SKRIPSI
Oleh
GLADIS ABIGAIL
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang baik melindungi bayi terhadap infeksi
dan mencegah malnutrisi, kerena mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh
bayi. Namun rendahnya cakupan pemberian ASI ini dapat berdampak pada
kualitas generasi penerus bangsa dan perekonomian nasional. Perumusan masalah
apa saja Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif
Pada Ibu Post Partum Di Desa Panji Sibura Tahun 2021. Jenis penelitian ini
adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian berlokasi
di Desa Panji Sibura. Populasi penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi
usia 7-12 bulan dengan jumlah 78. Besar sampel sebanyak 44 orang. Analisis data
menggunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi Square. Hasil penelitian
adalah ada hubungan yang bermakna antara faktor internal (pendidikan,
pekerjaan, paritas) dan faktor eksternal ibu (pengetahuan, peran penolong
persalinan, tradisi) dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh p
< 0,05. Kesimpulan adalah hubungan yang bermakna antara faktor internal
(pendidikan, pekerjaan, paritas) dan faktor eksternal ibu (pengetahuan, peran
penolong persalinan, tradisi) dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu post
partum di Desa Panji Sibura Tahun 2021. Disarankan untuk memberikan
penyuluhan yang melibatkan beberapa pihak dan lintas sektor seperti Puskesmas,
Klinik Bersalin, Dinas Kesehatan dan Perangkat Desa Panji Sibura, penyuluhan
untuk mengubah persepsi masyarakat tentang kepercayaan dan tradisi yang ada
terkait pemberian ASI eksklusif.
.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Bayi, Ibu Post Partum
i
ABSTRACT
Mother's Milk (ASI) is a good nutrient to protect babies from infection and
prevent malnutrition, because it contains nutrients that the baby's body needs.
However, the low coverage of breastfeeding can have an impact on the quality of
the nation's next generation and the national economy. The formulation of the
problem are the factors related to exclusive breastfeeding for post partum mothers
in Panji Sibura Village in 2021. This type of research is an observational analytic
with a cross sectional design. The research is located in Panji Sibura Village. The
research population is all mothers who have babies aged 7-12 months with a total
of 78. The sample size is 44 people. Data analysis used univariate and bivariate
with Chi Square test. The result of this research is that there is a significant
relationship between internal factors (education, occupation, parity) and maternal
factors (knowledge, role of external birth attendants, traditions) with exclusive
breastfeeding. Statistical test results obtained p <0.05. The conclusion is a
significant relationship between internal factors (education, occupation, parity)
and maternal external factors (knowledge, role of birth attendant, tradition) with
exclusive breastfeeding for post partum mothers in Panji Sibura Village in 2021.
It is recommended to provide counseling that involves several parties and across
sectors such as Puskesmas, Maternity Clinics, Health Office and Panji Sibura
Village Apparatus, counseling to change public perceptions about existing beliefs
and traditions related to exclusive breastfeeding.
.
Keywords: Exclusive Breastfeeding, Infant, Post Partum Mother
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................... 5
1.3 Tujuan penelitian .................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum............................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 5
1.4 Hipotesis Penelitian............................................................... 5
1.5 Manfaat penelitian ................................................................ 6
iii
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
3. Kuesioner..................................................................................... 55
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kehamilan, bayi, anak sekolah, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Setiap tahap
dari siklus tersebut, manusia mengalami masalah gizi yang berbeda-beda. Salah
satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif sampai bayiberusia 6 bulan,
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang baik melindungi bayi terhadap
infeksi dan mencegah malnutrisi kerena mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh bayi. ASI secara drastis mengurangi kematian akibat infeksi saluran
pernapasan akut dan diare, yang merupakan masalah utama penyebab kematian
bayi (UNICEF, 2014). Anak yang mendapat ASI eksklusif sejak dini terbukti
mempunyai IQ 12,9 poin lebih tinggi dibnding anak yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif. Namun rendahnya cakupan pemberian ASI ini dapat berdampak pada
Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif sampai umur bayi 6 bulan
badan sebelum hamil, mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim
(Badriah, 2012).
1
2
3
ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada
umur tersebut. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan membunuh kuman dalam jumlah
tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada
diseluruh
dunia dan hanya 30,6% dari mereka yang mendapat ASI ekslusif pada usia 0
sampai 6 bulan pertama. ASI sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, namun belum
Ekslusif secara optimal. Pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif di negara India
sudah mencapai 46%, diikuti negara Filipina 34%, di negara Vietnam 27% dan di
hidup dan angka Under Five Mortality Rate (UFMR) yaitu 39 per 1000 kelahiran
hidup. Sustainable Development Goals dalam The 2030 Agenda For Sustainable
Mortality Rate (IFR) 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka Under Five
Mortality Rate (UFMR) 25 per 1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut dapat dicapai
3
4
Provinsi NTB 79,7% dan terendah di provinsi Maluku 25,2%. Sementara target
cakupan ASI secara Nasional di tahun 2013 sebesar 75%. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan 2012 (SDKI) persentase anak berumur dibawah 6 bulan
yang mendapat ASI eksklusif meningkat dalam lima tahun terakhir, dari 42%
pada menjadi 52% (SDKI 2017). Namun presentase anak yang tidak mendapat
ASI naik dari 8 persen SDKI 2012 menjadi 12% SDKI 2017. Hampir 60% anak
berumur dibawah 6 bulan mendapatkan ASI predominan (menerima ASI, air atau
cairan selain ASI) dan 37 persen anak dibawah 2 tahun menggunakan botol dot
(SDKI 2017). Provinsi dengan persentase tertinggi bayi yang diberi ASI eksklusif
terendah bayi yang diberi ASI eksklusif adalah Gorontalo sebesar 24,96%.
2016 terjadi penurunan yang tajam dibanding tahun 2015 dan tidak mencapai
≥40% untuk Kabupaten yaitu Labuhan Batu Utara 4.069 bayi (97,90%), Samosir
659 bayi (94,8%), Humbang Hasundutan 1.796 bayi (84,0%), Simalungun 5.411
bayi (60,6%), Dairi 1.576 bayi (55,7%), PakPak Bharat 261 bayi (50,5%), Deli
Serdang 10.355 bayi (47,1%), Asahan 3.317 bayi (43,6%), Labuhan Batu 2.256
bayi (40,9%) dan untuk Kota yaitu Gunung Sitoli 1.159 bayi (84,5%), Sibolga 360
bayi (46,7%). Sedangkan daerah dengan pencapaian <10 persen yaitu Kota Medan
5
1. 589 bayi (6,7%), Tebing Tinggi 119 bayi (7,4%) (Profil Kesehatan Sumatera
Utara, 2017).
Sibura, pada bulan Januari – Desember tahun 2021 jumlah bayi usia 0 – 6 bulan
sebanyak 469 bayi dan yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 84 bayi saja.
Sementara target Nasional cakupan ASI eksklusif di tahun 2018 sebesar 80%.
Sedangkan dari hasil wawancara kepada 10 orang ibu menyusui, 8 orang ibu
eksklusif yang terpenting bayi tidak rewel dan ibu tidak merasa kelelahan. Hal ini
membuat ibu tidak ragu untuk memberikan makanan atau minuman selain ASI
misalnya memberikan madu, air putih, bubur dan pisang. Kemudian 2 orang ibu
menyusui mengatakan takut gizi anaknya tidak tercukupi selain itu para ibu
menyusui ini bekerja dan bayi lebih banyak dititipkan di rumah neneknya
sehingga pengeluaran ASI yang sedikit. Selain itu ASI yang tidak keluar setelah
pada bayi.
6
Asi Eksklusif Pada Ibu Post Partum Di Desa Panji Sibura Tahun 2021”.
belum diketahui apa saja Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian
Asi Eksklusif Pada Ibu Post Partum Di Desa Panji Sibura Tahun 2021.
asi eksklusif pada ibu post partum di Desa Panji Sibura tahun 2021.
Eksklusif Pada Ibu Post Partum Di Desa Panji Sibura Tahun 2021
ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum Di Desa Panji Sibura Tahun
2021
Diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai bukti empiris tentang ilmu
selanjutnya.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Eksklusif
ASI adalah merupakan cairan ciptaan Allah yang tiada tandingannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindungi terhadap infeksi. ASI merupakan
hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua payudara ibu
berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang
mudah dicerna dan mengandung kompisisi nutrisi yang seimbang dan sempurna
untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu
tambahan lain pada bayi usia 0 – 6bulan.Bahkan air putih tidak diberikan dalam
ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi tanpa makanan
atau minuman tambahan lain termasuk air putih kecuali obat-obatan dan vitamin
dan mineral dan ASI yang diperas dan diberikan selama 6 bulan. Pemberian ASI
eksklusif dikenal sebagai salah satu yang memberikan pengaruh paling kuat
2014).
WHO merekomendasikan untuk menyusui bayi 0-6 atau biasa disebut ASI
eksklusif. ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni,yakni bayi hanya
diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa pemberian makanan tambahan lain,
9
10
seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur, atau nasi tim. Setelah bayi berusia 6
bulan, barulah bayi diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap
tahap, yaitu:
tiga hari setelah persalinan. Hal ini terjadi karena selama kehamilan
Proses pemberian ASI menurut stadium laktasi ada tiga tahap, yaitu
kolostrum, air susu transisi atau peralihan, dan air susu matur (Nugroho, 2011).
a) Kolostrum
dalamalveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerpurium. Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari keempat pasca
A,nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur.
bayi selama beberapa hari pertama setelah persalinan. Manfaat kolostrum pada
ASI yang sangat berguna bagi bayi (Yuliarti, 2013), antara lain :
diare.
Air susu transisi atau peralihan merupakan ASI peralihan dari tahap
kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. ASI keluar sejak hari keempat
duaminggu dengan volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta
13
laktosa meningkat.
ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisi relatif
konstan. Foremilk merupakan air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima
menit pertama. Foremilk lebih encer dan mempunyai kandungan rendah lemak,
tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air (Nugroho, 2011). Foremilk
dikeluarkan dalam jumlah lebih banyak untuk memuaskan rasa haus bayi,
sedangkan susu yang dikeluarkan pada saat menjelang akhir disebut hindmilk.
Wujudnya lebih kental dan putih dibandingkan foremilk. Susu ini lebih kaya
lemak dan bisa memuaskan rasa lapar bayi. Kelebihan lemak ini juga
Refleks pada ibu sangat berperan penting dalam proses laktasi. Refleks
prolaktin timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi. Pada proses
laktasi terdapat refleks letdown, terjadi akibat stimulus hisapan bayi yang
berkontraksi sehingga ASI dapat keluar melalui duktus dan ASI tersedia untuk
mengalami gangguan pelepasan oksitosin selama proses lactogenesis dan jika hal
14
1) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari protein yang sulit dicerna dan mudah
dicerna. ASI lebih banyak mengandung protein yang mudah dicerna daripada
protein yang terkandung di dalam ASI merupakan zatnutrisi yang dibutuhkan oleh
otot dan tulang bayi manusia, agardapat berkembang baik dan berfungsi optimal.
mengandung protein lebihrendah dari air susu sapi (ASS), tetapi protein ASI ini
rasionya 20 : 80.
beta – lakto globulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan
alergi.
15
4. Kadar methionin dalam ASI lebih rendah dari ASS, sedangkansistin lebih
tinggi.
2) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa merupakan zat gizi
yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak. Dari hasil
penelitian yang dilakukanpara ahli bahwa semakin pintar jenis mamalia semakin
tertinggi diantara susu mamalia. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah
7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan
bayi yang sudahmengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum MPASI.
Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil. Hidrat arang dalam ASI
merupakan nutrisi pentig yang berperan dalampertumbuhan sel saraf otak, serta
pemberian energi untuk kerjasel – sel saraf. Di dalam usus, sebagian laktosa akan
diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang
3) Lemak
merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. ASI lebih mudah dicerna
16
karena sudah dalam bentuk emulasi. Penelitian Osborn membuktikan, bayi yang
tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit jantung koroner di usia
muda. Lemak adalah zat gizi yang berperan penting dalamproses metabolisme.
Seperti juga protein dalam ASI, kadar lemakdi dalam ASI juga lebih mudah
diuraikan dan diserap oleh tubuhbayi dibandingkan lemak yang terdapat di dalam,
air susu sapi.Lemak ASI terdiri dari beberapa jenis antara lain DHA (dibutuhkan
untuk pembentukan sel – sel jaringan otak), ALA, AA.Dalam ASI juga banyak
diperlukan untuk membangun sel – sel anak, membentuk hormon, serta vitamin
D.Selain itu, lemak yang terdapat di dalam ASI juga berpengaruh untuk
4) Mineral
tetapi cukup untuk bayi sampai usia enam bulan. Zat besi dan kalsium di dalam
ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh
diet ibu. Sedangkan, susu sapi mengandung mineral empat kali lebih banyak
daripada ASI. Namun, jika bayi lebihbanyak mengonsumsi susu sapi maka ginjal
bayi akan semakin bekerja keras. Selain itu PASI juga menyebabkan kerja usus
metabolisme.
5) Air
17
ASI terdiri dari 88% air. Air berguna untuk melarutkan zat-zat yang
terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik aman.
Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi
(Soetjiningsih, 2011).
6) Vitamin
ASI memberi banyak manfaat tidak hanya untuk kehidupan bayi saja, akan
tetapi pemberian ASI akan memberi dampak positif bagi ibu dan keluarga.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
menyatakan bahwa ASI mengandung lebih dari 100 jenis zat gizi yang
tidak bisa disamai oleh susu jenis apa pun dan yang paling sempurna
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini
akan cepat sekali menurun setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru
Zat kekebalan ini juga yang dapat melindungi bayi dari penyakit diare.
Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit
Kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor
dan membentuk pribadi yang percaya diri dan dasar spiritual yang
a) Kontrasepsi Alami
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik
b) Kesehatan Ibu
akan terpakai sehingga berat badan ibu akan menyusut atau kembali
d) Psikologis
untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang
a) Aspek Ekonomi
b) Aspek Psikologis
c) Aspek Kemudahan
kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol,
Eksklusif
1) Pendidikan
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan
alasan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
tindakan yang alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa
pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui ASI
(Prasetyono, 2012).
antara variabel pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Begitu juga dengan
hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013) ada hubungan tingkat pendidikan
2) Pekerjaan Ibu
2010). Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila tidak menyusui
adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama pada saat
usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi.
Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tapi
bisa juga bekerja di ladang, bagi masyarakat pedesaan (King, 2005). Pada Pekan
22
ASI Sedunia (PAS) 2015 diperingati dengan tema “Mari Dukung Menyusui di
Tempat Kerja” (Breastfeeding and work, lets make it work), menunjukkan bahwa
adanya perhatian Nasional terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja. Salah
pemberian ASI (PP-ASI) pekerja wanita adalah memberikan kesempatan bagi ibu
bekerja untuk menyusui anaknya selama waktu kerja dan atau menyediakan
tempat untuk memerah ASI berupa ruangan ASI di tempat kerja. Dengan
demikian, hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sampai 6 bulan dapat
Kesehatan, 2015).
antara variabel pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Begitu juga dengan
3) Usia Ibu
Berdasarkan Wawan dan dewi (2010) Usia yaitu umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekutan seseorang akan lebih matang dalam berpikir.
Sebagian besar ibu yang memberikan ASI Eksklusif umur 20-30 tahun dimana
pada umur tersebut merupakan masa reproduksi sehat sehingga ibu mampu
persalinan, nifas dan merawat bayinya sendiri. Perilaku seorang baik postif
maupun negatif akan dipengaruhi oleh umur dan umur termasuk dalam faktor
23
prediposisi, dimana semakin matang umur seorang maka secara ideal semakin
4) Paritas
Paritas adalah kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup. Paritas dicapai
pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram (Varney, 2006). Hasil
penelitian (Afriyani, Santri & Sa’adah, 2016) tentang pengaruh pemberian ASI
eksklusif di BPM Maimunah Palembang responden yang memiliki anak lebih dari
sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelehan serta asupan gizi.
ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun
orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus anak serta
1) Pengetahuan Ibu
Pegetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Suatu
24
mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan
ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi
tentang ASI akan menyusui anaknya secara eksklusif dibandingkan dengan ibu
a) Tahu (know). Tahu merupakan tingkat yang paling rendah. Dalam tahap
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
penilaian terhadap materi atau objek. Kriteria penilaian dapat diaambil dari
2) Kebiasaan/Tradisi
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, jus, dan air manis
dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima,
Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan
melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh.
cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun
24 jam terakhir, bahwa ibu di Indonesia cenderung memberikan air putih kepada
bayinya selain ASI yaitu 29,18% dan bayi yang diberi air lainnya seperti air tajin,
madu, teh, dan air gula yaitu 8.30% dan data Susenas menunjukkan bahwa satu
diantara dua bayi diberi ASI eksklusif. Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif
dokter, bidan, dan dukun bayi. Dokter umumnya menolong persalinan di rumah
sakit maupun Rumah Sakit bersalin, bidan dapat menolong persalinan di rumah
bayi. Dukun bayi tahu bahwa menyusui segera setelah melahirkan akan membantu
Disebagian masyarakat dan rumah sakit saran dari petugas kesehatan juga
menyarankan para ibu untuk memberikan air manis kepada bayinya segera setelah
Dokter, perawat, dan petugas kesehatan wanita lainnya bisa juga menjadi
seorang ibu. Bila mereka harus menganjurkan dan menolong wanita lain
menyusui, mereka sendiri harus bisa melakukan untuk diri mereka sendiri dan
menggunakan susu botol. Hal ini disebabkan karena persoalan yang dihadapi
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Nursalam, 2015).
dengan teori. Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konsep penelitian ini
sebagai berikut :
Faktor Internal
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Paritas
Pemberian
ASI Eksklusif
Faktor Eksternal
- Pengetahuan
- Tradisi/Kebiasaan
- Peran Penolong
Persalinan
METODOLOGI PENELITIAN
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat (Notoatmdjo,
2014). Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor –
faktor yang berhubungan dengan pemberian asi eksklusif pada ibu post partum di
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Panji Sibura. Alasan pemilihan lokasi
penelitian adalah karena adanya pertimbangan bahwa data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini tersedia dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor –
faktor yang berhubungan dengan pemberian asi eksklusif pada ibu post partum.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021 sampai Mei 2021.
ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang
28
29
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai bayi
usia 7- 12 bulan dan seluruhnya memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atausifat-
N
n= 2
1+(N . e )
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
sehingga diperoleh :
78
n= 2
1+(78. 0.1 )
78
n=
1+(78.0 , 01)
78
n=
1+(0 , 78)
78
n=
1 , 78
n=43 , 82
n=44
30
1. Kriteria inklusi :
2. Kriteria eksklusi :
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Alat Skala
No Variabel Defenisi Hasil Ukur
Ukur Ukur
Operasional
Variabel Independen
1 Pengetahuan Pemahaman atau Kuesioner 1) Baik (76-100%) Ordinal
segala sesuatu yang 2) Cukup (56%-75%)
diketahui ibu 3) Kurang (<55%)
tentang ASI
Eksklusif baik
definisi, manfaat,
komposisi, produksi
ASI, cara
pemberian ASI, dan
cara penyimpanan
ASI.
2 Usia Ibu Umur ibu Kuesioner 1) < 20 Tahun Rasio
pada saat penelitian 2) 20 – 35 Tahun
yang dinyatakan 3) > 35 Tahun
dalam tahun
menurut pengakuan
ibu.
3 Pendidikan Tingkat pendidikan Nominal
Ibu formal terakhir yang 1) Pendidikan Tinggi
diikuti ibu Kuesioner 2) Pendidikan Rendah
menurut pengakuan
ibu.
4 Pekerjaan Kegiatan utama dan Nominal
Ibu rutin yang dilakukan
1) Bekerja
sehari-hari Kuesioner
2) Tidak Bekerja
menurut pengakuan
ibu.
5 Paritas Banyaknya Ordinal
kelahiran hidup 1) < 3 anak
Kuesioner
yang dipunyai oleh 2) > 3 anak
seorang perempuan.
6 Penolong Penolong ibu pada Kuesioner 1) Baik (>75%) Ordinal
Persalinan saat melahirkan baik 2) Kurang (<75%)
di rumah maupun di
Rumah Sakit
Bersalin yang
memberikan
pengetahuan dan
informasi bahwa
32
pentingnya
pemberian ASI
eksklusif.
7 Tradisi Adat kebiasaan Nominal
turun-temurun (dari
nenek moyang)
yang masih
dijalankan oleh
masyarakat, 1) Baik (>75%)
Kuesioner
penilaian atau 2) Kurang (<75%)
anggapan bahwa
cara-cara
yang telah ada
merupakan paling
baik dan benar
Variabel Dependen
8 Pemberian Memberikan ASI Kuesioner 1) ASI Nominal
ASI Eksklusif saja selama 6 bulan 2) Tidak ASI
tanpa memberikan
makanan atau
minuman lain
kecuali vitamin,
mineral, dan
suplemen
obat yang diizinkan.
kuesioner terstruktur berupa pertanyaan baik pada variabel bebas yaitu faktor
yang pemberian ASI eksklusif kemudian variabel terikat yaitu pemberian ASI
eksklusif.
Data sekunder Data sekunder diambil dari data cakupan ASI 2021 kantor
Desa.
dari responden dalam arti laporan tentang pribadi responden atau hal-hal yang
pertanyaan yaitu :
1. Kuesioner pengetahuan
salah nilainya 0 maka skor tertinggi 15 dan skor terendah 0 dengan skala
3. Kuesioner tradisi
ada” apabila responden menjawab ada diberi nilainya 0, jika tidak ada
ordinal.
makanan/minuman lainnya.
35
instrumen, suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya alat
ukur. Selanjutnya harga koefisien korelasi ini dibandingkan dengan harga korelasi
product-moment pada r tabel pada taraf signifikasi 5%, n=30 adalah 0,361. Jika r
hitung lebih besar dari 0,361, maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid. Tapi
jika r hitung lebih kecil dari 0,361, maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid
pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas bertujuan untuk
lebih besar atau sama dengan 0,70 dan nilai lebih dari 0,80 adalah sangat baik
(Zulganef, 2012).
36
1. Editing (Penyuntingan)
2. Coding
variabel.
dalam muster table atau data base komputer dengan menggunakan program
5. Data processing
Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer akan dioalah
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
dependen dan independen. Tehnik analisis yang dilakukan yaitu dengan analisis
dengan α 5%, sehingga jika nilai (p value) < 0,05, berarti hasil perhitungan
dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti
hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel
kecamatan dan kelurahan yang tertulis dalam peraturan daerah Kabupaten Dairi
70,67 km² 3,67 dari luas wilayah kabupaten Dairi. Letak kecamatan Sidikalang
Dairi.
Daerah kota Sidikalang berada pada 1068 meter diatas permukaan laut.
A. Karakteristik Responden
38
39
orang (38,6%), untuk pekerjaan mayoritas responden bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga (IRT) sebanyak 21 orang (47,7%). Dan Paritas responden mayoritas < 3
berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif Di Desa Panji Sibura dapat dilihat
(65,9%) dan yang mempunyai tradisi baik sebanyak 15 orang (34,1%). Kemudian
dari 44 responden, mayoritas ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak
32 orang (72,7%) dan ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 12 orang
(27,3%).
untuk melihat hubungan variabel independen yaitu faktor – faktor pemberian ASI
41
eksklusif dengan variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif. Hasil uji
Tabel 4.3 Faktor Internal Ibu Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Desa Sibura Tahun 2021
Pemberian ASI
Total
Variabel Ya Tidak p Sig
f % f % f %
Umur
< 20 Tahun 1 2,3 1 2,3 2 4,5 0,227 Not Sig
20 – 35 Tahun 11 25,0 25 56,8 36 56,8
> 35 Tahun 0 0,0 6 13,6 6 13,6
Pendidikan
Pendidikan Tinggi 5 11,4 10 22,7 15 34,1 0,007 Sig
Pendidikan Rendah 7 15,9 22 50,0 29 65,9
Pekerjaan
Bekerja 6 13,6 17 38,6 23 52,3 0.001 Sig
Tidak Bekerja 6 13,6 15 34,1 21 47,7
Paritas
< 3 Anak 5 11,4 23 52,3 28 63,6 0,003 Sig
> 3 Anak 7 15,9 9 20,5 16 36,4
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa hasil analisis faktor
internal ibu berdasarkan umur dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa
ibu yang berumur < 20 tahun memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 orang
(2,3%) dan ibu yang berumur < 20 tahun tidak memberikan ASI eksklusif
eksklusif sebanyak 11 orang (25,0%) dan ibu yang berumur 20 – 35 tahun tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 orang 56,8%). Kemudian tidak ada ibu
yang berumur > 35 tahun memberikan ASI eksklusif dan ibu yang berumur > 35
tahun tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 6 orang (13,6%). Hasil uji Chi-
42
Square diperoleh nilai p<0,227 artinya bahwa tidak ada hubungan umur dengan
(11,4%) dan ibu yang berpendidikan tinggi, tidak memberikan ASI eksklusif
memberikan ASI eksklusif sebanyak 7 orang (15,9%) dan ibu yang berpendidikan
rendah, tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 22 orang (50,0%). Hasil uji
sedangkan ibu yang bekerja, tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 17 orang
(38,6%). Kemudian ibu yang tidak bekerja, memberikan ASI eksklusif sebanyak 6
orang (13,6%) sedangkan ibu yang tidak bekerja, tidak memberikan ASI eksklusif
sebanyak 15 orang (34,1%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,001 artinya
bahwa ada hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Panji
yang mempunyai < 3 anak , memberikan ASI eksklusif sebanyak 5 orang (11,4%)
sedangkan ibu yang mempunyai < 3 anak, tidak memberikan ASI eksklusif
hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Panji Sibura Tahun
2021.
Tabel 4.4 Faktor Eksternal Ibu Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Desa Sibura Tahun 2021
Pemberian ASI
Total
Variabel Ya Tidak p Sig
f % f % f %
Pengetahuan
Baik 1 2,3 2 4,5 3 6,8 0,008 Sig
Cukup 6 13,6 16 36,4 22 50,0
Kurang 5 11,4 14 31,8 19 43,2
Peran Penolong
Baik 9 20,5 22 50,0 31 70,5 0,003 Sig
Kurang Bak 3 6,8 10 22,7 13 29,5
Tradisi
Baik 4 9,1 11 25,0 15 34,1 0.006 Sig
Kurang Baik 8 18,2 21 47,7 29 65,9
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa hasil analisis faktor
orang (2,3%) sedangkan ibu yang berpengetahuan baik, tidak memberikan ASI
diperoleh nilai p<0,008 artinya bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Panji Sibura Tahun 2021.
(22,7%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,003 artinya bahwa ada
bahwa ibu yang memiliki tradisi yang baik, memberikan ASI eksklusif sebanyak 4
orang (9,1%) sedangkan ibu yang memiliki tradisi yang baik, tidak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 11 orang (25,0%). Selanjutnya ibu yang memiliki tradisi
kurang baik, memberikan ASI eksklusif sebanyak 8 orang (18,2%) sedangkan ibu
yang memiliki tradisi kurang baik, tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 21
orang (47,7%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,006 artinya bahwa ada
4.3 Pembahasan
4.3.1 Faktor Internal Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Panji
1) Umur
ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu yang berumur < 20 tahun memberikan ASI
eksklusif sebanyak 1 orang (2,3%) dan ibu yang berumur < 20 tahun tidak
tahun memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (25,0%) dan ibu yang
56,8%). Kemudian tidak ada ibu yang berumur > 35 tahun memberikan ASI
eksklusif dan ibu yang berumur > 35 tahun tidak memberikan ASI eksklusif
sebanyak 6 orang (13,6%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,227 artinya
bahwa tidak ada hubungan umur dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Panji
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zakiyah (2012) bahwa tidak
terdapat hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif (p=1). Begitu juga
dengan hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013) tidak terdapat hubungan usia
dengan pemberian ASI eksklusif (p=1,000). Serta hasil penelitian Yulianti (2014)
tidak terdapat hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif (p=1,000). Namun
berbanding terbalik dengan hasil penelitian Lubis (2017) terdapat hubungan usia
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir,
dan bekerja. Ibu yang berusia <20 tahun seharusnya masih duduk di bangku
sekolah dan mereka belum siap secara fisik dan mental serta pengetahuan dan
pengalaman dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berusia 20-35 tahun
merupakan usia reproduksi bagi seorang ibu, dimana pada masa ini diharapkan
ibu telah mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara
Ibu yang berusia >35 tahun termasuk usia berisiko pada usia reproduksi
namun bila dilihat dari aspek pengalaman dan perkembangan maka usia > 35
tahun memiliki pengalaman ibu akan pemberian ASI eksklusif cukup banyak dan
memiliki perkembangan yang lebih baik secara psikologi atau mental. Namun,
secara fisik jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup sudah mulai menurun
kesehatan reproduksinya apalagi banyak atau lebih dari 3, dan kemampuan ibu
untuk menyusui yang usianya lebih tua produksi ASI semakin berkurang sehingga
2) Pendidikan
ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu yang berpendidikan tinggi, memberikan ASI
47
eksklusif sebanyak 5 orang (11,4%) dan ibu yang berpendidikan tinggi, tidak
orang (50,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,007 artinya bahwa ada
Tahun 2021.
hasil penelitian Lubis (2017) tidak terdapat hubungan pendidikan ibu dengan
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
mudah untuk menerima informasi, dalam hal ini adalah informasi tentang
dan tujuan pemberian ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian
3) Pekerjaan
pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu yang bekerja, memberikan ASI
memberikan ASI eksklusif sebanyak 17 orang (38,6%). Kemudian ibu yang tidak
yang tidak bekerja, tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 orang (34,1%).
Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,001 artinya bahwa ada hubungan
pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Panji Sibura Tahun 2021.
2010). Individu bekerja untuk sesuatu yang ingin dicapai, harapan orang dalam
aktivitas kerja yang dilakukan menuju kondisi lebih memuaskan dari sebelumnya.
Wanita yang bekerja mempunyai beban yang lebih berat dari seorang pria, karena
sebelum ibu melakukan pekerjaannya, ibu lebih dulu mengurus urusan yang
menyangkut rumah tangga seperti suami dan anaknya. Namun, tidak jarang
pada pemberian ASI eksklusif. Alasan lain yang paling sering dikemukakan bila
tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja, terutama pada saat usia
subur, ibu yang bekerja tidak memberikan ASI kepada bayinya disebabkan karena
kurangnya waktu ibu dirumah bersama bayinya dan waktu ibu dihabiskan diluar
rumah untuk bekerja, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara
merawat bayi terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Sehingga lebih memilih
untuk mengganti atau menambahkan susu formula untuk memberi nutrisi pada
bayinya.
eksklusif p=0,005. Begitu juga dengan hasil penelitian Bahriyah, F., dkk (2017)
Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian hasil penelitian Lubis (2017) tidak
4) Paritas
ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu yang mempunyai < 3 anak , memberikan ASI
eksklusif sebanyak 5 orang (11,4%) sedangkan ibu yang mempunyai < 3 anak,
tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 23 orang (52,3%). Kemudian ibu yang
sedangkan ibu yang mempunyai > 3 anak, tidak memberikan ASI eksklusif
50
bahwa ada hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Panji
anaknya karena anak yang pertama tidak diberi ASI. Responden lain juga
mengatakan ASI mereka belum keluar sempurna, ada juga yang mengatakan
bahwa anak ke tiga baru diberi ASI, karena pada saat itu ASInya keluar. Serta
sebagian respoden juga mengatakan bahwa semakin tua umur semakin sedikit
produksi ASI.
ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelehan serta
asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam
pemberian ASI eksklusif. Paritas ibu memengaruhi pengalaman dan kesehatan ibu
dalam memberikan ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman yang baik
dalam menyusui pada anak pertama maka akan menyusui secara benar pada anak
selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak memberikan ASI Eksklusif
dan ternyata anaknya tetap sehat maka pada anak selanjutnya ibu merasa bahwa
anak tidak harus diberi ASI Eksklusif. Hal ini juga bisa disebabkan oleh faktor
psikologis ibu, faktor psikologis merupakan suatu masalah yang sulit diatasi dan
dapat memicu kecemasan pada ibu. Pengalaman yang buruk pada ibu dapat
menyebabkan trauma pada ibu sehingga ibu merasa khawatir untuk kelahiran
51
Hasil penelitian ini sesuai dengan Mabud, HI, N., dkk (2015) terdapat
Tidak sesuai dengan penelitian Untari (2017) tidak ada hubungan paritas/jumlah
anak terhadap pemberian ASI eksklusif (p=0,081). Begitu juga dengan hasil
penelitian Rahayu Sri dan Nelly Apriningrum (2014) tidak terdapat hubungan
4.3.2 Faktor Eksternal Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Panji
1) Pengetahuan
dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu yang berpengetahuan baik,
kurang, memberikan ASI eksklusif sebanyak 5 orang (11,4%) sedangkan ibu yang
(31,8%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,008 artinya bahwa ada
52
pemberian ASI eksklusif, karena ibu tahu bahwa ASI eksklusif memberikan
penanggulangan masalah tersebut juga akan semakin baik dan pengetahuan sangat
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
eksklusif (p= 0,001). Begitu juga dengan hasil Lubis (2017) menunjukkan bahwa
53
sesuai dengan hasil penelitian Jalal (2017) terdapat hubungan pengetahuan ibu
hasil penelitian Pitaloka, D, A., dkk (2018) tidak terdapat hubungan pengetahuan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu mendapat penolong
ibu yang mendapat penolong persalinan baik, tidak memberikan ASI eksklusif
kurang baik, memberikan ASI eksklusif sebanyak 3 orang (6,8%) sedangkan ibu
yang mendapat penolong persalinan kurang baik, tidak memberikan ASI eksklusif
sebanyak 10 orang (22,7%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,003 artinya
bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran penolong persalinan dengan
sudah menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif tidak memengaruhi ibu
bahwa ada hubungan peran penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif
(p=0,045). Namun tidak sesuai dengan hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013)
tidak ada hubungan peran penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif
(p=0,124).
3) Tradisi/ Kebiasaan
pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu yang memiliki tradisi yang baik,
memberikan ASI eksklusif sebanyak 4 orang (9,1%) sedangkan ibu yang memiliki
tradisi yang baik, tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (25,0%).
Selanjutnya ibu yang memiliki tradisi kurang baik, memberikan ASI eksklusif
sebanyak 8 orang (18,2%) sedangkan ibu yang memiliki tradisi kurang baik, tidak
diperoleh nilai p<0,006 artinya bahwa ada hubungan yang bermakna antara
2021.
menggiring perilaku masyarakat untuk melakukan hal sesuai dengan tradisi dan
normal, beberapa mitos yang sering ada yaitu kolostrum yang terdapat dalam ASI
tidak bagus dan berbahaya untuk bayi, teh khusus atau cairan dibutuhkan bayi
tersebut tentu seorang ibu akan memberikan beberapa makanan tambahan lain
dihaluskan, bubur SUN, maupun sejenis roti. Memberi pisang pada bayi dipercaya
untuk melatih lambung bayi supaya lambung bayi kuat dan membuat bayi
menjadi gemuk.
Ibu memiliki tradisi/kebiasaan dengan minum jamu pada ibu yang sedang
menyusui dipercaya memperbanyak produksi ASI. Hal ini menjadi salah kaprah
terutama dalam masalah kesehatan anak sehingga dapat memengaruhi yang baik
bagi kesehatan anaknya karena sistem pencernaan yang dimiliki bayi baru lahir
masih belum kuat. Sehingga bayi dikhawatirkan belum mampu untuk mencerna
makanan lain selain ASI. Kandungan ASI juga sudah mencukupi seluruh
Hasil penelitian ini sesuai dengan Siallagan, Y., dkk (2013) ada hubungan
penelitian Setyaningsih Fifian Triana dan Enitandan Farapti (2018) ada hubungan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
eksklusif (manfaat kolostrum, manfaat ASI bagi bayi, dan manfaat ASI
2. Lintas Sektoral
57
58
DAFTAR PUSTAKA
Afriyani, R., Santri, I., & Sa’adah, N. (2016). Pengaruh pemberian ASI eksklusif
di BPM Maimuh Palembang. Jurnal Kesehatan, 9 ( 2).
Annisa, Lulu & Nurfitria Swastiningsih. “Dukungan Sosial dan Dampak Yang
Dirasakan Oleh Ibu Menyusui Dari Suami”. Jurnal Fakultas Psikologi
Vol.3 No.1 ISSN:2303-114X. 2015.
Damayanti, Diana. 2011. Asyiknya Minum ASI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2016.
Diakses dari
www.depkes.go.id/resources/download/profil_KES_PROFIL_KES_PRO
VINSI_2016/02-sumut 2016.pdf.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Dukung Ibu Bekerja Beri ASI Eksklusif.
Diakses dari http://www.depkes.go.id/article/view/15091400003/dukung-
ibubekerja-beri-ASI eksklusif.html.
LINKAGES. (2002, 5 Maret). Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: Satu-
Satunya Sumber Cairan yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diakses 29
November 2019, dari www.linkagesproject.org.
Roesli, U. (2012). Inisiasi menyusui dini plus ASI ekslusif. Jakarta: Pustaka
Bunda
UNICEF. (2018). Levels and Trends in Child Mortality Report. Diakses dari
http://www.unicef.org/publications/indek103264.html
Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.Weni, K. (2011).
ASI,Menyusui& Sadari.Cet 1 Yogyakarta: Nuha Medika
Wiji, Natia Rizki. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
2017.
Zakaria, S. 2014. Panduan dan Strategi Motivasi Diri. Kuala Lumpur: Sanon
Printing Corporation SDN BHD
Zulganef. (2012), Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu
62
Lampiran 1
NAMA :
NIM :
Kesehatan Flora Medan, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Tujuan dari penelitian saya adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan pemberian asi eksklusif pada ibu post partum di Desa Panji
Sibura tahun 2021. Penelitian ini tidak akan menimbulkan atau merugikan
Bapak/Ibu. Persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini tidak ada
terimakasih.
Gladis Abigail
63
Lampiran 2
(INFORMED CONCERN)
Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan, saat ini sedang melakukan penelitian
Pada Ibu Post Partum Di Desa Panji Sibura tahun 2021”. Penelitian ini merupakan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan. Untuk keperluan tersebut saya
mohon kesedian bapak/ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Apabila ada
pernyataan yang kurang dipahami oleh lansia maka dapat ditanyakan kepada
peneliti. Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini tidak ada unsur paksaan
sehingga bapak/ibu memiliki hak untuk mengundurkan diri jika tidak berkenan
Responden
64
Lampiran 3
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Post Partum Di Desa Panji Sibura tahun 2022
I. Data Demografi
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan : SD / SMP / SMA / S1 / S2 / Sederajat
Paritas :
Usia Bayi :
b. Sendok
c. Tempat minum
d. Dodot dan sendok
14. ASI yang diperah sebaiknya disimpan...
a. Di freezer selama 2 minggu sampai 4 bulan
b. Di termos pada suhu dan kemasan yang benar
c. Dalam dodot dan di simpan dalam lemari es
d. Semua benar
15. Manakah pernyataan yang benar dibawah ini?
a. Lebih sering menyusui, maka lebih banyak ASI yang diproduksi
b. ASI dapat membuat payadura ibu turun
c. ASI dapat menjadi alat kontrasepsi alami walaupun pemberian ASI
tidak teratur
d.ASI lebih baik dari susu formula
III. Peran Penolong Persalinan
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (X)
pada jawaban yang Anda anggap benar dan sesuai.
1) Apakah penolong persalinan menganjurkan ibu memberikan ASI segera
setelah persalinan untuk merangsang produksi ASI ?
a. Ya
b. Tidak
2) Apakah penolong persalinan menganjurkan kepada ibu memberikan ASI
eksklusif kepada bayi ?
a. Ya
b. Tidak
3) Apakah penolong persalinan menganjurkan ibu untuk tidak memberikan
makanan/minuman lain selain ASI kepada bayi?
a. Ya
b. Tidak
68
IV. Tradisi/Kebiasaan
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (X)
pada jawaban yang Anda anggap benar dan sesuai.
OUTPUT SPSS
RECODE
UMUR
(Lowest thru 20=1) (20 thru 35=2) (35 thru Highest=3) INTO
UMUR_1 .
EXECUTE .
FREQUENCIES
VARIABLES=UMUR_1
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
UMUR_1
N Valid 44
Missing 0
UMUR_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 20 Tahun 2 4.5 4.5 4.5
20 - 35 Tahun 36 81.8 81.8 86.4
> 35 Tahun 6 13.6 13.6 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=PENDIDIKAN
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Pendidikan
N Valid 44
Missing 0
70
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 4 9.1 9.1 9.1
SMP 8 18.2 18.2 27.3
SMA 17 38.6 38.6 65.9
Perguruan Tinggi 15 34.1 34.1 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=PEKERJAAN
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Pekerjaan
N Valid 44
Missing 0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 21 47.7 47.7 47.7
PNS 7 15.9 15.9 63.6
Pegawai Swasta 12 27.3 27.3 90.9
Wiraswasta 4 9.1 9.1 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=PARITAS
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
71
Statistics
Paritas
N Valid 44
Missing 0
Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 Anak 28 63.6 63.6 63.6
> 3 Anak 16 36.4 36.4 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=PENGETAHUAN
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Pengetahuan
N Valid 44
Missing 0
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 3 6.8 6.8 6.8
Cukup 22 50.0 50.0 56.8
Kurang 19 43.2 43.2 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=PENOLONG
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
72
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 31 70.5 70.5 70.5
Kurang 13 29.5 29.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=TRADISI
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Tradisi/Kebiasaan
N Valid 44
Missing 0
Tradisi/Kebiasaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 15 34.1 34.1 34.1
Kurang 29 65.9 65.9 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=ASI
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
73
Statistics
Pemberian ASI
N Valid 44
Missing 0
Pemberian ASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 12 27.3 27.3 27.3
Tidak 32 72.7 72.7 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=PENDIDIKAN_1
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Pendidikan_1
N Valid 44
Missing 0
Pendidikan_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Tinggi 15 34.1 34.1 34.1
Pendidikan Rendah 29 65.9 65.9 100.0
Total 44 100.0 100.0
FREQUENCIES
VARIABLES=PEKERJAAN_1
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
74
Statistics
Pekerjaan_1
N Valid 44
Missing 0
Pekerjaan_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 23 52.3 52.3 52.3
Tidak Bekerja 21 47.7 47.7 100.0
Total 44 100.0 100.0
CROSSTABS
/TABLES=UMUR_1 BY ASI
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ
/CELLS= COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
UMUR_1 *
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Pemberian ASI
Pemberian ASI
Ya Tidak Total
UMUR_1 < 20 Tahun Count 1 1 2
% of Total 2.3% 2.3% 4.5%
20 - 35 Tahun Count 11 25 36
% of Total 25.0% 56.8% 81.8%
> 35 Tahun Count 0 6 6
% of Total .0% 13.6% 13.6%
Total Count 12 32 44
% of Total 27.3% 72.7% 100.0%
75
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.966a 2 .227
Likelihood Ratio 4.475 2 .107
Linear-by-Linear
2.821 1 .093
Association
N of Valid Cases 44
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .55.
CROSSTABS
/TABLES=PENDIDIKAN_1 BY ASI
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ RISK
/CELLS= COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan_1 *
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Pemberian ASI
Pemberian ASI
Ya Tidak Total
Pendidikan_1 Pendidikan Tinggi Count 5 10 15
% of Total 11.4% 22.7% 34.1%
Pendidikan Rendah Count 7 22 29
% of Total 15.9% 50.0% 65.9%
Total Count 12 32 44
% of Total 27.3% 72.7% 100.0%
76
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Pendidikan_1
1.571 .399 6.182
(Pendidikan Tinggi /
Pendidikan Rendah)
For cohort Pemberian
1.381 .527 3.620
ASI = Ya
For cohort Pemberian
.879 .582 1.328
ASI = Tidak
N of Valid Cases 44
CROSSTABS
/TABLES=PEKERJAAN_1 BY ASI
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ RISK
/CELLS= COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan_1 *
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Pemberian ASI
77
Pemberian ASI
Ya Tidak Total
Pekerjaan_1 Bekerja Count 6 17 23
% of Total 13.6% 38.6% 52.3%
Tidak Bekerja Count 6 15 21
% of Total 13.6% 34.1% 47.7%
Total Count 12 32 44
% of Total 27.3% 72.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Pekerjaan_1 (Bekerja / .882 .234 3.328
Tidak Bekerja)
For cohort Pemberian
.913 .348 2.396
ASI = Ya
For cohort Pemberian
1.035 .719 1.488
ASI = Tidak
N of Valid Cases 44
CROSSTABS
/TABLES=PARITAS BY ASI
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ RISK
/CELLS= COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL .
78
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Paritas * Pemberian ASI 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Pemberian ASI
Ya Tidak Total
Paritas < 3 Anak Count 5 23 28
% of Total 11.4% 52.3% 63.6%
> 3 Anak Count 7 9 16
% of Total 15.9% 20.5% 36.4%
Total Count 12 32 44
% of Total 27.3% 72.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Paritas
.280 .070 1.114
(< 3 Anak / > 3 Anak)
For cohort Pemberian
.408 .155 1.076
ASI = Ya
For cohort Pemberian
1.460 .917 2.326
ASI = Tidak
N of Valid Cases 44
CROSSTABS
/TABLES=PENGETAHUAN BY ASI
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ RISK
/CELLS= COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan *
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Pemberian ASI
Pemberian ASI
Ya Tidak Total
Pengetahuan Baik Count 1 2 3
% of Total 2.3% 4.5% 6.8%
Cukup Count 6 16 22
% of Total 13.6% 36.4% 50.0%
Kurang Count 5 14 19
% of Total 11.4% 31.8% 43.2%
Total Count 12 32 44
% of Total 27.3% 72.7% 100.0%
80
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square .064a 2 .008
Likelihood Ratio .062 2 .019
Linear-by-Linear
.040 1 .041
Association
N of Valid Cases 44
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .82.
CROSSTABS
/TABLES=PENOLONG BY ASI
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ RISK
/CELLS= COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Peran Penolong
Persalinan * 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Pemberian ASI
Pemberian ASI
Ya Tidak Total
Peran Penolong Baik Count 9 22 31
Persalinan % of Total 20.5% 50.0% 70.5%
Kurang Count 3 10 13
% of Total 6.8% 22.7% 29.5%
Total Count 12 32 44
% of Total 27.3% 72.7% 100.0%
81
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Peran
Penolong Persalinan 1.364 .303 6.144
(Baik / Kurang)
For cohort Pemberian
1.258 .404 3.913
ASI = Ya
For cohort Pemberian
.923 .635 1.340
ASI = Tidak
N of Valid Cases 44
CROSSTABS
/TABLES=TRADISI BY ASI
/FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ RISK
/CELLS= COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tradisi/Kebiasaan
44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
* Pemberian ASI
82
Pemberian ASI
Ya Tidak Total
Tradisi/Kebiasaan Baik Count 4 11 15
% of Total 9.1% 25.0% 34.1%
Kurang Count 8 21 29
% of Total 18.2% 47.7% 65.9%
Total Count 12 32 44
% of Total 27.3% 72.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Tradisi/Kebiasaan .955 .234 3.888
(Baik / Kurang)
For cohort Pemberian
.967 .347 2.696
ASI = Ya
For cohort Pemberian
1.013 .693 1.479
ASI = Tidak
N of Valid Cases 44