Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN MAGANG BIOLOGI

DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Disusun Oleh :
PUTRI HANDRAYANI
NPM 18010029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG BIOLOGI

DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT

REHABILITAS HUTAN DAN LAHAN

Disusun oleh:

Putri Handrayani

18010029

Program Studi Pendidikan Biologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

Padang, 20 Maret 2020

Telah disetujui:

Dosen Pembimbing Pembimbing Instansi

Rina Widiyana, S.Si., M.Si. Afrial Muhammad, S.Pt., M.Si.


NIDN.1006026801 NIP. 19740801 199903 1 007

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pimpinan Instansi

Siska Nerita, S.Pd., M.Pd. Yozarwardi U.P, S.Hut., M.Si.

NIDN.1011018401 NIP.19690406 199701 1 002

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur atas rahmat dan berkah dari Allah SWT yang telah
memberikan karunianya serta memudahkan segala urusan hamba-Nya. Salawat
serta salam pun dipanjatkan kepada nabi yang mulia, Nabi Muhammad SAW,
semoga syafaat sampai kepada seluruh umatnya. Laporan ini merupkan laporan
magang di Dinas Kehutan Provinsi Sumatera Barat dengan judul “Analisis
pertumbuhan tanaman mahoni (Swietenia macrophylla) pada hutan lindung di
lahan kritis Nagari Sirukam” Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan magang pada Prodi Pendidikan Biologi SKTIP PGRI
Sumatera Barat.
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan magang yang dilakukan selama
dua bulan pada Seksi Rehabilitas Hutan dan Lahan, Bidang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Rehabilitas Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Barat. Penyelesaian laporan ini terwujud atas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rina Widiana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Magang yang telah
memberi arahan, bimbingan dan waktu untuk membantu dalam
penyelesaian laporan.
2. Ibu Siska Nerita, S.Pd, M.Pd. Selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi
3. Bapak Abizar, M.Si Selaku Koordinator Magang Prodi Pendidikan Biologi
4. Bapak Yozarwardi, U.P, S.Hut., M.Si. Selaku Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Barat yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk melakukan kegiatan magang di Dinas Kehutan Provinsi Sumatera
Barat.
5. Bapak Bambang Suyono, S.Hut, MM. Selaku kepala bidang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Rehabilitas Hutan dan Lahan (PDASRHL) yang telah
memberikan rekomendasi agar menjadi mahasiswa magang dibidangnya.
6. Bapak Afrial Muhammad, S.Pt, M.Si. Selaku Kepala Seksi Rehabilitasi
Hutan dan Lahan dan Pembimbing Lapangan.
7. Seluruh Karyawan dan Staf di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
yang sudah membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan magang.

Penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

ii
membangun dalam penyempurnaan laporan ini.

Padang, 20 Maret 2021

Putri Handrayani

iii
DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Magang ............................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................ 2
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 2
1.3 Ruang Lingkup .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Magang ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tanaman Mahoni ............................................................................ 4
2.2 Asal Tanaman Mahoni ................................................................................. 4
2.3 Karakteristik Morfologi Mahoni ................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Tanaman Mahoni ....................................................................... 5
2.5 Teknik Budidaya Tanaman Mahoni............................................................ 6
2.6 Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni .............................................................. 7
2.7 Hutan Lindung ............................................................................................... 7
2.8 Lahan Kritis .................................................................................................... 7
2.9 Efektifitas Tanaman Mahani........................................................................ 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum dan Sejarah Dinas Kehutanan...................................10
3.2 Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat ......................11
3.3 Struktur Organisasi/Perubahan Tempat Magang ....................................13
3.4 Struktur Organisasi Balai/Unit ....................................................................14
3.5 Struktur Instansi Magang...........................................................................15
3.6 Kegiatan Yang Dapat Dilakukan Di Instansi Magang .............................24
3.7 Kegiatan yang terlaksana selama magang ..............................................25

iv
3.7.1 Pelaksanaan kegiatan .................................................................................25
3.7.2 Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan ...........................................27
3.7.3 Solusi dari permasalahan ...........................................................................28
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................29
4.2 Saran .............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Swietenia macrophylla ...................................................................................................... 6


Dokumentasi pelaksaaan keberhasilan tanaman tahun 2016 di wilayah kerja ............... 31
Dokumentasi dinas luar di daerah nagari sirukam .......................................................... 31
Dokumentasi bersama tim evaluasi do hutan lindung .................................................... 32
Dokumentasi pertumbuhan tinggi pohon mahoni .......................................................... 33

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan Magang ................................................................................. 31


Penilaian Magang Pembimbing Instansi ................................................................... 35
Laporan Mingguankegiatan Magng Biologi .............................................................. 37

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Magang adalah bagian dari pelatihan kerja biasanya magang dilakukan
oleh mahasiswa tingkat akhir atau mahasiswa semester 6 sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan proses pendidikan. Sedangkan pelatihan kerja
biasanya diikuti oleh pekerja yang sudah menandatangani kontrak kerja dengan
perusahaan dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi kerja dan
produktif karyawan.

Magang telah diatur dalam undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang


ketenagakerjaan khususnya pasal 21 – 30. dan lebih spesifiknya diatur dalam
peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. Per. 22/Men/XI/2009
tentang penyelenggarakan pemagangan di dalam negeri. dengan itu magang
pada dasarnya terdapat sebuah pelatihan dan pembelajaran yang dilaksankan di
dunia industri dan kantoran yang relavan dan keahlian yang dimilik, dalam upaya
menambah bekal mahasiswa/i STKIP PGRI Sumatera Barat untuk
mempersiapkan bekal pada masa yang akan datang untuk memasuki dunia kerja
yang semakin ketat dalam persaingan baik didalam pendidikan maupun non-
kependidikan. Dengan adanya kegiatan magang ini diharapkan dapat
menyesuaikan dan membandingkan materi yang didapatkan di kampus langsung
ke dunia perkantoran atau dunia industri yang relavan dengan kemampuan yang
dimiliki.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan dan dilaksanakan kegiatan


magang untuk melatih dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa/ dalam non-
kependidikan supaya lebih siap memasuki dunia kerja, penulis tertarik
melaksanakan program magang ini pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Barat yang mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kehutanan
diwilayah Provinsi Sumatera Barat khususnya dibidang rehabilitas hutan dan
lahan .

Berdasarkan peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan


tentang perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan
kehutanan Nomor P.105/MENLHK/SETJEN/KUM/12/2018 tentang tata
cara pelaksanaan, kegiataan pendukung, pemberian intensif, serta
1
pembinaan dan pengendalian kegiatan rehabilits hutan dan lahan pasal 1
yang berbunyi “Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat
RHL adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung,
produktivitas dan peranannya dalam menjaga sistem penyangga
kehidupan”. Kegiatan Pendukung RHL adalah semua kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan RHL dengan tujuan untuk meningkatkan
keberhasilan kegiatan RHL. RHL sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilaksanakan pada: Lahan Kritis, lahan terbuka, dan/atau lahan bekas
kebakaran hutan dan lahan.

1.2 Tujuan Magang

1.2.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui tentang tanaman hutan dalam pertumbuhan


tanaman
2. Untuk mengetahui perubahan baru ditempat magang.
3. Untuk mengaplikasi kemampuan yang di peroleh diperkuliahan
ke dalam dunia perkerjaan.

1.2.2 Tujuan Khusus

4. Meningkatkan secara langsung pengetahuan mahasiswa dalam


pertumbuhan tanaman mahoni dilahan kritis pada hutan
lindung.
5. Menyesuaikan imu yang di peroleh di perkuliahan dengan
pelaksanaan kerja praktek lapangan/magang.

1.3 Ruang Lingkup


Dalam ruang lingkup kehutanan yang masih membahas tentang makhluk
hidup sangat erat kaitannya dengan ilmu biologi. Dimana pada bidang kehutanan
dilakukan perbanyakan bibit pada tanaman hutan dan pada ilmu biologi di bahas
makhluk hidup yang bisa diketahui dari sifati tanaman. Pada bidang kehutanan
dilakukan pengembangan tanaman dengan pembibitan, penanaman,
pertumbuhan dan lainnya.

2
1.4 Manfaat Magang
1.4.1 Sebagai salah satu syarat memenuhi tugas akhir magang (PL non-
kependidikan) program studi pendidikan biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat.
1.4.2 Memberikan dan menambah pengalaman baru tentang dunia kerja
praktek (magang) langsung di lapangan.
1.4.3 Menambah wawasan dan pengalaman tentang dunia kerja yang
akan kita hadapi di masa yang akan datang.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tanaman Mahoni


Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King) termasuk dalam Famili
Meliaceae, pohon selalu hijau (evergreen) dengan tinggi pohon antara 30 - 35 m,
Kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda lalu berubah
menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah pohon berumur
tua. Daun bertandan dan menyirip panjangnya antara 35-50 cm, tersusun
bergantian, teksturnya halus, terdapat 4-6 pasang anak daun, panjangnya antara
9-18 cm. Bunga kecil berwarna putih, panjangnya 10 – 20 cm, malai bercabang
(Jaker, 2001).
Tanaman mahoni dapat tumbuh baik pada daerah beriklim tipe A-C
(Schmidt dan Ferguson), walaupun dapat tumbuh pada tipe iklim D, suhu rata-
rata 20-28⁰ C Tumbuh baik pada dataran rendah sampai 1500 m dpl (di atas
permukaan air laut) pada berbagai jenis tanah yang bebas genangan dan pH
6,5–7,5 (Lemmens et al., 1995). Kegunaan kayu mahon untuk bahan bangunan,
kayu lapis dan meubel, dan termasuk kayu kelas awet III – IV dan kelas kuat III.
Pohon mahoni memiliki pertumbuhan yang cepat, dan pada umur 7 hingga 15
tahun mahoni sudah tumbuh besar dan bisa ditebang untuk diambil kayunya
(Haekal, 2010).

2.2 Asal Tanaman Mahoni


Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla) merupakan salah satu tanaman
yang mengembangkan HTI ( Hutan Tanaman Industri). Tanaman mahoni juga
merupakan pohon penghasil kayu keras yang biasanya dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk dibuat perabot rumah tangga serta barang ukiran. Pohon
mahoni dapat tumbuh liar di hutan jati atau tempat-tempat lain yang dekat
dengan pantai dan biasanya ditanam di pinggir jalan sebagai pohon pelindung
(Prasetyono, 2012).
Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla) banyak ditanaman sebagai
pohon pelindungan karena sifatnya yang tahan panas dan memiliki daya
adaptasi yang baik terhadap bebagai kondisi tanah sehingga tetap bertanan dan
menghiasi tepi jalan di beberapa daerah. Tanaman ini dikembangkan pada
awalnya di wilayah jawa sejak jaman penjajahan Belanda. Mahoni merupakan
tanaman pohon yang tumbuh didaerah tropis dan banyak ditemukan pada hutan

4
jati atau daerah dekat pantai, tanaman pohon ini termasuk dalam family
Meliaceae dengan ordo Spaindales yang merupakan tanaman tahunan. Mahoni
adalah jenis eksotis (Krisnawati dkk., 2011) yang cukup potensi untuk
pengambangan hutana tanaman.

2.3 Karakteristik Morfologi Mahoni


Tanaman mahoni ini merupakan tanaman tropis dan banyak ditemukan di
hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai. Tanaman ini dapat
tumbuh subur dipasir payau, tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tahan
hidup ditanah gersang. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni
masih mampu untuk bertahan hidup.
Tinggi pohon mahoni dapat mencapai 35-40 m dengan diameter sampai
125 cm (Samingan, 1981; Martawijaya et al., 1981). Buah mahoni merupakan
buah kotak dengan bentuk bulat telur berlekuk. Ketika buah muda berwarna hijau
dan setelah besar bewarna coklat, didalam buah terdapat biji terbentuk pipih
dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman, mahoni baru berbunga
setelah berumur 7 tahun, dan berakar tunggang.

2.4 Klasifikasi Tanaman Mahoni


Kindom : Plantae
Davis : magnoliophyta
Kelas : magoliopsida
Ordo : Sapidales
Family :Meliaceae
Genus :Swietenia
Spesies :Swietenia Macrophylla

5
gambar 1 swietenia macrophylla
Sumber : Kantor UPTD-BPTH 2021

2.5 Teknik Budidaya Tanaman Mahoni


1. Pemiliharaan Benih
Pohon mahoni biasanya diperbanyak melalui biji. Untuk memperoleh
biji mahoni dapat diambil dari buah yang telah matang ditandai dengan
kulit coklat tua. Pilihlah biji yang berasal dari pohon yang berkualitas
dengan pertumbuhan yang baik dan sehat.
2. Penanaman
Siapkan media tanam menggunakan tanah dan cocopit. Tanamlah
pada polybag dengan posisi biji yang lebih tebal diletakkan di bagian
bawah. Letakkan pada tempat yang hangat dan teduh. Lakukan
penyiraman jika media tanam terlihat kering. Dan bisa langsung
ditanamkan langsung pada area atau lahan yang lebih luas.
3. Penyapihan
Benih mulai berkecambah dalam 10-20 hari jika telah muncul daun 3-4
helai, pindahkan pada polybag lebih besar (8x15) dengan media tanam
yang telah disiapkan sebelumnya, pindahkan bibit dengan hati-hati
jangan sampai melukai akarnya.
4. Perawatan
Lakukan penyiraman dilakukan agar tanah tetap lembab. Terlebih
ketika tanaman masih muda, cukup menyiramakan sekali seminggu
atau sesuai kondisi tanah. Lakukan penyiangan dengan mencabut
gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.

6
2.6 Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni
Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik, hal
ini dikarenakan mahoni secara alami dapat tumbuh pada tipe tanah alluvial,
tanah vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi.
Namun pertumbuhan mahoni akan baik pada tanah yang subur dan bersolum
dalam serta memiliki aerasi yang baik dengan pH berkisar 6,5 sampai 7,5
(Soerianegara dan Lemmens., 1994).
Menurut Khaerudin (1999), tanaman mahoni dapat tumbuh pada daerah
bertipe iklim A sampai D, yaitu daerah yang bermusim kering atau basah.
Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman mahoni berkisar antara 0-
1.000 mdpl.

2.7 Hutan Lindung


Hutan lindung (protected forest) adalah kawasan hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi,
agar fungsi-fungsi ekologisnya terutama menyangkut tata air dan kesuburan
tanah tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di
sekitarnya. Undang-undang RI no 41/1999 tentang Kehutanan menyebutkan
“Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.“

2.8 Lahan Kritis


Area lahan kritis di Indonesia semakin bertambah, untuk itu pemerintah
merencanangkan suatu kegiatan yang disebut rehabilitasi hutan dan lahan.
Rehabilitasi di kawasan hutan dilaksanakan di semua kawasan kecuali cagar
alam dan zona inti taman nasional, dan di luar kawasan dilaksanakan di semua
lahan kritis. Bentuk rehabilitasi adalah melalui penghijauan, pemeliharaan dan
pengayaan tanaman, penerapan teknik konservasi secara vegetatif dan sipil
teknis.
Tujuan rehabilitasi adalah untuk memulihkan, mempertahankan, dan
meningkatkan fungsi hutan dan juga lahan supaya dapat berfungsi kembali
sebagai media produksi dan media tata air (Indrihastuti, 2016; PP Republik
Indonesia, 2008). Dengan Terjadinya lahan kritis disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain penutupan lahan, kemiringan lereng, faktor fisik dan

7
kimia tanah (tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas tanah, bahan
organik tanah) bobot isi tanah, produktivitas dan manajemen. Luas lahan hutan
yang terdegradasi di Indonesia sudah mencapai kondisi mengkhawatirkan, yaitu
meliputi 48,5 juta Ha yang terdiri dari 26,6 juta Ha lahan di dalam hutan, 21,9 juta
Ha lahan di luar hutan, dan 11,40 juta Ha lahan sebagai konsesi pertambangan
(Pudjiharta et al., 2007). Sementara pada tahun 2018, luas lahan kritis di
Indonesia mencapai 14.006.450 Ha (Kepmen LHK, 2018).
Rehabilitasi merupakan suatu program yang memerlukan jangka waktu
lama, melibatkan berbagai pihak, dan menggunakan sumberdaya yang tidak
sedikit, sehingga memerlukan suatu evaluasi (Jatmiko et al., 2014). Pemerintah
kemudian mengatur tata cara evaluasi dengan mengeluarkan Peraturan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia (2016), dimana evaluasi terhadap Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (RHL) didasarkan pada peninjauan kondisi tanaman sampai
akhir tahun ke-3 dengan melihat persentase tumbuh tanaman yaitu sekurang-
kurangnya 90%.

2.9 Efektifitas Tanaman Mahoni


Ukuran jarak tanaman dan komposisi tanaman pokok akan berpegaruh
pada saat tanaman sudah besar sehingga tajuk tanaman lebar dan saling
menutupi antar tanaman. Tajuk tanaman asal menutupi tanaman baru
mengakibatkan tanaman baru seperti pohon mahoni dalam 5 tahun tingginya
kurang maksimal sehingga terhambatnya pertumbuhan dalam memperoleh
cahaya matahari yang berpengaruh dalam pertumbuhahan tanaman mahoni.
Pengaturan jarak tanaman dan kompoisisi tanaman pokok akan
mempengaruhi intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
bagi tanaman . semakin lebar ukuran jarak tanaman semakin besar intensits
cahaya dan semakin banyak ketersediaan unsur hara bagi individu tanaman
karena jumlah pohonnya lebih sedikit dan sebaliknya semakin rapat jarak
tanaman maka jumlah pohon lebih banyak, sehingga terjadi persaiangan.
Pengaturan komposisi tanaman yang evergen (tidak menggugurkan daun)
seperti tanaman mahoni dengan diperoleh kondisi tegakan yang optimal
sehingga dapat mendukung lahan sebagai pengatur keseimbangan air.
Rendahnya pertumbuhan tanaman mahoni selama 5 tahun disebabkan oleh
fisiologi lahan yang curam, keadaan tumbuhan bawah lebat atau rapat, kondisi
tanah, gangguan tanaman suhu terlalu dingin dan tidak sesuai agroklimat .

8
Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman yaitu dengan
mengatur jarak tanam atau kepadatan tanaman per satuan luas (Suprapto,
1992). Populasi tanaman (jarak tanam) merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil tanaman. Penanaman dengan jarak tanam bertujuan agar
populasi tanaman mendapatkan bagian yang sama terhadap unsur hara yang
diperlukan dan sinar matahari, dan memudahkan dalam pemeliharaan (Probowati
2014).
Menurut Haryadi (1988), kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan
dan produksi tanaman. Pada umumnya produksi per satuan luas yang tinggi di
dapat dari populasi tertentu yang dapat memanfaatkan penggunaan cahaya
secara maksimal. Menurut Gardner et al., (1996), pengaturan kerapatan tanaman
bertujuan untuk meminimalkan kompetisi intrapopulasi.

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum dan Sejarah Dinas Kehutanan

Pada pasal 33 undang-undang dasar tahun 1945 yang merupakan


landasan dasar bagi penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Indonesia,
menggariskan bahwa perekonomian Indonesia didasarkan atas asas
kekeluargaan. Cabang-Cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, serta bumi air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Untuk mewujudkan tujuan yang terkandung dalam landasan dasar
tersebut, pada garis-garis besar haluan Negara tahun 1988 memberikan arahan
bahwa hutan sebagai sumber kekayaan alam Indonesia yang perlu dimanfaatkan
secara rasional dan harus diusahakan agar memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan rakyat, baik materil
maupun spiritual dengan cara yang tidak merusak tatanan lingkungan hidup
manusia yang dilaksanakan dengan bijaksana dan menyeluruh dengan
memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang secara lestari.
Selanjutnya untuk wilayah Sumatera Instansi yang mengurusi organisasii
bidang kehutanan sesudah Indonesia merdeka khususnya di Sumatera Barat
belum ada, dan baru terbentuk organisasinya pada tahun 1948 yaitu yang diberi
nama organisasi kantor kehutanan Sumatera yang berkedudukan dan berkantor
pada waktu itu berada di kota Bukittinggi dengan wilayah kerja bidang kehutanan
berada di seluruh pulau Sumatera yang pada waktu itu dipimpin oleh Ronggol
Patuan Maloul.
Pada tahun 1949 organisasi kantor kehutanan Sumatera dipecah menjadi
beberapa kantor dan salah satu kantor yaitu inspektur kehutanan Sumatera
Tengah yang berkedudukan dan berkantor di Bukittinggi. Pada Tahun 1960
barulah organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat
resmi berdiri, setelah adanya peraturan pemerintah RI Nomor 64 Tahun 1957
tentang penyerahan sebagian dari urusan pemerintah pusat di lapangan
perikanan laut, kehutanan dan karet rakyat kepada daerah-daerah swatantra
tingkat I.Tugas fungsi dan wewenang organisasi dinas kehutanan pada waktu itu

10
hanya menyelenggarakan sebagian urusan yang diserahkan pusat kepada
daerah antara lain:
1. Urusan Kehutanan Pemangkuan Hutan.
2. Urusan Ekploitasi Hutan.
3. Urusan Penjualan dan Peredaran Hasil Hutan.
4. Urusan Perlindungan Hutan.
5. Urusan Penyelidikan Hutan.
Sesuai dengan perkembangan bahwa pembangunan kehutanan yang
semakin maju dan dinamis serta perubahan peraturan perundang-undangan
bidan kehutanan antara lain adanya Undang-Undang Pokok Kehutanan Nomor 5
Tahun 1967 maka Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat
membuat peraturan daerah yaitu No 3 tahun 1984 tentang pembentukan,
susunan organisasi dan tata kerja Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I Provinsi
Sumatera Barat.
Kemudian Departemen Kehutanan Republik Indonesia membentuk
wakilnya di daerah yaitu Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat berkedudukan di Padang, adapun fungsinya adalah melakukan
koordinasi kegiatan kehutanan baik yang ada di pusat dan daerah, dan
bertanggungjawab langsung kepada Departemen Kehutanan sedangkan Dinas
Kehutanan Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Barat adalah melakukan
operasional bertanggung jawab kepada gubernur.Menurut peraturan daerah No 3
tahun 1984 Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera
Barat adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang kehutanan yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada gubernur kepala daerah.

3.2 Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat


1. Visi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
“Mendukung visi gubernur sumatera barat tahun 2021-2024 yaitu
terwujudnya sumatera barat yang madani dan sejahtera”

2. Misi Dinas Kehutanan Sumatera Barat

11
“Mewujudkan misi ke-5 gubernur sumatera barat yaitu meningkatkan
infrastruktur dan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan”

12
3.3 Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPALA DINAS KEHUTANAN


YOZRWARDI, UP, S.Hut, M.SI
KELOMPOK JABATAN NIP. 196904061997011002 SEKRETARIS
FUNGSIONAL Dr. FERDINAL ASMIN, S.TP, MP

KASUBBAG PROGRAM DAN KASUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN


JEFRI CHANDRA. SP

KASUBBAG KEUANGAN
NENSI, SE, AK

BIDANG PERENCANAAN DAN BIDANG PENGELOLAAN DAS DAN RHL BIDANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN BIDANG PENYULUHAN, PEMBERDAYAAN
PEMANFAATAN HUTAN BAMBANG SUYONO, S.Hut, MM KSDEA MASYARAKAT DAN HUTAN ADAT
FARIDIL AFRASY, S.Hut Ir. NGO SENATUNG, MP YONEFIS, SH, MM

SEKSI PERENCANAAN DAN TATA SEKSI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SEKSI PENGELOLAAN DAERAH SEKSI PENYULUHAN
HUTAN SUNGAI ALIRAN SUNGAI BOY MARTIN, SH, M.Si
SAYOGO HUTOMO, S.Hut, MP ZARMAWANDI, S.Hut SYAMSUL BAHARY, S.IP

SEKSI PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN SEKSI REHABILITAS HUTAN DAN LAHAN SEKSI REHABILITAS HUTAN DAN LAHAN SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
KAWASAN HUTAN AFRIAL MUHAMMAD, S.Pt, M.Si BUDI BADRUDDIN, S.Hut.T ALMEN, S.Hut
SYAMSUL BAHRI, S.Hut, M.Si

SEKSI PRODUKSI DAN IURAN KEHUTANAN SEKSI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM SEKSI PENGENDALIAN PERUBAHAN SEKSI HUTAN ADAT DAN KEMITRAAN
ERA SULASTRI, S.Hut, M.Si IKLIM TITO TRIO PUTRA, S.Hut, M.Si
MUHDIAN PRASETYA D, S.Hut, M.Si

UPTD KPHL/KPHP (10KPH) UPTD BALAI SERTIFIKASI DAN PEMBENIHAN


TANAMAN HUTAN
FEBRINA TRISULA PUTRI, S.Hut, M.Si

KASUBAG TATA USAHA


KASUBAG TATA USAHA
IMRAN, SE
PERLINDUNGAN, KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM,
EKOSISTEM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEPALA SEKSI PENGEMBANGAN
SUMBER BENIH
RINI HASMIRA, SH
KASI PERENCANAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN
KEPALA SEKSI INFORMASI DAN PEREDARAN BENIH
MIKA LESTARIA, S.HUT

13
3.4 Struktur Organisasi Unit Rehabilitasi Hutan dan Lahan
STRUKTUR ORGANISASI UNIT REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
DINAS KEHUTANAN PROVINSI

Kepala Bidang PDAS-RHL


Bambang Suyono S.Hut,
MM

Kepala Sesi RHL


Afrial Muhammad S.Pt, M.Si

STAF STAF STAF


Zulfahmi Berta Dewina,
Edriman
A.Md S.Hut

14
3.5 Struktur Instansi Magang
Secara kelembagaan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera
Barat yang mempunyai tugas membantu Gubernur dalam menyelenggarakan
Pemerintahan Provinsi dibidang Kehutanan. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Barat berdasarkan eselonering berada pada tingkat eselon II Provinsi, yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 54
Tahun 2017 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat mempunyai unsur
pelaksana: 1 (satu) Kepala Dinas, 1 (satu) Sekretaris, 4 (empat) Kepala Bidang 3
(tiga) Kepala Sub Bagian dan 12 (dua belas) Kepala Seksi dengan rincian
sebagai berikut :
1) Kepala Dinas
2) Sekretariat, yang membawahi:
a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b) Sub Bagian Keuangan
c) Sub Bagian Program Anggaran
3) Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan, yang membawahi:
a) Seksi Perencanaan & Tata Hutan
b) Seksi Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
c) Seksi Produksi dan luran Kehutanan
4) Bidang Perlindungan Hutan & KSDAE, yang membawahi:
a) Seksi Pengendalian Kerusakan dan Pengamanan Hutan
b) Seksi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
c) Seksi Konservasi Sumber Daya Alam & Ekosistem
5) Bidang Pengelolaan DAS & Rehabilitasi Hutan dan Lahan, yang
membawahi:
a) Seksi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
b) Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan
c) Seksi Pengendalian Perubahan Iklim
6) Bidang Penyuluhan, Pemberdayaan Masyarakat & Hutan Adat yang
membawahi:
a) Seksi Penyuluhan
b) Seksi Pemberdayaan Masyarakat
c) Seksi Hutan Adat dan Kemitraan

15
Dalam perkembangannya sesual kebutuban, organisasi mengalami
penambahan eselon III dan 19 sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Gubernur Sumatera Barat Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kenutahan Provinsi
Sumatera Barat dan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 75 Tahun 2017
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat sebagaimana telah diubah menjadi
Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nopor 108 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 75 Tahun 2017
tetang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat dengan rincian sebagai berikut:

1) Balai Sertifikasi Perbenihan Tanaman Hutan yang membawahi:


a) Bagian Tata Usaha
b) Seksi Pengembangan Sumber Benih
c) Seksi Informasi dan Peredaran Benih
d) Kelompok Jabatan Fungsional
2) UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang membawahi:
a) Sub Bagian Tata Usaha
b) Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Kawasan
c) Seksi Perlindungan KSDAE dan Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 108 Tahun 2017 tentang


Perubahan Atas Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 75 Tahun 2017
Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Memiliki 10 UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang terdiri dari 7 (tujuh)
UPTD KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) dan 3 (UPTD) KPHP
(Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi). Berdasarkan Peraturan Gubernur
Provinsi Sumatera Barat Nomor 54 Tahun 2017 tentang Uralan Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah bidang Kehutanan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud, Dinas Kehutanan, mempunyai fungsi :

16
1) Perumusan kebijakan teknis bidang Kehutanan sesuai dengan
kebiijakan yang ditetapkan gubernur berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
Kehutanan;
3) Pembinaan dan fasilitasi bidang Kehutanan, lingkup Provinsi Sumatera
Barat;
4) Pelaksanaan tugas di bidang sekretariat dinas, perencanaan dan
pemanfaatan hutan, perlindungan hutan dan konservasi sumber daya
alam dan ekosistem, pengelolaan das dan rehabilitasi hutan dan lahan
dan penyuluhan dan perhutanan sosial;
5) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang kelutanan; dan
6) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Dalam menjalani segala tugas pokok, dinas kehutanan memiliki visi dan
misi yang sesuai dengan visi dan misi Gubernur Sumatera Barat serta
berdasarkan visi, misi dan isu-isu strategis yang ada, maka ditetapkan tujuan
yang hendak dicapai dalam kurun waktu 5 tahun ke depan oleh Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Barat.

Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam


jangka waktu satu atau lima tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada
pernyataan visi, misi dan Isu-isu analisis strategis. Sasaran adalah Hasil yang
akan dicapal secara nyata oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu/tahunan
secara berkesinambungan yang merupakan penjabaran dari tujuan. Maka tujuan
dan sasaran Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2016-2021
adalah Menjadi:

1) Meningkatkan Produktivitas dan Pengelolaan Hasil Hutan Lestari


2) Meningkatkan Kemampuan Hutan Dalam Menjaga Keseimbangan
Ekosistem dan Fungsinya
3) Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Hutan
4) Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien.

Indikator Tujuan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat :

1) Persentase peningkatan produktifitas dan pengelolaan hasil hutan


2) Laju deforestasi dan degradasi hutan Sumatera Barat
17
3) Peningkatan jumlah masyarakat pengelola hutan
4) Indeks kepuasan masyarakat (275) Sedangkan sasaran pembangunan
kehutanan adalah :

Semula:

1) Terwujudnya kepastian dan optimalisasi pemanfaatan serta penggunaan


kawasan hutan sesuai fungsi dan peruntukannya
2) Meningkatnya daya dukung dan daya tampung hutan dan lahan dalam
peningatan fungsi ekologis serta perlindungan dan pemulihan cadangan
sumberdaya alam
3) Meningkatkan kemitraan dengan masyarakat dalam perencanaan dan
pengelolaan hutan

Menjadi:

1) Terwujudnya optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan


2) Daya dukung dan daya tampung hutan meningkat
3) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan meningkatL
4) Meningkatnya tata kelola organisasi

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 54 Tahun


2017 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat, Rincian tugas Kepala Dinas sebagal berikut:

1) Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalan pelaksanaan tugas


pokok dan fungsi Dinas;
2) Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis Dinas sesuai dengan
kebijakan Daerah;
3) Menyelenggarakan perumusan dan penetapan pemberian dukungan
tugas atas penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bidang kehutanan;
4) Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana
pembangunan kehutanan;
5) Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi
pemerintah, swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan Dinas;
6) Menyelenggarakan koodinasi penyusunan Rencana Strategis, Laporan
Kinerja, Laporan Keterangan Pertanggung jawaban dan Laporan

18
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Dinas serta pelaksanaan tugas-
tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan;
7) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis di bidang kehutanan;
8) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; dan
9) Melaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, Kepala Dinas Kehutanan


Provinsi Sumatera Barat didukung oleh 1 (satu) sekretariat dan 4 (empat)
bidang serta 2 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yaitu :

1. Sekretariat Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat Sekretariat


mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum,
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat
mempunyai fungsi :
a) Penyelenggaraan koordinasi perencanaan program dan anggaran di
lingkungan seuja
b) Penyelenggaraan pembinaan dan penataan organisasi dan tata
laksana di lingkungan Dinas; dan
c) Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, umum dan
kepegawaian.

Rincian tugas Sekretariat:

a) Melaksanakan koordinasi kegiatan di lingkungan Dinas:


b) Melaksanakan koordinasi penyusunan rencana program dan
anggaran di lingkungan Dinas;
c) Melaksanakan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
yang meliputi ketatausahaan, kepegawalan, hukum, keuangan,
kerumahtanggaan, aset, kerja sama, kehumasan, kearsipan dan
dokumentasi di lingkungan Dinas;
d) Melaksanakan koordinasi, pembinaan dan penataan organisasi dan
tata laksana di
e) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan sistem pengendalian intern
pemerintah dan seujg urdundun pengelolaan informasi;
f) Melaksanakan pengelolaan barang milik/kekayaan Daerah dan
pelayanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Dinas:

19
g) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan di lingkungan Dinas; dan
h) Melaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

2. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan

Bidang Pemanfaatan Hutan mempunyai fungsi:

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,


pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan dan tata
hutan;
b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan; dan
c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan iuran
kehutanan.

Rincian tugas Bidang Pemanfaatan Hutan:

a) Mengkaji program kerja, bahan kebijakan teknis pembinaan dan


bahan fasilitasi perencanaan dan pemanfaatan hutan;
b) Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan perencanaan dan
pemanfaatan;
c) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan di bidang
perencanaan dan pemanfaatan hutan;
d) Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan dengan
instansi terkait dan dengan unit kerja terkait; dan
e) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
3. Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem.

Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Alam dan


Ekosistem mempunyai fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,


pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian
kerusakan dan pengamanan hutan;

20
b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian
kebakaran hutan dan lahan; dan
c) Penylapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang konservasi sumber
daya alam dan ekosistem.

Rincian tugas Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumberdaya


Alam dan Ekosistem:

a) Mengkaji program kerja, bahan kebijakan teknis pembinaan dan


bahan fasilitasi perlindungan hutan dan konservasi sumber daya
alam dan ekosistem
b) Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan perlindungan hutan
dan konservasi sumber daya alam dan ekosistem;
c) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan di bidang
perlindungan hutan dan konservasi sumber daya alam dan
ekosistem;
d) Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan dengan
instansi terkait dan dengan unit kerja terkait; dan
e) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

4. Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan dan


Lahan
a) Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan mempunyal fungsi :
b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan daerah
aliran sungai;
c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi hutan dan
lahan; dan
d) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian
perubahan iklim.

21
Rincian tugas Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan:

a) Program kerja, bahan kebijakan teknis pembinaan dan bahan


fasilitasi pengelolaan daerah aliran sungai, rehabilitasi hutan dan
lahan, serta pengendalian perubahan iklim;
b) Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan pengelolaan daerah
aliran sungal, rehabilitasi hutan dan lahan, serta pengendalian
perubahan iklim;
c) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan pengelolaan
daerah aliran sungal, rehabilitasi hutan dan lahan, serta pengendalian
perubahan iklim;
d) Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan dengan
instansi terkait dan dengan unit kerja terkait; dan
e) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
5. Bidang Penyuluhan, Pemberdayaan Masyarakat dan Hutan Adat

Bidang Penyuluhan, Pemberdayaan Masyarakat dan Hutan Adat


mempunyai fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,


pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyuluhan;
b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan
masyarakat; dan
c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bldang hutan adat dan
kemitraan.

Rincian tugas Bidang Penyuluhan, Pemberdayaan Masyarakat dan


Hutan Adat :

a) Mengkaji program kerja, bahan kebijakan teknis pembinaan dan


bahan fasilitasi penyuluhan, pemberdayaan masyarakat dan hutan
adat dan kemitraan;
b) Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat dan hutan adat dan kemitraan;

22
c) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat dan hutan adat dan kemitraan;
d) Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan dengan
instansi terkait dan dengan unit kerja terkait; dan
e) Melaksanakan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
6. UPTD Balai Sertifikasi Perbenihan Tanaman Hutan

UPTD Balai Sertifikasi dan Perbenihan Tanaman Hutan mempunyai


tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas di bidang
Perbenihan Tanaman Hutan. Fungsi UPTD Balai Perbenihan Tanaman
Hutan adalah sebagal berikut:

a) Pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan teknis operasional


perbenihan tanaman hutan;
b) Pelaksanaan pengkajian dan analisis teknis operasional perbenihan
tanaman hutan;
c) Pelaksanaan kebijakan teknis perbenihan tanaman hutan;
d) Pelaksanaan pengujian perbenihan tanaman hutan;
e) Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan bidang perbenihan tanaman hutan;
f) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi
perbenihan tanaman hutan;
g) Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Kehutanan sesuai
dengan bidang perbenihan tanaman hutan;
h) Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan perbenihan tanaman
hutan;
i) Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan UPTD
j) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimplinan.
7. UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan

UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan terdiri atas:

1) UPTD KPHL Pasaman Raya (Unit I):


2) UPTD KPHL Limapuluh Kota (Unit II):
3) UPTD KPHL Agam Raya (Unit III);
4) UPTD KPHL Bukit Barisan (Unit IV):
5) UPTD KPHL Sijunjung (Unit V):

23
6) UPTD KPHL Solok (Unit VI);
7) UPTD KPHL Hulu Batanghari (Unit VII);
8) UPTD KPHP Dharmasraya (Unit VIII):
9) UPTD KPHP Pesisir Selatan (Unit IX):
10) UPTD KPHP Mentawai (Unit X dan Unit XI).

UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan mempunyai tugas


melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang Dinas di bidang pengelolaan hutan di dalam wilayah
kerjanya.

Untuk melaksanakan tugasnya, UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan


mempunyai fungsi :

a) Pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayahnya yang meliputí tata hutan


dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi,
perlindungan hutan dan konservasi alam;
b) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian;
c) Pelaksanaan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan daerah untuk
diimplementasikan sesuai peraturan perundang-undangan;
d) Pelaksanaan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan
pengelolaan hutan di wilayahnya;
e) Pengembangan investasi, kerja sama, dan kemitraan guna
mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan di wilayahnya;
f) Pelaksanaan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di bidang
kehutanan di wilayahnya;
g) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan perpetaan
dalam pengelolaan hutan di wilayahnya;
h) Pelaksanaan kegiatan bidang kehutanan di luar kawasan hutan di
sekitar wilayahnya.

3.6 Kegiatan Yang Dapat Dilakukan Di Instansi Magang


a) Membersihkan rumput dalam polybag
b) Memindahkan bibit mahoni
c) Mensortir bibit mahoni

24
d) Mensortir bibit durian
e) Mensortir bibit sirsak
f) Mensortir bibit petai
g) Menyusun bibit mahoni
h) Menyemai bibit mahoni
i) Menyapih bibit mahoni
j) Memindahkan bibit durian
k) Memindahkan bibit petai
l) Memisahkan benih surian
m) Menyemai bibit surian
n) Menanam benih jengkol
o) Mengisi polybag
p) Menyiram tanaman
q) Serah terima bibit jengkol kerbau
r) Membuat peta
s) Rapat koordinasi RHL tahun 2021
t) Membuat SOP usulan permohonan hutan rakytat
u) Rekaputasi proposal hutan rakyat
v) Administratif surat perintah tugas
w) Administratif surat perintah kerjasama
x) Mencatat surat masuk-keluar
y) Dinas luar

3.7 Kegiatan yang terlaksana selama magang

3.7.1 Pelaksanaan kegiatan

1. Membersihkan rumput dalam polibag bertujuan agar tidak terjadi


persaingan dalam mengambil/ penyerapan nutrisi antara tanaman
dengan rumput.
2. Memindahkan bibit mahoni dari atas ring Memindahkan bibit
dilakukan apabila bibit yang diatas ring sudah tinggi hal ini bertujuan
agar pertumbuhan dari tanaman tidak terganggu/terhambat.
3. Menyapih bibit mahoni Menyapih bibit mahoni dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

25
a. Masukkan media tanah kedalam polibag
b. Susun polibag kedalam bedeng
c. Buat lubang didalam polibag dengan menggunakan kayu
runcing
d. Buang biji mahoni yang masih menempel pada akar mahoni
e. Masuukan bibit mahoni kedalam polibag yang sudah dilubangi
f. Tutup lubang di sekitar tanaman
4. Menyemai bibit mahoni
5. Sortir pohon yang akan dikeluarkan Sortir pohon dilakukan apabila
ada permintaan tanaman oleh masyarakat atau kelompok
masyarakat, sortir pohon ini dilakukan sesuai dengan jumlah dari
permintaan, pohon atau tanaman yang akan dikeluarkan yaitu pohon
yang sudah agak besar atau tinggi dengan kualitas yang terbaik.
6. Menyusun bibit dilakukan supaya bibit tersusun dengan rapi sesuai
jenis.
7. Memisahkan benih surian dari tanggai lalu dijemur dalam rumah kaca
setelah kering dipisahkan dengan cara membuka kulit surian.
8. Menyemai bibit surian dapat dilakukan dengan cara menyiapkan
lokasi persemaian dengan mengikis dan meratakan tanah sehingga
terbebas dari gulma dan memudahkan pekerjaan pembuatan
persemaian. Untuk menghindari genangan air hujan perlu di buatkan
parit di sekeliling lokasi persemain, setelah itu siapkan media tanam
yang tempatnya teduh, setelah itu bibit yang telah disiapkan di
taburkan di media tanam yang telah disiapkan tadi, bibit yang
ditaburkan dengan merata, setelah itu lakukan penutupan dengan
mengunakan cocopeat, setelah itu tunggu perkecambahan bibit
surian tumbuh.
9. Menanam benih jengkol dengan membuka jengkol dari kulitnya lalu
di tanam pada polybag yang sudah diisi tanah.
10. Mengisi polybag Pengisian polibag dilakukan apabila masih terdapat
bedeng yang kosong dan apabila bibit tanaman yang sudah siap
dipindahkan masih banyak yang belum dipindahkan.
11. Menyiram tanaman dilakukan pada pagi dan sore hari secara rutin
agar tanaman tidak kekeringan dan kekurangan air.

26
12. Serah terima bibit jengkol kerbau dari PT. BRM Dhamasraya diantar
langsung ke dinas kehutanan dan di serah terima oleh kepala dinas
kehutanan provinsi sumatera barat
13. Membuat peta Pada bidang rehabilitas hutan dan lahan untuk
mengetahui suatu kondisi hutan lahan kritis menggunakan peta
sehingga mengatahui titik-titik lahan kritis dan membuat peta
menggunakan aplikasi Arcgis.
14. Rapat koordinasi RHL Tahun Anggran 2021 Rapat dilakukan pada
hari senin dihadiri oleh kepala KPHL Kabupaten membahas
mengenai sejauh mana kerja sesi RHL serta saran untuk selanjutnya
sebagai evaluasi dalam monitoring.
15. Pembuatan SOP usulan permohonan hutan rakyat Kelompok tani
mengajukan proposal dan KPH merekomendasikan ke dinas
kehutanan .
16. Administratif surat perintah tugas
17. Administratif surat perintah kerjasama
18. Mencatat surat masuk-keluar dicatat pada buku yang sudah di
sediakan sesuai tanggal masuk dan keluar serta perihal surat
19. Dinas luar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk turun
kelapangan dilaksanakan selama 3 hari pada hutan lindung di
kabupaten solok

3.7.2 Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan

1. Fisiologi lahan curam


Fisiologis lahan curam sangat diperhatikan karena dalam
pengelolaan lahan karena pengaruhnya terhadap erosi tanah,
pembentukan tanah, serta sifat-sifat tanah. Lahan curam sangat
berpengaruh terhadap proses pelapukan dan perkembangan tanah,
penggerusan tanah oleh air pada daerah curam juga mengakibatkan
tanah mulai terkikis dan terangkut pada akhirnya tanah kurang subur
sehingga produktivitas tanah dan tanaman menurun. Bermana
kusumah (1978) mengungkapkan bahwa apabila kemiringan semakin
curam maka akan lebih cepat pula tanah tersebut mengalami
penurunan kualitas
2. Keadaan tumbuhan bawah lebat atau rapat
27
Jarak tanaman yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya
persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur hara, dan
intensitas cahaya sehingga menghambat pertumbuhan diameter
tanaman mahoni tetapi mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman
mahoni.
3. Kondisi tanah
4. Gangguan tanaman suhu terlalu dingin
Suhu rendah merupakan salah satu faktor yang paling
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hasil
tanaman.
5. Tidak sesuai Agroklimat
Suatu cabang ilmu iklim yang berkaitan dengan pengaruh
cuaca terhadap (budidaya) tumbuhan

3.7.3 Solusi dari permasalahan


Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan
pantai dan menyukai tempat yang terbuka dan cukup mendapat sinar
rnatahari langsung. Tanaman ini terrnasuk jenis tanaman yang tidak
memiliki persyaratan ripe tanah secara spesifik, mampu bertahan hidup
pada berbagai jenis tanah bebas genangan, dan reaksi tanah sedikit asarn
- basa tanah, gersang atau marginal, walaupun tidak hujan selama
berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Namun
demikian, pertumbuhan akan optimal pada tanah subur, bersolum dalam
dan aerasi baik pH 6,5 sampai 7,5. Tumbuh baik sampai ketinggian 1000
meter dari permukaan laut meski masih tumbuh pada ketinggian
maksimum 1.500 meter dpl, banyak terdapat pada daerah iklim tropis
basah sampai daerah beriklim musim (tipe iklim A-C menurut Schmidt -
Ferguson). curah hujan 1.500-5000 mm/ tahun, dan suhu udara rata-rata
11-36 C 0 meski pada daerah kura:ng hujanpun (tipe D) jenis mahoni
masih dapat tumbuh.

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan magang yang telah dilaksanakan pada bidang PDASRHL sesi


Rehabilitas hutan dan lahan (RHL) di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
maka dapat disimpulkan bahwa Tanaman mahoni merupakan tanaman tropis
salah satu pohon penghasil kayu sebagai pohon pelindung karena sifatnya yang
tahan panas dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi
tanah dan keberhasilan pertumbuhan tanaman mahoni dinagari sirukam
kabupaten solok kurang maksimal karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti :
1. Fisiologi lahan curam
2. Keadaan tumbuhan bawah lebat atau rapat
3. Kondisi tanah
4. Gangguan tanaman suhu terlalu dingin
5. Tidak sesuai agroklimak

4.2 Saran

Berdasarkan magang yang telah dilaksanakan terdapat kekurangan dan


kelebihan pada sesi Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) mengenai keberhasilan
pertumbuhan tanaman mahoni pada hutan lindung dilahan kritis dibutuhkan
penanganan dengan memperhatikan kondisi bibit mahoni yang akan ditanaman
pada lahan kritis, dan pelaksanaan kegiatan harus lebih efektif sehingga
berpengaruh terhadap pemeliharan yang optimal dengan tingkat keberhasilan
yang maksimal.

29
DAFTAR PUSTAKA
Hekal C. (2010). Rimba Kayu Mahoni .

Jaker, D. (2001). Informasi Singkat Benih Indonesia forest seed project.


Bandung.

Lemmens, RH. M.J.J, s. (1995). Plant Resources of south east asia. Bogor:
Timber Trees.
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan Magang

gambar 2 Dokumentasi pelaksaaan keberhasilan tanaman tahun 2016 di wilayah kerja


UPTD Kesatuan Pengelolan Hutan Lindung ( KPHL ) Solok

gambar 3 dokumentasi dinas luar di daerah nagari sirukam


gambar 4 dokumentasi bersama tim evaluasi do hutan lindung
gambar 5 dokumentasi pertumbuhan tinggi pohon mahoni
THALLY SHEET EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN TAHUN 2016 (N-5) TAHUN 2021
Lokasi : Kelompok Pelaksana Reboisasi di Sekinjang Jorong Kubang Nan Duo
Nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki
Kabupaten Solok -0.51847
Luas : 200 Ha 0°89'83,1" LS
No. PU : 100°78'44,6" BT
Kondisi Tanaman Tinggi
No. Jenis Tanaman Keterangan
Sehat Kurang Sehat Merana (Cm)
1 2 3 4 5 6 7
1 Mahoni √ − − 45 1. Fi s i ografi Lahan
2 a. Datar
3 b. Landai
4 c. Agak Curam
5 Mahoni √ − − 30 d. Curam
6
7 2. Keadaan Tumbuhan Bawah
8 a. Lebat/Rapat
9 b. Sedang
10 Mahoni √ − − 40 c. Jarang
11 d. Ti dak Ada/Bers i h
12
13 3. Kondi s i Tanah
14 a. Gembur/s ubur
15 Mahoni √ − − 30 b. Kurang Gembur/s ubur
16 c. Kurus
17 d. Berbatu
18
19 4. Gangguan Tanaman
20 MAHONI √ − − 55 a. Pengembal aan
21 b. Kebakaran
22 c. Hama/Penyaki t
23 d. Suhu Terl al u Di ngi n
24 e. Ti dak Ses uai Agro Kl i mak
Jeni s Tanaman :
1 Mahoni
2
3 Karet
4 Durian

Tinggi rata-rata 40.00 Cm


Persentase tumbuh 27,50 %

Rata-rata 5 0 0 40.00 #REF!


Sirukam, 06 Maret 2021
Tim Pelaksana,
1. Bambang Suyono, S.Hut, MM ( .............)
2. Ismon, SE ( .............)
3. Berta Dewina, S.Hut ( .............)
4. Zetri Efianto ( .............)
5. Sandrio Ivanus,S.Hut ( .............)

34
Lampiran 2 Penilaian Magang Pembimbing Instansi

PENILAIAN MAGANG PEMBIMBING INSTANSI


Nama : Putri Handrayani
NIM : 18010029
Instansi Tempat Magang : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
Setelah dilakukan pelaksanaan magang, maka rincian nilai mahasiswa yang
bersangkutan adalah sebagai berikut:
Bobot Penilaian kinerja mahasiswa
Nilai
No Aspek Penilaian sangat Baik Cukup
100%
baik
Total

1 Keterampilan

a. Keterampilan 15 %
dalam bekerja
b. Kwalitas hasil
pekerjaan 15 %

2 Pengetahuan

a. Penguasaan 10 %
dan pemahaman
terhadap tugas
b. Kemampuan
memecahkan
10 %
masalah dalam
tugas
c. Kemampuan
mengembangka
n teknik
penyelesaian
10 %
tugas

3 Sikap

35
a. Interaksi dengan 10 %
kepala/pimpinan
intansi

b. Interaksi dengan
pegawai intansi
c. Kerjasama 10 %
dalam
melakukan
pekerjaan 10 %
d. Kedisiplinan
dalam bekerja

10 %

Total penilaian

Padang, Maret 2020


Pimpinan Instansi Pembimbing Instansi

Yozarwardi U.P, S.Hut., M.Si. Afrial Muhammad, S.Pt, M.Si.

NIP. 19690406 199701 1 002 NIP. 197408011999031007

36
Lampiran 3 Laporan Mingguankegiatan Magng Biologi

LAPORAN MINGGUAN KEGIATAN MAGANG BIOLOGI


Nama : Putri Handrayani
NIM : 18010029
Instansi Tempat Magang : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
Minggu ke 1 Tanggal 25 s/d 29 Bulan Januari Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Pada jam 07.30 melakukan apel pagi, setelah itu 07.30 16.00
menemui bapak Sekretaris untuk menentukan
penempatan bidang

Selasa Perkenalan dengan pegawai yang ada di 17.30 16.00


ruangan penempatan (RHL)

Rabu Pertemuan dengan Kabid dan Kasi, bidang 07.30 16.00


PDAS-RHL

Kamis Membuat SOP tentang Pembuatan Rancangan 07.30 16.00


Teknis kegiatan RHL

Jumat Masih dalam kegiatan melanjutkan pembuatan 07.30 16.30


SOP tentang pembuatan Rancangan Teknis
Kegiatan RHL

Minggu ke 2 Tanggal 1 s/d 5 Bulan Februari Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Melakukan kegiatan apel pagi jam 07.30 setelah 07.30 16.00
itu membantu kegiatan dokumentasi di ruangan
RHL dan pergi ke UPTD BALAI
PERBENIHAN/PERSEMAIAN

Selasa Menyortir bibit tanaman mahoni yang sudah 07.30 16.00


tinggi di UPTD BALAI
ERBENIHAN/PERSEMAIAN

37
Rabu Memindahkan bibit tanaman mahoni yang sudah 07.30 16.00
di sortir, sebelumnya

Kamis Memindahkan bibit durian dan membersihkan 07.30 16.00


bedeng

Jumat Mrmbantu kegiatan dokumentasi di ruangan RHL 07.30 16.00

Minggu ke 3 Tanggal 8 s/d 12 Bulan Februari Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Menginstal aplikasi ArcGis 10.4 untuk belajar 07.30 16.00


membuat pemetaan

Selasa Belajar mengaplikasikan ArcGis 10.4 07.30 16.00

Rabu Olahraga pagi ( senam pagi ) bersama pegawai- 07.30 16.00


pegawai di Dinas Kehutanan. Setelah itu pergi
ke Persemaian

Kamis Melakukan/ membantu kegiatan administrative di 07.30 16.00


ruangan RHL

Jumat Tidak ada kegiatan - -

Tanggal merah

Minggu ke 4 Tanggal 15 s/d 19 Bulan Februari Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Menyusun bibit mahoni di Persemaian 07.30 16.00

Selasa Ikut melakukan kegiatan serah terima bibit 07.30 16.00


jengkol kerbau dari PT bersama dengan Bapak
Kepala Dinas Kehutanan

Rabu Melakukan olahraga ( senam pagi ) bersama 07.30 16.00


dengan pegawai-pegawai di Dinas Kehutanan,
setelah itu membantu kegiatan Administratif
SPKS di ruangan RHL. Dan memindahkan bibit

38
petai di Persemaian

Kamis Menyusun proposal kelompok tani 07.30 16.00

Jumat Membantu kegiatan administrative 07.30 16.00

Minggu ke 5 Tanggal 22 s/d 26 Bulan Februari Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Melaksanakan kegiatan apel pagi pada jam 07.30 16.00


07.30, setelah itu membantu kegiatan di
Persemaian

Selasa Masih dalam membantu kegiatan administrative 07.30 16.00


dan penyusunan proposal kelompok tani

Rabu Melakukan olahraga ( senam pagi ) setelah itu 07.00 16.00


berdiskusi dengan mengenai masalah SOP
dengan Kasi

Kamis Tidak masuk karena izin ke RS - -

Jumat Membuat SOP baru yang telah didiskusikan 07.30 16.00


dengan Kasi sebelumnya

Minggu ke 6 Tanggal 1 s/d 5 Bulan Maret Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Rapat koordinasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan 07.30 16.00


T.A 2021

Selasa Mengambil dan memisahkan bibit Surian dari 07.30 16.00


rumah kaca

Rabu Melakukan kegiatan Dinas Luar dalam rangka


kegiatan Evaluasi Reboisasi Hutan N-5 di
Kabupaten Solok

Kamis Melakukan kegiatan Dinas Luar dalam rangka


kegiatan Evaluasi Reboisasi Hutan N-5 di

39
Kabupaten Solok

Jumat Melakukan kegiatan Dinas Luar dalam rangka


kegiatan Evaluasi Reboisasi Hutan N-5 di
Kabupaten Solok

Minggu ke 7 Tanggal 8 s/d 12 Bulan Januari Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Melakukan kegiatan apel pagi pada jam 07.30 07.30 16.00
setelah itu membantu kegiatan di Persemaian

Selasa Membersihkan bedeng di persemaian dan 07.30 16.00


menyusun bibit durian di Persemaian

Rabu Melakukan olahraga ( senam pagi ) setelah itu 07.30 16.00


membantu kegiatan di Persemaian

Kamis Tidak ada kegiatan Tanggal merah - -

Jumat Libur bersama - -

Minggu ke 8 Tanggal 15 s/d 19 Bulan Januari Tahun 2021

Hari Kegiatan Yang Dilakukan Waktu

Mulai Selesai

Senin Apel pagi pada jam 07.30 dipimpin oleh Bapak 07.30 16.00
Sekretaris Dinas Kehutanan. Setelah itu
menyiram tanaman di Persemaian dan
menanam bibit jengkol di Persemaian

Selasa Membantu kegiatan administrative di RHL 07.30 16.00

Rabu Melakukan olahraga ( senam pagi ) setelah itu 07.30 16.00


membantu kegiatan di Persemaian

Kamis Membantu kegiatan administrative di RHL 07.30 16.00

Jumat Perpisahan magang dengan Kabid, Kasi, dan 07.30 16.00


Staff di ruangan RHL

40
Padang 20 Maret 2020
Pembimbing Instansi

Afrial Muhammad, S.Pt., M.Si


NIP. 197408011999031007

41

Anda mungkin juga menyukai