Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN AKHIR

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo


Kabupaten Pacitan
Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun

Oleh:

Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes., NIDN 19126702, Ketua Tim pengusul


Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T., NIDN 0015047002, Anggota Tim pengusul
Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH., MSi., M.Hum, NIDN. 0026036301, Anggota Tim Pengusul
Drs. Amir Syarifuddin, M.Hut., NIDN. 0010045803, Anggota Tim Pengusul
Ir. Tundung Subali Patma, M.T., NIDN 0024045906, Anggota Tim Pengusul

Dibiayai oleh :
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi
Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Surat perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada
Masyarakat No.: 004/SP2H/PPM-MULTI/K7/KM/2014 Tanggal 03 April 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


POLITEKNIK NEGERI MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

Desember 2014

i
ii
iii
RINGKASAN

Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,87 km2, terbagi atas 12 kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo menjadi wilayah PPM skim IbW ini. Kab. Pacitan terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah dan perbukitan yang membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku
masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Visi Kab. Pacitan yaitu: “Terwujudnya
Masyarakat Pacitan yang Sejahtera” dilaksanakan melalui 6 misi, di mana visi ke-4
“Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan” dan ke-5 “Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar” menjadi dasar pelaksanaan PPM skim IbW dengan judul “IbW
Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”.
Penyu merupakan kelompok hewan purba yang saat ini dalam kondisi semakin
mendekati kepunahan. Hal ini disebabkan karena perbuatan manusia dan karena faktor alam.
Oleh karena itu keberadaan penyu perlu dilindungi karena: (1) penyu merupakan peninggalan
hewan purba yang telah mendekati kepunahan; (2) perkembangbiakan penyu sangat lambat,
namun mampu hidup ratusan tahun, hanya sekitar 1 dari 1000 telur yang dihasilkan berhasil
hidup dewasa, (3) penyu dapat dikembangkan sebagai aset wisata sehingga akan
mendatangkan keuntungan langsung melalui penjualan tiket maupun keuntungan tidak
langsung, seperti halnya akan dibelinya souvenir wisata. Pengembangan wisata akan mampu
menjadi daya tarik wisata asing mengingat penyu merupakan hewan langka tingkat dunia; dan
(4) bagi pemerintah daerah perlindungan penyu akan meningkatkan image nasional maupun
internasional di bidang konservasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan” dilakukan dengan cara (1) Membuat model kegiatan wisata
yang bertumpu pada lingkungan, bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi
masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam, (2) Melakukan penilaian objek dan
daya tarik wisata pada kawasan konservasi flora dan fauna, dalam hal ini penyu dan
ekosistemnya, dapat bersinergi dengan kegiatan ekowisata, dan (3) Membuat model kelemba-
gaan pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Metode yang dilaksanakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah Revitalisasi objek
wisata berupa konservasi penyu melalui kegiatan: (1) Pembangunan sarana dan prasarana
pendukung daya tarik wisata, (2) Pengembangan keunikan dan citra kawasan sebagai lahan
konservasi penyu berba-sis masyarakat, dan (3) Revitalisasi aksesibilitas kawasan wisata
dipadu dengan jaringan Jalan Lingkar Selatan (JLS). Pembangunan sarana yang telah
dilakukan adalah (1) Pembuatan daerah penetasan telur (hatcheries), (2) Pembuatan kolam
pembesaran tukik, dan (3) Pengembangan fasilitas wisata konservasi terpadu. Rencana
tahapan berikutnya adalah (1) Rehabilitasi habitat bertelur penyu dan (2) Pendidikan
konservasi penyu.

Kata-kata kunci: konservasi penyu, ekowisata, citra kawasan, kelembagaan wisata, klaster
agroindustri.

iv
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga laporan kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim
Ipteks bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud, Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 0263/E5/2014 ini dapat
diselesaikan sesuai jadwal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Agus Subekti, M.Sc, selaku Direktur Dit. Litabmas, Ditjen Dikti, Jakarta
beserta semua jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes, selaku Direktur DPPM UMM beserta segenap
jajarannya yang telah membantu kelancaran PPM skim IbW ini;
3. Bapak Dr. Ir. Adi Sutanto, MM, selaku Wakil Direktur II DPPM Bidang PPM UMM
yang telah membantu pelaksanaan PPM skim IbW ini;
4. Bapak Drs. Indarto, MM, selaku Bupati Kabupaten Pacitan yang berkenan menerima dan
menyambut dengan antusias kegiatan PPM skim IbW ini;
5. Bapak Drs. Heru Wiwoho Supadi Putra, M.Si, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan
yang berkenan sharing dana dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
6. Bapak Drs. Mohammad Syaifuddin, MM selaku Dekan FKIP Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim
IbW ini; dan
7. Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu serta pengertian
keluarga yang telah sangat banyak membantu dan memberikan dorongan semangat demi
terselesainya laporan kemajuan PPM skim IbW ini.
Pada laporan kemajuan PPM skim IbW ini, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
dalam penyampaian dan penulisan istilah. Kami berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan kemajuan PPM skim IbW ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama yang memiliki ketertarikan dengan dunia pariwisata
khususnya desa wisata.
Malang, 12 Agustus 2014

Tim Pelaksana PPM IbW

v
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
RINGKASAN ……………………………………………………………………….. v
PRAKATA …………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Pantai Taman sebagai Lokasi Konservasi ............................................... 3
1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan .......................... 5
1.4 Perkembangan Konservasi Penyu di Pantai Taman ............................... 7
1.5 Tujuan dan Manfaat Kegiatan ................................................................ 9
1.6 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW ................................................... 10
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
2.1 Potensi Wilayah pesisir Kabupaten Pacitan ........................................... 11
2.2 Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu ........................................ 13
2.3 Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir ............................................... 15
2.4 Konservasi Ekosistem Wilayah Pesisir .................................................. 19
2.4.1 Permasalahan pengelolaan potensi wilayah pesisir …………………. 21
2.4.2 Langkah pengelolaan potensi wilayah pesisir ………………………. 23
2.5 Jenis Penyu sebagai Daya Tarik Wisata ………………………………. 24
2.6 Konservasi Penyu dan Lingkungannya ……………………………….. 32
2.6.1 Siklus hidup penyu …………………………………………………. 33
2.6.2 Perlindungan penyu dan habitatnya …………………………………. 34
2.7 Luaran yang akan dihasilkan …………………………………………. 37
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan ........................................ 39
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 40
3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo ........... 40
3.4 Tahapan Kegiatan IbW Revitalisasi Objek Wisata ……………………. 41
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan ........................ 43
4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra ......................................................... 44
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan .......................................................... 44
4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ................. 45
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI
5.1 Pembuatan Daerah Penetasan Telur (hatcheries) ................................... 47
5.2 Pembuatan Kolam Pembesaran Tukik .................................................... 48

vi
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

5.3 Pengembangan Fasilitas Wisata Konservasi Terpadu ………………… 49


5.4 Rehabilitasi Habitat Bertelur Penyu …………………………………… 51
5.5 Pendidikan Konservasi Penyu ………………………………………… 52
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata ……………... 53
6.2 Pembinaan Habitat Penyu menjadi Kawasan Ekowisata ……………... 54
6.3 Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dalam Kegiatan
Ekowisata ……………………………………………………………... 55
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 57
7.2 Saran …………………………………………………………………... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 58
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul ................................... 60
LAMPIRAN 2. Peta Lokasi Wilayah ....................................................................... 76
LAMPIRAN 3. Anggaran dasar KMKPW .............................................................. 77
LAMPIRAN 4. Jurnal PPM “Upaya Konservasi dan Pengelolaan Habitat Penyu
Laut Melalui Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat” 94

vii
DAFTAR TABEL

hal
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun I IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………… 37
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2014 ……… 40
Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW …………………….. 40
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas …….. 43
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014 – 2016 ……… 44
Tabel 6.1 Kegiatan Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata ……….. 53

viii
DAFTAR GAMBAR

hal
Gambar 1.1 Perpindahan lokasi penyu bertelur ………………………………….. 3
Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan …………………….. 4
Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan .. 6
Gambar 1.4 (a) KMKPW “Taman Ria” dan (b) Kunjungan Bupati Pacitan ……… 8
Gambar 1.5 (a) Penyu Belimbing dan (b) pemindahan telur penyu di Pantai Taman 8
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan ……………………………………………… 11
Gambar 2.2 (a) Ekosistem padang lamun dan (b) penyu hijau (Chelonia mydas) .. 17
Gambar 2.3 Penyu hijau di antara koloni terumbu karang ……………………….. 18
Gambar 2.4 Sosialisasi program di masyarakat pesisir …………………………… 24
Gambar 2.5 Penyu Hijau ………………………………………………………….. 26
Gambar 2.6 Penyu Sisik …………………………………………………………... 28
Gambar 2.7 Penyu Lekang Kempii ……………………………………………….. 29
Gambar 2.8 Penyu Lekang ………………………………………………………. 29
Gambar 2.9 Penyu Belimbing ……………………………………………………. 30
Gambar 2.10 Penyu Pipih …………………………………………………………. 31
Gambar 2.11 Ancaman populasi penyu …………………………………………….. 33
Gambar 2.12 Siklus hidup penyu …………………………………………………... 34
Gambar 3.1 Metode pelaksanaan program IbW yang disepakati ………………… 39
Gambar 3.2 Perencanaan Kebutuhan Ruang dan Bangunan untuk Kegiatan
Konservasi Penyu …………………………………………………… 42
Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………….. 46
Gambar 5.1 Tempat penetasan telur (hatcheries) ………………………………… 47
Gambar 5.2 Kolam pembesaran tukik ……………………………………………. 48
Gambar 5.3 Gedung sekretariat konservasi ………………………………………. 49
Gambar 5.4 Flying fox, jalan menuju lokasi dan tempat meluncur ……………… 50
Gambar 5.5 Pembangunan pagar dan jalan di area konservasi ………………….. 50
Gambar 5.6 Denah pengembangan kawasan konservasi penyu ………………….. 51
Gambar 5.7 Penanam bibit di kawasan konservasi penyu dan lokasi peneluran …. 52
Gambar 5.8 Pelatihan penangkaran penyu ………………………………………... 52

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyu merupakan kelompok hewan purba yang telah ada 100 juta tahun lalu. Saat ini
penyu dalam kondisi semakin mendekati kepunahan. Hal ini disebabkan karena sebagian
orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak kelebihan.
Selain tempurungnya yang menarik untuk cenderamata, dagingnya yang lezat ditusuk jadi
sate penyu dianggap berkhasiat untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama di Tiongkok dan
Bali, penyu menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun
diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang “Pelestarian
Jenis Tumbuhan dan Satwa” - yang melindungi semua jenis penyu; perburuan terhadap hewan
yang berjalan lamban ini terus berlanjut. Untuk mencegah kepunahan penyu, terutama penyu
belimbing, beberapa negara telah melindungi tempat bertelur penyu.
Dalam laporan Conservation International (CI) yang diumumkan pada simposium
tahunan ke-24 mengenai usaha pelestarian penyu di Kosta Rika disebutkan, jumlah penyu
belimbing turun dari sekitar 115.000 ekor betina dewasa menjadi kurang dari 3.000 ekor sejak
tahun 1982. Penyu belimbing telah mengalami penurunan 97% dalam waktu 22 tahun
terakhir. Selain itu, lima spesies penyu juga beresiko punah, meski tidak dalam jangka waktu
yang singkat seperti penyu belimbing.
Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh
Undang-Undang Nasional maupun Internasional karena dikhawatirkan akan punah disebab-
kan oleh jumlahnya makin sedikit. Di samping penyu belimbing, dua spesies lain, penyu
Kemp’s Ridley dan penyu sisik juga diklasifikasikan sebagai sangat terancam punah oleh The
World Conservation Union (IUCN). Penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang atau penyu
abu-abu (Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan atau loggerhead (Caretta caretta)
digolongkan sebagai terancam punah. Hanya penyu pipih (Natator depressus) yang
diperkirakan tidak terancam.
Keberadaan penyu perlu dilindungi, hal ini dikarenakan: (1) penyu merupakan
peninggalan hewan purba yang telah mendekati kepunahan; (2) perkembangbiakan penyu
sangat lambat, namun mampu hidup ratusan tahun, hanya sekitar 1 dari 1000 telur yang
dihasilkan berhasil hidup dewasa, (3) penyu dapat dikembangkan sebagai aset wisata

1
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

sehingga akan mendatangkan keuntungan langsung melalui penjualan tiket maupun


keuntungan tidak langsung, seperti halnya akan dibelinya suvenir wisata. Pengembangan
wisata akan mampu menjadi daya tarik wisata asing mengingat penyu merupakan hewan
langka tingkat dunia; dan (4) bagi pemerintah daerah perlindungan penyu akan meningkatkan
image nasional maupun internasional di bidang konservasi.
Pantai Taman di Desa Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan memiliki keindahan
laut dan sumberdaya yang cukup besar. Berdasarkan pengamatan selama 10 tahun terakhir,
terdapat 4 jenis penyu yang ditemukan mendarat di sepanjang Pantai Pacitan yaitu penyu
hijau (Chelonia mydas), penyu blimbing (Dermochelys imbricate), penyu sisik (Eretmochelys
imbricate) dan penyu abu-abu (Lepidochelys olivaceae). Selama ini pariwisata dikelola
dengan mengandalkan keindahan pantai yang ada, belum dilakukan pengembangan wisata
dari sumber daya kelautan yang lain. Pengembangan konservasi penyu sangat mungkin
diunggulkan, karena satwa penyu merupakan satwa langka dunia sehingga perlindungan
penyu akan sangat mungkin dapat menggaet perhatian dunia internasional.
Perlindungan penyu di Pantai Taman Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
dirasa mendesak sebab: (1) Pembangunan PLTU di Kec. Sudimoro telah memusnahkan lokasi
pantai untuk peneluran, sehingga saat ini ada peningkatan signifikan dari penyu bertelur di
Pantai Taman; dan (2) Faktor lain yang mendukung pengembangan wisata konservasi penyu
adalah dengan adanya pengembangan Jalur Lintas Selatan - JLS (Banyuwangi hingga
Yogyakarta) merupakan jalur wisatawan Bali ke Yogyakarta (gbr. 1.1). Jika kegiatan
konservasi penyu untuk wisata di Pantai Taman Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo ini
terealisasi, akan menjadikan embrio pengembangan wisata bahari di Kab. Pacitan.
Paradigma konservasi modern tidak hanya menekankan pada fungsi perlindungan
(konservasi), namun harus menyentuh juga manfaat ekonomi dan sosial. Untuk itu
perlindungan penyu direncanakan akan meningkatkan perekonomian warga dengan
dikembangkannya konsep ekowisata pada kegiatan “IbW Konservasi dan Ekowisata
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”. Tiga poin penting pada pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat adalah: (1) Melakukan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2) Pem-
bangunan kawasan ekowisata yang sebagian hasilnya untuk konservasi; dan (3) Pengem-
bangan ekowisata bersama masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing
hasil sehingga masyarakat akan ikut berkembang secara ekonomi dan sosial, selanjutnya akan
merasa ikut memiliki sehingga semakin kuat kesadaran terhadap konservasi penyu.

2
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 1.1 Perpindahan lokasi penyu bertelur

1.2 Pantai Taman sebagai Lokasi Konservasi


Secara administratif, Kab. Pacitan terbagi atas 12 Kecamatan dengan Kec. Ngadirojo
adalah salah satunya dengan luas 94,22 km2 (9.430,97 ha), berada pada ketinggian 0 – 700
mdpl. Kec. Ngadirojo secara administrasi terbagi atas 18 desa dengan dua desa sebagai lokasi
IbW adalah Hadiwarno dan Sidomulyo merupakan desa yang memiliki pantai, yaitu pantai
Sidomulyo, teluk Segoro Anakan, dan pantai Taman. Pantai Taman sebagai lokasi konservasi
penyu terletak di Desa Hadiwarno (gbr. 1.2).
Sifat fisik dari wilayah Pantai Selatan Jawa umumnya memiliki kontur yang curam.
Kondisi topografi berupa kombinasi antara dataran rendah (pantai), bukit dan pegunungan.
Pantai taman yang terletak di Pantai Selatan Jawa sudah sejak lama dikenal sebagai tempat
peneluran penyu dapat dikatakan termasuk jenis pantai berpasir halus. Pantai berpasir
dicirikan oleh ukuran butiran sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang tinggi.
Pantai ini banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara periodik.
Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di
lingkungannya. Faktor fisik yang berperan penting mengatur kehidupan di pantai berpasir
adalah gerakan ombak. Gerakan ombak mempengaruhi ukuran partikel dan pergerakan
substrat di pantai. Gerakan ombak di Pantai Taman pada umumnya kecil dikarenakan adanya
sejumlah palung laut. Hal ini ditandai dengan ukuran partikel pasirnya yang halus.

3
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan [1]


Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang hidup pada pantai berpasir halus
adalah pada penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang halus mempunyai retensi air
yang mampu menampung lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme untuk
menggali. Gerakan ombak dapat pula mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil
menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat akan terangkut, teraduk, dan terdeposit
kembali. Karena kondisi di lapisan permukaan sedimen yang terus menerus bergerak, maka
hanya sedikit organisme yang mempunyai kemampuan untuk menetap secara permanen
sehingga inilah yang menyebabkan pantai seperti terlihat tandus.
Adanya spesies penyu yang mendiami Pantai Taman karena masih seimbangnya rantai
makanan. Mulai dari adanya padang lamun sebagai penyedia makanan kemudian detritus,
sampai penyu hijau sebagai konsumen utama. Meskipun letak padang lamun di Pantai Taman
tidak berdekatan dikarenakan kontur pantai yang curam tetapi suplai makanan untuk penyu
hijau terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya penyu yang bertelur di daerah ini.
Hal ini didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya mendarat di pantai yang berpasir halus
4
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

kaya akan nutrient untuk tempat menetaskan telurnya. Keadaan ini kemudian didukung oleh
kondisi pantai yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang memudahkan
penyu bermigrasi.

1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan


Berdasarkan RPJMD Kabupaten Pacitan tahun 2011-2016, ditetapkan Visi Kabupaten
Pacitan yaitu: “Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera” [2]. Misi yang ditetapkan
Pemerintah Kabupaten Pacitan untuk mencapai Visi tersebut adalah:
1. Profesional birokrasi dalam rangka meningkatkan pelayanan prima dan mewujudkan tata
pemerintahan yang baik;
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
3. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat;
4. Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan;
5. Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar;
6. Mengembangkan tatanan kehidupan masyarakat yang berbudaya, berkepribadian dan
memiliki keimanan serta memantapkan kerukunan umat beragama.
Strategi pembangunan Kabupaten Pacitan yang relevan dengan pelaksanaan Ipteks
bagi Wilayah (IbW) adalah misi ke-4 dan ke-5, melalui arah kebijakan:
1. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh industri berbasis pertanian
(agroindustri), kelautan dan pariwisata meliputi: revitalisasi pertanian, peningkatan daya
saing pariwisata, dan pengembangan potensi sumber daya kelautan;
2. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan, meliputi:
peningkatan konservasi di kawasan budidaya, pemantapan kawasan lindung, dan pening-
katan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan;
3. Mewujudkan infrastruktur daerah yang berkualitas dalam mewujudkan aktivitas ekonomi
yang stabil, meliputi: pengembangan wilayah, penyelenggaraan penataan ruang, dan
pembangunan sistem informasi dan komunikasi.
Pengembangan sektor pariwisata di Kab. Pacitan (gbr. 1.3) dibagi ke dalam 4 kawasan
pengembangan pariwisata (KPP), yaitu: [3]
1. KPP A, meliputi Kec. Donorojo dan Kec. Pringkuku. Wisata andalan adalah wisata pantai
(pantai Klayar, pantai Watu Karung dan pantai Srau), wisata goa ( goa Gong, goa Tabuhan,
goa Putri, dan goa Luweng Jaran), wisata sejarah (monumen Palagan Tumpak Rinjing),
wisata kesenian (wayang beber, upacara adat ceprotan), dan kerajinan batu akik;

5
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2. KPP B, meliputi Kec. Pacitan dan Kec. Arjosari. Wisata andalan adalah wisata pantai
(pantai Teleng Ria dan pantai Tamperan), wisata rekreasi (pemandian air hangat Tirto-
husodo), dan wisata spiritual (makam Kanjeng Jimat);
3. KPP C, meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec. Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro.
Wisata andalan adalah wisata pantai (pantai Taman dan pantai Desa Sidomulyo).
4. KPP D, meliputi Kec. Bandar, Kec. Nawangan, dan Kec. Tegalombo. Wisata andalan
wisata sejarah (monumen Panglima Besar Jendral Soedirman).

Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan [3]
Dua desa di Kec. Ngadirojo yang menjadi wilayah IbW yaitu Hadiwarno dan Sidomulyo
masuk ke dalam peta rencana KPP C (gbr. 1.3).

6
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1.4 Perkembangan Konservasi Penyu di Pantai Taman


Berbagai macam penyu di taman dikenal dengan nama lokal oleh masyarakat setempat
yaitu penyu, pasiran, pasiran kebu dan lain-lain. Penelitian secara ilmiah dilakukan oleh Tim
Ekspedisi Biokonservasi (TEB) dari Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) antara 2001 – 2005. Hasilnya, ada 4 jenis penyu
(dari 7 jenis penyu dunia) yang pernah mendarat di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan, yaitu: penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu abu-abu
(Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu blimbing (Dermochelys
coriacea).
Penelitian etnozoologi penyu di pantai taman oleh tim TEB–PSLK UMM pada 2005
menunjukkan bahwa penyu oleh masyarakat dianggap ikan sehingga ditangkap dan diperjual-
belikan secara bebas. Beberapa masyarakat pernah mendengar tentang perlindungan penyu
(sea turtle rescue) namun tidak pernah ada penindakan oleh pihak berwenang di Pantai
Taman. Masyarakat juga mengenal mitos tentang penyu sebagai hewan yang memiliki nilai
mistis (malati), sehingga tidak semua orang berani menyembelihnya.
Anggota TEB–PSLK UMM pada 2008 melakukan kegiatan penyuluhan konservasi
penyu di Desa Sidomulyo dalam program PKM yang dibiayai DIKTI. Namun tindak lanjut
belum bisa dilaksanakan dengan baik. Pada 1 Desember 2013, TEB–PSLK UMM menga-
dakan sosialisasi program konservasi penyu untuk wisata pada masyarakat Dusun Taman.
Pada saat itu disepakati pembentukan kelompok masyarakat penyelamat penyu untuk wisata
(KMP2W), yang kemudian berubah nama menjadi Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu
untuk Wisata (KMKPW) “Taman Ria”. Selanjutnya dilakukan kampanye perlindungan penyu
di sekolah dan masyarakat oleh kelompok anggota TEB–PSLK UMM. Dukungan dari Pemda
ditunjukkan dengan hadirnya Bupati Pacitan ke lokasi konservasi penyu taman pada 10 Maret
2013 (gbr. 1.4). Dukungan Desa Hadiwarno diwujudkan dengan diserahkannya lahan negara
seluas 10 ha untuk pengembangan kawasan konservasi penyu (Perdes No.7 Tahun 2012).
Tahap berikutnya disepakati bersama arah pengembangan konservasi penyu untuk
ekowisata. Pada tahap ini mulailah dibangun flying fox terpanjang di Indonesia sepanjang
475m untuk pembiayaan konservasi penyu dan kampanye konservasi penyu di Pantai Taman.
Seluruh aktifitas pengembangan konservasi penyu disepakati dalam kerangka besar dengan
nama “Konservasi Penyu melalui Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa
Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”.

7
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(a) (b)
Gambar 1.4 (a) KMKPW “Taman Ria” dan (b) Kunjungan awal Bupati Pacitan

Tiga poin penting pengembangan ekowisata berbasis masyarakat adalah: (1) Melaku-
kan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2) Pembangunan kawasan ekowisata yang
sebagian hasilnya untuk kegiatan konservasi; dan (3) Pengembangan ekowisata bersama
masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing hasil sehingga masyarakat
akan ikut berkembang secara ekonomi dan sosial, selanjutnya akan merasa ikut memiliki
sehingga semakin kuat kesadaran terhadap konservasi penyu.
Saat ini kesadaran akan konservasi penyu mulai meningkat. Sampai dengan desember
2013 telah ditemukan 6 ekor penyu dan dibebaskan ke laut salah satu di antaranya penyu
paling langka dunia yaitu penyu belimbing. Telur yang berhasil diselamatkan untuk ditetaskan
sejumlah 420 butir (gbr. 1.5). Penyu belimbing dan penyu sisik diklasifikasikan sebagai
sangat terancam punah, sedangkan penyu hijau dan penyu abu-abu digolongkan sebagai
terancam punah oleh IUCN. Dengan demikian akan makin banyak penyu dan telur yang
terselamatkan. Untuk mencegah kepunahan penyu Pantai Taman perlu ditetapkan sebagai
wilayah konservasi.

(a) (b)

Gambar 1.5 (a) Penyu Belimbing dan (b) pemindahan telur penyu di Pantai Taman

8
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1.5 Tujuan dan Manfaat Kegiatan


Tujuan kegiatan PPM skim IbW ini secara umum adalah melakukan konservasi penyu
untuk dijadikan aset ekowisata. Sedangkan tujuan khusus adalah:
1. Membangun kawasan konservasi penyu meliputi penetapan kawasan konservasi,
membangun lokasi penetasan, pembesaran dan kolam karantina bagi penyu yang
tertangkap nelayan dan lokasi pendidikan konservasi; dan
2. Membangun kawasan ekowisata penunjang untuk pembiayaan konservasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Manfaat kegiatan PPM skim IbW ini adalah:
1. Konservasi penyu akan meningkatkan image positif dan peran konservasi pemerintah di
percaturan nasional maupun internasional;
2. Meningkatkan peran masyarakat dalam konservasi penyu sebagai kekayaan
keanekaragaman hayati dunia;
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat dari tiket langsung maupun multiplayer effect dari
kegiatan ekowisata (jasa pemanduan, souvenir maupun perdagangan lainnya); dan
4. Mengembangkan kegiatan ekowisata berbasis konservasi penyu untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat.
Harapan yang ingin dicapai dari kegiatan PPM skim IbW ini adalah: (1) Informasi
mengenai sumberdaya alam terutama keragaman flora, fauna dan geologi yang terdapat di
kedua desa wilayah IbW dapat diketahui masyarakat luas; (2) Strategi pengelolaan potensi
ekowisata desa bisa berinti pada kolaborasi pengelolaan; (3) Meningkatnya sarana dan
prasarana yang memadai dalam mengembangkan sektor pariwisata, (4) Berkembangnya
pemahaman masyarakat mengenai konservasi flora dan fauna yang berwawasan lingkungan
hidup berkelanjutan; dan (5) Kegiatan wisata dapat diberi sebagai bentuk dan yang bertumpu
pada lingkungan, serta bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal
serta bagi kelestarian sumberdaya alam.
Ke depan, keberadaan pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo bisa
memberi kontribusi nyata bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi lokal. Hal ini
dapat dilakukan melalui: (1) Potensi sektor pertanian/ perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
sektor UMKM sebagai pelaku usaha bisa secara optimal disinergikan dengan pengembangan
wisata; (2) Sektor pariwisata sebagai mediator antara masyarakat lokal sebagai produsen
dengan wisatawan sebagai konsumen, misalnya melalui pendirian resto wisata, bisa
diwujudkan; (3) Tiga pelaku dalam industri pariwisata, yaitu: destinasi wisata, wisatawan, dan

9
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

masyarakat lokal dapat segera diintegrasikan secara maksimal dalam industri pariwisata; (4)
Pemanfaatan TIK (website) bisa segera dibuat untuk menawarkan kesatuan nilai berwisata
bagi wisatawan yang terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan alam dan upaya
melestarikannya; dan (5) Adanya sistem penilaian objek dan daya tarik wisata pada kawasan
konservasi yang akan diusulkan pada kawasan Pantai Taman, Desa Hadiwarno.

1.6 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW


Perencanaan kegiatan PPM skim IbW yang dilakukan adalah melakukan kegiatan-
kegiatan yang menjadi pendukung terbentuknya kawasan konservasi penyu untuk kegiatan
wisata yang berwawasan lingkungan (ekowisata). Adapun tahapan perencanaan dibagi
menjadi beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Memberi ruang terhadap keberadaan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk
Wisata (KMKPW) “Taman Ria” untuk secara bersama-sama dalam mewujudkan suatu
destinasi pariwisata yang bertanggung jawab, serta berkomitmen untuk menyediakan
pelayanan yang mendukung konservasi alam;
2. Membentuk kelembagaan ekowisata untuk dijadikan pilar utama pengelolaan lingkungan
dan pengembangan wisata minat khusus yang menawarkan keanekaragaman hayati,
keindahan alam dan keragaman budaya yang sehat dan berdaya dalam meningkatkan jiwa
kemandirian dan kewirausahaan masyarakat;
3. Membuat konsep pengembangan kawasan konservasi yang terintegratif dan holistik untuk
mewujudkan ekowisata dengan melibatkan kesatuan visi dari seluruh stakeholder-nya; dan
4. Aspek sumber daya manusia lebih diarahkan pada peningkatan akses dan perluasan
kesempatan memperoleh pelatihan, pemerataan pemanfaatan berbagai fasilitas pelatihan
yang sudah ada dan peningkatan standar pelayanan masih minimum.

10
BAB II
TARGET DAN LUARAN

2.1 Potensi Wilayah Pesisir Kabupaten Pacitan


Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan terletak di antara 07o55’ – 08o17’ LS dan 110o55’– 111o25’ BT, dengan luas
wilayah 1.389,87 km2 atau 138.987,16 ha yang sebagian besar berupa bukit, gunung, dan
jurang terjal. Wilayahnya berbatasan dengan Kab. Ponorogo di utara, Kab. Trenggalek di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kab. Wonogiri (Jawa Tengah) di barat (gbr. 2.1).

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan [5]


(insert: Lokasi Pacitan di Propinsi Jawa Timur)

Sekitar 63% dari Kab. Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis
karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya,
Kab. Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul,
Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur pemerintahan wilayah administratif, Kab. Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan, 166
11
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

desa dan 5 kelurahan. Kab. Pacitan termasuk wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa,
dengan panjang pantai 70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82
km. Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki dasar perairan
yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun perairan ini memiliki potensi perikanan
yang sangat besar dan melimpah.
Gugusan karang yang ada di sekitar pesisir Pacitan berguna sebagai tempat tinggal
ikan, tempat berlindung, berkembang biak, tempat mencari makan hewan laut. Ini menjadikan
perairan Pacitan menjadi fishing ground yang baik. Daerah penangkapan merupakan area
yang mempunyai stok ikan yang melimpah. Keadaan daerah penangkapan ini dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain suhu dan salinitas. Kondisi dasar pantai adalah
berpasir dan berkarang, dengan perairan pantai berwarna jernih. Arus di Pantai Selatan Jawa
dikenal dengan sebutan Arus Katulistiwa Selatan (South Equatorial Current) yang sepanjang
tahun bergerak menuju arah barat. Akan tetapi pada musim barat terdapat arus yang menuju
ke timur dengan pola rambatan berupa jalur sempit yang menyusuri pantai Jawa. Pada musim
barat arah arus berlawanan dengan Arus Katulistiwa sehingga disebut Arus Pantai Jawa (Java
Coastal Current). Musim paceklik atau musim angin barat biasanya terjadi pada bulan
Desember hingga bulan Maret.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Kabupaten Pacitan sebesar 34.483 ton per
tahun dengan jenis sumberdaya perikanan terdiri dari: (1) Sumberdaya perikanan demersal,
yaitu: ikan layur, kerapu, kakap, bawal, sebelah, bambangan, udang lobster; (2) Sumberdaya
perikanan pelagis besar, yaitu: ikan tuna, cakalang, tongkol, tengiri, marlin; dan (3) Sumber-
daya perikanan pelagis kecil, yaitu: selar, layang, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi
perikanan Kab. Pacitan pada tahun 2005 baru mencapai 1.559,6 ton atau sebesar 4,52 % dari
potensi lestari [4].
Daerah pesisir di Kab. Pacitan yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan,
merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya. Hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu
karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga
secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya
terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara berkelanjutan untuk menda-
patkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian
rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar

12
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

baru dilakukan pada sebagian wilayah yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha
ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan
seperti ini.

2.2 Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu


Pengelolaan wilayah pesisir adalah proses yang dinamis dan berjalan secara terus
menerus, dalam membuat keputusan-keputusan tentang pemanfaatan, pembangunan dan
perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir dan lautan. Bagian penting dalam pengelolaan
terpadu adalah perancangan proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara
yang dapat diterima secara politis [6]. Pengelolaan wilayah pesisir hendaklah dilakukan
secara berkelanjutan dengan memperhatikan karakteristik dari ekosistem pesisir yang mempu-
nyai beberapa jumlah ekosistem di dalamnya.
Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan secara ekonomis, ekologis
dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu
kegiatan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan modal (capital
maintenance), dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan
secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan
integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya alam
termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumber-
daya dapat berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan
bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil
pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan
masyarakat (dekratisasi), identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan [7].
Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi
pengembangan ekonomi kawasan, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi
pembangunan daerah. Di samping itu, fakta-fakta yang telah dijumpai pada beberapa kali
kesempatan kunjungan mengindikasikan hal yang serupa. Fakta-fakta tersebut antara lain
adalah:
1. Secara sosial, dengan panjang garis pantai 70.709 km melalui 7 wilayah kecamatan dihuni
358.474 jiwa atau 61% dari total jumlah penduduk Kab. Pacitan [5] yang bertempat tinggal
dalam radius 10 km dari garis pantai. Dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan cikal
bakal perkembangan urbanisasi pada masa yang akan datang jika tidak ada pengembangan;

13
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2. Secara ekonomi, dengan luas wilayah laut Kab. Pacitan mencapai 7.636 mil 2 dengan 12
pantai merupakan daerah strategis untuk pendaratan ikan oleh nelayan. Hasil perikanan
Pacitan meliputi air laut dan payau telah menjadi tulang punggung perikanan nasional.
Selain itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa depan (future
resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum
dikembangkan secara optimal (4,52 % dari potensi lestarinya yang termanfaatkan);
3. Secara fisik, terdapat pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi yang tersebar mulai dari Kec.
Sudimoro di timur hingga Kec. Donorojo di barat, di mana di dalamnya terkandung
berbagai asset sosial (social overhead capital) dan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi
dan finansial yang sangat besar;
4. Wilyah pesisir Kab. Pacitan memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter) sekaligus
sebagai simpul transportasi laut di Indonesia. Komoditi perikanan yang sudah diekspor
adalah udang lobster, rumput laut, ikan dan sirip ikan ikan hiu;
5 Wilayah pesisir kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan lauatan yang potensial
dikembangkan lebih lanjut, meliputi: (a) pertambangan, (b) perikanan dengan potensi
84.4330 ton pertahun yang tersebar pada 12 pantai, (c) pariwisata bahari, dan (d) keaneka-
ragaman hayati yang sangat tinggi (natural biodiversity) sebagai daya tarik bagi
pengembangan kegiatan “ecotourism”; dan
6. Secara politik dan hankam, wilayah pesisir merupakan kawasan perbatasan antar Negara
maupun antar daerah yang sensitif dan memiliki implikasi terhadap pertahanan dan
keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wilayah pesisir Kabupaten/Kota di Indonesia sebenarnya telah mendapat persetujuan
dalam mengatur, mengelola, atau memberdayakan daerahnya masing-masing, seperti dibahas
pada Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewena-
ngan yang luas kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan mengurus kepenti-
ngan masyarakatnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan peratu-
ran perundang-undangan. Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyata-
kan kewenangan daerah di wilayah laut adalah:
– Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut
tersebut;
– Pengaturan kepentingan administratif;
– Pengaturan ruang;

14
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

– Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; dan
– Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan Negara.
Mengingat kewenangan daerah untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan yang
termasuk juga wilayah pesisir masih merupakan kewenangan baru bagi daerah maka
pemanfaatan potensi wilayah pesisir ini belum sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah
kabupaten atau kota yang berada di pesisir. Jadi belum semua kabupaten dan kota yang
memanfaatkan potensi daerah pesisir.

2.3 Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir


Karakteristik dari ekosistem pesisir mempunyai beberapa jumlah ekosistem yang
berada di wilayah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut ke dalam wilayah ekosistem
pesisir adalah ekosistem mangrove (di Kab. Pacitan sangat sedikit karena ombaknya yang
besar), ekosistem lamun (seagrass) dan ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir ini,
masing-masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang berbeda beda. Berikut
merupakan penjelasan dari ekosistem pesisir dan faktor pendukungnya.
A. Pasang surut
Daerah yang terkena pasang surut itu bermacam-macam antara lain gisik, rataan
pasang surut, lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa mangrove, dan padang rumput
(sea grass beds). Rataan pasang surut adalah suatu karakteristik pesisir yang pembentu-
kannya beraneka, tetapi umumnya halus. Pada rataan pasang surut umumnya terdapat pola
sungai yang saling berhubungan dan sungai utamanya halus dan masih labil. Artinya
lumpur tersebut dapat cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan
pasang surut telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan lumpur pasang surut
belum bervegetasi.
B. Eustaria
Menurut kamus (Oxford) eustaria adalah muara pasang surut dari sungai yang
besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, eustaria adalah suatu tubuh perairan
pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan di
dalamnya ait laut terencerkan oleh air tawar yang berasal dari drainase daratan. Eustaria
biasanya sebagai pusat permukiman berbagai kehidupan. Fungsi dari eustaria cukup
banyak, antara lain: (a) merupakan daerah mencari ikan, (b) tempat pembuangan limbah,
(c) jalur transportasi, dan (d) sumber keperluan air untuk berbagai industri dan tempat
rekreasi.

15
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

C. Padang lamun (sea grass beds)


Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar
pasir dan didominasi tumbuhan lamun, yaitu sekelompok tumbuhan anggota bangsa
Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada
perairan laut dangkal (kurang dari 3 m) namun dasarnya selalu tergenang. Padang lamun
dapat dianggap sebagai bagian dari ekosistem mangrove, walaupun dapat berdiri sendiri.
Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosistem mangrove dan
terumbu karang.
Wilayah sebaran padang lamun ada di seluruh perairan Indonesia. Faktor-faktor
yang memengaruhi pertumbuhan padang lamun adalah: (1) Perairan laut dangkal
berlumpur dan mengandung pasir; (2) Kedalaman tidak lebih dari 10 m agar cahaya dapat
menembus; (3) Suhu antara 20  30º C; (4) Kadar garam antara 25  35/mil; dan (5) Ke-
cepatan arus sekitar 0,5 m/detik. Fungsi padang lamun adalah: (a) Sebagai tempat berkem-
bangbiaknya ikan- ikan kecil dan udang; (b) Sebagai perangkap sedimen sehingga
terhindar dari erosi; (c) Sebagai penyedia bahan makanan bagi biota laut; (d) Bahan baku
pupuk; dan (e) Bahan baku kertas.
Keragaman spesies padang lamun sendiri tidak seberapa banyak. Di Indonesia
sendiri hanya didapati sekitar 12 spesies dari tujuh marga (genus). Jenis-jenis itu tergo-
long ke dalam suku Hydrocharitaceae (marga-marga Enhalus, Halophila dan Thalassia)
dan Potamogetonaceae (Cymodocea, Halodule, Syringodium dan Thalassodendron).
Meski demikian, padang lamun merupakan salah satu bentuk ekosistem laut yang kaya
jenis. Kekayaan ini terutama ditunjukkan oleh jenis-jenis hewan yang hidup di sini, baik
sebagai penetap maupun pengunjung yang setia. Aneka jenis cacing, moluska (siput dan
kerang), teripang, ketam dan udang, dan berbagai jenis ikan kecil hidup menetap di sela-
sela kerimbunan jurai-jurai lamun. Juga beberapa jenis bulu babi yang hidup dari daun-
daun lamun. Di samping itu berbagai jenis hewan dan ikan juga menggunakan padang
lamun ini sebagai tempat memijah dan membesarkan anak-anaknya. Di antaranya adalah
ikan beronang (Siganus spp.) dan beberapa jenis udang (Penaeus spp.). Beberapa jenis
reptil dan mamalia laut juga memanfaatkan padang lamun sebagai tempat mencari
makanan, misalnya penyu hijau (gbr. 2.2).

16
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(a) (b)

Gambar 2.2 (a) Ekosistem padang lamun dan (b) penyu hijau (Chelonia mydas)

D. Terumbu karang
Terumbu karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup
berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang dapat tumbuh pada kedalaman
hingga 50 m, memerlukan inten-sitas cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses
fotosintesis, salinitas 30  35 ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat
hidup di suatu perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya
yang berada di ujung atau bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang
alami. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat keanekaragaman
tinggi di mana di wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18% terumbu karang dunia,
dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia,
serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis
udang-udangan) merupakan ekosistem yang sangat kompleks.
Manfaat terumbu karang adalah sebagai berikut.
– Mengandung keanekaragaman hayati yang tinggi. Terumbu karang
juga merupakan ekosistem dengan biodiversitas tertinggi dibandingkan ekosistem
pesisir dan laut lainnya, dalam unit skala tertentu. Artinya dalam luas 1 km2 di
wilayah terumbu karang mengandung lebih banyak spesies dibandingkan dengan 1
km2 di wilayah laut dalam. Terumbu karang di Indonesia terkenal dengan kekayaan
dari biodiversitasnya. Dari sekitar 800 spesies karang keras yang berhasil
diidentifikasi di dunia, sekitar 450 di antaranya ditemukan di Indonesia [8]. Dengan
memiliki biodiversitas yang tinggi, maka itu akan menjadi sumber keanekaragaman
genetik dan spesies. Dengan adanya keanekaragaman genetik yang tinggi maka akan
ditemukan banyak variasi dalam makhluk hidup sehingga tingkat ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan bertahan hidup suatu makhluk hidup dapat menjadi lebih

17
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

tinggi. Selain itu dengan begitu banyaknya spesies maka akan dapat dimanfaatkan
untuk sebagai sumber pangan dan obat-obatan.
– Penunjang kehidupan. Oleh karena terumbu karang merupakan suatu ekosistem,
maka terumbu karang menunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
sekitarnya. Dengan adanya terumbu karang maka tumbuhan dan hewan laut lainnya
dapat tinggal, mencari makan dan berkembang biak di terumbu karang. Contohnya
hewan-hewan laut seperti lili laut, kerang, cacing, dan tumbuhan alga dapat menempel
pada koloni karang keras. Ikan-ikan dan penyu dapat mencari makan dan
bersembunyi dari incaran hewan pemangsa di balik koloni karang keras (gbr. 2.3).

Gambar 2.3 Penyu hijau di antara koloni terumbu karang

– Pelindung wilayah pantai. Terumbu karang, padang lamun dan hutan bakau
merupakan ekosistem yang saling berhubungan. Terumbu karang-lah yang pertama
kali menghalau ombak besar dari laut agar tidak merusak daratan. Kemudian ombak
tiba di padang lamun maka energinya akan diperkecil lagi oleh daun-daun tumbuhan
lamun. Ketika ombak tiba di dekat pantai, maka akar dan batang pohon-pohon
mangrove akan memperkecil lagi energi ombak, sehingga ombak tidak merusak
pantai. Dengan demikian kehidupan di sekitar pantai akan terlindung. Terumbu
karang bermanfaat dalam menghalangi pengikisan akibat energi ombak dan arus,
sehingga masalah abrasi pantai akan lebih mudah diatasi.
– Mengurangi pemanasan global. Hutan hujan tropis merupakan “paru-paru dunia”
yang menyerap gas CO2 hasil pembakaran sehingga mengurangi pemanasan pada
bumi. Terumbu karang pun dinilai memiliki peran yang sama, karena gas CO2 juga
banyak diserap oleh air laut, dan selanjutnya melalui reaksi kimia dan bantuan karang,

18
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

akan diubah menjadi zat kapur yang menjadi bahan baku terumbu [9]. Dalam proses
yang disebut kalsifikasi ini, karang juga dibantu oleh zooxanthellae (tumbuhan bersel
satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang).
– Manfaat ekonomi. Terumbu karang memiliki manfaat ekonomi, yaitu: (a) Sumber
makanan, karena di terumbu karang dapat dijumpai banyak sekali jenis tumbuhan dan
hewan laut yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Contohnya alga atau
rumput laut yang dapat dijadikan agar-agar; (b) Sumber bahan dasar untuk obat-obatan
dan kosmetika. Beberapa jenis dari alga atau rumput laut dapat digunakan sebagai
bahan dasar untuk keperluan kosmetik, misalnya dijadikan sabun, dan juga untuk
membalut kapsul obat. Selain itu hewan laut seperti spon dan tunicata (Ascidian)
yang ada di terumbu karang, diketahui memiliki senyawa kimia yang berguna untuk
bahan antibiotika, anti radang dan anti kanker; (c) Sebagai objek wisata, karena
terumbu karang memiliki keindahan karena adanya berbagai jenis flora dan fauna
yang membuat takjub para wisatawan. Terumbu karang dapat menjadi objek wisata
melalui kegiatan snorkeling, menyelam, ataupun hanya melihat keindahannya dari atas
kapal yang dilengkapi glass bottom boat; (d) Sebagai sumber mata pencaharian,
adanya terumbu karang dapat menunjang perekonomian masyarakat di sekitarnya
apabila terumbu karang dikembangkan menjadi suatu objek wisata yang mengundang
banyak turis, maka masyarakat dapat menjadi menjadi pemandu wisata, membuka
usaha warung makanan, menyewakan penginapan, menyewakan kapal, menjual
cenderamata ke turis, dan lain sebagainya; dan (e) Sebagai sumber bibit budidaya,
adanya berbagai jenis ikan, teripang dan rumput laut yang ada di terumbu karang,
dapat dijadikan bibit untuk usaha budidaya. Contohnya ikan kerapu, ikan kakap,
rumput laut dari marga Eucheuma dan Gracilaria, dan teripang dari Marga Holothuria.
– Manfaat sosial. Adanya terumbu karang menunjang (1) Kegiatan pendidikan dan
penelitian, untuk mengenal ekosistem pesisir, mengenal tumbuhan dan hewan laut,
dan pendidikan cinta alam; dan (2) Sebagai sarana rekreasi masyarakat untuk
melakukan aktifitas renang, dan lain sebagainya.

2.4 Konservasi Ekosistem Wilayah Pesisir


Dalam upaya menjaga dan merawat kelestarian ekosistem wilayah pesisir, bukan
hanya warga masyarakat pesisir saja yang harus merawat dan melestarikan ekosistem pesisir.
Melainkan hal ini membutuhkan banyak sokongan dan upaya dari pemerintah serta semua
elemen masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan baik

19
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

secara struktural maupun non-struktural. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
non-struktural atau lebih dikatakan dengan pendekatan subyektif. Pendekatan ini adalah
pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk
berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa
masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan
peranannya dalam perlindungan sumber daya alam sekitarnya. Karena itu, salah satu upaya
untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan
wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya alam.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-
upaya penanggulangan masalah kerusakan sumber daya alam tetapi juga hal-hal yang
berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan
usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui
kegiatan, antara lain: (1) Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan; (2) Pengem-
bangan keterampilan masyarakat; (3) Pengembangan kapasitas masyarakat; (4) Pengem-
bangan kualitas diri; (5) Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta; (6) Peng-
galian dan pengembangan nilai tradisional masyarakat.
Oleh karena itu, konservasi ekosistem pesisir bukan hanya tugas dan keawajiban dari
masyarakat wilayah pesisir, melainkan semua aspek masyarakat yang ada. Masyarakat umum
harus mulai disadarkan bagaimana pentingnya ekosistem pesisir bagi keberlanjutan kehidupan
bagi umat manusia. Meskipun, untuk kejadian proses alam lingkungan sekitar dan interaksi
antara faktor abiotik dan biotik serta perubahan ekologis hanya bisa dipahami oleh ilmuwan
dan pakar lingkungan, basis data yang didapat dari mereka bisa digunakan untuk sumber
informasi untuk disebarkan lebih luas agar semua masyarakat dapat ikut melestarikan dan
menjaga ekosistem pesisir sehingga proses pengelolaan ekosistem pesisir bisa berjalan tidak
hanya untuk jangka pendek, melainkan bisa hingga jangka panjang.
Banyak elemen masyarakat yang sampai saat ini masih kurang peka akan kelestarian
dan keberlanjutan sumberdaya ekosistem pesisir. Hal ini apabila tidak ditanggapi secara serius
dan bijak akan menimbulkan dampak yang cukup berbahaya ke depannya. Masyarakat tidak
mungkin juga hanya bisa menikmati keindahan suatu tempat tanpa memikirkan dampak
jangka panjangnya bagi generasi penerus. Berikut merupakan tahapan yang dapat digunakan
untuk konservasi ekosistem wilayah pesisir, diantaranya adalah sebagai berikut.

20
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1. Restorasi, dimaksudkan sebagai upaya untuk menata kembali kawasan pesisir sekaligus
melakukan aktivitas penghijauan. Untuk melakukan restorasi perlu memperhatikan
pemahaman pola hidrologi, perubahan arus laut, tipe tanah, dan sebagainya;
2. Reorientasi, dimaksudkan sebagai sebuah perencanaan pembangunan yang berparadigma
berkelanjutan sekaligus berwawasan lingkungan. Sehingga motif ekonomi yang cende-
rung merusak akan mampu diminimalisasikan;
3. Responsivitas, dimaksudkan sebagai sebuah upaya dari pemerintah yang peka dan
tanggap terhadap problematika kerusakan ekosistem pesisir. Hal ini dapat ditempuh
melalui gerakan kesadaran pendidikan dini, maupun advokasi dan riset dengan berbagai
lintas disiplin keilmuan;
4. Rehabilitasi, gerakan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembalikan peran
ekosistem pesisir sebagai penyangga kehidupan biota laut. Salah satu wujud kongkrit
pelaksanaan rehabilitasi yaitu dengan menjadikan kawasan pesisir sebagai area konservasi
yang berbasis pada pendidikan (riset) dan ekowisata;
5. Responsibility, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggalang kesadaran bersama
sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat;
6. Regulasi, dalam hal ini setiap daerah pasti mempunyai Perda/Perdes yang telah diatur
secara jelas dan gamblang. Oleh karena itu, perlu kesadaran dan kewajiban untuk
memenuhi Perda/Perdes yang telah ada dan telah dibuat. Ini bisa dijadikan sebuah
punishment apabila tidak dijalankan secara serius. Punishment harus dijalankan guna
membentuk sikap yang sadar akan Perda/Perdes yang telah diatur demi keberlangsungan
ekosistem pesisir di masa depan.
Upaya menjaga dan merawat kelestarian ekosistem wilayah pesisir yang dilakukan
oleh masyarakat maupun daerah sebagian belum memenuhi ketentuan konservasi sumber
daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan
kelestarian pesisir dan lingku-ngannya. Penyebab degradasi kondisi daerah pesisir secara
tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam di hulu yang berpengaruh
terhadap muara di pesisir.

2.4.1 Permasalahan pengelolaan potensi wilayah pesisir


Jika diperhatikan, berbagai permasalahan yang timbul dalam upaya konservasi
ekosistem wilayah pesisir dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

21
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1. Upaya konservasi ekosistem wilayah pesisir dan pengelolaannya di daerah belum diatur
dengan peraturan perundang-undagan yang jelas, sehingga pelaku konservasi seringkali
mengalami kesulitan dalam menetapkan sesuatu kegiatan;
2. Pemanfaatan dan pengelolaan potensi daerah pesisir cenderung bersifat sektoral, sehingga
kadangkala melahirkan kebijakan yang tumpang tindih satu sama lain;
3. Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir belum memperhatikan konsep daerah pesisir
sebagai suatu kesatuan ekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif
pemerintahan, sehingga hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar daerah; dan
4. Kewenangan daerah dalam rangka otonomi daerah belum dipahami secara komprehensif
oleh para stakeholders, sehingga pada setiap daerah dan setiap sektor timbul berbagai
pemahaman dan penafsiran yang berbeda dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah
pesisir.
Kesejahteraan masyarakat pesisir secara langsung akan sangat terkait dengan kondisi
habitat alami seperti pantai, terumbu karang, muara, hutan mangrove dan padang lamun.
Kerusakan habitat penting dan sistem pendukung biologi serta fisik yang disebabkan oleh
suatu kegiatan bisa bermacam-macam. Misalnya, penebangan mangrove untuk membuat
pantai dapat mengurangi filtrasi alami yang meningkatkan polusi, mengurangi perlindungan
badai, dan sebagainya. Rusaknya padang lamun, menyebabkan berkurangnya tangkapan ikan
nelayan karena hampir sebagian besar organisma pantai (ikan, udang, kepiting, penyu)
mempunyai hubungan ekologis dengan habitat lamun. Sebagai tambahan dampak pada
sistem ekologi pesisir, pembangunan pesisir yang tidak sesuai akan memiliki dampak sosial
jika tidak dievaluasi secara memadai.
Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi
pengembangan ekonomi kabupaten/kota, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar
pengembangan ekonomi daerah. Keindahan laut, pantai dan wilayah pesisir dengan
kelimpahan kehidupan laut, memikat ribuan orang untuk datang dan bermain di sepanjang
garis pantai. Hal tersebut memberikan peluang untuk menghasilkan pendapatan bagi
masyarakat pesisir dan sangat berkaitan dengan pelayanan barang dan/ atau jasa di
habitat/lingkungan pesisir itu sendiri seperti: pemancingan komersial dan rekreasi, pariwisata
pantai, jasa rekreasi, pelabuhan dan petualangan alam. Tapi, untuk berapa lama kawasan
pesisir menjadi tujuan bagi wisatatawan, sumber makanan dan investasi, untuk pekerjaan dan
tempat bermain untuk keluarga? Jawabnya, ekosistem pesisir yang lestari memberikan
manfaat yang tak terhitung jumlahnya untuk masyarakat dalam jangka panjang.

22
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2.4.2 Langkah pengelolaan potensi wilayah pesisir


Pemerintah dan pejabat perencana di daerah beserta segenap stakeholder harus
mengantisipasi dan merencanakan perubahan habitat di pesisir dalam skala 520 tahun.
Tantangan bagi upaya pengembangan wilayah pesisir adalah mengantisipasi dampak
kumulatif yang disebabkan oleh kebijakan pembangunan. Diperkirakan bahwa pada 2050,
91% dari garis pantai dunia akan terpengaruh oleh efek dari pembangunan [10]. Sekarang ini,
sekitar 80% pencemaran laut berasal dari kegiatan di darat. Sehingga, pembangunan pesisir
merupakan proses yang berkesinambungan yang perlu dikelola untuk menjamin kelangsungan
proses ekosistem. Perlindungan habitat pesisir adalah investasi budaya yang bijaksana
serta tuas produksi ekonomi untuk jangka panjang.
Langkah untuk melestarikan ekosistem laut dan pesisir harus dilakukan karena banyak
kegiatan ekonomi berasal dari laut dan pesisir. Dengan menyeimbangkan keuntungan serta
konservasi jangka panjang, produksi ekonomi yang dihasilkan oleh penangkapan ikan
komersial, wisata pantai, pengiriman dan rekreasi bisa terjaga dari waktu ke waktu. Langkah
penting untuk mencapai pengelolaan pesisir yang berkelanjutan dilakukan sebagai berikut.
1. Mengantisipasi dan merencanakan perubahan habitat pesisir dalam skala waktu 520
tahun, bukan pada skala 2-3 tahun;
2. Mengantisipasi dampak kumulatif. Pembangunan pesisir merupakan proses yang berke-
sinambungan dan dampak negatif dapat berakumulasi dari waktu ke waktu, menyebabkan
perubahan besar dalam kondisi lingkungan pesisir;
3. Memberikan dana insentif, sehingga wisata pantai, perikanan dan perusahaan pesisir
lainnya dapat mengadopsi praktek bisnis bijak yang berkelanjutan;
4. Memastikan semua stakeholder pesisir, khususnya penduduk/masyarakat, terlibat secara
langsung ketika membuat keputusan tentang pembangunan pesisir;
5. Menghindari kepadatan penduduk dengan menerapkan aturan zonasi yang ketat untuk
rencana penggunaan lahan, memperkuat dan menegakkan peraturan dengan ketat yang
mengatur tentang pembangunan pesisir;
6. Mengadopsi praktik bijak dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi pencemaran
pesisir, serta memelihara dan meningkatkan kualitas air;
7. Melakukan pengkajian lingkungan yang obyektif dan komprehensif untuk perencanaan
pembangunan pesisir denga melibatkan ahli lingkungan yang independen untuk
mengevaluasi perencanaan pengembangan pesisir;

23
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

8. Mengelola perikanan tepat dengan ketat seperti membatasi tangkapan, mencegah penang-
kapan ikan di tempat dilindungi atau pada saat ikan bertelur, dan mencegah penggunaan
metode yang tidak tepat seperti pengeboman ikan, trawl, dan penggunaan jaring dengan
tingkat selektifitas buruk;
9. Meminimalkan pencemaran perairan pesisir secara ketat dengan mengendalikan pelepasan
limbah ke lingkungan, termasuk pestisida, obat-obatan dan bahan kimia baru lainnya.
Kemudian dengan teknologi injeksi limbah ke dalam sumur dalam bisa menjadi solusi
untuk pembuangan limbah di daerah pesisir; dan
10. Membangun kesadaran publik di masyarakat pesisir tentang nilai ekonomi dan non-
ekonomi jangka panjang dari lingkungan pesisir yang dikelola secara lestari (gbr. 2.4).

(a) (b)
Gambar 2.4 Sosialisasi program di masyarakat pesisir

2.5 Jenis Penyu sebagai Daya Tarik Wisata


Penyu adalah kura-kura laut yang bisa ditemukan di semua samudera di dunia.
Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun
yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon yang berukuran panjang
badan 6 m dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu
memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan
berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan
kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk
mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya
bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000
kilometer dapat ditempuh 5873 hari.
Penyu dapat dengan mudah dibedakan dari jenis kura-kura dari adanya keping
inframarginal yang menghubungkan perisai perut dengan perisai punggung. Letak lubang
hidung yang agak dekat permukaan atas tengkorak untuk memudahkan hewan tersebut

24
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

mengambil udara dari permukaan air laut. Kaki yang berbentuk dayung merupakan salah satu
ciri yang paling utama. Kaki depannya pada umumnya hanya mempunyai satu cakar. Cakar
kedua kalau ada, biasanya berukuran sangat kecil. Hewan jantan pada umumnya mempunyai
cakar yang lebih panjang dan ekor yang juga lebih panjang. Bagian tubuh paling khas pada
penyu adalah tempurung atau yang lebih dikenal dengan carapace (karapas). Tulang
pembentuk karapas terbagi atas dua bagian yakni karapas perut (plastron) dan karapas
punggung (vertebral). Karapas penyu tertutup oleh kulit seperti sisik yang juga menyelimuti
seluruh permukaan tubuhnya.
Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh
undang-undang nasional maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan
oleh jumlahnya makin sedikit. Ada 7 jenis penyu yang dilindungi oleh undang-undang karena
hanya ketujuh jenis tersebut yang masih bertahan di dunia, yaitu: (1) Penyu hijau atau
Chelonia mydas, (2) Penyu sisik atau Eretmochelys imbricate, (3) Penyu lekang kempii atau
Lepidochelys kempi, (4) Penyu lekang atau Lepidochelys olivachea, (5) Penyu belimbing atau
Dermochelys coriacea, (6) Penyu pipih atau Natator depressus, dan (7) Penyu tempayan atau
Caretta caretta.
Penyu adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah
permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali ke daratan untuk meletakkan
telut-telurnya di darat pada substrat berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk
penyu hijau, seekor induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir,
dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang
berhasil sampai ke laut kembali untuk berenang bebas menjadi tumbuh dewasa. Dari 1.000
anak penyu (tukik) yang lahir, rata-rata hanya satu yang bisa hidup sampai dewasa. Beberapa
peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya
sekitar 50% dan belum ditambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai
menetas dan saat kembali ke laut untuk berenang. Predator alami di daratan misalnya kepiting
pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), burung dan tikus. Di laut, predator utama hewan ini
antara lain ikan-ikan besar yang berada di lingkungan perairan pantai. Sangat kecilnya
presentase tersebut lebih diperparah lagi dengan penjarahan oleh manusia yang mengambil
telur-telur tersebut segera setelah induk-induk dari penyu tadi bertelur.
A. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
Penyu Hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di laut
tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan paruhnya yang tumpul. Dinamai

25
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Penyu Hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi warna lemak yang terdapat di bawah
sisiknya berwarna hijau. Tubuhnya bisa berwarna abu-abu, kehitam-hitaman atau kecoklat-
coklatan. Daging jenis penyu inilah yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia terutama
di Bali. Mungkin karena orang memburu dagingnya maka penyu ini kadang-kadang pula
disebut penyu daging. Penyu Hijau dewasa hidup di hamparan lamun dan ganggang. Berat
Penyu Hijau dapat mencapai 400 kg, namun di Asia Tenggara yang tumbuh paling besar
sekitar separuh ukuran ini. Penyu Hijau di barat daya kepulauan Hawai kadang kala
ditemukan mendarat pada waktu siang untuk berjemur panas. Anak-anak Penyu Hijau (tukik),
setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan. Tukik Penyu
Hijau yang berada di sekitar Teluk Carifornia hanya memakan alga merah. Penyu Hijau akan
kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali. Ketika
penyu Hijau masih muda mereka makan berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang
remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran sekitar 2030 cm, mereka
berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut.
Penyu hijau diberi nama karena warna kulitnya yang kehijauan. Sedangkan
cangkangnya biasanya berwarna cokelat atau olive. Penyu hijau merupakan salah jenis satu
penyu laut terbesar di dunia, bobotnya mencapai lebih dari 300 kg. Penyu hijau memiliki
kepala yang kecil, dan tidak dapat ditarik masuk ke cangkang. Cangkangnya memiliki bentuk
mirip organ jantung yang panjangnya mencapai 1,5 m. Cangkangnya lebar dan memiliki
permukaan halus. Penyu hijau jantan sedikit lebih besar dari penyu hijau betina. Penyu hijau
jantan juga memiliki ekor yang lebih panjang dari penyu hijau betina. Penyu hijau memiliki
sirip mirip dayung, yang membantunya berenang dengan kuat dan gemulai. Hewan ini
biasanya berenang dengan kecepatan 2 – 3 km/jam.

(a) (b)
Gambar 2.5 Penyu Hijau

26
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Penyu hijau hidup di lautan tropis dan subtropis di Samudra Atlantik dan Pasifik.
Penyu hijau memiliki leher yang pendek dan sirip yang menyerupai lengan yang beradaptasi
untuk berenang (gbr. 2.5). Paruhnya pendek dan tidak melengkung. Penyu remaja
menghabiskan waktunya di laut dangkal. Penyu akan kembali ke pantai saat bertelur. Penyu
ini akan bertelur setiap tiga tahun sekali. Keberadaan penyu hijau sangat jarang sehingga
dilindungi oleh setiap Negara dan ditetapkan sebagai hewan dilindungi oleh IUCN dan CITES
(Convention on International Trade of Endangered Species). Namun dibeberapa Negara
seperti di Indonesia, penyu hijau masih diburu dan diambil telurnya untuk dimakan.
Gerakannya yang unik dan khas seakan menggambarkan kelihaian perenang dasar laut yang
mempesona. Ini mungkin bisa menggambarkan betapa unik dan indah melihat penyu laut
berenang bebas di bawah permukaan laut (gbr. 2.5a). Dengan menggerakkan kedua kaki
renang depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di dasar laut.
Juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang seakan memberikan kesempurnaan
gaya renang yang memukau.
Penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat
menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun
(seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar
padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan
lunak seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada
padang alga, hewan ini menyukai Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea. Pernah di
laporkan pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat
pada daun lamun dan alga.
B. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate)
Penyu Sisik atau dikenal sebagai Hawksbill turtle karena paruhnya yang tajam dan
menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung elang. Demikian
pula karena sisiknya yang tumpang tindih/over lapping (imbricate) seperti sisik ikan maka
orang menamainya penyu sisik. Sisiknya (disebut bekko dalam bahasa Jepang) banyak
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan tangan terutama di Jepang untuk
membuat pin, sisir, bingkai kacamata, dan lain-lain. Ciri-ciri umum adalah warna karapasnya
bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna kekuning-kuningan. Terdapat
dua pasang sisik prefrontal. Berat badan Penyu Sisik di antara 35–75 kg kebanyakan terdapat
di kawasan terumbu karang. Musim bertelurnya antara Maret–Jun dengan jumlah telur hingga
mencapai 130 biji. Penyu Sisik selalu memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir

27
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

untuk bertelur. Telurnya berwarna putih dengan kulit yang lembut dan berukuran garis pusat
lebih kurang 5 cm.

Gambar 2.6 Penyu Sisik


Paruh Penyu Sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau
makanan yang berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon. Makanan utama
Penyu Sisik adalah span dan karangan lembut yang terdapat di kawasan Terumbu Karang.
Penyu ini juga memakan udang dan cumi-cumi. Penyu Sisik termasuk dalam phylum
chordata, bertulang belakang (subphylum Verterbrata), kelas Reptilia, ordo Testudines,
suborder Crypyodira, superfamily Cheloniidae, Family Cheloniidae, spesies Eretmochelys
imbricata.
C. Penyu lekang kempii (Lepidochelys kempi)
Penyu lekang kempii (Lepidochelys kempi)Tubuhnya mirip dengan penyu lekang
hanya sedikit lebih besar. Di depan namanya disebut Kemp’s untuk mengenang Richard
Kemp yang telah meneliti jenis ini sehingga bisa dibedakan dengan penyu lekang. Seperti
halnya Olive ridley turtle, Kemp’s ridley turtle memiliki tiga kata untuk penyebutan namanya.
Tidak seorangpun tahu makna kata “ridley” di tengah nama mereka. Sebagian orang
berpendapat kata tersebut mungkin berasal dari kata “riddle” atau “riddler” (teka-teki)
karena memang teka-teki selalu ditimbulkan oleh penyu jenis ini. Tidak ada yang tahu dari
mana mereka datang dan di mana feeding ground mereka. Genus Lepidochelys ini sering kali
melakukan peneluran secara bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar yang dikenal
dengan sebutan arribada (Spanyol) yang berarti arrival (Inggris). Pada 1947, Kemp’s ridley
turtle melakukan peneluran yang sangat spektakuler dengan jumlah induk sekitar 40 ribu ekor
bertelur secara bersamaan di pantai sepanjang 300 km di Rancho Nuevo (Mexico) di siang
hari, kemungkinan bertujuan untuk memastikan sebahagian telur akan terselamat walaupan
sebahagian lagi akan dimakan pemangsa. Seperti halnya penyu tempayan, penyu Lekang
Kempii termasuk jenis carnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang, udang dan kerang
remis. Penyu lekang Kempii ini phylum Chordata, bertulang belakang (subphylum

28
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Verterbrata), kelas Reptilia, ordo Testudines, suborder Crypyodira, superfamily Cheloniidae,


Family Cheloniidae, spesies Lepidochelys kempii.

Gambar 2.7 Penyu Lekang Kempii

D. Penyu Lekang (Lepidochelys olivachea)


Penyu Lekang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Olive Ridley Turtle.
Penampilan Penyu Lekang ini adalah serupa dengan Penyu Hijau tetapi kepalanya secara
komparatif lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan besudut. Tubuhnya
berwarna hijau pudar atau abu-abu gelap sampai hitam kusam tanpa bercak-bercak sedangkan
bagian plastronnya berwarna krem. Perisai punggung Penyu Lekang berjumlah 6  9
buah yang seringkali tidak simetris dalam jumlah di sebelah kanan dan kiri. Penyu Lekang
merupakan penyu terkecil di antara semua jenis penyu yang ada. Seperti halnya penyu
tempayan, penyu Lekang juga carnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang, udang dan
kerang remis.

Gambar 2.8 Penyu Lekang

29
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

E. Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea)


Penyu Belimbing adalah satu-satunya penyu yang tidak bersisik dan merupakan penyu
terbesar. Dinamai leatherback turtle karena tubuhnya diselimuti oleh lapisan tipis, lunak
namun sangat kuat lagi elastis layaknya kulit. Demikian pula karena di tubuhnya terdapat
tonjolan bergaris seperti belimbing sebanyak tujuh garis sehingga kita menamainya penyu
belimbing. Penyu ini memiliki kemampuan menyelam yang sangat luar biasa. Tercatat
mampu menyelam sampai kedalaman 1.000 meter. Berbeda dengan jenis penyu lainnya,
penyu belimbing tidak memiliki rahang yang cukup kuat untuk memecahkan biota laut yang
keras. Mereka umumnya hanya memakan ubur-ubur saja. Penyu Belimbing tergolong phylum
Chordata, bertulang belakang (subphylum Verterbrata), kelas Reptilia, ordo Testudines, dari
Family Dermochelyidae, spesies Dermochelys coriacea. Nama ilmiah Family Dermochelys
berasal daripada dua perkataan Yunani “Greek” yaitu derma (kulit) and chelys (penyu).
Nama spesies pula berasal daripada perkataan Yunani corium (kulit lembu “leather”). Oleh
karena itu nama ilmiah penyu Belimbing, Dermochelys coriacea bererti penyu berkulit seperti
kulit lembu “leather”.

Gambar 2.9 Penyu Belimbing


F. Penyu pipih (Natator depressus)
Penyu Pipih atau dalam bahasa Inggris Flatback Turtle, dinamai demikian karena sisik
marginal sangat rata (flat) dan sedikit melengkung di sisi luarnya. Biasa pula dinamai
Australian flatback karena species ini hanya ditemui bertelur di Australia meskipun kadang-
kadang dijumpai di perairan Indonesia, meskipun tidak bertelur di sini. Hal ini mungkin saja
terjadi karena kedekatan geografis kedua negara. Di awal abad 20, spesies ini sempat agak
ramai diperdebatkan oleh para ahli. Sebagian orang memasukkannya ke dalam genus
Chelonia, namun setelah diteliti dengan seksama para ahli sepakat memasukkannya ke dalam
genus Natator, satu-satunya yang tersisa hingga saat ini. Jenis ini carnivora sekaligus

30
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

herbivora. Mereka memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang dan invertebrata
lainnya. Penyu Pipih tergolong dalam phylum Chordata, bertulang belakang (subphylum
Verterbrata), kelas Reptilia, ordo Testudines, suborder Crypyodira, superfamily Cheloniidae,
family Cheloniidae, spesies Natator depressus. Penyu pipih selalu memilih kawasan pantai
yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur.

Gambar 2.10 Penyu Pipih


G. Penyu Tempayan (Caretta caretta)
Penyu Tempayan disebut dalam bahasa Inggris Loggerhead turtle. Warna karapasnya
coklat kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang bertumpuk (overlap) salah satu ciri
mengenali penyu tempayan. Di samping itu terdapat lima buah sisik di kepala bagian depan
(prefrontal), umumnya terdapat empat pasang sisik coastal dan lima buah sisik vertebral.
Plastron berwarna coklat muda sampai kuning. Sebagian besar bertelur di daerah sub-tropis.
Kadang-kadang ditemukan di perairan Indonesia namun tidak ditemukan bertelur di sini.
Penyu Tempayan termasuk jenis carnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan yang
hidup di dasar laut seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain. Penyu tempayan
memiliki rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan kulit kerang.

Gambar 2.10 Penyu Tempayan

31
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2.6 Konservasi Penyu dan Lingkungannya


Keberadaan penyu, baik di dalam perairan maupun saat bertelur ketika menuju daerah
peneluran banyak mendapatkan gangguan yang menjadi ancaman bagi kehidupannya.
Permasalahan-permasalahan yang dapat mengancam kehidupan penyu secara umum dapat
digolongkan menjadi ancaman alami dan ancaman karena perbuatan manusia. Gangguan atau
ancaman alami yang setiap saat dapat mengganggu kehidupan penyu antara lain:
1. Pemangsaan (predation) tukik, baik terhadap tukik yang baru keluar dari sarang (di
antaranya oleh babi hutan, anjing-anjing liar, biawak dan burung elang) maupun terhadap
tukik di laut (di antaranya oleh ikan cucut);
2. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau karena pencemaran lingkungan
perairan yang mengakibatkan air laut kotor;
3. Perubahan iklim yang menyebabkan permukaan air laut naik dan banyak terjadi erosi
pantai peneluran sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya daya tetas dan
keseimbangan rasio kelamin tukik.
Selain karena ancaman alamiah tersebut, gangguan terbesar adalah akibat perilaku
manusia. Beberapa gangguan atau ancaman karena perbuatan manusia yang setiap saat dapat
mengganggu kehidupan penyu antara lain:
1. Tertangkapnya penyu karena aktivitas perikanan, baik disengaja maupun tidak disengaja
dengan berbagai alat tangkap (gbr. 2.11), seperti tombak, jaring insang (gill net), rawai
panjang (longline) dan pukat (trawl);
2. Penangkapan penyu dewasa untuk dimanfaatkan daging, cangkang dan tulangnya;
3. Pengambilan telur-telur penyu yang dimanfaatkan sebagai sumber protein; dan
4. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang dapat merusak habitat penyu untuk
bertelur seperti penambangan pasir, pembangunan pelabuhan dan bandara, pembangunan
sarana-prasarana wisata pantai dan pembangunan dinding atau tanggul pantai.
Secara global, sebanyak ratusan ribu penyu tertangkap setiap tahunnya di mata kail
dan jaring dari kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan pantai peteluran juga mengalami
tekanan sebagai dampak pembangunan industri yang tidak memperhatikan aspek lingkungan,
aktivitas manusia di pantai, serta pemanasan global. Kondisi ini semakin menurunkan
populasi penyu laut di lingkungan asli mereka. Keunikannya tidak akan tampak lagi, saat
banyak dari penduduk pantai merusak dan menjarah telur-telur meraka, memburuh induk-
induk meraka dan merusak rumah-rumah mereka.

32
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 2.11 Ancaman populasi penyu

Dewasa ini memang sangat mendesak adanya upaya manajemen perlindungan


lingkungan asli hewan ini yang tidak hanya berlaku pada suatu kawasan perteluran penyu
namun juga di beberapa daerah yang merupakan jalur migrasi hewan ini dalam mencari
makan. Upaya konservasi dan perlindungan harusnya bukan hanya di atas kertas saja namun
lebih ke arah praktek pemeliharaan yang rill guna menjaga kelangsungan hidup dan
lingkungan alami hewan ini. Tentunya upaya ini akan bermuara ke realitas perlindungan
lingkungan yang rill dan pemeliharaan biodiversity laut agar generasi mendatang masih dapat
menyaksikan hewan ini berenang lincah di lautan bebas.

2.6.1 Siklus hidup penyu


Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama. Penyu mempunyai
pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan berpuluh-puluh tahun untuk mencapai usia
reproduksi. Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu tempat sebelum bermigrasi untuk
kimpoi dengan menempuh jarak yang jauh (hingga 3000 km) dari tempat pakan ke pantai
peneluran. Pada umur yang belum terlalu diketahui (sekitar 20-50 tahun) penyu jantan dan
betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah kelahirannya. Perkimpoian penyu
dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum peneluran pertama di musim
tersebut. Baik penyu jantan maupun betina memiliki beberapa pasangan kimpoi. Penyu betina
menyimpan sperma penyu jantan di dalam tubuhnya untuk membuahi 3 hingga 7 kumpulan
telur (nantinya menjadi 37 sarang) yang akan ditelurkan pada musim tersebut. Penyu jantan
biasanya kembali ke tempat pakannya sesudah penyu betina menyelesaikan kegiatan bertelur
dua mingguan di pantai. Penyu betina akan keluar dari laut jika telah siap untuk bertelur,
dengan menggunakan sirip depannya menyeret tubuhnya ke pantai peneluran.

33
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 2.12 Siklus hidup penyu

Reproduksi penyu adalah proses regenerasi yang dilakukan penyu dewasa jantan dan
betina melalui tahapan perkimpoian, peneluran sampai menghasilkan generasi baru (tukik).
Penyu melakukan perkimpoian dengan cara penyu jantan bertengger di atas punggung penyu
betina. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu, dari ratusan butir telur yang
dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak 1–3% yang berhasil mencapai dewasa.
Penyu melakukan perkimpoian di dalam air laut, terkecuali pada kasus penyu tempayan yang
akan melakukan perkimpoian meski dalam penangkaran apabila telah tiba masa kimpoi. Pada
waktu akan kimpoi, alat kelamin penyu jantan yang berbentuk ekor akan memanjang ke
belakang sambil berenang.
Untuk membedakan kelamin penyu dapat dilakukan dengan cara ”sexual
dimorphism”, yaitu membedakan ukuran ekor dan kepala penyu. Penyu jantan ditandai
dengan ekor lebih panjang daripada penyu betina. Setiap jenis penyu melakukan populasi di
daerah sub-tidal pada saat menjelang sore hari atau pada matahari baru terbit. Setelah 2-3 kali
melakukan kopulasi, beberapa minggu kemudian penyu betina akan mencari daerah peneluran
yang cocok di sepanjang pantai yang diinginkan.

2.6.2 Perlindungan penyu dan habitatnya


Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang
jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara.

34
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Keberadaannya telah lama terancam, baik oleh faktor alam maupun faktor kegiatan manusia
yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan habitat pantai dan ruaya pakan, kematian akibat interaksi dengan aktivitas
perikanan, pengelolaan teknik-teknik konservasi yang tak memadai, perubahan iklim,
penyakit serta pengambilan penyu dan telurnya yang tak terkendali merupakan faktor-faktor
penyebab penurunan populasi penyu. Hewan berpunggung keras ini tergolong hewan yang
dilindungi dengan katagori sangat terancam, sehingga segala bentuk pemanfaatan dan
peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Selain itu karakteristik siklus hidup
penyu sangat panjang dan unik, sehingga untuk mencapai kondisi “stabil” (kondisi di mana
kelimpahan populasi relatif konstan selama 5 tahun terakhir) dapat memakan waktu cukup
lama.
Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status
dilindungi oleh Negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang
“Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa”. Akan tetapi pemberian status perlindungan saja
tidak cukup untuk memulihkan atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia.
Oleh karena itu dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu
yang komprehensif, sistematis dan terukur.
Upaya penyelamatan dan konservasi penyu, khususnya di Indonesia, dirasakan masih
perlu ditingkatkan lagi. Penyelamatan terhadap satwa ini tentu membutuhkan suatu bentuk
pengelolaan yang tepat dan integral, di mana selain didukung dengan peraturan perundangan,
juga perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kelestarian sumberdaya alam. Bentuk-bentuk upaya tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
A. Perlindungan pantai dan sarang
Bentuk upaya perlindungan pantai peneluran tergantung pada jenis predasi dan
gangguan lain yang khas di lokasi bersangkutan. Perlindungan terhadap sarang-sarang penyu
merupakan hal yang penting, mengingat bahwa dari sarang inilah yang akan menghasilkan
peningkatan populasi penyu di alam. Untuk itu, pengambilan telur-telur penyu secara liar oleh
penduduk harus dicegah melalui pengawasan yang ketat. Untuk itu dilakukan pemantauan
sarang dan penetasan telur-telur penyu sehingga bisa diambil tindakan penyelamatan yang
tepat sesuai dengan intensitas gangguan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah (1) Penga-
wasan terhadap ancaman manusia, (2) Pengawasan hewan liar yang menjadi predator telur-
telur penyu, (3) terlindungan terhadap erosi pantai, dan (4) pengawasan pertumbuhan vegetasi
pantai.

35
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

B. Penanganan dan pemindahan sarang


Telur-teur penyu karena kondisi tertentu dapat dipindahkan ke tempat aman atau
terlindungi untuk menjamin keberhasilan penetasannya dan keamanannya dari predator atau
pihak yang tidak bertanggungjawab. Pemindahan sarang telur penyu merupakan upaya
konservasi yang paling mudah dan cukup efektif hasilnya dalam rangka mengembalikan
tingkat populasi yang diharapkan. Alasan pemindahan sarang disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Perburuan telur yang semakin meningkat pada musim peneluran untuk dimanfaatkan
sebagai sumber protein. Tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur penyu
karena adanya anggapan bahawa telur penyu bisa meningkatkan syamina. Sebenarnya,
komposisi telur penyu sedikit lebih tinggi (kadar gizinya selisih 1,24%) dari telur ayam.
Kandungan gizi telur penyu mentah, protein 13,4%; air 58,87%; lemak 23,88%; dan kan-
dungan gizi telur penyu matang, protein 14,05%; air 56,65%; lemak 24,45%. Sedangkan
komposisi gizi telur ayam utuh adalah protein 11,8%; air 65,5%; lemak 11,0%;
2. Sarang telur terlalu dekat dengan permukaan laut. Dalam kegiatannya bertelur di
sepanjang pantai, meskipun sebagian besar sarang telur di bagian atas batas air pasang
(supratidal), namun seringkali ditemukan sarang-sarang yang dibuat di daerah antar
pasang-surut (intertidal), di mana air pasang-surut setiap saat menyapu dan mengikis pasir
pantai. Akbitanya sarang-sarang tersebut menjadi rusak dan telur-telurnya hanyut terbawa
ombak atau membusuk karena kondisi sarang yang telah rusak dan basah;
3. Sarang terletak di lokasi yang terlalu terbuka dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi,
atau tingginya populasi predator (biawak, babi hutan, kepiting dan elang), dan atau lokasi
peneluran terlalu dekat dengan aktifitas atau pemukiman; dan
4. Pesatnya pertumbuhan vegetasi pantai dengan batang dan perakaran yang dapat
menghambat munculnya tukik ke permukaan pasir pantai serta memudahkan pemangsaan
terhadap tukik.
Upaya pemindahan sarang telur yang paling mudah dan cukup efektif adalah jika di
pantai itu juga tanpa memerlukan transportasi khusus. Cara penetasan telur dalam sarang-
sarang yang demikian dikenal sebagai penetasan semi-alamiah. Prinsip penetasan semi-
alamiah adalah menetaskan telur di dalam sarang yang digali oleh petugas di areal yang
dlindungi atau dipagar sedemikian sehingga aman dari gangguan predator maupun gangguan
fisik di pantai. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang berdrainase baik, tidak tertutup
vegetasi lebat dan terlindung dari gangguan predator.

36
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

C. Pelepasan tukik
Upaya selanjutnya adalah memantau setiap hari atas kemungkinan-kemungkinan
munculnya tukik dari dalam sarang penetasan. Munculnya tukik-tukik tersebut umumnya
pada malam hari hingga menjelang fajar. Tukik-tukik yang baru muncul perlu segera dikum-
pulkan agar terhindar dari predator atau membiarkan mereka menuju ke laut dengan sambil
diawasi. Namun cara yang kedua kurang memberikan hasil yang diharapkan untuk mening-
katkan jumlah populasi penyu karena hanya 1% saja tukik yang menjadi penyu dewasa.
Dengan demikian cara yang paling baik adalah memelihara tukik-tukik hingga mencapai
ukuran yang cukup kuat untuk menghadapi predator. Upaya inilah yang dilakukan oleh tim
IbW untuk memperoleh teknik-teknik terbaik dalam membesarkan tukik sehingga upaya
restocking penyu laut di alam dapat tercapai.

2.7 Luaran yang Akan Dihasilkan


Berdasarkan program prioritas yang disepakati untuk diimplementasikan pada wilayah
IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan pada 2014 (Tabel 2.1), jenis luaran tahun pertama yang
akan dihasilkan dari kegiatan yang akan dilaksanakan selama 3 tahun ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun I IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

No. PROGRAM TAHUN 2014

I Revitalisasi Objek Wisata


Sosialisasi program ‘Konservasi Penyu melalui Pengembangan Wisata Berbasis
Masyarakat di Desa Hadiwarno Kecamatatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”. Hal ini
1.
berupa memberikan ceramah-ceramah pendidikan (educational campaigns) untuk
semua lapisan masyarakat.
Pemetaan masalah dan potensi Pantai Taman di Desa Hadiwarno (analisis ekonomi,
2.
sosial dan budaya).
3. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung daya tarik wisata
3.1. Pembuatan gapura masuk kawasan konservasi penyu
Pembangunan fasilitas kamar mandi dan toilet sebagai salah satu sarana penunjang
3.2.
bagi pengunjung di lokasi konservasi.
3.3. Pembangunan kolam renang air tawar sebagai sarana bermain bagi pengunjung.
Revitalisasi aksesibilitas kawasan wisata dipadu dengan jaringan Jalan Lingkar
4.
Selatan (JLS).
4.1. Pelebaran jalan ke lokasi konservasi penyu.
4.2. Pemipaan fasilitas air sumber ke lokasi konservasi penyu.
Pengembangan keunikan dan citra kawasan sebagai lahan konservasi penyu berbasis
5.
masyarakat.
5.1. Pembuatan kolam tukik, kolam karantina, dan tempat penetasan telur penyu.
5.2. Pembuatan papan interpretasi dan rambu-rambu tempat penyu bertelur.

37
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Penguatan kelembagaan “Kelompok Masyarakat Pelestari Penyu untuk Wisata


6.
(KMP2W)” di pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo.
6.1. Pembuatan ruang pelatihan ‘Konservasi Penyu’
6.2. Pembuatan gedung “Pondok Konservasi Penyu untuk Wisata”
Pembuatan laporan kemajuan, laporan akhir kegiatan tahunan dan Jurnal Aplikasi
7.
Ipteks pada tahun I.

Ancaman terbesar terhadap populasi penyu di alam adalah adanya perdagangan daging
dan telur penyu, ditambah dengan munculnya permintaan plastron untuk pasar Internasional.
Ancaman dari luar kawasan, seperti perdagangan plastron internasional, tidak bisa ditangani
hanya kegiatan penegakan hukum setempat, tetapi harus melalui berbagai inisiatif regional
dan/ atau Internasional. Kegiatan konservasi tidak cukup dilakukan seadanya, diperlukan
adaptasi strategi. Konservasi adalah tindakan budaya, karena itu harus bisa diterima bila
setiap lokasi melakukan upaya konservasi secara berbeda-beda. Di banyak tempat, khususnya
di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan NTB) mulai mengembangkan inisiatif pariwisata
berbasis penyu. Ada peluang konservasi di sana, tapi diperlukan suatu kebijakan, petunjuk
teknis dan pelaksanaan yang relevan dengan kebutuhan biologi penyu agar pelaksanaan
wisata berbasis penyu dapat memberi lebih banyak manfaat ketimbang kerugian.

38
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan


Pembangunan sektor pariwisata Kab. Pacitan bertujuan untuk mengembangkan produk
wisata yang unik dan memunculkan kekhasan Pacitan. Penetapan 4 KPP (KPP A, B, C dan D)
diharapkan dapat mengarahkan kepariwisataan Kab. Pacitan menjadi lebih fokus namun tetap
memberikan fleksibilitas/kelenturan untuk berkembangnya potensi-potensi lain sehingga tetap
mewadahi kekayaan alam dan sosial budaya serta saling melengkapi dan meningkatkan daya
tarik wisata Kab. Pacitan secara keseluruhan.

Gambar 3.1. Metode pelaksanaan program IbW yang disepakati

Fokus proposal IbW tahun pertama ini (2014) adalah pada pembentukan kawasan
wisata unggulan (KWU) di desa Hadiwarno, merupakan KWU baru melalui konsep
konservasi penyu untuk wisata yang memberdayakan masyarakat pesisir sekitar lokasi.

39
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Lokasinya yang strategis di Jalur Lintas Selatan (JLS), menempatkan kawasan ini secara
strategis dalam peta kepariwisataan di lingkup Jawa Timur maupun Nasional. Metode
pelaksanaan program selama tiga tahun yang sedang dan akan dilaksanakan ditunjukkan pada
gbr. 3.1.

3.2 Kegiatan yang Dilakukan


Mengacu kondisi dan potensi wilayah, RPJMD Kab. Pacitan 2011-2016, dan solusi
permasalahan yang disepakati bersama, maka disusun rencana kegiatan pada tahun pertama
yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2014

Nama Kegitan Aspek yang Dilaksanakan


Revitalisasi Objek  Inventarisir potensi dan network wisata yang didukung
Wisata kesiapan sarana dan prasarana pendukung;
 Penciptaan suasana kawasan wisata yang dapat dirasakan
oleh semua masyarakat yang bermukim di kawasan
(wisata) terpilih. Hal ini berkaitan dengan identitas, citra
atau image kawasan konservasi yang hendak diangkat
dalam pengembangan kawasan wisata unggulan;
 Mantapnya citra kegiatan ekowisata di kawasan, yang
didukung oleh kesiapan seluruh stakeholders; dan
 Pembagian peran antardesa, maupun koordinasi antar
anggota tim yang terlibat dalam program IbW. Hal ini
dilakukan melalui pembagian tugas dan fungsi semua
pihak yang terlibat dalam program.

3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo


Keberhasilan program IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan akan sangat bergantung
kerjasama dengan semua institusi/lembaga terkait di Pemkab Pacitan. Beberapa bentuk
kontribusi Pemkab Pacitan dalam program kegiatan IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW

No. Institusi Pemkab Kontribusi


1. Bupati Pacitan  Memberikan persetujuan sharing pendanaan dalam
kegiatan IbW,
 Memberikan persetujuan terhadap kegiatan IbW,
dan
 Menyampaikan nota dinas kepada pihak-pihak
terkait berupa dukungan terhadap kegiatan IbW.
2. Badan Perencanaan  Memberikan informasi kebijakan dinas/ badan/

40
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pembangunan Daerah lembaga dan satuan organisasi lain dalam


(BAPPEDA) Kabupaten lingkungan pemerintah kabupaten serta instansi
Pacitan propinsi atau pusat di Kab. Pacitan,
 Memberikan data rencana tata ruang dalam lingkup
makro di suatu wilayah, dan
 Memberikan pelayanan informasi, data kebijakan
perencanaan dan pembangunan daerah.
3. Badan Penelitian, Pengem-  Memberikan informasi Epoleksosbud di suatu
bangan dan Statistik wilayah,
(BALITBANGTIK)  Memberikan data karya UMKM,
Kabupaten Pacitan  Memberikan data kelayakan dan studi teknis lokasi
pengembangan wilayah yang sudah dilaksanakan,
dan
 Memberikan data pengelolaan benda cagar budaya
berskala kabupaten yang sudah dilaksanakan.
4. Dinas Kehutanan dan  Dukungan SDM dalam pelaksanaan pengelolaan
Perkebunan (HUTBUN) ekosistem hutan dan sumber daya air, dan
Kabupaten Pacitan  Dukungan SDM dalam penyusunan konsep
program pemberdayaan masyarakat pesisir.
5. Camat Ngadirojo  Memberikan pelayanan informasi terkait pengem-
bangan kawasan Kec. Ngadirojo, dan
 Memberikan kemudahan aksesibilitas para pengab-
di di wilayah Kec. Ngadirojo.
6. Kepala Desa Hadiwarno dan  Menyediakan lahan desa terkait dengan kegiatan
Sudimulyo “Revitalisasi Objek Wisata terintegrasi dengan
Kawasan Ekowisata dan Pemberdayaan Masya-
rakat Pesisir”, dan
 Memberikan kemudahan dan bentuk bantuan tena-
ga dan keamanan bagi semua tim IbW di dalam
melaksanakan semua aktifitasnya selama masa
program.

3.4 Tahapan Kegiatan IbW Revitalisasi Objek Wisata


Tahapan kegiatan program IbW “Revitalisasi Objek Wisata” melalui konservasi penyu
untuk wisata ini, meliputi: sosialisasi, pembangunan sarana konservasi, pelaksanaan kegiatan
konservasi dan pengembangan wisata. Uraian kegiatan adalah sebagai berikut.
a. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan untuk memberikan penyadaran pada masyarakat sekitar maupun
masyarakat luar yang mengunjungi kawasan. Metode sosialisasi dilakukan dengan kegiatan
penyuluhan, pamflet, brosur, maupun media masa.
b. Pembangunan sarana konservasi
Kegiatan konservasi meliputi pengumpulan telur penyu untuk dipindahkan ke tempat
penetasan yang aman. Setelah telur menetas diletakkan pada kolam dalam periode tertentu

41
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

untuk selanjutnya dilepas kembali ke laut. Secara naluri penyu akan bertelur di pantai tempat
penyu dilepaskan. Dengan demikian makin lama jumlah penyu yang bertelur di pantai yang
dikonservasi akan makin banyak. Untuk kegiatan konservasi penyu ini, sarana yang
diperlukan (gbr. 3.2) adalah: (1) Tempat penetasan yang berpagar; (2) Kolam untuk
menampung anak penyu yang menetas, (3) Kolam karantina, dan (4) Bangunan yang
berfungsi sebagai kantor, ruang pertemuan dan gudang.

A
B
G

F E C
D
Gambar 3.1 Perencanaan Kebutuhan Ruang dan Bangunan untuk Kegiatan Konservasi
Penyu.
Keterangan gambar:
A : Halaman yang ditumbuhi pepohonan,
B : Ruang yang dapat digunakan untuk pertemuan maupun pemanduan pengunjung,
C : Gudang,
D : Kantor dan tempat penyimpanan arsip dan data,
E : Kolam untuk pemeliharaan anak penyu yang menetas sebelum dilepaskan,
F : Tempat penetasan telur penyu,
G : Kolam Karantina.
Catatan: B, C dan D adalah bangunan dalam bentuk satu kesatuan.

42
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan


Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Malang (DPPM UMM) didirikan berdasarkan Peraturan Universitas Muhammadiyah Malang
No. 1a Tanggal 23 Februari 2009. DPPM UMM merupakan penggabungan dari Lembaga
Penelitian (SK Rektor UMM No. E.1/97/UM/1977) dan Lembaga Pengabdian Masyarakat
(SK Rektor No. E.1/087/UM/1977). DPPM UMM adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi di
bidang penelitian dan pengabdian masyarakat yang berada di bawah rektor dengan fungsi
koordinasi melalui Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, dan Pembantu Rektor III. DPPM
UMM dibentuk dengan tujuan “Mewujudkan perencanaan, pelaksanaan dan koordinasi
kegiatan penelitian, penerapan dan pengembangan Ipteks di lingkungan UMM, baik dalam
bentuk penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat untuk kemakmuran bangsa”. Visi
DPPM UMM adalah “Menjadi pusat penelitian, penerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi serta seni yang terkemuka dalam rangka menegakkan nilai-nilai
keislaman dan keilmuan bagi kepentingan masyarakat”.
Kegiatan kemasyarakatan di DPPM UMM dilaksanakan melalui sumber pendanaan
internal dan eksternal. Dana eksternal kegiatan kemasyarakatan, misalnya berasal dari CSR
perusahaan swasta (PT. IPMOMI – Probolinggo, Yayasan Damandiri Jakarta), instansi
pemerintah (Bappeda Kab. Nganjuk, Bappeda Kab. Malang, Diknas Propinsi Jatim, Dinas
Pertanian Bondowos), KKMB dengan BI (BI Jember, BI Kediri), dan kegiatan
kemasyarakatan yang berasal dari dana Dit. Litabmas, Ditjen Dikti. Khusus kinerja kegiatan
kemasyarakatan di DPPM UMM menunjukkan kecenderungan ke arah peningkatan sebagai-
mana ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas
Skim Kegiatan Tahun
Kemasyarakatan 2010 2011 2012 2013
IbM 5 3 6 20
IbIKK 3 5 6 4
IbK 2 1 1 1
IbW 1 1 – 2

43
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra


Tema permasalahan yang ingin ditangani bersama adalah konservasi dan pariwisata
melalui kegiatan “Revitalisasi objek wisata, Penguatan atraksi wisata menjadi kawasan
ekowisata dan Pemberdayaan masyarakat pesisir”. Model PPM yang akan dilaksanakan
adalah (1) Penguatan sumberdaya alam untuk pengembangan dan konservasi kawasan secara
lestari, (2) Pengembangan citra kawasan ekowisata yang mendukung konservasi bersama
masyarakat lokal, (3) Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui sinergisme tiga pelaku dalam
industri pariwisata, yaitu destinasi wisata, wisatawan, dan masyarakat lokal, dalam
pengembangan usaha dan ekonomi pariwisata yang mengusung konservasi dan ekowisata.
Berdasarkan model PPM yang akan dilaksanakan, maka dipilihlah Politeknik Negeri
Malang sebagai Perguruan Tinggi Mitra. Universitas Muhammadiyah Malang bertugas dalam
merumuskan kebijakan “Revitalisasi Objek Wisata, Penguatan Atraksi Wisata menjadi
Kawasan Ekowisata dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir” sedangkan Politeknik Negeri
Malang berperan sebagai penyedia TTG yang mendukung program PPM di wilayah IbW.

4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan


Kegiatan IbW ini mendukung misi ke-4 Pemkab Pacitan, “Meningkatkan pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan”, melalui lingkup kegiatan
(1) Revitalisasi objek wisata, (2) Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata, dan
(3) Pemberdayaan masyarakat pesisir”. Dalam upaya menjalankan program IbW di Kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan, perlu dilakukan inventarisir potensi wilayah, perumusan kebijakan
publik dan upaya edukasi dalam pengembangan kawasan konservasi menjadi kawasan
ekowisata. Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014
Jenis Jabatan
No Nama Deskripsi Tugas
Kepakaran dalam Tim
1 Drs. Wahyu Biologi, Ketua Tim − Penyusunan konsep “revi-
Prihanta, M.Kes. Patibologi talisasi objek wisata, revi-
talisasi hutan mangrove,
dan pemberdayaan masya-
rakat pesisir”;
− Penyusunan organisasi pe-
laksana dan steering co-
mmitee;
− Penyusun kerangka kerja
tim.
2 Ach. Muhib Teknik Mesin, Anggota Tim − Desain konsep pemberda-

44
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Zainuri, ST., Konversi yaan masyarakat pesisir


M.T. Energi. melalui pemanfaatan TTG;
− Desain konsep revitalisasi
objek wisata.
3 Prof. Dr. Rahayu Hukum, Anggota Tim − Review kebijakan dan pe-
Hartini, SH., Sosiologi raturan terkait pengemba-
M.Si., M.Hum. bangan kepariwisataan;
− Review perundang-unda-
ngan terkait konservasi
sumberdaya alam hayati
sebagai lahan konservasi;
− Model pengembangan eko-
wisata berbasis kearifan
lokal
4. Drs. Amir Biologi, Anggota Tim − Model pengembangan ins-
Syarifuddin, Kehutanan titusi ekowisata;
M.Hut. − Desain konsep pengelola-
an kawasan ekowisata se-
bagai objek wisata.
5 Ir. Tundung Teknik Anggota Tim − Identifikasi potensi kepari-
Subali Patma, Elektro, wisataan di wilayah IbW;
M.T. Teknik Listrik − Bimbingan teknologi pe-
ningkatan mutu produksi,
pengawasan mutu, verifi-
kasi produk dan inovasi
teknologi produk.

4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan


Struktur organisasi tim “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan” dibuat sebagai implementasi program PPM dari Dit. Litabmas-Ditjen
Dikti dan kebijakan pengembangan kawasan, pengembangan pariwisata, SDM, dan
kelembagaan oleh Pemkab Pacitan. Kebijakan tersebut, bersama Focus Group Discussion
kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Tindak bersama seluruh organisasi pelaksana PPM di
Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Dalam melaksanakan kegiatannya, tim akan selalu berkoor-
dinasi dengan Steering Commitee (gbr. 4.1).

45
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

46
BAB V
HASIL YANG DICAPAI

5.1 Pembuatan Daerah Penetasan Telur (Hatcheries)


Pembuatan daerah penetasan telur (hatcheries) dilakukan di daerah supratidal (gbr.
5.1). Hal ini dilakukan untuk menghindari sapuan (flushing) air laut pada siklus hari-hari
bulan mati atau bulan purnama agar suhu sarang buatan tetap stabil. Kestabilan suhu sarang
merupakan faktor penentu keberhasilan penetasan telur dengan harapan terjadi tingkat
penetasan telur yang tinggi (high of hatching rates). Di samping itu, Lama antara peneluran
yang satu dengan peneluran berikutnya (interval peneluran) dipengaruhi oleh suhu air laut.
Semakin tinggi suhu air laut, maka interval peneluran cenderung makin pendek. Sebaliknya
semakin rendah suhu air laut, maka interval peneluran cenderung makin panjang.

Gambar 5.1 Tempat penetasan telur (hatcheries)

Pembuatan tempat penetasan telur penyu sudah dengan memperhatikan faktor pertum-
buhan embrio yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Embrio akan tumbuh optimal pada kisaran
suhu antara 24–33 oC, dan akan mati apabila di luar kisaran suhu tersebut. Kondisi lingkungan
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan embrio sampai penetasan, adalah sebagai berikut.
a. Suhu pasir. Semakin tinggi suhu pasir, maka telur akan lebih cepat menetas. Penelitian
terhadap telur penyu hijau yang ditempatkan pada suhu pasir berbeda menunjukkan bahwa
telur yang terdapat pada suhu pasir 32 oC menetas dalam waktu 50 hari, sedangkan telur
pada suhu pasir 24 oC menetas dalam waktu lebih dari 80 hari.

47
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

b. Kandungan air dalam pasir. Diameter telur sangat dipengaruhi oleh kandungan air
dalam pasir. Makin banyak penyerapan air oleh telur dari pasir menyebabkan
pertumbuhan embrio makin besar yang berakibat diameter telur menjadi bertambah besar.
Sebaliknya, pasir yang kering akan menyerap air dari telur karena kandungan garam
dalam pasir lebih tinggi. Akibatnya embrio dalam telur tidak akan berkembang dan mati.
c. Kandungan oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio. Air hujan
yang menyerap ke dalam sarang ternyata dapat menghalangi penyerapan oksigen oleh
telur, akibatnya embrio akan mati.
5.2 Pembuatan Kolam Pembesaran Tukik
Setelah menetas tukik seharusnya secara mandiri dibebaskan untuk menuju ke laut.
Tetapi kadangkala diperlukan penyelamatan tukik yang masih lemah, karena pada saat di laut
tukik akan berenang atau terombang-ambing dibawa arus laut sehingga dapat dengan mudah
dimangsa oleh predator. Penyelamatan tukik dapat dilakukan melalui kegiatan budidaya
dalam kolam pembesaran tukik (gbr. 5.2), khususnya bagi tukik yang cacat. Tukik cacat yang
berasal dari sarang hatcheries harus diperlihara dalam bak-bak budidaya sampai mencapai
ukuran tertentu (berumur 2–3 bulan). Tukik cacat yang berumur 2-3 bulan ini sudah bisa
melakukan penghindaran dari predator dengan cara menyelam di karang-karang atau bergerak
di komunitas sargassum, karena lobul-lobul paru-parunya sudah mampu menghisap udara.
Tukik cacat yang dipelihara melalui budidaya tidak boleh mendapat gangguan yang dapat
mengakibatkan kelainan tingkah laku.

Gambar 5.2 Kolam pembesaran tukik

48
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Perlakuan-perlakuan pemeliharaan tukik dalam kolam budidaya pembesaran tukik


antara lain sebagai berikut.
a. Kolam-kolam pemeliharaan harus berisi air laut yang mengalir;
b. Pemberian makan sesuai dengan tahapan; dan
c. Air dalam kolam pemeliharaan harus bebas dari penyakit, polusi dan kotoran-kotoran
ataupun bahan kimia yang membahayakan.
5.3 Pengembangan Fasilitas Wisata Konservasi Terpadu
Pengembangan fasilitas wisata konservasi penyu terpadu dilakukan setelah
pelaksanaan kegiatan konservasi sudah berjalan. Kegiatan pengembangan fasilitas wisata
yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan lokasi konservasi penyu dengan berbagai sarana dan prasarananya,
yaitu: kolam renang air tawar, kolam untuk menampung anak penyu yang menetas,
pembangunan kolam karantina, dan bangunan yang digunakan untuk kantor, gudang, dan
ruang pertemuan (gbr. 5.3). Gedung berfungsi sebagai pusat informasi kawasan wisata
terpadu yang dibangun dengan APBD Pemkab Pacitan Tahun 2014 dengan No. SPK:
12.03/PPK-KPL/408.31/III/2014.

Gambar 5.3 Gedung sekretariat konservasi

b. Pembangunan Flying Fox terpanjang nasional 367 meter untuk kampanye konservasi
penyu secara nasional maupun internasional;

49
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 5.4 Flying fox, jalan menuju lokasi dan tempat meluncur
c. Pembangunan pagar kawasan wisata konservasi terpadu, pembangunan gerbang kawasan
konservasi, jalan penghubung antar wahana (gbr. 5.5), kolam renang air tawar sekaligus
berfungsi untuk penyedia air untuk mengairi tanaman, Arboretum plasmanutfah tumbuhan
langka Indonesia.

(a) (b)
Gambar 5.5 Pembangunan pagar dan jalan di area konservasi
Ket. Gbr. (a) Ketua Tim IbW dengan Bupati Kab. Pacitan dan (b) Pembuatan jalan dan papan interpretasi

Ke depan, karena program IbW ini akan dilaksanakan selama 3 tahun, tim IbW kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan akan mengembangkan beberapa fasilitas lain yang lebih memperkuat
citra kawasan sebagai lokasi konservasi penyu. Denah dari pengembangan fasilitas konservasi
dan pengembangan wisata berbasis konservasi penyu adalah sebagai berikut (gbr. 5.6).

50
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 5.6 Denah pengembangan kawasan konservasi penyu

5.4 Rehabilitasi Habitat Bertelur Penyu


Pasir merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat
peneluran bagi setiap penyu memiliki kekhasan (gbr. 5.7). Umumnya tempat pilihan bertelur
merupakan pantai yang luas dan landai serta terletak di atas bagian pantai. Rata-rata
kemiringan 30o di pantai bagian atas. Dewasa ini hampir semua daerah peneluran penyu,
terutama daerah peneluran penyu hijau telah mengalami degradasi, di mana pohon-pohon di
sepanjang pantai peneluran telah banyak rusak. Pohon pantai ini sangat penting karena dapat
menjadi naluri peneluran penyu, terutama bagi penyu hijau.
Sehingga, telah dilakukan penanaman jenis tanaman atau formasi vegetasi pantai yang
biasanya terdapat di sepanjang daerah peneluran penyu. Secara umum dari daerah pantai ke
arah daratan adalah sebagai berikut.
a. Tanaman Pioner;
b. Zonasi jenis-jenis tanaman yang terdiri dari Hibiscus tiliaceus, Gynura procumbens, dan
lainnya;
c. Zonasi jenis-jenis tanaman seperti Hernandia peltata, Terminalia catappa, Cycas rumphii,
dan lainnya;
d. Zonasi terdalam dari formasi hutan pantai Callophyllum inophyllum, Canavalia ensifor-
mis, Cynodon dactylon, dan lainnya.

51
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 5.7 Penanam bibit di kawasan konservasi penyu dan lokasi peneluran

5.5 Pendidikan Konservasi Penyu


Konservasi penyu merupakan upaya yang sangat penting untuk menjamin keberlang-
sungan populasi penyu tersebut. Kelangkaan yang terjadi secara terus-menerus dengan
kecenderungan semakin lama semakin sulit ditemukan, dapat menjurus pada kepunahan.
Penyu, sebagai salah satu hewan langka, perlu segera dilakukan upaya konservasi. Untuk itu
mutlak diperlukan pendidikan tentang kaidah-kaidah konservasi populasi penyu. Langkah-
langkah yang dianggap penting dalam melaksanakan pendidikan konservasi penyu antara lain
adalah sebagai berikut.
a. Pelatihan kegiatan penetasan telur penyu. Pelatihan kegiatan penetasan telur penyu
bertujuan untuk memberi pengetahuan mengenai cara penyelamatan sarang-sarang telur
yang ditemukan di daerah pasang surut (intertidal) setelah penyu laut selesai bertelur;
b. Pelatihan pengelolaan penangkaran. Penangkaran penyu pada prinsipnya merupakan
salah satu upaya untuk menyelamatkan populasi penyu agar tidak punah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh penyu dari berbagai gangguan, termasuk penyakit,
menjauhkan penyu atau tukik dari hal-hal yang membahayakan kehidupannya (misal dari
predator) dan meningkatkan daya tetas telur penyu. Oleh karena itu, lokasi penangkaran
penyu yang berada di sekitar habitat peneluran penyu menjadi lokasi yang tepat;

Gambar 5.8 Pelatihan penangkaran penyu

52
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata


Ekowisata atau sering juga ditulis atau disebut dengan ekoturisme, wisata ekologi,
ecotoursism, eco-tourism, ecotourism, eco tour, eco-tour, dan sebagainya. Dalam kegiatan
ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap upaya
konservasi dan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata
merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber-sumber
alam dan keanekaragamannya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinam-
bungan. Dengan kata lain ekowisata adalah “Kunjungan ke lingkungan alam yang relatif
masih asli, dilakukan secara bertanggungjawab, untuk menikmati dan menghargai alam (dan
segala bentuk keanekaragaman yang menyertainya), yang mendukung konservasi, memiliki
dampak yang rendah, dan adanya keterlibatan sosioekonomi masyarakat setempat yang
bermanfaat.” Beberapa kegiatan yang mendukung penguatan atraksi wisata menjadi kawasan
ekowisata ditunjukkan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Kegiatan Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata

No. Isu/Tema Kegiatan


1. Konservasi lahan, tatanilai dan produk wisa-  Inventarisisr atraksi wisata di kawasan
ta. Isu konservasi lahan berupa teknis pembi- ekowisata;
naan habitat (baik habitat alami maupun ha-  Pemetaan potensi wilayah menjadi kawa-
bitat semi alami). Produk wisata berupa san ekowisata berbasis konservasi penyu;
peneglolaan wisata berbasis penyu.  Konservasi vegetasi pantai berbasis ma-
syarakat sebagai pendukung konservasi
2. Berkembangnya kegiatan pariwisata yang  Pengembangan potensi fisik, ekonomi dan
mengusung jati diri keunggulan aspek sosial sebagai daya tarik wisata;
fisik, ekonomi, sosial-budaya lokal  Perbaikan jogging track untuk wisata ber-
sepeda dan pembuatan pondok ekowisata;
 Pembuatan pagar pengamanan di titik-titik
atraksi wisata
3. Terintegrasinya tema konservasi penyu  Optimalisasi potensi daya tarik dan mini-
sebagai kawasan konservasi dan ekowi- malisasi kendala pengembangan kawasan
sata dengan produk wisata pendukung ekowisata;
lainnya di Kab. Pacitan  Optimalisasi manfaat kawasan ekowisata
(fungsi fisik, biologis, ekonomis);
 Penyululuhan kepada masyarakat yang
bersinggungan dengan keberadaan kawa-
san ekowisata.

53
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Ekowisata merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari
keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan
dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata
bertanggungjawab. Destinasi untuk ekowisata dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya dari aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola
dan pemerintah. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi
konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahan-
kan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama kawasan konservasi.
Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan
tuntutan dari para eco-traveler. Dengan kata lain, ekowisata dan konservasi merupakan dua
kegiatan yang saling mendukung dan saling tergantung satu sama lain.

6.2 Pembinaan Habitat Penyu menjadi Kawasan Ekowisata


Pembinaan habitat peneluran penyu pada prinsipnya bertujuan untuk untuk melindungi
habitat peneluran penyu (nesting site) dari segala macam gangguan (baik gangguan predator
maupun pengunjung) agar penyu dapat berkembang biak dengan baik. Pembinaan habitat
penyu meliputi pembinaan habitat alami dan pembinaan habitat semi alami. Dalam pengem-
bangan ekowisata berbasis penyu, hal yang perlu diperhatikan adalah prinsip-prinsip sebagai
berikut.
a. Konservasi. Dalam hal ini berarti, pemanfaatan keanekaragaman flora dan fauna tidak
merusak sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah
lingkungan. Hasil pemanfaatan tersebut dapat dijadikan sumber dana untuk membiayai
upaya konservasi, mendukung pemanfaatan sumber daya lokal secara lestari serta
meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta
dalam program konservasi dan mendukung upaya pengawetan jenis;
b. Pendidikan. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku masyarakat
tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan konservasinya.
c. Ekonomi. Ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan,
penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat, memacu pembangunan wilayah, baik
di tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin kesinambungan usaha. Dalam skala
besar dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh kabupaten/kota, propinsi
bahkan nasional.

54
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

d. Peran Aktif Masyarakat. Peran aktif masyarakat dilakukan dengan membangun


hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat diantaranya dengan pelibatan
masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi, menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk
pengembangan ekowisata, memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah
setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat
serta menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi
masyarakat sekitar kawasan.
e. Wisata. Yang tak kalah penting dari prinsip pengembangan ekowisata adalah kegiatan
wisata itu sendiri. Dengan menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan,
kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung akan memberikan kesempatan pengunjung
menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi serta
memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.

6.3 Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dalam Kegiatan Ekowisata


Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman flora dan fauna di kawasan
ekowisata berbasis penyu, beberapa aspek yang harusnya diperhatikan tim IbW antara lain
sebagai berikut.
1. Aspek Pencegahan. Tak pelak lagi, setiap aktivitas pasti menimbulkan dampak positif dan
negatif. Selain dampak positif yang telah disampaikan di atas, dampak negatif kegiatan
ekowisata dapat dikurangi dengan upaya antara lain pemilihan lokasi yang tepat
(menggunakan pendekatan tata ruang yang pada kawasan konservasi sebagai Zona
Pemanfaatan), rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung, serta rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai dengan daya dukung kawasan dan
kerentanannya. Hal tersebut perlu sangat diperhatikan terlebih dalam kawasan konservasi,
karena sebuah kawasan konservasi selain pemandangan indah (benda mati) yang
ditawarkan, berbagai tumbuhan dan satwa juga menjadi prioritas utama dalam pelestarian.
Meminimalkan gangguan dari pengunjung maupun sarana prasarana wisata yang kurang
mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati harus selalu menjadi acuan
pengembangan ekowisata. Perlu juga merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari
pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata (tour operator) serta wisatawan itu sendiri
agar tidak memaksakan untuk mendapatkan profit besar namun tidak sustainable.
Pemilihan segmen pasar yang sesuai juga tak kalah penting agar tidak terjebak pada mass
tourism yang cenderung tidak mendukung ekowisata.
55
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2. Aspek Penanggulangan. Aspek ini diantaranya dilakukan dengan menyeleksi pengunjung


termasuk jumlah pengunjung (control of visitor) dan waktu kunjungan serta minat kegiatan
yang diperkenankan. Pengembangan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, dan
penyediaan fasilitas) diupayakan melalui pengembangan sumber daya manusia, peningka-
tan nilai estetika serta kemudahan akses kepada fasilitas.
3. Aspek Pemulihan. Perlunya menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata
untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan serta peningkatan
kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata. Bila dibutuhkan, suatu area
dapat 'di-sterilkan' dari pengunjung sementara waktu untuk proses recovery-nya.
Dengan tugas pokok dan fungsi 3P dari penyelenggara ekowisata yaitu “Perlindungan,
Pelestarian dan/atau Pengawetan dan Pemanfaatan, sungguh tepatlah bila ekowisata menjadi
sarana pemanfaatan yang paling sesuai dengan tuntutan 'pemanfaatan lestari'. Semboyan
terkenal wisata alam ‘take nothing but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but
time’ sangat sejalan dengan nilai nilai dasar konservasi.

56
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Hubungan antara manusia dan penyu telah berlangsung sejak manusia menghuni
kawasan pesisir dan mengarungi berbagai samudera. Di beberapa tempat, masyarakat meman-
faatkan penyu baik daging maupun telurnya sebagai sumber protein hewani. Pemanfaatan ini,
di samping karena faktor alam, menjadi sebab penurunan populasinya di berbagai belahan
dunia termasuk di Indonesia. Hal ini kemudian menyebabkan semua jenis penyu yang masih
tersisa dibatasi perdagangannya bahkan dimasukkan ke dalam red list oleh CITES.
Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan habitat, populasi penyu dan jumlah
masyarakat akann saling berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain pengetahuan
mengenai penyu itu sendiri. Informasi mengenai biologi, misalnya demografi, tingkah laku,
dan fisiologi penyu merupakan perangkat penting dalam mengembangkan strategi pengelo-
laan konservasi penyu di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Pacitan. Kegiatan
ini merupakan tindakan nyata yang dibutuhkan dalam melakukan pengelolaan konservasi
penyu yang komprehensif, sistematis dan terukur.
7.2 Saran
Siklus hidup penyu yang sangat kompleks yakni berpindah-pindah tempat hidup
(habitat) menyebabkan mereka harus mengarungi samudera luas. Hal ini menyebabkan
perlunya pendekatan terpadu baik di tingkat regional maupun Internasional dalam
perencanaan dan pengelolaannya. Forum komunikasi diperlukan sebagai upaya manajeman
perlindungan lingkungan asli penyu yang tidak hanya berlaku pada suatu kawasan perteluran
hewan ini namun juga di beberapa daerah yang merupakan jalur migrasi hewan ini dalam
mencari makan.
Upaya konservasi dan pembentukan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk
Wisata (KMKPW) “Taman Ria” hendaknya tidak dimaknai konservasi sumberdaya dan
perlindungan semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan
pemanfaatan berkelanjutan terhadap sumberdaya penyu. Untuk itu, kegiatan pemantauan yang
berkesinambungan harus dilakukan untuk bias mengukur kecenderungan populasi penyu dari
tahun ke tahun.

57
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Kecamatan Ngadirojo dalam Angka
2012, Nomor Katalog: 1102001.3501110
2. Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan No. 11 Tahun 2011;
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan
Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan.
4. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2011, Profil Potensi Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pacitan.
5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Pacitan dalam Angka 2012, ISSN:
0215.5710, Katalog BPS : 1102001.3501.
6. Biliana Cincin-Sain dan Robert W. Knecht, 1998, Integrated Coastal and Ocean
Management Concepts dan Practices, Island Press, Washington, DC.
7. Wiyana, Adi, 2004, Faktor Berpengaruh Terhadap Keberlanjutan Pengelolaan
Pesisir Terpadu (P2T). http://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/afi_wiyana.htm.
8. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji dan M.K. Moosa, 1997, The Ecology of the
Indonesian Seas I di dalam The Ecology of Indonesian Series Vol. VII, Periplus
Edition (HK) Ltd.: xiv + 1-642.
9. Muller-Parker, G dan C.F. D’Elia, 1997, Interaction Between Corals and Their
Symbiotic Algae, dalam: Birkeland, C. (ed.).1997. Life and Death of Coral Reefs.
Chapman & Hall, New York: 96-113.
10. Asosiasi Pemeritah Kabupaten Seluruh Indonesia (APAKASI), 2010, Permasalahan dan
Isu Pengelolaan dan Pemanfaatan Pesisir di Daerah, diunduh di http://aplikasi.or.id/
modules.php? name=news&files=article&sid=106.

58
LAMPIRAN

Lampiran I Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul


Lampiran II Peta Lokasi Wilayah
Lampiran III Anggaran Dasar “Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata
(KKPW) “Taman Ria”
Lampiran IV Jurnal PPM, “Upaya Konservasi dan Pengelolaan Habitat Penyu Laut
Melalui Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

59
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19671219 199103 1 003
5 NIDN 19126702
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 19 Desember 1967
7 e-mail wisatakampuspslkumm@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 0811360190
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Botani Tumbuhan Tinggi
2. Kewirausahaan Dasar
3. Ekologi Hewan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas Negeri Universitas Airlangga
Tinggi Jember
Bidang Ilmu Pend. Biologi Patibologi
Tahun Masuk-Lulus 1985-1990 1994-1997
Judul Skripsi/Tesis/ Perbedan Prestasi Pengaruh Jatropha
Disertasi Belajar Biologi antar Multifida terhadap
Anak Jarak Kelahiran Reaksi Inflamasi
di bawah 2 Tahun
dengan 2 Tahun
Nama Pembimbing/ Drs. Kamdi Dr. Suhartono Taat
Promotor Putra, MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
2012 Identifikasi Pteridophyta sebagai Database Mandiri 10
1
Tumbuhan Jawa
2011 Inovasi Pengajaran Matakuliah Tumbuhan Program 7
2
merubah Paradigma Konsep menjadi Aplikasi Diabermutu
3 2010 Identifikasi Sumber Air Database di Kota Batu UMM 5
4 2009 Distribusi Produk dari Penyu di Pasar-Pasar di UMM 7
Banyuwangi sebagai Basis Penetapan Strategi
Konservasi
5 2008 Identifikasi Penyu sebagai Penetapan Program UMM 7
Konservasi Habitatnya di Pantai Selatan Jawa
Timur
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

60
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Pengembangan Ekowisata Pantai Ngadirojo PSLK & 50
Kabupaten Pacitan Masyarakat
2 2011 Konservasi Penyu Pada Masyarakat Des PSLK & 50
Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kabupaten Pacitan Masyarakat
3 2010 Pendidikan Lingkungan di Sekolah Melalui PSLK & 35
Wisata Kampus UMM Sekolah
4 2009 Pendampingan Pendidikan Lingkungan Hidup Di 5
UMM
SDN Dinoyo 2 Malang
5 2008 Pendampingan SMA Negeri 9 Malang dalam 5
UMM
program Adiwiyata
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/
Nomor/Tahun
1 – – –
2 – – –
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Mitigasi Global Warming Adapatasi dan Mitigasi Climate Change, 2010, UMM
KLH - UMM 2010, kerjasama KLH dengan PSLK UMM
2 Go Green FISIP UMM Pola Hidup Ramah Lingkungan, sebagai 2010, UMM
Antisipasi Climate Change, 2010, FISIP
UMM
3 Seminar Nasional di UM Pengembangan Kampus Universitas 2009, UMM
Malang, 2009 Muhammadiyah Malang sebagai Kawasan
Wisata Pendidikan Lingkungan, Seminar
Nasional di UM Malang, 2009
4 Seminar Nasional BKPSL Mitigasi Global Warming melalui 2007, Bali
dalam rangka Paralel Event Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan
UNFCCC di Bali Berkelanjutan, Seminar Nasional BKPSL
dalam rangka Paralel Event UNFCCC di
Bali, 2007
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –

61
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5


Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 Perumusan Perda Lingkungan Kota Batu 2011 Kota Batu
2 Pembuatan Wisata Kampus UMM 2012 UMM Bagus
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Jenis


Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 22 April 2013


Ketua Tim Pengusul,

Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes

62
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota I Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19700415 200212 1 002
5 NIDN 0015047002
6 Tempat dan Tanggal Lahir Bangkalan, 15 April 1970
7 e-mail muhibzain@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 08123317612
9 Alamat Kantor Jl. Soekarno Hatta No. 9, PO. Box 04 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) Telp. (0341) 404424 psw. 1019 / (0341) 404420
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = 45 orang, S-1= – orang ; S-2 = – orang; S3= –
orang.
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Peralatan Pemindah Bahan
2. Kekuatan Bahan
3. Elemen Mesin
4. Teknologi Bahan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Brawijaya Institut Teknologi
Tinggi Sepuluh Nopember
Bidang Ilmu Teknik Mesin Teknik Mesin
Tahun Masuk-Lulus 1989 – 1994 2005 – 2010
Judul Skripsi/Tesis/ Perencanaan Provision Simulasi Karakteristik
Disertasi Refrigeration Plant Perpindahan Panas dan
pada Kapal Caraka Massa pada Pengeri-
Jaya Niaga III 3650 ngan Paper Web di
DWT Dryer Section
Nama Pembimbing/ Ir. I Made Gunadiarta Dr. Eng. Ir. Prabowo,
Promotor Ir. Djoko Sutikno, M.Eng.
M.Eng
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Analisis Kekuatan Bahan dan Termal pada PHB 45
s/d Kerusakan Furnace Water Walls Boiler dan
2011 Kegagalan Proses Pembakaran di Circofluidized
Bed Boiler melalui pemodelan Numerik Berbasis
Computational Fluid Dynamic
2 2010 Analisis Termal Konsumsi Bahan Bakar pada Polinema 3
Circulating Fluidized Bed Boiler Menggunakan
Batubara Tingkat Rendah sebagai Alternatif
Konservasi Energi
3 2009 Perencanaan Rekayasa Permesinan – Teori dan Kompetensi 100
Aplikasi Berbasis Komputer dengan Pendekatan Dikti
Struktur (Structured Approach)

63
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

4 2008 Pemodelan Dinamik Perpindahan Panas dan PDM 10


Perpindahan Massa pada Pengeringan Kertas di
Dryer Section dari Mesin Kertas
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Bimbingan dan Pembuatan Sarana Penerangan DIPA 3
Jalan di Kel. Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota Polinema
Malang
2 2011 Pelatihan Metode Pembelajaran Berbantuan DIPA 3
Komputer bagi Para Guru Taman Pendidikan Al- Polinema
Qur’an dan Pondok Pesantren di Merjosari Kota
Malang
3 2010 Pembuatan Dapur Pemanas dan Penyuluhan DIPA 3
tentang Teknik Produksi Guna Meningkatkan Polinema
Kualitas Produk pada Pengrajin Pande Besi
4 2009 Pelatihan Siswa SMK dalam Bidang Refrigerasi DIPA 3
(AC) di Bengkel Otomotif Jurusan Teknik Mesin Polinema
Polinema
5 2008 Pelatihan Penggunaan Carman Scan dan Service DIPA 3
AC pada Mobil bagi Siswa CC Glagah Bwi Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/
Nomor/Tahun
1 Analisis Kesetimbangan kalor pada CFB Boiler PROPOLTEK Vol. 1, Des.
Menggunakan beberapa Jenis Batubara 2012
ISSN: 2003-
3126
2 Pengaruh Suhu Bahan Bakar terhadap Hasil Uji Emisi PROPOLTEK Vol. 1, Des.
Gas Buang pada Motor Bensin 2012
ISSN: 2089-
2144
3 Analisis Kerusakan Furnace Water Walls di CFB Boiler PROPOLTEK Vol. 1, Des.
dengan Pemodelan Numerik Berbasis CFD 2011
ISSN: 2089-
2122
4. Pemodelan Dinamik Perpindahan Panas dan Massa pada Jurnal Ilmu- Vol. 3, no. 7
Pengeringan Kertas di Dryer Section dari Mesin Kertas Ilmu Teknik Oktober 2008
(Engineering) ISSN 1410-
4121
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 International Seminar of Constructing Shear Forces and Bending 8 Sept 2012,
‘Sang Guru’ Moments in Beams by Using Mathcad Unesa
2 8th Basic Science National Simulasi Karakteristik Perpindahan Panas 21 Peb 2011,
Seminar, dan Massa pada Pengeringan Paper Web di UB
Dryer Section

64
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir


No. Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 Kekuatan Bahan, ISBN: 978-979-29-0438-3 2008 270 ANDI Offset
2 Mesin Pemindah Bahan, ISBN: 978-979-29-1423- 2010 268 ANDI Offset
8
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5
Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Jenis


Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 22 April 2013


Anggota Tim Pengusul,

Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T.

65
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota II Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Rahayu Hartini, S.H., M.Si., M.Hum.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Guru Besar
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19630326 1990022001
5 NIDN 0026036301
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 26 Maret 1963
7 e-mail rahayuhartini@yahoo.co.id
8 Nomor Telepon/HP 081233746640
9 Alamat Kantor Prodi Magister Ilmu Hukum DPPs UMM,
Jl. Bandung No 1, Malang 65113
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 551253 / (0341) 562124
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 250 orang ; S-2 = 15 orang; S3=
– orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Hukum Perdata (FH)
2. Hukum Dagang (FH)
3. Hukum Kepailitan (FH)
4.Hukum Pengangkutan (FH)
5. Hukum Surat Berharga dan Pasar Modal (FH)
6. Hukum Asuransi (FH)
7. Hukum Perlindungan Konsumen (FH)
8. Hukum Lembaga Pembiayaan (FH)
9. Hukum Perdata-Dagang (FE)
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan UGM, Yogyakarta UMM, Malang UNAIR, Surabaya
Tinggi
Bidang Ilmu Hukum Sosiologi Hukum
Tahun Masuk-Lulus 1982 - 1988 1994 -1998 2007-2010
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Inpres No. 4 Peranan Kehadiran Kepailitan Badan
Disertasi Th. 1988 terhadap Ke- Pihak Ketiga (PIL/ Usaha Milik Negara
lancaran Lalulintas WIL) terhadap Perce- (BUMN) Persero
Barang Ekspor di Pela- raian (Studi Kasus)
buhan Tanjung Priok Perceraian di Penga-
dilan Agama Malang
Nama Pembimbing/ 1. Wiwoho Sujono, 1.Prof. Dr. H. M. Zaini Promotor :
Promotor S.H., Hasan, M.Sc., Prof. Dr. H. M.
2. Sri Anggraini 2. Drs. H. Ahmad Zaidun, S.H., M.S.
Hijrahningsih, S.H. Habib, MA. Ko-promotor :
1. Prof. Dr. H. Basuki
Rekso Wibowo,
SH., M.S.,
2. Dr. M. Hadi
Subhan, S.H., CN.,
M.H.

66
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1. 2012 Aspek Hukum Kerugian BUMN Persero Dalam PDK,
Pengelolaan Keuangan Negara (Ketua peneliti, DP2M, 10
dalam proses) UMM

2. 2011 Aspek Hukum Kepailitan BUMN Persero Dalam Block


Perspektif Hukum Keuangan Negara (Ketua Grand, FH 3
Peneliti), (Penelitian Block Grand, FH UMM), UMM
2011.
3. 2010 Rekonstruksi Hukum Kepailitan dengan Klausul
Arbitrase Berbasis “Pacta Sunt Servanda” dalam Fundamental 36
Penyelesaian Sengketa Pailit sebagai Upaya Dikti
Pembaharuan Hukum yang Berkeadilan
4 2009 Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi Sya-riah
Menurut UU No. 3 Tahun 2006 melalui Fundamental 36
Pengadilan Agama Berbasis Kemaslahatan se- Dikti
bagai Upaya Menegakkan Sistem Syariah di
Malang Raya
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Memberikan Advokasi Hukum bersama FH UMM 0,5
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum melalui
POSBAKUM di Pengadilan Agama Kabupaten
Malang,
2 2011 Penyuluhan Hukum melalui Obrolan Seputar FH UMM 1,5
Hukum sebagai Bentuk Kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat, dengan Tema : Hak Atas
Kekayaan Intelektual”, di Radio Suara
Pendidikan, Jombang.
3 2010 Penyuluhan Hukum di Radio Sentral Lumajang Radio 0,3
dengan Tema: “Perlindungan Hukum Harta Benda Sentral
Wakaf” Lumajang
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Model Penyelesaian Kasus Kepailitan Dengan Klausul Amanna Vol. 16, No. 2,
Arbitrase (Sebuah Resolusi Konflik Dualisme Hukum Gappa, FH Juni 2008
Kepailitan Dan Arbitrase di Indonesia) Unhas, ISSN:
0853-1609,
2 Kajian Kritis Terhadap UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Jurnal Legality, Vol 11, Nomor
Yayasan ISSN: 0854- :1, Maret-Agst
6509, No 2003
3 Aspek Hukum Keperdataan E-Commerce Jurnal Ilmiah Vol 11, Nomor

67
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Hukum 2, September
Legality, ISSN: 2003-Feb 2003
0854-6509
4 Penguatan Peran Dan Kedudukan Perempuan Dalam Jurnal Ilmiah Vol 13, Nomor
Sektor Publik (Studi Kasus TKW di Malang) Hukum Legali- 2, Sept 2005-
ty, ISSN: 0854- Feb 2006
6509
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Lokakarya Pengayaan Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi 22-23 Feb
Proposal Penelitian Syariah Menurut UU No. 3 Tahun 2006 2008, Lemlit
Fundamental, Lemlit melalui Pengadilan Agama Berbasis UMM
UMM Kemaslahatan sebagai Upaya Menegakkan
Sistem Syariah di Malang Raya
2 Seminar Nasional Hasil “Peningkatan Peranan Peneliti dalam 19-20 Agustus
Penelitian 2008 Mengatasi Masalah-Masalah Sosial, 2008, LPM
Ekonomi, Teknologi dan Hankam Akibat Universitas
Kenaikan Harga Minyak Dunia” Djuanda
(UNIDA),
Bogor
3 Two Days International Women in Public Sector 16-17 July
Conference on Women in 2008, Center
Public Sector for Women
Studies (PSW)
– UGM,
Yogyakarta,
Indonesia,
4 International Conference Perempuan dan Politik (dalam Perspektif January,24,
“Gender and Politic Hukum Indonesia) 2009, PSW
UGM, Yogya-
karta.
5 International Conference Contemporary Roles And Challenges 1-3 Juni 2009,
On Corporate Law 2009 FH UNAIR ,
(ICCL 2009) UUM,
Malaysia
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 Seri Unsur-unsur Penyusun Bangunan Negara 2012 172 Universitas
Hukum: Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Indonesia (Penegakan Hak Buruh Dalam Pustaka
Kepailitan), ISBN : 978-979-3740-94-7 Larasan
(Kumpulan Penulis BBLR, Bidang Hukum
Perburuhan)
2 Harmonisasi Konsep Keuangan Negara Terhadap 2011 116 Citra Mentari,
Kepailitan BUMN Persero Demi Menjamin Malang
Kepastian Hukum , ISBN: 978979829986
3 Model Teoritik Pengembangan Studi Penyelesaian 2010 160 Citra Mentari,
Konflik Kompetensi (Pengadilan Niaga versus Malang
BANI), ISBN: 978-979-98299-6-2978-2

68
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir


No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 Pendafataran hak cipta atas karya buku dengan 2008 Sertifikat 045343
judul : Hukum Pengangkutan: Pengangkutan Pendaftar
Melalui Darat Jalan Umum, Kereta Api, Melalui an Hak
Laut dan Udara, ISBN: 979- 796-038-2 Cipta
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5
Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Jenis


Penghargaan
1 Piagam Tanda Kehormatan Presiden Republik Negara – Presiden RI Nasional
Indonesia ”TANDA KEHORMATAN
SATYALANCANA KARYA SATYA XX
TAHUN”, dari Presiden RI, Keppres RI No. 62/TK/
Tahun 2012, Tgl 6 Agustus 2012.
2 Dosen Berprestasi Pemenang 1 (satu) Tingkat KOPERTIS Wil. VII, Regional
Kopertis VII, Mei 2012, Piagam Penghargaan dari Jatim
Kementrian Pendiddikan dan Kebudayaan
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII
Jawa Timur, SK Koordinator Kopertis Wilayah VII
Jawa Timur Nomor: 072/K7/KP/SK/2012, Tanggal
8 Mei 2012
3 Dosen Berprestasi Tingkat Nasional 2012, sebagai Kementrian Pendidikan Nasional
FINALIS, 13-16 Juli 2012, Sertifikat Kementrian RI
Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
Malang, 22 April 2013
Anggota Tim Pengusul,

Prof. Dr. Rahayu Hartini, S.H., M.Si., M.Hum.

69
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota III Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Amir Syarifuddin, M.P.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 195810041990031001
5 NIDN 0010045803
6 Tempat dan Tanggal Lahir Cubadak Air, 10 April 1958
7 e-mail amir@umm.ac.id
8 Nomor Telepon/HP 08125241751
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Dendrologi
2. Ekologi Hutan
3. Fisiologi Pohon
4. Agroforestry
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Andalas UGM
Tinggi
Bidang Ilmu Biologi Kehutanan
Tahun Masuk-Lulus 1982 – 1988 2000 – 2003
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Dosis Bach- Pengaruh Dosis Pupuk
Disertasi terium Japonicum ter- Urea & Jarak Tanam
hadap Pertumbuhan & terhadap Pertumbuhan
Produksi Kacang dan Fenologi Tanaman
Hijau Gamal (Gliricidea
sepium)
Nama Pembimbing/ Drs. Judahar Harun Prof.DR. Soehardi,
Promotor M.Sc.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2010 Identifikasi Plasma Nutfah Vegetasi Hutan Alam P2I DPPM, 10
Resort Trisula Taman Nasional Bromo Tengger UMM
Semeru (TNBTS)
2 2009 Analisa vegetasi hutan alam Taman Nasional P2I DPPM, 6
Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Jawa Timur UMM
3 2008 Analisa Hutan Alam Taman Nasional Bali Barat, P2I DPPM, 6
Bali UMM
4 2009 Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Efektif 4 P2I DPPM, 6
(EM4) terhadap Pertumbuhan Tanaman Mahoni UMM
5 2008 Pemanfaatan Berbagai Konsentrasi Asam Sulfat PBI DPP, 5
(H2SO4) Dan Komposisi Blotong sebagai Media UMM
Tumbuh Tanaman Jati (Tekona grandis Linn. F)
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

70
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Pembinaan Siswa SMA Kota Batu melalui Yayasan 10
Progam Posdaya kerjasama Yayasan Damandiri Damandiri
2 2011 Pembinaan Masyarakat Desa melalui Program DPPM
Kewirausahaan Desa di Desa Torongrejo UMM
Kecamatan Bumiaji Kota Batu
3 2010 Pendampingan serta Penyuluhan Beternak Sapi DPPM 10
Perah kerjasama dengan Bank Indonesia Cabang UMM, BI
Malang di Kecamatan Ngantang Kab. Malang. Malang
4 2009 Pendamping Pelaksanaa Pemberantasan Buta DPPM 2,5
Aksara di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kab. UMM
Malang
5 2008 Penyuluhan dan pelatihan Pembuatan Pupuk DPPM 2,5
Organik serta Pembuatan Pupuk Organik Cair di UMM
Kecamatan Pare Kab. Kediri
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/
Nomor/Tahun
1 – – –
2 – – –
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Seminar Hasil Program Peserta 2009, UMM
Pemberdayaan Masyarakat
2 Seminar Pengayaan Penuli- Peserta 2009, UMM
san Proposal Pengabdian
DIKTI
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –

71
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5


Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Jenis


Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 22 April 2013


Anggota Tim Pengusul,

Drs. Amir Syarifuddin, MP.

72
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota IV Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ir. Tundung Subali Patma, M.T.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Pembina Tk. I/
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 195904241988031002
5 NIDN 0024045906
6 Tempat dan Tanggal Lahir Banyuwangi, 24 April 1959
7 e-mail subalipatma@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 081233943399
9 Alamat Kantor Jl. Soekarno Hatta No. 9, PO. Box 04 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) Telp. (0341) 404424 psw. 1019 / (0341) 404420
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = 250 orang, S-1= – orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Rangkaian Listrik
2. Instrumen Elekronika
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas ITB
Tinggi Brawijaya
Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro
Tahun Masuk-Lulus 1980 – 1986 1995 – 1998
Judul Skripsi/Tesis/ Apilkasi Rangkaian Analisis Harmonisa-si
Disertasi Terpadu 7441 sebagai pada Penyearah
Pengendali Papan Data Terkendali Satu Fasa
Nama Pembimbing/ Ir. Moh. Anwar Prof. M. Soelaiman,
Promotor Ir. M. Julius, MS. M.Sc.
Dr. Ir. Pekik
Argodarmo
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2011 Pengembangan dan Penerapan Teknologi Lampu DIPA 3
Taman dengan Sumber Daya Solar Cell dan Polinema
Baterai Lingkungan Penerangan Taman Rumah
Tangga
2 2010 Desain dan Rancangan Sistem Kontrol Distribusi DIPA 3
Air pada Sumur Bor di Industri Pengolahan Polinema
Limbah Plastik Harapan Jaya Malang
3 2009 Implementasi RFID pada Kartu Prabayar DIPA 3
Berlangganan Kereta Api Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2009 Pelatihan Pengoperasian Pengatur Putaran DIPA 3

73
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Generator pada PLTMH Jatiroto Polinema


* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Desain Sistem Eksitasi Generator Sinkron Jurnal Eltek 2009
2 Pengaruh Tegangan DC Masukan Inverter terhadap Jurnal Eltek 2010
Rugi-Rugi Elektromagnetik pada Pengontrolan Motor
Induksi
3 Analisis Pengaruh Induktor Resistor dan Kapasitor Jurnal Eltek 2012
Terhubung Seri pada Sisi Luaran Inverter Satu Fasa
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Seminar Nasional SENTIA Pemicuan Sudut Fasa untuk Mengatur Daya 2012, Polinema
Heater Berbasis AVR Atmega8
2 Seminar dan Lokakarya Inovasi Pembelajaran Bahasa 2012, Polinema
Nasional
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun
terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Jenis


Penghargaan
1 Satya Lencana Karya Satya Negara – Presiden RI Nasional

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

74
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 22 April 2013


Anggota Tim Pengusul,

Ir. Tundung Subali Patma, M.T.

75
LAMPIRAN 2. Peta Lokasi Wilayah

Peta Kecamatan Ngadirojo

Lokasi Wilayah IbW : Desa Hadiwarno dan Sidomulyo


Lokasi Konservasi : Pantai Taman, Desa Hadiwarno
Lokasi Ekowisata : Semenanjung Sidomulyo, Desa Sidomulyo

76
KELOMPOK MASYARAKAT
KONSERVASI PENYU UNTUK WISATA (KMKPW)
“TAMAN RIA”
Sekretariat : Dsn. Taman Ds. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan
Kode Pos : 63573 Tlp. Hp : 082142143111
PACITAN

ANGGARAN DASAR
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN PENDIRIAN

Pasal 1
(1) Organisasi ini bernama KELOMPOK MASYARAKAT KONSERVASI PENYU
UNTUK WISATA (KMKPW) “TAMAN RIA” disingkat dengan nama KMKPW
TAMAN RIA dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar disebut KMKPW.
KMKPW berkedudukan di :
Dusun : Taman
Desa : Hadiwarno
Kecamatan : Ngadirojo
Kabupaten : Pacitan
Propinsi : Jawa Timur

(2) KMKPW didirikan dalam jangka waktu tidak terbatas sesuai dengan tujuannya
terhitung mulai tanggal : 1 Desember 2012.

BAB II
LANDASAN, AZAS DAN PRINSIP

Pasal 2
(1) KMKPW berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
(2) KMKPW berazaskan kekeluargaan;
(3) KMKPW melaksanakan prinsip sebagai berikut :
a. Keanggotaan dilakukan sukarela dan terbatas;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. Pembagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya penyertaan modal usaha masing-masing anggota dan luar anggota;
d. Kemandirian;
e. Pendidikan pelestarian lingkungan;
f. Kerjasama antar organisasi konservasi satwa lokal dan dunia.

BAB III
FUNGSI, PERAN DAN JENIS KEGIATAN

Pasal 3
(1) KMKPW berfungsi untuk membangun dan mengembangkan potensi alam Pantai
Taman Ds. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan, serta untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar.

77
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(2) KMKPW berperan :


a. Secara aktif ikut melestarikan lingkungan alam, melalui penyelamatan penyu dari
kepunahan;
b. Secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat pesisir melalui usaha pariwisata;
c. Memperkokoh perekonomian rakyat pesisir sebagai salah satu dasar kekuatan
ketahanan perekonomian nasional;
(3) KMKPW bertujuan :
a. Melestarikan lingkungan alam di wilayah pesisir Taman pada khususnya, dan
Pacitan pada umumnya;
b. Mewujudkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
(4) Untuk mencapai tujuannya, maka KMKPW menyelenggarakan usaha sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan kegiatan pelestarian alam penyelamatan penyu melalui
penetasan telur, penyehatan penyu (karantina), dan pengembalian penyu ke
habitatnya;
b. Menyelenggarakan usaha koperasi untuk anggota dan masyarakat umum;
c. Menyelenggarakan usaha pariwisata;
d. Menyelenggarakan kegiatan olah raga.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 4
(1) Keanggotaan KMKPW terdiri dari:
a. Anggota Asli, yang dimaksud dengan Anggota Asli adalah:
1) Anggota Pendiri yaitu: penduduk asli dan/atau bukan asli Dusun Taman, yang
ikut merumuskan berdirinya organisasi konservasi penyu di Dusun Taman
pada tanggal : 1 Desember 2012 berjumlah 31, yang masih aktif dalam
keanggotaan;
2) Penduduk asli Dusun Taman Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan, yang berdomisili di wilayah Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan, yang mendaftarkan diri sebagai anggota;
3) Penduduk bukan asli Dusun Taman Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan, yang berdomisili di Dusun Taman Desa Hadiwarno
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan, yang mendaftarkan diri menjadi
anggota;
4) Pejabat/Petugas Tim Ahli Pendamping dari Universitas Muhammadiyah
Malang;
b. Anggota Tambahan, yang dimaksud dengan Anggota Tambahan adalah:
1) Anggota Warga Perantauan, yaitu: warga Dusun Taman yang berada di
perantauan, yang mendaftarkan diri sebagai anggota dan siap mematuhi segala
ketentuan organisasi.
2) Partisipan, yaitu: semua anggota konservasi lingkungan alam dari seluruh
dunia, yang mendaftarkan diri menjadi partisipan;
3) Penanam Modal/investor, yaitu: orang, lembaga, badan usaha dan atau
organisasi yang memberikan andil (modal usaha) kepada KMKPW.
c. Anggota Khusus, yang dimaksud dengan anggota khusus adalah

78
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1) 1 (satu) orang wakil Pemerintahan Desa Hadiwarno, dalam hal ini adalah
Kepala Desa aktif atau yang mewakili;
2) 1 (satu) orang wakil Organisasi Sosial Kemasyarakatan Desa Hadiwarno,
dalam hal ini adalah Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) aktif atau
yang mewakili;
(2) Anggota Asli adalah pemilik usaha KMKPW dan sekaligus pengguna jasa.
(3) Keanggotaan KMKPW tidak dapat dipindahtangankan, kecuali penanam
modal/investor.
(4) Yang dapat diterima dalam keanggotaan KMKPW, adalah perorangan dan/ atau
organisasi yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum, (untuk
perorangan harus dewasa, tidak dalam perwalian dan sebagainya);
b. Telah menyatakan kesanggupan tertulis untuk mematuhi semua aturan di KMKPW;
c. Telah menyetujui isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga KMKPW.
(5) Keanggotaan KMKPW mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan catatan dalam
Buku Daftar Anggota.
(6) Seseorang dan/atau organisasi yang akan masuk menjadi anggota KMKPW, harus :
a. Mengajukan surat permintaan kepada Pengurus;
b. Bilamana Pengurus menolak permintaan dimaksud pada huruf a, maka Pengurus
segera memberikan surat penolakannya paling lambat 2 (dua) minggu setelah
diterimanya surat permintaan tersebut;
(7) Keanggotaan berakhir, bilamana anggota :
a. Meninggal dunia;
b. Minta berhenti atas permintaan sendiri;
c. Diberhentikan oleh Pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan;
d. Diberhentikan oleh Pengurus karena tidak mengindahkan kewajibannya sebagai
anggota, dan/atau berbuat sesuatu yang merugikan KMKPW.
(8) Berakhirnya keanggotaan mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan catatan
dalam Buku Daftar Anggota
(9) Permintaan berhenti sebagai anggota harus diajukan secara tertulis kepada Pengurus.
(10) Seseorang yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta pertimbangan dalam Rapat
Anggota berikutnya.

Pasal 5
Kewajiban, Hak Anggota Asli
(1) Setiap anggota asli mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Membayar penyertaan modal usaha sesuai pasal 5 ayat (1), Anggaran Dasar ini;
c. Berpartisipasi dalam semua kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38;
f. Untuk anggota pendiri dari Tim Ahli Pendamping Universitas Muhammadiyah
Malang, akan diatur dalam Pasal tersendiri.
(2) Setiap anggota asli mempunyai hak :
a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota;
b. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan Pengawas/Pemeriksa;
c. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan Pasal 12 ayat (2) huruf c;

79
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di dalam dan di luar Rapat
Anggota baik diminta maupun tidak diminta;
e. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
f. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
g. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) sesuai dengan penyertaan
modal usaha masing-masing anggota terhadap KMKPW.
h. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian pembubaran
KMKPW.
(3) Hak dan kewajiban anggota Asli secara teknis, akan diatur tersendiri dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

Pasal 6
Kewajiban dan Hak Partisipan
(1) Setiap partisipan mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Membantu pembiayaan kegiatan KMKPW secara sukarela tanpa syarat;
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Tidak ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38.
(2) Setiap partisipan mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota, tetapi tidak
mempunyai hak dalam pemilihan pengurus dan pengambilan keputusan;
b. Tidak memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan
Pengawas/Pemeriksa;
c. Tidak mempunyai hak untuk meminta diadakan Rapat Anggota;
d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di dalam dan di luar Rapat
Anggota baik diminta maupun tidak diminta;
e. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
f. Tidak mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha);
g. Tidak mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian
pembubaran KMKPW.

Pasal 7
Pengertian, Kewajiban dan Hak Tim Ahli Pendamping
(1) Yang dimaksud Tim Ahli Pendamping adalah Tim Exspedisi Biokonservasi (TEB)
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), sebagai pencetus ide Konservasi Penyu
Taman Ria.
(2) Tim ahli pendamping mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Memberikan modal awal unit usaha KMKPW sesuai kemampuan dan atau
berdasarkan musyawarah dengan KMKPW;
c. Memberikan masukan teknik dan manajerial kepada Pengurus;
d. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
e. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
f. Ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38

80
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Tim ahli pendamping mempunyai hak :


a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota;
b. Berhak memilih tetapi tidak berhak dipilih menjadi anggota Pengurus dan
Pengawas/Pemeriksa;
c. Berhak menjadi anggota Dewan Penasehat;
d. Mempunyai 1 (satu) hak suara dalam pemilihan pengurus dan pengambilan
keputusan;
e. Tidak mempunyai hak untuk meminta diadakan Rapat Anggota;
f. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta;
g. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
h. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
i. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) sesuai dana penyertaan
modal usaha yang diberikan;
j. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian pembubaran
KMKPW.
(4) Hak dan kewajiban anggota Asli secara teknis, akan diatur tersendiri dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

Pasal 8
Kewajiban dan Hak Penanam Modal/Investor
(1) Setiap penanam modal/investor mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Memberikan modal/pendanaan untuk pengembangan usaha KMKPW sesuai
kemampuan;
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 38
(2) Setiap penanam modal/investor mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota;
b. Tidak memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan
Pengawas/Pemeriksa;
c. Tidak mempunyai hak suara dalam pemilihan pengurus dan pengambilan
keputusan;
d. Berhak menjadi anggota Dewan Penasehat;
e. Tidak mempunyai hak untuk meminta diadakan Rapat Anggota;
f. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta;
g. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
h. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
i. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) sesuai modal usaha yang
disertakan kepada KMP2P;
j. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian pembubaran
KMKPW.
(3) Hak dan kewajiban anggota Asli secara teknis, akan diatur tersendiri dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

81
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pasal 9
Kewajiban dan Hak Anggota Tambahan Warga Perantauan
(1) Setiap Anggota Tambahan Warga Perantauan mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Memberikan modal usaha KMKPW, dengan besaran sama dengan Anggota
Pendiri;
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
e. Ikut menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal 39.
(2) Setiap Anggota Tambahan Warga Perantauan mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota;
b. Tidak memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus dan
Pengawas/Pemeriksa;
c. Tidak mempunyai hak suara dalam pemilihan pengurus dan pengambilan
keputusan;
d. Berhak menjadi anggota Dewan Penasehat;
e. Tidak mempunyai hak untuk meminta diadakan Rapat Anggota;
f. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta;
g. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
a. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
b. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) sesuai modal usaha yang
disertakan kepada KMKPW;
f. Mendapatkan bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) penyelesaian pembubaran
KMKPW.
(3) Hak dan kewajiban anggota Asli secara teknis, akan diatur tersendiri dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

Pasal 10
Kewajiban dan Hak Anggota Khusus
(1) Anggota Khusus mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh KMKPW secara
sukarela;
c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan;
d. Memberikan masukan, nasehat, dan/atau pertimbangan, secara langsung kepada
Pengurus dan/atau dalam rapat anggota, yang mendukung perkembangan
organisasi.
(2) Setiap Anggota Khusus mempunyai hak :
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam Rapat Anggota;
b. Berhak menjadi anggota Dewan Penasehat;
c. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta;
d. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota;
e. Meminta keterangan mengenai perkembangan KMKPW;
(3) Setiap Anggota Khusus, tidak berhak:

82
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

a. Memilih dan/atau dipilih menjadi Anggota Pengurus dan/atau


Pengawas/Pemeriksa;
b. Memberikan suara dalam pemilihan pengurus dan/atau Pengawas Pemeriksa serta
pengambilan keputusan;
c. Meminta diadakan rapat anggota
d. Mengusulkan pemberhentian Anggota Pengurus

BAB V
RAPAT ANGGOTA

Pasal 11
(1) Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam KMKPW.
(2) Rapat Anggota diselenggarakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun yang disebut
sebagai Rapat Anggota Tahunan Pemegang Suara; (RATPS)
(3) Rapat Anggota Tahunan Pemegang Suara (RATPS) diselenggarakan untuk membahas
dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus dan pelaksanaannya paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun buku lampau.

Pasal 12
(1) Selain Rapat Anggota Tahunan Pemegang Suara (RATPS) sebagaimana dimaksud pada
Pasal 11 ayat (3), KMKPW dapat menyelenggarakan Rapat Anggota Luar Biasa (RALB)
apabila keadaannya mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada
pada Rapat Anggota.
(2) Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) dapat diselenggarakan atas kehendak
a. Pengurus;
b. Pengawas/Pemeriksa;
c. Atas permintaan tertulis minimal 50 % (lima puluh perseratus) + 1 (satu) dari jumlah
anggota asli.

Pasal 13
(1) Pada dasarnya Rapat Anggota sah bila dihadiri lebih dari separuh dari Anggota;
(2) Jika Rapat Anggota tidak memenuhi ketentuan dalam ayat (1) di atas, maka diadakan
penundaan. Rapat Anggota untuk beberapa waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari, dan
bila rapat ke dua tidak juga memenuhi syarat tersebut, maka Rapat Anggota dapat
dilaksanakan dan sah bila dihadiri ≥ 30 % (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggota
KMKPW.

Pasal 14
Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban Pengurus serta
Pengawas/Pemeriksa tentang pengelolaan KMKPW.

Pasal 15
Hari, tanggal, waktu dan tempat serta acara Rapat Anggota diberitahukan sekurang-kurangnya
7 (tujuh) hari sebelumnya kepada Anggota.

Pasal 16
(1) Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat;
(2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak;

83
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Dalam hal pemungutan suara setiap anggota asli mempunyai hak 1 (satu) suara.
(4)
BAB VI
PENGURUS

Pasal 17
Pemilihan dan Pengangkatan Pengurus
(1) Pengurus KMKPW dipilih dari dan oleh Anggota Asli dalam Rapat Anggota;
(2) Pemilihan pengurus oleh Anggota Asli dalam Rapat Anggota, hanya untuk memilih 1
orang Ketua 1 atau Ketua Umum.
(3) Pemilihan Ketua 1 atau Ketua Umum bisa dilaksanakan secara aklamasi, dan/atau Tim
Formatur dengan mengutamakan azas musyawarah mufakat.
(4) Ketua 1 atau Ketua Umum terpilih menyusun kepengurusan dalam batas waktu tertentu
sesuai ketentuan Anggaran Rumah Tangga;Yang dapat dipilih menjadi Pengurus adalah
Anggota asli yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat perilaku jujur dan baik di dalam maupun di luar KMKPW;
b. Mempunyai wawasan yang luas, pengetahuan serta keterampilan kerja yang baik;
c. Telah menjadi anggota KMKPW minimal 3 tahun.
(5) Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun;
a. Pengurus berjumlah ganjil terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, yaitu :
Ketua, Sekretaris, dan Bendahara;
b. Jumlah pengurus menyesuaikan perkembangan organisasi.
(6) Ketua 1 atau Ketua Umum yang masa jabatannya telah berakhir, dapat dipilih kembali
untuk 2 (dua) kali masa jabatan secara berturut-turut, dan bisa dipilih kembali apabila
sudah pernah berhenti pada 1 (satu) masa jabatan;
(7) Bila seorang Anggota Pengurus berhenti sebelum masa jabatannya berakhir, maka
melalui Rapat Pengurus dapat mengangkat penggantinya, akan tetapi pengangkatan itu
disahkan oleh Rapat Anggota berikutnya.
(8) Dalam hal pemilihan dan pengangkatan pengurus akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 18
Pemberhentian Anggota Pengurus
(1) Anggota pengurus yang belum habis masa kepengurusannya, bisa berhenti dari
kepengurusan atas permintaan sendiri secara tertulis;
(2) Anggota Pengurus yang belum habis masa kepengurusannya, karena keadaan tertentu,
dan/atau dianggap kurang cakap, dan/atau terbukti tidak mampu menjalankan tugas,
bisa diberhentikan sewaktu-waktu.
(3) Usulan pemberhentian Anggota Pengurus oleh Anggota Asli, sah apabila diusulkan oleh
50% + 1 dari jumlah Anggota Asli;
(4) Usulan pemberhentian Anggota Pengurus oleh Pengawas/Pemeriksa, sah apabila
diusulkan oleh 50% + 1 dari jumlah Pengawas Pemeriksa;
(5) Pemberhentian Anggota Pengurus disahkan dalam rapat anggota, dengan persetujuan
dari Pengawas/Pemeriksa dan Dewan Penasehat;

Pasal 19
(1) Pengurus bertugas untuk :
a. Mengelola KMKPW dan usahanya;
b. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama KMKPW;

84
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

c. Mewakili KMKPW dihadapan dan di luar pengadilan;


d. Menyelenggarakan dan memelihara Buku Daftar Anggota, Daftar Pengurus dan
buku-buku lainnya yang diperlukan;
e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib dan teratur;
f. Menyelenggarakan Rapat Anggota;
g. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya;
h. Mengajukan Rancangan Rencana Kerja dan Racangan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja KMKPW.
(2) Pengurus atas persetujuan Rapat Anggota dapat mengangkat Manager dan Karyawan
sebagai pengelola usaha KMKPW.
(3) Tugas Pokok masing-masing anggota Pengurus ditetapkan dalam Rapat Pengurus.

Pasal 20
(1) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya dalam Daftar Anggota
tentang masuk dan berhentinya Anggota.
(2) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya tentang dimulai dan
berhentinya jabatan Pengurus.
(3) Pengurus harus berusaha agar anggota mengetahui akibat pencatatan dalam Buku Daftar
Anggota.
(4) Setiap anggota Pengurus harus memberikan bantuan kepada Pengawas/Pemeriksa untuk
melaksanakan tugasnya, dan ia diwajibkan untuk memberikan keterangan yang
diperlukan serta memperhatikan segala bentuk pembukuan, persediaan barang, alat-alat
perlengkapan/inventaris dan uang yang ada pada KMKPW.
(5) Tiap Anggota Pengurus harus berusaha agar Pengawas/Pemeriksaan dan/atau
pemeriksaan sebagaimana tersebut dalam Pasal 22 ayat (5) tidak dihambat baik
disengaja atau tidak disengaja oleh anggota Pengurus, Manager maupun Karyawan.

Pasal 21
(1) Pengurus diwajibkan agar setiap kejadian penting dicatat sebagaimana mestinya.
(2) Pengurus wajib memberitahukan pada anggota tiap kejadian penting yang
mempengaruhi jalannya KMKPW.

Pasal 22
(1) Pengurus wajib memberitahukan laporan kepada Pengawas/Pemeriksa tentang keadaan
serta perkembangan organisasi dan usaha KMKPW sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali;
(2) Pengurus diwajibkan berusaha agar segala laporan pemeriksaan KMKPW dapat
diketahui oleh setiap anggota Pengawas/Pemeriksa;
(3) Pengurus diwajibkan berusaha supaya ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat Anggota lainnya diketahui dan
dipahami oleh anggota;
(4) Pengurus diwajibkan untuk memelihara kerukunan diantara para anggota dan mencegah
hal yang menyebabkan timbulnya perselisihan paham;
(5) Perselisihan yang timbul hanya menyangkut kepentingan KMKPW atau dalam
hubungannya sebagai anggota harus diselesaikan oleh Pengurus dengan jalan damai
tanpa memihak salah satu pihak;
(6) Pengurus wajib melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat Anggota.

85
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pasal 23
(1) Pengurus menanggung kerugian yang diderita KMKPW sebagai akibat kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
(2) Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa orang Anggota
Pengurus, maka karena itu mereka bersama-sama menanggung kerugian tadi untuk
seluruhnya, akan tetapi Anggota Pengurus bebas dari tanggungannya jika ia dapat
membukti bahwa kerugian tadi bukan karena kesalahannya serta ia telah berusaha
dengan segera dan secukupnya untuk mencegah kelalaiannya tadi.

Pasal 24
(1) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Pengurus berwenang untuk menggunakan
fasilitas, sarana maupun dana yang tersedia sesuai dengan keperluan;
(2) Pengurus berhak menerima imbalan jasa sesuai dengan keputusan Rapat Anggota;
(3) Pengurus berhak menerima bagian Laba Bersih (Keuntungan Usaha) (SHU) sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.

BAB VII
PENGAWAS/PEMERIKSA

Pasal 25
(1) Pengawas/Pemeriksa dipilih dari dan oleh Anggota Asli dalam Rapat Anggota;
(2) Pengawas/Pemeriksa berjumlah ganjil, setidak-tidaknya berjumlah 1 (satu) orang;
(3) Pengawas/Pemeriksa bertanggungjawab kepada Rapat Anggota;
(4) Yang dapat dipilih menjadai Pengawas/Pemeriksa adalah Anggota Asli yang memenuhi
syarat-sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat dan perilaku yang baik, di dalam maupun di luar KMKPW
b. Mempunyai wawasan yang luas, pengetahuan serta keterampilan yang baik
terutama dibidang Pengawas/Pemeriksaan.
(5) Pengawas/Pemeriksa dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun;
(6) Anggota Pengawas/Pemeriksa yang masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih
kembali untuk 2 (dua) kali masa jabatan secara berturut-turut, dan bisa dipilih kembali
apabila sudah pernah berhenti pada 1 (satu) masa jabatan;
(7) Pengawas/Pemeriksa bertugas untuk :
a. Melaksanakan Pengawas/Pemeriksaan dan pemeriksaaan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan KMKPW sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
b. Membuat laporan tertulis dari hasil pemeriksaannya, serta disampaikan kepada
Pengurus dalam Rapat Pengurus;
c. Membuat laporan tertulis Pengawas/Pemeriksaan dan pemeriksaannya, serta
disampaikan kepada Pengurus dan Anggota dalam Rapat Anggota Tahunan.

Pasal 26
(1) Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, Pengawas/Pemeriksa berwenang untuk
menggunakan fasilitas, sarana maupun dana yang tersedia sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
(2) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Pengawas/Pemeriksa berwenang untuk
meneliti segala catatan, berkas, barang-barang, uang serta bukti-bukti lainnya yang ada
pada KMKPW.

86
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Pengawas/Pemeriksa berhak menerima imbalan jasa sesuai dengan keputusan Rapat
Anggota.

Pasal 27
(1) Bila pengelolaan KMKPW dilakukan secara professional dengan mengangkat Pengelola
Usaha (Direksi/Manager), maka unsur Pengawas/Pemeriksa dapat ditiadakan atau
diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan melalui Rapat Anggota, dengan
demikian fungsi Pengawas/Pemeriksaan menjadi tugas dan tanggungjawab Pengurus.
(2) Terhadap pihak ketiga, maka mereka yang melakukan Pengawasan/Pemeriksaan atas
KMKPW dan juga Dewan Penasehat diharuskan merahasiakan segala sesuatu tentang
keadaan KMKPW yang didapatkannya dalam melakukan tugasnya.

BAB VIII
PENGELOLA USAHA KMKPW

Pasal 28
(1) Bilamana perlu, pengurus bisa mengangkat Pengelola Usaha;
(2) Pengelola usaha KMKPW diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus berdasarkan
keputusan Rapat Pleno Pengurus dan Pengawas/Pemeriksa
(3) Tugas, wewenang, tanggungjawab, gaji serta pendapatan lainnya atas Pengelola
ditetapkan dalam suatu kontrak kerja.
(4) Khusus Pengelola Usaha Koperasi seperti dimaksud pada Pasal 3 ayat (4) butir a,
dilaksanakan secara terpisah dari unit usaha lainnya, sesuai Undang-undang
perkoperasian yang berlaku;
(5) Apabila Pengelola adalah perorangan, maka Pengelola tersebut harus memenuhi
persyaratan :
a. Tidak pernah melakukan tindakan tercela dalam bidang keuangan dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana dibidang keuangan.
b. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
c. Memiliki keahlian dibidangnya.
(6) Apabila Pengelola lebih dari 1 (satu) orang, maka Pengelola tersebut harus memenuhi
persyaratan :
a. Sekurang-kurangnya 50 % (lima puluh per seratus) dari jumlah Pengelola wajib
mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan dibidang
Usaha Simpan Pinjam atau magang dalam Usaha Simpan Pinjam.
b. Diantara Pengelola tidak boleh mempunyai hubungan kekeluargaan sampai derajat
kedua menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping.
(7) Apabila Pengelola tersebut merupakan Badan Usaha, maka Pengelola tersebut wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan keuangan yang memadai
b. Memiliki tenaga manajerial yang memadai.
(8) Pendapatan dari setiap unit Usaha dapat dipergunakan :
a. Biaya penyelenggaraan secara langsung atau tidak langsung bagi unit Usaha
bersangkutan;
b. Biaya penyelenggaraan secara langsung atau tidak langsung bagi KMKPW;
c. Pemupukan modal unit usaha bersangkutan;
d. Pemupukan modal usaha KMKPW secara umum;

87
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

e. Pembagian hasil usaha bagi anggota, pengurus, Pengawas/Pemeriksa, dan penanam


modal.
(9) Laba Bersih (Keuntungan Usaha) setelah dikurangi cadangan, dana sosial, dana
pelatihan dan kegiatan lain, diserahkan kepada KMKPW untuk dibagikan kepada
Anggota menurut ketentuan yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
DEWAN PENASEHAT

Pasal 29
(1) Dewan Penasehat terdiri dari unsur Anggota Khusus, ditambah 1 (satu) orang wakil dari
Tim Ahli Pendamping yaitu Tim Exspedisi Biokonservasi (TEB) - Pusat Studi
Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),
sebagai pencetus ide Konservasi Penyu Taman Ria
(2) Untuk kepentingan KMKPW, Rapat Anggota dapat mengangkat Dewan Penasehat
tambahan.
(3) Rapat Anggota dapat mengangkat anggota atau orang bukan anggota yang mempunyai
keahlian sesuai dengan kepentingan KMKPW untuk menjadi Dewan Penasehat.
(4) Anggota Dewan Penasehat tidak menerima gaji, tetapi dapat diberikan uang jasa atau
honorarium sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
(5) Apabila Anggota Dewan Penasehat bukan anggota asli KMKPW maka Anggota Dewan
Penasehat tersebut tidak mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota maupun Rapat
Pengurus.
(6) Dewan Penasehat dapat memberi saran atau pendapat kepada Pengurus untuk kemajuan
KMKPW baik diminta maupun tidak diminta.

BAB X
PEMBUKUAN KMKPW

Pasal 30
(1) Tahun Buku KMKPW mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
(2) KMKPW wajib menyelenggarakan pembukuan tentang badan usahanya.
(3) KMKPW wajib pada setiap tutup tahun buku mengadakan Laporan Keuangan dalam
bentuk Neraca dan perhitungan rugi/laba.
(4) Semua kegiatan administrasi dan keuangan, dilaporkan pada Rapat Anggota Tahunan
paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun tutup buku.
(5) Laporan keuangan dalam bentuk Neraca dan Perhitungan Rugi/Laba, KMKPW tersebut
wajib diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dan atau Pengawas/Pemeriksa.

BAB XI
KEADAAN KMKPW TIDAK DIRAHASIAKAN

Pasal 31
Pada waktu kantor dibuka, maka Pengurus dapat memberi kesempatan kepada :
a. Setiap anggota untuk menelaah Akta Pendirian dan Akta Perubahan tanpa biaya, dan
untuk mendapatkan salinnya atau petikannya dengan membayar ongkos menyalin
seperlunya.

88
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

b. Setiap anggota untuk menelaah buku, catatan-catatan dan perhitungan keuangan serta
laporan pemeriksaan tanpa biaya, dan untuk mendapatkan salinnya dan atau petikannya
dengan membayar ongkos menyalin seperlunya.

BAB XII
MODAL BADAN USAHA KMKPW

Pasal 32
(1) Modal KMKPW terdiri dari modal sendiri dan modal dari pihak luar
(2) Modal sendiri dapat berasal dari :
a. Penyertaan modal awal dari anggota asli
b. Dana Cadangan
c. Dana penambahan modal dari Laba Bersih (Keuntungan Usaha)
(3) Modal dari pihak luar dapat berasal dari :
a. Donatur
b. Hibah
c. Penanam Modal/Investor
d. Dana dari anggota tambahan yang sah

Pasal 33
Selain modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, KMKPW dapat pula melakukan
pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan.

BAB XIII
PENYERTAAN MODAL USAHA

Pasal 34
(1) Setiap anggota asli harus menyetorkan dana penyertaan modal sebesar Rp. 1.000.000,00
(Satu Juta Rupiah) atas namanya kepada KMKPW, untuk modal usaha;
(2) Untuk anggota pendiri Tim Ahli Pendamping dari Universitas Muhammadiyah Malang,
menyetorkan dana penyertaan modal atas nama organisasi kepada KMKPW, sesuai
kesepakatan dengan KMKPW;
(3) Setiap anggota tambahan warga perantauan, harus menyetorkan dana penyertaan modal
sebesar Rp. 1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah) atas namanya kepada KMKPW, untuk
modal usaha;
(4) Dana penyertaan modal harus dibayarkan sekaligus, akan tetapi Pengurus dapat
mengijinkan anggota, untuk membayar dalam sebanyak-banyaknya 6 (enam) kali
angsuran bulanan;
(5) Pada waktu keanggotaan berakhir, semua dana penyertaan modal akan dikembalikan
kepada anggota bersangkutan, setelah dikurangi bagian tanggungan kerugian anggota
KMKPW, kecuali bagi anggota yang diberhentikan dengan tidak hormat, berdasarkan
Pasal 4 ayat (7) huruf c dan d

Pasal 35
(1) Dana Penyertaan Modal Usaha tidak boleh disimpan pinjamkan, kecuali Dana Simpanan
untuk Unit Usaha Koperasi;

89
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(2) Dana Penyertaan Modal Usaha dari anggota asli dan anggota tambahan, tidak dapat
diminta kembali selama anggota bersangkutan belum berhenti sebagai anggota;
(3) Khusus Dana Penyertaan Modal Usaha dari pihak diluar anggota/investor, dapat dimintai
sesuai dengan Keputusan Rapat Anggota atau menurut perjanjian, setelah dikurangi
bagian tanggungan kerugian KMKPW.

Pasal 36
Apabila keanggotaan berakhir menurut Pasal 4 ayat (7) dan (8), maka Dana Penyertaan
Modal akan dikembalikan kepada yang berhak dengan segera dan selambat-lambatnya dalam
1 (satu) bulan kemudian, setelah dipotong dengan bagian tanggungan kerugian yang
ditetapkan,.

BAB XIV
LABA BERSIH (KEUNTUNGAN USAHA)

Pasal 37
(1) Laba Bersih (Keuntungan Usaha) KMKPW merupakan pendapatan yang diperoleh dalam
1 (satu) tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban-kewajiban lainnya
termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
(2) Laba Bersih (Keuntungan Usaha) yang diperoleh dari usaha KMKPW dibagikan kepada
Anggota sebanding dengan Dana Penyertaan Modal oleh masing-masing Anggota
KMKPW setelah dikurangi cadangan usaha, dana pendidikan, dana pengurus, dana
karyawan, dana pembangunan dan dana sosial. Prosentase atas masing-masing
dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga KMKPW melalui keputusan Rapat Anggota.

BAB XV
TANGGUNGAN ANGGOTA

Pasal 38
(1) Bilamana KMKPW dibubarkan dan pada penyelesaiannya ternyata kekayaan KMKPW
tidak mencukupi untuk melunasi segala perjanjian dan kewajibannya, maka sekalian
Anggota diwajibkan menanggung kerugian masing-masing terbatas Dana Penyertaan
Modal yang seharusnya telah disetor oleh Anggota yang bersangkutan pada KMKPW
serta modal penyertaan lain yang dimiliki.
(2) Kerugian yang diderita oleh KMKPW pada akhir suatu tahun buku ditutup dengan uang
cadangan.
(3) Bilamana kerugian tersebut dalam ayat (2) tidak dapat dipenuhi, maka Rapat Anggota
dapat memutuskan untuk membebaskan bagian kerugian yang belum terpenuhi tanpa
syarat.

BAB XVI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 39
(1) Perubahan Anggaran Dasar KMKPW dapat dilakukan, apabila mempunyai alasan yang
kuat dan dibutuhkan oleh Anggota, dalam rangka meningkatkan efesiensi usaha
KMKPW dan kepentingan Anggota;

90
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(2) Perubahan Anggaran Dasar KMKPW dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Anggota dan dituangkan dalam Berita Acara Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar
KMKPW;
(3) Perubahan Anggaran Dasar KMKPW yang menyangkut perubahan bidang usaha struktur
permodalan, tanggungan Anggota, nama KMKPW, penggabungan dan/atau pembagian
hasil usaha KMKPW, selain disahkan oleh paling sedikit 3/4 anggota dan
pengawas/pemeriksa, juga perlu persetujuan paling sedikit 3/4 anggota Penasehat
KMKPW yang hadir;
(4) Perubahan Anggaran dasar KMKPW yang tidak menyangkut ayat (3) tersebut tidak perlu
mendapatkan pengesahan dari anggota Penasehat, tetapi disahkan oleh paling sedikit 3/4
anggota dan pengawas/pemeriksa yang hadir;
(5) Keputusan Rapat Anggota dan/atau berita acara perubahan seperti tersebut pada ayat (2)
wajib dilaporkan kepada Dinas terkait di wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Pacitan,
oleh Pengurus KMKPW paling lambat 1 (satu) bulan sejak Perubahan Anggaran Dasar
dilakukan.
(6) Sahnya Quorum Rapat Perubahan Anggaran Dasar bilamana dihadiri sekurang-
kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah Anggota.

BAB XVII
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN

Pasal 40
Pembubaran KMKPW dapat dilakukan berdasarkan :
a. Keputusan Rapat Anggota;
b. Keputusan Pengadilan;
c. Keputusan Pemerintah.

Pasal 41
(1) Dengan memperhatikan Pasal 11 Anggaran Dasar ini, maka Rapat Anggota Luar Biasa
dapat mengambil keputusan untuk membubarkan KMKPW;
(2) Keputusan Pembubaran KMKPW dimaksud, diberitahukan kepada seluruh anggota,
pengawas/pemeriksa, partisipan, dewan penasehat dan investor;
(3) Selama pemberitahuan keputusan pembubaran KMKPW belum diterima
oleh investor seperti pada pasal 39 ayat (2), maka pembubaran KMKPW belum berlaku
baginya.

Pasal 42
Keputusan Pembubaran KMKPW oleh Pengadilan dan atau Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf b dilakukan apabila :
a. Terdapat bukti-bukti bahwa KMKPW yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan
Undang-Undang yang berlaku;
b. Kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan;
c. Kelangsungan hidupnya tidak dapat diharapkan lagi (pailit)

Pasal 43
Untuk kepentingan Investor dan para Anggota KMKPW, terhadap pembubaran KMKPW
dilakukan penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut penyelesaian.

91
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pasal 44
(1) Penyelesaian dilakukan oleh penyelesai pembubaran yang selanjutnya disebut Penyelesai;
(2) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Rapat Anggota, Penyelesai ditunjuk oleh
Rapat Anggota dan bertanggungjawab kepada Kuasa Rapat Anggota;
(3) Untuk penyelesaian berdasarkan Keputusan Pengadilan dan atau Pemerintah, Penyelesai
ditunjuk oleh Pengadilan dan atau Pemerintah dan bertanggungjawab kepada Pengadilan
dan atau Pemerintah;
(4) Selama dalam proses penyelesaian, KMKPW tersebut tetap ada dengan sebutan
“KMKPW dalam Penyelesaian”.

Pasal 45
Penyelesai mempunyai hak, wewenang dan kewajiaban sebagai berikut :
a. Melakukan segala pembuatan hukum untuk dan atas nama “KMKPW dalam
Penyelesaian”;
b. Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan;
c. Memanggil Anggota dan bekas Anggota tertentu, Pengurus serta Pengawas/Pemeriksa
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
d. Memperoleh, memeriksa dan menggunakan catatan-catatan serta arsip KMKPW;
e. Menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang didahulukan dari
hutang lainnya;
f. Menggunakan sisa kekayaan KMKPW untuk menyelesaikan sisa kewajiban KMKPW;
g. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada Anggota;
h. Membuat Berita Acara Penyelesaian.

BAB XVIII
PEMBINAAN

Pasal 46
(1) Pemerintah menciptakan dan mengembangkan iklim serta kondisi yang mendorong
pertumbuhan dan kemajuan KMKPW.
(2) Pemerintah melalui instansi terkait, memberikan bimbingan, kemudahan dan
perlindungan kepada KMKPW.

BAB XIX
SANKSI – SANKSI

Pasal 47
(1) Setiap Anggota yang melanggar Pasal 4 ayat (4) huruf a,b, dan c dilakukan sanksi
sebagai berikut :
a. Tidak berpartisipasi dalam kegiatan usaha selama satu tahun buku, dikenakan sanksi
secara bertahap mulai peringatan, skorsing dan pemberhentian dengan tidak hormat;
b. Tidak melaksanakan kewajiban dalam transaksi usaha, dikenakan sanksi secara
bertahap mulai dari peringatan, skorsing dan pemberhentian dengan tidak hormat.
(2) Rapat Anggota dapat memutuskan untuk memberhentikan Pengurus yang tidak
melaksanakan Pasal 17 ayat (1) dan (2), Pasal 18 dan Pasal 19 Anggaran Dasar ini.
(3) Rapat Anggota dapat memutuskan untuk memberhentikan Pengawas/Pemeriksa yang
tidak melaksanakan Pasal 23 ayat (5) Anggaran Dasar ini.
(4) Sanksi-sanksi tersebut dalam ayat (1), (2), dan (3) tidak menutup kemungkinan adanya
penuntutan oleh KMKPW sesuai dengan hukum yang berlaku.

92
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(5) Sanksi yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur kemudian dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB XX
PENUTUP

Pasal 48
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus yang tidak boleh bertentangan dengan
Anggaran Dasar ini.

Anggaran Dasar KMKPW “TAMAN RIA” ini disahkan pada tanggal Dua Puluh bulan
April tahun Dua Ribu Tiga Belas di Pacitan oleh kami selaku Pendiri.

93
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi Dinamik, Volume 1, Nomor 1, Nopember 2014, ISSN ......

Upaya Konservasi dan Pengelolaan Habitat Penyu Laut


Melalui Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
Wahyu Prihanta1, Amir Syarifuddin 2, Ach. Muhib Zainuri3
1
Pendidikan Biologi, 2Kehutanan, 3Teknik Mesin
1, 2
Universitas Muhammadiyah Malang, 3Politeknik Negeri Malang
1
wahyuprihanta@gmail.com, 2amir@umm.ac.id, 3muhibzain@gmail.com

Abstrak
Terdapat tujuh spesies penyu laut di dunia, enam di antaranya ada di Indonesia dan empat spesies yaitu
penyu hijau (Chelonia mydas), penyu blimbing (Dermochelys imbricate), penyu sisik (Eretmochelys imbricate)
dan penyu abu-abu (Lepidochelys olivaceae) diketahui bertelur di Pantai Taman, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Pacitan. Setiap jenis penyu diklasifikasikan sebagai terancam, terancam punah, dan sangat terancam
punah. Ancaman terhadap penyu laut meliputi 1) perburuan yang sangat intensif karna nilai ekonomi telur,
daging dan cangkangnya, 2) pembangunan pantai yang berakibat hilangnya habitat bertelur penyu, 3) lalu-lintas
kapal, 4) adanya serangan beberapa pemangsa, dan 5) perubahan iklim. Upaya untuk menjaga agar keberadaan
penyu laut tetap berlangsung telah dilakukan di Pantai Taman, antara lain: menjaga pantai tempat penyu bertelur,
membuat daerah penetasan telur buatan dan membuat kolam pembesaran tukik sebelum dilepaskan kembali ke
lautan. Upaya konservasi penyu terbilang sukses dengan kegiatan ekowisata sebagai penunjang dananya.
Kata-kata kunci : penyu laut, terancam, konservasi, ekowisata, daerah peneluran.

Abstract
There are seven species of the sea turtles in the world, six of them exist in Indonesia and four of them, known
that are Chelonia mydas, Dermochelys imbricate, Eretmochelys imbricate and Lepidochelys olivaceae lay eggs
in Taman Beach, subdistrict of Ngadirojo, regency of Pacitan. Every sea turtle species is classified as either
vulnerable, threatened, or endangered. Threats to sea turtles include 1) intensive hunting due to the economic
value of their eggs, meats and shells, 2) coastal development which leads to loss of nesting habitat, 3) boat
traffic, 4) facing attack by a variety of predators, and 5) climate change. Attempts to ensure the continued
existence of these sea turtles had been carried out in Taman Beach, comprising: nesting beach protection,
artificial incubation and rearing their juvenils in the beach before releasing them to the ocean. The conservation
of sea turtle had been succesfull with ecotourism as supporting its fund.
Keywords : sea turtle, endangered, conservation, ecotourism, nesting beaches.

I. PENDAHULUAN dapat dikembangkan sebagai aset wisata sehingga


akan mendatangkan keuntungan langsung melalui
Penyu merupakan kelompok hewan purba saat ini
penjualan tiket maupun keuntungan tidak langsung,
dalam kondisi semakin mendekati kepunahan. Hal ini
seperti halnya akan dibelinya suvenir wisata.
disebabkan karena sebagian orang mengang-gap penyu
Pengembangan wisata akan mampu menjadi daya
adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak
tarik wisata asing mengingat penyu merupakan hewan
kelebihan. Selain tempurungnya yang dapat digunakan
langka tingkat dunia; dan (4) bagi pemerintah daerah
untuk cenderamata, dagingnya dikonsumsi karena
perlindungan penyu akan meningkatkan image
dianggap berkhasiat untuk obat dan ramuan
nasional maupun internasional di bidang konservasi.
kecantikan. Meski sudah ada PP No. 7 tahun 1999
Pantai Taman di Desa Hadiwarno Kec. Ngadirojo
tentang “Pelestarian Jenis Tumbuhan dan Satwa” -
Kab. Pacitan memiliki keindahan laut dan sumberdaya
yang melindungi semua jenis penyu; perburuan
alam yang cukup besar. Berdasarkan pengamatan pada
terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus
rentang 10 tahun terakhir, terdapat 4 jenis penyu yang
berlanjut. Untuk mencegah kepunahan penyu, terutama
ditemukan mendarat di sepanjang Pantai Pacitan yaitu
penyu belimbing, telah dilakukan beberapa upaya
penyu hijau (Chelonia mydas), penyu blimbing
untuk melindungi tempat bertelur penyu.
(Dermochelys imbricate), penyu sisik (Eretmochelys
Keberadaan penyu perlu dilindungi, hal ini
imbricate) dan penyu abu-abu (Lepidochelys
dikarenakan: a) Penyu merupakan peninggalan hewan
olivaceae). Selama ini pariwisata dikelola dengan
purba yang telah mendekati kepunahan; b)
mengandalkan keindahan pantai yang ada, belum
Perkembangbiakan penyu sangat lambat, namun
dilakukan pengem-bangan wisata dari sumber daya
mampu hidup ratusan tahun, hanya sekitar 1 dari 1000
kelautan yang lain. Pengembangan konservasi penyu
telur yang dihasilkan berhasil hidup dewasa, c) Penyu
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo | 94
“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

sangat mungkin diunggulkan, karena satwa penyu konservasi penyu untuk wisata di Pantai Taman Desa
merupakan satwa langka dunia sehingga perlindungan Hadiwarno, Kec. Ngadirojo ini terealisasi, akan
penyu akan sangat mungkin dapat menggaet perhatian menjadikan embrio pengembangan wisata bahari di
dunia internasional. Kab. Pacitan.

II. SUMBER INSPIRASI


RPJMD Kab. Pacitan 2011-2016, menetapkan visi:
“terwujudnya masyarakat pacitan yang sejahtera”.[1]
Misi ke-4 dan ke-5 yang ditetapkan Pemkab Pacitan
untuk mencapai visi tersebut adalah: Meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu
pada potensi unggulan dan Pembangunan infrastruktur
yang berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutu-
han dasar. Strategi pembangunan Kab. Pacitan yang
relevan dengan pelaksanaan Pengabdian Kepada
Masyarakat (PPM) skim Ipteks bagi Wilayah (IbW)
diimplementasikan melalui arah kebijakan: Mewujud-
kan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan
lingkungan, meliputi: peningkatan konservasi di Gambar 2. Perpindahan lokasi penyu bertelur
kawa-san budidaya, pemantapan kawasan lindung, dan
Paradigma konservasi modern saat ini tidak hanya
peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencintai
menekankan pada fungsi perlindungan (konservasi),
lingkungan. Pengembangan sektor pariwisata di Kab.
namun harus menyentuh juga manfaat ekonomi dan
Pacitan (gbr. 1) dibagi ke dalam 4 kawasan
sosial. Untuk itu konservasi penyu diharapkan akan
pengembangan pariwisata (KPP), di mana KPP C,
dapat meningkatkan perekonomian warga dengan
meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec.
dikembangkannya konsep ekowisata pada kegiatan
Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro. Wisata andalan adalah
PPM skim IbW dengan tema konservasi dan
wisata pantai (pantai Taman dan pantai Desa
ekowisata di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ini. Tiga
Sidomulyo).[2]
poin penting pada pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat adalah: 1) Melakukan perlindungan penyu
sebagai aset wisata; 2) Pembangunan kawasan
ekowisata yang sebagian hasilnya untuk konservasi;
dan 3) Pengembangan ekowisata bersama masyarakat
baik perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing
hasil sehingga masyarakat akan ikut berkembang
secara ekonomi dan sosial, selanjutnya akan merasa
ikut memiliki sehingga semakin kuat kesadaran
terhadap konservasi penyu.
A. Pantai Taman sebagai Lokasi Konservasi
Sifat fisik wilayah Pantai Selatan Jawa umumnya
memiliki kontur yang curam. Kondisi topografi berupa
kombinasi antara dataran rendah (pantai), bukit dan
pegunungan. Pantai taman yang terletak di Pantai
Selatan Jawa sudah sejak lama dikenal sebagai tempat
peneluran penyu dapat dikatakan termasuk jenis pantai
berpasir halus. Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran
butiran sedimen halus dan memiliki tingkat bahan
Gambar 1. Peta rencana KPP Kabupaten Pacitan organik yang tinggi. Pantai ini banyak dipengaruhi
Perlindungan penyu di Pantai Taman Desa oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara
Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dirasa periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan
mendesak sebab: 1) Pembangunan PLTU di Kec. pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di
Sudimoro telah memusnahkan lokasi pantai untuk lingkungannya. Faktor fisik yang berperan penting
peneluran, sehingga saat ini ada peningkatan mengatur kehidupan di pantai berpasir adalah gerakan
signifikan penyu bertelur di Pantai Taman; dan 2) ombak. Gerakan ombak mempengaruhi ukuran
Faktor lain yang mendukung pengembangan wisata partikel dan pergerakan substrat di pantai. Gerakan
konservasi penyu adalah dengan adanya ombak di Pantai Taman pada umumnya kecil
pengembangan Jalur Lintas Selatan atau JLS dikarenakan adanya sejumlah palung laut. Hal ini
(Banyuwangi hingga Yogyakarta) merupakan jalur ditandai dengan ukuran partikel pasirnya yang halus.
wisatawan Bali ke Yogyakarta (gbr. 2). Jika kegiatan
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo | 95
“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang oleh tim IbW pada 2005 menunjukkan bahwa penyu
hidup pada pantai berpasir halus adalah pada oleh masyarakat dianggap ikan sehingga ditangkap
penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang dan diperjualbelikan secara bebas. Beberapa
halus mempunyai retensi air yang mampu menampung masyarakat pernah mendengar tentang perlindungan
lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme penyu (sea turtle rescue) namun tidak pernah ada
untuk menggali. Gerakan ombak dapat pula penindakan oleh pihak berwenang di Pantai Taman.
mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil Masyarakat juga mengenal mitos tentang penyu
menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat sebagai hewan yang memiliki nilai mistis (malati),
akan terangkut, teraduk, dan terdeposit kembali. sehingga tidak semua orang berani menyembelihnya.
Karena kondisi di lapisan permukaan sedimen yang Pada Desember 2013, Tim IbW mengadakan
terus menerus bergerak, maka hanya sedikit organisme sosialisasi program konservasi penyu untuk wisata
yang mempunyai kemampuan untuk menetap secara pada masyarakat Dusun Taman. Pada saat itu
permanen sehingga inilah yang menyebabkan pantai disepakati pembentukan kelompok masyarakat
seperti terlihat tandus. penyelamat penyu untuk wisata (KMP2W), yang
Adanya spesies penyu yang mendiami Pantai kemudian berubah nama menjadi Kelompok
Taman (gbr. 3) karena masih seimbangnya rantai Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata
makanan. Mulai dari adanya padang lamun sebagai (KMKPW) “Taman Ria” (gbr. 4). Selanjutnya
penyedia makanan bagi detritus sampai penyu hijau dilakukan kampanye perlindungan penyu di sekolah
sebagai konsumen utama. Meskipun letak padang dan masyarakat oleh tim IbW. Dukungan dari Pemda
lamun di Pantai Taman tidak berdekatan dikarenakan ditunjukkan dengan sering hadirnya Bupati Pacitan ke
kontur pantai yang curam tetapi suplai makanan untuk lokasi konservasi penyu Pantai Taman. Dukungan
penyu hijau terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan Desa Hadiwarno diwujudkan dengan dise-rahkannya
masih adanya penyu yang bertelur di daerah ini. Hal lahan negara seluas 10 ha untuk pengem-bangan
ini didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya kawasan konservasi penyu (Perdes No.7 Tahun 2012).
mendarat di pantai yang berpasir halus kaya akan Tahap berikutnya disepakati bersama arah
nutrient untuk tempat menetaskan telurnya. Keadaan pengembangan konservasi penyu untuk ekowisata.
ini kemudian didukung oleh kondisi pantai yang Pada tahap ini mulailah dibangun flying fox terpanjang
berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang di Indonesia sepanjang 475 m untuk pembiayaan
memudahkan penyu bermigrasi. konservasi penyu dan kampanye konservasi penyu di
Pantai Taman. Seluruh aktifitas pengembangan
konservasi penyu disepakati dalam kerangka besar
dengan nama “Konservasi Penyu melalui Pengem-
bangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa
Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan”.

Gambar 3. Penyu Belimbing di Pantai Taman

B. Tahapan Konservasi Penyu di Pantai Taman


Berbagai macam penyu di Pantai Taman dikenal
dengan nama lokal oleh masyarakat setempat yaitu
penyu pasiran, pasiran kebu dan lain-lain. Pengamatan Gambar 4. KMKPW di Pantai Taman
secara ilmiah dilakukan oleh Tim IbW antara 2001
hingga 2013. Hasilnya, ada 4 jenis penyu (dari 7 jenis Tiga poin penting pengembangan ekowisata
penyu dunia) yang pernah mendarat di Pantai Taman, berbasis masyarakat adalah: 1) Melakukan perlin-
Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan, yaitu: dungan penyu sebagai aset wisata; 2) Pembangunan
penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu abu-abu kawasan ekowisata yang sebagian hasilnya untuk
(Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia kegiatan konservasi; dan 3) Pengembangan ekowisata
mydas), dan penyu blimbing (Dermochelys coriacea). bersama masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan,
Pengamatan etnozoologi penyu di Pantai Taman modal dan sharing hasil sehingga masyarakat akan
ikut berkembang secara ekonomi dan sosial,
96| Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo
“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

selanjutnya akan merasa ikut memiliki sehingga


semakin kuat kesadaran terhadap konservasi penyu.

III. METODE KEGIATAN


Saat ini kesadaran akan konservasi penyu mulai
meningkat. Terbitnya UU No. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan dan PP No. 60 tahun 2007 tentang
Konserva-si Sumberdaya Ikan membawa nuansa baru
dalam pengelolaan konservasi penyu. Perdes No.7
Desa Hadiwarno Tahun 2012 dikeluarkan untuk
mencegah kepunahan penyu Pantai Taman yang
ditetapkan sebagai wilayah konservasi. Akan tetapi
pemberian status perlindungan saja jelas tidak cukup
untuk memulihkan atau setidaknya mempertahankan Gambar 6. Kolam pembesaran tukik
populasi penyu. Pengelolaan konservasi yang kompre- o Pelatihan
hensif, sistematis dan terukur mestinya segera dilak- Kegiatan berupa teknik pengelolaan konservasi
sanakan, diantaranya dengan cara memberikan penge- penyu (gbr. 7), antara lain: a) teknis pemantauan
tahuan teknis tentang pengelolaan konservasi penyu penyu bertelur dan penetasan telur secara alami, b)
bagi pihak-pihak terkait khususnya bagi masyarakat di teknis penangkaran (mulai dari kegiatan
Pantai Taman. pemindahan telur, penetasan semi alami,
Tujuan konservasi adalah untuk memberikan pemeliharaan tukik hingga pelepasan tukik), c)
penge-tahuan dan pemahaman kepada masyarakat teknik monitoring atau pemantauan penyu (meliputi
tentang kehidupan penyu dan hal-hal yang terkait pemantauan terhadap telur dan sarang telur, tukik
dengan keberadaan penyu. Oleh karena itu, tim IbW dan penyu yang bertelur), d) teknik pembinaan
telah melakukan beberapa kegiatan antara lain sebagai habitat (meliputi teknik pembinaan habitat alami
berikut. dan teknis pembinaan habitat semi alami), dan e)
o Pendidikan Masyarakat teknik pengelolaan wisata berbasis penyu.
Berupa kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tentang penyu secara
lengkap meliputi aspek biologi, ekologi dan upaya-
upaya pengelolaan dan konservasinya (gbr. 5).

Gambar 7. Penetasan tukik di area konservasi

A. Pembuatan Daerah Penetasan Telur


Pembuatan daerah penetasan telur (hatcheries)
Gambar 5. Pendidikan konservasi penyu dilakukan di daerah supratidal (gbr. 8). Hal ini
dilakukan untuk menghindari sapuan (flushing) air
o Difusi Ipteks laut pada siklus hari-hari bulan mati atau bulan
Kegiatan yang telah dilakukan adalah 1) purnama agar suhu sarang buatan tetap stabil.
Pembuatan daerah penetasan telur (hatcheries), 2) Kestabilan suhu sarang merupakan faktor penentu
Pembuatan kolam pembesaran tukik (gbr. 6), dan keberhasilan penetasan telur dengan harapan terjadi
3) Pengembangan fasilitas wisata konser-vasi tingkat penetasan telur yang tinggi (high of hatching
penyu terpadu. rates). Di samping itu, lama antara peneluran yang
satu dengan peneluran berikutnya (interval peneluran)
dipengaruhi oleh suhu air laut. Semakin tinggi suhu air
laut, maka interval peneluran cenderung makin
pendek. Sebalik-nya semakin rendah suhu air laut,
maka interval peneluran cenderung makin panjang.

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo | 97


“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

dilewati kurang lebih 2 bulan. Identifikasi tukik


berdasarkan bentuk luar (morfologi) setiap jenis
(terdiri dari 4 jenis penyu yang dijumpai di Pantai
Taman dari 7 jenis yang ada di dunia) ditunjukkan
pada Tabel 1.

B. Pembuatan Kolam Pembesaran Tukik


Setelah menetas tukik seharusnya secara mandiri
dibebaskan untuk menuju ke laut. Tetapi kadangkala
diperlukan penyelamatan tukik yang masih lemah,
karena pada saat di laut tukik akan berenang atau
terombang-ambing dibawa arus laut sehingga dapat
dengan mudah dimangsa predator. Penyelamatan tukik
Gambar 8. Tempat penetasan telur dilakukan dalam kolam pembesaran tukik (gbr. 5).
Tukik dari hatcheries diperlihara dalam bak-bak
Pembuatan tempat penetasan telur penyu sudah
budidaya sampai mencapai ukuran tertentu (berumur
dengan memperhatikan faktor pertumbuhan embrio
2–3 bulan).
yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Embrio akan
Langkah-langkah pembesaran tukik adalah sebagai
tumbuh optimal pada kisaran suhu antara 24–33 oC,
berikut.[4]
dan akan mati apabila di luar kisaran suhu tersebut.
Kondisi lingkungan yang sangat mempengaruhi o Setelah telur penyu menetas, tukik-tukik dipin-
dahkan ke kolam pembesaran yang berbentuk
pertumbuhan embrio sampai penetasan, adalah
persegi panjang terbuat dari keramik. Ketingian air
sebagai berikut.[3] dalam bak pemeliharaan dibuat berkisar antara 5–
o Suhu pasir. Semakin tinggi suhu pasir, maka telur 10 cm, mengingat tukik yang baru menetas tidak
akan lebih cepat menetas. Pengamatan terhadap mampu menyelam. Suhu air yang cocok untuk
telur penyu hijau yang ditempatkan pada suhu pasir tukik adalah sekitar 25 oC.
berbeda menunjukkan bahwa telur yang terdapat o Selama pemeliharaan tukik diberi makan secara
pada suhu pasir 32 oC menetas dalam waktu 50 rutin dan jika ada yang sakit dipisahkan agar tidak
hari, sedangkan telur pada suhu pasir 24 oC menular kepada tukik yang lain. Pemberian pakan
menetas dalam waktu lebih dari 80 hari. tukik dilakukan dalam wadah bak dilapisi plastik
o Kandungan air dalam pasir. Diameter telur sangat dalam ukuran besar. Langkah-langkah pemberian
dipengaruhi oleh kandungan air dalam pasir. Makin pakan adalah sebagai berikut.
banyak penyerapan air oleh telur dari pasir − Jenis pakan yang digunakan adalah ebi (udang
menyebabkan pertumbuhan embrio makin besar kering/geragu) dan sesekali diberi pakan daging
yang berakibat diameter telur menjadi bertambah ikan cacah. Sesekali dapat diberikan sayuran
besar. Sebaliknya, pasir yang kering akan seperti selada atau kol. Umumnya tukik belum
menyerap air dari telur karena kandungan garam mau makan 2 – 3 hari setelah penetasan. Nafsu
dalam pasir lebih tinggi. Akibatnya embrio dalam makan tukik sangat besar pada umur lebih dari
telur tidak akan berkembang dan mati. 1 tahun, akan tetapi jangan terus diberi makan.
o Kandungan oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan − Pakan diberikan 2 kali sehari sebanyak 10-20%
untuk pertumbuhan embrio. Air hujan yang dari berat tubuh tukik dengan cara menyebarkan
menyerap ke dalam sarang ternyata dapat secara merata. Waktu pemberian pakan adalah
menghalangi penyerapan oksigen oleh telur, pagi dan sore hari.
akibatnya embrio akan mati.
o Kondisi air dalam kolam pemeliharaan harus sering
TABEL 1. CIRI MORFOLOGI TUKIK diperhatikan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
No. Jenis Penyu Ciri-Ciri Morfologi − Air dalam bak pemeliharaan dapat kotor akibat
dari sisa-sisa makanan atau kotoran tukik. Air
1 Penyu sisik (Eret- Memiliki 4 pasang sisik lateral
mochelys imbri- “lateral scute”, karapas berbentuk yang kotor dapat menimbulkan berbagai
cata) genteng. penyakit yang biasa menyerang bagian mata
2 Penyu hijau (Che- Karapas melebar, berwarna dan kulit tukik.
lonia mydas) kehitaman − Lakukan pergantian air sebanyak 2 kali dalam
3 Penyu abu-abu Karapas mirip dengan tukik sehari sesudah waktu makan. Air dalam bak
(Lepidochelys Chelonia mydas tetapi bentuk-nya pemeliharaan harus selalu mengalir atau
olivacea) memanjang gunakan alat penyaring ke dalam pipa air bak
4 Penyu blimbing Karapas berbentuk buah belimbing pemeliharaan.
(Dermochelys dan berwarna hitam
coriacea)
o Perawatan tukik. Tukik-tukik di dalam kolam
pemeliharaan seringkali saling gigit sehingga
Embrio dalam telur akan tumbuh menjadi tukik terluka. Pisahkan dan pindahkan segera tukik yang
yang mirip dengan induknya. Masa inkubasi yang terluka ke kolam karantina. Bersihkan lukanya

98| Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo


“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

dengan larutan KMnO4 (kalium permanganat) di kriteria. Beberapa kriteria tersebut berupa: 1)
kolam kolam karantina. Penilaian terhadap penetapan ekowisata di Pantai
Taman, dan 2) Bagai-mana konsep pengelolaan
C. Pembangunan Fasilitas Wisata Konservasi
ekowisata berbasis penyu dengan tetap
Pengembangan fasilitas wisata konservasi penyu memperhatikan perlindungan terha-dap kelestarian
terpadu oleh tim IbW dilakukan setelah pelaksanaan lingkungan, dampak negatif minimum, kon-tribusi
kegiatan konservasi sudah berjalan. Kegiatan pengem- terhadap ekonomi lokal, dan pemberdayaan
bangan fasilitas wisata yang sudah dilakukan adalah masyarakat setempat. Berdasarkan hasil observasi
sebagai berikut. yang menggunakan kriteria tersebut diperoleh hasil
o Pembangunan pusat informasi penyu. Bangunan ini sebagai berikut.
digunakan sebagai kantor, gudang, dan ruang
pertemuan (gbr. 9). Gedung berfungsi sebagai pusat A. Ekowisata di Pantai Taman
informasi kawasan wisata terpadu. Gedung Ekowisata adalah perjalanan dan kunjungan ke
dilengka-pi pagar kawasan wisata konservasi ling-kungan alam yang relatif masih asli, yang
terpadu, gerbang kawasan konservasi, jalan dilakukan secara bertanggungjawab, untuk menikmati
penghubung antar wahana (gbr. 6) dan kolam dan meng-hargai alam dengan segala bentuk budaya
renang air tawar sekaligus berfungsi sebagai yang menyertainya, yang mendukung konservasi,
penyedia air untuk mengairi tanaman Arboretum
memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan
plasmanutfah.
sosioekonomi masyarakat setempat yang
bermanfaat.[5] Dalam kegiatan ekowisata terkandung
unsur-unsur kepedulian, tanggungjawab dan
komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata
merupakan upaya untuk memaksimalkan dan
sekaligus melestarikan potensi sumber-sumber alam
dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber
pendapatan yang berkesinambungan.
Jabaran indikator mengenai kegiatan ekowisata di
Pantai Taman tersebut dapat ditentukan dengan
dipenuhinya prinsip-prinsip pengembangan ekowisata.
Berdasarkan hasil pemetaan diperoleh keadaan
sebagai berikut yang memenuhi kaidah prinsip
Gambar 9. Gedung pusat informasi penyu ekowisata.
o Pembangunan flying fox terpanjang nasional 367 o Konservasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan
m. Desain pengelolaan konservasi penyu yang baik meliputi: 1) Teknis pemantauan penyu bertelur dan
membutuhkan adanya dukungan infrastruktur yang penetasan telur secara alami, 2) Teknis
ekstensif, pembinaan kapasitas dan pembiayaan penangkaran (mulai dari kegiatan pemindahan
yang tinggi. Pembangunan flying fox (gbr. 10) ber- telur, penetasan semi alami, pemeliharaan tukik
fungsi untuk menarik wisatawan datang berkunjung hingga pelepasan tukik), 3) teknik monitoring atau
sekaligus membantu upaya konservasi dan untuk pemantauan penyu (meliputi pemantauan terhadap
kampanye konservasi penyu secara nasional telur dan sarang telur, tukik dan penyu yang
maupun internasional. bertelur), 4) teknik pembinaan habitat (meliputi
teknik pembinaan habitat alami dan teknis
pembinaan habitat semi alami), dan 5) Teknik
pengelolaan wisata berbasis penyu. Beberapa
bentuk konservasi tidak merusak sumber daya alam
itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan
ramah lingkungan. Hasil pemanfaatan tersebut
telah dapat dijadikan sumber dana untuk
membiayai upaya konservasi, mendukung
pemanfaatan sumber daya lokal secara lestari serta
meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi
pihak swasta untuk berperan serta dalam program
konservasi dan mendukung upaya pengawetan
Gambar 10. Uji coba flying fox di Pantai Taman jenis.
o Pendidikan. Kegiatan ekowisata berbasis penyu
IV. KARYA UTAMA telah meningkatkan kesadaran masyarakat dan
Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi merubah perilaku masyarakat tentang perlunya
Desa Hadiwarno dengan Pantai Tamannya sebagai upaya konservasi penyu dan menjaga sumber daya
areal konservasi dan ekowisata, digunakan beberapa alam hayati dan keanekaragamannya.

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo | 99


“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

o Ekonomi. Kegiatan ekowisata di Pantai Taman pantai peneluran terhadap jenis predator dan
telah dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi gangguan lain yang khas di lokasi Pantai Taman.
pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan Telah dibuat oleh tim IbW kegiatan pemantauan
masyarakat setempat, memacu pembangunan sarang dan penetasan telur-telurnya untuk menduga
wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun prosentase telur-telur yang hilang akibat faktor
nasional serta menjamin kesinambungan usaha. alamiah dan manusia.
Dalam skala besar dampak ekonomi secara luas
juga telah dirasakan oleh Kab. Pacitan melalui
kawasan pengembangan pariwisata (KPP).
o Peran aktif masyarakat. Peran aktif masyarakat
dilakukan dengan membangun hubungan kemitraan
dengan masyarakat setempat di antaranya dengan
pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses
perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi, menggugah prakarsa dan
aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan
ekowisata, memperhatikan kearifan tradisional dan Gambar 12. Denah tata ruang kawasan konservasi penyu
kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi o Konstruksi daerah wisata berbasis penyu sesuai
benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya dengan desain tata ruang yang telah disusun,
setempat serta menyediakan peluang usaha dan termasuk penanaman vegetasi-vegetasi yang sesuai
kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi dengan habitat penyu (gbr. 13). Secara umum,
masyarakat sekitar kawasan. vegetasi dari daerah pantai ke arah daratan adalah:
o Wisata. Yang tak kalah penting dari prinsip 1) Tanaman pioneer, 2) Zonasi jenis-jenis tanaman
pengem-bangan ekowisata adalah kegiatan wisata yang terdiri dari Hibiscus tiliaceus, Gynura
itu sendiri. Dengan menyediakan informasi yang procum-bens, dan lainnya, 3) Zonasi jenis-jenis
akurat tentang potensi kawasan, kenyamanan dan tanaman seperti Hernandia peltata, Terminalia
keamanan bagi pengunjung sehingga akan catappa, Cycas rumphii, dan lainnya, 4) Zonasi
memberikan kesempatan pengunjung menikmati terdalam dari forma-si hutan pantai Callophyllum
pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai inophyllum, Canavalia ensiformis, Cynodon
fungsi konservasi serta memahami etika berwisata dactylon, dan lainnya.
dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian
lingkungan (gbr. 11).

Gambar 11. Wisata pelepasan tukik di Pantai Taman


Gambar 13. Penanam bibit di kawasan konservasi penyu
B. Konsep Pengelolaan Ekowisata Berbasis Penyu
Teknis pengelolaan ekowisata berbasis penyu telah o Menggabungkan paket wisata berbasis penyu
dilakukan sesuai dengan bentuk wisata yang sangat dengan paket-paket wisata yang ada di sekitar
erat dengan prinsip konservasi. Dengan demikian kawasan. Hal ini dimaksudkan agar destinasi wisata
ekowisata yang dibangun sangat tepat dan selalu didatangi wisatawan. Kehadiran
ekowisatawan ke Pantai Taman memberikan
berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan
peluang bagi penduduk setempat untuk
keaslian ekosistem di areal yang masih alami dan
mendapatkan penghasilan alternatif dengan
ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Hal yang telah menjadi pemandu wisata, porter, membuka
dilakukan adalah sebagai berikut. homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung
o Desain tata ruang area (gbr. 12) telah dibuat dan dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan
mendukung dijadikan objek ekowisata berbasis ekowisata, sehingga dapat meningkatkan
penyu. Beberapa ruang yang ada adalah kantor kesejahteraan mereka atau meningkatkan kualitas
pusat informasi penyu, lokasi peneluran, lokasi hidup penduduk lokal baik secara materi, spiritual,
penetasan semi alami, lokasi pemeliharaan tukik, kultural maupun intelektual.
dan lokasi pelepasan tukik. Desain tata ruang telah
dibuat dengan memperhatikan upaya perlindungan
100| Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo
“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

o Pengembangan ekowisata berbasis penyu di Pantai bilateral dan regional. Kompleksitas dampak sosial-
Taman masih tetap memperhatikan kondisi dan ekonomi yang muncul pada setiap keputusan
kenyamanan bagi penyu untuk bertelur, mengingat pengelolaannya memandatkan adanya partisipasi aktif
sifat penyu yang sangat sensitif terhadap gangguan dan progresif dari berbagai pihak.
cahaya, suara, dan habitat.
VI. KESIMPULAN
V. ULASAN KARYA
Hubungan antara manusia dan penyu telah
Upaya konservasi penyu merupakan program yang berlangsung sejak manusia menghuni kawasan pesisir
sangat penting dan mendesak untuk melindungi dan dan mengarungi berbagai samudera. Di beberapa
menyelamatkan populasi penyu, terutama di Indonesia tempat, masyarakat memanfaatkan penyu baik daging
karena terdapat 6 dari 7 spesies penyu yang masih ada
maupun telurnya sebagai sumber protein hewani.
di dunia saat ini. Pantai Taman di Desa Hadiwarno
Pemanfaatan ini, di samping karena faktor alam,
Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan didiami 4 dari 6 spesies
menjadi sebab penurunan populasinya di berbagai
penyu di Indonesia. Guna mendukung keberhasilan
dan keberlanjutan upaya pengelolaan konservasi belahan dunia termasuk di Indonesia. Hal ini
penyu, tim IbW telah membangun beberapa fasilitas kemudian menyebabkan semua jenis penyu yang
yang mendu-kung upaya konservasi dan keberlanjutan masih tersisa dibatasi perdagangannya bahkan
program melalui kegiatan ekowisata. dimasukkan ke dalam red list oleh CITES.
Upaya konservasi penyu tak akan pernah cukup Karena populasinya yang terancam, konservasi
jika hanya dilakukan di lokasi peneluran saja, karena penyu menjadi kegiatan yang mendesak dilakukan.
penyu adalah satwa bermigrasi (gbr. 14). Penyu yang Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan
telah mencapai usia dewasa di suatu ruaya peneluran habitat, populasi penyu dan masyarakat sekitar akan
(fora-ging ground) akan bermigrasi ke lokasi saling berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain
perkawinan dan pantai peneluran (breeding and pengetahuan mengenai penyu itu sendiri. Informasi
nesting migration). Setelah mengeluarkan semua biologi penyu, misalnya demografi, tingkah laku, dan
telurnya, penyu betina akan kembali bermigrasi ke fisiologi penyu merupakan perangkat penting dalam
ruaya pakannya masing-masing (post-nesting mengembangkan strategi pengelolaan konservasi
migration). Demikian pula halnya dengan penyu penyu yang dilakukan di Pantai Taman, Desa
jantan, yang akan bermigrasi kembali ke ruaya Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Pacitan. Kegiatan ini
pakannya setelah selesai melakukan perkawinan. merupakan tindakan nyata yang dibutuhkan dalam
melakukan pengelolaan konservasi penyu yang
komprehensif, sistematis dan terukur. Karena program
IbW ini akan dilaksanakan 3 tahun, maka tinggkat
capaian tim IbW di kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
sekitar 35% (atau 100% untuk tahun I). Tim IbW akan
mengembangkan beberapa fasilitas lain yang lebih
memperkuat citra kawasan sebagai lokasi konservasi
penyu dan kawasan wisata.

VII. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN


Implementasi konsep konservasi dan pengelolaan
habitat penyu laut melalui pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat dinilai sangat efektif. Kegiatan ini
dapat mengenalkan serta memberi peluang sebesar-
besarnya kepada masyarakat untuk memahami esensi
Gambar 14. Siklus hidup penyu
konservasi dipadu dengan ekowisata serta menikmati
Pengetahuan tentang jalur migrasi penyu yang hasil dari kepariwisataan tersebut. Bagi daerah seperti
dipe-roleh dengan penerapan teknik penelusuran halnya desa Hadiwarno yang memiliki karakteristik
mengguna-kan satelit telemetri menunjukkan luasnya dan keunikan keragaman flora, fauna dan geologi,
cakupan jalur migrasi penyu. Dengan memperhatikan konsep ini sangatlah bermanfaat.
siklus hidup penyu mengharuskan adanya: 1) Konsep Manfaat kegiatan bagi masyarakat adalah sebagai
teknis konservasi penyu di daerah migrasi, 2) Teknis berikut.
patroli penyu, 3) Teknis pembinaan habitat, baik o Konservasi penyu akan meningkatkan image positif
habitat alami maupun semi alami, dan 4) Pengaturan dan peran konservasi pemerintah di percaturan na-
yang meliputi daratan dan pantai, wilayah perairan sional, regional maupun internasional.
pesisir (hingga 12 mil laut), zona ekonomi ekslusif o Meningkatkan peran masyarakat dalam konservasi
sampai di lautan lepas. Sifat-sifat migrasinya yang penyu sebagai kekayaan keanekaragaman hayati
cenderung lintas negara menuntut adanya pengaturan dunia.

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo | 101


“Konservasi Penyu laut dan Ekowisata Berbasis Masyarakat”

o Meningkatkan pendapatan masyarakat dari tiket Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan
langsung maupun multiplayer effect dari kegiatan RI.
ekowisata (jasa pemanduan, souvenir maupun [4] Adnyana, I.B. Windia dan Hitipeuw, Creusa,
perdagangan lainnya). 2009, Panduan Melakukan Pemantauan
o Mengembangkan kegiatan ekowisata berbasis Populasi Penyu di Pantai Peneluran di
konservasi penyu untuk meningkatkan Indonesia, WWF-Indonesia.
perekonomian masyarakat. [5] Nuryanti, Wiendu, 1993, Concept, Perspective
o Keberadaan pantai Taman sebagai kawasan and Chalenges in Ecotourism, makalah pada
konservasi dan ekowisata di Desa Hadiwarno, telah Konferensi Internasional mengenal Pariwisata
dapat memberi kontribusi nyata bagi Pendapatan Budaya, Gadjah Mada University Press,
Asli Daerah (PAD) dan ekonomi lokal. Hal ini Yogjakarta.
dilakukan melalui kolaborasi tiga pelaku dalam
industri pariwisata, yaitu: destinasi wisata, IX. PENGHARGAAN
wisatawan, dan masyarakat lokal bisa
Atas terselesaikannya kegiatan PPM skim IbW pada
diintegrasikan secara maksimal dalam industri
tahun I, tim pengabdi menyampaikan terima kasih
pariwisata.
kepada beberapa pihak yang berjasa dalam ikut mem-
o Informasi mengenai sumberdaya alam terutama bantu kelancaran kegiatan ini. Ucapan terima kasih
keragaman flora, fauna dan geologi yang terdapat disampaikan kepada:
di desa wilayah IbW dapat diketahui masyarakat
luas. Hal ini bisa menawarkan kesatuan nilai 1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada
berwisata bagi wisatawan yang terintegrasi antara Masyarakat (Dit. Litabmas), Ditjen Dikti,
keseimba-ngan menikmati keindahan alam dan Kemendikbud di Jakarta;
upaya melestarikannya. 2. Pemerintah Kabupaten Pacitan beserta segenap
jajarannya yang telah ikut membantu kelancaran
VIII. DAFTAR PUSTAKA pelaksanaan kegiatan;
[1] Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana 3. Direktur DPPM dan Wadir Bidang PPM
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten turut membantu terlaksananya kegiatan;
Pacitan No. 11 Tahun 2011. 4. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
[2] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten beserta segenap jajarannya yang telah membantu
Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan Kawasan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim IbW ini; dan
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan. 5. Ka. UPT. P2M Politeknik Negeri Malang yang
[3] Dermawan, Agus; Nuitja, I Nyoman, Soedharma, telah membantu kelancaran administrasi
Dedi, 2009, Pedoman Teknis Pengelolaan Kon- pelaksanaan PPM skim IbW ini;
servasi Penyu, Direktorat Konservasi dan Taman 6. Kades Desa Hadiwarno beserta segenap jajarannya
Nasional Laut, Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau- dan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu
untuk Wisata (KMKPW) “Taman Ria” yag telah
sangat membantu kerja tim IbW.

102| Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi FLIpMas Legowo

Anda mungkin juga menyukai