Oleh:
Dibiayai oleh :
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Surat perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada
Masyarakat No.: 012/SP2H/K7/KM/2016 Tanggal 03 April 2016
Desember 2016
i
ii
iii
iv
RINGKASAN
Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,87 km2, terbagi atas 12 kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo menjadi wilayah PPM skim IbW ini. Kab. Pacitan terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah dan perbukitan yang membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku
masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Visi Kab. Pacitan yaitu: “Terwujudnya
Masyarakat Pacitan yang Sejahtera” dilaksanakan melalui 6 misi, di mana visi ke-4
“Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan” dan ke-5 “Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar” menjadi dasar pelaksanaan PPM skim IbW dengan judul “IbW
Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.
Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan
dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama kawasan konservasi penyu.
Ekowisata sesuai disinergikan dengan konservasi penyu karena dalam kegiatan ekowisata
terdapat: (1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak
merusak sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah
lingkungan, (2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah
perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya, (3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi dan
memacu pembangunan wilayah; dan (4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan
membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat lokal untuk pengembangan ekowisata.
Berdasarkan permasalahan tersebut “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan” dilakukan dengan cara (1) Membuat model kegiatan wisata
yang bertumpu pada lingkungan, bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi
masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam, (2) Melakukan penilaian objek dan
daya tarik wisata pada kawasan konservasi flora dan fauna, dalam hal ini penyu dan
ekosistemnya, dapat bersinergi dengan kegiatan ekowisata, dan (3) Membuat model kelemba-
gaan pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Metode yang dilaksanakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah “Pemberdayaan
Masyarakat melalui Kegiatan Ekowisata” melalui kegiatan: (1) Konservasi lahan, tatanilai dan
produk wisata, (2) Penciptaan suasana kawasan ekowisata yang dapat dirasakan oleh semua
masyarakat yang bermukim di kawasan, (3) Berkembangnya kegiatan pariwisata yang
mengusung jati diri keunggulan aspek fisik, ekonomi, sosial-budaya lokal, (4) Mantapnya
citra kegiatan ekowisata di kawasan yang didukung oleh kesiapan seluruh stakeholders dan
(5) Terintegrasinya tema konservasi penyu sebagai kawasan konservasi dan ekowisata dengan
produk wisata pendukung lainnya di Kab. Pacitan. Pembangunan sarana yang telah dilakukan
adalah (1) Pembangunan hutan keabadian, (2) Restorasi ekologi hutan pantai, (3) Pembuatan
sumur air laut untuk kolam penyu, (4) Pembibitan vegetasi hutan pantai, (5) Pembuatan kolam
biota laut dan fasilitas sanitasi, (6) Pembangunan shelter dan gazebo, (7) Pembangunan lahan
parkir, dan (8) Pelebaran jalan lingkar kawasan ekowisata. Rencana tahapan berikutnya
adalah (1) Pemberdayaan masyarakat ekowisata, (2) Penguatan kawasan ekowisata dan (3)
Finalisasi kolam biota laut.
Kata-kata kunci: konservasi penyu, ekowisata, citra kawasan, kelembagaan wisata, vegetasi
pantai, biota laut.
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga laporan kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim
Ipteks bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud, Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 0299/E3/2016 tertanggal 27
Januari 2016 ini dapat diselesaikan sesuai jadwal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc, selaku Direktur DRPM, Ditjen Penguatan
Riset dan Pengembangan, Kemristekdikti, Jakarta beserta semua jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Sujono, M.Kes, selaku Direktur DPPM UMM beserta segenap jajarannya
yang telah membantu kelancaran PPM skim IbW ini;
3. Bapak Dr. Masduki, M.Si, selaku Wakil Direktur II Bidang Pengabdian kepada
Masyarakat DPPM UMM yang telah membantu pelaksanaan PPM skim IbW ini;
4. Bapak Drs. Indarto, MM, selaku Bupati Kabupaten Pacitan yang berkenan menerima dan
menyambut dengan antusias kegiatan PPM skim IbW ini;
5. Bapak Drs. Heru Wiwoho Supadi Putra, M.Si, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan
yang berkenan sharing dana dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
6. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim IbW ini; dan
7. Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu serta pengertian
keluarga yang telah sangat banyak membantu dan memberikan dorongan semangat demi
terselesainya laporan kemajuan PPM skim IbW ini.
Pada laporan kemajuan PPM skim IbW ini, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
dalam penyampaian dan penulisan istilah. Kami berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan kemajuan PPM skim IbW ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama yang memiliki ketertarikan dengan dunia pariwisata
khususnya desa wisata.
Malang, 1 Desember 2016
vi
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
RINGKASAN ……………………………………………………………………….. v
PRAKATA …………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pengembangan Wisata berbasis Masyarakat .......................................... 4
1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan .......................... 6
1.4 Maksud dan Tujuan Kegiatan ................................................................. 8
1.5 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW ................................................... 9
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
2.1 Karakteristik Kabupaten Pacitan ............................................................. 11
2.2 Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan .................................................... 13
2.3 RIPPDA Provinsi Jawa Timur ................................................................ 16
2.3.1 Kawasan wisata unggulan kabupaten/kota ………………………….. 18
2.3.2 Rencana tindak pariwisata …………………………………………... 20
2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata ......................................................... 21
2.4.1 Ekowisata dan konservasi …………………………………………… 23
2.4.2 Langkah pengendalian pada kegiatan Ekowisata …………………… 24
2.5 Ekowisata Berbasis Masyarakat ………………………………………. 27
2.5.1 Sarana pendukung pengembangan ekowisata ……………………….. 28
2.5.2 Pemasaran produk ekowisata ………………………………………... 29
2.6 Prinsip Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat ……………… 29
2.7 Konservasi Penyu dan Ekowisata …………………………………….. 33
2.8 Luaran yang Dihasilkan ……………………………………………….. 36
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Konsep Ekowisata di Wilayah IbW ......................................................... 39
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 41
3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo ........... 41
3.4 Metode Kegiatan IbW …………………………………………………. 42
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan ........................ 47
4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra ......................................................... 48
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan .......................................................... 48
4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ................. 49
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI
vii
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
viii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun III IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………. 38
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2016 ……… 41
Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW …………………….. 41
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas …….. 47
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014 – 2016 ……… 48
Tabel 5.1 Prinsip dan kriteria ekowisata ……………………........................................ 62
ix
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.1 Lokasi kawasan ekowisata …………………………………………… 3
Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan …………………….. 5
Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan .. 7
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan ……………………………………………… 11
Gambar 2.2 Beberapa objek wisata Kab. Pacitan ……………………………….... 14
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran pariwisata Pacitan ……………………………... 19
Gambar 2.4 Sosialisasi program dengan masyarakat …………………………….. 26
Gambar 2.5 Beberapa sarana pendukung ekowisata ……………………………… 29
Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman ……. 35
Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan ………………. 37
Gambar 3.1 Model pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata ………………. 40
Gambar 3.2 Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo ……………………………….. 43
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu ………………………………………….. 50
Gambar 3.4 Kawasan konservasi penyu dan penyangganya ……………………… 46
Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan …………………... 50
Gambar 5.1 Fasilitas konservasi penyu …………………………………………… 51
Gambar 5.2 Pembangunan hutan keabadian ………………………………………. 52
Gambar 5.3 Restorasi ekologi hutan pantai ……………………………………….. 53
Gambar 5.4 Pembuatan sumur air laut untuk kolam penyu ………………………. 54
Gambar 5.5 Pembibitan vegetasi hutan pantai ……………………………………. 54
Gambar 5.6 Pembuatan kolam biota laut dan fasilitas sanitasi …………………… 56
Gambar 5.7 Pembangunan shelter dan gazebo ……………………….................... 57
Gambar 5.8 Pembangunan lahan parkir ………………………………………….. 58
Gambar 5.9 Pelebaran jalan lingkar kawasan ekowisata ......................................... 59
Gambar 5.10 UMKM di sekitar kawasan ekowisata ………………………………. 60
Gambar 5.11 Penyelesaian pekerjaan kolam biota laut ……………………………. 64
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
tingkat kawasan diatur melalui rencana induk pengembangan kawasan dan di level daya tarik
wisata diatur melalui rencana tapak kawasan dan desain teknis.
Pembangunan kepariwisataan dengan konsep ekowisata di Pantai Taman, Desa
Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dengan skema Pengabdian Kepada Masyarakat
(PPM) skim Ipteks bagi Wilayah (IbW) telah memasuki tahun III. Pada tahun I, tim PPM
skim IbW di Kec. Ngadirojo telah melakukan konservasi penyu untuk wisata. Paradigma
konservasi modern tidak hanya menekankan pada fungsi perlindungan (konservasi), namun
juga harus menyentuh manfaat ekonomi dan sosial. Untuk itu konservasi penyu yang telah
dilaksanakan pada tahun I dilanjutkan dengan pembangunan kawasan ekowisata pada tahun II
yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan,
dan pada Tahun III ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat pelaku wisata.
Sungai Lorok
3
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
pengembangan Jalur Lintas Selatan - JLS (Banyuwangi hingga Yogyakarta) merupakan jalur
wisatawan Bali ke Yogyakarta (gbr. 1.1). Jika kegiatan ekowisata di Pantai Taman, Kec.
Ngadirojo terealisasi, akan menjadi embrio kawasan wisata unggulan (KWU) di Kab. Pacitan.
Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan yang
melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru
pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development paradigm).
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan
dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar.
Pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata di mana masyarakat atau warga setempat
memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan mempengaruhi dan
memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam konsep pariwisata
berbasis masyarakat terkandung di dalamnya adalah konsep pemberdayaan masyarakat.
Upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya selalu dihubungkan dengan karakteristik
sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai ciri, latar belakang, dan pemberdayaan
masyarakat. Hal yang terpenting adalah dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi,
suasana, atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.
4
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
5
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
6
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1. KPP A, meliputi Kec. Donorojo dan Kec. Pringkuku. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Klayar, Pantai Watu Karung dan Pantai Srau), wisata goa (Goa Gong, Goa
Tabuhan, Goa Putri, dan Goa Luweng Jaran), wisata sejarah (monumen Palagan Tumpak
Rinjing), wisata kesenian (wayang beber, upacara adat ceprotan), dan kerajinan batu akik;
2. KPP B, meliputi Kec. Pacitan dan Kec. Arjosari. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Teleng Ria dan Pantai Tamperan), wisata rekreasi (pemandian air hangat Tirto-
husodo), dan wisata spiritual (Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan Gunung Limo);
3. KPP C, meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec. Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro.
Wisata andalan adalah wisata pantai (Pantai Taman dan Pantai Desa Sidomulyo); dan
4. KPP D, meliputi Kec. Bandar, Kec. Nawangan, dan Kec. Tegalombo. Wisata andalan
wisata sejarah (Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman).
7
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Dua desa di Kec. Ngadirojo yang menjadi wilayah IbW yaitu Hadiwarno dan Sidomulyo
masuk ke dalam peta rencana KPP C (gbr. 1.3).
8
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
9
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
− Ketiga, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen
pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan.
Retribusi dan pajak konservasi dapat digunakan secara langsung untuk membina,
melestarikan dan meningkatan kualitas kawasan pelestarian;
− Keempat, masyarakat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pengembangan
ekowisata;
− Kelima, keuntungan ekonomi yang diperoleh secara nyata harus dapat mendorong
masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kawasan pesisir dan laut;
− Keenam, semua upaya pengembangan, termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas, harus
tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Bila terdapat ketidakharmonisan dengan alam,
hal itu akan merusak produk Ekowisata yang ada;
− Ketujuh, pembatasan pemenuhan permintaan, karena umumnya daya dukung ekosistem
secara alamiah lebih rendah daripada daya dukung ekosistem buatan; dan
− Kedelapan, apabila suautu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka
devisa dan belanja wisatawan dialokasikan secara proporsional dan adil untuk pemerintah
pusat dan daerah.
Perencanaan kegiatan PPM skim IbW yang dilakukan adalah melakukan kegiatan-
kegiatan yang mendukung terbentuknya kawasan wisata yang berwawasan lingkungan
(ekowisata) berbasis masyarakat. Kegiatan dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Memberi ruang terhadap keberadaan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk
Wisata (KMKPW) “Taman Ria” untuk secara bersama-sama dalam mewujudkan suatu
destinasi pariwisata yang bertanggung jawab, serta berkomitmen untuk menyediakan
pelayanan yang mendukung konservasi alam;
2. Membentuk kemandirian lembaga ekowisata untuk dijadikan pilar utama pengelolaan
lingkungan dan pengembangan wisata minat khusus yang menawarkan keanekaragaman
hayati, keindahan alam dan keragaman budaya yang sehat dan berdaya dalam
meningkatkan jiwa kemandirian dan kewirausahaan masyarakat;
3. Membuat konsep pengembangan kawasan konservasi yang terintegratif dan holistik untuk
mewujudkan kemandirian lembaga ekowisata berbaisis konservasi penyu dengan
melibatkan kesatuan misi dan visi dari seluruh stakeholder-nya;
4. Aspek sumber daya manusia lebih diarahkan pada peningkatan akses dan perluasan
kesempatan memperoleh pelatihan, pemerataan pemanfaatan berbagai fasilitas pelatihan
yang sudah ada dan peningkatan standar pelayanan yang diberikan.
10
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Sekitar 63% dari Kab. Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis
karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya,
Kab. Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul,
Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur pemerintahan wilayah administratif, Kab. Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan, 166
11
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
desa dan 5 kelurahan. Kab. Pacitan termasuk wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa,
dengan panjang pantai 70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82
km. Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki dasar perairan
yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun perairan ini memiliki potensi perikanan
yang sangat besar dan melimpah.
Gugusan karang yang ada di sekitar pesisir Pacitan berguna sebagai tempat tinggal
ikan, tempat berlindung, berkembang biak, tempat mencari makan hewan laut. Ini menjadikan
perairan Pacitan menjadi fishing ground yang baik. Daerah penangkapan merupakan area
yang mempunyai stok ikan yang melimpah. Keadaan daerah penangkapan ini dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain suhu dan salinitas. Kondisi dasar pantai adalah
berpasir dan berkarang, dengan perairan pantai berwarna jernih. Arus di Pantai Selatan Jawa
dikenal dengan sebutan Arus Katulistiwa Selatan (South Equatorial Current) yang sepanjang
tahun bergerak menuju arah barat. Akan tetapi pada musim barat terdapat arus yang menuju
ke timur dengan pola rambatan berupa jalur sempit yang menyusuri pantai Jawa. Pada musim
barat arah arus berlawanan dengan Arus Katulistiwa sehingga disebut Arus Pantai Jawa (Java
Coastal Current). Musim paceklik atau musim angin barat biasanya terjadi pada bulan
Desember hingga bulan Maret.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Kabupaten Pacitan sebesar 34.483 ton per
tahun dengan jenis sumberdaya perikanan terdiri dari: (1) Sumberdaya perikanan demersal,
yaitu: ikan layur, kerapu, kakap, bawal, sebelah, bambangan, udang lobster; (2) Sumberdaya
perikanan pelagis besar, yaitu: ikan tuna, cakalang, tongkol, tengiri, marlin; dan (3) Sumber-
daya perikanan pelagis kecil, yaitu: selar, layang, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi
perikanan Kab. Pacitan pada tahun 2010 baru mencapai 1.559,6 ton atau sebesar 4,52 % dari
potensi lestari.[5]
Daerah pesisir di Kab. Pacitan yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan,
merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya. Hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu
karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga
secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya
terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara berkelanjutan untuk menda-
patkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian
rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar
12
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
baru dilakukan pada sebagian wilayah yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha
ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan
seperti ini.
13
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pantai
Sidomulyo Pantai Klayar 3. Gunung Limo Palagan Tumpak Rinjing
2
Pemandian Banyu 2. Monumen
Anget Jenderal Besar
Soedirman
3
7
5
6
4 Goa Gong 1 1. Pantai Taman
7. Sungai Maron Pantai Watu Karung 6. Pantai Teleng Ria 5. Pantai Banyu Tibo
Daya tarik tempat wisata di Pacitan dengan kontur wilayah yang dikelilingi pegunu-
ngan adalah pada wisata alam berupa pantai dan goanya yang menawan. Dari sejumlah objek
wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan adalah sejumlah pantai yang menarik dengan
pesona pantainya yang berpasir putih. Sementara objek wisata goa di Kab. Pacitan umumnya
terletak di lereng perbukitan. Dengan jumlah goa yang begitu banyak, Pacitan mendapat
julukan Kota 1001 Goa dengan pesona wisata goanya yang sangat indah. Beberapa objek
daerah tujuan wisata (ODTW) yang terkenal adalah sebagai berikut.
(1) Pantai Klayar, terletak di Desa Kalak, Kec. Donorojo. Pantai Klayar memiliki
hamparan pasir putih. Di sini bias dijumpai batukarang yang menyerupai Sphinx,
karang bolong dan fenomena alam berupa seruling laut dan air mancur setinggi 10 m.
(2) Pantai Teleng Ria, terletak di Kel. Sidoharjo, Kec. Pacitan yang dapat ditempuh
dengan waktu 5 menit dari pusat kota Pacitan. Hamparan pasir yang indah serta ombak
laut yang relatif tenang membuat pantai ini menjadi destinasi favorit keluarga untuk
bermain di tepi pantai, berenang dan aktifitas lainnya.
14
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Pantai Watu Karung, terletak di desa Watu Karung, Kec. Pringkuku. Pantai Watu
Karung terkenal karena keganasan ombaknya dan merupakan tempat favorit bagi para
wisatawan asing untuk surfing . Tidak jauh dari lokasi pantai terdapat tempat pelelangan
ikan tempat para nelayan mengumpulkan dan menjual hasil tangkapan lautnya.
(4) Sungai Maron, terletak di Desa Dersono, Kec. Pringkuku. Sungai Maron adalah sebuah
destinasi wisata alam di Kabupaten Pacitan yang menyuguhkan pengalaman menyusuri
sungai yang jernih dengan panorama indah dan unik. Aliran Sungai Maron ini
dikelilingi dengan pepohonan hijau yang lebat dan tanaman kelapa di sepanjang tepian
sungai. Air yang jernih kebiruan, jumlah ikan kakap merah yang banyak, suasana
tenang, serta sepanjang tepian sungai yang menyuguhkan horizon pepohonan hijau
adalah beberapa hal yang dapat ditemukan dalam petualangan di Sungai Maron Pacitan.
(5) Pantai Banyu Tibo, terletak di desa Widoro, Kec. Donorojo merupakan perbatasan
Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Area Pantai Banyu Tibo dengan hamparan pasir putih
yang menawan. Apalagi dihiasi air terjun yang jernih berasal dari pegunungan melewati
bebatuan indah laksana sebuah ukiran di kayu dan airnya langsung menuju ke area
pantai lepas Pantai Banyutibo tersebut.
(6) Pantai Taman, terletak di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Lokasi pantai Taman
sudah ditetapkan sebagai área konservasi penyu laut. Untuk mendukung sebagai
kawasan ekowisata berbasis masyarakat, telah dibangun beberapa fasilitas pendukung,
antara lain: flying fox terpanjang di Indonesia, kolam renang air tawar, kolam biota laut,
dan beberapa fasilitas lainnya. Di sini pengunjung dapat berekreasi sambil belajar.
(7) Monumen Jenderal Sudirman, terletak di Desa Pakis Baru, Kec. Nawangan.
Monumen Jenderal Sudirman dibangun pada tahun 1982 oleh keluarga Bapak Roto
Suwarno. Beliau dahulunya merupakan pengawal dari Jenderal Sudirman saat bermakas
di Desa Pakis Baru. Beberapa fasilitas yang dibangun di antaranya adalah lapangan
tenis, sekolah-sekolah formal, penginapanan, dan yang paling tersohor adalah
pembangunan monumen Jenderal Sudirman ini. Pembangunan monumen di desa Pakis
Baru untuk mengenang perjuangan melawan penjajah saat terjadi agresi Belanda tahun
1949. Dari Desa Pakis Baru inilah Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar Angkatan
Perang, Pucuk Pimpinan Komando Perang Rakyat Semesta merancang strategi perang
gerilya.
(8) Monumen Palagan Tumpak Rinjing, terletak Desa Pringkuku, Kec. Pringkuku.
Monumen ini dibangun untuk mengenang pertempuran para gerilyawan yang dipimpin
15
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
langsung oleh Jenderal Sudirman bersama Brigjen Ign. Slamet Riyadi di Tumpak
Rinjing melawan pasukan konvoi Kolonial Belanda yang terjadi pada 7 Juni 1948.
Monumen ini juga untuk menandai rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman yang
di antaranya juga melintasi Pacitan. Patung di monumen ini adalah Jenderal Sudirman
dan Brigjen Ign. Slamet Riyadi.
(9) Padepokan Gunung Limo, terletak di Desa Mantren, Kec. Kebonagung. Gunung Limo
selain menyimpan panorama yang indah juga menawarkan potensi budaya lewat
upacara adat Tetaken. Upacara adat Tetaken dilaksanakan pada tanggal 15
Suro/Muharram yang dimulai dari jam 13.00 sehabis Dzuhur sampai selesai. Kronologi
atau urutan upacara adat Tetaken dimulai dari peserta yang berjalan dari kaki Gunung
menuju pelataran Gunung Limo. Setelah semua peserta terkumpul upacara dimulai
dengan disaksikan oleh pengunjung dan tamu undangan. Setelah upacara selesai,
dilanjutkan acara hiburan berupa seni daerah yaitu karawitan, tari-tarian dan langen
bekso kethek ogleng. Setelah acara tersebut selesai maka prosesi upacara adat Tetaken
telah usai.
(10) Goa Gong, terletak di Desa Bomo Kec. Punung. Goa Gong erat kaitannya dengan salah
satu nama perangkat gamelan Jawa yaitu Gong. Di dalam goa terdapat sebuah batu yang
jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti gong yang ditabuh. Goa Gong merupakan
salah satu destinasi wisata paling terkenal dari sejumlah tempat wisata di Pacitan dan
diyakini merupakan goa terindah se Asia Tenggara.
16
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
17
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(5) Memiliki batas kawasan secara imaginer, dengan unsur pengikat yang dapat berupa fisik
(misalnya jalan), dan atau non fisik seperti pengaruh budaya atau tema produk/kegiatan
wisata.
18
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Kawasan Wisata Sejarah/Budaya, yang terdiri dari Monumen Panglima Besar Jendral
Soedirman dan Monumen Palagan Tumpak Rinjing;
(4) Kawasan Wisata Spiritual, yang terdiri dari Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan
Gunung Limo; dan
(5) Kawasan Wisata Rekreasi, yang terdiri dari pemandian air hangat dan wisata Sungai
Maron.
19
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(4) Posisi geografis dan potensi wilayah kecamatan yang dapat berfungsi sebagai gerbang
dari wilayah di sekitarnya; dan
(5) Kondisi geomorfologi kawasan Kabupaten Pacitan.
20
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Pelayanan, berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan
wisata, misalnya: akomodasi, camping ground, rumah makan, pertokoan, serta gerai
cenderamata;
(4) Promosi, merupakan sarana pemasaran, berupa: periklanan, pameran pariwisata, artikel
di media cetak, brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster dan
pusat informasi wisatawan; dan
(5) Keramahtamahan (hospitality), merupakan kunci penting yang dapat menggabungkan
keempat komponen di atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga
menjadi faktor penting yang dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam berwisata
dan akan kembali datang, serta secara tidak langsung turut mempromosikan suatu
wilayah kepada kerabatnya.
Untuk dapat menghasilkan rencana tindak pengembangan pariwisata yang bersifat
terintegrasi, maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif dan sinergis
amat penting dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas, fungsi, tugas
dan tanggungjawab masing-masing. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan rencana tindak
pengembangan pariwisata yang terpadu (integrated) maka dalam proses perencanaannya
harus melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholder). Dengan kata lain diperlukan koordinasi
yang baik antar stakeholder kepariwisataan maupun dengan pihak lain yang secara langsung
maupun tidak langsung terkait dengan pengembangan kepariwisataan di suatu kawasan.
21
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
22
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
23
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
dan konservasi merupakan dua kegiatan yang saling mendukung, melengkapi dan saling
tergantung satu sama lain.
Dalam pengembangan ekowisata perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak
sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah lingkungan.
Hasil pemanfaatan tersebut dapat dijadikan sumber dana untuk membiayai upaya
konservasi, mendukung pemanfaatan sumber daya lokal secara lestari serta meningkatkan
daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program
konservasi dan mendukung upaya pengawetan jenis;
(2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya;
(3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat, memacu pembangunan
wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin kesinambungan
usaha. Dalam skala besar dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh
kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional.
(4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat setempat di antaranya dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak
proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, menggugah
prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata, memperha-
tikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan
kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat serta menyediakan peluang usaha
dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.
(5) Wisata, yang tak kalah penting dari prinsip pengembangan ekowisata adalah kegiatan
wisata itu sendiri. Dengan menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan,
kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung akan memberikan kesempatan pengunjung
menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi serta
memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.
24
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(a) Aspek pencegahan. Tak pelak lagi, setiap aktivitas pasti menimbulkan dampak positif
dan negatif. Selain dampak positif yang telah disampaikan di atas, dampak negatif
kegiatan ekowisata dapat dikurangi dengan upaya antara lain pemilihan lokasi yang tepat
(menggunakan pendekatan tata ruang yang pada kawasan konservasi sebagai Zona
Pemanfaatan), rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung, serta rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai dengan daya dukung
kawasan dan kerentanannya. Hal tersebut perlu sangat diperhatikan terlebih dalam
kawasan konservasi, karena sebuah kawasan konservasi selain pemandangan indah
(benda mati) yang ditawarkan, berbagai tumbuhan dan satwa juga menjadi prioritas
utama dalam pelestarian. Meminimalkan gangguan dari pengunjung maupun sarana
prasarana wisata yang kurang mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati
harus selalu menjadi acuan pengembangan ekowisata. Perlu juga merubah sikap dan
perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata (tour
operator) serta ekowisatawan itu sendiri agar tidak memaksakan untuk mendapatkan
profit besar namun tidak sustainable. Pemilihan segmen pasar yang sesuai juga tak kalah
penting agar tidak terjebak pada mass tourism yang cenderung tidak mendukung
ekowisata;
(b) Aspek penanggulangan. Aspek ini di antaranya dilakukan dengan menyeleksi
pengunjung termasuk jumlah pengunjung (control of visitor) dan waktu kunjungan serta
minat kegiatan yang diperkenankan. Pengembangan pengelolaan kawasan (rancangan,
peruntukan dan penyediaan fasilitas) diupayakan melalui pengembangan sumber daya
manusia, peningkatan nilai estetika serta kemudahan akses kepada fasilitas;
(c) Aspek pemulihan. Perlunya menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata
untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan serta peningkatan
kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata. Bila dibutuhkan, suatu
area dapat di-sterilkan dari pengunjung sementara waktu untuk proses recovery-nya.
Dengan fungsi 3P yaitu “Perlindungan, Pelestarian dan/ atau Pengawetan dan
Pemanfaatan”, sungguh tepatlah bila ekowisata menjadi sarana pemanfaatan yang paling
sesuai dengan tuntutan ‘pemanfaatan lestari’. Semboyan terkenal ekowisata ‘take nothing
but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but time’ sangat sejalan dengan nilai
nilai dasar konservasi.
Dengan demikian, langkah-langkah pengendalian dalam kegiatan ekowisata dapat
dijabarkan sebagai berikut.
25
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
a) Memberikan dana insentif, sehingga wisata pantai, perikanan dan perusahaan pesisir
lainnya dapat mengadopsi praktek bisnis bijak yang berkelanjutan;
b) Memastikan semua stakeholder pesisir, khususnya penduduk/masyarakat, terlibat secara
aktif ketika membuat keputusan tentang pembangunan pesisir;
c) Menghindari kepadatan penduduk dengan menerapkan aturan zonasi yang ketat untuk
rencana penggunaan lahan, memperkuat dan menegakkan peraturan dengan ketat yang
mengatur tentang pembangunan pesisir;
d) Mengadopsi praktik bijak dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi pencemaran
pesisir, serta memelihara dan meningkatkan kualitas air;
e) Melakukan pengkajian lingkungan yang obyektif dan komprehensif untuk perencanaan
pembangunan pesisir dengan melibatkan ahli lingkungan yang independen untuk
mengevaluasi perencanaan pengembangan pesisir;
f) Mengelola perikanan tepat dengan ketat seperti membatasi tangkapan, mencegah penang-
kapan ikan di tempat dilindungi atau pada saat ikan bertelur, dan mencegah penggunaan
metode yang tidak tepat seperti pengeboman ikan, trawl, dan penggunaan jaring dengan
tingkat selektifitas buruk;
g) Meminimalkan pencemaran perairan pesisir secara ketat dengan mengendalikan pelepasan
limbah ke lingkungan, termasuk pestisida, obat-obatan dan bahan kimia baru lainnya.
Kemudian dengan teknologi injeksi limbah ke dalam sumur dalam bisa menjadi solusi
untuk pembuangan limbah di daerah pesisir; dan
h) Membangun kesadaran publik di masyarakat pesisir tentang nilai ekonomi dan non-
ekonomi jangka panjang dari lingkungan pesisir yang dikelola secara lestari (gbr. 2.4).
26
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
27
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(c) Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi
dan edukasi);
(d) Dengan inisiasi akademisi, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata selanjutnya
menjadi tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (fee) untuk
ekowisatawan (nilai ekonomi dan keberlanjutan usaha wisata).
Ekowisata berbasis masyarakat dapat dipandang sebagai alternatif ekonomi yang
berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak ‘ekstraktif’ dengan berdampak
negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap
sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang
tinggal di dalam dan/ atau di sekitar kawasan konservasi. Agar ekowisata tetap berkelanjutan,
perlu tercipta kondisi yang memungkinkan di mana masyarakat diberi wewenang untuk
mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah
ekowisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk
masa depan. Ekowisata dihargai dan dikembangkan sebagai salah satu program usaha yang
sekaligus bisa menjadi strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi
masyarakat. Dengan pola ekowisata seperti ini, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan
alam yang masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya.
28
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Homestay di lokasi
ekowisata
Penambahan pagar di
konservasi penyu Kolam biota laut
29
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Timur. Kawasan wisata yang berbasis masyarakat ini menawarkan konsep ekowisata berbasis
pada konservasi penyu yang memiliki daya tarik tersendiri kepada ekowisatawan.
Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan konservasi
meliputi beberapa hal sebagai berikut.
(1) Keberlanjutan ekowisata dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (prinsip konservasi
dan partisipasi masyarakat).
Ekowisata yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah ekowisata yang
“hijau dan adil” (green and fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan
konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menyediakan alternatif
ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi
manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan
sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada
konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan
bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi.
Kriterianya adalah (1) Prinsip daya dukung lingkungan diperhatikan di mana
tingkat kunjungan dan kegiatan ekowisatawan pada sebuah daerah tujuan ekowisata
dikelola sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima baik dari segi alam maupun
sosial-budaya, (2) Sedapat mungkin menggunakan teknologi ramah lingkungan, misalnya
listrik tenaga surya, mikrohidro, biogas, dan sebagainya, (3) Mendorong terbentuknya
‘ecotourism conservancies’ atau kawasan ekowisata sebagai kawasan dengan peruntukan
khusus yang pengelolaannya diberikan kepada organisasi masyarakat yang berkompeten.
(2) Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (prinsip partisipasi masyarakat).
Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata juga
menjadi isu kunci pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi
lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang
adil dalam pengembangan ekowisata. Beberapa contoh di lapangan menunjukan bahwa
ekowisata di tingkat lokal dapat dikembangkan melalui kesepakatan dan kerjasama yang
baik antara tour operator dan organisasi masyarakat (misalnya Kelompok Masyarakat
Pelestari Penyu untuk Wisata atau KMP2W di Pantai Taman dengan jasa penyedia biro
perjalanan). Peran kelompok masyarakat sangat penting oleh karena masyarakat adalah
stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung dari pengembangan
dan pengelolaan ekowisata. Terbentuknya Forum atau dewan pembina akan banyak
30
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama di daerah di mana ekowisata
merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat.
Kriterianya adalah (1) Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan biro perjala-
nan untuk memasarkan dan mempromosikan produk ekowisata, dan antara lembaga
masyarakat dan dinas pariwisata kabupaten/kota, (2) Adanya pembagian adil dalam pen-
dapatan dari jasa ekowisata di masyarakat, (3) Organisasi masyarakat membuat panduan
bagi ekowisatawan. Selama berada di wilayah masyarakat, ekowisatawan mengacu pada
etika yang tertulis di dalam panduan tersebut, dan (4) Ekowisata memperjuangkan prinsip
perlunya usaha melindungi pengetahuan serta hak atas karya intelektual masyarakat lokal,
termasuk: foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dan sebagainya.
(3) Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat).
Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai di dalam ekowisata.
Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang
dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga
setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan
modal yang tinggi akan tetapi dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan
secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis dan distribusi manfaat di
masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk
ekowisata di mana seorang ekowisatawan mendapatkan kesempatan untuk belajar
mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak
ekowisatawan dan pihak tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain dan
dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay
sesuai dengan tradisi keramahan bangsa Indonesia.
Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan pengalaman-
nya tentang lingkungan dan alam setempat merupakan aset terpenting dalam jasa yang
diberikan kepada ekowisatawan. Demikian juga seorang pemandu lokal akan merasakan
langsung manfaat ekonomi dari ekowisata, dan sebagai pengelola juga akan menjaga
kelestarian alam dan obyek wisata.
Kriterianya adalah (1) Ekowisata mendorong adanya regulasi yang mengatur
standar kelayakan homestay sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (2) Ekowisata
mendorong adanya prosedur sertifikasi pemandu sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (3)
Ekowisata mendorong ketersediaan homestay, (4) Ekowisata dan biro perjalanan turut
31
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta perilaku bagi para pelaku
ekowisata terutama masyarakat.
(4) Prinsip edukasi.
Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada
ekowisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap
kebudayaan lokal. Dalam pendekatan ekowisata, pusat informasi menjadi hal yang
penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari
pengalaman seorang ekowisatawan untuk bisa memperoleh informasi yang lengkap
tentang lokasi atau kawasan dari segi konservasi, budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan
acara seni, kerajinan serta produk budaya lainnya.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan
mengem-bangkan upaya konservasi, (2) Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan
aktivitas meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang
perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, (3) Edukasi
tentang budaya setempat dan konservasi untuk para wisatawan menjadi bagian dari paket
ekowisata, dan (4) Mengembangkan skema di mana ekowisatawan secara sukarela
terlibat dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama
kunjungannya (stay and volunteer).
(5) Pengembangan dan penerapan rencana tapak dan kerangka kerja pengelolaan lokasi
ekowisata (prinsip konservasi dan wisata).
Dalam perencanaan kawasan ekowisata, soal daya dukung (carrying capacity) perlu
diperhatikan sebelum perkembangan ekowisata berdampak negatif terhadap alam dan
budaya setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah
ekowisatawan/tahun, lama kunjungan ekowisatawan, berapa sering lokasi yang ‘rentan’
secara ekologis dapat dikunjungi, dan sebagainya. Zonasi dan pengaturannya merupakan
salah satu pendekatan yang akan membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan
kawasan ekowisata.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata telah memperhitungkan tingkat peman-
faatan ruang dan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan
sistem zonasi dan pengaturan waktu kunjungan, (2) Fasilitas pendukung yang dibangun
tidak merusak atau didirikan pada ekosistem yang sangat unik dan rentan, (3) Rancangan
fasilitas umum sedapat mungkin sesuai tradisi lokal, dan masyarakat lokal terlibat dalam
proses perencanaan dan pembangunan, (4) Ada sistem pengolahan sampah di sekitar
32
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
fasilitas umum, (5) Kegiatan ekowisata medukung program reboisasi untuk mengimbangi
penggunaan kayu bakar untuk dapur dan rumah, (6) Mengembangkan paket-paket wisata
yang mengedepankan budaya, seni dan tradisi lokal, dan (7) Kegiatan sehari-hari
termasuk menanam dan memanen, mencari ikan/melaut dan beternak dan mencari pakan
dapat dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk memperkenalkan ekowisatawan pada cara
hidup masyarakat dan mengajak mereka menghargai pengetahuan dan kearifan lokal.
33
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
34
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
3. Sarang terletak di lokasi yang terlalu terbuka dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi,
atau tingginya populasi predator (biawak, babi hutan, kepiting dan elang), dan atau lokasi
peneluran terlalu dekat dengan aktifitas atau pemukiman; dan
4. Pesatnya pertumbuhan vegetasi pantai dengan batang dan perakaran yang dapat
menghambat munculnya tukik ke permukaan pasir pantai serta memudahkan pemangsaan
terhadap tukik.
Upaya pemindahan sarang telur yang paling mudah dan cukup efektif adalah di
pantai itu juga tanpa memerlukan transportasi khusus. Cara penetasan telur dalam sarang-
sarang yang demikian dikenal sebagai penetasan semi-alamiah. Prinsip penetasan semi-
alamiah adalah menetaskan telur di dalam sarang yang digali oleh petugas di areal yang
dlindungi atau dipagar sedemikian sehingga aman dari gangguan predator maupun gangguan
fisik di pantai. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang berdrainase baik, tidak tertutup
vegetasi lebat dan terlindung dari gangguan predator.
C. Pelepasan tukik
Upaya selanjutnya adalah memantau setiap hari atas kemungkinan-kemungkinan
munculnya tukik dari dalam sarang penetasan. Munculnya tukik-tukik tersebut umumnya
pada malam hari hingga menjelang fajar. Tukik-tukik yang baru muncul perlu segera dikum-
pulkan agar terhindar dari predator atau membiarkan mereka menuju ke laut dengan sambil
diawasi. Namun cara yang kedua kurang memberikan hasil yang diharapkan untuk mening-
katkan jumlah populasi penyu karena hanya 1% saja tukik yang menjadi penyu dewasa.
Dengan demikian cara yang paling baik adalah memelihara tukik-tukik hingga mencapai
ukuran yang cukup kuat untuk menghadapi predator. Upaya inilah yang dilakukan oleh tim
IbW untuk memperoleh teknik-teknik terbaik dalam membesarkan tukik sehingga upaya
restocking penyu laut di alam dapat tercapai.
Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman
35
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dijadikan sebagai
tempat penangkaran penyu. Sejumlah penyu dengan jenis berbeda banyak dijumpai di tempat
penangkaran kawasan ini. Tak hanya bisa melihat penyu-penyu secara langsung, ekowisata-
wan juga bisa memperoleh informasi seputar penyu. Teknis pengelolaan ekowisata berbasis
penyu yang dilakuan di pantai Taman adalah adalah sebagai berikut.
(1) Membuat atau mendesain tata ruang wilayah atau area yang akan menjadi obyek wisata
berbasis penyu. Beberapa ruang minimal yang harus ada adalah kantor pengelolaan dan
pusat informasi penyu, lokasi peneluran (dapat di wilayah lain, tapi dengan sistem satu
paket wisata), lokasi penetasan semi alami, lokasi pemeliharaan tukik, dan lokasi
pelepasan tukik. Termasuk di dalamnya desain vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan
habitat penyu;
(2) Konstruksi daerah wisata berbasis penyu sesuai dengan desain atau tata ruang yang telah
disusun pada poin 1, termasuk penanaman vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan habitat
penyu. Bahan-bahan untuk bangunan diupayakan dari bahan-bahan alami dengan tetap
memperhatikan kekuatan bangunan, seperti kayu, batang pohon, jalan berpasir, dan
sebagainya;
(3) Membuat bahan-bahan untuk promosi, seperti: leaflet, poster dan booklet;
(4) Melakukan promosi dan sosialisasi, misalnya melalui media cetak, media elektronik,
presentasi ke lembaga-lembaga pendidikan;
(5) Menggabungkan paket wisata berbasis penyu dengan paket-paket wisata yang ada di
sekitarnya, misal menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah, pengelola daerah/pulau
wisata atau biro-biro perjalanan wisata, wisata tradisional atau bentuk-bentuk wisata lain
yang ada di sekitarnya; dan
(6) Pengembangan wisata berbasis penyu harus tetap memperhatikan kondisi dan kenyama-
nan bagi penyu untuk bertelur, mengingat sifat penyu yang sangat sensitif terhadap
gangguan cahaya, suara, dan habitat.
36
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan
37
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
agar pelaksanaan ekowisata berbasis penyu dapat memberi lebih banyak manfaat ketimbang
kerugian.
Tabel 2.1 Jenis luaran tahun III IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
38
BAB III
METODE PELAKSANAAN
39
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam
dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Beberapa aspek utama dalam berkembangnya ekowisata
adalah adanya keaslian lingkungan alam dan budaya, keberadaan dan dukungan masyarakat,
pendidikan dan pengalaman, keberlanjutan, dan kemampuan manajemen dalam pengelolaan
ekowisata. Ekowisata merupakan jawaban terhadap permasalahan bentuk pengelolaan
pariwisata yang sesuai di kawasan konservasi, khususnya di Pantai Taman yang disinergikan
dengan konservasi penyu (sea turtle conservation) pada Tahun I.
Model pelaksanaan pariwisata berupa pembentukan kawasan ekowisata berbasis
masyarakat (gbr. 3.1). Pengertian ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata
yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif
dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring
dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat
setempat. Jadi dalam hal ini, masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk
mengendalikan kegiatan ekowisata.
Kawasan peternakan
Ekowisata
Usaha
Ekowisata
Kelompok kuliner
40
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
41
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
42
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Review Kebijakan
& Peraturan Terkait
Strategi Pengembangan
Daerah Tujuan Wisata
Reboisasi lahan & pengembangan
aspek fisik, sosial budaya
Focus Group
Discussion (FGD)
Penyusunan Action Plan
Pengelolaan ekosistem pesisir, pe-
manfaatan sumber daya air, & pe-
ngembangan kelembagaan wisata
Pembentukan organisa-
si pelaksana & steering
commitee
Penetapan tujuan & sasaran
pariwisata dan penyusunan
tahapan program kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Ekowisata
Implementasi & penataan fisik
43
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Inventarisir meliputi: (1) Potensi wisata, yang bertujuan untuk mengetahui potensi
kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan di kawasan, (2) Daftar aset
pariwisata yang ada di kawasan, meliputi: atraksi/ daya tarik wisata, promosi, infrastruktur,
hospitality dan Pelayanan, serta (3) mengenali kepentingan pariwisata di kawasan. Dari ketiga
aspek tersebut dapat dijabarkan kembali aspek mana yang dapat dimanfaatkan untuk kepen-
tingan kegiatan pariwisata di kawasan.
Dari hasil inventarisir potensi wisata, kemudian menyusun strategi pengembangan
daerah tujuan wisata (DTW). Strategi pengembangan DTW dapat dilakukan sebagai berikut.
a) Mendorong pengembangan daya tarik wisata pantai yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Pemanfaatan lingkungan pantai untuk perlindungan, berintikan partisipasi
aktif masyarakat, bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak negatif
minimal, memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang
diberlakukan bagi kawasan konservasi.
b) Peningkatan kapasitas stakeholders, dalam hal ini meliputi:
− Masyarakat, dalam bidang kampanye sadar wisata dan lingkungan;
− Pelaku Pariwisata, dalam bidang kualitas pelayanan dan pengembangan produk;
− Pemerintah dan organisasi profesi (cq. Dosen), dalam bidang perencanaan, komunikasi
dan leadership).
c) Meningkatkan kualitas standar pelayanan transportasi (menuju lokasi, selama di lokasi
dan ketika meninggalkan lokasi), fasilitas parkir, data informasi dan hospitality.
d) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi pengembangan DTW.
e) Meningkatkan pemasaran promosi pariwisata DTW pantai sesuai segmen pasar penye-
lenggaraan event pariwisata dan budaya dalam bentuk festival baik skala nasional/
internasional, peta wisata, website, brosur, booklet, spanduk serta pameran di pasar wisata
nasional dan/ atau internasional.
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan action plan (rencana tindak). Action plan
merupakan dokumen perencanaan pengelolaan ekosistem pesisir, pemanfaatan sumber daya
air dan pengembangan kelembagan wisata yang menjadi rujukan operasional bagi pelaku/
atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi, biaya, pelaksana dan waktu
pelaksanaan. Action plan ini berkaitan dengan spesifikasi tugas-tugas yang mencakup
penugasan orang, alokasi sumber daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial,
dan jadwal untuk penyelesaian tugas tersebut. Action plan memuat kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan pencapaian setiap sasaran sehingga harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan,
44
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
indikator, kerangka waktu dan sistem pemantauan. Action plan pariwisata mencakup siapa,
apa, di mana, kapan dan bagaimana membuat kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi ini
tentu harus dapat dilihat dari berbagai sudut pandang pelaku kepentingan, tidak saja
pemerintah daerah setempat, namun juga pelaku industri pariwisata, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, maupun stakeholder lainnya.
Dokumen action plan membagi strategi-strategi ke dalam bagian-bagian yang dapat
memudahkan koordinasi dalam implementasi rencana strategis menuju tujuan dan sasaran
ekowisata berbasis masyarakat. Tujuan ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
(1) Semakin berkembangnya akses masyarakat terhadap berbagai sumberdaya alam, skill/
keterampilan, pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan produk dan usaha
kepariwisataan;
(2) Tumbuhnya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
pembangunan bidang kepariwisataan;
(3) Meningkatnya kemampuan berkarya dan berusaha di bidang ekowisata sehingga
meningkatkan nilai kesejahteraan masyarakat; dan
(4) Masyarakat mampu menjadi tuan rumah dan pelaku usaha kepariwisataan yang baik dan
bertanggungjawab terhadap upaya konservasi.
Sedangkan sasaran ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan melalui usaha
kepariwisataan;
2. Membangun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk menciptakan iklim yang
kondusif bagi berkembangnya usaha kepariwisataan;
3. Meningkatkan akses penguasaan teknologi dan informasi kepada masyarakat dalam
bidang kepariwisataan, pengelolaan atraksi wisata/seni dan budaya, penyediaan
cinderamata, makanan dan minuman, penginapan masyarakat (homestay), agrowisata,
dan sebagainya; dan
4. Mendorong keterlibatan dan kerjasama dalam membangun kemandirian antar pemangku
kepentingan di kawasan ekowisata.
Tahap selanjutnya adalah sosialisasi program melalui penyuluhan, pembuatan brosur,
booklet, maupun sosialisasi melalui media massa. Hal ini dilakukan untuk memberikan
penyadaran kepada masyarakat sekitar maupun masyarakat luar yang mengunjungi kawasan.
Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi
sumber-sumber alam untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.
45
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
A
G
E
D E C
B
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu
(A) Halaman yang ditumbuhi pepohonan, (B) Ruang yang dapat digunakan untuk pertemuan maupun
pemanduan pengunjung, (C) Gudang, (D) Kantor dan tempat arsip dan data, (E) Kolam untuk pemeliharaan anak
penyu yang menetas sebelum dilepaskan, (F) Tempat penetasan telur penyu, dan (G) Kolam Karantina.
Kawasan penyangga
Taman reboisasi
46
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
47
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014
Jenis Jabatan
No Nama Deskripsi Tugas
Kepakaran dalam Tim
1 Drs. Wahyu Biologi, Ketua Tim − Penyusunan konsep “revi-
Prihanta, M.Kes. Patibologi talisasi objek wisata, revi-
talisasi hutan mangrove,
dan pemberdayaan masya-
rakat pesisir”;
− Penyusunan organisasi pe-
laksana dan steering co-
mmitee;
− Penyusun kerangka kerja
tim.
48
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
49
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
50
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
51
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(2) Dalam satu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu jenis sumberdaya alamiah
(misalnya pantai) dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan
52
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Untuk maksud ini, Tim IbW Kec.
Ngadirojo telah melaksanakan restorasi ekologi hutan pantai (gbr. 5.3);
(3) Dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat yang
memiliki keterampilan atau keahlian dan kesenangan bekerja yang berbeda, seperti:
nelayan, petani tambak, pedagang, pendamping pariwisata, pedagang makanan dan
minuman, dan sebagainya. Tim IbW telah ikut memberdayakan dan meningkatkan hasil
ekonomi mereka dengan kedatangan ekowisatawan ke lokasi wisata;
(4) Baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara
monokultur (single use) sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal
yang menjurus pada kegagalan usaha. Oleh karena itu, Tim IbW juga telah menggunakan
berbagai potensi alamiah yang ada secara arif dan bijaksana untuk pemanfaatannya secara
berkelanjutan; dan
(5) Kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama yang dapat digunakan oleh siapa
saja di mana setiap pengguna sumberdaya pesisir biasanya berprinsip memaksimalkan
keuntungan. Hal ini menyebabkan kawasan pesisir rawan terkena masalah pencemaran,
over-exploitation sumberdaya alam, dan konflik pemanfaatan ruang.
53
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
disisihkan untuk dibesarkan. Jumlah tukik yang dibesarkan hanya sebagian kecil dan
tergantung fasilitas penangkaran yang menjamin tukik dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Tukik yang telah berkembang kemudian dibesarkan dalam kolam pembesaran penyu.
Untuk menjamin kesehatan penyu, Tim IbW telah membuat sumur air laut (gbr. 5.4) yang
menjamin ketersediaan pasokan air laut yang dipompa ke dalam kolam pembesaran penyu.
Pasir merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat
peneluran bagi setiap penyu memiliki kekhasan. Umumnya tempat pilihan bertelur merupakan
pantai yang luas dan landai serta terletak di bagian atas pantai dengan rata-rata kemiringan
30o di pantai bagian atas. Keberadaan pohon-pohon, baik dari formasi Pes-caprae maupun
Barringtonia, di sepanjang pantai peneluran menjadi penting karena dapat menjadi naluri
peneluran penyu. Sehingga tim IbW Kec. Ngadirojo pada 2016 telah melakukan kegiatan
rehabilitasi habitat bertelur penyu dengan cara membuat model pembibitan vegetasi hutan
pantai (gbr. 5.5) yang sesuai dengan topografi dan ekologi hutan pantai selatan Jawa.
54
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
mempertunjukkan keindahan bentuk, warna, dan keunikan serta tingkah laku berbagai macam
biota laut. Keanekaragaman jenis biota laut dengan berbagai karakter seperti warna, sifat,
habitat, dan perilakunya dapat dinikmati sebagai sarana rekreasi sekaligus menambah
pengetahuan tentang dunia bawah laut. Biota laut adalah semua makhluk hidup yang ada di
laut baik hewan, tumbuhan maupun karang. Sepertinya tidak ada ekosistem yang sedemikian
menakjubkan dan semenarik lingkungan dasar laut, baik dalam hal kombinasi warna, bentuk,
kehidupan, tingkah laku dan keunikan variasi adaptasi pada masing-masing organisme.
Pemandangan yang indah ini hanya dapat dilihat secara langsung oleh para penyelam dan
sebagian dapat dilihat melalui layar kaca, buku, majalah, dan media cetak yang lain.
Keragaman hayati (biodiversity) yang cukup tinggi, seperti: hutan mangrove,
terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan hasil perikanan, merupakan kekayaan
sumber daya alam pesisir. Secara ekologis, ekosistem laut dan pesisir yang menyediakan
sumber daya alam ini saling terkait satu sama lain, bahkan dengan perilaku dan aktivitas
manusia di dalamnya. Laut dan pesisir memiliki kawasan hutan mangrove, padang lamun dan
terumbu karang. Ketiga ekosistem ini terkait satu sama lain dan memiliki potensi ekologis
serta potensi ekonomi terutama sebagai penyangga perikanan. Mangrove dan padang lamun
menjadi tempat pemijahan dan berlindung bagi anakan ikan serta hewan lunak lainnya.
Sementara ekosistem terumbu karang menjadi habitat dan pembesaran bagi ikan-ikan.
Kawasan terumbu karang juga menjadi penghalang bagi gelombang dan arus, sementara
mangrove dan padang lamun berfungsi sebagai pencegah abrasi pantai dan pelumpuran
perairan laut. Karena itu, kegiatan yang berakibat kerusakan atau perubahan atas salah satu
ekosistem tersebut dapat memberi dampak terhadap ekosistem lainnya, atau komponen yang
membentuk ekosistem.
Tujuan pembuatan kolam biota laut adalah sebagai berikut.
• Membangun kesadaran, pengetahuan lingkungan, konservasi sumber daya laut dan pesisir
dan menginternalisasikan nilai-nilai etika hubungan manusia dengan alam secara arif dan
bijaksana bagi segenap ekowisatawan;
• Membuat model konservasi ekosistem biota laut dan lingkungan pendukungnya kepada
masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka memiliki kemampuan dalam memanfaatkan
sumber daya alam pesisir, melakukan usaha memelihara keseimbangan ekosistem serta
melindungi ekosistem pesisir dari kerusakan;
• Memberikan fasilitas rekreasi dan hiburan wisata alam wilayah pantai termasuk interaksi
ekowisatawan dengan habitat wilayah pantai serta sarana penyaluran hobi;
55
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
• Menambah pengetahuan mengenai kehidupan bawah laut secara langsung bagi ekowi-
satawan yang datang berkunjung ke Pantai Taman berupa underwater observatorium;
• Melestarikan flora fauna laut iklim tropis dalam bentuk kolam penangkaran biota laut yang
nanti pengelolaannya bekerja sama dengan masyarakat;
• Melestarikan ekosistem mangrove dan terumbu karang yang ada di sepanjang pantai yang
ada di Kab. Pacitan di mana tidak banyak orang mengetahuinya; dan
• Menyediakan wahana yang memenuhi keperluan pendidikan dan penelitian mengenai
kehidupan bawah laut.
Untuk kenyamanan ekowisatawan, Tim IbW Kec. Ngadirojo juga melengkapi kolam biota
laut dengan fasilitas sanitasi (gbr. 5.6).
56
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
shelter ini masyarakat sekitar pesisir akan dapat lebih menjaga aset-aset kawasan wisata dan
menunjang kenyamanan berwisata bagi ekowisatawan serta mampu memperbaiki pantai
Taman dari segi estetika dan penataan ruang (gbr. 5.7).
57
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
masyarakat asli di sekitar kawasan ekowisata yang berbeda dengan budaya para wisatawan.
Disadari atau tidak lambat laun akan terjadi pergeseran budaya yang mungkin dapat
melenyapkan budaya asli. Idealnya dalam suatu kawasan ekowisata timbul suatu keterikatan
dan rasa saling menghormati antar komunitas penduduk asli dengan wisatawan.
58
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
usaha ekowisata yang memprioritaskan peran aktif masyarakat. Masyarakat setempatlah yang
memiliki pengetahuan tentang keragaman flora dan fauna serta budaya yang menjadi potensi
dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak.
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata berarti mengakui hak masyarakat lokal
dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai
pengelola. Model ini juga akan mencegah terjadinya kecemburuan sosial dan adanya
kemungkinan upaya masyarakat melakukan aksi destruktif terhadap objek wisata atau sarana
yang ada pada objek wisata tersebut.
Mengingat akan hal ini, maka Tim IbW Kec. Ngadirojo telah melakukan pelebaran
jalan lingkar untuk akses ke luar kawasan. Dampak pengelolaan berbasis komunitas,
masyarakat yang lahannya terkena dampak pelebaran jalan dengan senang hati memotong
pohon dan tanaman yang menghalangi jalan (gbr. 5.9). Hal ini karena disadari semua
stakeholder, bahwa semua aktivitas ekowisatawan di suatu objek wisata akan memberi kontri-
busi nyata terhadap perekonomian masyarakat setempat.
59
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
pengembangan usaha, khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang bermuara
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
60
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
kan segala potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Pendampingan yang dimaksud
juga belum sampai ke jalur pemasaran. Tim IbW juga akan memberi pelatihan tentang
pemasaran dengan strategi 8P + 1C, yaitu: product, place, price, promotion, people, physical
evidence, process, productivity and quality, dan customer service. Hal ini dilakukan untuk
mencapai pengembangan ekowisata yang berkelanjutan.
61
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
62
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Penguatan kawasan ekowisata yang akan dilakukan oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-
Kab. Pacitan adalah penguatan aspek kewilayahan kawasan konservasi dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Beberapa hal yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
(a) Sosialisasi, yakni penyebaran nilai atau materi kepada individu-individu (pelaku,
ekowisatawan dan masyarakat local) agar mempunyai pengetahuan, pengertian dan
pemahaman sesuai dengan yang diharapkan;
(b) Optimalisasi, artinya materi yang ditransformasikan diharapkan dapat dipahami,
diketahui, diyakini, dan dilaksanakan secara menyeluruh/ maksimal;
(c) Peningkatan, artinya penguatan dilakukan sebagai upaya peningkatan agar mempunyai
kualitas yang diharapkan;
(d) Pembaharuan, suatu perubahan yang baru dan berbeda dengan sebelumnya untuk
menjadi lebih baik dan meningkat sesuai dengan standart yang diinginkan;
(e) Pengembangan, yaitu mengembangkan SDM terhadap upaya konservasi terhadap
ekosistem kawasan; dan
63
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(f) Pencegahan, dilakukan untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan yang dapat
timbul akibat adanya kegiatan ekowisata.
64
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat akan
menjalankan usaha ekowisata sendiri, tetapi secara simultan dan terintegrasi menjalankannya
bersama segenap penggiat wisata di tempat itu. Mulai dari level komunitas, masyarakat,
pemerintah, dunia usaha, dan PT cq. Pelakasna PPM. Implementasi ekowisata perlu
dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu
daerah. Sehingga pelibatan semua stakeholders diharapkan membangun suatu jaringan dan
menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing.
Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli
setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga
antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata. Di kawasan
ekowisata juga terdapat kawasan three in one, yaitu: berbuat satu dapat tiga manfaat. Jika
pemerintah dan masayarakat dapat mengembangkan Ekowisata pesisir dan laut, maka akan
diperolah tiga manfaat sekaligus, yaitu: (1) kelestarian sumberdaya pesisir dan laut terjamin,
(2) kesejahteraan masyarakat meningkat, dan (3) tidak perlu mengeluarkan biaya konservasi
sumberdaya pesisir dan laut karena kelestarian sumberdaya akan terjaga dengan sendirinya
jika dikelola dengan baik.
Beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
kegiatan ekowisata, adalah: (1) peningkatan penghasilan dan devisa Negara, (2) tersedianya
kesempatan kerja baru, (3) berkembangnya usaha-usaha baru, (4) meningkatnya kesadaran
masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya konservasi sumberdaya alam, (5) peningkatan
partisipasi masyarakat, dan (6) meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Manfaat lain dari
kegiatan ekowisata berbasis masyarakat dapat berupa: (1) meningkatnya nilai ekonomi
sumberdaya ekosistem, (2) Meningkatnya upaya pelestarian lingkungan, (3) meningkatnya
keuntungan langsung dan tidak langsung dari para stakeholders, (4) terbangunnya
konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional, dan internasional, (5) meningkatnya
promosi penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, dan (6) berkurangnya ancaman
terhadap kenaekaragaman hayati yang ada di objek wisata.
65
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
6.2 Saran
Penyu (sea turtle) mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan
usia puluhan tahun untuk mencapai usia reproduksi (sekitar 20−50 tahun). Oleh karena itu
tindak konservasi penyu di lokasi penangkaran dimulai dari tukik hingga cukup kuat untuk
66
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
dilepas ke laut. Sejumlah tukik yang ditinggalkan di stasiun penangkaran penyu untuk
kebutuhan pengamatan, penelitian dan ekspose, sebaiknya selalu diperhatikan kebersihan air
laut pada kolam (tukik, karantina, dan pembesaran) dan dilakukan upaya penanggulangan
penyakit dan parasit yang biasa hinggap di penyu.
Upaya konservasi oleh Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata
(KMKPW) “Taman Ria” hendaknya tidak dimaknai konservasi sumberdaya dan perlindungan
semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan pemanfaatan
berkelanjutan terhadap sumberdaya penyu. Untuk itu, kegiatan pemantauan yang dilakukan
meliputi: (1) Monitoring kepada setiap penyu yang mendarat di lokasi-lokasi peneluran yang
berada pada wilayah pemantauannya, antara lain: jenis dan jumlah penyu yang mendarat,
jumlah penyu yang bertelur, jumlah telur setiap penyu, dimensi telur penyu, panjang dan
bobot, dan sebagainya. Hasil monitoring harus terdokumentasikan dan dicatat dalam form
monitoring dan (2) Melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan
konservasi penyu secara berkesinambungan untuk bisa mengukur kecenderungan populasi
penyu yang mendarat dan bertelur dan populasi penyu di penangkaran dari tahun ke tahun.
Pantai Taman di Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan merupakan KWU baru yang
ditetapkan sebagai kawasan ekowisata. Keindahan alam sebagai modal utama atraksi wisata
belum diimbangi dengan upaya menjaga kebersihan lingkungan dengan terlihatnya sampah
yang berserakan. Pengelola ekowisata hendaknya menyediakan fasilitas tempah sampah di
beberapa lokasi favorit ekowisatawan berada. Di samping itu, pengelola ekowisata juga bisa
memberikan pengertian agar ekowisatawan juga bisa ikut menjaga kebersihan.
Pada masa-masa liburan di mana terlihat ekowisatawan banyak berkunjung ke lokasi,
belum ada pengelolaan jumlahnya sesuai dengan daya dukung lingkungan ODTW. Beberapa
fasilitas yang perlu diperbaiki adalah (1) Luas lahan parkir yang cukup dan jalan ke luar
kawasan, (2) Jumlah gazebo untuk istirahat wisatawan ditambah, dan (3) Penataan lahan bagi
usaha jasa makanan dan minuman. Di masing-masing tempat harusnya dilengkapi dengan
papan interpretasi tentang konservasi penyu, ekologi hutan mangrove, papan himbauan, papan
larangan, dan sebagainya. Ekowisatawan terlihat kurang interaksi dengan atraksi wisata
karena ketiadaan pemandu.
Beberapa saran terkait pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata di kawasan
konservasi penyu adalah sebagai berikut.
(1) Secara kontinyu terus melakukan upaya penyadaran terhadap masyarakat tentang sadar
wisata dan konservasi;
67
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(2) Pelaksanaan program harus terkoordinasi dan dilakukan secara integrative, melalui
kelompok masyarakat konservasi penyu untuk wisata (KMKPW) “Taman Ria” yang
mandiri melalui program kewirausahaan produktif yang meliputi HO2 (hati, otak, dan
otot) sampai pada rantai pemasaran berdasarkan kawasan pengembangan pariwisata
(KPP) yang ada;
(3) Pemilihan program dan strategi pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata di kawasan
konservasi penyu harus berdasarkan metodologi survey yang tepat, merupakan pengelo-
laan usaha produktif yang tidak hanya berorientasi pada segmen pasar lokal, tetapi juga
diarahkan pada perluasan segmen pasar baik di wilayah regional maupun nasional;
(4) Pendampingan bukan dalam artian konvensional tetapi dalam artian modern, bersinergi
dan terintegratif sampai pada rantai pemasaran; dan
(5) Adanya implementasi strategi pemasaran yang tepat berdasarkan perencanaan program
pemasaran secara bottom-up dengan pembentukan tema-tema khusus/local brand
image KPP melalui pembentukan focus group/cross function tentang program pemberda-
yaan masyarakat pariwisata. Hal ini dilakukan agar paket wisata yang dihadirkan lebih
variatif.
68
DAFTAR PUSTAKA
69
LAMPIRAN
70
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19671219 199103 1 003
5 NIDN 19126702
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 19 Desember 1967
7 e-mail wisatakampuspslkumm@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 0811360190
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Botani Tumbuhan Tinggi
2. Kewirausahaan Dasar
3. Ekologi Hewan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas Negeri Universitas Airlangga
Tinggi Jember
Bidang Ilmu Pend. Biologi Patibologi
Tahun Masuk-Lulus 1985-1990 1994-1997
Judul Skripsi/Tesis/ Perbedan Prestasi Pengaruh Jatropha
Disertasi Belajar Biologi antar Multifida terhadap
Anak Jarak Kelahiran Reaksi Inflamasi
di bawah 2 Tahun
dengan 2 Tahun
Nama Pembimbing/ Drs. Kamdi Dr. Suhartono Taat
Promotor Putra, MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
71
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
73
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Brawijaya Institut Teknologi
Tinggi Sepuluh Nopember
Bidang Ilmu Teknik Mesin Teknik Mesin
Tahun Masuk-Lulus 1989 – 1994 2005 – 2010
Judul Skripsi/Tesis/ Perencanaan Provision Simulasi Karakteristik
Disertasi Refrigeration Plant Perpindahan Panas dan
pada Kapal Caraka Massa pada Pengeri-
Jaya Niaga III 3650 ngan Paper Web di
DWT Dryer Section
Nama Pembimbing/ Ir. I Made Gunadiarta Dr. Eng. Ir. Prabowo,
Promotor Ir. Djoko Sutikno, M.Eng.
M.Eng
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
74
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
75
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
76
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan UGM, Yogyakarta UMM, Malang UNAIR, Surabaya
Tinggi
Bidang Ilmu Hukum Sosiologi Hukum
Tahun Masuk-Lulus 1982 - 1988 1994 -1998 2007-2010
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Inpres No. 4 Peranan Kehadiran Kepailitan Badan
Disertasi Th. 1988 terhadap Ke- Pihak Ketiga (PIL/ Usaha Milik Negara
lancaran Lalulintas WIL) terhadap Perce- (BUMN) Persero
Barang Ekspor di Pela- raian (Studi Kasus)
buhan Tanjung Priok Perceraian di Penga-
dilan Agama Malang
Nama Pembimbing/ 1. Wiwoho Sujono, 1.Prof. Dr. H. M. Zaini Promotor :
Promotor S.H., Hasan, M.Sc., Prof. Dr. H. M.
2. Sri Anggraini 2. Drs. H. Ahmad Zaidun, S.H., M.S.
Hijrahningsih, S.H. Habib, MA. Ko-promotor :
1. Prof. Dr. H. Basuki
Rekso Wibowo,
SH., M.S.,
2. Dr. M. Hadi
Subhan, S.H., CN.,
M.H.
77
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
78
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
6509, No 2003
3 Aspek Hukum Keperdataan E-Commerce Jurnal Ilmiah Vol 11, Nomor
Hukum 2, September
Legality, ISSN: 2003-Feb 2003
0854-6509
4 Penguatan Peran Dan Kedudukan Perempuan Dalam Jurnal Ilmiah Vol 13, Nomor
Sektor Publik (Studi Kasus TKW di Malang) Hukum Legali- 2, Sept 2005-
ty, ISSN: 0854- Feb 2006
6509
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Lokakarya Pengayaan Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi 22-23 Feb
Proposal Penelitian Syariah Menurut UU No. 3 Tahun 2006 2008, Lemlit
Fundamental, Lemlit melalui Pengadilan Agama Berbasis UMM
UMM Kemaslahatan sebagai Upaya Menegakkan
Sistem Syariah di Malang Raya
2 Seminar Nasional Hasil “Peningkatan Peranan Peneliti dalam 19-20 Agustus
Penelitian 2008 Mengatasi Masalah-Masalah Sosial, 2008, LPM
Ekonomi, Teknologi dan Hankam Akibat Universitas
Kenaikan Harga Minyak Dunia” Djuanda
(UNIDA),
Bogor
3 Two Days International Women in Public Sector 16-17 July
Conference on Women in 2008, Center
Public Sector for Women
Studies (PSW)
– UGM,
Yogyakarta,
Indonesia,
4 International Conference Perempuan dan Politik (dalam Perspektif January,24,
“Gender and Politic Hukum Indonesia) 2009, PSW
UGM, Yogya-
karta.
5 International Conference Contemporary Roles And Challenges 1-3 Juni 2009,
On Corporate Law 2009 FH UNAIR ,
(ICCL 2009) UUM,
Malaysia
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 Seri Unsur-unsur Penyusun Bangunan Negara 2012 172 Universitas
Hukum: Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Indonesia (Penegakan Hak Buruh Dalam Pustaka
Kepailitan), ISBN : 978-979-3740-94-7 Larasan
(Kumpulan Penulis BBLR, Bidang Hukum
Perburuhan)
2 Harmonisasi Konsep Keuangan Negara Terhadap 2011 116 Citra Mentari,
Kepailitan BUMN Persero Demi Menjamin Malang
Kepastian Hukum , ISBN: 978979829986
3 Model Teoritik Pengembangan Studi Penyelesaian 2010 160 Citra Mentari,
79
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
80
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Andalas UGM
Tinggi
Bidang Ilmu Biologi Kehutanan
Tahun Masuk-Lulus 1982 – 1988 2000 – 2003
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Dosis Bach- Pengaruh Dosis Pupuk
Disertasi terium Japonicum ter- Urea & Jarak Tanam
hadap Pertumbuhan & terhadap Pertumbuhan
Produksi Kacang dan Fenologi Tanaman
Hijau Gamal (Gliricidea
sepium)
Nama Pembimbing/ Drs. Judahar Harun Prof.DR. Soehardi,
Promotor M.Sc.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
81
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
82
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
83
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas ITB
Tinggi Brawijaya
Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro
Tahun Masuk-Lulus 1980 – 1986 1995 – 1998
Judul Skripsi/Tesis/ Apilkasi Rangkaian Analisis Harmonisa-si
Disertasi Terpadu 7441 sebagai pada Penyearah
Pengendali Papan Data Terkendali Satu Fasa
Nama Pembimbing/ Ir. Moh. Anwar Prof. M. Soelaiman,
Promotor Ir. M. Julius, MS. M.Sc.
Dr. Ir. Pekik
Argodarmo
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
84
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1 Seminar Nasional SENTIA Pemicuan Sudut Fasa untuk Mengatur Daya 2012, Polinema
Heater Berbasis AVR Atmega8
2 Seminar dan Lokakarya Inovasi Pembelajaran Bahasa 2012, Polinema
Nasional
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun
terakhir
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
85
LAMPIRAN 2
Peta Lokasi Wilayah
86