh Gyorgy pada tahun 1953 dan banyak
dijumpai di kolostrum. Di dalam ASI kadarbifidus factor 40 kali lebih dari pada di
dalam susu sapi dan rusak apabila ASI dipanaskan. Bifidus factor dalam suasana
asam di dalam usus bayi akan menstimulir pertumbuhan laktobacilus bifidus.
Lactobasilus bifidus ini di dalam usus bayi akan mengubah laktosa yang banyak
terdapat di dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat sehingga suasana akan
lebiih asam. Suasana yang asam ini akan menghambat kuman E. coli (suatu jenis
kuman yang paling sering menyebabkan diare pada bayi) dan Enterobacteriaceae.
Maka bagi bayi yang mendapat ASI sejak lahir kuman komensal terbanyak di
8
dalam usus nya laktobasilus bifidus, sebaliknya flora usus yang mendapat susu
sapi ialah kuman-kuman gram negative teruma bacteroides dan koliform dan bayi-
bayi yang mendapat susu botol ini lebih peka terhadap infeksi kuman pathogen
karena tidak adanya perlindungan seperti halnya bayi yang mendapat ASI.
Lactoferin
Pertama kali dilaporkan oleh Srensen dan Srensen pada tahun 1939.
Menyimpulkan bahwa protein ini (laktoferin) banyak samanya dengan kerja
transferi, suatu protein yang mengikat besi (Fe) di dalam darah.Kadar laktoferin
bervariasi di antara 6 mg/ml kolostrum dan tidak lebih dari pada 1 mg/ml di dalam
ASI matur. Di dalam ASI yang matur, laktoferin selain menghambat pertumbuhan
Candida albicans, juga bersama-sama (sinergistik) dengan SIgA menghambat
pertumbuhan E.coli pathogen.
Lisozim (muramidase)
Sudah lama diketahui bahwa lisozim adalah suatu substrat anti-infeksi
yang banyak di dalam cairan tubuh dan paling banyak disaliva. Akhir-akhir ini
terbukti bahwa di dalam ASI juga terdapat enzim lisozim dalam kadar yang cukup
tinggi (sampai 2 mg/100 ml), suatu kadar 5000 kalli lebih banyak dari pada di
dalam air susu sapi. Tidak dihancurkan di dalam usus dan di dalam tinja masih
ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Khasiat lisozim, bersama-sama
dengan system komplemen dan SIgA ialah memecahkan dinding sel bakteri
(bakteriolitik) dari kuman-kuman enterobacteriaceae dan kuman-kuman gram
positif. Diduga lisozim juga melindungi tubuh bayi terhadap berbagai infeksi
virus antara lain herpes hominis (Soetjiningsih, 1997).
2.3.3. Faktor kekebalan spesifik
Sistem komponen terdiri dari 11 komponen : Clg, Clr, Cls, C2-C9. Sistem
komponen ini ada di dalam ASI yang akan menjadi aktif bila diaktifkan oleh
kompleks antigen dan antibodinya. Karena adanya reaksi antara antibodi IgA dan
IgG dengan bakteri gram negatif.
Kanal seluler kolostrum mengandung sel hidup. Per ml terdiri dari
makrofag 90%, limfosit 1,15%, dan leukosit merupakan satu komponen yang
mempertahankan tubuh, makrofag bergerak bebas, sifat ameboid dan fagosit
terhadap stafilokokus, E. coli, dan candida albican. Limfosit dalam ASI terdiri
9
dari sel T sebanyak 50% dan sel B sebanyak 34%.Sel ini berperan sebagai antigen
terhadap E. coli, kuman tuberculosis, tetapi kecil terhadap tetanus. Oleh karena
itu, perlu pemberian TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil dan DPT (Difteri
Pertusis Tetanus) pada bayi yang baru lahir.
Imunoglobulin ada 30 macam, 18 jenis berasal dari serum ibu dan 12
macam ditemukan dalam ASI. Selain imunoglobulin G dapat menembus plasenta
juga dapat memberi perlindungan terhadap penyakit difteri, tetanus, salmonela
flagela, dan antibodi stafilokokus (Soetjiningsih, 1997).
2.3.4. Faktor Pertumbuhan
Meningkatkan sitem metabolisme tubuh, memperbaiki sistem DNA &
RNA tubuh, mengaktifkan sel T, mencegah penuan dini, merangsang hormon
pertumbuhan HGH (Human Growh Hormon), membantu menghaluskan kulit dan
menyehatkan kulit, menghindari osteoporosis, memperbaiki dan meningkatkan
pertumbuhan jaringan tubuh, kolostrum mengandung mineral, anti oksidan,
enzim, asam amino dan vitamin A, B12, dan E.
2.3.5. Faktor Nutrisi
Kolostrum adalah konsentrasi tinggi karbohidrat, protein, dan zat kebal
tubuh ( IgA dan sel darah putih ). Kolostrum amat rendah lemak, karena bayi
baru lahir memang tidak mudah mencerna lemak. Satu sendok teh kolostrum
memiliki nilai gizi sesuai kurang lebih 30 cc susu formula. Dalam setiap tetesnya
terdapat berjuta-juta zat antibodi yaitu SigA. Kandungan SigA dalam kolostrum
pada hari pertama adalah 800 gr/ 100 cc.
Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip dengan
nutrisi yang diterima bayi selama di dalam rahim. Kolostrum bermanfaat untuk
mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama hidupnya. Seperti imunisasi,
kolostrum membantu antibodi kepada bayi, kolostrum mengandung sedikit efek
pencahar untuk menyiapkan dan membersihkan sistem percernaan bayi dari
mekonium. Kolostrum mengurangi konsentrasi bilirubin sehingga bayi lebih
terhindar dari jaundice, membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk
pencernaan.
10
2.4 . Manfaat ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif mempunyai beberapa keuntungan baik bagi ibu,
bayi, keluarga bahkan negara.
2.4.1. Manfaat ASI bagi Bayi
1. Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang dilahirkan.
2. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi
sampai usia enam bulan.
3. ASI mengandung zat pelindung/antibodi yang melindungi terhadap penyakit.
Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai resiko
17 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dan tiga sampai empat kali lebih
besar kemungkinan terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
dibanding dengan bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Depkes RI, 2005).
4. Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai enam bulan, maka dapat
menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat.
5. ASI dapat menunjang penglihatan.
6. Dengan diberikannya ASI, maka akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi.
7. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang sesuai
dengan kebutuhan bayi.
8. Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama.
11
Beberapa peneliti percaya bahwa menyusui dapat membantu mencegah kanker
payudara karena menyusu menekan siklus menstruasi. Selain itu, menyusui
dapat membantu menghilangkan racun pada payudara.
5. Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin seorang ibu
dengan bayi yang dilahirkan. Menyusui menyebabkan ikatan batin ibu dan
anak akan terjalin kuat, apabila ibu berjauhan dengan bayi akan terus
terbayang saat-saat dia menyusui bayinya dan ibu merasa dibutuhkan oleh
bayi.
6. Mempercepat kembali ke berat badan semula.
Dengan menyusui, seoran ibu akan sering terbangun malam hari dan terjaga
dari tidurnya sehingga menyebabkan berat badan akan kembali ke bentuk
sebelum hamil.
7. Sebagai salah satu metode KB sementara.
Metode amenorhoe laktasi (MAL) merupakan metode kontrasepsi sederhana
yang bisa efektif digunakan tanpa alat kontrasepsi apapun sampai ibu belum
mendapat menstruasi.
2.5. Manajemen Laktasi
Keunggulan ASI perlu ditunjang oleh cara pemberian yang benar,
misalnya pemberian segera setelah lahir (30 menit pertama bayi harus sudah
disusukan), pemanfaatan kolostrum dan pemberian makanan pendamping yang
dimulai pada usia enam bulan. Sehingga diperlukan usaha-usaha/pengelolahan
yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya.
Waktu Menyusui
Pada bayi yang baru lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata adalah 10-
12 kali menyusu tiap 24 jam atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah
menyusui kapanpun bayi meminta atau dibutuhkan oleh bayi (akan lebih banyak
dari rata-rata menyusu). Menyusui on-demand merupakan cara terbaik untuk
menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah bahwa sebaiknya setiap kalinya menyusui dengan durasi yang
cukup lama dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk
dan hindmilk secara seimbang.
12
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lainnya (buang air kecil, kepanasan/kedinginan,
atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit,
sedangkan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Astutik RY, 2014).
2.5. Faktor Penyebab Berkurangnya ASI
2.5.1. Faktor Menyusui
Hal-hal yang mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,
menjadwal pemberian ASI, bayi yang diberi minum dari botol atau dot sebelum
ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui.
2.5.2. Faktor Psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu
yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya produksi
ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagian ibu pada periode
menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI Ekslusif .Peran
keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
2.5.3. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi
sakit, premature, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak
memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang.
2.5.4. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain
yang mengandung hormone, ibu menyusui yang lagi hamil lagi, peminum alcohol,
perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi
ASI (Surandi R, 2010).
13
2.7. Faktor-faktor yang terdapat dalam pemberian ASI Ekslusif
2.7.1. Usia
Menurut ubaedah (2005) bahwa usia yang di anggap optimal untuk
mengammbil keputusan adalah diatas 20 tahun karena usia dibawah 20 tahun
cendrung dapat mendorong dapat terjadinya kebimbangan dalam mengambil
keputusan. Semangkin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matanng dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat.
Seseorang yang lebih dewasa akan lebih di percaya dari orang yang belum cukup
tinggi kedewasaannya (ubaedah, 2005).
Menyusui memerlukan kondisi kesehatan ibu yang baik, tidak saja kondisi
fisik tetapi juga kondisi psikologi nya. Menurut Nelvi (2004) periode usia yang
baik untuk menyusui adalah sekitar 25-30 tahun, karena bila usia kuranng dari 20
tahun masih dalam masa pertumbuhan walaupun dari faktor bisiologisnya sudah
siap namum aspek psikologisnya belum matang. Begitu pula dengan ibu
menyusui pada usia lebih dari 35 tahun maka masalah kesehatan akan sering
timbul dengan komplikasi.
2.7.2. Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang seperti sikap atau penerima anjuran
menyusui. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semangkin
mudah menerima informasi sehingga semangkin banyak pengetahuan yang
dimiliki (Bobak, 2004). Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru di perkenalkan.
Menurut Amalia (2007) frekuensi menyusui lebih tinggi diantara wanita
terpelajar. Ibu terpelajar lebih termotivasi untuk memiliki kesemptan lebih banyak
untuk mendapat informasi serta mempunyai fasilitas yang lebih baik dari pada
posisi yang diperoleh nya ditempat kerja, sehingga lebih mungkin memberikan
ASI secara baik dan benar dari wanita yang kurang terpelajar.
Menurut hasil penelitian Nelvi (2004) bahwa ada hubugan yang bermakna
antara pendidikan dengan pemberian ASI dini dimana responden berpendidikan
tinggi melakukan inisiasi pemberian ASI 74,7 % di banding dari responden
berpendidikan rendah.
14
- Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi ( Ikhsan, 2005).
- Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kedasarannya sendiri (Bahtiar, 2004). Menurut Notoatmojo (2003)
pengetahuan adalah hasil tahu setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu. Penginderaan ini melalui panca indera manusia yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan melandasi seseorang untuk berperilaku sehat atau tidak
seperti perilaku pemberian kolostrum sangat ditentukan oleh pengetahuan yang
dimiliki. Kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan
lebih akan menyebabkan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek
mereka rendah pengetahuan tentang menyusui dan tidak mampu memberikan
banyak dukungan terhadap pemberian ASI sehingga pemberian ASI tidak dapat
diberikan (Welford, 2008).
- Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan atau individu
yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir, berbuat sabagai suatu unit
pengetahuan yang telah diberikan. Adapun tingkat pengetahuan tersebut :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
15
tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi
harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus,
metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasibaru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria- kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).
2.7.3. Perubahan sosial budaya
Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu di luar pekerjaan
rutin rumah tangga yang tujuannya untuk mencari nafkah dan membantu suami.
Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang untuk ditekuni dan
dilakukan sesuai dengan bidang kemampuanya sebagai mata pencahariannya. Di
sebagian negara berkembang, rata-rata wanita bekerja 10-12 jam. Wanita masih
pula dibebani dengan berbagai peran dalam keluarga yaitu sebagai pemelihara,
pendidik, penyuluh kesehatan, dan mencari nafkah. Kaum ibu yang terpaksa harus
bekerja untuk mampu membagi waktu antara bekerja dan waktu untuk keluarga.
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif karena
waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI pernah yang diperah sehari sebelumnya
(Roesli, 2000).
16
Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. Kenaikan tingkat partisipasi
wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja
dan dikebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan
lamanya menyusui.
2.7.4. Dukungan Suami
Suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu
keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami
sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah, akan tetapi sebagai pemberi
motivasi atau dukungan dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk
merencanakan keluarga.
Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya
terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifatnyata
yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya (Hidayat, 2005).
2.7.5. Peran Petugas Kesehatan
Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Kurangnya
penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat, cara pemanfaatannya dan
meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI. Penyediaan susu
bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali
menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian susu botol.
Menurut WHO (1991), dalam Linkages (2009) ada beberapa kewajiban
untuk menolong ibu menyusui dengan baik seperti petugas kesehatan harus
memiliki kewajiban tertulis mengenai pemberian ASI yang secara rutin di
sampaikan pada ibu menyusui, memberitahukan pada ibu hamil tentang manfaat
dan proses pemberian ASI, membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu
setengah jam setelah melahirkan, menunjukan pada ibu cara menyusui bayi dan
cara mempertahankan kelancaran produksi ASI bila ibu harus terpisah dengan
bayinya. Tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI kepada bayi
baru lahir, kecuali terdapat indikasi medis seperti ibu mengalami kanker payudara,
menempatkan ibu dalam kamar sehingga selalu bersama-sama selama 24 jam
sehari.
17
Wikojosastro (2002) menganjurkan pemberian ASI sesuai dengan
permintaan bayi, tidak memberikan dot kepada bayi dan menyusui, membina
dibentuknya kelompok-kelompok pendukung pemberi ASI dan menganjurkan ibu
menghubungi petugas kesehatan setelah mereka pulang dari rumah sakit atau
klinik. Semua hal di atas adalah kebijakan yang dapat disampaikan petugas
kesehatan demi mendukung lancarnya pemberian ASI.
18
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
Tingkat Pendidikan
Pola pemberian
Tingkat Pengetahuan
ASI
Pekerjaan
Dukungan Suami
19
Variabel Independen
1. Pendidikan
a. Defenisi Operasional Pendidikan formal terakhir yang berhasil
ditempuh oleh respoden
b. Alat Ukur Kuesioner
2. Pengetahuan
a. Defenisi Operasional Suatu proses untuk mengetahui atau mengingat
kembali apakah responden mengetahui atau
mengerti tentang ASI Ekslusif. Tingkat
pengetahuan yang dimaksud meliputi :
Pengertian, kandungan ASI, manfaat, pola
pemberian, keunggulan ASI.
20
Dengan skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
3. Pekerjaan
a. Defenisi Operasional Kegiatan yang dilakukan ibu-ibu menyusui
ketika bayi berusia 0-6 bulan yang menghasilkan
uang/upah untuk menunjang kehidupan dan
keluarga
b. Alat Ukur Kuesioner
4. Dukungan Suami
a. Defenisi Operasional Suatu dorongan yang diberikan suami agar ibu
memberikan ASI Eksklusif pada bayi.
Dengan skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
21
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan crossectional
study dimana variabel independen dan dependen dinilai sekaligus pada waktu
yang sama dan tidak dilakukan tindak lanjut setelahnya.
b. Kriteria
Kriteria Inklusi :
- Ibu yang bersedia untuk menjadi sebjek penelitian.
- Berada dilokasi penelitian pada saat pengambilan sampel penelitian
- Mampu berkomunikasi dengan baik.
Kriteria Eksklusi
- Ibu yang mempunyai anak kembar.
- Ibu yang memiliki anak yang menderita penyakit kronis dan
imunodefiensi.
22
- Ibu yang memiliki anak dengan keadaan sakit/trauma berat.
Analisa Data
23
Kuesioner yang telah diisi diberi kode berdasarkan nama inisial untuk
menjaga kerahasiaan identitas responden.
3. Memasukkan data (Data Entry)
Data yang didapat dari data primer yaitu data kuesioner , peneliti
memasukkan data tersebut ke program komputer.
4. Pembersihan data (Cleaning)
Setelah data selesai dimasukkan, peneliti melakukan pengecekkan ulang dan
koreksi kembali untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan
pengkodean maupun dalam membaca kode sehingga data dapat diproses
oleh komputer.
4.4.3. Analisa Data
Analisa data menggunakan menggunakan statistika deskriptif yaitu analisa
univariat. Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi
dan frekuensi dari dependen dan independen. Data disajikan dalam bentuk tabel
dan interprestasikan (Riyanto, 2011).
24
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Usia Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018
No. Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
25
5.2.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan responden terdiri dari SD-SMP (rendah) dan SMA (tinggi).
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisa data yang telah
dilakukan sebanyak 24 responden, distribusi frekuensi responden menurut tingkat
pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018.
Dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pendidikan Ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Tinggi 16 66,7
2. Rendah 8 33,3
Total 24 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu 66,7 %.
5.2.3. Pekerjaan
Pekerjaan responden terdiri dari ibu rumah tangga (tidak bekerja) dan
pedagang. Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisa data yang
telah dilakukan sebanyak 24 responden, distribusi frekuensi responden menurut
pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018.
Dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018
No. Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Bekerja 3 12,5
2. Tidak Bekerja 21 87,5
Total 24 100,0
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden tidak
bekerja yaitu 87,5 %.
26
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisa data yang telah
dilakukan sebanyak 24 responden, distribusi frekuensi pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018. Dapat dilihat
pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018
No. Pemberian ASI Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Eksklusif 1 4,2
2. Tidak Eksklusif 23 95,8
Total 24 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden
tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu 95,8 %.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018
No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Tinggi 17 70,8
2. Rendah 7 29,2
Total 24 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu 70,8 %.
27
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Suami di Wilayah Kerja
Puskesmas Mayor Umar Damanik Tahun 2018
No. Dukung Mendukung Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Mendukung 8 33,3
2. Kurang Mendukung 16 66,7
Total 24 100,0
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden
kurang mendapat dukungan suami yaitu 66,7 %.
5.3. Pembahasan
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI penuh tanpa makanan
tambahan lain atau cairan lain selama 6 bulan. Pemberian ASI Eksklusif tidak
akan membuat bayi kurang gizi selama 6 bulan pertama, bahkan ibu yang gizinya
kurang baik sekalipun masih dapat memberikan ASI yang cukup tanpa makanan
tambahan lain (Winarno, 1992). Manfaat dari pemberian ASI Eksklusif adalah
meningkatkan kecerdasan, menjalin hubungan kasih sayang ibu dan anak,
pertumbuhan gigi geraham pada bayi lebih baik, dan berbagai manfaat yang lain
(Roesli, 2005).
28
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kelompok usia responden yang paling banyak di wilayah kerja
Puskesmas Mayor Umar Damanik adalah usia 21-35 tahun sebanyak 58,3%.
2. Tingkat pendidikan responden yang paling banyak di wilayah kerja
Puskesmas Mayor Umar Damanik adalah tingkat pendidikan tinggi
sebanyak 66,7%.
3. Ibu di wilayah kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik banyak yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 87,5%.
4. Pola pemberian ASI Eksklusif oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Mayor
Umar Damanik lebih banyak yang tidak eksklusif yaitu 95,8%.
5. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Mayor Umar Damanik adalah tingkat pengetahuan tinggi
sebanyak 70,8%.
6. Dukungan suami ibu di wilayah kerja Puskesmas Mayor Umar Damanik
kebanyakan masih kurang yaitu 66,7%.
6.2. Saran
1. Perlu ditingkatkan penyuluhan tentang manfaat ASI Eksklusif pada saat
ibu berkunjung ke Puskesmas baik pada waktu memeriksa kehamilan dan
melahirkan secara berkala.
2. Membagikan leaflet tentang ASI Eksklusif pada ibu hamil / ibu menyusui
yang ada di wilayah binaan petugas masing-masing.
3. Perlunya dilakukan konseling untuk suami dan keluarga oleh petugas
kesehatan dengan kunjungan rumah secara berkala tentang pembudayaan
ASI Eksklusif.
29
DAFTAR PUSTAKA
29
Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press.
Proverawati A. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Purwanti, H.S. 2012. Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Untuk
Bidan.Jakarta : EGC.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Roesli, Utami. 2000. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: Alex Media
Komputindo.
Ubaedah, Nunuy. 2005. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Post Partum
Tentang Perawatan Payudara Berdasarkan Karakteristik Usia, Pendidikan,
Pekerjaan dan Paritas Ibu di Ruang Rawat Inap RSIA Kurnia
Cilegon.Skripsi.Serang : PSIK STIKES Falatehan.
Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika, hal : 70-142.
Sandiwana, B. 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Lubuk Kilangan Padang Tahun 2011.
[Skripsi].Padang: PSIKM UNAND.
Santosa, 2004. Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari Faktor Motivasi,
Persepsi, Emosi, dan Sikap Pada Ibu yang Melahirkan, Tesis. Bandung.
Universitas Padjadjaran.
Sastroasmoro S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Soetjaningsih.1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Soeparmanto, 2001. Hubungan antara pola pemberian asi dengan faktor sosial.
Artikel Medika, Puslitbang Pelayanan Kesehatan, Surabaya.
Sudarmita. 2002. Epistemologi Dasar : Pengantar Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Kanisius.
30
Suhartono, S. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Edisi 1. Yogyakarta: AR-RUZZ.
Sulistyoningsih, H. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI di Desa Cikunir Kecamatan
Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005.
Surandi R. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Welford. 2008. Munyusui Bayi Anda. Jakarta: Dian Rakyat.
Wikojosastro, H. Kriebs, J. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Yuliarti ID. 2008. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pemberian asi eksklusif. Tesis. Surakarta : Program Studi Kedokteran
Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Yuliarti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Andi Offset.
31
Lampiran I
Wassalam
Peneliti
32
Lampiran II
Nama : …………………………………
Alamat : ………………………………...
Responden
___________________
33
Lampiran III
KUESIONER PENELITIAN
IDENTITAS
1 Nomor Responden
2 Nagari
3 Jorong
4 Tanggal Penelitian
5 Nama Responden
Tahun
6 Usia Ibu
1. Sekolah Dasar
2. Sekolah Menengah Pertama
7 Pendidikan Terakhir Ibu 3. Sekolah Menengah Atas
4. Perguruan Tinggi
34
9 Nama Bayi
10 Tanggal Lahir
1. RS/Puskesmas
11 Tempat Ibu Melahirkan 2. Rumah Bersalin / Rumah Sakit Bersalin
3. Praktek Bidan
I. PERTANYAAN
A. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
1. Pada usia berapakah bayi ibu diberikan makanan tambahan / makanan
pendamping ASI lainnya ?
a. 3 bulan (0)
b. 4 bulan (0)
c. 5 bulan (0)
d. < 6 bulan (0)
e. > 6 bulan (1)
2. Apakah air putih, ibu berikan kepada bayi sewaktu bayi hanya diberi ASI
saja ?
a. Tidak (1)
b. Iya (0)
B. PENGETAHUAN TENTANG ASI
1. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif ?
a. Memberikan hanya ASI saja kepada bayi sampai bayi berusia
enam bulan tanpa tambahan apapun kepada bayi (1)
b. Pemberian ASI dengan makanan sampai bayi berusia enam bulan
ditambah dengan air putih (0)
2. Menurut ibu apakah yang dimaksud dengan kolostrum ?
35
a. Cairan kotor dari puting ibu (0)
b. ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi
dan bewarna kuning (1)
c. Tidak tahu (0)
3. Menurut ibu apakah manfaat kolostrum bagi bayi ?
a. Memberikan kekebalan tubuh bagi bayi (1)
b. Tidak ada manfaatnya karena kotor (0)
c. Tidak tahu (0)
4. Menurut ibu, kapan sebaiknnya bayi diberi ASI untuk pertama kali ?
a. Segera setelah melahirkan (1)
b. Setelah air susu ibu keluar (0)
c. Setelah ibu bersih dan merasa nyaman (0)
d. Tidak tahu (0)
5. Sebaiknya sampai usia berapa bayi hanya diberi ASI saja ?
a. Sampai bayi berusia 6 bulan (1)
b. Sampai bayi berusia 4 bulan (0)
c. Tidak tahu (0)
6. Menurut ibu, apakah manfaat pemberian ASI secara eksklusif untuk
bayi ?
a. Menyebabkan alergi pada bayi (0)
b. Memenuhi kebutuhan gizi bayi secara optimal (1)
c. Menyebabkan obesitas / kegemukan pada anak (0)
7. Menurut ibu, apakah manfaatnya bagi ibu jika ibu memberikan ASI
secara eksklusif kepada bayi ?
a. Menyebabkan terjadinya kanker payudara (0)
b. Meningkatkan berat badan ibu (0)
c. Menimbulkan rasa kasih saying / emosi antara ibu dan anak (1)
8. Menurut ibu, sebaiknya berapa kali dalam sehari bayi diberikan
ASI ?
a. Kapanpun dibutuhkan oleh bayi (1)
36
b. Setiap ibu merasa perlu menyusui bayi (0)
c. Hanya jika bayi menangis (0)
9. Menurut ibu, bagaimana caranya agar produksi ASI cukup bagi
bayi ?
a. Makan semua jenis daun-daunan (0)
b. Memakan makanan yang bergizi dan minum yang cukup (1)
c. Tidak tahu (0)
10. Menurut ibu, pada usia berapa bayi sebaiknya diberikan makanan
tambahan ?
a. Setelah bayi berusia 3 bulan (0)
b. Setelah bayi berusia 6 bulan (1)
c. Saat ASI tidak cukup lagi bagi bayi (0)
C. DUKUNGAN SUAMI
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Adakah suami ibu menganjurkan untuk memberikan ASI 1 0
saja pada bayi ibu sampai bayi ibu berusia 6 bulan ?
2 Adakah suami ibu memberikan nasehat jika ibu tidak 1 0
memberikan ASI saja sampai bayi ibu berusia 6 bulan ?
3 Apakah suami ibu ikut bangun dimalam hari dan 1 0
menemani ibu disaat menyusui ?
4 Apakah suami ibu membantu menyendawakan bayi 1 0
setelah diberi ASI ?
5 Apakah suami ibu memberikan air/makanan tambahan 0 1
lain pada bayi sebelum usia 6 bulan ?
37