Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN TAHUN TERAKHIR

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo


Kabupaten Pacitan

Oleh:

Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes., NIDN 19126702, Ketua Tim pengusul


Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T., NIDN 0015047002, Anggota Tim pengusul
Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH., MSi., M.Hum, NIDN. 0026036301, Anggota Tim Pengusul
Drs. Amir Syarifuddin, M.Hut., NIDN. 0010045803, Anggota Tim Pengusul
Dr. Ir. Tundung Subali Patma, M.T., NIDN 0024045906, Anggota Tim Pengusul

Dibiayai oleh :
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Surat perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada
Masyarakat No.: 012/SP2H/K7/KM/2016 Tanggal 03 April 2016

DPPM - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


UPT. P2M - POLITEKNIK NEGERI MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

Desember 2016

i
ii
iii
iv
RINGKASAN

Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,87 km2, terbagi atas 12 kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo menjadi wilayah PPM skim IbW ini. Kab. Pacitan terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah dan perbukitan yang membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku
masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Visi Kab. Pacitan yaitu: “Terwujudnya
Masyarakat Pacitan yang Sejahtera” dilaksanakan melalui 6 misi, di mana visi ke-4
“Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan” dan ke-5 “Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar” menjadi dasar pelaksanaan PPM skim IbW dengan judul “IbW
Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.
Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan
dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama kawasan konservasi penyu.
Ekowisata sesuai disinergikan dengan konservasi penyu karena dalam kegiatan ekowisata
terdapat: (1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak
merusak sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah
lingkungan, (2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah
perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya, (3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi dan
memacu pembangunan wilayah; dan (4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan
membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat lokal untuk pengembangan ekowisata.
Berdasarkan permasalahan tersebut “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan” dilakukan dengan cara (1) Membuat model kegiatan wisata
yang bertumpu pada lingkungan, bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi
masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam, (2) Melakukan penilaian objek dan
daya tarik wisata pada kawasan konservasi flora dan fauna, dalam hal ini penyu dan
ekosistemnya, dapat bersinergi dengan kegiatan ekowisata, dan (3) Membuat model kelemba-
gaan pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Metode yang dilaksanakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah “Pemberdayaan
Masyarakat melalui Kegiatan Ekowisata” melalui kegiatan: (1) Konservasi lahan, tatanilai dan
produk wisata, (2) Penciptaan suasana kawasan ekowisata yang dapat dirasakan oleh semua
masyarakat yang bermukim di kawasan, (3) Berkembangnya kegiatan pariwisata yang
mengusung jati diri keunggulan aspek fisik, ekonomi, sosial-budaya lokal, (4) Mantapnya
citra kegiatan ekowisata di kawasan yang didukung oleh kesiapan seluruh stakeholders dan
(5) Terintegrasinya tema konservasi penyu sebagai kawasan konservasi dan ekowisata dengan
produk wisata pendukung lainnya di Kab. Pacitan. Pembangunan sarana yang telah dilakukan
adalah (1) Pembangunan hutan keabadian, (2) Restorasi ekologi hutan pantai, (3) Pembuatan
sumur air laut untuk kolam penyu, (4) Pembibitan vegetasi hutan pantai, (5) Pembuatan kolam
biota laut dan fasilitas sanitasi, (6) Pembangunan shelter dan gazebo, (7) Pembangunan lahan
parkir, dan (8) Pelebaran jalan lingkar kawasan ekowisata. Rencana tahapan berikutnya
adalah (1) Pemberdayaan masyarakat ekowisata, (2) Penguatan kawasan ekowisata dan (3)
Finalisasi kolam biota laut.

Kata-kata kunci: konservasi penyu, ekowisata, citra kawasan, kelembagaan wisata, vegetasi
pantai, biota laut.

v
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga laporan kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim
Ipteks bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud, Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 0299/E3/2016 tertanggal 27
Januari 2016 ini dapat diselesaikan sesuai jadwal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc, selaku Direktur DRPM, Ditjen Penguatan
Riset dan Pengembangan, Kemristekdikti, Jakarta beserta semua jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Sujono, M.Kes, selaku Direktur DPPM UMM beserta segenap jajarannya
yang telah membantu kelancaran PPM skim IbW ini;
3. Bapak Dr. Masduki, M.Si, selaku Wakil Direktur II Bidang Pengabdian kepada
Masyarakat DPPM UMM yang telah membantu pelaksanaan PPM skim IbW ini;
4. Bapak Drs. Indarto, MM, selaku Bupati Kabupaten Pacitan yang berkenan menerima dan
menyambut dengan antusias kegiatan PPM skim IbW ini;
5. Bapak Drs. Heru Wiwoho Supadi Putra, M.Si, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan
yang berkenan sharing dana dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
6. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim IbW ini; dan
7. Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu serta pengertian
keluarga yang telah sangat banyak membantu dan memberikan dorongan semangat demi
terselesainya laporan kemajuan PPM skim IbW ini.
Pada laporan kemajuan PPM skim IbW ini, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
dalam penyampaian dan penulisan istilah. Kami berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan kemajuan PPM skim IbW ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama yang memiliki ketertarikan dengan dunia pariwisata
khususnya desa wisata.
Malang, 1 Desember 2016

Tim Pelaksana PPM IbW


Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

vi
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
RINGKASAN ……………………………………………………………………….. v
PRAKATA …………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pengembangan Wisata berbasis Masyarakat .......................................... 4
1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan .......................... 6
1.4 Maksud dan Tujuan Kegiatan ................................................................. 8
1.5 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW ................................................... 9
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
2.1 Karakteristik Kabupaten Pacitan ............................................................. 11
2.2 Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan .................................................... 13
2.3 RIPPDA Provinsi Jawa Timur ................................................................ 16
2.3.1 Kawasan wisata unggulan kabupaten/kota ………………………….. 18
2.3.2 Rencana tindak pariwisata …………………………………………... 20
2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata ......................................................... 21
2.4.1 Ekowisata dan konservasi …………………………………………… 23
2.4.2 Langkah pengendalian pada kegiatan Ekowisata …………………… 24
2.5 Ekowisata Berbasis Masyarakat ………………………………………. 27
2.5.1 Sarana pendukung pengembangan ekowisata ……………………….. 28
2.5.2 Pemasaran produk ekowisata ………………………………………... 29
2.6 Prinsip Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat ……………… 29
2.7 Konservasi Penyu dan Ekowisata …………………………………….. 33
2.8 Luaran yang Dihasilkan ……………………………………………….. 36
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Konsep Ekowisata di Wilayah IbW ......................................................... 39
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 41
3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo ........... 41
3.4 Metode Kegiatan IbW …………………………………………………. 42
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan ........................ 47
4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra ......................................................... 48
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan .......................................................... 48
4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ................. 49
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI

vii
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

5.1 Konservasi Penyu .................................................................................... 51


5.1 Pembangunan Kawasan Pesisir ............................................................... 52
5.3 Penguatan Konservasi Penyu ………………………………………….. 53
5.4 Pembuatan Kolam Biota Laut …………………………………………. 54
5.5 Pembangunan Shelter dan Gazebo …………………………………….. 56
5.6 Pembangunan Infrastruktur Ekowisata ................................................... 57
5.7 Pembangunan Ekowisata Berbasis Masyarakat ………………………. 58
5.8 Pemberdayaan Masyarakat Ekowisata ………………………………… 59
5.9 Penguatan Kawasan Ekowisata ……………………………………….. 61
5.10 Revitalisasi Kolam Biota Laut ………………………………………... 64
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 65
6.2 Saran …………………………………………………………………... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 69
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul ................................... 71
LAMPIRAN 2. Peta Lokasi Wilayah ....................................................................... 86

viii
DAFTAR TABEL

hal
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun III IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………. 38
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2016 ……… 41
Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW …………………….. 41
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas …….. 47
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014 – 2016 ……… 48
Tabel 5.1 Prinsip dan kriteria ekowisata ……………………........................................ 62

ix
DAFTAR GAMBAR

hal
Gambar 1.1 Lokasi kawasan ekowisata …………………………………………… 3
Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan …………………….. 5
Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan .. 7
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan ……………………………………………… 11
Gambar 2.2 Beberapa objek wisata Kab. Pacitan ……………………………….... 14
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran pariwisata Pacitan ……………………………... 19
Gambar 2.4 Sosialisasi program dengan masyarakat …………………………….. 26
Gambar 2.5 Beberapa sarana pendukung ekowisata ……………………………… 29
Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman ……. 35
Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan ………………. 37
Gambar 3.1 Model pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata ………………. 40
Gambar 3.2 Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo ……………………………….. 43
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu ………………………………………….. 50
Gambar 3.4 Kawasan konservasi penyu dan penyangganya ……………………… 46
Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan …………………... 50
Gambar 5.1 Fasilitas konservasi penyu …………………………………………… 51
Gambar 5.2 Pembangunan hutan keabadian ………………………………………. 52
Gambar 5.3 Restorasi ekologi hutan pantai ……………………………………….. 53
Gambar 5.4 Pembuatan sumur air laut untuk kolam penyu ………………………. 54
Gambar 5.5 Pembibitan vegetasi hutan pantai ……………………………………. 54
Gambar 5.6 Pembuatan kolam biota laut dan fasilitas sanitasi …………………… 56
Gambar 5.7 Pembangunan shelter dan gazebo ……………………….................... 57
Gambar 5.8 Pembangunan lahan parkir ………………………………………….. 58
Gambar 5.9 Pelebaran jalan lingkar kawasan ekowisata ......................................... 59
Gambar 5.10 UMKM di sekitar kawasan ekowisata ………………………………. 60
Gambar 5.11 Penyelesaian pekerjaan kolam biota laut ……………………………. 64

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Nasional yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Republik
Indonesia dewasa ini pada hakikatnya menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat baik
fisik maupun non fisik. Salah satu aspek pembangunan yang penting adalah pengembangan
dalam bidang ekonomi, di mana kepariwisataan termasuk salah satu sektor pembangunan
yang diharapkan dapat menunjang laju pemerataan di bidang pengembangan ekonomi
Indonesia, melalui berbagai aspek yang terkandung di dalamnya seperti penerimaan devisa,
pemerataan pendapatan ekonomi rakyat, memperluas kesempatan kerja dan bahkan pariwisata
saat ini dibebani pula satu pendekatan ekonomi dengan turut serta mengentaskan kemiskinan
(pro poor tourism).
Kepariwisataan sebagai salah satu kegiatan pembangunan diupayakan dapat sejalan
dengan konsep dan prinsip pembangunan berkelanjutan, perlu menerapkan kaidah-kaidah
sebagai berikut.
(1) Pengembangan pariwisata berorientasi jangka panjang dan menyeluruh (holistic) tidak
hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek dan daya tarik wisata yang
memberikan manfaat secara adil bagi semua;
(2) Pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter wilayah, kondisi lingkungan,
konteks sosial, dan dinamika budaya;
(3) Penciptaan keselarasan, senergitas antara kebutuhan wisatawan dan penyedia oleh masya-
rakat lokal, yang memunculkan hubungan timbal balik dan saling menghargai nilai, adat
istiadat, kebiasaan, warisan, budaya, dan lain-lain.
(4) Pemanfaatan sumber daya pariwisata yang memperhitungkan kemampuan kelestariannya
yang pengelolaannya secara eco-efficiency (reduce, reuse, dan recyle) sehingga mencapai
eco-effectivity (redistribute dan reactual); dan
(5) Pengelolaan kegiatan pariwisata yang tanggap terhadap perubahan yang terjadi dari
kedua sisi permintaan (pasar) dan penawaran (produk).
Dengan demikian sebagai pendorong laju pembangunan secara berkesinambungan,
kepariwisataan dibebani dua sasaran yaitu sasaran dalam sosio-ekonomi dan sosio-budaya.
Sebagai sasaran sosio-ekonomi, pariwisata berfungsi sebagai penerimaan devisa, pemerataan

1
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

pendapatan masyarakat, dan pemerataan lapangan kerja. Sedangkan sasaran sosio-budaya


mendorong terpeliharanya kebudayaan nasional di daerah tujuan wisata baik yang bersifat
material maupun inmaterial, dengan demikian usaha pembangunan kepariwisataan dan
kebudayaan terdapat kaitan yang kuat satu sama lain.
Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur sebagai
bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan secara berkelanjutan bertujuan untuk
turut mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia dan masyarakat dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya (Ipteksb) serta memperhatikan
perkembangan wilayah dan tantangan global. Melalui pembangunan kepariwisataan yang
dilakukan secara komprehensif dan integral dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya
alam, budaya dan kondisi geografis setempat secara arif dan bijaksana, maka diharapkan akan
tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Di samping itu secara implisit pembangunan pariwisata juga diharapkan mampu
mendorong pembangunan daerah yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
di suatu kawasan dengan cara mengurangi kesenjangan antar wilayah serta mendorong
pemanfaatan potensi dan kapasitas masing-masing daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang dapat membangun Pariwisata nusantara dalam memupuk persatuan
dan cinta tanah air.
Pembangunan pariwisata memerlukan konsep dan strategi yang jelas. Dalam
Undang-Undang no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 8, perencanaan
pengembangan kepariwisataan dapat diatur melalui rencana induk pembangunan
kepariwisataan.[1] Dalam pasal 8 tersebut dijelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan
dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana
induk pembangunan kepariwisataan nasional (RIPPNAS), rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi (RIPPDA Provinsi), dan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota (RIPPDA Kabupaten/Kota). Artinya, ada keterkaitan antara UU no. 10 tahun
2009 tentang kepariwisataan dengan rencana induk pengembangan kepariwisatan di
tingkatan provinsi ataupun kabupaten/kota.
Saling keterkaitan dokumen pengembangan tersebut adalah jika pada tingkat
nasional pengembangan dan pembangunan kepariwisataan diatur dengan UU no. 10 tahun
2009: Kepariwisataan, RPJP/RPJM dan RIPPNAS. Destinasi provinsi diatur melalui RIPPDA
Provinsi, destinasi kabupaten/kota melalui RIPPDA Kabupaten/Kota. Sedangkan destinasi di

2
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

tingkat kawasan diatur melalui rencana induk pengembangan kawasan dan di level daya tarik
wisata diatur melalui rencana tapak kawasan dan desain teknis.
Pembangunan kepariwisataan dengan konsep ekowisata di Pantai Taman, Desa
Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dengan skema Pengabdian Kepada Masyarakat
(PPM) skim Ipteks bagi Wilayah (IbW) telah memasuki tahun III. Pada tahun I, tim PPM
skim IbW di Kec. Ngadirojo telah melakukan konservasi penyu untuk wisata. Paradigma
konservasi modern tidak hanya menekankan pada fungsi perlindungan (konservasi), namun
juga harus menyentuh manfaat ekonomi dan sosial. Untuk itu konservasi penyu yang telah
dilaksanakan pada tahun I dilanjutkan dengan pembangunan kawasan ekowisata pada tahun II
yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan,
dan pada Tahun III ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat pelaku wisata.

Jalan Lintas Selatan (JLS)

Sungai Lorok

Kawasan Ekowisata Pantai


Taman, Ngadirojo, Pacitan

Gambar 1.1 Lokasi kawasan ekowisata

Tiga poin penting pada pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Pantai


Taman adalah: (1) Melakukan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2) Pembangunan
kawasan ekowisata yang sebagian hasilnya untuk konservasi; dan (3) Pengembangan kawasan
ekowisata bersama masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing hasil
sehingga masyarakat akan ikut berkembang secara ekonomi dan sosial, selanjutnya akan
merasa ikut memiliki sehingga semakin kuat kesadaran terhadap konservasi flora dan fauna
untuk kegiatan ekowisata. Salah satu faktor yang mendukung pengembangan ekowisata
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan adalah dengan adanya

3
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

pengembangan Jalur Lintas Selatan - JLS (Banyuwangi hingga Yogyakarta) merupakan jalur
wisatawan Bali ke Yogyakarta (gbr. 1.1). Jika kegiatan ekowisata di Pantai Taman, Kec.
Ngadirojo terealisasi, akan menjadi embrio kawasan wisata unggulan (KWU) di Kab. Pacitan.
Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan yang
melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru
pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development paradigm).
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan
dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar.
Pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata di mana masyarakat atau warga setempat
memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan mempengaruhi dan
memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam konsep pariwisata
berbasis masyarakat terkandung di dalamnya adalah konsep pemberdayaan masyarakat.
Upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya selalu dihubungkan dengan karakteristik
sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai ciri, latar belakang, dan pemberdayaan
masyarakat. Hal yang terpenting adalah dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi,
suasana, atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.

1.2 Pengembangan Wisata berbasis Masyarakat


Secara administratif, Kab. Pacitan terbagi atas 12 Kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo adalah salah satunya dengan luas 94,22 km2 (9.430,97 ha), berada pada ketinggian
0 – 700 mdpl. Kec. Ngadirojo secara administrasi terbagi atas 18 desa dengan dua desa
sebagai lokasi PPM skim IbW ini adalah Hadiwarno dan Sidomulyo merupakan desa yang
memiliki pantai, yaitu pantai Sidomulyo, teluk Segoro Anakan, dan pantai Taman. Pantai
Taman sebagai lokasi pengembangan ekowisata terletak di Desa Hadiwarno (gbr. 1.2).
Peranan pariwisata dalam pembangunan kawasan, sebagaimana yang dilakukan Tim
IbW kec. Ngadirojo, pada garis besarnya berintikan tiga segi: ekonomi (sumber pendapatan),
sosial (penciptaan lapangan kerja), dan kultural (memperkenalkan kebudayaan kepada
ekowisatawan). Pariwisata dalam proses perkembanganya, juga memiliki dampak terhadap
bidang sosial dan budaya. Pembangunan ekowisata di Pantai Taman merupakan upaya oleh
Tim IbW untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek wisata dan daya tarik wisata, yang
terwujud antara lain dalam bentuk keindahan alam dan keragaman flora dan fauna. Kegiatan
wisata terjadi karena adanya keterpaduan antara berbagai fasilitas yang saling mendukung dan
berkesinambungan serta mempunyai peranan yang sama pentingnya yang sering disebut juga
komponen wisata.

4
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan[2]

Dalam mencapai tujuan pemberdayaan melalui pengembangan pariwisata berbasis


masyarakat, berbagai upaya dilakukan Tim IbW melalui berbagai macam strategi. Salah satu
strategi yang memungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah yang secara konseptual
memiliki ciri-ciri unik serta sejumlah karakter yang dikemukakan sebagai berikut.
(1) Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam properti dan ciri-ciri
unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi dalam skala yang kecil. Jenis pariwisata
ini pada dasarnya secara ekologis aman dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif
seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional;
(2) Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan obyek-
obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil dan oleh karena itu dapat dikelola oleh
komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal;
(3) Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih dari pariwisata
konvensional, di mana komunitas lokal melibatkan diri dalam menikmati keuntungan per-

5
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

perkembangan pariwisata, dan oleh karena itu lebih memberdayakan masyarakat.


(4) Munculnya proses partisipasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat mendasarkan atas
dua perspektif. Pertama, pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perancangan,
perencanaan, dan pelaksanaan program yang akan mewarnai kehidupan masyarakat.
Kedua, partisipasi transformasional sebagai tujuan untuk mengubah kondisi lemah dan
marjinal menjadi berdaya dan mandiri.

1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan


Berdasarkan RPJMD Kabupaten Pacitan tahun 2011-2016, ditetapkan Visi
Kabupaten Pacitan yaitu: “Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera”[3]. Misi yang
ditetapkan Pemerintah Kabupaten Pacitan untuk mencapai Visi tersebut adalah:
1. Profesional birokrasi dalam rangka meningkatkan pelayanan prima dan mewujudkan tata
pemerintahan yang baik;
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
3. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat;
4. Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan; dan
6. Mengembangkan tatanan kehidupan masyarakat yang berbudaya, berkepribadian dan
memiliki keimanan serta memantapkan kerukunan umat beragama.
Strategi pembangunan Kabupaten Pacitan yang relevan dengan pelaksanaan Ipteks
bagi Wilayah (IbW) adalah misi ke-4 dan ke-5, melalui arah kebijakan:
1. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh industri berbasis pertanian
(agroindustri), kelautan dan pariwisata meliputi: revitalisasi pertanian, peningkatan daya
saing pariwisata, dan pengembangan potensi sumber daya kelautan;
2. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan, meliputi:
peningkatan konservasi di kawasan budidaya, pemantapan kawasan lindung, dan pening-
katan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan; dan
3. Mewujudkan infrastruktur daerah yang berkualitas dalam mewujudkan aktivitas ekonomi
yang stabil, meliputi: pengembangan wilayah, penyelenggaraan penataan ruang, dan
pembangunan sistem informasi dan komunikasi.
Pengembangan sektor pariwisata di Kab. Pacitan (gbr. 1.3) dibagi ke dalam 4
kawasan pengembangan pariwisata (KPP), yaitu:[4]

6
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1. KPP A, meliputi Kec. Donorojo dan Kec. Pringkuku. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Klayar, Pantai Watu Karung dan Pantai Srau), wisata goa (Goa Gong, Goa
Tabuhan, Goa Putri, dan Goa Luweng Jaran), wisata sejarah (monumen Palagan Tumpak
Rinjing), wisata kesenian (wayang beber, upacara adat ceprotan), dan kerajinan batu akik;
2. KPP B, meliputi Kec. Pacitan dan Kec. Arjosari. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Teleng Ria dan Pantai Tamperan), wisata rekreasi (pemandian air hangat Tirto-
husodo), dan wisata spiritual (Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan Gunung Limo);
3. KPP C, meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec. Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro.
Wisata andalan adalah wisata pantai (Pantai Taman dan Pantai Desa Sidomulyo); dan
4. KPP D, meliputi Kec. Bandar, Kec. Nawangan, dan Kec. Tegalombo. Wisata andalan
wisata sejarah (Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman).

Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan[4]

7
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Dua desa di Kec. Ngadirojo yang menjadi wilayah IbW yaitu Hadiwarno dan Sidomulyo
masuk ke dalam peta rencana KPP C (gbr. 1.3).

1.4 Maksud dan Tujuan Kegiatan


Secara umum kegiatan PPM skim IbW pada tahun III adalah membangun kawasan
ekowisata untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan. Adapun maksud dari kegiatan
PPM skim IbW Tahun III ini adalah untuk:
1. Menyatukan pandangan di antara sektor pembangunan lainnya di destinasi wisata terhadap
pentingnya kegiatan pariwisata dalam konteks pembangunan daerah;
2. Pemberdayaan masyarakat adalah untuk menciptakan suasana, kondisi, atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang dan dapat berperan aktif dalam
pembangunan keberdayaan dan kepariwisataan secara berkelanjutan;
3. Untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri yang meliputi kemandirian
berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan, khususnya dalam
kegiatan pariwisata; dan
4. Menyusun perencanaan pengembangan aspek pariwisata yang mampu meningkatkan
kualitas kepariwisataan di kawasan konservasi.
Tujuan dari kegiatan PPM skim IbW pada tahun III ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan, menciptakan lapangan kerja, dan usaha masyarakat di bidang pariwisata yang
secara khusus dijabarkan sebagai berikut.
1. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, dan keswadayaan setempat
dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya melalui usaha kepariwisataan;
2. Meningkatkan kemampuan kreatifitas masyarakat seperti kesadaran kritis, potensi sosial
dan budaya, dan kearifan lokal untuk memberdayakan dirinya sendiri
3. Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pengembangan potensi kebudayaan
dan pariwisata kawasan ekowisata yang meliputi daya tarik wisata, usaha sarana wisata,
usaha jasa wisata dan usaha lain pendukung pariwisata;
4. Membangun kemitraan lintas sektor untuk melakukan akselerasi pembangunan
kepariwisataan di wilayah kawasan mitra binaan; dan
Salah satu sasaran kegiatan PPM skik IbW pada Tahun III adalah masyarakat usaha
kecil menengah (UKM) yang bergerak dalam usaha penunjang kepariwisataan. Sasaran
lainnya di antaranya adalah sebagai berikut.

8
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1. Tersusunnya rencana induk pengembangan pariwisata kawasan ekowisata yang dilandasi


tata ruang kawasan;
2. Tersusunnya rencana induk pengembangan pariwisata kawasan yang didasarkan kepada
pendekatan wilayah pengembangan dengan mempersatukan kekuatan dan karakter potensi
pariwisata dengan masing-masing wilayah penghubungnya;
3. Tersusunnya konsep pengembangan kawasan wisata yang memiliki tema berdasarkan
karakter, tipe dan potensi yang dimiliki masing-masing kawasan;
4. Tersusunnya diversifikasi produk wisata yang didukung oleh terbentuknya infrastruktur di
kawasan;
5. Tersusunnya strategi pemasaran seni budaya dan kepariwisataan kawasan.
Ke depan, keberadaan pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo bisa
memberi kontribusi nyata bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi lokal. Hal ini
dapat dilakukan melalui: (1) Potensi sektor pertanian/ perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
sektor UMKM sebagai pelaku usaha bisa secara optimal disinergikan dengan pengembangan
wisata; (2) Sektor pariwisata sebagai mediator antara masyarakat lokal sebagai produsen
dengan wisatawan sebagai konsumen, misalnya melalui pendirian resto wisata, bisa
diwujudkan; (3) Tiga pelaku dalam industri pariwisata, yaitu: destinasi wisata, wisatawan, dan
masyarakat lokal dapat segera diintegrasikan secara maksimal dalam industri pariwisata; (4)
Pemanfaatan TIK (website) bisa segera dibuat untuk menawarkan kesatuan nilai berwisata
bagi wisatawan yang terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan alam dan upaya
melestarikannya; dan (5) Adanya sistem penilaian objek dan daya tarik wisata pada kawasan
konservasi yang akan diusulkan pada kawasan Pantai Taman, Desa Hadiwarno.

1.5 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW


Pengembangan Ekowisata dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem
pesisir dan laut. Hal ini didukung oleh keinginan para pecinta ekowisata yang memang
menghendaki syarat kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya ada beberapa prinsip
pengembangan Ekowisata yang harus dipenuhi, yaitu:
− Pertama, mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap bentang
alam dan budaya masyarakat lokal. Pencegahan dan penanggulangan dampak harus dapat
disesuaikan dengan sifat dan karakter bentang alam dan budaya masyarakat lokal;
− Kedua, mendidik atau menyadarkan wisatawan dan masyarakat lokal akan pentingnya
konservasi;

9
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

− Ketiga, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen
pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan.
Retribusi dan pajak konservasi dapat digunakan secara langsung untuk membina,
melestarikan dan meningkatan kualitas kawasan pelestarian;
− Keempat, masyarakat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pengembangan
ekowisata;
− Kelima, keuntungan ekonomi yang diperoleh secara nyata harus dapat mendorong
masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kawasan pesisir dan laut;
− Keenam, semua upaya pengembangan, termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas, harus
tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Bila terdapat ketidakharmonisan dengan alam,
hal itu akan merusak produk Ekowisata yang ada;
− Ketujuh, pembatasan pemenuhan permintaan, karena umumnya daya dukung ekosistem
secara alamiah lebih rendah daripada daya dukung ekosistem buatan; dan
− Kedelapan, apabila suautu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka
devisa dan belanja wisatawan dialokasikan secara proporsional dan adil untuk pemerintah
pusat dan daerah.
Perencanaan kegiatan PPM skim IbW yang dilakukan adalah melakukan kegiatan-
kegiatan yang mendukung terbentuknya kawasan wisata yang berwawasan lingkungan
(ekowisata) berbasis masyarakat. Kegiatan dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Memberi ruang terhadap keberadaan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk
Wisata (KMKPW) “Taman Ria” untuk secara bersama-sama dalam mewujudkan suatu
destinasi pariwisata yang bertanggung jawab, serta berkomitmen untuk menyediakan
pelayanan yang mendukung konservasi alam;
2. Membentuk kemandirian lembaga ekowisata untuk dijadikan pilar utama pengelolaan
lingkungan dan pengembangan wisata minat khusus yang menawarkan keanekaragaman
hayati, keindahan alam dan keragaman budaya yang sehat dan berdaya dalam
meningkatkan jiwa kemandirian dan kewirausahaan masyarakat;
3. Membuat konsep pengembangan kawasan konservasi yang terintegratif dan holistik untuk
mewujudkan kemandirian lembaga ekowisata berbaisis konservasi penyu dengan
melibatkan kesatuan misi dan visi dari seluruh stakeholder-nya;
4. Aspek sumber daya manusia lebih diarahkan pada peningkatan akses dan perluasan
kesempatan memperoleh pelatihan, pemerataan pemanfaatan berbagai fasilitas pelatihan
yang sudah ada dan peningkatan standar pelayanan yang diberikan.

10
BAB II
TARGET DAN LUARAN

2.1 Karakteristik Kabupaten Pacitan


Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat
daya. Kab. Pacitan terletak di antara 07o55’ – 08o17’ LS dan 110o55’– 111o25’ BT, dengan
luas wilayah 1.389,87 km2 atau 138.987,16 ha yang sebagian besar berupa bukit, gunung, dan
jurang terjal. Wilayahnya berbatasan dengan Kab. Ponorogo di utara, Kab. Trenggalek di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kab. Wonogiri (Jawa Tengah) di barat (gbr. 2.1).

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan[6]


(insert: Lokasi Pacitan di Provinsi Jawa Timur)

Sekitar 63% dari Kab. Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis
karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya,
Kab. Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul,
Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur pemerintahan wilayah administratif, Kab. Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan, 166

11
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

desa dan 5 kelurahan. Kab. Pacitan termasuk wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa,
dengan panjang pantai 70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82
km. Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki dasar perairan
yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun perairan ini memiliki potensi perikanan
yang sangat besar dan melimpah.
Gugusan karang yang ada di sekitar pesisir Pacitan berguna sebagai tempat tinggal
ikan, tempat berlindung, berkembang biak, tempat mencari makan hewan laut. Ini menjadikan
perairan Pacitan menjadi fishing ground yang baik. Daerah penangkapan merupakan area
yang mempunyai stok ikan yang melimpah. Keadaan daerah penangkapan ini dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain suhu dan salinitas. Kondisi dasar pantai adalah
berpasir dan berkarang, dengan perairan pantai berwarna jernih. Arus di Pantai Selatan Jawa
dikenal dengan sebutan Arus Katulistiwa Selatan (South Equatorial Current) yang sepanjang
tahun bergerak menuju arah barat. Akan tetapi pada musim barat terdapat arus yang menuju
ke timur dengan pola rambatan berupa jalur sempit yang menyusuri pantai Jawa. Pada musim
barat arah arus berlawanan dengan Arus Katulistiwa sehingga disebut Arus Pantai Jawa (Java
Coastal Current). Musim paceklik atau musim angin barat biasanya terjadi pada bulan
Desember hingga bulan Maret.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Kabupaten Pacitan sebesar 34.483 ton per
tahun dengan jenis sumberdaya perikanan terdiri dari: (1) Sumberdaya perikanan demersal,
yaitu: ikan layur, kerapu, kakap, bawal, sebelah, bambangan, udang lobster; (2) Sumberdaya
perikanan pelagis besar, yaitu: ikan tuna, cakalang, tongkol, tengiri, marlin; dan (3) Sumber-
daya perikanan pelagis kecil, yaitu: selar, layang, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi
perikanan Kab. Pacitan pada tahun 2010 baru mencapai 1.559,6 ton atau sebesar 4,52 % dari
potensi lestari.[5]
Daerah pesisir di Kab. Pacitan yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan,
merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya. Hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu
karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga
secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya
terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara berkelanjutan untuk menda-
patkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian
rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar

12
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

baru dilakukan pada sebagian wilayah yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha
ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan
seperti ini.

2.2 Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan


Sektor pariwisata di Kabupaten Pacitan mempunyai peluang yang cukup prospektif
untuk dikembangkan menjadi industri pariwisata yang mampu bersaing dengan daerah yang
lain bahkan manca negara. Hal ini cukup beralasan karena obyek wisata yang ada cukup
beragam dan mempunyai ciri khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah lainnya.
Pengembangan kepariwisataan tidak hanya mampu meningkatkan pendapatan asli daerah
semata, hal yang lebih penting adalah kepariwisataan di Kab. Pacitan mampu memberdayakan
masyarakatnya sendiri sehingga mereka merasa memiliki, melaksanakan, melestarikan, dan
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara memberikan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha.
Dari segi pendapatan, obyek wisata telah mampu menyumbangkan pendapatan
daerah yang cukup besar bagi Pemkab Pacitan. Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kab. Pacitan, pada 2011 PAD dari sektor pariwisata mencapai Rp 752.642.000,-. Di banding
kontribusi ke kas daerah selama lima tahun terakhir rata-rata mengalami kenaikan sebesar
150,53%. Sedang jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kab. Pacitan pada 2011 mencapai
302.134 orang dengan 306 orang di antaranya merupakan wisatawan mancanegara. Dibanding
tahun 2010 di mana jumlah wisatawan mencapai 253.717 orang, maka terjadi kenaikan yang
cukup signifikan. Sedangkan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata setiap tahunnya
mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 15,87%.[4] Hal ini disebabkan adanya
upaya pengembangan obyek-obyek wisata andalan, pembangunan Kawasan Pengembangan
Pariwisata (KPP) baru, dan promosi yang efektif.
Potensi Pariwisata di Kabupaten Pacitan meliputi 5 KWU, yaitu: (1) Wisata Pantai,
(2) Wisata Goa, (3) Wisata Sejarah atau Budaya, (4) Wisata Rekreasi, dan (5) Wisata
Spiritual. Potensi obyek wisata dikembangkan melalui program pembangunan kepariwisataan
yang mencakup kegiatan peningkatan dan rehabilitasi obyek wisata yang ada, peningkatan
sarana dan prasarana ke lokasi obyek wisata, pengelolaan obyek wisata berupa menggalang
kerja sama dengan biro perjalanan dan perhotelan, penataan manajerial perhotelan dan rumah
makan serta kegiatan promosi.

13
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pantai
Sidomulyo Pantai Klayar 3. Gunung Limo Palagan Tumpak Rinjing

2
Pemandian Banyu 2. Monumen
Anget Jenderal Besar
Soedirman
3

3. Padepokan Gunung Limo 4

7
5
6
4 Goa Gong 1 1. Pantai Taman

7. Sungai Maron Pantai Watu Karung 6. Pantai Teleng Ria 5. Pantai Banyu Tibo

Gambar 2.2 Beberapa objek wisata Kab. Pacitan

Daya tarik tempat wisata di Pacitan dengan kontur wilayah yang dikelilingi pegunu-
ngan adalah pada wisata alam berupa pantai dan goanya yang menawan. Dari sejumlah objek
wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan adalah sejumlah pantai yang menarik dengan
pesona pantainya yang berpasir putih. Sementara objek wisata goa di Kab. Pacitan umumnya
terletak di lereng perbukitan. Dengan jumlah goa yang begitu banyak, Pacitan mendapat
julukan Kota 1001 Goa dengan pesona wisata goanya yang sangat indah. Beberapa objek
daerah tujuan wisata (ODTW) yang terkenal adalah sebagai berikut.
(1) Pantai Klayar, terletak di Desa Kalak, Kec. Donorojo. Pantai Klayar memiliki
hamparan pasir putih. Di sini bias dijumpai batukarang yang menyerupai Sphinx,
karang bolong dan fenomena alam berupa seruling laut dan air mancur setinggi 10 m.
(2) Pantai Teleng Ria, terletak di Kel. Sidoharjo, Kec. Pacitan yang dapat ditempuh
dengan waktu 5 menit dari pusat kota Pacitan. Hamparan pasir yang indah serta ombak
laut yang relatif tenang membuat pantai ini menjadi destinasi favorit keluarga untuk
bermain di tepi pantai, berenang dan aktifitas lainnya.

14
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Pantai Watu Karung, terletak di desa Watu Karung, Kec. Pringkuku. Pantai Watu
Karung terkenal karena keganasan ombaknya dan merupakan tempat favorit bagi para
wisatawan asing untuk surfing . Tidak jauh dari lokasi pantai terdapat tempat pelelangan
ikan tempat para nelayan mengumpulkan dan menjual hasil tangkapan lautnya.
(4) Sungai Maron, terletak di Desa Dersono, Kec. Pringkuku. Sungai Maron adalah sebuah
destinasi wisata alam di Kabupaten Pacitan yang menyuguhkan pengalaman menyusuri
sungai yang jernih dengan panorama indah dan unik. Aliran Sungai Maron ini
dikelilingi dengan pepohonan hijau yang lebat dan tanaman kelapa di sepanjang tepian
sungai. Air yang jernih kebiruan, jumlah ikan kakap merah yang banyak, suasana
tenang, serta sepanjang tepian sungai yang menyuguhkan horizon pepohonan hijau
adalah beberapa hal yang dapat ditemukan dalam petualangan di Sungai Maron Pacitan.
(5) Pantai Banyu Tibo, terletak di desa Widoro, Kec. Donorojo merupakan perbatasan
Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Area Pantai Banyu Tibo dengan hamparan pasir putih
yang menawan. Apalagi dihiasi air terjun yang jernih berasal dari pegunungan melewati
bebatuan indah laksana sebuah ukiran di kayu dan airnya langsung menuju ke area
pantai lepas Pantai Banyutibo tersebut.
(6) Pantai Taman, terletak di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Lokasi pantai Taman
sudah ditetapkan sebagai área konservasi penyu laut. Untuk mendukung sebagai
kawasan ekowisata berbasis masyarakat, telah dibangun beberapa fasilitas pendukung,
antara lain: flying fox terpanjang di Indonesia, kolam renang air tawar, kolam biota laut,
dan beberapa fasilitas lainnya. Di sini pengunjung dapat berekreasi sambil belajar.
(7) Monumen Jenderal Sudirman, terletak di Desa Pakis Baru, Kec. Nawangan.
Monumen Jenderal Sudirman dibangun pada tahun 1982 oleh keluarga Bapak Roto
Suwarno. Beliau dahulunya merupakan pengawal dari Jenderal Sudirman saat bermakas
di Desa Pakis Baru. Beberapa fasilitas yang dibangun di antaranya adalah lapangan
tenis, sekolah-sekolah formal, penginapanan, dan yang paling tersohor adalah
pembangunan monumen Jenderal Sudirman ini. Pembangunan monumen di desa Pakis
Baru untuk mengenang perjuangan melawan penjajah saat terjadi agresi Belanda tahun
1949. Dari Desa Pakis Baru inilah Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar Angkatan
Perang, Pucuk Pimpinan Komando Perang Rakyat Semesta merancang strategi perang
gerilya.
(8) Monumen Palagan Tumpak Rinjing, terletak Desa Pringkuku, Kec. Pringkuku.
Monumen ini dibangun untuk mengenang pertempuran para gerilyawan yang dipimpin

15
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

langsung oleh Jenderal Sudirman bersama Brigjen Ign. Slamet Riyadi di Tumpak
Rinjing melawan pasukan konvoi Kolonial Belanda yang terjadi pada 7 Juni 1948.
Monumen ini juga untuk menandai rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman yang
di antaranya juga melintasi Pacitan. Patung di monumen ini adalah Jenderal Sudirman
dan Brigjen Ign. Slamet Riyadi.
(9) Padepokan Gunung Limo, terletak di Desa Mantren, Kec. Kebonagung. Gunung Limo
selain menyimpan panorama yang indah juga menawarkan potensi budaya lewat
upacara adat Tetaken. Upacara adat Tetaken dilaksanakan pada tanggal 15
Suro/Muharram yang dimulai dari jam 13.00 sehabis Dzuhur sampai selesai. Kronologi
atau urutan upacara adat Tetaken dimulai dari peserta yang berjalan dari kaki Gunung
menuju pelataran Gunung Limo. Setelah semua peserta terkumpul upacara dimulai
dengan disaksikan oleh pengunjung dan tamu undangan. Setelah upacara selesai,
dilanjutkan acara hiburan berupa seni daerah yaitu karawitan, tari-tarian dan langen
bekso kethek ogleng. Setelah acara tersebut selesai maka prosesi upacara adat Tetaken
telah usai.
(10) Goa Gong, terletak di Desa Bomo Kec. Punung. Goa Gong erat kaitannya dengan salah
satu nama perangkat gamelan Jawa yaitu Gong. Di dalam goa terdapat sebuah batu yang
jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti gong yang ditabuh. Goa Gong merupakan
salah satu destinasi wisata paling terkenal dari sejumlah tempat wisata di Pacitan dan
diyakini merupakan goa terindah se Asia Tenggara.

2.3 RIPPDA Provinsi Jawa Timur


Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Timur
merupakan pedoman utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa Timur, termasuk di
dalamnya Pemerintah Kabupaten Pacitan. RIPPDA ini mengakomodasi isu-isu strategis dan
perkembangan terbaru secara terintegrasi dan sinerjis yang dimaksudkan untuk mengarahkan
perkembangan kepariwisataan Jawa Timur dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan.
Sebagai pedoman utama, RIPPDA Provinsi Jawa Timur berisi: (1) Konsep pengem-
bangan kepariwisataan Provinsi Jawa Timur yang dilandasi pendekatan perencanaan dan isu‐
isu strategis pengembangan kepariwisataan Jawa Timur, (2) Identifikasi Kawasan Wisata
Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Timur dan kawasan wisata unggulan kabupaten/kota, serta
(3) Arahan kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Timur dan

16
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

tahapan indikasi kegiatan pengembangan kepariwisataan di setiap kawasan wisata unggulan


provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.[7]
Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Timur menjadi kerangka dalam
menyusun visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan strategi pengem-
bangan kepariwisataan Provinsi Jawa Timur, baik secara umum maupun khusus di kawasan
wisata unggulan kabupaten/kota. Visi pengembangan pariwisata Jawa Timur adalah “Terwu-
judnya pariwisata Jawa Timur yang mengangkat harkat dan martabat, serta meningkatkan
kesejahteraan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat dalam lingkungan yang berkelanjutan”.
Adapun misi pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Timur adalah:
(1) Menyebarluaskan implementasi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan melalui
konservasi, preservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan
kualitas lingkungan hidup Jawa Timur;
(2) Meningkatkan daya saing pariwisata Jawa Timur di tingkat nasional dan internasional
melalui pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata, serta pemasaran pariwisata
yang tepat sasaran oleh sumber daya manusia Jawa Timur yang berkualitas tinggi;
(3) Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui penyebaran kegiatan pariwisata yang
mencakup daerah-daerah yang belum maju di Jawa Timur;
(4) Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan yang berazaskan kerja sama yang saling
menguntungkan antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat; dan
(5) Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat luas dan masyarakat lokal dalam
pengembangan dan kegiatan pariwisata untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Dalam RIPPDA Provisi Jawa Timur, definisi kawasan wisata adalah kawasan yang
secara teknis digunakan untuk kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan dengan batasan-
batasan sebagai berikut.
(1) Kawasan wisata adalah area unggulan untuk pengembangan pariwisata provinsi atau
daerah (kabupaten/kota);
(2) Kawasan wisata akan/ atau sudah berfungsi sebagai identitas daerah, misalnya kawasan
sejarah/budaya, spiritual, gunung, pantai, goa, rekreasi dan sebagainya;
(3) Kawasan wisata dapat tumpang tindih (overlap) dengan kawasan lain, baik kawasan
budidaya (misalnya kawasan pertanian, perdagangan) maupun kawasan lindung;
(4) Memiliki keragaman daya tarik wisata, baik yang belum maupun yang sudah berkembang
atau dikunjungi wisatawan; dan

17
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(5) Memiliki batas kawasan secara imaginer, dengan unsur pengikat yang dapat berupa fisik
(misalnya jalan), dan atau non fisik seperti pengaruh budaya atau tema produk/kegiatan
wisata.

2.3.1 Kawasan wisata unggulan kabupaten/kota


Kawasan wisata unggulan (KWU) kabupaten/kota merupakan kawasan wisata yang
diunggulkan di tingkat kabupaten/kota yang berperan dalam menjawab isu-isu pokok pemba-
ngunan kepariwisataan kabupaten/kota. KWU kabupaten/kota berperan strategis karena
keunikan lokasi maupun tingginya intensitas kunjungan wisatawan. KWU kabupaten/kota
dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dalam daerah administratif yang berbeda (lintas
kecamatan/desa), yang memiliki keunggulan produk wisata yang dapat bersaing di tingkat
regional, nasional (dan bahkan internasional), dengan target segmentasi pasar wisatawan
nasional/internasional. Pemerintah kabupaten/kota menjadi pemain utama dalam hal
pembinaan dan pengembangan KWU serta ikut bertanggung jawab dalam merencanakan dan
mendukung pengembangannya.
KWU kabupaten/kota dapat memiliki cakupan wilayah yang berbeda luasannya
dengan batas ‘imajiner’ kabupaten/kota yang berada dalam cakupannya. Dengan demikian,
suatu KWU memiliki faktor pengikat kawasan yang dapat bersifat fisik (geomorfologis),
seperti jalur jalan dan jalur pantai, maupun nonfisik yang bersifat pengaruh suatu budaya.
Selain itu, setiap KWU memiliki sumber daya wisata utama/kegiatan yang telah berkembang
atau sumber daya wisata lain maupun kegiatan wisata lain yang diusulkan untuk
dikembangkan, serta potensi pasar wisatawan eksisting dan yang akan menjadi sasaran pasar,
baik dilihat dari daerah asal wisatawan, maupun karakteristik wisatawannya. Sumber daya
wisata utama suatu KWU nantinya menjadi tema produk wisata utama yang akan diunggulkan
dari KWU tersebut, dan akan terkait dengan segmen pasar wisatawan yang menjadi sasaran.
Berdasarkan hasil diskusi terfokus (focus group discussion, FGD) yang
mempertimbangkan aksesibilitas jalur jalan utama dan daya tarik wisata unggulan yang
membentuk tema produk kawasan, maka RIPPDA Kab. Pacitan telah menetapkan KWU yang
dinyatakan dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) yang terdiri dari lima kawasan
(gbr. 2.3) sebagai berikut.
(1) Kawasan Wisata Pantai, yang terdiri dari Pantai Klayar, Srau, Watu Karung, Teleng
Ria, Sidomulyo, Taman, dan lain-lain;
(2) Kawasan Wisata Goa, yang terdiri dari Goa Gong, Tabuhan, Putri, Luweng Jaran, dan
lain-lain;

18
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Kawasan Wisata Sejarah/Budaya, yang terdiri dari Monumen Panglima Besar Jendral
Soedirman dan Monumen Palagan Tumpak Rinjing;
(4) Kawasan Wisata Spiritual, yang terdiri dari Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan
Gunung Limo; dan
(5) Kawasan Wisata Rekreasi, yang terdiri dari pemandian air hangat dan wisata Sungai
Maron.

Gambar 2.3 Kerangka pemikiran pariwisata Pacitan

Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) Kab. Pacitan memiliki karakter spesifik


yang merupakan perpaduan antara unsur kesamaan tema, kemudahan pencapaian/ rute,
kedekatan jarak, serta kedekatan terhadap pusat pelayanan. Pembagian KPP di Kab. Pacitan
secara spesifik didasarkan pada beberapa kondisi yaitu:
(1) Kedudukan dan sebaran objek wisata;
(2) Sebaran aksesibilitas pendukung yang merata antara kecamatan;
(3) Sebaran fasilitas pelayanan yang bervariasi antar wilayah kecamatan;

19
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(4) Posisi geografis dan potensi wilayah kecamatan yang dapat berfungsi sebagai gerbang
dari wilayah di sekitarnya; dan
(5) Kondisi geomorfologi kawasan Kabupaten Pacitan.

2.3.2 Rencana tindak pariwisata


Karakteristik pariwisata Kab. Pacitan karena obyek wisata yang ada cukup beragam
dan memiliki ciri-ciri yang berupa perpaduan antara destinasi pariwisata di tiap kecamatan/
desa di dalamnya, menyebabkan kompleksitas pengelolaan yang tinggi dan mempunyai ciri
khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah lainnya. Oleh karena itu dalam melakukan
perencanaannya harus secara cermat mengetahui kondisi lingkungan strategis kepariwisataan
secara efektif dan efisien dan juga berorientasi kepada permintaan pasar. Hal ini bertujuan
agar kegiatan pembangunan kepariwisataan yang dilakukan dapat dimengerti, disepakati,
ditindaklanjuti dan dirasakan manfaatnya oleh pelaku pariwisata di tingkat kecamatan/ desa
yang menjadi sasaran pembangunan yang dilakukan.
Rencana tindak pengembangan pariwisata Kab. Pacitan berupa rencana detil program
dan kegiatan yang bersifat aplikatif dan taktis sebagai bagian atau sub-sistem dari kerangka
kebijakan makro dan strategi kawasan pengembangan pariwisata (KPP). Strategi taktis yang
dirumuskan dalam rencana tindak ini merupakan suatu rencana implementasi yang bersifat
fokus, terukur, menjawab kebutuhan dan dapat memecahkan persoalan pembangunan
kepariwisataan yang terjadi. Lebih lanjut, rencana yang disusun haruslah juga dapat
mengendalikan proses berjalan dan pengendalian sumber daya pariwisata secara proporsional.
Penjabaran strategi menjadi rencana tindak terhadap KPP unggulan secara fungsional, terpadu
antarwilayah dan saling menguntungkan. Rencana tindak pengembangan pariwisata ini
diharapkan akan mampu mendorong terwujudnya kedekatan visi dan persepsi,
menumbuhkembangkan perilaku koordinasi, kerjasama, dan self correction dari semua
stakeholder dan para pelaku terkait.
Rencana tindak pariwisata Kab. Pacitan mencakup 5 (lima) komponen, yaitu:
(1) Atraksi Wisata, berupa daya tarik wisata, baik alam maupun buatan yang berada di
dalam suatu wilayah dan memiliki daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan. Daya
tarik wisata misalnya pantai, sungai, pegunungan, situs budaya dan lain sebagainya;
(2) Infrastruktur, berupa sarana dan prasarana dasar yang menunjang kegiatan pariwisata,
misalnya: jalan, jaringan listrik, lokasi parkir, tempat pembuangan sampah, pelayanan air
bersih, serta area terbuka yang dapat digunakan sebagai lokasi kegiatan pariwisata;

20
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Pelayanan, berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan
wisata, misalnya: akomodasi, camping ground, rumah makan, pertokoan, serta gerai
cenderamata;
(4) Promosi, merupakan sarana pemasaran, berupa: periklanan, pameran pariwisata, artikel
di media cetak, brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster dan
pusat informasi wisatawan; dan
(5) Keramahtamahan (hospitality), merupakan kunci penting yang dapat menggabungkan
keempat komponen di atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga
menjadi faktor penting yang dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam berwisata
dan akan kembali datang, serta secara tidak langsung turut mempromosikan suatu
wilayah kepada kerabatnya.
Untuk dapat menghasilkan rencana tindak pengembangan pariwisata yang bersifat
terintegrasi, maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif dan sinergis
amat penting dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas, fungsi, tugas
dan tanggungjawab masing-masing. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan rencana tindak
pengembangan pariwisata yang terpadu (integrated) maka dalam proses perencanaannya
harus melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholder). Dengan kata lain diperlukan koordinasi
yang baik antar stakeholder kepariwisataan maupun dengan pihak lain yang secara langsung
maupun tidak langsung terkait dengan pengembangan kepariwisataan di suatu kawasan.

2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata


Saat ini terlihat adanya perubahan minat berwisata dari wisata massal (mass tourism)
yang mengandalkan 5S (sun, sea, sand, scenery dan sex) mengarah pada wisata berwawasan
lingkungan (environmentally sound tourism) dan wisata yang berkelanjutan (sustainable
tourism). Hal ini ditunjukkan dengan berubahnya pangsa pasar wisata yang mengarah pada
kegiatan wisata berwawasan lingkungan yang masih alami, bersih dan jauh dari kebisingan
serta pencemaran. Perubahan tersebut sebagai akibat overvisitation pada kawasan wisata yang
telah dikenal sebelumnya dan munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi kawasan
wisata buatan (artificial tourism zone) yang mengubah lansekap alam dan merusak
lingkungan alamiah. Isu lingkungan mulai berkembang termasuk dalam hal ini gerakan
kesadaran berwisata yang dikenal dengan ekowisata. Wisatawan mulai sadar akan isu
lingkungan sehingga selalu mengkaitkan berbagai tema-tema kegiatan wisata, baik dai sisi
penyediaan maupun sisi permintaan dengan lingkungan.

21
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Perubahan kecenderungan minat berwisata tersebut melahirkan konsep baru yang


dikenal dengan ekowisata. Ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang
wisatawan ke suatau kawasan dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam,
sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat
lokal dan mendukung pelestarian alam. Ekowisata merupakan alternatif kampanye lingkungan
yang cukup efektif digunakan dalam sektor pariwisata untuk membuat kesadaran terhadap
lingkungan menjadi tanggungjawab bersama.
Ekowisata merupakan ciri kegiatan berwisata yang berbasis keinginan untuk tahu
(scientific), serta menghayati nilai dan makna (philosophical). Sehingga jenis pariwisata ini
menjadi daya tarik wisatawan yang berasal dari kota-kota besar untuk menikmati suasana
alam bebas. Wisatawan diharapkan akan mampu menghargai, menikmati dan belajar tentang
lingkungan baru dan budaya lokal (local wishdom) yang berbeda dengan daerah asalnya.
Ekowisata merupakan bagian konsep kawasan pengembangan pariwisata (KPP) yang akan
dilaksanakan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Tahapan pengembangan
kawasan menjadi landasan bagi perumusan/ formulasi rencana kebijakan kawasan lebih lanjut
secara spasial. Regionalisasi atau perwilayahan menjadi salah satu metode yang ditujukan
untuk menentukan batas-batas homogenitas ruang khususnya berkaitan dengan kegiatan
kepariwisataan baik atraksi, amenitas (kenyamanan dan kepuasan wisatawan) dan aksebilitas.
Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola
ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan budaya
setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai-
nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:
(1) Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan
dan sosial-budaya masyarakat;
(2) Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi);
(3) Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata);
(4) Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi); dan
(5) Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat
dan ekonomi).
Ekowisata yang merupakan kunjungan ke lingkungan alam yang relatif masih asli
dan dilakukan secara bertanggungjawab bertujuan untuk (1) Menikmati dan menghargai alam
dan segala bentuk budaya yang menyertainya, (2) Mendukung upaya konservasi, (3) Memiliki
dampak yang rendah dan (4) Keterlibatan sosioekonomi masyarakat setempat yang

22
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

bermanfaat. Adanya unsur-unsur yaitu kepedulian, tanggungjawab dan komitmen terhadap


kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:
(1) Kekhawatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat
eksploitatif terhadap sumber daya alam;
(2) Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat;
(3) Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat setempat;
(4) Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat
ekonomi (economical benefit) dari lingkungan yang lestari; dan
(5) Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih alami itu
memberikan peluang bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif
dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka homestay, pondok ekowisata
(ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan atau meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal baik
secara materi, spiritual, kultural maupun intelektual.

2.4.1 Ekowisata dan konservasi


Pada saat ini ekowisata Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab.
Pacitan telah mulai berkembang. Wisata di Pantai Taman ini tidak hanya sekedar untuk
melakukan pengamatan penyu laut (PPM skim IbW Tahun I), tetapi telah terkait dengan
konsep pelestarian ekosistem pesisir (PPM skim IbW Tahun II) dan nantinya akan dilakukan
upaya peningkatan kesejahteraan penduduk lokal melalui program pemberdayaan masyarakat
(PPM skim IbW Tahun III). Destinasi untuk ekowisata dapat dimungkinkan mendapatkan
manfaat sebesar-besarnya aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat,
pengelola dan pemerintah. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai
minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata
tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk
perjalanan wisata bertanggungjawab.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi
konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam
mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama
kawasan konservasi. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan
kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler. Dengan kata lain, ekowisata

23
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

dan konservasi merupakan dua kegiatan yang saling mendukung, melengkapi dan saling
tergantung satu sama lain.
Dalam pengembangan ekowisata perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak
sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah lingkungan.
Hasil pemanfaatan tersebut dapat dijadikan sumber dana untuk membiayai upaya
konservasi, mendukung pemanfaatan sumber daya lokal secara lestari serta meningkatkan
daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program
konservasi dan mendukung upaya pengawetan jenis;
(2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya;
(3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat, memacu pembangunan
wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin kesinambungan
usaha. Dalam skala besar dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh
kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional.
(4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat setempat di antaranya dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak
proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, menggugah
prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata, memperha-
tikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan
kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat serta menyediakan peluang usaha
dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.
(5) Wisata, yang tak kalah penting dari prinsip pengembangan ekowisata adalah kegiatan
wisata itu sendiri. Dengan menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan,
kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung akan memberikan kesempatan pengunjung
menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi serta
memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.

2.4.2 Langkah pengendalian pada kegiatan Ekowisata


Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa
aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut.

24
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(a) Aspek pencegahan. Tak pelak lagi, setiap aktivitas pasti menimbulkan dampak positif
dan negatif. Selain dampak positif yang telah disampaikan di atas, dampak negatif
kegiatan ekowisata dapat dikurangi dengan upaya antara lain pemilihan lokasi yang tepat
(menggunakan pendekatan tata ruang yang pada kawasan konservasi sebagai Zona
Pemanfaatan), rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung, serta rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai dengan daya dukung
kawasan dan kerentanannya. Hal tersebut perlu sangat diperhatikan terlebih dalam
kawasan konservasi, karena sebuah kawasan konservasi selain pemandangan indah
(benda mati) yang ditawarkan, berbagai tumbuhan dan satwa juga menjadi prioritas
utama dalam pelestarian. Meminimalkan gangguan dari pengunjung maupun sarana
prasarana wisata yang kurang mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati
harus selalu menjadi acuan pengembangan ekowisata. Perlu juga merubah sikap dan
perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata (tour
operator) serta ekowisatawan itu sendiri agar tidak memaksakan untuk mendapatkan
profit besar namun tidak sustainable. Pemilihan segmen pasar yang sesuai juga tak kalah
penting agar tidak terjebak pada mass tourism yang cenderung tidak mendukung
ekowisata;
(b) Aspek penanggulangan. Aspek ini di antaranya dilakukan dengan menyeleksi
pengunjung termasuk jumlah pengunjung (control of visitor) dan waktu kunjungan serta
minat kegiatan yang diperkenankan. Pengembangan pengelolaan kawasan (rancangan,
peruntukan dan penyediaan fasilitas) diupayakan melalui pengembangan sumber daya
manusia, peningkatan nilai estetika serta kemudahan akses kepada fasilitas;
(c) Aspek pemulihan. Perlunya menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata
untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan serta peningkatan
kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata. Bila dibutuhkan, suatu
area dapat di-sterilkan dari pengunjung sementara waktu untuk proses recovery-nya.
Dengan fungsi 3P yaitu “Perlindungan, Pelestarian dan/ atau Pengawetan dan
Pemanfaatan”, sungguh tepatlah bila ekowisata menjadi sarana pemanfaatan yang paling
sesuai dengan tuntutan ‘pemanfaatan lestari’. Semboyan terkenal ekowisata ‘take nothing
but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but time’ sangat sejalan dengan nilai
nilai dasar konservasi.
Dengan demikian, langkah-langkah pengendalian dalam kegiatan ekowisata dapat
dijabarkan sebagai berikut.

25
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

a) Memberikan dana insentif, sehingga wisata pantai, perikanan dan perusahaan pesisir
lainnya dapat mengadopsi praktek bisnis bijak yang berkelanjutan;
b) Memastikan semua stakeholder pesisir, khususnya penduduk/masyarakat, terlibat secara
aktif ketika membuat keputusan tentang pembangunan pesisir;
c) Menghindari kepadatan penduduk dengan menerapkan aturan zonasi yang ketat untuk
rencana penggunaan lahan, memperkuat dan menegakkan peraturan dengan ketat yang
mengatur tentang pembangunan pesisir;
d) Mengadopsi praktik bijak dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi pencemaran
pesisir, serta memelihara dan meningkatkan kualitas air;
e) Melakukan pengkajian lingkungan yang obyektif dan komprehensif untuk perencanaan
pembangunan pesisir dengan melibatkan ahli lingkungan yang independen untuk
mengevaluasi perencanaan pengembangan pesisir;
f) Mengelola perikanan tepat dengan ketat seperti membatasi tangkapan, mencegah penang-
kapan ikan di tempat dilindungi atau pada saat ikan bertelur, dan mencegah penggunaan
metode yang tidak tepat seperti pengeboman ikan, trawl, dan penggunaan jaring dengan
tingkat selektifitas buruk;
g) Meminimalkan pencemaran perairan pesisir secara ketat dengan mengendalikan pelepasan
limbah ke lingkungan, termasuk pestisida, obat-obatan dan bahan kimia baru lainnya.
Kemudian dengan teknologi injeksi limbah ke dalam sumur dalam bisa menjadi solusi
untuk pembuangan limbah di daerah pesisir; dan
h) Membangun kesadaran publik di masyarakat pesisir tentang nilai ekonomi dan non-
ekonomi jangka panjang dari lingkungan pesisir yang dikelola secara lestari (gbr. 2.4).

Gambar 2.4 Sosialisasi program dengan masyarakat

26
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2.5 Ekowisata Berbasis Masyarakat


Pola ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism) adalah pola
pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh
masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan
segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha
ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada
kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi
potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi
mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola
kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola.
Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat dan mengurangi kemiskinan. Penghasilan ekowisata adalah dari jasa-
jasa wisata untuk ekowisatawan, misalnya: fee pemandu, ongkos transportasi, biaya
penginapan homestay, menjual kerajinan, dan sebagainya. Ekowisata membawa dampak
positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya
diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat
yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat
akan menjalankan usaha ekowisata itu sendirian. Tataran implementasi ekowisata perlu
dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu
daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari level komunitas, masyarakat,
pemerintah, dunia usaha, akademisi dan organisasi non pemerintah diharapkan membangun
suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang sinergis sesuai peran dan keahlian
masing-masing. Beberapa aspek kunci dalam pembangunan ekowisata berbasis masyarakat
adalah sebagai berikut.[8]
(a) Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di
daerahnya, dengan dukungan dari akademisi, pemerintah dan organisasi masyarakat (nilai
partisipasi masyarakat dan edukasi);
(b) Prinsip local ownership (adanya pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat)
diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana ekowisata, kawasan
ekowisata, dan pemandu memanfaatkan masyarakat lokal. Hal ini merupakan penerapan
nilai partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekowisata;

27
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(c) Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi
dan edukasi);
(d) Dengan inisiasi akademisi, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata selanjutnya
menjadi tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (fee) untuk
ekowisatawan (nilai ekonomi dan keberlanjutan usaha wisata).
Ekowisata berbasis masyarakat dapat dipandang sebagai alternatif ekonomi yang
berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak ‘ekstraktif’ dengan berdampak
negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap
sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang
tinggal di dalam dan/ atau di sekitar kawasan konservasi. Agar ekowisata tetap berkelanjutan,
perlu tercipta kondisi yang memungkinkan di mana masyarakat diberi wewenang untuk
mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah
ekowisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk
masa depan. Ekowisata dihargai dan dikembangkan sebagai salah satu program usaha yang
sekaligus bisa menjadi strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi
masyarakat. Dengan pola ekowisata seperti ini, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan
alam yang masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya.

2.5.1 Sarana pendukung pengembangan ekowisata


Industri parawisata adalah industri yang diperkirakan akan terus berkembang dan
nuansa alam dalam industri ini akan semakin jauh meningkat. Ekowisata dapat menciptakan
nilai ekonomis sehingga dapat membiayai kawasan-kawasan konservasi. Agar bisnis
ekowisata dapat menguntungkan sebagaimana yang diharapkan, beberapa kondisi harus
diciptakan, antara lain sebagai berikut.
• Meningkatkan dan menambah sarana prasarana pendukung serta mendorong terbuka dan
terhubungnya akses ke atau/ dari dan antar daerah tujuan ekowisata tanpa merusak aset
utama ekowisata yaitu kawasan konservasi atau/ alam yang asli melalui peningkatan dan
optimalisasi jalur transportasi darat, laut dan kalau memungkinkan jalur udara;
• Mendorong kebijakan pemerintah (cq. Pemkab Pacitan) di bidang pengembangan objek
dan daya tarik wisata (ODTW) di kawasan wisata unggulan (KWU) khususnya ekowisata;
• Mengembangkan struktur jaringan simpul antar kawasan pengembangan pariwisata (KPP)
agar distribusi kunjungan ekowisatawan serta pengembangannya dapat dilakukan secara
terpadu. Sehingga antar KPP terjadi saling keterkaitan dalam kerangka pengembangan
tematik dan pemasaran.

28
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Homestay di lokasi
ekowisata

Penambahan pagar di
konservasi penyu Kolam biota laut

Kondisi jalan di lokasi Sarana flying fox utk anak-anak

Gambar 2.5 Beberapa sarana pendukung ekowisata

2.5.2 Pemasaran produk ekowisata


Ada beberapa aspek yang sangat terkait dan perlu dilakukan secara bersamaan jika
ingin mengembangkan ekowisata berbasis masyarakat sebagai satu unit usaha yang berhasil.
Beberapa aspek tersebut antara lain adalah usaha harus layak secara ekonomi, menghasilkan
pendapatan yang signifikan untuk masyarakat setempat dan dikelola secara profesional.
Kemudian, usaha tersebut perlu adil, bermanfaat buat masyarakat lokal sebagai mitra utama,
dan mendukung konservasi secara nyata.
Dalam mengembangkan pemasaran produk ekowisata, strategi pencitraan (branding)
dan kegiatan promosi menjadi sangat penting. Hal ini dilakukan melalui kegiatan sebagai
berikut.
• Mengikuti kegiatan promosi dan pemasaran berskala nasional dan atau/ internasional;
• Melakukan survei pasar secara berkala untuk mengetahui dinamika dan permintaan pasar
wisatawan ekowisata;
• Mengidentifikasi target pasar untuk produk ekowisata yang akan dikembangkan;
• Menyelenggarakan promosi secara khusus (fam trip, media trip, dan lain-lain); dan
• Membuka dan menjalin hubungan terbuka dengan pihak swasta dan mendorong adanya
kesepakatan antara organisasi masyarakat dengan tour operator.

2.6 Prinsip Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat


Kemajuan teknologi informasi telah mampu membuka kawasan-kawasan marginal
seperti kawasan pesisir di Kab. Pacitan. Hal ini juga didukung akibat adanya pergeseran
makna kepariwisataan di mana ekowisatawan mengharapkan perjalanannya lebih berkesan,
berkualitas dan memperoleh pengetahuan mengenai lokasi yang baru. Dalam hal ini peran
kawasan ekowisata khususnya di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab.
Pacitan di waktu mendatang menjadi lokasi yang penting dalam peta kepariwisataan di Jawa

29
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Timur. Kawasan wisata yang berbasis masyarakat ini menawarkan konsep ekowisata berbasis
pada konservasi penyu yang memiliki daya tarik tersendiri kepada ekowisatawan.
Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan konservasi
meliputi beberapa hal sebagai berikut.
(1) Keberlanjutan ekowisata dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (prinsip konservasi
dan partisipasi masyarakat).
Ekowisata yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah ekowisata yang
“hijau dan adil” (green and fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan
konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menyediakan alternatif
ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi
manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan
sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada
konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan
bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi.
Kriterianya adalah (1) Prinsip daya dukung lingkungan diperhatikan di mana
tingkat kunjungan dan kegiatan ekowisatawan pada sebuah daerah tujuan ekowisata
dikelola sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima baik dari segi alam maupun
sosial-budaya, (2) Sedapat mungkin menggunakan teknologi ramah lingkungan, misalnya
listrik tenaga surya, mikrohidro, biogas, dan sebagainya, (3) Mendorong terbentuknya
‘ecotourism conservancies’ atau kawasan ekowisata sebagai kawasan dengan peruntukan
khusus yang pengelolaannya diberikan kepada organisasi masyarakat yang berkompeten.
(2) Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (prinsip partisipasi masyarakat).
Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata juga
menjadi isu kunci pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi
lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang
adil dalam pengembangan ekowisata. Beberapa contoh di lapangan menunjukan bahwa
ekowisata di tingkat lokal dapat dikembangkan melalui kesepakatan dan kerjasama yang
baik antara tour operator dan organisasi masyarakat (misalnya Kelompok Masyarakat
Pelestari Penyu untuk Wisata atau KMP2W di Pantai Taman dengan jasa penyedia biro
perjalanan). Peran kelompok masyarakat sangat penting oleh karena masyarakat adalah
stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung dari pengembangan
dan pengelolaan ekowisata. Terbentuknya Forum atau dewan pembina akan banyak

30
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama di daerah di mana ekowisata
merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat.
Kriterianya adalah (1) Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan biro perjala-
nan untuk memasarkan dan mempromosikan produk ekowisata, dan antara lembaga
masyarakat dan dinas pariwisata kabupaten/kota, (2) Adanya pembagian adil dalam pen-
dapatan dari jasa ekowisata di masyarakat, (3) Organisasi masyarakat membuat panduan
bagi ekowisatawan. Selama berada di wilayah masyarakat, ekowisatawan mengacu pada
etika yang tertulis di dalam panduan tersebut, dan (4) Ekowisata memperjuangkan prinsip
perlunya usaha melindungi pengetahuan serta hak atas karya intelektual masyarakat lokal,
termasuk: foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dan sebagainya.
(3) Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat).
Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai di dalam ekowisata.
Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang
dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga
setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan
modal yang tinggi akan tetapi dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan
secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis dan distribusi manfaat di
masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk
ekowisata di mana seorang ekowisatawan mendapatkan kesempatan untuk belajar
mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak
ekowisatawan dan pihak tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain dan
dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay
sesuai dengan tradisi keramahan bangsa Indonesia.
Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan pengalaman-
nya tentang lingkungan dan alam setempat merupakan aset terpenting dalam jasa yang
diberikan kepada ekowisatawan. Demikian juga seorang pemandu lokal akan merasakan
langsung manfaat ekonomi dari ekowisata, dan sebagai pengelola juga akan menjaga
kelestarian alam dan obyek wisata.
Kriterianya adalah (1) Ekowisata mendorong adanya regulasi yang mengatur
standar kelayakan homestay sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (2) Ekowisata
mendorong adanya prosedur sertifikasi pemandu sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (3)
Ekowisata mendorong ketersediaan homestay, (4) Ekowisata dan biro perjalanan turut

31
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta perilaku bagi para pelaku
ekowisata terutama masyarakat.
(4) Prinsip edukasi.
Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada
ekowisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap
kebudayaan lokal. Dalam pendekatan ekowisata, pusat informasi menjadi hal yang
penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari
pengalaman seorang ekowisatawan untuk bisa memperoleh informasi yang lengkap
tentang lokasi atau kawasan dari segi konservasi, budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan
acara seni, kerajinan serta produk budaya lainnya.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan
mengem-bangkan upaya konservasi, (2) Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan
aktivitas meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang
perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, (3) Edukasi
tentang budaya setempat dan konservasi untuk para wisatawan menjadi bagian dari paket
ekowisata, dan (4) Mengembangkan skema di mana ekowisatawan secara sukarela
terlibat dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama
kunjungannya (stay and volunteer).
(5) Pengembangan dan penerapan rencana tapak dan kerangka kerja pengelolaan lokasi
ekowisata (prinsip konservasi dan wisata).
Dalam perencanaan kawasan ekowisata, soal daya dukung (carrying capacity) perlu
diperhatikan sebelum perkembangan ekowisata berdampak negatif terhadap alam dan
budaya setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah
ekowisatawan/tahun, lama kunjungan ekowisatawan, berapa sering lokasi yang ‘rentan’
secara ekologis dapat dikunjungi, dan sebagainya. Zonasi dan pengaturannya merupakan
salah satu pendekatan yang akan membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan
kawasan ekowisata.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata telah memperhitungkan tingkat peman-
faatan ruang dan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan
sistem zonasi dan pengaturan waktu kunjungan, (2) Fasilitas pendukung yang dibangun
tidak merusak atau didirikan pada ekosistem yang sangat unik dan rentan, (3) Rancangan
fasilitas umum sedapat mungkin sesuai tradisi lokal, dan masyarakat lokal terlibat dalam
proses perencanaan dan pembangunan, (4) Ada sistem pengolahan sampah di sekitar

32
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

fasilitas umum, (5) Kegiatan ekowisata medukung program reboisasi untuk mengimbangi
penggunaan kayu bakar untuk dapur dan rumah, (6) Mengembangkan paket-paket wisata
yang mengedepankan budaya, seni dan tradisi lokal, dan (7) Kegiatan sehari-hari
termasuk menanam dan memanen, mencari ikan/melaut dan beternak dan mencari pakan
dapat dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk memperkenalkan ekowisatawan pada cara
hidup masyarakat dan mengajak mereka menghargai pengetahuan dan kearifan lokal.

2.7 Konservasi Penyu dan Ekowisata


Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang
jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara.
Keberadaannya telah lama terancam, baik oleh faktor alam maupun faktor kegiatan manusia
yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan habitat
pantai dan ruaya pakan, kematian akibat interaksi dengan aktivitas perikanan, pengelolaan
teknik-teknik konservasi yang tak memadai, perubahan iklim, penyakit serta pengambilan
penyu dan telurnya yang tak terkendali merupakan faktor-faktor penyebab penurunan
populasi penyu.
Hewan berpunggung keras ini tergolong hewan yang dilindungi dengan kategori
sangat terancam, sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat
perhatian secara serius. Selain itu karakteristik siklus hidup penyu sangat panjang dan unik,
sehingga untuk mencapai kondisi “stabil” (kondisi di mana kelimpahan populasi relatif
konstan selama 5 tahun terakhir) memerlukan waktu cukup lama. Kondisi inilah yang
menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh Negara
sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang “Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa”. Akan tetapi pemberian status perlindungan saja tidak cukup untuk memulihkan
atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan
tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif,
sistematis dan terukur.
Upaya penyelamatan dan konservasi penyu, khususnya di Indonesia, dirasakan masih
perlu ditingkatkan lagi. Penyelamatan terhadap satwa ini tentu membutuhkan suatu bentuk
pengelolaan yang tepat dan integral, di mana selain didukung dengan peraturan perundangan,
juga perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kelestarian sumberdaya alam. Bentuk-bentuk upaya tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

33
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

A. Perlindungan pantai dan sarang


Bentuk upaya perlindungan pantai peneluran tergantung pada jenis predasi dan
gangguan lain yang khas di lokasi bersangkutan. Perlindungan terhadap sarang-sarang penyu
merupakan hal yang penting, mengingat bahwa dari sarang inilah yang akan menghasilkan
peningkatan populasi penyu di alam. Untuk itu, pengambilan telur-telur penyu secara liar oleh
penduduk harus dicegah melalui pengawasan yang ketat. Untuk itu dilakukan pemantauan
sarang dan penetasan telur-telur penyu sehingga bisa diambil tindakan penyelamatan yang
tepat sesuai dengan intensitas gangguan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah (1) Penga-
wasan terhadap ancaman manusia, (2) Pengawasan hewan liar yang menjadi predator telur-
telur penyu, (3) Perlindungan terhadap erosi pantai, dan (4) Pengawasan pertumbuhan
vegetasi pantai.

B. Penanganan dan pemindahan sarang


Telur-teur penyu karena kondisi tertentu dapat dipindahkan ke tempat aman atau
terlindungi untuk menjamin keberhasilan penetasannya dan keamanannya dari predator atau
pihak yang tidak bertanggungjawab. Pemindahan sarang telur penyu merupakan upaya
konservasi yang paling mudah dan cukup efektif hasilnya dalam rangka mengembalikan
tingkat populasi yang diharapkan. Alasan pemindahan sarang disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Perburuan telur yang semakin meningkat pada musim peneluran untuk dimanfaatkan
sebagai sumber protein. Tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur penyu
karena adanya anggapan bahawa telur penyu bisa meningkatkan syamina. Sebenarnya,
komposisi telur penyu sedikit lebih tinggi (kadar gizinya selisih 1,24%) dari telur ayam.
Kandungan gizi telur penyu mentah, protein 13,4%; air 58,87%; lemak 23,88%; dan kan-
dungan gizi telur penyu matang, protein 14,05%; air 56,65%; lemak 24,45%. Sedangkan
komposisi gizi telur ayam utuh adalah protein 11,8%; air 65,5%; lemak 11,0%;
2. Sarang telur terlalu dekat dengan permukaan laut. Dalam kegiatannya bertelur di
sepanjang pantai, meskipun sebagian besar sarang telur di bagian atas batas air pasang
(supratidal), namun seringkali ditemukan sarang-sarang yang dibuat di daerah antar
pasang-surut (intertidal), di mana air pasang-surut setiap saat menyapu dan mengikis pasir
pantai. Akbitanya sarang-sarang tersebut menjadi rusak dan telur-telurnya hanyut terbawa
ombak atau membusuk karena kondisi sarang yang telah rusak dan basah;

34
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

3. Sarang terletak di lokasi yang terlalu terbuka dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi,
atau tingginya populasi predator (biawak, babi hutan, kepiting dan elang), dan atau lokasi
peneluran terlalu dekat dengan aktifitas atau pemukiman; dan
4. Pesatnya pertumbuhan vegetasi pantai dengan batang dan perakaran yang dapat
menghambat munculnya tukik ke permukaan pasir pantai serta memudahkan pemangsaan
terhadap tukik.
Upaya pemindahan sarang telur yang paling mudah dan cukup efektif adalah di
pantai itu juga tanpa memerlukan transportasi khusus. Cara penetasan telur dalam sarang-
sarang yang demikian dikenal sebagai penetasan semi-alamiah. Prinsip penetasan semi-
alamiah adalah menetaskan telur di dalam sarang yang digali oleh petugas di areal yang
dlindungi atau dipagar sedemikian sehingga aman dari gangguan predator maupun gangguan
fisik di pantai. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang berdrainase baik, tidak tertutup
vegetasi lebat dan terlindung dari gangguan predator.
C. Pelepasan tukik
Upaya selanjutnya adalah memantau setiap hari atas kemungkinan-kemungkinan
munculnya tukik dari dalam sarang penetasan. Munculnya tukik-tukik tersebut umumnya
pada malam hari hingga menjelang fajar. Tukik-tukik yang baru muncul perlu segera dikum-
pulkan agar terhindar dari predator atau membiarkan mereka menuju ke laut dengan sambil
diawasi. Namun cara yang kedua kurang memberikan hasil yang diharapkan untuk mening-
katkan jumlah populasi penyu karena hanya 1% saja tukik yang menjadi penyu dewasa.
Dengan demikian cara yang paling baik adalah memelihara tukik-tukik hingga mencapai
ukuran yang cukup kuat untuk menghadapi predator. Upaya inilah yang dilakukan oleh tim
IbW untuk memperoleh teknik-teknik terbaik dalam membesarkan tukik sehingga upaya
restocking penyu laut di alam dapat tercapai.

Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman

35
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dijadikan sebagai
tempat penangkaran penyu. Sejumlah penyu dengan jenis berbeda banyak dijumpai di tempat
penangkaran kawasan ini. Tak hanya bisa melihat penyu-penyu secara langsung, ekowisata-
wan juga bisa memperoleh informasi seputar penyu. Teknis pengelolaan ekowisata berbasis
penyu yang dilakuan di pantai Taman adalah adalah sebagai berikut.
(1) Membuat atau mendesain tata ruang wilayah atau area yang akan menjadi obyek wisata
berbasis penyu. Beberapa ruang minimal yang harus ada adalah kantor pengelolaan dan
pusat informasi penyu, lokasi peneluran (dapat di wilayah lain, tapi dengan sistem satu
paket wisata), lokasi penetasan semi alami, lokasi pemeliharaan tukik, dan lokasi
pelepasan tukik. Termasuk di dalamnya desain vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan
habitat penyu;
(2) Konstruksi daerah wisata berbasis penyu sesuai dengan desain atau tata ruang yang telah
disusun pada poin 1, termasuk penanaman vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan habitat
penyu. Bahan-bahan untuk bangunan diupayakan dari bahan-bahan alami dengan tetap
memperhatikan kekuatan bangunan, seperti kayu, batang pohon, jalan berpasir, dan
sebagainya;
(3) Membuat bahan-bahan untuk promosi, seperti: leaflet, poster dan booklet;
(4) Melakukan promosi dan sosialisasi, misalnya melalui media cetak, media elektronik,
presentasi ke lembaga-lembaga pendidikan;
(5) Menggabungkan paket wisata berbasis penyu dengan paket-paket wisata yang ada di
sekitarnya, misal menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah, pengelola daerah/pulau
wisata atau biro-biro perjalanan wisata, wisata tradisional atau bentuk-bentuk wisata lain
yang ada di sekitarnya; dan
(6) Pengembangan wisata berbasis penyu harus tetap memperhatikan kondisi dan kenyama-
nan bagi penyu untuk bertelur, mengingat sifat penyu yang sangat sensitif terhadap
gangguan cahaya, suara, dan habitat.

2.8 Luaran yang Dihasilkan


Berdasarkan program prioritas yang disepakati untuk diimplementasikan pada
wilayah IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan, ditunjukkan peta jalan kegiatan konservasi,
ekowisata dan pemberdayaan masyarakat (gbr. 2.7). Jenis luaran tahun kedua yang akan
dihasilkan dari kegiatan yang akan dilaksanakan selama 3 tahun ini ditunjukkan pada Tabel
2.1.

36
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan

Ancaman terbesar terhadap populasi penyu di alam adalah adanya perdagangan


daging dan telur penyu, ditambah dengan munculnya permintaan plastron untuk pasar
Internasional. Ancaman dari luar kawasan, seperti perdagangan plastron internasional, tidak
bisa ditangani hanya kegiatan penegakan hukum setempat, tetapi harus melalui berbagai
inisiatif regional dan/ atau Internasional. Kegiatan konservasi tidak cukup dilakukan
seadanya, diperlukan adaptasi strategi. Konservasi adalah tindakan budaya, karena itu harus
bisa diterima bila setiap lokasi melakukan upaya konservasi secara berbeda-beda.
Di banyak tempat, khususnya di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, dan saat ini
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan mulai mengembangkan
inisiatif pariwisata berbasis penyu. Ada peluang konservasi di sana, tapi diperlukan suatu
kebijakan, petunjuk teknis dan pelaksanaan yang relevan dengan kebutuhan biologi penyu

37
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

agar pelaksanaan ekowisata berbasis penyu dapat memberi lebih banyak manfaat ketimbang
kerugian.

Tabel 2.1 Jenis luaran tahun III IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

No. PROGRAM TAHUN 2016

III Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Ekowisata


Sosialisasi program ‘Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekowisata di Desa
1. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan”. Hal ini dilakukan dengan memberikan
ceramah-ceramah pendidikan (educational campaigns) kepada masyarakat.
Pemetaan masalah dan potensi wilayah untuk pemberdayaan masyarakat berbasis
2.
ekowisata di Pantai Taman (analisis ekonomi, sosial dan budaya).
2.1 Pembangunan lahan parkir.
2.2 Pembuatan shelter dan gazebo.
3. Konservasi vegetasi pantai berbasis komunitas sebagai pendukung ekowisata.
3.1. Restorasi ekologi hutan pantai.
Pembuatan persemaian vegetasi pantai (Pandanus tectorius, Barringtonia sp,
3.2.
Terminalia catapa).
4. Pengembangan potensi fisik, ekonomi, dan aspek sosial sebagai daya tarik wisata.
4.1. Pembuatan kolam biota laut dan fasilitas sanitasi.
4.2. Pelebaran jalan lingkar kawasan ekowisata.
5. Konsep pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata untuk pengembangan kawasan.
Pemetaan optimalisasi potensi daya tarik dan minimalisasi kendala pemberdayaan
5.1.
masyarakat berbasis ekowisata.
5.2. Manfaat kawasan ekowisata (fungsi fisik, biologis, dan ekonomis) bagi masyarakat.
Penyuluhan kepada masyarakat yang bersinggungan dengan keberadaan kawasan
5.3
ekowisata.
Penguatan kelembagaan “Kelompok Masyarakat Pelestari Penyu untuk Wisata
6.
(KMP2W)” sebagai operator ekowisata berbasis masyarakat.
6.1. Pembuatan ruang pelatihan ‘Konservasi penyu dan restorasi ekologi hutan pantai’.
6.2. Perbaikan UKM di sekitar kawasan ekowisata.
Pembuatan laporan kemajuan, laporan akhir kegiatan tahunan dan Jurnal Aplikasi
7.
Ipteks pada tahun III.

38
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Konsep Ekowisata di Wilayah IbW


Pembangunan sektor pariwisata di Kab. Pacitan bertujuan untuk mengembangkan
produk wisata yang unik dan memunculkan kekhasan Pacitan. Penetapan 4 KPP (KPP A, B, C
dan D) diharapkan dapat mengarahkan kepariwisataan Kab. Pacitan menjadi lebih fokus
namun tetap memberikan fleksibilitas/kelenturan untuk berkembangnya potensi-potensi lain
sehingga tetap mewadahi kekayaan alam dan sosial budaya serta saling melengkapi dan
meningkatkan daya tarik wisata Kab. Pacitan secara keseluruhan.
a) KPP A, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Donorojo, Pringkuku (bagian barat) dengan
pusat pelayanannya Kec. Punung;
b) KPP B, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Pacitan, Punung (bagian timur), Pringkukuk
(bagian timur), Arjosari (bagian barat), Kebonagung (sebagian ekcil wilayah barat) dengan
pusat pelayanannya Kec. Pacitan;
c) KPP C, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Kebonagung, Sudimoro, Tegalombo (bagian
selatan), Arjosari (bagian selatan dan timur), Tulakan, Ngadirojo, Pacitan (sebagian kecil
wilayah timur) dengan pusat pelayanannya Kec. Ngadirojo;
d) KPP D, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Nawangan, Tegalombo (bagian utara), Bandar,
Arjosari (bagian utara) dengan pusat pelayanannya Kec. Nawangan.
Tema kegiatan PPM skim IbW pada tahun kedua ini (2015) adalah “Penguatan
Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata”. Lokasi kegiatan dipusatkan di pantai Taman,
Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Dalam pembangunan sektor pariwisata di Kab. Pacitan,
Pantai Taman termasuk di dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata C (KPP C). Lokasinya
yang strategis di Jalur Lintas Selatan (JLS), menempatkan kawasan ini secara strategis dalam
peta kepariwisataan di lingkup Jawa Timur maupun Nasional. Pantai Taman merupakan
kawasan wisata (KWU) baru yang dimulai dengan kegiatan konservasi penyu untuk wisata
(IbW Tahun I, 2014) yang memberdayakan masyarakat pesisir sekitar lokasi.
Konsep ekowisata dipilih karena telah menjadi trend dan dikembangkan di berbagai
kawasan hutan dan pantai yang saling menguatkan dengan kegiatan konservasi. Ekowisata
merupakan pergeseran dari pola wisata mass tourism ke individual atau small group tourism,
sebagai bentuk dan kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan dan bermanfaat secara

39
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam
dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Beberapa aspek utama dalam berkembangnya ekowisata
adalah adanya keaslian lingkungan alam dan budaya, keberadaan dan dukungan masyarakat,
pendidikan dan pengalaman, keberlanjutan, dan kemampuan manajemen dalam pengelolaan
ekowisata. Ekowisata merupakan jawaban terhadap permasalahan bentuk pengelolaan
pariwisata yang sesuai di kawasan konservasi, khususnya di Pantai Taman yang disinergikan
dengan konservasi penyu (sea turtle conservation) pada Tahun I.
Model pelaksanaan pariwisata berupa pembentukan kawasan ekowisata berbasis
masyarakat (gbr. 3.1). Pengertian ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata
yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif
dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring
dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat
setempat. Jadi dalam hal ini, masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk
mengendalikan kegiatan ekowisata.

Model Pengembangan Ekowisata di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan


Program pemberdayaan masyarakat melalui upaya peningkatan kapasitas, usaha ekowisata dan partisipasi aktif
masyarakat. Ekowisata memiliki keterkaitan lintas sektor dan mampu membangkitkan dampak ekonomi multi
ganda (multiplayer effect) melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Konservasi penyu utk wisata


Desa Hadiwarno
Usaha pramuwisata, usaha
Pengembangan sarana dan akomodasi, kerajinan dan seni
prasarana daya tarik wisata
Atraksi, amenitas dan aksebilitas
DTW

Penguatan Kemitraan usaha ekowisata


Atraksi
Wisata Desa Sidomulyo
menjadi Pemasok produk pendukung,
Atraksi kelompok kesenian
Nelayan 1, 2 …n Supplier 2

basis pertanian, perikanan dan


Petani 1, 2 …n Supplier 1

Kawasan peternakan
Ekowisata

Usaha
Ekowisata

Kelompok kuliner

Gambar 3.1. Model pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata

40
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

3.2 Kegiatan yang Dilakukan


Mengacu kondisi dan potensi wilayah, RPJMD Kab. Pacitan 2011-2016, dan solusi
permasalahan yang disepakati bersama, maka disusun rencana kegiatan pada tahun ketiga
yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2016

Nama Kegitan Aspek yang Dilaksanakan


Pemberdayaan Masyara- • Konservasi lahan, tatanilai dan produk wisata. Isu kon-
kat melalui Pembentu- servasi lahan dan produk wisata berhubungan dengan nilai-
kan Kawasan Ekowisata nilai otentik yang memperlihatkan identitas kawasan. Hal
ini membutuhkan perkuatan nilai-nilai budaya khas yang
memperlihatkan lokal genius suatu kawasan agar tetap
berkelanjutan;
• Berkembangnya kegiatan pariwisata yang mengusung jati
diri keunggulan aspek fisik, ekonomi, sosial-budaya lokal;
• Penciptaan suasana kawasan wisata yang dapat dirasakan
oleh semua masyarakat yang bermukim di kawasan
(wisata) terpilih. Hal ini berkaitan dengan identitas, citra
atau image kawasan ekowisata yang hendak diangkat
dalam pengembangan kawasan wisata unggulan;
• Mantapnya citra kegiatan ekowisata di kawasan, yang
didukung oleh kesiapan seluruh stakeholders;
• Pembagian peran antardesa, maupun koordinasi antar
anggota tim yang terlibat dalam program IbW. Hal ini
dilakukan melalui pembagian tugas dan fungsi semua
pihak yang terlibat dalam program; dan
• Terintegrasinya tema konservasi penyu sebagai kawasan
konservasi dan ekowisata dengan produk wisata pendu-
kung lainnya di Kab. Pacitan.

3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo


Keberhasilan program IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan akan sangat bergantung
kerjasama dengan semua institusi/lembaga terkait di Pemkab Pacitan. Beberapa bentuk
kontribusi Pemkab Pacitan dalam program kegiatan IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW

No. Institusi Pemkab Kontribusi


1. Bupati Pacitan • Memberikan persetujuan sharing pendanaan dalam
kegiatan IbW,
• Memberikan persetujuan terhadap kegiatan IbW,
dan
• Menyampaikan nota dinas kepada pihak-pihak

41
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

terkait berupa dukungan terhadap kegiatan IbW.


2. Badan Perencanaan • Memberikan informasi kebijakan dinas/ badan/
Pembangunan Daerah lembaga dan satuan organisasi lain dalam
(BAPPEDA) Kabupaten lingkungan pemerintah kabupaten serta instansi
Pacitan Provinsi atau pusat di Kab. Pacitan,
• Memberikan data rencana tata ruang dalam lingkup
makro di suatu wilayah, dan
• Memberikan pelayanan informasi, data kebijakan
perencanaan dan pembangunan daerah.
3. Badan Penelitian, Pengem- • Memberikan informasi Epoleksosbud di suatu
bangan dan Statistik wilayah,
(BALITBANGTIK) • Memberikan data karya UMKM,
Kabupaten Pacitan • Memberikan data kelayakan dan studi teknis lokasi
pengembangan wilayah yang sudah dilaksanakan,
dan
• Memberikan data pengelolaan benda cagar budaya
berskala kabupaten yang sudah dilaksanakan.
4. Dinas Kehutanan dan • Dukungan SDM dalam pelaksanaan pengelolaan
Perkebunan (HUTBUN) ekosistem hutan dan sumber daya air, dan
Kabupaten Pacitan • Dukungan SDM dalam penyusunan konsep
program pemberdayaan masyarakat pesisir.
5. Camat Ngadirojo • Memberikan pelayanan informasi terkait pengem-
bangan kawasan Kec. Ngadirojo, dan
• Memberikan kemudahan aksesibilitas para pengab-
di di wilayah Kec. Ngadirojo.
6. Kepala Desa Hadiwarno dan • Menyediakan lahan desa terkait dengan kegiatan
Sudimulyo “Revitalisasi Objek Wisata terintegrasi dengan
Kawasan Ekowisata dan Pemberdayaan Masya-
rakat Pesisir”, dan
• Memberikan kemudahan dan bentuk bantuan tena-
ga dan keamanan bagi semua tim IbW di dalam
melaksanakan semua aktifitasnya selama masa
program.

3.4 Metode Kegiatan IbW


Tema kegiatan program IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan pada tahun II “Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata”.
Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo (gbr. 3.2), meliputi: (1) Inventarisir potensi wisata, (2)
dengan memperhatikan kebijakan dan peraturan terkait, Menyusun strategi pengembangan
DTW, (3) bersama-sama dengan FGD, Menyusun action plan, yang diikuti dengan
pembentukan organisasi pelaksanan dan steering commitee, (4) Menyusun tujuan dan sasaran
pariwisata, (5) Sosialisasi program kegiatan, (6) Pembangunan kawasan ekowisata, dan (7)
Monitoring, evaluasi dan pendampingan semua kegiatan program.

42
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Inventarisir Potensi Wisata


Aset dan pasar wisatawan

Review Kebijakan
& Peraturan Terkait

Strategi Pengembangan
Daerah Tujuan Wisata
Reboisasi lahan & pengembangan
aspek fisik, sosial budaya

Focus Group
Discussion (FGD)
Penyusunan Action Plan
Pengelolaan ekosistem pesisir, pe-
manfaatan sumber daya air, & pe-
ngembangan kelembagaan wisata
Pembentukan organisa-
si pelaksana & steering
commitee
Penetapan tujuan & sasaran
pariwisata dan penyusunan
tahapan program kegiatan

Sosialisasi Program Kegiatan


Pemanfaatan lingkungan untuk
konservasi, pembentukan kawasan
ekowisata berbasis masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Ekowisata
Implementasi & penataan fisik

Monitoring & Evaluasi


Pendampingan, Pengembangan
kapasitas, kelembagaan & koordina-
si, peningkatan kapasitas stakehoder

Gambar 3.2 Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo

43
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Inventarisir meliputi: (1) Potensi wisata, yang bertujuan untuk mengetahui potensi
kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan di kawasan, (2) Daftar aset
pariwisata yang ada di kawasan, meliputi: atraksi/ daya tarik wisata, promosi, infrastruktur,
hospitality dan Pelayanan, serta (3) mengenali kepentingan pariwisata di kawasan. Dari ketiga
aspek tersebut dapat dijabarkan kembali aspek mana yang dapat dimanfaatkan untuk kepen-
tingan kegiatan pariwisata di kawasan.
Dari hasil inventarisir potensi wisata, kemudian menyusun strategi pengembangan
daerah tujuan wisata (DTW). Strategi pengembangan DTW dapat dilakukan sebagai berikut.
a) Mendorong pengembangan daya tarik wisata pantai yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Pemanfaatan lingkungan pantai untuk perlindungan, berintikan partisipasi
aktif masyarakat, bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak negatif
minimal, memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang
diberlakukan bagi kawasan konservasi.
b) Peningkatan kapasitas stakeholders, dalam hal ini meliputi:
− Masyarakat, dalam bidang kampanye sadar wisata dan lingkungan;
− Pelaku Pariwisata, dalam bidang kualitas pelayanan dan pengembangan produk;
− Pemerintah dan organisasi profesi (cq. Dosen), dalam bidang perencanaan, komunikasi
dan leadership).
c) Meningkatkan kualitas standar pelayanan transportasi (menuju lokasi, selama di lokasi
dan ketika meninggalkan lokasi), fasilitas parkir, data informasi dan hospitality.
d) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi pengembangan DTW.
e) Meningkatkan pemasaran promosi pariwisata DTW pantai sesuai segmen pasar penye-
lenggaraan event pariwisata dan budaya dalam bentuk festival baik skala nasional/
internasional, peta wisata, website, brosur, booklet, spanduk serta pameran di pasar wisata
nasional dan/ atau internasional.
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan action plan (rencana tindak). Action plan
merupakan dokumen perencanaan pengelolaan ekosistem pesisir, pemanfaatan sumber daya
air dan pengembangan kelembagan wisata yang menjadi rujukan operasional bagi pelaku/
atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi, biaya, pelaksana dan waktu
pelaksanaan. Action plan ini berkaitan dengan spesifikasi tugas-tugas yang mencakup
penugasan orang, alokasi sumber daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial,
dan jadwal untuk penyelesaian tugas tersebut. Action plan memuat kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan pencapaian setiap sasaran sehingga harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan,

44
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

indikator, kerangka waktu dan sistem pemantauan. Action plan pariwisata mencakup siapa,
apa, di mana, kapan dan bagaimana membuat kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi ini
tentu harus dapat dilihat dari berbagai sudut pandang pelaku kepentingan, tidak saja
pemerintah daerah setempat, namun juga pelaku industri pariwisata, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, maupun stakeholder lainnya.
Dokumen action plan membagi strategi-strategi ke dalam bagian-bagian yang dapat
memudahkan koordinasi dalam implementasi rencana strategis menuju tujuan dan sasaran
ekowisata berbasis masyarakat. Tujuan ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
(1) Semakin berkembangnya akses masyarakat terhadap berbagai sumberdaya alam, skill/
keterampilan, pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan produk dan usaha
kepariwisataan;
(2) Tumbuhnya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
pembangunan bidang kepariwisataan;
(3) Meningkatnya kemampuan berkarya dan berusaha di bidang ekowisata sehingga
meningkatkan nilai kesejahteraan masyarakat; dan
(4) Masyarakat mampu menjadi tuan rumah dan pelaku usaha kepariwisataan yang baik dan
bertanggungjawab terhadap upaya konservasi.
Sedangkan sasaran ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan melalui usaha
kepariwisataan;
2. Membangun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk menciptakan iklim yang
kondusif bagi berkembangnya usaha kepariwisataan;
3. Meningkatkan akses penguasaan teknologi dan informasi kepada masyarakat dalam
bidang kepariwisataan, pengelolaan atraksi wisata/seni dan budaya, penyediaan
cinderamata, makanan dan minuman, penginapan masyarakat (homestay), agrowisata,
dan sebagainya; dan
4. Mendorong keterlibatan dan kerjasama dalam membangun kemandirian antar pemangku
kepentingan di kawasan ekowisata.
Tahap selanjutnya adalah sosialisasi program melalui penyuluhan, pembuatan brosur,
booklet, maupun sosialisasi melalui media massa. Hal ini dilakukan untuk memberikan
penyadaran kepada masyarakat sekitar maupun masyarakat luar yang mengunjungi kawasan.
Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi
sumber-sumber alam untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.

45
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Tahap selanjutnya adalah pembangunan kawasan ekowisata. Kawasan ekowisata


meliputi kawasan konservasi penyu (gbr. 3.3), kawasan penyangga, lokasi kolam biota laut,
lahan reboisasi, akses jalan (gbr. 3.4) dan sebagainya. Selama kegiatan berlangsung, tim IbW
akan selalu mengadakan monitoring dan evaluasi agar arah kegiatan sesuai dengan action plan
yang sudah disepakati.

A
G
E

D E C
B
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu
(A) Halaman yang ditumbuhi pepohonan, (B) Ruang yang dapat digunakan untuk pertemuan maupun
pemanduan pengunjung, (C) Gudang, (D) Kantor dan tempat arsip dan data, (E) Kolam untuk pemeliharaan anak
penyu yang menetas sebelum dilepaskan, (F) Tempat penetasan telur penyu, dan (G) Kolam Karantina.
Kawasan penyangga

Lokasi konser- Kolam biota laut


vasi penyu

Taman reboisasi

Gambar 3.4 Kawasan konservasi penyu dan penyangganya

46
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan


Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Malang (DPPM UMM) didirikan berdasarkan Peraturan Universitas
Muhammadiyah Malang No. 1a Tanggal 23 Februari 2009. DPPM UMM merupakan
penggabungan dari Lembaga Penelitian (SK Rektor UMM No. E.1/97/UM/1977) dan
Lembaga Pengabdian Masyarakat (SK Rektor No. E.1/087/UM/1977). DPPM UMM adalah
unsur pelaksana tugas dan fungsi di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat yang
berada di bawah rektor dengan fungsi koordinasi melalui Pembantu Rektor I, Pembantu
Rektor II, dan Pembantu Rektor III. DPPM UMM dibentuk dengan tujuan “Mewujudkan
perencanaan, pelaksanaan dan koordinasi kegiatan penelitian, penerapan dan pengembangan
Ipteks di lingkungan UMM, baik dalam bentuk penelitian maupun pengabdian kepada
masyarakat untuk kemakmuran bangsa”. Visi DPPM UMM adalah “Menjadi pusat penelitian,
penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni yang terkemuka dalam
rangka menegakkan nilai-nilai keislaman dan keilmuan bagi kepentingan masyarakat”.
Kegiatan kemasyarakatan di DPPM UMM dilaksanakan melalui sumber pendanaan
internal dan eksternal. Dana eksternal kegiatan kemasyarakatan, misalnya berasal dari CSR
perusahaan swasta (PT. IPMOMI – Probolinggo, Yayasan Damandiri Jakarta), instansi
pemerintah (Bappeda Kab. Nganjuk, Bappeda Kab. Malang, Diknas Provinsi Jatim, Dinas
Pertanian Bondowos), KKMB dengan BI (BI Jember, BI Kediri), dan kegiatan
kemasyarakatan yang berasal dari dana Dit. Litabmas, Ditjen Dikti. Khusus kinerja kegiatan
kemasyarakatan di DPPM UMM menunjukkan kecenderungan ke arah peningkatan sebagai-
mana ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas
Skim Kegiatan Tahun
Kemasyarakatan 2013 2014 2015 2016
IbM 18 20 30 30
IbIKK 5 6 4 4
IbK 1 1 1 –
IbW 1 – 2 3
Hi-LINK – 1 1 1

47
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra


Tema permasalahan yang ingin ditangani bersama adalah konservasi dan pariwisata
melalui kegiatan “Revitalisasi objek wisata, Penguatan atraksi wisata menjadi kawasan
ekowisata dan Pemberdayaan masyarakat pesisir”. Model PPM yang akan dilaksanakan
adalah (1) Penguatan sumberdaya alam untuk pengembangan dan konservasi kawasan secara
lestari, (2) Pengembangan citra kawasan ekowisata yang mendukung konservasi bersama
masyarakat lokal, (3) Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui sinergisme tiga pelaku dalam
industri pariwisata, yaitu destinasi wisata, wisatawan, dan masyarakat lokal, dalam
pengembangan usaha dan ekonomi pariwisata yang mengusung konservasi dan ekowisata.
Berdasarkan model PPM yang akan dilaksanakan, maka dipilihlah Politeknik Negeri
Malang sebagai Perguruan Tinggi Mitra. Universitas Muhammadiyah Malang bertugas dalam
merumuskan kebijakan “Revitalisasi Objek Wisata, Penguatan Atraksi Wisata menjadi
Kawasan Ekowisata dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir” sedangkan Politeknik Negeri
Malang berperan sebagai penyedia TTG yang mendukung program PPM di wilayah IbW.

4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan


Kegiatan IbW ini mendukung misi ke-4 Pemkab Pacitan, “Meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan”, melalui
lingkup kegiatan (1) Revitalisasi objek wisata, (2) Penguatan Atraksi Wisata menjadi
Kawasan Ekowisata, dan (3) Pemberdayaan masyarakat pesisir”. Dalam upaya menjalankan
program IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan, perlu dilakukan inventarisir potensi wilayah,
perumusan kebijakan publik dan upaya edukasi dalam pengembangan kawasan konservasi
menjadi kawasan ekowisata. Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW
ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014
Jenis Jabatan
No Nama Deskripsi Tugas
Kepakaran dalam Tim
1 Drs. Wahyu Biologi, Ketua Tim − Penyusunan konsep “revi-
Prihanta, M.Kes. Patibologi talisasi objek wisata, revi-
talisasi hutan mangrove,
dan pemberdayaan masya-
rakat pesisir”;
− Penyusunan organisasi pe-
laksana dan steering co-
mmitee;
− Penyusun kerangka kerja
tim.

48
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2 Ach. Muhib Teknik Mesin, Anggota Tim − Desain konsep pemberda-


Zainuri, ST., Konversi yaan masyarakat pesisir
M.T. Energi. melalui pemanfaatan TTG;
− Desain konsep revitalisasi
objek wisata.
3 Prof. Dr. Rahayu Hukum, Anggota Tim − Review kebijakan dan pe-
Hartini, SH., Sosiologi raturan terkait pengemba-
M.Si., M.Hum. bangan kepariwisataan;
− Review perundang-unda-
ngan terkait konservasi
sumberdaya alam hayati
sebagai lahan konservasi;
− Model pengembangan eko-
wisata berbasis kearifan
lokal
4. Drs. Amir Biologi, Anggota Tim − Model pengembangan ins-
Syarifuddin, Kehutanan titusi ekowisata;
M.Hut. − Desain konsep pengelola-
an kawasan ekowisata se-
bagai objek wisata.
5 Ir. Tundung Teknik Anggota Tim − Identifikasi potensi kepari-
Subali Patma, Elektro, wisataan di wilayah IbW;
M.T. Teknik Listrik − Bimbingan teknologi pe-
ningkatan mutu produksi,
pengawasan mutu, verifi-
kasi produk dan inovasi
teknologi produk.

4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan


Struktur organisasi tim “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan” dibuat sebagai implementasi program PPM dari Dit. Litabmas-Ditjen
Dikti dan kebijakan pengembangan kawasan, pengembangan pariwisata, SDM, dan
kelembagaan oleh Pemkab Pacitan. Kebijakan tersebut, bersama focus group discussion
(FGD) kemudian dijabarkan ke dalam action plan bersama seluruh organisasi pelaksana PPM
di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Dalam melaksanakan kegiatannya, tim akan selalu berkoor-
dinasi dengan Steering Commitee (gbr. 4.1).
Organisasi tim “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Pacitan” selanjutnya akan melaksanakan kegiatan, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(a) Penguatan kapasitas anggota dan kemandirian kelompok masyarakat konservasi penyu
untuk wisata (KMKPW) “Taman Ria”. Berbagai pelatihan untuk meningkatkan kapasitas
terkait kegiatan ekowisata untuk anggota kelompok diberikan. Kemandirian organisasi
dikembangkan dan diperkuat melalui serangkaian pelatihan organisasi, sosialisasi

49
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

kelompok kepada pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya, mempromosikan


kelompok kepada pasar, serta meningkatkan peran organisasi dalam pengelolaan objek
wisata;
(b) Pengembangan kawasan konservasi berbasis ekowisata, dengan cara (1) memberikan
akses kegiatan pariwisata bagi ekowisatawan, (2) menyediakan fasilitas pendukung
kegiatan ekowisata, (3) menjaga keberlangsungan lingkungan/ kawasan konservasi, dan
(4) menjaga kelestarian alam dan budaya;
(c) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan ekowisata,
melalui program (1) peningkatan kapasitas masyarakat, (2) pengadaan sarana dan
prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, dan (3) peningkatan apresiasi seni budaya
kepariwisataan;
(d) Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Pada tahap ini, ekowisata diperkenalkan
kepada pelaku-pelaku usaha terkait wisata, yaitu: pemilik penginapan, UKM kuliner,
penyedia biro perjalanan melalui sosialisasi dan pelatihan; dan
(e) Peningkatan kapasitas stakeholders (masyarakat, pelaku wisata, organisasi profesi dan
pemerintah) sesuai dengan perannya.

Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

50
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Konservasi Penyu


Tim IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan, pada tahun I (2015) telah membangun area
konservasi penyu dan lingkungannya di Pantai Taman, Desa Hadiwarno. Untuk memberikan
manfaat sosial dan ekonomi selain makna perlidungan, maka Tim IbW telah membangun
beberapa wahana wisata di kawasan konservasi. Wahana yang sudah dibangun untuk
menunjang kegiatan konservasi penyu adalah (gbr. 5.1): (1) Tempat penetasan telur atau
hatcheries, (2) Kolam pembesaran tukik, (3) Kolam pembesaran penyu, dan (4) Fasilitas
penunjang wisata, antara lain (a) Fasilitas kantor konservasi, (b) Kolam renang air tawar, (c)
Flying fox terpanjang nasional 467 meter.

Gambar 5.1 Fasilitas konsrvasi penyu

51
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

5.2 Pembangunan Kawasan Pesisir


Pembangunan wilayah pesisir menghendaki adanya kerjasama dari semua
stakeholders, yaitu pemerintah daerah cq Pemda Kab. Pacitan, masyarakat pesisir, dan
Perguruan Tinggi cq Tim IbW Kec. Ngadirojo. Para pihak yang memiliki kepentingan
terhadap pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan pesisir telah menyusun perencanaan
pengelolaan terpadu yang dapat mengakomodir segenap kepentingan dengan menggunakan
model pendekatan dua arah yaitu pendekatan top down dan bottom up. Pembangunan wilayah
pesisir juga menghendaki adanya keterpaduan pendekatan sebab pengelolaan wilayah pesisisr
memiliki keunikan wilayah dan beragamnya sumberdaya yang mengisyaratkan pentingnya
pengelolaan wilayah tersebut secara terpadu.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pembangunan kawasan pesisir dan pe-
ngelolaannya secara terpadu adalah sebagai berikut.
(1) Secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di dalam kawasan
pesisir maupun antara kawasan peisisir dengan lahan atas dan laut lepas. Dengan
demikian perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem pesisir, misalnya hutan pantai,
cepat atau lambat akan memengaruhi ekosistem lainnya. Berdasarkan hal ini, maka Tim
IbW membuat model pembangunan kawasan pantai yang dinamakan hutan keabadian
(gbr. 5.2). Diharapkan, pengunjung bisa melihat model pembangunan kawasan pesisir
secara arif atau berwawasan lingkungan, sehingga dampak negatifnya terhadap tanaman
dan/atau fungsi ekologis kawasan pesisir tidak terjadi;

Gambar 5.2 Pembangunan hutan keabadian

(2) Dalam satu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu jenis sumberdaya alamiah
(misalnya pantai) dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan

52
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Untuk maksud ini, Tim IbW Kec.
Ngadirojo telah melaksanakan restorasi ekologi hutan pantai (gbr. 5.3);

Gambar 5.3 Restorasi ekologi hutan pantai

(3) Dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat yang
memiliki keterampilan atau keahlian dan kesenangan bekerja yang berbeda, seperti:
nelayan, petani tambak, pedagang, pendamping pariwisata, pedagang makanan dan
minuman, dan sebagainya. Tim IbW telah ikut memberdayakan dan meningkatkan hasil
ekonomi mereka dengan kedatangan ekowisatawan ke lokasi wisata;
(4) Baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara
monokultur (single use) sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal
yang menjurus pada kegagalan usaha. Oleh karena itu, Tim IbW juga telah menggunakan
berbagai potensi alamiah yang ada secara arif dan bijaksana untuk pemanfaatannya secara
berkelanjutan; dan
(5) Kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama yang dapat digunakan oleh siapa
saja di mana setiap pengguna sumberdaya pesisir biasanya berprinsip memaksimalkan
keuntungan. Hal ini menyebabkan kawasan pesisir rawan terkena masalah pencemaran,
over-exploitation sumberdaya alam, dan konflik pemanfaatan ruang.

5.3 Penguatan Konservasi Penyu


Beberapa jenis penyu mendarat ke Pantai Taman ini untuk bertelur. Oleh karena itu,
tim IbW Kec. Ngadirojo sejak 2014 telah melakukan kegiatan penangkaran penyu yang
dimodifikasi. Tujuannya adalah untuk membantu dan mendukung upaya konservasi penyu,
yaitu dengan meningkatkan peluang hidup penyu sebelum dilepas ke alam. Begitu telur penyu
menetas, tukik tidak langsung dilepas ke laut. Selain untuk kepentingan mendukung upaya
konservasi penyu, kegiatan penangkaran penyu diadakan untuk beberapa kepentingan
pendidikan, penelitian, dan wisata. Sehingga sejumlah tukik hasil penetasan semi alami

53
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

disisihkan untuk dibesarkan. Jumlah tukik yang dibesarkan hanya sebagian kecil dan
tergantung fasilitas penangkaran yang menjamin tukik dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Tukik yang telah berkembang kemudian dibesarkan dalam kolam pembesaran penyu.
Untuk menjamin kesehatan penyu, Tim IbW telah membuat sumur air laut (gbr. 5.4) yang
menjamin ketersediaan pasokan air laut yang dipompa ke dalam kolam pembesaran penyu.

Gambar 5.4 Pembuatan sumur air laut untuk kolam penyu

Pasir merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat
peneluran bagi setiap penyu memiliki kekhasan. Umumnya tempat pilihan bertelur merupakan
pantai yang luas dan landai serta terletak di bagian atas pantai dengan rata-rata kemiringan
30o di pantai bagian atas. Keberadaan pohon-pohon, baik dari formasi Pes-caprae maupun
Barringtonia, di sepanjang pantai peneluran menjadi penting karena dapat menjadi naluri
peneluran penyu. Sehingga tim IbW Kec. Ngadirojo pada 2016 telah melakukan kegiatan
rehabilitasi habitat bertelur penyu dengan cara membuat model pembibitan vegetasi hutan
pantai (gbr. 5.5) yang sesuai dengan topografi dan ekologi hutan pantai selatan Jawa.

Gambar 5.5 Pembibitan vegetasi hutan pantai

5.4 Pembuatan Kolam Biota Laut


Kolam biota laut yang dimaksudkan di sini merupakan wadah yang dibuat untuk
menampung air laut dalam jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk memamerkan dan

54
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

mempertunjukkan keindahan bentuk, warna, dan keunikan serta tingkah laku berbagai macam
biota laut. Keanekaragaman jenis biota laut dengan berbagai karakter seperti warna, sifat,
habitat, dan perilakunya dapat dinikmati sebagai sarana rekreasi sekaligus menambah
pengetahuan tentang dunia bawah laut. Biota laut adalah semua makhluk hidup yang ada di
laut baik hewan, tumbuhan maupun karang. Sepertinya tidak ada ekosistem yang sedemikian
menakjubkan dan semenarik lingkungan dasar laut, baik dalam hal kombinasi warna, bentuk,
kehidupan, tingkah laku dan keunikan variasi adaptasi pada masing-masing organisme.
Pemandangan yang indah ini hanya dapat dilihat secara langsung oleh para penyelam dan
sebagian dapat dilihat melalui layar kaca, buku, majalah, dan media cetak yang lain.
Keragaman hayati (biodiversity) yang cukup tinggi, seperti: hutan mangrove,
terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan hasil perikanan, merupakan kekayaan
sumber daya alam pesisir. Secara ekologis, ekosistem laut dan pesisir yang menyediakan
sumber daya alam ini saling terkait satu sama lain, bahkan dengan perilaku dan aktivitas
manusia di dalamnya. Laut dan pesisir memiliki kawasan hutan mangrove, padang lamun dan
terumbu karang. Ketiga ekosistem ini terkait satu sama lain dan memiliki potensi ekologis
serta potensi ekonomi terutama sebagai penyangga perikanan. Mangrove dan padang lamun
menjadi tempat pemijahan dan berlindung bagi anakan ikan serta hewan lunak lainnya.
Sementara ekosistem terumbu karang menjadi habitat dan pembesaran bagi ikan-ikan.
Kawasan terumbu karang juga menjadi penghalang bagi gelombang dan arus, sementara
mangrove dan padang lamun berfungsi sebagai pencegah abrasi pantai dan pelumpuran
perairan laut. Karena itu, kegiatan yang berakibat kerusakan atau perubahan atas salah satu
ekosistem tersebut dapat memberi dampak terhadap ekosistem lainnya, atau komponen yang
membentuk ekosistem.
Tujuan pembuatan kolam biota laut adalah sebagai berikut.
• Membangun kesadaran, pengetahuan lingkungan, konservasi sumber daya laut dan pesisir
dan menginternalisasikan nilai-nilai etika hubungan manusia dengan alam secara arif dan
bijaksana bagi segenap ekowisatawan;
• Membuat model konservasi ekosistem biota laut dan lingkungan pendukungnya kepada
masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka memiliki kemampuan dalam memanfaatkan
sumber daya alam pesisir, melakukan usaha memelihara keseimbangan ekosistem serta
melindungi ekosistem pesisir dari kerusakan;
• Memberikan fasilitas rekreasi dan hiburan wisata alam wilayah pantai termasuk interaksi
ekowisatawan dengan habitat wilayah pantai serta sarana penyaluran hobi;

55
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

• Menambah pengetahuan mengenai kehidupan bawah laut secara langsung bagi ekowi-
satawan yang datang berkunjung ke Pantai Taman berupa underwater observatorium;
• Melestarikan flora fauna laut iklim tropis dalam bentuk kolam penangkaran biota laut yang
nanti pengelolaannya bekerja sama dengan masyarakat;
• Melestarikan ekosistem mangrove dan terumbu karang yang ada di sepanjang pantai yang
ada di Kab. Pacitan di mana tidak banyak orang mengetahuinya; dan
• Menyediakan wahana yang memenuhi keperluan pendidikan dan penelitian mengenai
kehidupan bawah laut.
Untuk kenyamanan ekowisatawan, Tim IbW Kec. Ngadirojo juga melengkapi kolam biota
laut dengan fasilitas sanitasi (gbr. 5.6).

Gambar 5.6 Pembuatan kolam biota laut dan fasilitas sanitasi

5.5 Pembangunan Shelter dan Gazebo


Kebutuhan shelter di area pasir pantai merupakan hal yang perlu dibangun untuk
mengakomodir ekowisatawan untuk berteduh dari terik sinar matahari. Selain itu, shelter juga
memberikan keintiman dan menunjang interaksi lebih bagi komunitas yang berwisata
sehingga ekowisatawan dapat lebih menikmati keindahan pantai. Dari sudut pandang
pengelola ekowisata Pantai Taman, shelter dapat memberi nilai tambah bagi estetika pantai
dan melibatkan peran aktif dari masyarakat setempat untuk lebih merawat pantai.
Shelter merupakan tempat berlindung atau berteduh bagi ekowisatawan dari kondisi
eksternal. Shelter dapat menjadi sarana untuk memicu interaksi lebih bagi suatu komunitas di
bawah naungannya. Ketika wisatawan merasa nyaman, maka keindahan alam pantai wisata
pun dapat lebih dihayati bagi ekowisatawan. Pengembangan pembangunan desain shelter ini
menjadi sarana untuk pemberdayaan masyarakat guna memaksimalkan potensi wisata pantai
Taman dan memberi efek peningkatan kesadaran wisata yang sejalan dengan program konser-
vasi berbasis mangrove menuju wisata bersih sehat (WBS). Diharapkan melalui sarana

56
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

shelter ini masyarakat sekitar pesisir akan dapat lebih menjaga aset-aset kawasan wisata dan
menunjang kenyamanan berwisata bagi ekowisatawan serta mampu memperbaiki pantai
Taman dari segi estetika dan penataan ruang (gbr. 5.7).

Gambar 5.7 Pembangunan shelter dan gazebo

5.6 Pembangunan Infrastruktur Ekowisata


Pembangunan kawasan wisata berbasis konservasi penyu di Pantai Taman, desa
Hadiwarho, Ngadirojo-Pacitan adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
fasilitas pendukung dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata
cara dan tradisi yang berlaku. Untuk dapat mengembangkan objek daerah tujuan wisata
(ODTW) pada kawasan wisata berbasis konservasi penyu, Tim PPM skim IbW berusaha
mengakomodir sarana dan prasarana penunjang kegiatan berwisata. Dalam hal ini, Tim IbW
membangun infrastruktur minimum, yang didefinisikan sebagai infrastruktur dari ODTW
untuk dapat memberikan kenyamanan dalam berwisata seperti tempat peristirahatan (gazebo,
shelter), toilet, tempat parkir (gbr. 5.8).
Istilah ekowisata (ecotourism) dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang
wisatawan dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah, dan budaya di
suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung
pelestarian alam. Pembangunan infrastruktur pariwisata secara berlebihan justru pada
akhirnya menyebabkan perlindungan terhadap keunikan kawasan wisata menjadi tersisih
dikalahkan oleh industri pariwisata massal. Padahal salah satu tujuan ekowisata harus mampu
manjabarkan nilai kearifan lingkungan dan sekaligus mengajak orang untuk menghargai
apapun yang walaupun tampaknya teramat sederhana. Pada hakikatnya dengan kesederhanaan
itulah yang menjadi pedoman masyarakat sekitar kawasan wisata mempertahankan kelestarian
alamnya. Dengan demikian keterlibatan masyarakat sekitar sebagai pengawas menjadi
teramat penting. Hal lain yang harus diperhatikan adalah perkembangan budaya dalam

57
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

masyarakat asli di sekitar kawasan ekowisata yang berbeda dengan budaya para wisatawan.
Disadari atau tidak lambat laun akan terjadi pergeseran budaya yang mungkin dapat
melenyapkan budaya asli. Idealnya dalam suatu kawasan ekowisata timbul suatu keterikatan
dan rasa saling menghormati antar komunitas penduduk asli dengan wisatawan.

Gambar 5.8 Pembangunan lahan parkir

Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke kawasan wisata berbasis


konservasi penyu di Pantai Taman (gbr. 5.8), memberikan peluang bagi penduduk setempat
untuk memperoleh penghasilan alternatif. Misalnya menjadi pemandu wisata, membuka
homestay atau ecolodge (pondok wisata), warung, dan usaha-usaha lain yang berkaitan
dengan kegiatan pariwisata. Peluang usaha ini dapat meningkatkan kesejahteraan atau kualitas
hidup mereka baik materiil dan spirituil maupun kultural dan intelektual. Di samping berbagai
dampak yang dinilai positif, terdapat pula dampak yang tidak diharapkan. Misalnya,
kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan hidup oleh pembangunan pariwisata yang
bersifat eksploitatif terhadap sumber daya alam, kesenjangan pendapatan antar kelompok
masyarakat, dan timbulnya ketimpangan ekonomi akibat akses yang tidak sama terhadap
sumber daya alam. Sehingga, fokus utama dari pengembangan ekowisata berbasis konservasi
penyu ini didasarkan atas potensi dasar kepariwisataan di mana kelestarian alam dan budaya
lokal dikedepankan, dengan tidak mengembangkan wisata dan infrastruktur yang bersifat
massal.

5.7 Pembangunan Ekowisata Berbasis Masyarakat


Pola pembangunan ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism)
adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan
penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha
ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan

58
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

usaha ekowisata yang memprioritaskan peran aktif masyarakat. Masyarakat setempatlah yang
memiliki pengetahuan tentang keragaman flora dan fauna serta budaya yang menjadi potensi
dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak.
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata berarti mengakui hak masyarakat lokal
dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai
pengelola. Model ini juga akan mencegah terjadinya kecemburuan sosial dan adanya
kemungkinan upaya masyarakat melakukan aksi destruktif terhadap objek wisata atau sarana
yang ada pada objek wisata tersebut.
Mengingat akan hal ini, maka Tim IbW Kec. Ngadirojo telah melakukan pelebaran
jalan lingkar untuk akses ke luar kawasan. Dampak pengelolaan berbasis komunitas,
masyarakat yang lahannya terkena dampak pelebaran jalan dengan senang hati memotong
pohon dan tanaman yang menghalangi jalan (gbr. 5.9). Hal ini karena disadari semua
stakeholder, bahwa semua aktivitas ekowisatawan di suatu objek wisata akan memberi kontri-
busi nyata terhadap perekonomian masyarakat setempat.

Gambar 5.9 Pelebaran jalan lingkar kawasan ekowisata

5.8 Pemberdayaan Masyarakat Ekowisata


Sektor pariwisata didorong untuk menjadi lokomotif atau penggerak ekonomi
kawasan cq. Pantai taman, desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Oleh karena itu,
pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang pariwisata diarahkan pada penguasaan
kompetensi di bidangnya. Salah satu bentuk sumbangsih nyata sektor pariwisata adalah
meliputi aspek pemberdayaan masyarakat di sekitar objek wisata, di mana masyarakat
dilibatkan langsung dalam berbagai kegiatan yang nantinya dapat dijadikan bekal bagi

59
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

pengembangan usaha, khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang bermuara
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Gambar 5.10 UMKM di sekitar kawasan ekowisata

Kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar objek wisata yang


akan dilakukan Tim IbW Kec. Ngadirojo bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang manfaat pembangunan pariwisata juga untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat serta memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alamnya,
mendorong masyarakat untuk menghargai, memelihara dan melestarikan objek wisata.
Sedangkan sasaran pembinaan dan pemberdayaan masyarakat pariwisata ini adalah
terciptanya masyarakat pariwisata yang lebih terampil dan berdaya guna dalam mengem-
bangkan potensi ekowisatanya, serta tersedianya masyarakat yang siap dan sigap untuk
menjadi tuan rumah yang baik, serta meningkatkan pendapatan masyarakat.
Adapun kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat pariwisata meliputi
penyuluhan-penyuluhan pariwisata dan sadar wisata, manfaat koperasi, penyuluhan tentang
UMKM, serta kewirausahaan berupa teknik-teknik pengolahan makanan dan kerajinan batik
dari bahan lokal. Disadari oleh Tim IbW Kec. Ngadirojo bahwa feedback dari masyarakat
yang dihasilkan lewat program pemberdayaan masih belum dirasakan. Kondisi hidup dan
tingkat pendapatan serta kesejahteraan masyarakat pada daerah pariwisata masih belum
meningkat secara signifikan. Di sisi lain potensi lokal masyarakat daerah pariwisata itu belum
dapat ditampilkan secara maksimal. Banyak hal yang menjadi kendala dalam pengembangan
Pantai Taman sebagai kawasan ekowisata berbasis konservasi penyu.
Permasalahan ini muncul karena kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
tidak disertai dengan pendampingan secara rutin dan berkesinambungan. Kegiatan yang
dilakukan belum sampai membuat masyarkat merasa terus termotivasi untuk mengoptimal-

60
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

kan segala potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Pendampingan yang dimaksud
juga belum sampai ke jalur pemasaran. Tim IbW juga akan memberi pelatihan tentang
pemasaran dengan strategi 8P + 1C, yaitu: product, place, price, promotion, people, physical
evidence, process, productivity and quality, dan customer service. Hal ini dilakukan untuk
mencapai pengembangan ekowisata yang berkelanjutan.

5.9 Penguatan Kawasan Ekowisata


Kawasan pesisir dengan sumber daya alamnya telah menjadi tumpuan bagi
pengembangan ekonomi bangsa. Ekosistem pantai dan mangrove di kawasan pesisir memiliki
fungsi ekologis dan ekonomi. Pengelolaan sumber daya pesisir pada prinsipnya adalah proses
pengelolaan terhadap seluruh komponen dari ekosistem mangrove dan pantai termasuk
manusia dengan berbagai aspek sosial dan ekonominya. Hal ini mengindikasikan bahwa
pengelolaan sumber daya alam pesisir harus dilakukan dengan pendekatan terpadu. Pengelo-
laan sumberdaya pesisir termasuk upaya konservasinya haruslah dipandang sebagai satuan
sistem yang utuh, sementara keberadaan dan keberlanjutan sumber daya alam pesisir
sangatlah ditentukan oleh komponen manusia dan keputusan dari para pengambil kebijakan.
Konservasi penyu merupakan upaya yang sangat penting untuk menjamin keberlan-
jutan program ODTW berbasis penyu. Tim IbW telah membuat tata ruang wilayah atau area
yang akan menjadi obyek ekowisata berbasis konservasi penyu. Beberapa ruang yang sudah
dibangun adalah kantor pengelolaan dan pusat informasi penyu, lokasi peneluran penyu,
lokasi penetasan semi alami, kolam pemeliharaan tukik, kolam pembesaran penyu, kolam
karantina penyu dan lokasi pelepasan tukik. Termasuk di dalamnya desain vegetasi-vegetasi
pantai yang sesuai dengan habitat penyu. Pemilihan lokasi konservasi dan ekowisata di Pantai
Taman didasarkan pada potensi lokasi yang dekat dengan jalan raya dan memiliki akses
pencapaian yang mudah. Sedangkan pendekatan desain yang digunakan adalah RTRW
berwawasan lingkungan dengan konsep makro natural, konsep mikro lahan kejelasan
pemanfaatannya, konsep mikro bentuk rekreatif, dan konsep mikro ruang adaptif bentuk.
Dalam perencanaan dan perancangan kawasan ekowisata ini, diharapkan dapat memberikan
suasana yang sesuai dan menyatu dengan kondisi alam sekitar.
Konsep pengembangan bentuk rekreatif ekowisata merupakan salah satu kegiatan
pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek-aspek konservasi
alam, aspek pemberdayaan sosial budaya masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan
pendidikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tim IbW Kec. Ngadirojo terkait
penembangan ekowisata di Pantai Taman ditunjukkan pada Tabel 6.1.

61
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Tabel 6.1 Prinsip dan kriteria ekowisata


Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata
1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan − Memperhatikan kualitas daya dukung ling
komitmen terhadap pelestarian lingkungan kungan kawasan ODTW melalui pelaksanaan
alam dan budaya, melaksanakan kaidah- sistem zonasi;
kaidah usaha yang bertanggungjawab dan − Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fa-
ekonomi berkelanjutan. silitas sesuai dengan daya dukung lingkungan
daerah ODTW;
− Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para
pelaku terhadap lingkungan alam;
− Memanfaatkan sumber daya lokal secara lesta-
ri dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata;
− Meminimumkan dampak negatif yang ditim-
bulkan dan bersifat ramah lingkungan;
− Mengelola usaha secara sehat; dan
− Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
kegiatan ekowisata yang sehat.
2. Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah − Membuat action plan yang terpadu dalam pe-
ekologis dan atas dasar musyawarah dan pe- ngembangan kawasan ekowisata;
mufakatan dengan masyarakat lokal. − Membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat lokal dalam proses perencanaan
dan pengelolaan ekowisata;
− Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat
lokal untuk pengembangan ekowisata;
− Menginformasikan secara jelas dan benar
konsep dan tujuan pengembangan kawasan
tersebut kepada masyarakat lokal; dan
− Membuka kesempatan untuk melakukan
dialog dengan seluruh pihak yang terlibat
(multi-stakeholders) dalam proses perenca-
naan dan pengelolaan ekowisata.
3. Memberikan manfaat kepada masyarakat lokal. − Membuka kesempatan keapda masyarakat
lokal untuk membuka usaha ekowisata dan
menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan baik
secara aktif maupun pasif;
− Memberdayakan masyarakat lokal dalam
upaya peningkatan usaha ekowisata untuk
meningkatkan kesejahtraan mereka; dan
− Meningkatkan ketrampilan masyarakat lokal
dalam bidang-bidang yang berkaitan dan
menunjang pengembangan ekowisata.
4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya − Menetapkan kode etik ekowisata bagi ekowi-
dan tradisi keagamaan masyarakat lokal. satawan, pengelola dan pelaku usaha ekowi-
sata;
− Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-
pihak lainya (multi-stakeholders) dalam
penyusunan kode etik wisatawan, pengelola
dan pelaku usaha ekowisata;
− Melakukan pendekatan, meminta saran-saran
dan mencari masukan dari tokoh/pemuka
masyarakat lokal pada tingkat paling awal

62
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

sebelum memulai langkah-langkah dalam


proses pengembangan ekowisata; dan
− Melakukan pemetaan dan pengenalan aspek-
aspek sosial budaya masyarakat lokal sebagai
bagian terpadu dalam proses perencanaan dan
pengelolaan ekowisata.
5. Memperhatikan perjanjian, peraturan, perun- − Memperhatikan dan melaksanakan secara
dang-undangan baik di tingkat nasional mau- konsisten: Dokumen-dokumen Internasional
pun internasional. yang mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda,
Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.).
GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang-
undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.
− Menyusun peraturan-peraturan baru yang
diperlukan dan memperbaiki dan menyempur-
nakan peraturan-peraturan lainnya yang telah
ada sehingga secara keseluruhan membentuk
sistem per-UU-an dan sistem hukum yang
konsisten;
− Memberlakukan peraturan yang berlaku dan
memberikan sangsi atas pelanggarannya
secara konsekuen sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (law enforcement); dan
− Membentuk kerja sama dengan masyarakat
setempat untuk melakukan pengawasan dan
pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan
yang berlaku.

Penguatan kawasan ekowisata yang akan dilakukan oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-
Kab. Pacitan adalah penguatan aspek kewilayahan kawasan konservasi dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Beberapa hal yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
(a) Sosialisasi, yakni penyebaran nilai atau materi kepada individu-individu (pelaku,
ekowisatawan dan masyarakat local) agar mempunyai pengetahuan, pengertian dan
pemahaman sesuai dengan yang diharapkan;
(b) Optimalisasi, artinya materi yang ditransformasikan diharapkan dapat dipahami,
diketahui, diyakini, dan dilaksanakan secara menyeluruh/ maksimal;
(c) Peningkatan, artinya penguatan dilakukan sebagai upaya peningkatan agar mempunyai
kualitas yang diharapkan;
(d) Pembaharuan, suatu perubahan yang baru dan berbeda dengan sebelumnya untuk
menjadi lebih baik dan meningkat sesuai dengan standart yang diinginkan;
(e) Pengembangan, yaitu mengembangkan SDM terhadap upaya konservasi terhadap
ekosistem kawasan; dan

63
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(f) Pencegahan, dilakukan untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan yang dapat
timbul akibat adanya kegiatan ekowisata.

5.10 Revitalisasi Kolam Biota Laut


Kolam biota laut yang dibuat oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan merupakan
suatu kolam berukuran 40m x 14m x 1m (± 560m3) yang dapat memamerkan dan memper-
tunjukan keindahan bentuk, warna dan keunikan serta tingkah laku berbagai macam biota
laut. Kolam biota laut merupakan suatu potongan ekosistem kecil yang diadaptasi dari
lingkungan alam yang sebenarnya dengan suatu pendekatan tertentu yang memungkinkan
organisme dapat hidup. Kolam biota laut didesain semirip mungkin dengan suasana laut lepas
sebenarnya yang menampilkan keanekaragaman kehidupan biota laut. Keanekaragaman jenis
biota laut, misalnya: terumbu karang, berbagai jenis ikan dan udang, dengan berbagai karakter
seperti warna, sifat, habitat dan perilakunya dapat dinikmati ekowisatawan sebagai sarana
rekreasi sekaligus menambah pengetahuan tentang dunia bawah laut.
Sampai dengan bulan Desember 2016, tim IbW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan telah
menyelesaikan 100% pekerjaan pembangunan kolam biota laut. Pemasangan terpal plastik
berbahan dasar HDPE (high density poliester ethylene) berdimensi 23m x 47m telah
dilakukan. Penguatan tanggul dengan pengecoran telah dilakukan pada keempat sisi (gbr.
5.11). Pekerjaan selanjutnya berupa pembuatan fasilitas sanitasi di sekitar areal kolam biota
laut juga telah rampung dikerjakan.

Gambar 5.11 Sisa pekerjaan kolam biota laut

64
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat akan
menjalankan usaha ekowisata sendiri, tetapi secara simultan dan terintegrasi menjalankannya
bersama segenap penggiat wisata di tempat itu. Mulai dari level komunitas, masyarakat,
pemerintah, dunia usaha, dan PT cq. Pelakasna PPM. Implementasi ekowisata perlu
dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu
daerah. Sehingga pelibatan semua stakeholders diharapkan membangun suatu jaringan dan
menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing.
Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli
setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga
antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata. Di kawasan
ekowisata juga terdapat kawasan three in one, yaitu: berbuat satu dapat tiga manfaat. Jika
pemerintah dan masayarakat dapat mengembangkan Ekowisata pesisir dan laut, maka akan
diperolah tiga manfaat sekaligus, yaitu: (1) kelestarian sumberdaya pesisir dan laut terjamin,
(2) kesejahteraan masyarakat meningkat, dan (3) tidak perlu mengeluarkan biaya konservasi
sumberdaya pesisir dan laut karena kelestarian sumberdaya akan terjaga dengan sendirinya
jika dikelola dengan baik.
Beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
kegiatan ekowisata, adalah: (1) peningkatan penghasilan dan devisa Negara, (2) tersedianya
kesempatan kerja baru, (3) berkembangnya usaha-usaha baru, (4) meningkatnya kesadaran
masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya konservasi sumberdaya alam, (5) peningkatan
partisipasi masyarakat, dan (6) meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Manfaat lain dari
kegiatan ekowisata berbasis masyarakat dapat berupa: (1) meningkatnya nilai ekonomi
sumberdaya ekosistem, (2) Meningkatnya upaya pelestarian lingkungan, (3) meningkatnya
keuntungan langsung dan tidak langsung dari para stakeholders, (4) terbangunnya
konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional, dan internasional, (5) meningkatnya
promosi penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, dan (6) berkurangnya ancaman
terhadap kenaekaragaman hayati yang ada di objek wisata.

65
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Dalam melakukan kegiatan ekowisata berbasis tindak konservasi, keberadaan habitat


dan populasi penyu serta masyarakat akan saling berkaitan sehingga harus diperhitungkan
selain pengetahuan mengenai penyu itu sendiri. Informasi mengenai biologi, misalnya
demografi, tingkah laku, dan fisiologi penyu merupakan perangkat penting dalam
mengembangkan strategi pengelolaan pariwisata berbasis konservasi penyu di Pantai Taman,
Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Kegiatan ini merupakan tindakan nyata yang
dibutuhkan dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif, sistematis,
dan terukur.
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan kawasan
konservasi penyu diwujudkan dengan diserahkannya lahan negara seluas 10 ha untuk pe-
ngembangan kawasan (Perdes No.7 Tahun 2012). Salah satu alasan penyerahan lahan menjadi
kawasan konservasi penyu yaitu karena Pantai Taman memiliki organisme spesifik atau
endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni penyu sehingga dalam keberlanjutannya
sangat perlu untuk dikonservasi.
Kawasan konservasi penyu mempunyai peranan yang sangat penting baik secara
ekologis, ekonomis, dan sosial budaya. Sehingga pengelolaannya bisa menjadi prioritas
utama. Tujuan dibentuknya kawasan konservasi penyu adalah untuk melindungi seluruh
sistem sosial-ekologi, meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat lokal, dan mengem-
bangkan ekowisata dengan mendorong pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity).
Pengelolaan kawasan konservasi penyu yang efektif tidak hanya melindungi keanekaragaman
hayati tetapi juga akan mendukung pengelolaan pesisir berkelanjutan dan peningkatan
ekonomi melalui aktivitas ekowisata.
Kawasan konservasi dan ekowisata merupakan satu kesatuan yang saling mendukung
di mana konsep dari pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan kawasan
konservasi penyu. Ekowisata yang dijalankan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan strategi dalam pengembangan kawasan konservasi penyu
berbasis masyarakat, di mana keduanya merupakan simbiosis mutualisme. Ekowisata
memerlukan kawasan konservasi penyu dan sebaliknya kawasan konservasi memerlukan
ekowisata.

6.2 Saran
Penyu (sea turtle) mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan
usia puluhan tahun untuk mencapai usia reproduksi (sekitar 20−50 tahun). Oleh karena itu
tindak konservasi penyu di lokasi penangkaran dimulai dari tukik hingga cukup kuat untuk
66
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

dilepas ke laut. Sejumlah tukik yang ditinggalkan di stasiun penangkaran penyu untuk
kebutuhan pengamatan, penelitian dan ekspose, sebaiknya selalu diperhatikan kebersihan air
laut pada kolam (tukik, karantina, dan pembesaran) dan dilakukan upaya penanggulangan
penyakit dan parasit yang biasa hinggap di penyu.
Upaya konservasi oleh Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata
(KMKPW) “Taman Ria” hendaknya tidak dimaknai konservasi sumberdaya dan perlindungan
semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan pemanfaatan
berkelanjutan terhadap sumberdaya penyu. Untuk itu, kegiatan pemantauan yang dilakukan
meliputi: (1) Monitoring kepada setiap penyu yang mendarat di lokasi-lokasi peneluran yang
berada pada wilayah pemantauannya, antara lain: jenis dan jumlah penyu yang mendarat,
jumlah penyu yang bertelur, jumlah telur setiap penyu, dimensi telur penyu, panjang dan
bobot, dan sebagainya. Hasil monitoring harus terdokumentasikan dan dicatat dalam form
monitoring dan (2) Melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan
konservasi penyu secara berkesinambungan untuk bisa mengukur kecenderungan populasi
penyu yang mendarat dan bertelur dan populasi penyu di penangkaran dari tahun ke tahun.
Pantai Taman di Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan merupakan KWU baru yang
ditetapkan sebagai kawasan ekowisata. Keindahan alam sebagai modal utama atraksi wisata
belum diimbangi dengan upaya menjaga kebersihan lingkungan dengan terlihatnya sampah
yang berserakan. Pengelola ekowisata hendaknya menyediakan fasilitas tempah sampah di
beberapa lokasi favorit ekowisatawan berada. Di samping itu, pengelola ekowisata juga bisa
memberikan pengertian agar ekowisatawan juga bisa ikut menjaga kebersihan.
Pada masa-masa liburan di mana terlihat ekowisatawan banyak berkunjung ke lokasi,
belum ada pengelolaan jumlahnya sesuai dengan daya dukung lingkungan ODTW. Beberapa
fasilitas yang perlu diperbaiki adalah (1) Luas lahan parkir yang cukup dan jalan ke luar
kawasan, (2) Jumlah gazebo untuk istirahat wisatawan ditambah, dan (3) Penataan lahan bagi
usaha jasa makanan dan minuman. Di masing-masing tempat harusnya dilengkapi dengan
papan interpretasi tentang konservasi penyu, ekologi hutan mangrove, papan himbauan, papan
larangan, dan sebagainya. Ekowisatawan terlihat kurang interaksi dengan atraksi wisata
karena ketiadaan pemandu.
Beberapa saran terkait pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata di kawasan
konservasi penyu adalah sebagai berikut.
(1) Secara kontinyu terus melakukan upaya penyadaran terhadap masyarakat tentang sadar
wisata dan konservasi;

67
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(2) Pelaksanaan program harus terkoordinasi dan dilakukan secara integrative, melalui
kelompok masyarakat konservasi penyu untuk wisata (KMKPW) “Taman Ria” yang
mandiri melalui program kewirausahaan produktif yang meliputi HO2 (hati, otak, dan
otot) sampai pada rantai pemasaran berdasarkan kawasan pengembangan pariwisata
(KPP) yang ada;
(3) Pemilihan program dan strategi pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata di kawasan
konservasi penyu harus berdasarkan metodologi survey yang tepat, merupakan pengelo-
laan usaha produktif yang tidak hanya berorientasi pada segmen pasar lokal, tetapi juga
diarahkan pada perluasan segmen pasar baik di wilayah regional maupun nasional;
(4) Pendampingan bukan dalam artian konvensional tetapi dalam artian modern, bersinergi
dan terintegratif sampai pada rantai pemasaran; dan
(5) Adanya implementasi strategi pemasaran yang tepat berdasarkan perencanaan program
pemasaran secara bottom-up dengan pembentukan tema-tema khusus/local brand
image KPP melalui pembentukan focus group/cross function tentang program pemberda-
yaan masyarakat pariwisata. Hal ini dilakukan agar paket wisata yang dihadirkan lebih
variatif.

68
DAFTAR PUSTAKA

1. Lembaran Negara Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No.


9 tentang Kepariwisataan.
2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Kecamatan Ngadirojo dalam Angka
2012, Nomor Katalog: 1102001.3501110
3. Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan No. 11 Tahun 2011;
4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan
Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan.
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2011, Profil Potensi Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pacitan.
6. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Pacitan dalam Angka 2012, ISSN:
0215.5710, Katalog BPS : 1102001.3501.
7. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Timur.
8. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009, Prinsip dan Kriteria Ekowisata
Berbasis Masyarakat. Didownload dari http://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/
wwf.indonesia.pdf.
9. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji dan M.K. Moosa, 1997, The Ecology of the
Indonesian Seas I di dalam The Ecology of Indonesian Series Vol. VII, Periplus
Edition (HK) Ltd.: xiv + 1-642.
10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM.18/HM.001/MKP/2011
tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Pariwisata.

69
LAMPIRAN

Lampiran I Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul


Lampiran II Peta Lokasi Wilayah

70
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19671219 199103 1 003
5 NIDN 19126702
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 19 Desember 1967
7 e-mail wisatakampuspslkumm@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 0811360190
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Botani Tumbuhan Tinggi
2. Kewirausahaan Dasar
3. Ekologi Hewan

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas Negeri Universitas Airlangga
Tinggi Jember
Bidang Ilmu Pend. Biologi Patibologi
Tahun Masuk-Lulus 1985-1990 1994-1997
Judul Skripsi/Tesis/ Perbedan Prestasi Pengaruh Jatropha
Disertasi Belajar Biologi antar Multifida terhadap
Anak Jarak Kelahiran Reaksi Inflamasi
di bawah 2 Tahun
dengan 2 Tahun
Nama Pembimbing/ Drs. Kamdi Dr. Suhartono Taat
Promotor Putra, MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
2012 Identifikasi Pteridophyta sebagai Database Mandiri 10
1
Tumbuhan Jawa
2011 Inovasi Pengajaran Matakuliah Tumbuhan Program 7
2
merubah Paradigma Konsep menjadi Aplikasi Diabermutu
3 2010 Identifikasi Sumber Air Database di Kota Batu UMM 5
4 2009 Distribusi Produk dari Penyu di Pasar-Pasar di UMM 7
Banyuwangi sebagai Basis Penetapan Strategi
Konservasi
5 2008 Identifikasi Penyu sebagai Penetapan Program UMM 7
Konservasi Habitatnya di Pantai Selatan Jawa
Timur
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

71
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2 2012 Pengembangan Ekowisata Pantai Ngadirojo PSLK & 50
Kabupaten Pacitan Masyarakat
3 2011 Konservasi Penyu Pada Masyarakat Desa PSLK & 50
Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kabupaten Pacitan Masyarakat
4 2010 Pendidikan Lingkungan di Sekolah Melalui PSLK & 35
Wisata Kampus UMM Sekolah
5 2009 Pendampingan Pendidikan Lingkungan Hidup Di 5
UMM
SDN Dinoyo 2 Malang
6 2008 Pendampingan SMA Negeri 9 Malang dalam 5
UMM
program Adiwiyata
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 – – –
2 – – –
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Mitigasi Global Warming Adapatasi dan Mitigasi Climate Change, 2010, UMM
KLH - UMM 2010, kerjasama KLH dengan PSLK UMM
2 Go Green FISIP UMM Pola Hidup Ramah Lingkungan, sebagai 2010, UMM
Antisipasi Climate Change, 2010, FISIP
UMM
3 Seminar Nasional di UM Pengembangan Kampus Universitas 2009, UMM
Malang, 2009 Muhammadiyah Malang sebagai Kawasan
Wisata Pendidikan Lingkungan, Seminar
Nasional di UM Malang, 2009
4 Seminar Nasional BKPSL Mitigasi Global Warming melalui 2007, Bali
dalam rangka Paralel Event Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan
UNFCCC di Bali Berkelanjutan, Seminar Nasional BKPSL
dalam rangka Paralel Event UNFCCC di
Bali, 2007
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
72
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5


Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 Perumusan Perda Lingkungan Kota Batu 2011 Kota Batu
2 Pembuatan Wisata Kampus UMM 2012 UMM Bagus
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 1 Desember 2016


Ketua Tim Pengusul,

Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes

73
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota I Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19700415 200212 1 002
5 NIDN 0015047002
6 Tempat dan Tanggal Lahir Bangkalan, 15 April 1970
7 e-mail muhibzain@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 08123317612
9 Alamat Kantor Jl. Soekarno Hatta No. 9, PO. Box 04 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) Telp. (0341) 404424 psw. 1019 / (0341) 404420
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = 45 orang, S-1= – orang ; S-2 = – orang; S3= –
orang.
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Peralatan Pemindah Bahan
2. Kekuatan Bahan
3. Elemen Mesin
4. Teknologi Bahan

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Brawijaya Institut Teknologi
Tinggi Sepuluh Nopember
Bidang Ilmu Teknik Mesin Teknik Mesin
Tahun Masuk-Lulus 1989 – 1994 2005 – 2010
Judul Skripsi/Tesis/ Perencanaan Provision Simulasi Karakteristik
Disertasi Refrigeration Plant Perpindahan Panas dan
pada Kapal Caraka Massa pada Pengeri-
Jaya Niaga III 3650 ngan Paper Web di
DWT Dryer Section
Nama Pembimbing/ Ir. I Made Gunadiarta Dr. Eng. Ir. Prabowo,
Promotor Ir. Djoko Sutikno, M.Eng.
M.Eng
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Analisis Kekuatan Bahan dan Termal pada PHB 45
s/d Kerusakan Furnace Water Walls Boiler dan
2011 Kegagalan Proses Pembakaran di Circofluidized
Bed Boiler melalui pemodelan Numerik Berbasis
Computational Fluid Dynamic
2 2010 Analisis Termal Konsumsi Bahan Bakar pada Polinema 3
Circulating Fluidized Bed Boiler Menggunakan
Batubara Tingkat Rendah sebagai Alternatif
Konservasi Energi
3 2009 Perencanaan Rekayasa Permesinan – Teori dan Kompetensi 100
Aplikasi Berbasis Komputer dengan Pendekatan Dikti
Struktur (Structured Approach)

74
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

4 2008 Pemodelan Dinamik Perpindahan Panas dan PDM 10


Perpindahan Massa pada Pengeringan Kertas di
Dryer Section dari Mesin Kertas
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1 2013 IbW Kecamatan Banyuputih Kabupaten DIKTI 100
Situbondo
1 2012 Bimbingan dan Pembuatan Sarana Penerangan DIPA 3
Jalan di Kel. Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota Polinema
Malang
2 2011 Pelatihan Metode Pembelajaran Berbantuan DIPA 3
Komputer bagi Para Guru Taman Pendidikan Al- Polinema
Qur’an dan Pondok Pesantren di Merjosari Kota
Malang
3 2010 Pembuatan Dapur Pemanas dan Penyuluhan DIPA 3
tentang Teknik Produksi Guna Meningkatkan Polinema
Kualitas Produk pada Pengrajin Pande Besi
4 2009 Pelatihan Siswa SMK dalam Bidang Refrigerasi DIPA 3
(AC) di Bengkel Otomotif Jurusan Teknik Mesin Polinema
Polinema
5 2008 Pelatihan Penggunaan Carman Scan dan Service DIPA 3
AC pada Mobil bagi Siswa CC Glagah Bwi Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Analisis Kesetimbangan kalor pada CFB Boiler PROPOLTEK Vol. 1, Des.
Menggunakan beberapa Jenis Batubara 2012
ISSN: 2003-
3126
2 Pengaruh Suhu Bahan Bakar terhadap Hasil Uji Emisi PROPOLTEK Vol. 1, Des.
Gas Buang pada Motor Bensin 2012
ISSN: 2089-
2144
3 Analisis Kerusakan Furnace Water Walls di CFB Boiler PROPOLTEK Vol. 1, Des.
dengan Pemodelan Numerik Berbasis CFD 2011
ISSN: 2089-
2122
4. Pemodelan Dinamik Perpindahan Panas dan Massa pada Jurnal Ilmu- Vol. 3, no. 7
Pengeringan Kertas di Dryer Section dari Mesin Kertas Ilmu Teknik Oktober 2008
(Engineering) ISSN 1410-
4121
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 International Seminar of Constructing Shear Forces and Bending 8 Sept 2012,

75
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

‘Sang Guru’ Moments in Beams by Using Mathcad Unesa


th
2 8 Basic Science National Simulasi Karakteristik Perpindahan Panas 21 Peb 2011,
Seminar, dan Massa pada Pengeringan Paper Web di UB
Dryer Section
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 Kekuatan Bahan, ISBN: 978-979-29-0438-3 2008 270 ANDI Offset
2 Mesin Pemindah Bahan, ISBN: 978-979-29-1423- 2010 268 ANDI Offset
8
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5
Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 1 Desember 2016


Anggota Tim Pengusul,

Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T.

76
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota II Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Rahayu Hartini, S.H., M.Si., M.Hum.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Guru Besar
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19630326 1990022001
5 NIDN 0026036301
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 26 Maret 1963
7 e-mail rahayuhartini@yahoo.co.id
8 Nomor Telepon/HP 081233746640
9 Alamat Kantor Prodi Magister Ilmu Hukum DPPs UMM,
Jl. Bandung No 1, Malang 65113
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 551253 / (0341) 562124
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 250 orang ; S-2 = 15 orang; S3=
– orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Hukum Perdata (FH)
2. Hukum Dagang (FH)
3. Hukum Kepailitan (FH)
4.Hukum Pengangkutan (FH)
5. Hukum Surat Berharga dan Pasar Modal (FH)
6. Hukum Asuransi (FH)
7. Hukum Perlindungan Konsumen (FH)
8. Hukum Lembaga Pembiayaan (FH)
9. Hukum Perdata-Dagang (FE)

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan UGM, Yogyakarta UMM, Malang UNAIR, Surabaya
Tinggi
Bidang Ilmu Hukum Sosiologi Hukum
Tahun Masuk-Lulus 1982 - 1988 1994 -1998 2007-2010
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Inpres No. 4 Peranan Kehadiran Kepailitan Badan
Disertasi Th. 1988 terhadap Ke- Pihak Ketiga (PIL/ Usaha Milik Negara
lancaran Lalulintas WIL) terhadap Perce- (BUMN) Persero
Barang Ekspor di Pela- raian (Studi Kasus)
buhan Tanjung Priok Perceraian di Penga-
dilan Agama Malang
Nama Pembimbing/ 1. Wiwoho Sujono, 1.Prof. Dr. H. M. Zaini Promotor :
Promotor S.H., Hasan, M.Sc., Prof. Dr. H. M.
2. Sri Anggraini 2. Drs. H. Ahmad Zaidun, S.H., M.S.
Hijrahningsih, S.H. Habib, MA. Ko-promotor :
1. Prof. Dr. H. Basuki
Rekso Wibowo,
SH., M.S.,
2. Dr. M. Hadi
Subhan, S.H., CN.,
M.H.

77
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1. 2012 Aspek Hukum Kerugian BUMN Persero Dalam PDK,
Pengelolaan Keuangan Negara (Ketua peneliti, DP2M, 10
dalam proses) UMM

2. 2011 Aspek Hukum Kepailitan BUMN Persero Dalam Block


Perspektif Hukum Keuangan Negara (Ketua Grand, FH 3
Peneliti), (Penelitian Block Grand, FH UMM), UMM
2011.
3. 2010 Rekonstruksi Hukum Kepailitan dengan Klausul
Arbitrase Berbasis “Pacta Sunt Servanda” dalam Fundamental 36
Penyelesaian Sengketa Pailit sebagai Upaya Dikti
Pembaharuan Hukum yang Berkeadilan
4 2009 Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi Sya-riah
Menurut UU No. 3 Tahun 2006 melalui Fundamental 36
Pengadilan Agama Berbasis Kemaslahatan se- Dikti
bagai Upaya Menegakkan Sistem Syariah di
Malang Raya
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2 2012 Memberikan Advokasi Hukum bersama FH UMM 0,5
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum melalui
POSBAKUM di Pengadilan Agama Kabupaten
Malang,
3 2011 Penyuluhan Hukum melalui Obrolan Seputar FH UMM 1,5
Hukum sebagai Bentuk Kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat, dengan Tema : Hak Atas
Kekayaan Intelektual”, di Radio Suara
Pendidikan, Jombang.
4 2010 Penyuluhan Hukum di Radio Sentral Lumajang Radio 0,3
dengan Tema: “Perlindungan Hukum Harta Benda Sentral
Wakaf” Lumajang
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Model Penyelesaian Kasus Kepailitan Dengan Klausul Amanna Vol. 16, No. 2,
Arbitrase (Sebuah Resolusi Konflik Dualisme Hukum Gappa, FH Juni 2008
Kepailitan Dan Arbitrase di Indonesia) Unhas, ISSN:
0853-1609,
2 Kajian Kritis Terhadap UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Jurnal Legality, Vol 11, Nomor
Yayasan ISSN: 0854- :1, Maret-Agst

78
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

6509, No 2003
3 Aspek Hukum Keperdataan E-Commerce Jurnal Ilmiah Vol 11, Nomor
Hukum 2, September
Legality, ISSN: 2003-Feb 2003
0854-6509
4 Penguatan Peran Dan Kedudukan Perempuan Dalam Jurnal Ilmiah Vol 13, Nomor
Sektor Publik (Studi Kasus TKW di Malang) Hukum Legali- 2, Sept 2005-
ty, ISSN: 0854- Feb 2006
6509
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Lokakarya Pengayaan Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi 22-23 Feb
Proposal Penelitian Syariah Menurut UU No. 3 Tahun 2006 2008, Lemlit
Fundamental, Lemlit melalui Pengadilan Agama Berbasis UMM
UMM Kemaslahatan sebagai Upaya Menegakkan
Sistem Syariah di Malang Raya
2 Seminar Nasional Hasil “Peningkatan Peranan Peneliti dalam 19-20 Agustus
Penelitian 2008 Mengatasi Masalah-Masalah Sosial, 2008, LPM
Ekonomi, Teknologi dan Hankam Akibat Universitas
Kenaikan Harga Minyak Dunia” Djuanda
(UNIDA),
Bogor
3 Two Days International Women in Public Sector 16-17 July
Conference on Women in 2008, Center
Public Sector for Women
Studies (PSW)
– UGM,
Yogyakarta,
Indonesia,
4 International Conference Perempuan dan Politik (dalam Perspektif January,24,
“Gender and Politic Hukum Indonesia) 2009, PSW
UGM, Yogya-
karta.
5 International Conference Contemporary Roles And Challenges 1-3 Juni 2009,
On Corporate Law 2009 FH UNAIR ,
(ICCL 2009) UUM,
Malaysia
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 Seri Unsur-unsur Penyusun Bangunan Negara 2012 172 Universitas
Hukum: Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Indonesia (Penegakan Hak Buruh Dalam Pustaka
Kepailitan), ISBN : 978-979-3740-94-7 Larasan
(Kumpulan Penulis BBLR, Bidang Hukum
Perburuhan)
2 Harmonisasi Konsep Keuangan Negara Terhadap 2011 116 Citra Mentari,
Kepailitan BUMN Persero Demi Menjamin Malang
Kepastian Hukum , ISBN: 978979829986
3 Model Teoritik Pengembangan Studi Penyelesaian 2010 160 Citra Mentari,

79
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Konflik Kompetensi (Pengadilan Niaga versus Malang


BANI), ISBN: 978-979-98299-6-2978-2
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 Pendafataran hak cipta atas karya buku dengan 2008 Sertifikat 045343
judul : Hukum Pengangkutan: Pengangkutan Pendaftar
Melalui Darat Jalan Umum, Kereta Api, Melalui an Hak
Laut dan Udara, ISBN: 979- 796-038-2 Cipta
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5
Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 Piagam Tanda Kehormatan Presiden Republik Negara – Presiden RI Nasional
Indonesia ”TANDA KEHORMATAN
SATYALANCANA KARYA SATYA XX
TAHUN”, dari Presiden RI, Keppres RI No. 62/TK/
Tahun 2012, Tgl 6 Agustus 2012.
2 Dosen Berprestasi Pemenang 1 (satu) Tingkat KOPERTIS Wil. VII, Regional
Kopertis VII, Mei 2012, Piagam Penghargaan dari Jatim
Kementrian Pendiddikan dan Kebudayaan
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII
Jawa Timur, SK Koordinator Kopertis Wilayah VII
Jawa Timur Nomor: 072/K7/KP/SK/2012, Tanggal
8 Mei 2012
3 Dosen Berprestasi Tingkat Nasional 2012, sebagai Kementrian Pendidikan Nasional
FINALIS, 13-16 Juli 2012, Sertifikat Kementrian RI
Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
Malang, 1 Desember 2016
Anggota Tim Pengusul,

Prof. Dr. Rahayu Hartini, S.H., M.Si., M.Hum.

80
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota III Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Amir Syarifuddin, M.P.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 195810041990031001
5 NIDN 0010045803
6 Tempat dan Tanggal Lahir Cubadak Air, 10 April 1958
7 e-mail amir@umm.ac.id
8 Nomor Telepon/HP 08125241751
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Dendrologi
2. Ekologi Hutan
3. Fisiologi Pohon
4. Agroforestry

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Andalas UGM
Tinggi
Bidang Ilmu Biologi Kehutanan
Tahun Masuk-Lulus 1982 – 1988 2000 – 2003
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Dosis Bach- Pengaruh Dosis Pupuk
Disertasi terium Japonicum ter- Urea & Jarak Tanam
hadap Pertumbuhan & terhadap Pertumbuhan
Produksi Kacang dan Fenologi Tanaman
Hijau Gamal (Gliricidea
sepium)
Nama Pembimbing/ Drs. Judahar Harun Prof.DR. Soehardi,
Promotor M.Sc.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2010 Identifikasi Plasma Nutfah Vegetasi Hutan Alam P2I DPPM, 10
Resort Trisula Taman Nasional Bromo Tengger UMM
Semeru (TNBTS)
2 2009 Analisa vegetasi hutan alam Taman Nasional P2I DPPM, 6
Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Jawa Timur UMM
3 2008 Analisa Hutan Alam Taman Nasional Bali Barat, P2I DPPM, 6
Bali UMM
4 2009 Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Efektif 4 P2I DPPM, 6
(EM4) terhadap Pertumbuhan Tanaman Mahoni UMM
5 2008 Pemanfaatan Berbagai Konsentrasi Asam Sulfat PBI DPP, 5
(H2SO4) Dan Komposisi Blotong sebagai Media UMM
Tumbuh Tanaman Jati (Tekona grandis Linn. F)
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

81
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2 2012 Pembinaan Siswa SMA Kota Batu melalui Yayasan 10
Progam Posdaya kerjasama Yayasan Damandiri Damandiri
3 2011 Pembinaan Masyarakat Desa melalui Program DPPM
Kewirausahaan Desa di Desa Torongrejo UMM
Kecamatan Bumiaji Kota Batu
4 2010 Pendampingan serta Penyuluhan Beternak Sapi DPPM 10
Perah kerjasama dengan Bank Indonesia Cabang UMM, BI
Malang di Kecamatan Ngantang Kab. Malang. Malang
5 2009 Pendamping Pelaksanaa Pemberantasan Buta DPPM 2,5
Aksara di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kab. UMM
Malang
6 2008 Penyuluhan dan pelatihan Pembuatan Pupuk DPPM 2,5
Organik serta Pembuatan Pupuk Organik Cair di UMM
Kecamatan Pare Kab. Kediri
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 – – –
2 – – –
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Seminar Hasil Program Peserta 2009, UMM
Pemberdayaan Masyarakat
2 Seminar Pengayaan Penuli- Peserta 2009, UMM
san Proposal Pengabdian
DIKTI
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –

82
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5


Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 1 Desember 2016


Anggota Tim Pengusul,

Drs. Amir Syarifuddin, MP.

Anggota IV Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ir. Tundung Subali Patma, M.T.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Pembina Tk. I/
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 195904241988031002
5 NIDN 0024045906
6 Tempat dan Tanggal Lahir Banyuwangi, 24 April 1959
7 e-mail subalipatma@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 081233943399
9 Alamat Kantor Jl. Soekarno Hatta No. 9, PO. Box 04 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) Telp. (0341) 404424 psw. 1019 / (0341) 404420
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = 250 orang, S-1= – orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Rangkaian Listrik
2. Instrumen Elekronika

83
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas ITB
Tinggi Brawijaya
Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro
Tahun Masuk-Lulus 1980 – 1986 1995 – 1998
Judul Skripsi/Tesis/ Apilkasi Rangkaian Analisis Harmonisa-si
Disertasi Terpadu 7441 sebagai pada Penyearah
Pengendali Papan Data Terkendali Satu Fasa
Nama Pembimbing/ Ir. Moh. Anwar Prof. M. Soelaiman,
Promotor Ir. M. Julius, MS. M.Sc.
Dr. Ir. Pekik
Argodarmo
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2011 Pengembangan dan Penerapan Teknologi Lampu DIPA 3
Taman dengan Sumber Daya Solar Cell dan Polinema
Baterai Lingkungan Penerangan Taman Rumah
Tangga
2 2010 Desain dan Rancangan Sistem Kontrol Distribusi DIPA 3
Air pada Sumur Bor di Industri Pengolahan Polinema
Limbah Plastik Harapan Jaya Malang
3 2009 Implementasi RFID pada Kartu Prabayar DIPA 3
Berlangganan Kereta Api Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2 2009 Pelatihan Pengoperasian Pengatur Putaran DIPA 3
Generator pada PLTMH Jatiroto Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Desain Sistem Eksitasi Generator Sinkron Jurnal Eltek 2009
2 Pengaruh Tegangan DC Masukan Inverter terhadap Jurnal Eltek 2010
Rugi-Rugi Elektromagnetik pada Pengontrolan Motor
Induksi
3 Analisis Pengaruh Induktor Resistor dan Kapasitor Jurnal Eltek 2012
Terhubung Seri pada Sisi Luaran Inverter Satu Fasa
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat

84
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1 Seminar Nasional SENTIA Pemicuan Sudut Fasa untuk Mengatur Daya 2012, Polinema
Heater Berbasis AVR Atmega8
2 Seminar dan Lokakarya Inovasi Pembelajaran Bahasa 2012, Polinema
Nasional
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun
terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 Satya Lencana Karya Satya Negara – Presiden RI Nasional

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 1 Desember 2016


Anggota Tim Pengusul,

Ir. Tundung Subali Patma, M.T.

85
LAMPIRAN 2
Peta Lokasi Wilayah

Peta Kecamatan Ngadirojo

Lokasi Wilayah IbW : Desa Hadiwarno dan Sidomulyo


Lokasi Konservasi : Pantai Taman, Desa Hadiwarno
Lokasi Ekowisata : Semenanjung Sidomulyo, Desa Sidomulyo

86

Anda mungkin juga menyukai