Oleh:
Dibiayai oleh :
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi
Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Surat perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada
Masyarakat No.: 004/SP2H/PPM-MULTI/K7/KM/2014 Tanggal 03 April 2014
Desember 2014
i
ii
iii
RINGKASAN
Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,87 km2, terbagi atas 12 kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo menjadi wilayah PPM skim IbW ini. Kab. Pacitan terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah dan perbukitan yang membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku
masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Visi Kab. Pacitan yaitu: “Terwujudnya
Masyarakat Pacitan yang Sejahtera” dilaksanakan melalui 6 misi, di mana visi ke-4
“Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan” dan ke-5 “Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar” menjadi dasar pelaksanaan PPM skim IbW dengan judul “IbW
Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”.
Penyu merupakan kelompok hewan purba yang saat ini dalam kondisi semakin
mendekati kepunahan. Hal ini disebabkan karena perbuatan manusia dan karena faktor alam.
Oleh karena itu keberadaan penyu perlu dilindungi karena: (1) penyu merupakan peninggalan
hewan purba yang telah mendekati kepunahan; (2) perkembangbiakan penyu sangat lambat,
namun mampu hidup ratusan tahun, hanya sekitar 1 dari 1000 telur yang dihasilkan berhasil
hidup dewasa, (3) penyu dapat dikembangkan sebagai aset wisata sehingga akan
mendatangkan keuntungan langsung melalui penjualan tiket maupun keuntungan tidak
langsung, seperti halnya akan dibelinya souvenir wisata. Pengembangan wisata akan mampu
menjadi daya tarik wisata asing mengingat penyu merupakan hewan langka tingkat dunia; dan
(4) bagi pemerintah daerah perlindungan penyu akan meningkatkan image nasional maupun
internasional di bidang konservasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan” dilakukan dengan cara (1) Membuat model kegiatan wisata
yang bertumpu pada lingkungan, bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi
masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam, (2) Melakukan penilaian objek dan
daya tarik wisata pada kawasan konservasi flora dan fauna, dalam hal ini penyu dan
ekosistemnya, dapat bersinergi dengan kegiatan ekowisata, dan (3) Membuat model kelemba-
gaan pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Metode yang dilaksanakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah Revitalisasi objek
wisata berupa konservasi penyu melalui kegiatan: (1) Pembangunan sarana dan prasarana
pendukung daya tarik wisata, (2) Pengembangan keunikan dan citra kawasan sebagai lahan
konservasi penyu berba-sis masyarakat, dan (3) Revitalisasi aksesibilitas kawasan wisata
dipadu dengan jaringan Jalan Lingkar Selatan (JLS). Pembangunan sarana yang telah
dilakukan adalah (1) Pembuatan daerah penetasan telur (hatcheries), (2) Pembuatan kolam
pembesaran tukik, dan (3) Pengembangan fasilitas wisata konservasi terpadu. Rencana
tahapan berikutnya adalah (1) Rehabilitasi habitat bertelur penyu dan (2) Pendidikan
konservasi penyu.
Kata-kata kunci: konservasi penyu, ekowisata, citra kawasan, kelembagaan wisata, klaster
agroindustri.
iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga laporan kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim
Ipteks bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud, Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 0263/E5/2014 ini dapat
diselesaikan sesuai jadwal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Agus Subekti, M.Sc, selaku Direktur Dit. Litabmas, Ditjen Dikti, Jakarta
beserta semua jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes, selaku Direktur DPPM UMM beserta segenap
jajarannya yang telah membantu kelancaran PPM skim IbW ini;
3. Bapak Dr. Ir. Adi Sutanto, MM, selaku Wakil Direktur II DPPM Bidang PPM UMM
yang telah membantu pelaksanaan PPM skim IbW ini;
4. Bapak Drs. Indarto, MM, selaku Bupati Kabupaten Pacitan yang berkenan menerima dan
menyambut dengan antusias kegiatan PPM skim IbW ini;
5. Bapak Drs. Heru Wiwoho Supadi Putra, M.Si, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan
yang berkenan sharing dana dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
6. Bapak Drs. Mohammad Syaifuddin, MM selaku Dekan FKIP Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim
IbW ini; dan
7. Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu serta pengertian
keluarga yang telah sangat banyak membantu dan memberikan dorongan semangat demi
terselesainya laporan kemajuan PPM skim IbW ini.
Pada laporan kemajuan PPM skim IbW ini, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
dalam penyampaian dan penulisan istilah. Kami berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan kemajuan PPM skim IbW ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama yang memiliki ketertarikan dengan dunia pariwisata
khususnya desa wisata.
Malang, 12 Agustus 2014
v
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
RINGKASAN ……………………………………………………………………….. v
PRAKATA …………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Pantai Taman sebagai Lokasi Konservasi ............................................... 3
1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan .......................... 5
1.4 Perkembangan Konservasi Penyu di Pantai Taman ............................... 7
1.5 Tujuan dan Manfaat Kegiatan ................................................................ 9
1.6 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW ................................................... 10
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
2.1 Potensi Wilayah pesisir Kabupaten Pacitan ........................................... 11
2.2 Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu ........................................ 13
2.3 Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir ............................................... 15
2.4 Konservasi Ekosistem Wilayah Pesisir .................................................. 19
2.4.1 Permasalahan pengelolaan potensi wilayah pesisir …………………. 21
2.4.2 Langkah pengelolaan potensi wilayah pesisir ………………………. 23
2.5 Jenis Penyu sebagai Daya Tarik Wisata ………………………………. 24
2.6 Konservasi Penyu dan Lingkungannya ……………………………….. 32
2.6.1 Siklus hidup penyu …………………………………………………. 33
2.6.2 Perlindungan penyu dan habitatnya …………………………………. 34
2.7 Luaran yang akan dihasilkan …………………………………………. 37
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan ........................................ 39
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 40
3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo ........... 40
3.4 Tahapan Kegiatan IbW Revitalisasi Objek Wisata ……………………. 41
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan ........................ 43
4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra ......................................................... 44
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan .......................................................... 44
4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ................. 45
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI
5.1 Pembuatan Daerah Penetasan Telur (hatcheries) ................................... 47
5.2 Pembuatan Kolam Pembesaran Tukik .................................................... 48
vi
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
vii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun I IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………… 37
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2014 ……… 40
Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW …………………….. 40
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas …….. 43
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014 – 2016 ……… 44
Tabel 6.1 Kegiatan Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata ……….. 53
viii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.1 Perpindahan lokasi penyu bertelur ………………………………….. 3
Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan …………………….. 4
Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan .. 6
Gambar 1.4 (a) KMKPW “Taman Ria” dan (b) Kunjungan Bupati Pacitan ……… 8
Gambar 1.5 (a) Penyu Belimbing dan (b) pemindahan telur penyu di Pantai Taman 8
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan ……………………………………………… 11
Gambar 2.2 (a) Ekosistem padang lamun dan (b) penyu hijau (Chelonia mydas) .. 17
Gambar 2.3 Penyu hijau di antara koloni terumbu karang ……………………….. 18
Gambar 2.4 Sosialisasi program di masyarakat pesisir …………………………… 24
Gambar 2.5 Penyu Hijau ………………………………………………………….. 26
Gambar 2.6 Penyu Sisik …………………………………………………………... 28
Gambar 2.7 Penyu Lekang Kempii ……………………………………………….. 29
Gambar 2.8 Penyu Lekang ………………………………………………………. 29
Gambar 2.9 Penyu Belimbing ……………………………………………………. 30
Gambar 2.10 Penyu Pipih …………………………………………………………. 31
Gambar 2.11 Ancaman populasi penyu …………………………………………….. 33
Gambar 2.12 Siklus hidup penyu …………………………………………………... 34
Gambar 3.1 Metode pelaksanaan program IbW yang disepakati ………………… 39
Gambar 3.2 Perencanaan Kebutuhan Ruang dan Bangunan untuk Kegiatan
Konservasi Penyu …………………………………………………… 42
Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………….. 46
Gambar 5.1 Tempat penetasan telur (hatcheries) ………………………………… 47
Gambar 5.2 Kolam pembesaran tukik ……………………………………………. 48
Gambar 5.3 Gedung sekretariat konservasi ………………………………………. 49
Gambar 5.4 Flying fox, jalan menuju lokasi dan tempat meluncur ……………… 50
Gambar 5.5 Pembangunan pagar dan jalan di area konservasi ………………….. 50
Gambar 5.6 Denah pengembangan kawasan konservasi penyu ………………….. 51
Gambar 5.7 Penanam bibit di kawasan konservasi penyu dan lokasi peneluran …. 52
Gambar 5.8 Pelatihan penangkaran penyu ………………………………………... 52
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
3
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
kaya akan nutrient untuk tempat menetaskan telurnya. Keadaan ini kemudian didukung oleh
kondisi pantai yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang memudahkan
penyu bermigrasi.
5
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2. KPP B, meliputi Kec. Pacitan dan Kec. Arjosari. Wisata andalan adalah wisata pantai
(pantai Teleng Ria dan pantai Tamperan), wisata rekreasi (pemandian air hangat Tirto-
husodo), dan wisata spiritual (makam Kanjeng Jimat);
3. KPP C, meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec. Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro.
Wisata andalan adalah wisata pantai (pantai Taman dan pantai Desa Sidomulyo).
4. KPP D, meliputi Kec. Bandar, Kec. Nawangan, dan Kec. Tegalombo. Wisata andalan
wisata sejarah (monumen Panglima Besar Jendral Soedirman).
Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan [3]
Dua desa di Kec. Ngadirojo yang menjadi wilayah IbW yaitu Hadiwarno dan Sidomulyo
masuk ke dalam peta rencana KPP C (gbr. 1.3).
6
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
7
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(a) (b)
Gambar 1.4 (a) KMKPW “Taman Ria” dan (b) Kunjungan awal Bupati Pacitan
Tiga poin penting pengembangan ekowisata berbasis masyarakat adalah: (1) Melaku-
kan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2) Pembangunan kawasan ekowisata yang
sebagian hasilnya untuk kegiatan konservasi; dan (3) Pengembangan ekowisata bersama
masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing hasil sehingga masyarakat
akan ikut berkembang secara ekonomi dan sosial, selanjutnya akan merasa ikut memiliki
sehingga semakin kuat kesadaran terhadap konservasi penyu.
Saat ini kesadaran akan konservasi penyu mulai meningkat. Sampai dengan desember
2013 telah ditemukan 6 ekor penyu dan dibebaskan ke laut salah satu di antaranya penyu
paling langka dunia yaitu penyu belimbing. Telur yang berhasil diselamatkan untuk ditetaskan
sejumlah 420 butir (gbr. 1.5). Penyu belimbing dan penyu sisik diklasifikasikan sebagai
sangat terancam punah, sedangkan penyu hijau dan penyu abu-abu digolongkan sebagai
terancam punah oleh IUCN. Dengan demikian akan makin banyak penyu dan telur yang
terselamatkan. Untuk mencegah kepunahan penyu Pantai Taman perlu ditetapkan sebagai
wilayah konservasi.
(a) (b)
Gambar 1.5 (a) Penyu Belimbing dan (b) pemindahan telur penyu di Pantai Taman
8
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
9
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
masyarakat lokal dapat segera diintegrasikan secara maksimal dalam industri pariwisata; (4)
Pemanfaatan TIK (website) bisa segera dibuat untuk menawarkan kesatuan nilai berwisata
bagi wisatawan yang terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan alam dan upaya
melestarikannya; dan (5) Adanya sistem penilaian objek dan daya tarik wisata pada kawasan
konservasi yang akan diusulkan pada kawasan Pantai Taman, Desa Hadiwarno.
10
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Sekitar 63% dari Kab. Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis
karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya,
Kab. Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul,
Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur pemerintahan wilayah administratif, Kab. Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan, 166
11
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
desa dan 5 kelurahan. Kab. Pacitan termasuk wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa,
dengan panjang pantai 70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82
km. Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki dasar perairan
yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun perairan ini memiliki potensi perikanan
yang sangat besar dan melimpah.
Gugusan karang yang ada di sekitar pesisir Pacitan berguna sebagai tempat tinggal
ikan, tempat berlindung, berkembang biak, tempat mencari makan hewan laut. Ini menjadikan
perairan Pacitan menjadi fishing ground yang baik. Daerah penangkapan merupakan area
yang mempunyai stok ikan yang melimpah. Keadaan daerah penangkapan ini dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain suhu dan salinitas. Kondisi dasar pantai adalah
berpasir dan berkarang, dengan perairan pantai berwarna jernih. Arus di Pantai Selatan Jawa
dikenal dengan sebutan Arus Katulistiwa Selatan (South Equatorial Current) yang sepanjang
tahun bergerak menuju arah barat. Akan tetapi pada musim barat terdapat arus yang menuju
ke timur dengan pola rambatan berupa jalur sempit yang menyusuri pantai Jawa. Pada musim
barat arah arus berlawanan dengan Arus Katulistiwa sehingga disebut Arus Pantai Jawa (Java
Coastal Current). Musim paceklik atau musim angin barat biasanya terjadi pada bulan
Desember hingga bulan Maret.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Kabupaten Pacitan sebesar 34.483 ton per
tahun dengan jenis sumberdaya perikanan terdiri dari: (1) Sumberdaya perikanan demersal,
yaitu: ikan layur, kerapu, kakap, bawal, sebelah, bambangan, udang lobster; (2) Sumberdaya
perikanan pelagis besar, yaitu: ikan tuna, cakalang, tongkol, tengiri, marlin; dan (3) Sumber-
daya perikanan pelagis kecil, yaitu: selar, layang, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi
perikanan Kab. Pacitan pada tahun 2005 baru mencapai 1.559,6 ton atau sebesar 4,52 % dari
potensi lestari [4].
Daerah pesisir di Kab. Pacitan yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan,
merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya. Hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu
karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga
secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya
terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara berkelanjutan untuk menda-
patkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian
rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar
12
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
baru dilakukan pada sebagian wilayah yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha
ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan
seperti ini.
13
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2. Secara ekonomi, dengan luas wilayah laut Kab. Pacitan mencapai 7.636 mil 2 dengan 12
pantai merupakan daerah strategis untuk pendaratan ikan oleh nelayan. Hasil perikanan
Pacitan meliputi air laut dan payau telah menjadi tulang punggung perikanan nasional.
Selain itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa depan (future
resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum
dikembangkan secara optimal (4,52 % dari potensi lestarinya yang termanfaatkan);
3. Secara fisik, terdapat pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi yang tersebar mulai dari Kec.
Sudimoro di timur hingga Kec. Donorojo di barat, di mana di dalamnya terkandung
berbagai asset sosial (social overhead capital) dan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi
dan finansial yang sangat besar;
4. Wilyah pesisir Kab. Pacitan memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter) sekaligus
sebagai simpul transportasi laut di Indonesia. Komoditi perikanan yang sudah diekspor
adalah udang lobster, rumput laut, ikan dan sirip ikan ikan hiu;
5 Wilayah pesisir kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan lauatan yang potensial
dikembangkan lebih lanjut, meliputi: (a) pertambangan, (b) perikanan dengan potensi
84.4330 ton pertahun yang tersebar pada 12 pantai, (c) pariwisata bahari, dan (d) keaneka-
ragaman hayati yang sangat tinggi (natural biodiversity) sebagai daya tarik bagi
pengembangan kegiatan “ecotourism”; dan
6. Secara politik dan hankam, wilayah pesisir merupakan kawasan perbatasan antar Negara
maupun antar daerah yang sensitif dan memiliki implikasi terhadap pertahanan dan
keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wilayah pesisir Kabupaten/Kota di Indonesia sebenarnya telah mendapat persetujuan
dalam mengatur, mengelola, atau memberdayakan daerahnya masing-masing, seperti dibahas
pada Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewena-
ngan yang luas kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan mengurus kepenti-
ngan masyarakatnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan peratu-
ran perundang-undangan. Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyata-
kan kewenangan daerah di wilayah laut adalah:
– Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut
tersebut;
– Pengaturan kepentingan administratif;
– Pengaturan ruang;
14
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
– Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; dan
– Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan Negara.
Mengingat kewenangan daerah untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan yang
termasuk juga wilayah pesisir masih merupakan kewenangan baru bagi daerah maka
pemanfaatan potensi wilayah pesisir ini belum sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah
kabupaten atau kota yang berada di pesisir. Jadi belum semua kabupaten dan kota yang
memanfaatkan potensi daerah pesisir.
15
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
16
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Ekosistem padang lamun dan (b) penyu hijau (Chelonia mydas)
D. Terumbu karang
Terumbu karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup
berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang dapat tumbuh pada kedalaman
hingga 50 m, memerlukan inten-sitas cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses
fotosintesis, salinitas 30 35 ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat
hidup di suatu perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya
yang berada di ujung atau bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang
alami. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat keanekaragaman
tinggi di mana di wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18% terumbu karang dunia,
dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia,
serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis
udang-udangan) merupakan ekosistem yang sangat kompleks.
Manfaat terumbu karang adalah sebagai berikut.
– Mengandung keanekaragaman hayati yang tinggi. Terumbu karang
juga merupakan ekosistem dengan biodiversitas tertinggi dibandingkan ekosistem
pesisir dan laut lainnya, dalam unit skala tertentu. Artinya dalam luas 1 km2 di
wilayah terumbu karang mengandung lebih banyak spesies dibandingkan dengan 1
km2 di wilayah laut dalam. Terumbu karang di Indonesia terkenal dengan kekayaan
dari biodiversitasnya. Dari sekitar 800 spesies karang keras yang berhasil
diidentifikasi di dunia, sekitar 450 di antaranya ditemukan di Indonesia [8]. Dengan
memiliki biodiversitas yang tinggi, maka itu akan menjadi sumber keanekaragaman
genetik dan spesies. Dengan adanya keanekaragaman genetik yang tinggi maka akan
ditemukan banyak variasi dalam makhluk hidup sehingga tingkat ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan bertahan hidup suatu makhluk hidup dapat menjadi lebih
17
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
tinggi. Selain itu dengan begitu banyaknya spesies maka akan dapat dimanfaatkan
untuk sebagai sumber pangan dan obat-obatan.
– Penunjang kehidupan. Oleh karena terumbu karang merupakan suatu ekosistem,
maka terumbu karang menunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
sekitarnya. Dengan adanya terumbu karang maka tumbuhan dan hewan laut lainnya
dapat tinggal, mencari makan dan berkembang biak di terumbu karang. Contohnya
hewan-hewan laut seperti lili laut, kerang, cacing, dan tumbuhan alga dapat menempel
pada koloni karang keras. Ikan-ikan dan penyu dapat mencari makan dan
bersembunyi dari incaran hewan pemangsa di balik koloni karang keras (gbr. 2.3).
– Pelindung wilayah pantai. Terumbu karang, padang lamun dan hutan bakau
merupakan ekosistem yang saling berhubungan. Terumbu karang-lah yang pertama
kali menghalau ombak besar dari laut agar tidak merusak daratan. Kemudian ombak
tiba di padang lamun maka energinya akan diperkecil lagi oleh daun-daun tumbuhan
lamun. Ketika ombak tiba di dekat pantai, maka akar dan batang pohon-pohon
mangrove akan memperkecil lagi energi ombak, sehingga ombak tidak merusak
pantai. Dengan demikian kehidupan di sekitar pantai akan terlindung. Terumbu
karang bermanfaat dalam menghalangi pengikisan akibat energi ombak dan arus,
sehingga masalah abrasi pantai akan lebih mudah diatasi.
– Mengurangi pemanasan global. Hutan hujan tropis merupakan “paru-paru dunia”
yang menyerap gas CO2 hasil pembakaran sehingga mengurangi pemanasan pada
bumi. Terumbu karang pun dinilai memiliki peran yang sama, karena gas CO2 juga
banyak diserap oleh air laut, dan selanjutnya melalui reaksi kimia dan bantuan karang,
18
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
akan diubah menjadi zat kapur yang menjadi bahan baku terumbu [9]. Dalam proses
yang disebut kalsifikasi ini, karang juga dibantu oleh zooxanthellae (tumbuhan bersel
satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang).
– Manfaat ekonomi. Terumbu karang memiliki manfaat ekonomi, yaitu: (a) Sumber
makanan, karena di terumbu karang dapat dijumpai banyak sekali jenis tumbuhan dan
hewan laut yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Contohnya alga atau
rumput laut yang dapat dijadikan agar-agar; (b) Sumber bahan dasar untuk obat-obatan
dan kosmetika. Beberapa jenis dari alga atau rumput laut dapat digunakan sebagai
bahan dasar untuk keperluan kosmetik, misalnya dijadikan sabun, dan juga untuk
membalut kapsul obat. Selain itu hewan laut seperti spon dan tunicata (Ascidian)
yang ada di terumbu karang, diketahui memiliki senyawa kimia yang berguna untuk
bahan antibiotika, anti radang dan anti kanker; (c) Sebagai objek wisata, karena
terumbu karang memiliki keindahan karena adanya berbagai jenis flora dan fauna
yang membuat takjub para wisatawan. Terumbu karang dapat menjadi objek wisata
melalui kegiatan snorkeling, menyelam, ataupun hanya melihat keindahannya dari atas
kapal yang dilengkapi glass bottom boat; (d) Sebagai sumber mata pencaharian,
adanya terumbu karang dapat menunjang perekonomian masyarakat di sekitarnya
apabila terumbu karang dikembangkan menjadi suatu objek wisata yang mengundang
banyak turis, maka masyarakat dapat menjadi menjadi pemandu wisata, membuka
usaha warung makanan, menyewakan penginapan, menyewakan kapal, menjual
cenderamata ke turis, dan lain sebagainya; dan (e) Sebagai sumber bibit budidaya,
adanya berbagai jenis ikan, teripang dan rumput laut yang ada di terumbu karang,
dapat dijadikan bibit untuk usaha budidaya. Contohnya ikan kerapu, ikan kakap,
rumput laut dari marga Eucheuma dan Gracilaria, dan teripang dari Marga Holothuria.
– Manfaat sosial. Adanya terumbu karang menunjang (1) Kegiatan pendidikan dan
penelitian, untuk mengenal ekosistem pesisir, mengenal tumbuhan dan hewan laut,
dan pendidikan cinta alam; dan (2) Sebagai sarana rekreasi masyarakat untuk
melakukan aktifitas renang, dan lain sebagainya.
19
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
secara struktural maupun non-struktural. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
non-struktural atau lebih dikatakan dengan pendekatan subyektif. Pendekatan ini adalah
pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk
berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa
masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan
peranannya dalam perlindungan sumber daya alam sekitarnya. Karena itu, salah satu upaya
untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan
wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya alam.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-
upaya penanggulangan masalah kerusakan sumber daya alam tetapi juga hal-hal yang
berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan
usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui
kegiatan, antara lain: (1) Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan; (2) Pengem-
bangan keterampilan masyarakat; (3) Pengembangan kapasitas masyarakat; (4) Pengem-
bangan kualitas diri; (5) Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta; (6) Peng-
galian dan pengembangan nilai tradisional masyarakat.
Oleh karena itu, konservasi ekosistem pesisir bukan hanya tugas dan keawajiban dari
masyarakat wilayah pesisir, melainkan semua aspek masyarakat yang ada. Masyarakat umum
harus mulai disadarkan bagaimana pentingnya ekosistem pesisir bagi keberlanjutan kehidupan
bagi umat manusia. Meskipun, untuk kejadian proses alam lingkungan sekitar dan interaksi
antara faktor abiotik dan biotik serta perubahan ekologis hanya bisa dipahami oleh ilmuwan
dan pakar lingkungan, basis data yang didapat dari mereka bisa digunakan untuk sumber
informasi untuk disebarkan lebih luas agar semua masyarakat dapat ikut melestarikan dan
menjaga ekosistem pesisir sehingga proses pengelolaan ekosistem pesisir bisa berjalan tidak
hanya untuk jangka pendek, melainkan bisa hingga jangka panjang.
Banyak elemen masyarakat yang sampai saat ini masih kurang peka akan kelestarian
dan keberlanjutan sumberdaya ekosistem pesisir. Hal ini apabila tidak ditanggapi secara serius
dan bijak akan menimbulkan dampak yang cukup berbahaya ke depannya. Masyarakat tidak
mungkin juga hanya bisa menikmati keindahan suatu tempat tanpa memikirkan dampak
jangka panjangnya bagi generasi penerus. Berikut merupakan tahapan yang dapat digunakan
untuk konservasi ekosistem wilayah pesisir, diantaranya adalah sebagai berikut.
20
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1. Restorasi, dimaksudkan sebagai upaya untuk menata kembali kawasan pesisir sekaligus
melakukan aktivitas penghijauan. Untuk melakukan restorasi perlu memperhatikan
pemahaman pola hidrologi, perubahan arus laut, tipe tanah, dan sebagainya;
2. Reorientasi, dimaksudkan sebagai sebuah perencanaan pembangunan yang berparadigma
berkelanjutan sekaligus berwawasan lingkungan. Sehingga motif ekonomi yang cende-
rung merusak akan mampu diminimalisasikan;
3. Responsivitas, dimaksudkan sebagai sebuah upaya dari pemerintah yang peka dan
tanggap terhadap problematika kerusakan ekosistem pesisir. Hal ini dapat ditempuh
melalui gerakan kesadaran pendidikan dini, maupun advokasi dan riset dengan berbagai
lintas disiplin keilmuan;
4. Rehabilitasi, gerakan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembalikan peran
ekosistem pesisir sebagai penyangga kehidupan biota laut. Salah satu wujud kongkrit
pelaksanaan rehabilitasi yaitu dengan menjadikan kawasan pesisir sebagai area konservasi
yang berbasis pada pendidikan (riset) dan ekowisata;
5. Responsibility, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggalang kesadaran bersama
sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat;
6. Regulasi, dalam hal ini setiap daerah pasti mempunyai Perda/Perdes yang telah diatur
secara jelas dan gamblang. Oleh karena itu, perlu kesadaran dan kewajiban untuk
memenuhi Perda/Perdes yang telah ada dan telah dibuat. Ini bisa dijadikan sebuah
punishment apabila tidak dijalankan secara serius. Punishment harus dijalankan guna
membentuk sikap yang sadar akan Perda/Perdes yang telah diatur demi keberlangsungan
ekosistem pesisir di masa depan.
Upaya menjaga dan merawat kelestarian ekosistem wilayah pesisir yang dilakukan
oleh masyarakat maupun daerah sebagian belum memenuhi ketentuan konservasi sumber
daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan
kelestarian pesisir dan lingku-ngannya. Penyebab degradasi kondisi daerah pesisir secara
tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam di hulu yang berpengaruh
terhadap muara di pesisir.
21
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1. Upaya konservasi ekosistem wilayah pesisir dan pengelolaannya di daerah belum diatur
dengan peraturan perundang-undagan yang jelas, sehingga pelaku konservasi seringkali
mengalami kesulitan dalam menetapkan sesuatu kegiatan;
2. Pemanfaatan dan pengelolaan potensi daerah pesisir cenderung bersifat sektoral, sehingga
kadangkala melahirkan kebijakan yang tumpang tindih satu sama lain;
3. Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir belum memperhatikan konsep daerah pesisir
sebagai suatu kesatuan ekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif
pemerintahan, sehingga hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar daerah; dan
4. Kewenangan daerah dalam rangka otonomi daerah belum dipahami secara komprehensif
oleh para stakeholders, sehingga pada setiap daerah dan setiap sektor timbul berbagai
pemahaman dan penafsiran yang berbeda dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah
pesisir.
Kesejahteraan masyarakat pesisir secara langsung akan sangat terkait dengan kondisi
habitat alami seperti pantai, terumbu karang, muara, hutan mangrove dan padang lamun.
Kerusakan habitat penting dan sistem pendukung biologi serta fisik yang disebabkan oleh
suatu kegiatan bisa bermacam-macam. Misalnya, penebangan mangrove untuk membuat
pantai dapat mengurangi filtrasi alami yang meningkatkan polusi, mengurangi perlindungan
badai, dan sebagainya. Rusaknya padang lamun, menyebabkan berkurangnya tangkapan ikan
nelayan karena hampir sebagian besar organisma pantai (ikan, udang, kepiting, penyu)
mempunyai hubungan ekologis dengan habitat lamun. Sebagai tambahan dampak pada
sistem ekologi pesisir, pembangunan pesisir yang tidak sesuai akan memiliki dampak sosial
jika tidak dievaluasi secara memadai.
Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi
pengembangan ekonomi kabupaten/kota, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar
pengembangan ekonomi daerah. Keindahan laut, pantai dan wilayah pesisir dengan
kelimpahan kehidupan laut, memikat ribuan orang untuk datang dan bermain di sepanjang
garis pantai. Hal tersebut memberikan peluang untuk menghasilkan pendapatan bagi
masyarakat pesisir dan sangat berkaitan dengan pelayanan barang dan/ atau jasa di
habitat/lingkungan pesisir itu sendiri seperti: pemancingan komersial dan rekreasi, pariwisata
pantai, jasa rekreasi, pelabuhan dan petualangan alam. Tapi, untuk berapa lama kawasan
pesisir menjadi tujuan bagi wisatatawan, sumber makanan dan investasi, untuk pekerjaan dan
tempat bermain untuk keluarga? Jawabnya, ekosistem pesisir yang lestari memberikan
manfaat yang tak terhitung jumlahnya untuk masyarakat dalam jangka panjang.
22
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
23
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
8. Mengelola perikanan tepat dengan ketat seperti membatasi tangkapan, mencegah penang-
kapan ikan di tempat dilindungi atau pada saat ikan bertelur, dan mencegah penggunaan
metode yang tidak tepat seperti pengeboman ikan, trawl, dan penggunaan jaring dengan
tingkat selektifitas buruk;
9. Meminimalkan pencemaran perairan pesisir secara ketat dengan mengendalikan pelepasan
limbah ke lingkungan, termasuk pestisida, obat-obatan dan bahan kimia baru lainnya.
Kemudian dengan teknologi injeksi limbah ke dalam sumur dalam bisa menjadi solusi
untuk pembuangan limbah di daerah pesisir; dan
10. Membangun kesadaran publik di masyarakat pesisir tentang nilai ekonomi dan non-
ekonomi jangka panjang dari lingkungan pesisir yang dikelola secara lestari (gbr. 2.4).
(a) (b)
Gambar 2.4 Sosialisasi program di masyarakat pesisir
24
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
mengambil udara dari permukaan air laut. Kaki yang berbentuk dayung merupakan salah satu
ciri yang paling utama. Kaki depannya pada umumnya hanya mempunyai satu cakar. Cakar
kedua kalau ada, biasanya berukuran sangat kecil. Hewan jantan pada umumnya mempunyai
cakar yang lebih panjang dan ekor yang juga lebih panjang. Bagian tubuh paling khas pada
penyu adalah tempurung atau yang lebih dikenal dengan carapace (karapas). Tulang
pembentuk karapas terbagi atas dua bagian yakni karapas perut (plastron) dan karapas
punggung (vertebral). Karapas penyu tertutup oleh kulit seperti sisik yang juga menyelimuti
seluruh permukaan tubuhnya.
Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh
undang-undang nasional maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan
oleh jumlahnya makin sedikit. Ada 7 jenis penyu yang dilindungi oleh undang-undang karena
hanya ketujuh jenis tersebut yang masih bertahan di dunia, yaitu: (1) Penyu hijau atau
Chelonia mydas, (2) Penyu sisik atau Eretmochelys imbricate, (3) Penyu lekang kempii atau
Lepidochelys kempi, (4) Penyu lekang atau Lepidochelys olivachea, (5) Penyu belimbing atau
Dermochelys coriacea, (6) Penyu pipih atau Natator depressus, dan (7) Penyu tempayan atau
Caretta caretta.
Penyu adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah
permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali ke daratan untuk meletakkan
telut-telurnya di darat pada substrat berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk
penyu hijau, seekor induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir,
dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang
berhasil sampai ke laut kembali untuk berenang bebas menjadi tumbuh dewasa. Dari 1.000
anak penyu (tukik) yang lahir, rata-rata hanya satu yang bisa hidup sampai dewasa. Beberapa
peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya
sekitar 50% dan belum ditambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai
menetas dan saat kembali ke laut untuk berenang. Predator alami di daratan misalnya kepiting
pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), burung dan tikus. Di laut, predator utama hewan ini
antara lain ikan-ikan besar yang berada di lingkungan perairan pantai. Sangat kecilnya
presentase tersebut lebih diperparah lagi dengan penjarahan oleh manusia yang mengambil
telur-telur tersebut segera setelah induk-induk dari penyu tadi bertelur.
A. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
Penyu Hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di laut
tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan paruhnya yang tumpul. Dinamai
25
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Penyu Hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi warna lemak yang terdapat di bawah
sisiknya berwarna hijau. Tubuhnya bisa berwarna abu-abu, kehitam-hitaman atau kecoklat-
coklatan. Daging jenis penyu inilah yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia terutama
di Bali. Mungkin karena orang memburu dagingnya maka penyu ini kadang-kadang pula
disebut penyu daging. Penyu Hijau dewasa hidup di hamparan lamun dan ganggang. Berat
Penyu Hijau dapat mencapai 400 kg, namun di Asia Tenggara yang tumbuh paling besar
sekitar separuh ukuran ini. Penyu Hijau di barat daya kepulauan Hawai kadang kala
ditemukan mendarat pada waktu siang untuk berjemur panas. Anak-anak Penyu Hijau (tukik),
setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan. Tukik Penyu
Hijau yang berada di sekitar Teluk Carifornia hanya memakan alga merah. Penyu Hijau akan
kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali. Ketika
penyu Hijau masih muda mereka makan berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang
remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran sekitar 2030 cm, mereka
berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut.
Penyu hijau diberi nama karena warna kulitnya yang kehijauan. Sedangkan
cangkangnya biasanya berwarna cokelat atau olive. Penyu hijau merupakan salah jenis satu
penyu laut terbesar di dunia, bobotnya mencapai lebih dari 300 kg. Penyu hijau memiliki
kepala yang kecil, dan tidak dapat ditarik masuk ke cangkang. Cangkangnya memiliki bentuk
mirip organ jantung yang panjangnya mencapai 1,5 m. Cangkangnya lebar dan memiliki
permukaan halus. Penyu hijau jantan sedikit lebih besar dari penyu hijau betina. Penyu hijau
jantan juga memiliki ekor yang lebih panjang dari penyu hijau betina. Penyu hijau memiliki
sirip mirip dayung, yang membantunya berenang dengan kuat dan gemulai. Hewan ini
biasanya berenang dengan kecepatan 2 – 3 km/jam.
(a) (b)
Gambar 2.5 Penyu Hijau
26
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Penyu hijau hidup di lautan tropis dan subtropis di Samudra Atlantik dan Pasifik.
Penyu hijau memiliki leher yang pendek dan sirip yang menyerupai lengan yang beradaptasi
untuk berenang (gbr. 2.5). Paruhnya pendek dan tidak melengkung. Penyu remaja
menghabiskan waktunya di laut dangkal. Penyu akan kembali ke pantai saat bertelur. Penyu
ini akan bertelur setiap tiga tahun sekali. Keberadaan penyu hijau sangat jarang sehingga
dilindungi oleh setiap Negara dan ditetapkan sebagai hewan dilindungi oleh IUCN dan CITES
(Convention on International Trade of Endangered Species). Namun dibeberapa Negara
seperti di Indonesia, penyu hijau masih diburu dan diambil telurnya untuk dimakan.
Gerakannya yang unik dan khas seakan menggambarkan kelihaian perenang dasar laut yang
mempesona. Ini mungkin bisa menggambarkan betapa unik dan indah melihat penyu laut
berenang bebas di bawah permukaan laut (gbr. 2.5a). Dengan menggerakkan kedua kaki
renang depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di dasar laut.
Juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang seakan memberikan kesempurnaan
gaya renang yang memukau.
Penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat
menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun
(seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar
padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan
lunak seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada
padang alga, hewan ini menyukai Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea. Pernah di
laporkan pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat
pada daun lamun dan alga.
B. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate)
Penyu Sisik atau dikenal sebagai Hawksbill turtle karena paruhnya yang tajam dan
menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung elang. Demikian
pula karena sisiknya yang tumpang tindih/over lapping (imbricate) seperti sisik ikan maka
orang menamainya penyu sisik. Sisiknya (disebut bekko dalam bahasa Jepang) banyak
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan tangan terutama di Jepang untuk
membuat pin, sisir, bingkai kacamata, dan lain-lain. Ciri-ciri umum adalah warna karapasnya
bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna kekuning-kuningan. Terdapat
dua pasang sisik prefrontal. Berat badan Penyu Sisik di antara 35–75 kg kebanyakan terdapat
di kawasan terumbu karang. Musim bertelurnya antara Maret–Jun dengan jumlah telur hingga
mencapai 130 biji. Penyu Sisik selalu memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir
27
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
untuk bertelur. Telurnya berwarna putih dengan kulit yang lembut dan berukuran garis pusat
lebih kurang 5 cm.
28
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
29
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
30
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
herbivora. Mereka memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang dan invertebrata
lainnya. Penyu Pipih tergolong dalam phylum Chordata, bertulang belakang (subphylum
Verterbrata), kelas Reptilia, ordo Testudines, suborder Crypyodira, superfamily Cheloniidae,
family Cheloniidae, spesies Natator depressus. Penyu pipih selalu memilih kawasan pantai
yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur.
31
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
32
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
33
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Reproduksi penyu adalah proses regenerasi yang dilakukan penyu dewasa jantan dan
betina melalui tahapan perkimpoian, peneluran sampai menghasilkan generasi baru (tukik).
Penyu melakukan perkimpoian dengan cara penyu jantan bertengger di atas punggung penyu
betina. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu, dari ratusan butir telur yang
dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak 1–3% yang berhasil mencapai dewasa.
Penyu melakukan perkimpoian di dalam air laut, terkecuali pada kasus penyu tempayan yang
akan melakukan perkimpoian meski dalam penangkaran apabila telah tiba masa kimpoi. Pada
waktu akan kimpoi, alat kelamin penyu jantan yang berbentuk ekor akan memanjang ke
belakang sambil berenang.
Untuk membedakan kelamin penyu dapat dilakukan dengan cara ”sexual
dimorphism”, yaitu membedakan ukuran ekor dan kepala penyu. Penyu jantan ditandai
dengan ekor lebih panjang daripada penyu betina. Setiap jenis penyu melakukan populasi di
daerah sub-tidal pada saat menjelang sore hari atau pada matahari baru terbit. Setelah 2-3 kali
melakukan kopulasi, beberapa minggu kemudian penyu betina akan mencari daerah peneluran
yang cocok di sepanjang pantai yang diinginkan.
34
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Keberadaannya telah lama terancam, baik oleh faktor alam maupun faktor kegiatan manusia
yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan habitat pantai dan ruaya pakan, kematian akibat interaksi dengan aktivitas
perikanan, pengelolaan teknik-teknik konservasi yang tak memadai, perubahan iklim,
penyakit serta pengambilan penyu dan telurnya yang tak terkendali merupakan faktor-faktor
penyebab penurunan populasi penyu. Hewan berpunggung keras ini tergolong hewan yang
dilindungi dengan katagori sangat terancam, sehingga segala bentuk pemanfaatan dan
peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Selain itu karakteristik siklus hidup
penyu sangat panjang dan unik, sehingga untuk mencapai kondisi “stabil” (kondisi di mana
kelimpahan populasi relatif konstan selama 5 tahun terakhir) dapat memakan waktu cukup
lama.
Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status
dilindungi oleh Negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang
“Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa”. Akan tetapi pemberian status perlindungan saja
tidak cukup untuk memulihkan atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia.
Oleh karena itu dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu
yang komprehensif, sistematis dan terukur.
Upaya penyelamatan dan konservasi penyu, khususnya di Indonesia, dirasakan masih
perlu ditingkatkan lagi. Penyelamatan terhadap satwa ini tentu membutuhkan suatu bentuk
pengelolaan yang tepat dan integral, di mana selain didukung dengan peraturan perundangan,
juga perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kelestarian sumberdaya alam. Bentuk-bentuk upaya tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
A. Perlindungan pantai dan sarang
Bentuk upaya perlindungan pantai peneluran tergantung pada jenis predasi dan
gangguan lain yang khas di lokasi bersangkutan. Perlindungan terhadap sarang-sarang penyu
merupakan hal yang penting, mengingat bahwa dari sarang inilah yang akan menghasilkan
peningkatan populasi penyu di alam. Untuk itu, pengambilan telur-telur penyu secara liar oleh
penduduk harus dicegah melalui pengawasan yang ketat. Untuk itu dilakukan pemantauan
sarang dan penetasan telur-telur penyu sehingga bisa diambil tindakan penyelamatan yang
tepat sesuai dengan intensitas gangguan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah (1) Penga-
wasan terhadap ancaman manusia, (2) Pengawasan hewan liar yang menjadi predator telur-
telur penyu, (3) terlindungan terhadap erosi pantai, dan (4) pengawasan pertumbuhan vegetasi
pantai.
35
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
36
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
C. Pelepasan tukik
Upaya selanjutnya adalah memantau setiap hari atas kemungkinan-kemungkinan
munculnya tukik dari dalam sarang penetasan. Munculnya tukik-tukik tersebut umumnya
pada malam hari hingga menjelang fajar. Tukik-tukik yang baru muncul perlu segera dikum-
pulkan agar terhindar dari predator atau membiarkan mereka menuju ke laut dengan sambil
diawasi. Namun cara yang kedua kurang memberikan hasil yang diharapkan untuk mening-
katkan jumlah populasi penyu karena hanya 1% saja tukik yang menjadi penyu dewasa.
Dengan demikian cara yang paling baik adalah memelihara tukik-tukik hingga mencapai
ukuran yang cukup kuat untuk menghadapi predator. Upaya inilah yang dilakukan oleh tim
IbW untuk memperoleh teknik-teknik terbaik dalam membesarkan tukik sehingga upaya
restocking penyu laut di alam dapat tercapai.
37
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Ancaman terbesar terhadap populasi penyu di alam adalah adanya perdagangan daging
dan telur penyu, ditambah dengan munculnya permintaan plastron untuk pasar Internasional.
Ancaman dari luar kawasan, seperti perdagangan plastron internasional, tidak bisa ditangani
hanya kegiatan penegakan hukum setempat, tetapi harus melalui berbagai inisiatif regional
dan/ atau Internasional. Kegiatan konservasi tidak cukup dilakukan seadanya, diperlukan
adaptasi strategi. Konservasi adalah tindakan budaya, karena itu harus bisa diterima bila
setiap lokasi melakukan upaya konservasi secara berbeda-beda. Di banyak tempat, khususnya
di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan NTB) mulai mengembangkan inisiatif pariwisata
berbasis penyu. Ada peluang konservasi di sana, tapi diperlukan suatu kebijakan, petunjuk
teknis dan pelaksanaan yang relevan dengan kebutuhan biologi penyu agar pelaksanaan
wisata berbasis penyu dapat memberi lebih banyak manfaat ketimbang kerugian.
38
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Fokus proposal IbW tahun pertama ini (2014) adalah pada pembentukan kawasan
wisata unggulan (KWU) di desa Hadiwarno, merupakan KWU baru melalui konsep
konservasi penyu untuk wisata yang memberdayakan masyarakat pesisir sekitar lokasi.
39
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Lokasinya yang strategis di Jalur Lintas Selatan (JLS), menempatkan kawasan ini secara
strategis dalam peta kepariwisataan di lingkup Jawa Timur maupun Nasional. Metode
pelaksanaan program selama tiga tahun yang sedang dan akan dilaksanakan ditunjukkan pada
gbr. 3.1.
40
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
41
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
untuk selanjutnya dilepas kembali ke laut. Secara naluri penyu akan bertelur di pantai tempat
penyu dilepaskan. Dengan demikian makin lama jumlah penyu yang bertelur di pantai yang
dikonservasi akan makin banyak. Untuk kegiatan konservasi penyu ini, sarana yang
diperlukan (gbr. 3.2) adalah: (1) Tempat penetasan yang berpagar; (2) Kolam untuk
menampung anak penyu yang menetas, (3) Kolam karantina, dan (4) Bangunan yang
berfungsi sebagai kantor, ruang pertemuan dan gudang.
A
B
G
F E C
D
Gambar 3.1 Perencanaan Kebutuhan Ruang dan Bangunan untuk Kegiatan Konservasi
Penyu.
Keterangan gambar:
A : Halaman yang ditumbuhi pepohonan,
B : Ruang yang dapat digunakan untuk pertemuan maupun pemanduan pengunjung,
C : Gudang,
D : Kantor dan tempat penyimpanan arsip dan data,
E : Kolam untuk pemeliharaan anak penyu yang menetas sebelum dilepaskan,
F : Tempat penetasan telur penyu,
G : Kolam Karantina.
Catatan: B, C dan D adalah bangunan dalam bentuk satu kesatuan.
42
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
43
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014
Jenis Jabatan
No Nama Deskripsi Tugas
Kepakaran dalam Tim
1 Drs. Wahyu Biologi, Ketua Tim − Penyusunan konsep “revi-
Prihanta, M.Kes. Patibologi talisasi objek wisata, revi-
talisasi hutan mangrove,
dan pemberdayaan masya-
rakat pesisir”;
− Penyusunan organisasi pe-
laksana dan steering co-
mmitee;
− Penyusun kerangka kerja
tim.
2 Ach. Muhib Teknik Mesin, Anggota Tim − Desain konsep pemberda-
44
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
45
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
46
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
Pembuatan tempat penetasan telur penyu sudah dengan memperhatikan faktor pertum-
buhan embrio yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Embrio akan tumbuh optimal pada kisaran
suhu antara 24–33 oC, dan akan mati apabila di luar kisaran suhu tersebut. Kondisi lingkungan
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan embrio sampai penetasan, adalah sebagai berikut.
a. Suhu pasir. Semakin tinggi suhu pasir, maka telur akan lebih cepat menetas. Penelitian
terhadap telur penyu hijau yang ditempatkan pada suhu pasir berbeda menunjukkan bahwa
telur yang terdapat pada suhu pasir 32 oC menetas dalam waktu 50 hari, sedangkan telur
pada suhu pasir 24 oC menetas dalam waktu lebih dari 80 hari.
47
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
b. Kandungan air dalam pasir. Diameter telur sangat dipengaruhi oleh kandungan air
dalam pasir. Makin banyak penyerapan air oleh telur dari pasir menyebabkan
pertumbuhan embrio makin besar yang berakibat diameter telur menjadi bertambah besar.
Sebaliknya, pasir yang kering akan menyerap air dari telur karena kandungan garam
dalam pasir lebih tinggi. Akibatnya embrio dalam telur tidak akan berkembang dan mati.
c. Kandungan oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio. Air hujan
yang menyerap ke dalam sarang ternyata dapat menghalangi penyerapan oksigen oleh
telur, akibatnya embrio akan mati.
5.2 Pembuatan Kolam Pembesaran Tukik
Setelah menetas tukik seharusnya secara mandiri dibebaskan untuk menuju ke laut.
Tetapi kadangkala diperlukan penyelamatan tukik yang masih lemah, karena pada saat di laut
tukik akan berenang atau terombang-ambing dibawa arus laut sehingga dapat dengan mudah
dimangsa oleh predator. Penyelamatan tukik dapat dilakukan melalui kegiatan budidaya
dalam kolam pembesaran tukik (gbr. 5.2), khususnya bagi tukik yang cacat. Tukik cacat yang
berasal dari sarang hatcheries harus diperlihara dalam bak-bak budidaya sampai mencapai
ukuran tertentu (berumur 2–3 bulan). Tukik cacat yang berumur 2-3 bulan ini sudah bisa
melakukan penghindaran dari predator dengan cara menyelam di karang-karang atau bergerak
di komunitas sargassum, karena lobul-lobul paru-parunya sudah mampu menghisap udara.
Tukik cacat yang dipelihara melalui budidaya tidak boleh mendapat gangguan yang dapat
mengakibatkan kelainan tingkah laku.
48
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
b. Pembangunan Flying Fox terpanjang nasional 367 meter untuk kampanye konservasi
penyu secara nasional maupun internasional;
49
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Gambar 5.4 Flying fox, jalan menuju lokasi dan tempat meluncur
c. Pembangunan pagar kawasan wisata konservasi terpadu, pembangunan gerbang kawasan
konservasi, jalan penghubung antar wahana (gbr. 5.5), kolam renang air tawar sekaligus
berfungsi untuk penyedia air untuk mengairi tanaman, Arboretum plasmanutfah tumbuhan
langka Indonesia.
(a) (b)
Gambar 5.5 Pembangunan pagar dan jalan di area konservasi
Ket. Gbr. (a) Ketua Tim IbW dengan Bupati Kab. Pacitan dan (b) Pembuatan jalan dan papan interpretasi
Ke depan, karena program IbW ini akan dilaksanakan selama 3 tahun, tim IbW kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan akan mengembangkan beberapa fasilitas lain yang lebih memperkuat
citra kawasan sebagai lokasi konservasi penyu. Denah dari pengembangan fasilitas konservasi
dan pengembangan wisata berbasis konservasi penyu adalah sebagai berikut (gbr. 5.6).
50
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
51
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Gambar 5.7 Penanam bibit di kawasan konservasi penyu dan lokasi peneluran
52
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
53
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Ekowisata merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari
keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan
dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata
bertanggungjawab. Destinasi untuk ekowisata dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya dari aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola
dan pemerintah. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi
konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahan-
kan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama kawasan konservasi.
Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan
tuntutan dari para eco-traveler. Dengan kata lain, ekowisata dan konservasi merupakan dua
kegiatan yang saling mendukung dan saling tergantung satu sama lain.
54
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
56
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Hubungan antara manusia dan penyu telah berlangsung sejak manusia menghuni
kawasan pesisir dan mengarungi berbagai samudera. Di beberapa tempat, masyarakat meman-
faatkan penyu baik daging maupun telurnya sebagai sumber protein hewani. Pemanfaatan ini,
di samping karena faktor alam, menjadi sebab penurunan populasinya di berbagai belahan
dunia termasuk di Indonesia. Hal ini kemudian menyebabkan semua jenis penyu yang masih
tersisa dibatasi perdagangannya bahkan dimasukkan ke dalam red list oleh CITES.
Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan habitat, populasi penyu dan jumlah
masyarakat akann saling berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain pengetahuan
mengenai penyu itu sendiri. Informasi mengenai biologi, misalnya demografi, tingkah laku,
dan fisiologi penyu merupakan perangkat penting dalam mengembangkan strategi pengelo-
laan konservasi penyu di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Pacitan. Kegiatan
ini merupakan tindakan nyata yang dibutuhkan dalam melakukan pengelolaan konservasi
penyu yang komprehensif, sistematis dan terukur.
7.2 Saran
Siklus hidup penyu yang sangat kompleks yakni berpindah-pindah tempat hidup
(habitat) menyebabkan mereka harus mengarungi samudera luas. Hal ini menyebabkan
perlunya pendekatan terpadu baik di tingkat regional maupun Internasional dalam
perencanaan dan pengelolaannya. Forum komunikasi diperlukan sebagai upaya manajeman
perlindungan lingkungan asli penyu yang tidak hanya berlaku pada suatu kawasan perteluran
hewan ini namun juga di beberapa daerah yang merupakan jalur migrasi hewan ini dalam
mencari makan.
Upaya konservasi dan pembentukan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk
Wisata (KMKPW) “Taman Ria” hendaknya tidak dimaknai konservasi sumberdaya dan
perlindungan semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan
pemanfaatan berkelanjutan terhadap sumberdaya penyu. Untuk itu, kegiatan pemantauan yang
berkesinambungan harus dilakukan untuk bias mengukur kecenderungan populasi penyu dari
tahun ke tahun.
57
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Kecamatan Ngadirojo dalam Angka
2012, Nomor Katalog: 1102001.3501110
2. Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan No. 11 Tahun 2011;
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan
Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan.
4. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2011, Profil Potensi Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pacitan.
5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Pacitan dalam Angka 2012, ISSN:
0215.5710, Katalog BPS : 1102001.3501.
6. Biliana Cincin-Sain dan Robert W. Knecht, 1998, Integrated Coastal and Ocean
Management Concepts dan Practices, Island Press, Washington, DC.
7. Wiyana, Adi, 2004, Faktor Berpengaruh Terhadap Keberlanjutan Pengelolaan
Pesisir Terpadu (P2T). http://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/afi_wiyana.htm.
8. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji dan M.K. Moosa, 1997, The Ecology of the
Indonesian Seas I di dalam The Ecology of Indonesian Series Vol. VII, Periplus
Edition (HK) Ltd.: xiv + 1-642.
9. Muller-Parker, G dan C.F. D’Elia, 1997, Interaction Between Corals and Their
Symbiotic Algae, dalam: Birkeland, C. (ed.).1997. Life and Death of Coral Reefs.
Chapman & Hall, New York: 96-113.
10. Asosiasi Pemeritah Kabupaten Seluruh Indonesia (APAKASI), 2010, Permasalahan dan
Isu Pengelolaan dan Pemanfaatan Pesisir di Daerah, diunduh di http://aplikasi.or.id/
modules.php? name=news&files=article&sid=106.
58
LAMPIRAN
59
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19671219 199103 1 003
5 NIDN 19126702
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 19 Desember 1967
7 e-mail wisatakampuspslkumm@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 0811360190
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Botani Tumbuhan Tinggi
2. Kewirausahaan Dasar
3. Ekologi Hewan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas Negeri Universitas Airlangga
Tinggi Jember
Bidang Ilmu Pend. Biologi Patibologi
Tahun Masuk-Lulus 1985-1990 1994-1997
Judul Skripsi/Tesis/ Perbedan Prestasi Pengaruh Jatropha
Disertasi Belajar Biologi antar Multifida terhadap
Anak Jarak Kelahiran Reaksi Inflamasi
di bawah 2 Tahun
dengan 2 Tahun
Nama Pembimbing/ Drs. Kamdi Dr. Suhartono Taat
Promotor Putra, MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
60
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
61
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
62
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
63
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
64
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
65
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
66
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
67
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Hukum 2, September
Legality, ISSN: 2003-Feb 2003
0854-6509
4 Penguatan Peran Dan Kedudukan Perempuan Dalam Jurnal Ilmiah Vol 13, Nomor
Sektor Publik (Studi Kasus TKW di Malang) Hukum Legali- 2, Sept 2005-
ty, ISSN: 0854- Feb 2006
6509
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Lokakarya Pengayaan Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi 22-23 Feb
Proposal Penelitian Syariah Menurut UU No. 3 Tahun 2006 2008, Lemlit
Fundamental, Lemlit melalui Pengadilan Agama Berbasis UMM
UMM Kemaslahatan sebagai Upaya Menegakkan
Sistem Syariah di Malang Raya
2 Seminar Nasional Hasil “Peningkatan Peranan Peneliti dalam 19-20 Agustus
Penelitian 2008 Mengatasi Masalah-Masalah Sosial, 2008, LPM
Ekonomi, Teknologi dan Hankam Akibat Universitas
Kenaikan Harga Minyak Dunia” Djuanda
(UNIDA),
Bogor
3 Two Days International Women in Public Sector 16-17 July
Conference on Women in 2008, Center
Public Sector for Women
Studies (PSW)
– UGM,
Yogyakarta,
Indonesia,
4 International Conference Perempuan dan Politik (dalam Perspektif January,24,
“Gender and Politic Hukum Indonesia) 2009, PSW
UGM, Yogya-
karta.
5 International Conference Contemporary Roles And Challenges 1-3 Juni 2009,
On Corporate Law 2009 FH UNAIR ,
(ICCL 2009) UUM,
Malaysia
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 Seri Unsur-unsur Penyusun Bangunan Negara 2012 172 Universitas
Hukum: Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Indonesia (Penegakan Hak Buruh Dalam Pustaka
Kepailitan), ISBN : 978-979-3740-94-7 Larasan
(Kumpulan Penulis BBLR, Bidang Hukum
Perburuhan)
2 Harmonisasi Konsep Keuangan Negara Terhadap 2011 116 Citra Mentari,
Kepailitan BUMN Persero Demi Menjamin Malang
Kepastian Hukum , ISBN: 978979829986
3 Model Teoritik Pengembangan Studi Penyelesaian 2010 160 Citra Mentari,
Konflik Kompetensi (Pengadilan Niaga versus Malang
BANI), ISBN: 978-979-98299-6-2978-2
68
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
69
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
70
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
71
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
72
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
73
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
74
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
75
LAMPIRAN 2. Peta Lokasi Wilayah
76
KELOMPOK MASYARAKAT
KONSERVASI PENYU UNTUK WISATA (KMKPW)
“TAMAN RIA”
Sekretariat : Dsn. Taman Ds. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan
Kode Pos : 63573 Tlp. Hp : 082142143111
PACITAN
ANGGARAN DASAR
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN PENDIRIAN
Pasal 1
(1) Organisasi ini bernama KELOMPOK MASYARAKAT KONSERVASI PENYU
UNTUK WISATA (KMKPW) “TAMAN RIA” disingkat dengan nama KMKPW
TAMAN RIA dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar disebut KMKPW.
KMKPW berkedudukan di :
Dusun : Taman
Desa : Hadiwarno
Kecamatan : Ngadirojo
Kabupaten : Pacitan
Propinsi : Jawa Timur
(2) KMKPW didirikan dalam jangka waktu tidak terbatas sesuai dengan tujuannya
terhitung mulai tanggal : 1 Desember 2012.
BAB II
LANDASAN, AZAS DAN PRINSIP
Pasal 2
(1) KMKPW berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
(2) KMKPW berazaskan kekeluargaan;
(3) KMKPW melaksanakan prinsip sebagai berikut :
a. Keanggotaan dilakukan sukarela dan terbatas;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. Pembagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya penyertaan modal usaha masing-masing anggota dan luar anggota;
d. Kemandirian;
e. Pendidikan pelestarian lingkungan;
f. Kerjasama antar organisasi konservasi satwa lokal dan dunia.
BAB III
FUNGSI, PERAN DAN JENIS KEGIATAN
Pasal 3
(1) KMKPW berfungsi untuk membangun dan mengembangkan potensi alam Pantai
Taman Ds. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan, serta untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar.
77
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 4
(1) Keanggotaan KMKPW terdiri dari:
a. Anggota Asli, yang dimaksud dengan Anggota Asli adalah:
1) Anggota Pendiri yaitu: penduduk asli dan/atau bukan asli Dusun Taman, yang
ikut merumuskan berdirinya organisasi konservasi penyu di Dusun Taman
pada tanggal : 1 Desember 2012 berjumlah 31, yang masih aktif dalam
keanggotaan;
2) Penduduk asli Dusun Taman Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan, yang berdomisili di wilayah Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan, yang mendaftarkan diri sebagai anggota;
3) Penduduk bukan asli Dusun Taman Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan, yang berdomisili di Dusun Taman Desa Hadiwarno
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan, yang mendaftarkan diri menjadi
anggota;
4) Pejabat/Petugas Tim Ahli Pendamping dari Universitas Muhammadiyah
Malang;
b. Anggota Tambahan, yang dimaksud dengan Anggota Tambahan adalah:
1) Anggota Warga Perantauan, yaitu: warga Dusun Taman yang berada di
perantauan, yang mendaftarkan diri sebagai anggota dan siap mematuhi segala
ketentuan organisasi.
2) Partisipan, yaitu: semua anggota konservasi lingkungan alam dari seluruh
dunia, yang mendaftarkan diri menjadi partisipan;
3) Penanam Modal/investor, yaitu: orang, lembaga, badan usaha dan atau
organisasi yang memberikan andil (modal usaha) kepada KMKPW.
c. Anggota Khusus, yang dimaksud dengan anggota khusus adalah
78
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1) 1 (satu) orang wakil Pemerintahan Desa Hadiwarno, dalam hal ini adalah
Kepala Desa aktif atau yang mewakili;
2) 1 (satu) orang wakil Organisasi Sosial Kemasyarakatan Desa Hadiwarno,
dalam hal ini adalah Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) aktif atau
yang mewakili;
(2) Anggota Asli adalah pemilik usaha KMKPW dan sekaligus pengguna jasa.
(3) Keanggotaan KMKPW tidak dapat dipindahtangankan, kecuali penanam
modal/investor.
(4) Yang dapat diterima dalam keanggotaan KMKPW, adalah perorangan dan/ atau
organisasi yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum, (untuk
perorangan harus dewasa, tidak dalam perwalian dan sebagainya);
b. Telah menyatakan kesanggupan tertulis untuk mematuhi semua aturan di KMKPW;
c. Telah menyetujui isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga KMKPW.
(5) Keanggotaan KMKPW mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan catatan dalam
Buku Daftar Anggota.
(6) Seseorang dan/atau organisasi yang akan masuk menjadi anggota KMKPW, harus :
a. Mengajukan surat permintaan kepada Pengurus;
b. Bilamana Pengurus menolak permintaan dimaksud pada huruf a, maka Pengurus
segera memberikan surat penolakannya paling lambat 2 (dua) minggu setelah
diterimanya surat permintaan tersebut;
(7) Keanggotaan berakhir, bilamana anggota :
a. Meninggal dunia;
b. Minta berhenti atas permintaan sendiri;
c. Diberhentikan oleh Pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan;
d. Diberhentikan oleh Pengurus karena tidak mengindahkan kewajibannya sebagai
anggota, dan/atau berbuat sesuatu yang merugikan KMKPW.
(8) Berakhirnya keanggotaan mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan catatan
dalam Buku Daftar Anggota
(9) Permintaan berhenti sebagai anggota harus diajukan secara tertulis kepada Pengurus.
(10) Seseorang yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta pertimbangan dalam Rapat
Anggota berikutnya.
Pasal 5
Kewajiban, Hak Anggota Asli
(1) Setiap anggota asli mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Membayar penyertaan modal usaha sesuai pasal 5 ayat (1), Anggaran Dasar ini;
c. Berpartisipasi dalam semua kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38;
f. Untuk anggota pendiri dari Tim Ahli Pendamping Universitas Muhammadiyah
Malang, akan diatur dalam Pasal tersendiri.
(2) Setiap anggota asli mempunyai hak :
a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota;
b. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan Pengawas/Pemeriksa;
c. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan Pasal 12 ayat (2) huruf c;
79
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di dalam dan di luar Rapat
Anggota baik diminta maupun tidak diminta;
e. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
f. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
g. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) sesuai dengan penyertaan
modal usaha masing-masing anggota terhadap KMKPW.
h. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian pembubaran
KMKPW.
(3) Hak dan kewajiban anggota Asli secara teknis, akan diatur tersendiri dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).
Pasal 6
Kewajiban dan Hak Partisipan
(1) Setiap partisipan mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Membantu pembiayaan kegiatan KMKPW secara sukarela tanpa syarat;
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Tidak ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38.
(2) Setiap partisipan mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota, tetapi tidak
mempunyai hak dalam pemilihan pengurus dan pengambilan keputusan;
b. Tidak memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan
Pengawas/Pemeriksa;
c. Tidak mempunyai hak untuk meminta diadakan Rapat Anggota;
d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di dalam dan di luar Rapat
Anggota baik diminta maupun tidak diminta;
e. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
f. Tidak mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha);
g. Tidak mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian
pembubaran KMKPW.
Pasal 7
Pengertian, Kewajiban dan Hak Tim Ahli Pendamping
(1) Yang dimaksud Tim Ahli Pendamping adalah Tim Exspedisi Biokonservasi (TEB)
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), sebagai pencetus ide Konservasi Penyu
Taman Ria.
(2) Tim ahli pendamping mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Memberikan modal awal unit usaha KMKPW sesuai kemampuan dan atau
berdasarkan musyawarah dengan KMKPW;
c. Memberikan masukan teknik dan manajerial kepada Pengurus;
d. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
e. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
f. Ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38
80
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pasal 8
Kewajiban dan Hak Penanam Modal/Investor
(1) Setiap penanam modal/investor mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Memberikan modal/pendanaan untuk pengembangan usaha KMKPW sesuai
kemampuan;
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38
(2) Setiap penanam modal/investor mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota;
b. Tidak memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan
Pengawas/Pemeriksa;
c. Tidak mempunyai hak suara dalam pemilihan pengurus dan pengambilan
keputusan;
d. Berhak menjadi anggota Dewan Penasehat;
e. Tidak mempunyai hak untuk meminta diadakan Rapat Anggota;
f. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta;
g. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
h. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
i. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) sesuai modal usaha yang
disertakan kepada KMP2P;
j. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian pembubaran
KMKPW.
(3) Hak dan kewajiban anggota Asli secara teknis, akan diatur tersendiri dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).
81
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pasal 9
Kewajiban dan Hak Anggota Tambahan Warga Perantauan
(1) Setiap Anggota Tambahan Warga Perantauan mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Memberikan modal usaha KMKPW, dengan besaran sama dengan Anggota
Pendiri;
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 39.
(2) Setiap Anggota Tambahan Warga Perantauan mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota;
b. Tidak memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan
Pengawas/Pemeriksa;
c. Tidak mempunyai hak suara dalam pemilihan pengurus dan pengambilan
keputusan;
d. Berhak menjadi anggota Dewan Penasehat;
e. Tidak mempunyai hak untuk meminta diadakan Rapat Anggota;
f. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta;
g. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
a. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
b. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) sesuai modal usaha yang
disertakan kepada KMKPW;
f. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian pembubaran
KMKPW.
(3) Hak dan kewajiban anggota Asli secara teknis, akan diatur tersendiri dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).
Pasal 10
Kewajiban dan Hak Anggota Khusus
(1) Anggota Khusus mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
d. Memberikan masukan, nasehat, dan/atau pertimbangan, secara langsung kepada
Pengurus dan/atau dalam rapat anggota, yang mendukung perkembangan
organisasi.
(2) Setiap Anggota Khusus mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota;
b. Berhak menjadi anggota Dewan Penasehat;
c. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta;
d. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
e. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
(3) Setiap Anggota Khusus, tidak berhak:
82
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
BAB V
RAPAT ANGGOTA
Pasal 11
(1) Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam KMKPW.
(2) Rapat Anggota diselenggarakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun yang disebut
sebagai Rapat Anggota Tahunan Pemegang Suara; (RATPS)
(3) Rapat Anggota Tahunan Pemegang Suara (RATPS) diselenggarakan untuk membahas
dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus dan pelaksanaannya paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku lampau.
Pasal 12
(1) Selain Rapat Anggota Tahunan Pemegang Suara (RATPS) sebagaimana dimaksud pada
Pasal 11 ayat (3), KMKPW dapat menyelenggarakan Rapat Anggota Luar Biasa (RALB)
apabila keadaannya mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada
pada Rapat Anggota.
(2) Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) dapat diselenggarakan atas kehendak
a. Pengurus;
b. Pengawas/Pemeriksa;
c. Atas permintaan tertulis minimal 50 % (lima puluh perseratus) + 1 (satu) dari jumlah
anggota asli.
Pasal 13
(1) Pada dasarnya Rapat Anggota sah bila dihadiri lebih dari separuh dari Anggota;
(2) Jika Rapat Anggota tidak memenuhi ketentuan dalam ayat (1) di atas, maka diadakan
penundaan. Rapat Anggota untuk beberapa waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari, dan
bila rapat ke dua tidak juga memenuhi syarat tersebut, maka Rapat Anggota dapat
dilaksanakan dan sah bila dihadiri ≥ 30 % (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggota
KMKPW.
Pasal 14
Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban Pengurus serta
Pengawas/Pemeriksa tentang pengelolaan KMKPW.
Pasal 15
Hari, tanggal, waktu dan tempat serta acara Rapat Anggota diberitahukan sekurang-kurangnya
7 (tujuh) hari sebelumnya kepada Anggota.
Pasal 16
(1) Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat;
(2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak;
83
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Dalam hal pemungutan suara setiap anggota asli mempunyai hak 1 (satu) suara.
(4)
BAB VI
PENGURUS
Pasal 17
Pemilihan dan Pengangkatan Pengurus
(1) Pengurus KMKPW dipilih dari dan oleh Anggota Asli dalam Rapat Anggota;
(2) Pemilihan pengurus oleh Anggota Asli dalam Rapat Anggota, hanya untuk memilih 1
orang Ketua 1 atau Ketua Umum.
(3) Pemilihan Ketua 1 atau Ketua Umum bisa dilaksanakan secara aklamasi, dan/atau Tim
Formatur dengan mengutamakan azas musyawarah mufakat.
(4) Ketua 1 atau Ketua Umum terpilih menyusun kepengurusan dalam batas waktu tertentu
sesuai ketentuan Anggaran Rumah Tangga;Yang dapat dipilih menjadi Pengurus adalah
Anggota asli yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat perilaku jujur dan baik di dalam maupun di luar KMKPW;
b. Mempunyai wawasan yang luas, pengetahuan serta keterampilan kerja yang baik;
c. Telah menjadi anggota KMKPW minimal 3 tahun.
(5) Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun;
a. Pengurus berjumlah ganjil terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, yaitu :
Ketua, Sekretaris, dan Bendahara;
b. Jumlah pengurus menyesuaikan perkembangan organisasi.
(6) Ketua 1 atau Ketua Umum yang masa jabatannya telah berakhir, dapat dipilih kembali
untuk 2 (dua) kali masa jabatan secara berturut-turut, dan bisa dipilih kembali apabila
sudah pernah berhenti pada 1 (satu) masa jabatan;
(7) Bila seorang Anggota Pengurus berhenti sebelum masa jabatannya berakhir, maka
melalui Rapat Pengurus dapat mengangkat penggantinya, akan tetapi pengangkatan itu
disahkan oleh Rapat Anggota berikutnya.
(8) Dalam hal pemilihan dan pengangkatan pengurus akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 18
Pemberhentian Anggota Pengurus
(1) Anggota pengurus yang belum habis masa kepengurusannya, bisa berhenti dari
kepengurusan atas permintaan sendiri secara tertulis;
(2) Anggota Pengurus yang belum habis masa kepengurusannya, karena keadaan tertentu,
dan/atau dianggap kurang cakap, dan/atau terbukti tidak mampu menjalankan tugas,
bisa diberhentikan sewaktu-waktu.
(3) Usulan pemberhentian Anggota Pengurus oleh Anggota Asli, sah apabila diusulkan oleh
50% + 1 dari jumlah Anggota Asli;
(4) Usulan pemberhentian Anggota Pengurus oleh Pengawas/Pemeriksa, sah apabila
diusulkan oleh 50% + 1 dari jumlah Pengawas Pemeriksa;
(5) Pemberhentian Anggota Pengurus disahkan dalam rapat anggota, dengan persetujuan
dari Pengawas/Pemeriksa dan Dewan Penasehat;
Pasal 19
(1) Pengurus bertugas untuk :
a. Mengelola KMKPW dan usahanya;
b. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama KMKPW;
84
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pasal 20
(1) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya dalam Daftar Anggota
tentang masuk dan berhentinya Anggota.
(2) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya tentang dimulai dan
berhentinya jabatan Pengurus.
(3) Pengurus harus berusaha agar anggota mengetahui akibat pencatatan dalam Buku Daftar
Anggota.
(4) Setiap anggota Pengurus harus memberikan bantuan kepada Pengawas/Pemeriksa untuk
melaksanakan tugasnya, dan ia diwajibkan untuk memberikan keterangan yang
diperlukan serta memperhatikan segala bentuk pembukuan, persediaan barang, alat-alat
perlengkapan/inventaris dan uang yang ada pada KMKPW.
(5) Tiap Anggota Pengurus harus berusaha agar Pengawas/Pemeriksaan dan/atau
pemeriksaan sebagaimana tersebut dalam Pasal 22 ayat (5) tidak dihambat baik
disengaja atau tidak disengaja oleh anggota Pengurus, Manager maupun Karyawan.
Pasal 21
(1) Pengurus diwajibkan agar setiap kejadian penting dicatat sebagaimana mestinya.
(2) Pengurus wajib memberitahukan pada anggota tiap kejadian penting yang
mempengaruhi jalannya KMKPW.
Pasal 22
(1) Pengurus wajib memberitahukan laporan kepada Pengawas/Pemeriksa tentang keadaan
serta perkembangan organisasi dan usaha KMKPW sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali;
(2) Pengurus diwajibkan berusaha agar segala laporan pemeriksaan KMKPW dapat
diketahui oleh setiap anggota Pengawas/Pemeriksa;
(3) Pengurus diwajibkan berusaha supaya ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat Anggota lainnya diketahui dan
dipahami oleh anggota;
(4) Pengurus diwajibkan untuk memelihara kerukunan diantara para anggota dan mencegah
hal yang menyebabkan timbulnya perselisihan paham;
(5) Perselisihan yang timbul hanya menyangkut kepentingan KMKPW atau dalam
hubungannya sebagai anggota harus diselesaikan oleh Pengurus dengan jalan damai
tanpa memihak salah satu pihak;
(6) Pengurus wajib melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat Anggota.
85
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pasal 23
(1) Pengurus menanggung kerugian yang diderita KMKPW sebagai akibat kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
(2) Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa orang Anggota
Pengurus, maka karena itu mereka bersama-sama menanggung kerugian tadi untuk
seluruhnya, akan tetapi Anggota Pengurus bebas dari tanggungannya jika ia dapat
membukti bahwa kerugian tadi bukan karena kesalahannya serta ia telah berusaha
dengan segera dan secukupnya untuk mencegah kelalaiannya tadi.
Pasal 24
(1) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Pengurus berwenang untuk menggunakan
fasilitas, sarana maupun dana yang tersedia sesuai dengan keperluan;
(2) Pengurus berhak menerima imbalan jasa sesuai dengan keputusan Rapat Anggota;
(3) Pengurus berhak menerima bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) (SHU) sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
BAB VII
PENGAWAS/PEMERIKSA
Pasal 25
(1) Pengawas/Pemeriksa dipilih dari dan oleh Anggota Asli dalam Rapat Anggota;
(2) Pengawas/Pemeriksa berjumlah ganjil, setidak-tidaknya berjumlah 1 (satu) orang;
(3) Pengawas/Pemeriksa bertanggungjawab kepada Rapat Anggota;
(4) Yang dapat dipilih menjadai Pengawas/Pemeriksa adalah Anggota Asli yang memenuhi
syarat-sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat dan perilaku yang baik, di dalam maupun di luar KMKPW
b. Mempunyai wawasan yang luas, pengetahuan serta keterampilan yang baik
terutama dibidang Pengawas/Pemeriksaan.
(5) Pengawas/Pemeriksa dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun;
(6) Anggota Pengawas/Pemeriksa yang masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih
kembali untuk 2 (dua) kali masa jabatan secara berturut-turut, dan bisa dipilih kembali
apabila sudah pernah berhenti pada 1 (satu) masa jabatan;
(7) Pengawas/Pemeriksa bertugas untuk :
a. Melaksanakan Pengawas/Pemeriksaan dan pemeriksaaan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan KMKPW sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
b. Membuat laporan tertulis dari hasil pemeriksaannya, serta disampaikan kepada
Pengurus dalam Rapat Pengurus;
c. Membuat laporan tertulis Pengawas/Pemeriksaan dan pemeriksaannya, serta
disampaikan kepada Pengurus dan Anggota dalam Rapat Anggota Tahunan.
Pasal 26
(1) Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, Pengawas/Pemeriksa berwenang untuk
menggunakan fasilitas, sarana maupun dana yang tersedia sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
(2) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Pengawas/Pemeriksa berwenang untuk
meneliti segala catatan, berkas, barang-barang, uang serta bukti-bukti lainnya yang ada
pada KMKPW.
86
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Pengawas/Pemeriksa berhak menerima imbalan jasa sesuai dengan keputusan Rapat
Anggota.
Pasal 27
(1) Bila pengelolaan KMKPW dilakukan secara professional dengan mengangkat Pengelola
Usaha (Direksi/Manager), maka unsur Pengawas/Pemeriksa dapat ditiadakan atau
diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan melalui Rapat Anggota, dengan
demikian fungsi Pengawas/Pemeriksaan menjadi tugas dan tanggungjawab Pengurus.
(2) Terhadap pihak ketiga, maka mereka yang melakukan Pengawasan/Pemeriksaan atas
KMKPW dan juga Dewan Penasehat diharuskan merahasiakan segala sesuatu tentang
keadaan KMKPW yang didapatkannya dalam melakukan tugasnya.
BAB VIII
PENGELOLA USAHA KMKPW
Pasal 28
(1) Bilamana perlu, pengurus bisa mengangkat Pengelola Usaha;
(2) Pengelola usaha KMKPW diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus berdasarkan
keputusan Rapat Pleno Pengurus dan Pengawas/Pemeriksa
(3) Tugas, wewenang, tanggungjawab, gaji serta pendapatan lainnya atas Pengelola
ditetapkan dalam suatu kontrak kerja.
(4) Khusus Pengelola Usaha Koperasi seperti dimaksud pada Pasal 3 ayat (4) butir a,
dilaksanakan secara terpisah dari unit usaha lainnya, sesuai Undang-undang
perkoperasian yang berlaku;
(5) Apabila Pengelola adalah perorangan, maka Pengelola tersebut harus memenuhi
persyaratan :
a. Tidak pernah melakukan tindakan tercela dalam bidang keuangan dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana dibidang keuangan.
b. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
c. Memiliki keahlian dibidangnya.
(6) Apabila Pengelola lebih dari 1 (satu) orang, maka Pengelola tersebut harus memenuhi
persyaratan :
a. Sekurang-kurangnya 50 % (lima puluh per seratus) dari jumlah Pengelola wajib
mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan dibidang
Usaha Simpan Pinjam atau magang dalam Usaha Simpan Pinjam.
b. Diantara Pengelola tidak boleh mempunyai hubungan kekeluargaan sampai derajat
kedua menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping.
(7) Apabila Pengelola tersebut merupakan Badan Usaha, maka Pengelola tersebut wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan keuangan yang memadai
b. Memiliki tenaga manajerial yang memadai.
(8) Pendapatan dari setiap unit Usaha dapat dipergunakan :
a. Biaya penyelenggaraan secara langsung atau tidak langsung bagi unit Usaha
bersangkutan;
b. Biaya penyelenggaraan secara langsung atau tidak langsung bagi KMKPW;
c. Pemupukan modal unit usaha bersangkutan;
d. Pemupukan modal usaha KMKPW secara umum;
87
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
BAB IX
DEWAN PENASEHAT
Pasal 29
(1) Dewan Penasehat terdiri dari unsur Anggota Khusus, ditambah 1 (satu) orang wakil dari
Tim Ahli Pendamping yaitu Tim Exspedisi Biokonservasi (TEB) - Pusat Studi
Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),
sebagai pencetus ide Konservasi Penyu Taman Ria
(2) Untuk kepentingan KMKPW, Rapat Anggota dapat mengangkat Dewan Penasehat
tambahan.
(3) Rapat Anggota dapat mengangkat anggota atau orang bukan anggota yang mempunyai
keahlian sesuai dengan kepentingan KMKPW untuk menjadi Dewan Penasehat.
(4) Anggota Dewan Penasehat tidak menerima gaji, tetapi dapat diberikan uang jasa atau
honorarium sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
(5) Apabila Anggota Dewan Penasehat bukan anggota asli KMKPW maka Anggota Dewan
Penasehat tersebut tidak mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota maupun Rapat
Pengurus.
(6) Dewan Penasehat dapat memberi saran atau pendapat kepada Pengurus untuk kemajuan
KMKPW baik diminta maupun tidak diminta.
BAB X
PEMBUKUAN KMKPW
Pasal 30
(1) Tahun Buku KMKPW mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
(2) KMKPW wajib menyelenggarakan pembukuan tentang badan usahanya.
(3) KMKPW wajib pada setiap tutup tahun buku mengadakan Laporan Keuangan dalam
bentuk Neraca dan perhitungan rugi/laba.
(4) Semua kegiatan administrasi dan keuangan, dilaporkan pada Rapat Anggota Tahunan
paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun tutup buku.
(5) Laporan keuangan dalam bentuk Neraca dan Perhitungan Rugi/Laba, KMKPW tersebut
wajib diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dan atau Pengawas/Pemeriksa.
BAB XI
KEADAAN KMKPW TIDAK DIRAHASIAKAN
Pasal 31
Pada waktu kantor dibuka, maka Pengurus dapat memberi kesempatan kepada :
a. Setiap anggota untuk menelaah Akta Pendirian dan Akta Perubahan tanpa biaya, dan
untuk mendapatkan salinnya atau petikannya dengan membayar ongkos menyalin
seperlunya.
88
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
b. Setiap anggota untuk menelaah buku, catatan-catatan dan perhitungan keuangan serta
laporan pemeriksaan tanpa biaya, dan untuk mendapatkan salinnya dan atau petikannya
dengan membayar ongkos menyalin seperlunya.
BAB XII
MODAL BADAN USAHA KMKPW
Pasal 32
(1) Modal KMKPW terdiri dari modal sendiri dan modal dari pihak luar
(2) Modal sendiri dapat berasal dari :
a. Penyertaan modal awal dari anggota asli
b. Dana Cadangan
c. Dana penambahan modal dari Laba Bersih (Keuntungan Usaha)
(3) Modal dari pihak luar dapat berasal dari :
a. Donatur
b. Hibah
c. Penanam Modal/Investor
d. Dana dari anggota tambahan yang sah
Pasal 33
Selain modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, KMKPW dapat pula melakukan
pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan.
BAB XIII
PENYERTAAN MODAL USAHA
Pasal 34
(1) Setiap anggota asli harus menyetorkan dana penyertaan modal sebesar Rp. 1.000.000,00
(Satu Juta Rupiah) atas namanya kepada KMKPW, untuk modal usaha;
(2) Untuk anggota pendiri Tim Ahli Pendamping dari Universitas Muhammadiyah Malang,
menyetorkan dana penyertaan modal atas nama organisasi kepada KMKPW, sesuai
kesepakatan dengan KMKPW;
(3) Setiap anggota tambahan warga perantauan, harus menyetorkan dana penyertaan modal
sebesar Rp. 1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah) atas namanya kepada KMKPW, untuk
modal usaha;
(4) Dana penyertaan modal harus dibayarkan sekaligus, akan tetapi Pengurus dapat
mengijinkan anggota, untuk membayar dalam sebanyak-banyaknya 6 (enam) kali
angsuran bulanan;
(5) Pada waktu keanggotaan berakhir, semua dana penyertaan modal akan dikembalikan
kepada anggota bersangkutan, setelah dikurangi bagian tanggungan kerugian anggota
KMKPW, kecuali bagi anggota yang diberhentikan dengan tidak hormat, berdasarkan
Pasal 4 ayat (7) huruf c dan d
Pasal 35
(1) Dana Penyertaan Modal Usaha tidak boleh disimpan pinjamkan, kecuali Dana Simpanan
untuk Unit Usaha Koperasi;
89
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(2) Dana Penyertaan Modal Usaha dari anggota asli dan anggota tambahan, tidak dapat
diminta kembali selama anggota bersangkutan belum berhenti sebagai anggota;
(3) Khusus Dana Penyertaan Modal Usaha dari pihak diluar anggota/investor, dapat dimintai
sesuai dengan Keputusan Rapat Anggota atau menurut perjanjian, setelah dikurangi
bagian tanggungan kerugian KMKPW.
Pasal 36
Apabila keanggotaan berakhir menurut Pasal 4 ayat (7) dan (8), maka Dana Penyertaan
Modal akan dikembalikan kepada yang berhak dengan segera dan selambat-lambatnya dalam
1 (satu) bulan kemudian, setelah dipotong dengan bagian tanggungan kerugian yang
ditetapkan,.
BAB XIV
LABA BERSIH (KEUNTUNGAN USAHA)
Pasal 37
(1) Laba Bersih (Keuntungan Usaha) KMKPW merupakan pendapatan yang diperoleh dalam
1 (satu) tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban-kewajiban lainnya
termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
(2) Laba Bersih (Keuntungan Usaha) yang diperoleh dari usaha KMKPW dibagikan kepada
Anggota sebanding dengan Dana Penyertaan Modal oleh masing-masing Anggota
KMKPW setelah dikurangi cadangan usaha, dana pendidikan, dana pengurus, dana
karyawan, dana pembangunan dan dana sosial. Prosentase atas masing-masing
dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga KMKPW melalui keputusan Rapat Anggota.
BAB XV
TANGGUNGAN ANGGOTA
Pasal 38
(1) Bilamana KMKPW dibubarkan dan pada penyelesaiannya ternyata kekayaan KMKPW
tidak mencukupi untuk melunasi segala perjanjian dan kewajibannya, maka sekalian
Anggota diwajibkan menanggung kerugian masing-masing terbatas Dana Penyertaan
Modal yang seharusnya telah disetor oleh Anggota yang bersangkutan pada KMKPW
serta modal penyertaan lain yang dimiliki.
(2) Kerugian yang diderita oleh KMKPW pada akhir suatu tahun buku ditutup dengan uang
cadangan.
(3) Bilamana kerugian tersebut dalam ayat (2) tidak dapat dipenuhi, maka Rapat Anggota
dapat memutuskan untuk membebaskan bagian kerugian yang belum terpenuhi tanpa
syarat.
BAB XVI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 39
(1) Perubahan Anggaran Dasar KMKPW dapat dilakukan, apabila mempunyai alasan yang
kuat dan dibutuhkan oleh Anggota, dalam rangka meningkatkan efesiensi usaha
KMKPW dan kepentingan Anggota;
90
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(2) Perubahan Anggaran Dasar KMKPW dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Anggota dan dituangkan dalam Berita Acara Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar
KMKPW;
(3) Perubahan Anggaran Dasar KMKPW yang menyangkut perubahan bidang usaha struktur
permodalan, tanggungan Anggota, nama KMKPW, penggabungan dan/atau pembagian
hasil usaha KMKPW, selain disahkan oleh paling sedikit 3/4 anggota dan
pengawas/pemeriksa, juga perlu persetujuan paling sedikit 3/4 anggota Penasehat
KMKPW yang hadir;
(4) Perubahan Anggaran dasar KMKPW yang tidak menyangkut ayat (3) tersebut tidak perlu
mendapatkan pengesahan dari anggota Penasehat, tetapi disahkan oleh paling sedikit 3/4
anggota dan pengawas/pemeriksa yang hadir;
(5) Keputusan Rapat Anggota dan/atau berita acara perubahan seperti tersebut pada ayat (2)
wajib dilaporkan kepada Dinas terkait di wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Pacitan,
oleh Pengurus KMKPW paling lambat 1 (satu) bulan sejak Perubahan Anggaran Dasar
dilakukan.
(6) Sahnya Quorum Rapat Perubahan Anggaran Dasar bilamana dihadiri sekurang-
kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah Anggota.
BAB XVII
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN
Pasal 40
Pembubaran KMKPW dapat dilakukan berdasarkan :
a. Keputusan Rapat Anggota;
b. Keputusan Pengadilan;
c. Keputusan Pemerintah.
Pasal 41
(1) Dengan memperhatikan Pasal 11 Anggaran Dasar ini, maka Rapat Anggota Luar Biasa
dapat mengambil keputusan untuk membubarkan KMKPW;
(2) Keputusan Pembubaran KMKPW dimaksud, diberitahukan kepada seluruh anggota,
pengawas/pemeriksa, partisipan, dewan penasehat dan investor;
(3) Selama pemberitahuan keputusan pembubaran KMKPW belum diterima
oleh investor seperti pada pasal 39 ayat (2), maka pembubaran KMKPW belum berlaku
baginya.
Pasal 42
Keputusan Pembubaran KMKPW oleh Pengadilan dan atau Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf b dilakukan apabila :
a. Terdapat bukti-bukti bahwa KMKPW yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan
Undang-Undang yang berlaku;
b. Kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan;
c. Kelangsungan hidupnya tidak dapat diharapkan lagi (pailit)
Pasal 43
Untuk kepentingan Investor dan para Anggota KMKPW, terhadap pembubaran KMKPW
dilakukan penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut penyelesaian.
91
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pasal 44
(1) Penyelesaian dilakukan oleh penyelesai pembubaran yang selanjutnya disebut Penyelesai;
(2) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Rapat Anggota, Penyelesai ditunjuk oleh
Rapat Anggota dan bertanggungjawab kepada Kuasa Rapat Anggota;
(3) Untuk penyelesaian berdasarkan Keputusan Pengadilan dan atau Pemerintah, Penyelesai
ditunjuk oleh Pengadilan dan atau Pemerintah dan bertanggungjawab kepada Pengadilan
dan atau Pemerintah;
(4) Selama dalam proses penyelesaian, KMKPW tersebut tetap ada dengan sebutan
“KMKPW dalam Penyelesaian”.
Pasal 45
Penyelesai mempunyai hak, wewenang dan kewajiaban sebagai berikut :
a. Melakukan segala pembuatan hukum untuk dan atas nama “KMKPW dalam
Penyelesaian”;
b. Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan;
c. Memanggil Anggota dan bekas Anggota tertentu, Pengurus serta Pengawas/Pemeriksa
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
d. Memperoleh, memeriksa dan menggunakan catatan-catatan serta arsip KMKPW;
e. Menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang didahulukan dari
hutang lainnya;
f. Menggunakan sisa kekayaan KMKPW untuk menyelesaikan sisa kewajiban KMKPW;
g. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada Anggota;
h. Membuat Berita Acara Penyelesaian.
BAB XVIII
PEMBINAAN
Pasal 46
(1) Pemerintah menciptakan dan mengembangkan iklim serta kondisi yang mendorong
pertumbuhan dan kemajuan KMKPW.
(2) Pemerintah melalui instansi terkait, memberikan bimbingan, kemudahan dan
perlindungan kepada KMKPW.
BAB XIX
SANKSI – SANKSI
Pasal 47
(1) Setiap Anggota yang melanggar Pasal 4 ayat (4) huruf a,b, dan c dilakukan sanksi
sebagai berikut :
a. Tidak berpartisipasi dalam kegiatan usaha selama satu tahun buku, dikenakan sanksi
secara bertahap mulai peringatan, skorsing dan pemberhentian dengan tidak hormat;
b. Tidak melaksanakan kewajiban dalam transaksi usaha, dikenakan sanksi secara
bertahap mulai dari peringatan, skorsing dan pemberhentian dengan tidak hormat.
(2) Rapat Anggota dapat memutuskan untuk memberhentikan Pengurus yang tidak
melaksanakan Pasal 17 ayat (1) dan (2), Pasal 18 dan Pasal 19 Anggaran Dasar ini.
(3) Rapat Anggota dapat memutuskan untuk memberhentikan Pengawas/Pemeriksa yang
tidak melaksanakan Pasal 23 ayat (5) Anggaran Dasar ini.
(4) Sanksi-sanksi tersebut dalam ayat (1), (2), dan (3) tidak menutup kemungkinan adanya
penuntutan oleh KMKPW sesuai dengan hukum yang berlaku.
92
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(5) Sanksi yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur kemudian dalam
Anggaran Rumah Tangga.
BAB XX
PENUTUP
Pasal 48
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus yang tidak boleh bertentangan dengan
Anggaran Dasar ini.
Anggaran Dasar KMKPW “TAMAN RIA” ini disahkan pada tanggal Dua Puluh bulan
April tahun Dua Ribu Tiga Belas di Pacitan oleh kami selaku Pendiri.
93
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi Dinamik, Volume 1, Nomor 1, Nopember 2014, ISSN ......
Abstrak
Terdapat tujuh spesies penyu laut di dunia, enam di antaranya ada di Indonesia dan empat spesies yaitu
penyu hijau (Chelonia mydas), penyu blimbing (Dermochelys imbricate), penyu sisik (Eretmochelys imbricate)
dan penyu abu-abu (Lepidochelys olivaceae) diketahui bertelur di Pantai Taman, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Pacitan. Setiap jenis penyu diklasifikasikan sebagai terancam, terancam punah, dan sangat terancam
punah. Ancaman terhadap penyu laut meliputi 1) perburuan yang sangat intensif karna nilai ekonomi telur,
daging dan cangkangnya, 2) pembangunan pantai yang berakibat hilangnya habitat bertelur penyu, 3) lalu-lintas
kapal, 4) adanya serangan beberapa pemangsa, dan 5) perubahan iklim. Upaya untuk menjaga agar keberadaan
penyu laut tetap berlangsung telah dilakukan di Pantai Taman, antara lain: menjaga pantai tempat penyu bertelur,
membuat daerah penetasan telur buatan dan membuat kolam pembesaran tukik sebelum dilepaskan kembali ke
lautan. Upaya konservasi penyu terbilang sukses dengan kegiatan ekowisata sebagai penunjang dananya.
Kata-kata kunci : penyu laut, terancam, konservasi, ekowisata, daerah peneluran.
Abstract
There are seven species of the sea turtles in the world, six of them exist in Indonesia and four of them, known
that are Chelonia mydas, Dermochelys imbricate, Eretmochelys imbricate and Lepidochelys olivaceae lay eggs
in Taman Beach, subdistrict of Ngadirojo, regency of Pacitan. Every sea turtle species is classified as either
vulnerable, threatened, or endangered. Threats to sea turtles include 1) intensive hunting due to the economic
value of their eggs, meats and shells, 2) coastal development which leads to loss of nesting habitat, 3) boat
traffic, 4) facing attack by a variety of predators, and 5) climate change. Attempts to ensure the continued
existence of these sea turtles had been carried out in Taman Beach, comprising: nesting beach protection,
artificial incubation and rearing their juvenils in the beach before releasing them to the ocean. The conservation
of sea turtle had been succesfull with ecotourism as supporting its fund.
Keywords : sea turtle, endangered, conservation, ecotourism, nesting beaches.
sangat mungkin diunggulkan, karena satwa penyu konservasi penyu untuk wisata di Pantai Taman Desa
merupakan satwa langka dunia sehingga perlindungan Hadiwarno, Kec. Ngadirojo ini terealisasi, akan
penyu akan sangat mungkin dapat menggaet perhatian menjadikan embrio pengembangan wisata bahari di
dunia internasional. Kab. Pacitan.
Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang oleh tim IbW pada 2005 menunjukkan bahwa penyu
hidup pada pantai berpasir halus adalah pada oleh masyarakat dianggap ikan sehingga ditangkap
penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang dan diperjualbelikan secara bebas. Beberapa
halus mempunyai retensi air yang mampu menampung masyarakat pernah mendengar tentang perlindungan
lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme penyu (sea turtle rescue) namun tidak pernah ada
untuk menggali. Gerakan ombak dapat pula penindakan oleh pihak berwenang di Pantai Taman.
mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil Masyarakat juga mengenal mitos tentang penyu
menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat sebagai hewan yang memiliki nilai mistis (malati),
akan terangkut, teraduk, dan terdeposit kembali. sehingga tidak semua orang berani menyembelihnya.
Karena kondisi di lapisan permukaan sedimen yang Pada Desember 2013, Tim IbW mengadakan
terus menerus bergerak, maka hanya sedikit organisme sosialisasi program konservasi penyu untuk wisata
yang mempunyai kemampuan untuk menetap secara pada masyarakat Dusun Taman. Pada saat itu
permanen sehingga inilah yang menyebabkan pantai disepakati pembentukan kelompok masyarakat
seperti terlihat tandus. penyelamat penyu untuk wisata (KMP2W), yang
Adanya spesies penyu yang mendiami Pantai kemudian berubah nama menjadi Kelompok
Taman (gbr. 3) karena masih seimbangnya rantai Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata
makanan. Mulai dari adanya padang lamun sebagai (KMKPW) “Taman Ria” (gbr. 4). Selanjutnya
penyedia makanan bagi detritus sampai penyu hijau dilakukan kampanye perlindungan penyu di sekolah
sebagai konsumen utama. Meskipun letak padang dan masyarakat oleh tim IbW. Dukungan dari Pemda
lamun di Pantai Taman tidak berdekatan dikarenakan ditunjukkan dengan sering hadirnya Bupati Pacitan ke
kontur pantai yang curam tetapi suplai makanan untuk lokasi konservasi penyu Pantai Taman. Dukungan
penyu hijau terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan Desa Hadiwarno diwujudkan dengan dise-rahkannya
masih adanya penyu yang bertelur di daerah ini. Hal lahan negara seluas 10 ha untuk pengem-bangan
ini didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya kawasan konservasi penyu (Perdes No.7 Tahun 2012).
mendarat di pantai yang berpasir halus kaya akan Tahap berikutnya disepakati bersama arah
nutrient untuk tempat menetaskan telurnya. Keadaan pengembangan konservasi penyu untuk ekowisata.
ini kemudian didukung oleh kondisi pantai yang Pada tahap ini mulailah dibangun flying fox terpanjang
berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang di Indonesia sepanjang 475 m untuk pembiayaan
memudahkan penyu bermigrasi. konservasi penyu dan kampanye konservasi penyu di
Pantai Taman. Seluruh aktifitas pengembangan
konservasi penyu disepakati dalam kerangka besar
dengan nama “Konservasi Penyu melalui Pengem-
bangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa
Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan”.
dengan larutan KMnO4 (kalium permanganat) di kriteria. Beberapa kriteria tersebut berupa: 1)
kolam kolam karantina. Penilaian terhadap penetapan ekowisata di Pantai
Taman, dan 2) Bagai-mana konsep pengelolaan
C. Pembangunan Fasilitas Wisata Konservasi
ekowisata berbasis penyu dengan tetap
Pengembangan fasilitas wisata konservasi penyu memperhatikan perlindungan terha-dap kelestarian
terpadu oleh tim IbW dilakukan setelah pelaksanaan lingkungan, dampak negatif minimum, kon-tribusi
kegiatan konservasi sudah berjalan. Kegiatan pengem- terhadap ekonomi lokal, dan pemberdayaan
bangan fasilitas wisata yang sudah dilakukan adalah masyarakat setempat. Berdasarkan hasil observasi
sebagai berikut. yang menggunakan kriteria tersebut diperoleh hasil
o Pembangunan pusat informasi penyu. Bangunan ini sebagai berikut.
digunakan sebagai kantor, gudang, dan ruang
pertemuan (gbr. 9). Gedung berfungsi sebagai pusat A. Ekowisata di Pantai Taman
informasi kawasan wisata terpadu. Gedung Ekowisata adalah perjalanan dan kunjungan ke
dilengka-pi pagar kawasan wisata konservasi ling-kungan alam yang relatif masih asli, yang
terpadu, gerbang kawasan konservasi, jalan dilakukan secara bertanggungjawab, untuk menikmati
penghubung antar wahana (gbr. 6) dan kolam dan meng-hargai alam dengan segala bentuk budaya
renang air tawar sekaligus berfungsi sebagai yang menyertainya, yang mendukung konservasi,
penyedia air untuk mengairi tanaman Arboretum
memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan
plasmanutfah.
sosioekonomi masyarakat setempat yang
bermanfaat.[5] Dalam kegiatan ekowisata terkandung
unsur-unsur kepedulian, tanggungjawab dan
komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata
merupakan upaya untuk memaksimalkan dan
sekaligus melestarikan potensi sumber-sumber alam
dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber
pendapatan yang berkesinambungan.
Jabaran indikator mengenai kegiatan ekowisata di
Pantai Taman tersebut dapat ditentukan dengan
dipenuhinya prinsip-prinsip pengembangan ekowisata.
Berdasarkan hasil pemetaan diperoleh keadaan
sebagai berikut yang memenuhi kaidah prinsip
Gambar 9. Gedung pusat informasi penyu ekowisata.
o Pembangunan flying fox terpanjang nasional 367 o Konservasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan
m. Desain pengelolaan konservasi penyu yang baik meliputi: 1) Teknis pemantauan penyu bertelur dan
membutuhkan adanya dukungan infrastruktur yang penetasan telur secara alami, 2) Teknis
ekstensif, pembinaan kapasitas dan pembiayaan penangkaran (mulai dari kegiatan pemindahan
yang tinggi. Pembangunan flying fox (gbr. 10) ber- telur, penetasan semi alami, pemeliharaan tukik
fungsi untuk menarik wisatawan datang berkunjung hingga pelepasan tukik), 3) teknik monitoring atau
sekaligus membantu upaya konservasi dan untuk pemantauan penyu (meliputi pemantauan terhadap
kampanye konservasi penyu secara nasional telur dan sarang telur, tukik dan penyu yang
maupun internasional. bertelur), 4) teknik pembinaan habitat (meliputi
teknik pembinaan habitat alami dan teknis
pembinaan habitat semi alami), dan 5) Teknik
pengelolaan wisata berbasis penyu. Beberapa
bentuk konservasi tidak merusak sumber daya alam
itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan
ramah lingkungan. Hasil pemanfaatan tersebut
telah dapat dijadikan sumber dana untuk
membiayai upaya konservasi, mendukung
pemanfaatan sumber daya lokal secara lestari serta
meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi
pihak swasta untuk berperan serta dalam program
konservasi dan mendukung upaya pengawetan
Gambar 10. Uji coba flying fox di Pantai Taman jenis.
o Pendidikan. Kegiatan ekowisata berbasis penyu
IV. KARYA UTAMA telah meningkatkan kesadaran masyarakat dan
Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi merubah perilaku masyarakat tentang perlunya
Desa Hadiwarno dengan Pantai Tamannya sebagai upaya konservasi penyu dan menjaga sumber daya
areal konservasi dan ekowisata, digunakan beberapa alam hayati dan keanekaragamannya.
o Ekonomi. Kegiatan ekowisata di Pantai Taman pantai peneluran terhadap jenis predator dan
telah dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi gangguan lain yang khas di lokasi Pantai Taman.
pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan Telah dibuat oleh tim IbW kegiatan pemantauan
masyarakat setempat, memacu pembangunan sarang dan penetasan telur-telurnya untuk menduga
wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun prosentase telur-telur yang hilang akibat faktor
nasional serta menjamin kesinambungan usaha. alamiah dan manusia.
Dalam skala besar dampak ekonomi secara luas
juga telah dirasakan oleh Kab. Pacitan melalui
kawasan pengembangan pariwisata (KPP).
o Peran aktif masyarakat. Peran aktif masyarakat
dilakukan dengan membangun hubungan kemitraan
dengan masyarakat setempat di antaranya dengan
pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses
perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi, menggugah prakarsa dan
aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan
ekowisata, memperhatikan kearifan tradisional dan Gambar 12. Denah tata ruang kawasan konservasi penyu
kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi o Konstruksi daerah wisata berbasis penyu sesuai
benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya dengan desain tata ruang yang telah disusun,
setempat serta menyediakan peluang usaha dan termasuk penanaman vegetasi-vegetasi yang sesuai
kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi dengan habitat penyu (gbr. 13). Secara umum,
masyarakat sekitar kawasan. vegetasi dari daerah pantai ke arah daratan adalah:
o Wisata. Yang tak kalah penting dari prinsip 1) Tanaman pioneer, 2) Zonasi jenis-jenis tanaman
pengem-bangan ekowisata adalah kegiatan wisata yang terdiri dari Hibiscus tiliaceus, Gynura
itu sendiri. Dengan menyediakan informasi yang procum-bens, dan lainnya, 3) Zonasi jenis-jenis
akurat tentang potensi kawasan, kenyamanan dan tanaman seperti Hernandia peltata, Terminalia
keamanan bagi pengunjung sehingga akan catappa, Cycas rumphii, dan lainnya, 4) Zonasi
memberikan kesempatan pengunjung menikmati terdalam dari forma-si hutan pantai Callophyllum
pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai inophyllum, Canavalia ensiformis, Cynodon
fungsi konservasi serta memahami etika berwisata dactylon, dan lainnya.
dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian
lingkungan (gbr. 11).
o Pengembangan ekowisata berbasis penyu di Pantai bilateral dan regional. Kompleksitas dampak sosial-
Taman masih tetap memperhatikan kondisi dan ekonomi yang muncul pada setiap keputusan
kenyamanan bagi penyu untuk bertelur, mengingat pengelolaannya memandatkan adanya partisipasi aktif
sifat penyu yang sangat sensitif terhadap gangguan dan progresif dari berbagai pihak.
cahaya, suara, dan habitat.
VI. KESIMPULAN
V. ULASAN KARYA
Hubungan antara manusia dan penyu telah
Upaya konservasi penyu merupakan program yang berlangsung sejak manusia menghuni kawasan pesisir
sangat penting dan mendesak untuk melindungi dan dan mengarungi berbagai samudera. Di beberapa
menyelamatkan populasi penyu, terutama di Indonesia tempat, masyarakat memanfaatkan penyu baik daging
karena terdapat 6 dari 7 spesies penyu yang masih ada
maupun telurnya sebagai sumber protein hewani.
di dunia saat ini. Pantai Taman di Desa Hadiwarno
Pemanfaatan ini, di samping karena faktor alam,
Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan didiami 4 dari 6 spesies
menjadi sebab penurunan populasinya di berbagai
penyu di Indonesia. Guna mendukung keberhasilan
dan keberlanjutan upaya pengelolaan konservasi belahan dunia termasuk di Indonesia. Hal ini
penyu, tim IbW telah membangun beberapa fasilitas kemudian menyebabkan semua jenis penyu yang
yang mendu-kung upaya konservasi dan keberlanjutan masih tersisa dibatasi perdagangannya bahkan
program melalui kegiatan ekowisata. dimasukkan ke dalam red list oleh CITES.
Upaya konservasi penyu tak akan pernah cukup Karena populasinya yang terancam, konservasi
jika hanya dilakukan di lokasi peneluran saja, karena penyu menjadi kegiatan yang mendesak dilakukan.
penyu adalah satwa bermigrasi (gbr. 14). Penyu yang Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan
telah mencapai usia dewasa di suatu ruaya peneluran habitat, populasi penyu dan masyarakat sekitar akan
(fora-ging ground) akan bermigrasi ke lokasi saling berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain
perkawinan dan pantai peneluran (breeding and pengetahuan mengenai penyu itu sendiri. Informasi
nesting migration). Setelah mengeluarkan semua biologi penyu, misalnya demografi, tingkah laku, dan
telurnya, penyu betina akan kembali bermigrasi ke fisiologi penyu merupakan perangkat penting dalam
ruaya pakannya masing-masing (post-nesting mengembangkan strategi pengelolaan konservasi
migration). Demikian pula halnya dengan penyu penyu yang dilakukan di Pantai Taman, Desa
jantan, yang akan bermigrasi kembali ke ruaya Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Pacitan. Kegiatan ini
pakannya setelah selesai melakukan perkawinan. merupakan tindakan nyata yang dibutuhkan dalam
melakukan pengelolaan konservasi penyu yang
komprehensif, sistematis dan terukur. Karena program
IbW ini akan dilaksanakan 3 tahun, maka tinggkat
capaian tim IbW di kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
sekitar 35% (atau 100% untuk tahun I). Tim IbW akan
mengembangkan beberapa fasilitas lain yang lebih
memperkuat citra kawasan sebagai lokasi konservasi
penyu dan kawasan wisata.
o Meningkatkan pendapatan masyarakat dari tiket Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan
langsung maupun multiplayer effect dari kegiatan RI.
ekowisata (jasa pemanduan, souvenir maupun [4] Adnyana, I.B. Windia dan Hitipeuw, Creusa,
perdagangan lainnya). 2009, Panduan Melakukan Pemantauan
o Mengembangkan kegiatan ekowisata berbasis Populasi Penyu di Pantai Peneluran di
konservasi penyu untuk meningkatkan Indonesia, WWF-Indonesia.
perekonomian masyarakat. [5] Nuryanti, Wiendu, 1993, Concept, Perspective
o Keberadaan pantai Taman sebagai kawasan and Chalenges in Ecotourism, makalah pada
konservasi dan ekowisata di Desa Hadiwarno, telah Konferensi Internasional mengenal Pariwisata
dapat memberi kontribusi nyata bagi Pendapatan Budaya, Gadjah Mada University Press,
Asli Daerah (PAD) dan ekonomi lokal. Hal ini Yogjakarta.
dilakukan melalui kolaborasi tiga pelaku dalam
industri pariwisata, yaitu: destinasi wisata, IX. PENGHARGAAN
wisatawan, dan masyarakat lokal bisa
Atas terselesaikannya kegiatan PPM skim IbW pada
diintegrasikan secara maksimal dalam industri
tahun I, tim pengabdi menyampaikan terima kasih
pariwisata.
kepada beberapa pihak yang berjasa dalam ikut mem-
o Informasi mengenai sumberdaya alam terutama bantu kelancaran kegiatan ini. Ucapan terima kasih
keragaman flora, fauna dan geologi yang terdapat disampaikan kepada:
di desa wilayah IbW dapat diketahui masyarakat
luas. Hal ini bisa menawarkan kesatuan nilai 1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada
berwisata bagi wisatawan yang terintegrasi antara Masyarakat (Dit. Litabmas), Ditjen Dikti,
keseimba-ngan menikmati keindahan alam dan Kemendikbud di Jakarta;
upaya melestarikannya. 2. Pemerintah Kabupaten Pacitan beserta segenap
jajarannya yang telah ikut membantu kelancaran
VIII. DAFTAR PUSTAKA pelaksanaan kegiatan;
[1] Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana 3. Direktur DPPM dan Wadir Bidang PPM
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten turut membantu terlaksananya kegiatan;
Pacitan No. 11 Tahun 2011. 4. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
[2] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten beserta segenap jajarannya yang telah membantu
Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan Kawasan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim IbW ini; dan
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan. 5. Ka. UPT. P2M Politeknik Negeri Malang yang
[3] Dermawan, Agus; Nuitja, I Nyoman, Soedharma, telah membantu kelancaran administrasi
Dedi, 2009, Pedoman Teknis Pengelolaan Kon- pelaksanaan PPM skim IbW ini;
servasi Penyu, Direktorat Konservasi dan Taman 6. Kades Desa Hadiwarno beserta segenap jajarannya
Nasional Laut, Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau- dan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu
untuk Wisata (KMKPW) “Taman Ria” yag telah
sangat membantu kerja tim IbW.