Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN MAGANG

PENGOPERASIAN JARING INSANG DASAR


PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA BETUNG CEMERLANG
DI DESA BETUNG KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
SUTAN AL GHAFFAR LUBIS
1910713110009

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2022
LAPORAN MAGANG
PENGOPERASIAN JARING INSANG DASAR
PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA BETUNG CEMERLANG
DI DESA BETUNG KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
SUTAN AL GHAFFAR LUBIS
1910713110009

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengoperasian Jaring Insang Dasar Pada Kelompok Usaha


Bersama Betung Cemerlang Di Desa Betung Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan
Nama : Sutan Al Ghaffar Lubis
NIM : 1910713110009
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Program Studi : Perikanan Tangkap
Tanggal Ujian : 20 Desember 2022

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ahmadi, S.Pi., M.Sc., Ph.D Ir. Irhamsyah, M.Si


NIP. 19710928 199803 1 002 NIP. 19671205 199303 1 002

Mengetahui,

Dekan Koordinator Program Studi


Fakultas Perikanan dan Kelautan Perikanan Tangkap

Dr. Ir. Hj. Agustiana, MP Ir. Iriansyah, M.Si


NIP. 19630808 198903 2 002 NIP. 19610815 198803 1 004

iii
RINGKASAN

Sutan Al Ghaffar Lubis (1910713110009). Laporan Magang


Pengoperasian Jaring Insang Dasar Pada Kelompok Usaha Bersama Betung
Cemerlang Di Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan. Tim Pembimbing adalah Bapak Ahmadi, S.Pi.,
M.Sc., Ph.D sebagai Ketua Pembimbing dan Bapak Ir. Irhamsyah, M.Si sebagai
Anggota Pembimbing.
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki salah satu potensi perikanan
berkaitan dengan letak geografis yang berada di sekitar wilayah laut dan pesisir,
hal ini juga mempengaruhi mata pencaharian penduduk yang banyak
menggantungkan hidup dari hasil laut dengan menjadi nelayan. Desa Betung
merupakan suatu kawasan pemukinan yang mayoritas masyarakatnya berprofesi
sebagai nelayan, aktivitas nelayan tidak terlepas dari alat penangkap ikan, alat
tangkap yang digunakan nelayan berupa rawai, jaring insang bagan dan pancing.
Jaring insang dasar (bottom gillnet) adalah salah satu jenis alat tangkap ikan dari
bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana ukuran mata
jaringnya sama Jaring insang hanyut dioperasikan dengan menggunakan satu
perahu.
Kegiatan magang pengoperasian jaring insang dasar pada kelompok
usaha bersama betung cemerlang di Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan bertujuan untuk
mendeskripsikan konstruksi jaring insang dasar Pada KUB Betung Cemerlang
Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, menjelaskan
metode pengoperasian jaring insang dasar dan menjelaskan penanganan hasil
tangkapan dan jenis-jenis ikan yang tertangkap, metode yang digunakan dalam
kegiatan magang adalah metode observasi, wawancara, partisipasi dan
dokumentasi.
Jaring insang dasar berdasarkan konstruksinya terdiri dari badan jaring
(webbing), tali ris atas dan bawah, tali pelampung, pelampung (float), tali
pemberat, pemberat (sinker), pelampung tanda dan pemberat tambahan.
Pengoperasian jaring insang dasar dilaksanakan secara one day fishing. Cara
pengoperasian jaring insanng dasar dengan menurunkan bagian bagian alat
tangkap secara berurutan dimulai pelampung tanda, pemberat tambahan dan
badan jaring sampai ke pelampung tanda dan pemberat tambahan yang kedua,
setelah jaring insang dasar terpasang, alat tangkap di rendam selama 21 jam yang
dinamakan proses perendaman (immersing). Tahapan hauling dilakukan keesokan
harinya dengan mengangkat pelampung tanda dan pemberat tambahan, hasil
tangkapan langsung di keluarkan pada saat proses penarikan jaring.
Hasil tangkapan utama jaring insang adalah rajungan dan hasil tangkapan
sampingan adalah udang kipas dan siput melo-melo, Total keseluruhan dalam
pengoperasian jaring insang dasar selama 5 trip sebanyak 42,5 kg terdiri dari
rajungan 9,5 kg, siput melo-melo 23 kg dan udang kipas 10 kg. Penanganan hasil
tangkapan terdiri dari penaikan ikan ke atas kapal, penyimpanan, Pengumpulan
ikan kepada pengepul sortir, pencucian, pengolahan pengemasan dan pemasaran.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya


sehingga laporan magang Pengoperasian Jaring Insang Dasar Pada Kelompok
Usaha Bersama Betung Cemerlang Di Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmadi, S.Pi., M.Sc.,
Ph.D sebagai ketua dan Bapak Ir. Irhamsyah, M.Si sebagai anggota dari tim
Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan
Magang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran
agar dapat lebih baik lagi dalam menyusun laporan magang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat khususnya dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai Pengoperasian jaring insang dasar.

Banjarbaru, Desember 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.................................................... iii


RINGKASAN.......................................................................... iv
KATA PENGANTAR…......................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................
1
1.1 Latar Belakang.........................................................................
1
1.2 Tujuan Praktikum....................................................................
2
1.3. Kegunaan................................................................................
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................
4
2.1. Pengertian Jaring Insang Dasar............................................... 4
2.2. Desain dan Konstruksi Jaring Insang Dasar........................... 4
2.3. Metode pengoperasian Jaring Insang Dasar........................... 6
2.4. Hasil Tangkapan..................................................................... 6
2.5. Penanganan Hasil Tangkapan................................................. 7
BAB 3. METODOLOGI MAGANG...................................................
8
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................. 8
3.2. Peralatan.................................................................................. 8
3.3. Metode.................................................................................... 8
3.3.1. Metode Observasi............................................................. 9
3.3.2. Metode Wawancara.......................................................... 9
3.3.3. Metode Partisipasi............................................................ 9

vi
3.3.4. Metode Dokumentasi........................................................ 10
3.4. Jenis Data................................................................................ 10
3.5. Analisis Data........................................................................... 11
BAB 4. KONDISI UMUM LOKASI MAGANG................................ 12
4.1. Lokasi Magang....................................................................... 12
4.2. Profil KUB Betung Cemerlang............................................... 12
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 13
5.1. Hasil........................................................................................ 13
5.1.1. Konstruksi Jaring Insang Dasar........................................ 13
5.1.2. Metode Pengoperasian Jaring Insang Dasar..................... 14
5.1.3. Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar............................... 14
5.1.4. Penanganan Hasil Tangkapan............................................ 15
5.2. Pembahasan............................................................................ 15
5.2.1. Konstruksi Jaring Insang Dasar......................................... 15
5.2.2. Metode Pengoperasian Jaring Insang Dasar...................... 24
5.2.3. Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar............................... 29
5.2.4. Penanganan Hasil Tangkapan............................................ 31
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 32
6.1. Kesimpulan.......................................................................... 32
6.2. Saran.................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 34
LAMPIRAN............................................................................. 38

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1.1. Data Produksi ikan, Jumlah penerima kartu Nelayan dan
Jumlah Kapal Tahun 2018....................................................... 1
3.1. Jadwal Kegiatan Magang......................................................... 8
5.1. Spesifikasi Jaring Insang Dasar................................................. 13
5.2. Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar...................................... 15

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
2.1. Konstruksi Jaring insang dasar............................................... 5
5.1. Konstruksi Jaring Insang Dasar di Lokasi Magang................. 13
5.2. Badan Jaring (Webbing)......................................................... 16
5.3. Tali Ris Atas.......................................................................... 17
5.4. Tali Ris Bawah...................................................................... 17
5.5. Tali Pelampung...................................................................... 18
5.6. Pelampung (float)................................................................... 19
5.7. Tali Pemberat......................................................................... 20
5.8. Pemberat................................................................................ 21
5.9 Pelampung Tanda.................................................................. 21
5.10. Pemberat Tambahan.............................................................. 22
5.11. Tali Selambar........................................................................ 23
5.12. Kapal Penangkap ikan........................................................... 23
5.13. Perjalanan menuju fishing ground......................................... 25
5.14. Pemasangan Alat Tangkap.................................................... 25
5.15. Proses Perendaman................................................................ 26
5.16. Pengangkatan alat tangkap.................................................... 26
5.17. Perbaikan Badan Jaring......................................................... 28
5.18. Rajungan (Portunus pelagicus)............................................. 29
5.19. Udang Kipas (Scyllarides latus)............................................ 30
5.20. Siput Melo-melo (Scaphander lignarius).............................. 30
5.21. Pelepasan Hasil Tangkapan................................................... 31
5.22. Penyimpanan Hasil Tangkapan............................................. 31
5.23. Pengumpulan hasil tangkapan kepada pengepul.................... 32

ix
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalimantan Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki potensi


perikanan yang berlimpah meliputi garis pantai, perairan umum dan tambak
dengan produksi perikanan yang terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Produksi perikanan tangkap memberikan kontribusi terbesar bagi
pembangunan sektor perikanan dan kelautan. Sektor tersebut diantaranya
Penangkapan ikan perairan umum dilakukan di Kabupaten Banjar dan Barito
Kuala dan penangkapan ikan laut dilakukan di Tanah Laut, Tanah Bumbu dan
Kotabaru.
Tabel 1.1. Data Penerima Kartu Nelayan, Produksi ikan, dan Jumlah Kapal
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2018
No Uraian Jumlah
1. Penerima Kartu Nelayan 3.112 Orang
2. Produksi Perikanan 46.651,31 Ton
3. Jumlah Kapal 9.866 Unit
Sumber :Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, (2019).
Sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu memiliki salah
satu potensi perikanan berkaitan dengan letak geografis yang berada di sekitar
wilayah laut dan pesisir, hal ini juga mempengaruhi mata pencaharian penduduk
yang banyak menggantungkan hidup dari hasil laut dengan menjadi nelayan. Pada
tahun 2018, sebanyak 3.112 orang penerima kartu nelayan dengan nelayan yang
memiliki kapal sebanyak 9.866 unit mampu menghasilkan produksi perikanan
tangkap sebesar 46.651,31 ton dengan menggunakan alat tangkap diantaranya
jaring insang, bagan dan pukat cincin (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Kalimantan Selatan, 2019).
Desa Betung merupakan suatu kawasan pemukinan yang berada di
Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, mayoritas masyarakat Desa
Betung berprofesi sebagai nelayan, aktivitas nelayan Desa Betung tidak terlepas
dari alat penangkap ikan, alat tangkap yang digunakan nelayan berupa rawai,
jaring insang bagan dan pancing. Pengoperasian alat tangkap dilakukan di
perairan laut dengan selang waktu selama satu hari (one day fishing).

1
2

Nelayan Desa Betung pada awalnya melakukan aktivitas penangkapan


ikan secara mandiri dengan berjumlah 3 orang pada satu kapal, berdasarkan
kebijakan pemerintah dengan tujuan pemberdayaan nelayan. Pemerintah
membentuk suatu kelembagaan yang bernama kelompok usaha bersama (KUB),
kelompok usaha bersama nelayan ini di dalam nya terdapat beberapa nelayan yang
mengoperasikan masing-masing alat tangkap yang berbeda dalam struktur yang
terorganisir para nelayan dapat menyelesaikan permasalahan yang terdapat di
lapangan.
Magang merupakan suatu kegiatan mahasiswa yang dilaksanakan di luar
kampus dengan penerapan pengetahuan atau kompetensi dari dunia pendidikan ke
dunia kerja, kegiatan magang ini bisa dikatakan sebagai bentuk pelatihan mandiri
maupun kelompok dimana mahasiswa dapat memahami sistem dunia kerja yang
profesional serta mendapatkan banyak pengalaman, wawasan dan kehidupan
sosial dari kegiatan magang tersebut.
Mahasiswa Program Studi Perikanan Tangkap Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Lambung Mangkurat melaksanakan kegiatan magang
berdasarkan minat dan bakat sesuai dengan apa yang sudah diberikan dosen
pengajar mata kuliah, pemilihan tempat magang dapat menyesuaikan dengan
potensi perikanan ataupun tempat yang memiliki fasilitas untuk mendukung
kegiatan magang itu sendiri. Kegiatan magang yang dilaksanakan mengenai
aktivitas pengoperasian jaring insang dasar di Desa Betung Kecamatan Kusan
Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang adalah sebagai berikut :


1. Mengidentifikasi konstruksi Jaring Insang Dasar Pada KUB Betung Cemerlang
Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan.
2. Mendapatkan pengetahuan metode pengoperasian Jaring Insang Dasar.
3. Mendapatkan pengetahuan penanganan hasil tangkapan dan jenis-jenis ikan
yang tertangkap.
3

1.3. Kegunaan

Kegunaan dari kegiatan magang adalah sebagai berikut :


1. Mahasiswa mendapatkan keterampilan dan pengalaman di lapangan mengenai
alat tangkap jaring insang dasar.
2. Membangun dan memperluas jaringan Fakultas Perikanan dan Kelautan
dengan para nelayan di bidang perikanan tangkap.
3. Keterlibatan mahasiswa magang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
nelayan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Jaring Insang Dasar

Gill net adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai
mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika
dibandingkan dengan panjangnya, dengan kata lain, jumlah mesh size pada arah
panjang jaring (Rofiqo dkk., 2019). Jaring insang dasar merupakan salah satu alat
tangkap yang efektif bagi ikan-ikan demersal dan selektif terhadap hasil
tangkapan, yang dipasang tegak lurus dalam air untuk menghadang arah renang
ikan. Ikan-ikan tertangkap dengan cara terjerat pada mata jaring atau terbelit
(terpuntal) pada tubuh jaring (Pondaag, 2018).
Pengoperasian alat tangkap dilakukan dengan cara pasif, dimana nelayan
memasang jaring insang tegak lurus arus dan diharapkan ikan menabrak badan
jaring dan terpuntal. Lama satu kali operasi penangkapan biasanya dilakukan
selama kurang lebih 3-4 jam (Rifai, 2019). Dalam kegiatan penangkapan yang
dilakukan dengan jaring insang dasar maka terdapat beberapa tahapan penting
terkait dengan kegiatan penangkapan tersebut yaitu tahap persiapan, tahap
penebaran jaring (setting) dan tahap penarikan jaring (hauling) (Puspitaningrum
dkk., 2022).

2.2. Konstruksi Jaring Insang Dasar

Jaring insang merupakan alat penangkap ikan yang konstruksinya


sangat sederhana. Bagian utamanya hanya berupa selembar jaring yang
dilengkapi dengan tali ris atas dan bawah. Ukuran mata jaring disesuaikan
dengan ukuran ikan yang menjadi target tangkapan utama. Pada tali ris atas
ditambahkan tali berpelampung dan pada tali ris bawah dilengkapi tali
berpemberat. Ikan tertangkap karena menabrak jaring dan sulit melepaskan
diri, karena bagian insangnya terbelit atau tersangkut pada mata jaring. Cara
menangkap ikan demikian menjadikan alat tangkap ini disebut sebagai jaring
insang atau gillnet (Firmansyah, 2021).

4
5

Sumber : Wudji, 2014


Gambar 2.1. Konstruksi jaring insang dasar
Alat tangkap jaring insang tergolong alat tangkap ikan yang bersifat
pasif. Konstruksi jaring insang berbentuk 4 persegi panjang. Tali ris atas dan
bawah terbuat dari bahan PE,. Sedangkan bagian badan jaring terbuat dari nylon
monofilament, pelampung terbuat dari plastik dengan bentuk bola dengan jarak
antara satu dengan yang lainnya 10-15 m dan pemberat terbuat dari batu (Wudji,
2014).
Jaring insang dasar terdiri dari beberapa bagian yaitu pelampung, tali ris
pelampung, tali ris atas dan bawah, badan jaring, tali pemberat dan pemberat.
Pada masing-masing bahan yang dapat digunakan pada jaring insang dasar ini
mempunyai fungsi yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain :
1. Fungsi dari tali pelampung adalah sebagai tempat untuk peletakan pelampung.
2. Fungsi dari pada pelampung (Float) adalah untuk memberikan daya apung.
3. Fungsi dari pelampung tanda adalah disamping memberikan daya apung juga
sebagai suatu tanda bahwa jaring sedang dioperasikan.
5. Fungsi dari tali ris atas dan tali ris bawah adalah sebagai tempat lembaran
jaring. Begitu pula tali ris bawah juga berfungsi sebagai tempat dari pada
pemberat yang terbuat dari timah dan sekaligus mempermudah pengoperasian
jaring serta penarikan jaring (setting dan hauling).
5. Fungsi dari pada badan jaring (main net) adalah untuk membatasi pergerakan
ikan yang hendak tertangkap.
6. Fungsi dari pada pemberat (sinker) adalah untuk menenggelamkan jaring
supaya jaring tetap terentang lurus di perairan.
6

7. Fungsi tali pemberat adalah tempat mengikat pemberat. (Pattiasina, 2021).

2.3. Metode Pengoperasian Jaring Insang Dasar

Pada tahap persiapan alat tangkap yang digunakan dan juga penentuan
daerah penangkapan (fishing ground). Penempatan jaring dalam perahu dengan
baik dan benar dengan tujuan memudahkan proses penebaran jaring (Setting).
Pada tahap penebaran jarring (Setting) dilakukan dengan urutan penebaran
pelampung tanda, badan jaring dan pemberat sambil perahu digerakkan sampai
diakhiri dengan pelampung tanda berikutnya. Pada waktu proses penebaran jaring
ini dilakukan perahu di dayung ke depan sehingga jaring dapat ditebar secara
memanjang di perairan, hal ini dilakukan sampai pada ujung jaring.
Operasi penangkapan yang dilakukan dengan jangka waktu setting
adalah 2 (dua) jam. Untuk mengetahui ikan yang tertangkap pada badan jaring
maka dilakukan pengecekan dengan cara mengangkat jaring bila telah ada ikan
yang tertangkap langsung diambil dari badang jaring, proses penarikan (hauling)
jaring dilakukan biasanya dengan menarik ujung pangkal jaring yaitu pada tali
pelampung lalu dilakukan dengan menarik secara perlahan-lahan sekaligus
melakukan pelepasan hasil tangkapan pada mata jaring hal ini dilakukan sampai
selesai (Katiandagho, 2021).

2.5. Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan jaring insang dasar merupakan spesies ikan ekonomis


penting dengan ukuran yang sesuai dengan standar ukuran layak tangkap. Selain
itu, posisi peletakan alat tangkap juga dinilai cukup aman dari kerusakan karang
dan ekosistem di sekitarnya (Tatontos, 2019).
Hasil tangkapan nelayan menggunakan jaring insang dasar didapatkan
beberapa jenis ikan yaitu, rajungan, kepiting, ikan pepetek, ikan sebelah, ikan
laosan, udang, kiper, ranga, mimi, pari, dan kakap (Pratomo, 2019).

2.5. Penanganan Hasil Tangkapan

Penanganan ikan yang baik adalah semua kegiatan yang dilakukan


terhadap ikan sejak ditangkap, diatas kapal, di darat dan pada saat distribusi
7

hingga sampai ke tangan konsumen atau siap untuk diolah. Adapun tujuannya
adalah untuk mempertahankan kesegaran ikan selama mungkin agar tidak rusak
dan tetap bernilai gizi tinggi (Herawanty, 2021).
Penanganan hasil tangkapan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesegaran serta kualitas ikan hasil tangkapan. Penanganan yang
tidak tepat dapat menyebabkan rendahnya kualitas hasil tangkapan. Penanganan
ikan di atas kapal bertujuan untuk menjaga kualitas ikan sesuai dengan standar
yang diinginkan (Hutapea dkk., 2019). Sarana yang mendukung penanganan hasil
tangkapan diatas kapal adalah palka, wadah dan cold storage (Tani dkk., 2020).
BAB 3. METODOLOGI MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang pada KUB Betung Cemerlang dilaksanakan selama


satu bulan dimulai pada tanggal 20 September - 19 Oktober 2022 bertempat di
Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Magang


Bulan
No Uraian
Agt Sep Okt Nov Des
1. Survey Lokasi dan Pengajuan KUB
2. Pembuatan proposal dan konsultasi
Pelaksanaan kegiatan magang
3.
dilapangan
Pengolahan data dan penyusunan
5.
laporan

5. Konsultasi, ujian dan distribusi


laporan

3.3. Peralatan

Tabel 3.2. Peralatan


No
Nama Fungsi
.
1 Alat Tulis Pencatatan
2 Kamera Dokumentasi Kegiatan
3 Kuesioner Panduan wawancara
4 GPS Penanda titik koordinat
5 Timbangan Mengukur berat hasil tangkapan
6. Meteran Mengukur alat tangkap

3.2. Metode

Metode pelaksanaan kegiatan magang di Desa Betung Kecamatan Kusan


Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan menggunakan

8
9

beberapa metode, yaitu : observasi, wawancara, partisipasi dan dokumentasi.


Sumber data primer merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti kepada
sumbernya tanpa ada perantara dengan cara menggali sumber asli secara langsung
melalui responden, data primer di peroleh melalui :

3.2.1. Metode Observasi


Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu observasi
merupakan kemampuan manusia menggunakan seluruh panca inderanya dan
memperoleh hasil dari fungsi panca indera utama yaitu mata untuk memperoleh
data atau informasi. Teknik observasi digunakan untuk mengetahui dan
menyelidiki tingkah laku non verbal. Teknik lain dapat mengungkapkan tingkah
laku verbal dan lebih mengarah pada penelitian survei tetapi kurang mampu
mengungkapkan tingkah laku nonverbal dan penelitian non survey (Makbul,
2021). Observasi yang dilakukan dengan mengamati langsung segala aktifitas
pada nelayan KUB Betung Cemerlang di Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu. Data yang didapatkan pada kegiatan magang yaitu
letak lokasi magang, kondisi geografis, pengamatan pada desain dan kontruksi
jaring insang dasar, penentuan daerah penangkapan, metode pengoperasian jaring
insang dasar dan penanganan hasil penangkapan.

3.2.2. Metode Wawancara


Wawancara (interview) adalah salah satu kaidah mengumpulkan data
yang paling biasa digunakan dalam penelitian. Kaidah ini digunakan ketika subjek
kajian (responden) dan peneliti berada langsung bertatap muka dalam proses
mendapatkan informasi bagi keperluan data primer. Wawancara digunakan untuk
mendapatkan informasi yang berhubungan dengan fakta, kepercayaan, perasaan,
keinginan dan sebagainya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan penelitian
(Rosaliza, 2013). metode wawancara pada nelayan dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan kepada nelayan terkait desain dan konstruksi alat tangkap, metode
pengoperasian jaring insang dasar, musim penangkapan, penentuan daerah
penangkapan, hasil tangkapan dan penanganan hasil tangkapan.
10

3.2.3. Metode Partisipasi


Metode partisipan merupakan teknik observasi yang dilakukan peneliti
dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan dan aktivitas orang- orang yang
diamati. Di sini peneliti menjadi bagian dari objek pengamatannya. Peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh orang yang diamatinya dan ikut pula
merasakan suasana kejiwaan, suasana pikiran, suka-duka dan sebagainya
sebagaimana yang dialami oleh orang yang diamatinya (Rahmadi, 2011).
Partisipasi yang dilakukan selama kegiatan magang yaitu mengikuti seluruh
aktivitas nelayan KUB Betung Cemerlang dimulai persiapan keberangkatan,
pengoperasian jaring insang dasar, perbaikan alat tangkap, perawatan kapal dan
penanganan hasil tangkapan.

3.2.4. Metode Dokumentasi


Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data tempat penelitian,
meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-
foto, data yang relevan penelitian (Nurwanda, 2020). Dokumentasi pada kegiatan
magang yaitu pencatatan, pengambilan gambar dan video serta penerimaan berkas
selama melaksanakan magang bersama KUB Betung Cemerlang. Dokumentasi
yang di dapatkan selama kegiatan magang berupa pencatatan desain dan
konstruksi jaring insang dasar, koordinat daerah penangkapan dan perhitungan
jumlah hasil tangkapan. pengambilan foto dan video diambil pada saat mahasiswa
magang mengikuti aktivitas nelayan, selain itu mahasiswa magang mendapatkan
sertifikat dan surat keterangan elah melaksanakan kegiatan magang.

3.3. Jenis Data

Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang


diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan
dapat pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain ; data
populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder, Data
Primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/ suatu organisasi
secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang
bersangkutan yang dapat berupa interview dan observasi (Situmorang, 2014).
11

Data Primer dikumpulkan mahasiswa magang secara langsung pada objek dan
responden yang bersangkutan dengan melakukan wawancara, observasi,
partisipasi dan dokumentasi.
Data sekunder ialah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan
data primer (Pratiwi, 2017). Data sekunder yang digunakan untuk mendukung
informasi primer yang telah diperoleh dan memudahkan dalam mendapatkan
informasi lain selain informasi utama. Sumber data sekunder yaitu profil KUB
Betung Cemerlang penelitian terdahulu dan buku.

3.4. Analisis Data

Pengertian analisis data adalah upaya mencari dan menata secara


sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain. Dalam meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu
dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (Rijali, 2018).
Analisis deskriptif yaitu suatu cara analisis atau pengolahan data dengan
jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-
kategori mengenai suatu subjek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga
akhirnya diperoleh simpulan umum (Widiana, 2016).
BAB 4. KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

4.1. Lokasi Magang

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 20 September-19 Oktober


2022 bersama kelompok usaha bersama Betuh Cemerlang di Desa Betung
Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Secara administrasi letak desa
berada pada 03º 24’8” S dan 115º 8’47” dengan batas desa sebelah timur
berbatasan dengan Desa Pulau Salak. Barat berbatasan dengan Kecamatan Sungai
Loban dan utara berbatasan dengan Desa Salimuran.

4.2. Profil KUB Betung Cemerlang

Desa Betung memiliki empat kelompok usaha bersama yang bergerak


dalam produksi perikanan salah satunya adalah KUB Betung Cemerlang,
kelompok yang beranggotakan 10 orang yang masing-masing anggota nya
memiliki kapal dan alat tangkap pribadi. Kelompok yang diketuai oleh bapak
Ahmad Husaeni sudah berjalan selama 5 tahun dan selama terbentuknya
kelompok bantuan berupa bahan jaring, solar dan mesin dapat disalurkan dengan
baik.

12
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil
5.1.1. Konstruksi Jaring Insang Dasar

1
2 9
3 10
4

8
5
6 7
Gambar 5.1. Konstruksi Jaring Insang Dasar di Lokasi Magang
Keterangan :
1. Badan jaring 7. Pemberat
2. Tali ris atas 8. Pemberat tambahan
3. Tali pelampung 9. Pelampung Tanda
5. Pelampung 10. Tali Selambar
5. Tali ris bawah
6. Tali pemberat
Hasil identifikasi jaring insang dasar yang di dapat pada kegiatan magang
adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Spesifikasi Jaring Insang Dasar


Ukuran
No Uraian Bahan Panjang Tinggi Diameter Keterangan
(m) (m) (mm)
- Jumlah 15
Lembar
Badan Nylon - no ukuran
1 30 2 0,35
Jaring Monofilament 210/2/6
- Mesh size
10,16 cm
Polyethylene - 1 Buah
2 Tali Ris atas (PE) 34 - 5 - Arah
pintalan S
- 1 Buah
Tali Polyethylene
3 34 - 5 - Arah
Pelampung (PE)
pintalan S

13
14

4 Pelampung Karet - 0.03 20 35 buah


Tali ris Polyethylene
5 34 - 5 1 buah
bawah (PE)
Tali Polyethylene
6 34 - 4 1 buah
Pemberat (PE)
7 Pemberat Timah 0,02 0,005 - 90 buah
Pelampung Styrofoam dan
8 1 0,20 - 2 buah
Tanda kayu
Tali Polyethylene
9 10 - 5 2 buah
Selembar (PE)
Pemberat - 2 buah
10 Batu 0,30 - 100
Tambahan - Berat 4 kg

5.1.2. Metode Pengoperasian Jaring Insang Dasar

Cara pengoperasian alat tangkap jaring insang dasar terbagi menjadi


beberapa bagian diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pra pengoperasian :
- Menyiapkan bekal
- Mengisi BBM
- Pengecekan mesin Kapal
2. Pengoperasian :
- Menuju Fishing Ground
- Setting alat tangkap
- Perendaman (Immersing)
- Hauling alat tangkap
3. Pasca Pengoperasian :
- Perbaikan Alat Tangkap
- Pemeliharaan Alat Tangkap

5.1.3. Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar

Hasil Tangkapan yang terdapat pada Jaring Insang Dasar adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2. Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar


Jumlah (Ekor/Trip) Total Berat
No Nama Nama Latin
1 2 3 4 5 (Ekor) Total (kg)
1 Udang Scyllarides
10 - - - 20 30 10 kg
Kipas latus
2 Portunus
Rajungan 10 4 16 3 8 41 9,5 kg
pelagicus
15

3 Siput Melo- Scaphander


5 3 10 5 - 23 23 kg
melo lignarius

5.1.5. Penanganan Hasil Tangkapan

Penanganan Hasil Tangkapan terbagi menjadi beberapa bagian


diantaranya adalah sebagai berikut :
- Penaikan ikan ke atas kapal
- Penyimpanan
- Pengumpulan rajungan kepada pengepul
- penyortiran
- Pencucian
- Pengolahan rajungan
- Pengemasan
- Pemasaran

5.2. Pembahasan

5.2.2. Konstruksi Alat Tangkap Jaring Insang Dasar

Jaring insang dasar adalah salah satu alat tangkap yang digunakan para
nelayan di Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir, secara teknis penggunaan jaring
insang dasar dioperasikan pada perairan laut dengan cara membentangkan badan
jaring secara vertikal dan posisinya melawan arus laut untuk menjerat ikan yang
berenang menuju alat tangkap. Berdasarkan konstruksi alat tangkap, jaring insang
dasar terdiri dari badan jaring (webbing), tali ris atas dan bawah, pelampung
(float), pemberat (singker), pelampung tanda dan pemberat tambahan (Supriadi,
2020).
Setiap bagian-bagian yang terdapat pada alat tangkap memiliki fungsi
dalam pengoperasian, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada nelayan
kelompok usaha bersama fungsi dari bagian-bagian alat tangkap jaring insang
dasar adalah sebagai berikut :
1. Badan Jaring (Webbing)
Badan jaring yang digunakan pada alat tangkap terbuat dari bahan nylon
monofilament nomor benang d9/210 mm dan besar mata jaring (mesh size)
16

dipakai adalah 10,16 cm, jenis simpul yang digunakan pada badan jaring adalah
simpul english knot. bahan nylon monofilament memiliki keunggulan warna
transparan yang bertujuan untuk mengelabui target tangkapan pada saat di dalam
perairan. Pada saat pengoperasian alat tangkap jaring insang terdiri dari beberapa
lembar badan jaring (piece) yang disambungkan antara satu sama lain,. Setiap
lembar badan jaring memiliki panjang 30 m dan tinggi jaring sepanjang 2 m,
Jumlah mata jaring pada jaring insang dasar yaitu + 5900 mata jaring yang di
hitung dari jumlah mata jaring ke samping 295 mata dan jumlah mata jarig ke
bawah 20 mata.

Gambar 5.2. Badan Jaring (Webbing)


Konstruksi jaring insang dasar nelayan Desa Betung memiliki perbedaan
pada badan jaring nelayan Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat yang
memiliki panjang jaring 45 m, tinggi jaring 1 m dan mesh size yang digunakan
15,24 inchi (Burhan, 2020). Berdasarkan hasil wawancara mesh size dengan besar
10,16 cm bertujuan untuk menangkap rajungan. Panjang jaring yang digunakan
oleh nelayan Desa Betung untuk jaring insang dasar adalah 30 m setiap lembar,
bila dilihat dan disesuaikan oleh pendapat (Syofyan, 2016) yang menyatakan
bahwa panjang jaring yang ideal agar memudahkan dalam penanganan di atas
kapal antara 15 – 75 m, maka panjang jaring insang dasar nelayan desa betung
sudah sesuai.
Bahan jaring nylon monofilament tidak menyerap air, tetapi karena
ukuran dari bahan yang kecil dan tipis diperlukan kehati-hatian dalam
mengoperasikan alat tangkap, selaian memiliki keunggulan dari bahan, warna
pada badan jaring yang digunakan nelayan Desa Betung bewarna transparan,
menurut (Zubaidi, 2016) bahan yang digunakan dalam badan jaring berupa nylon
monofilament dengan warna transparan bertujuan agar jaring tersebut tidak dapat
17

dilihat oleh ikan bila dipasang diperairan. Hal ini sama dengan pendapat (Toisuta,
2022) yang menyatakan ikan dapat membedakan warna, dan jaring berwarna yang
berbeda mungkin menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hasil tangkapan.

2. Tali Ris
Tali ris pada jaring insang dasar tediri dari dua diantaranya tali ris atas
dan tali ris bawah dengan bahan tali Polyethylene (PE) memiliki diameter 5 mm,
panjang 34 m dan memiliki arah pintalan S pada keduanya, ujung tali ris atas dan
bawah yang melebihi panjang badan jaring di buat simpul mata, simpul berfungsi
sebagai penghubung antara tali ris dan tali salambar yang bertujuan pada saat
pengoperasian alat tangkap badan jaring yang di pasang dapat terlentang secara
sempurna dalam perairan.

Gambar 5.3. Tali Ris Atas


Pemasangan tali ris untuk badan jaring melalui mata jaring, pemasangan
tali ris atas berdekatan dengan tali pelampung yang memiliki arah pintalan S
untuk tali ris atas dan tali pelampung. Sama halnya tali ris bawah dan tali
pemberat memiliki arah pintalan S untuk tali ris bawah dan tali pemberat.

Gambar 5.5. Tali Ris Bawah


18

Tipe pintalan dan arah pintalan tali diidentifiksi dengan cara pengamatan,
berbeda dengan pernyataan (Taufiqurrahman, 2019) sebaiknya tali ris atas dan tali
pelampung terbuat dari pintalan yang berlawanan S - Z atau Z - S, demikian juga
dengan tali ris atas dan tali pelampung serta tali ris bawah dan tali pemberat.

3. Tali Pelampung
Tali pelampung adalah tali berbahan Polyethylene (PE) yang dipasang di
bagian atas badan jaring, panjang tali pelampung 34 meter dan diameter tali 5 mm
dengan arah pintalan S. Pemasangan tali pelampung berhimpitan dengan tali ris
atas dan tempat pemasangan pelampung yang ditambahkan simpul pada setiap
pelampung bagian samping kiri dan kanan bertujuan sebagai pengunci agar
pelampung dan tali ris atas tidak lepas.

Gambar 5.5. Tali Pelampung


Menurut Azmi (2019) nelayan jaring insang Banyuwangi memiliki tali
pelampung dengan panjang yang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan
badan jaring. Dimana pada ujung tali pelampung yang lebih panjang tersebut
dipasang satu pelampung yang dapat memudahkan nelayan dalam penurunan
jaring (setting) dan juga mengetahui ujung gillnet saat penarikan jaring ke atas
kapal. Berdasarkan hasil wawancara kontruksi jaring insang dasar, ujung tali
pelampung dan tali ris atas di bentuk simpul mata untuk menghubungkan antara
simpul dan tali selambar.

4. Pelampung (Float)
Pelampung (float) terbuat dari bahan karet yang berbentuk setengah
lingkaran dengan diameter 2 cm dan lebar 3 cm, pelampung pada jaring insang
dasar dipasang dengan tali yang berbahan Polyethylene (PE), pemasangan
19

pelampung melalui lubang yang berada di tengah dengan ikatan tambahan pada
kiri dan kanan agar pelampung tetap berada pada posisinya. Pelampung yang
terpasang pada badan jaring berjumlah 35 buah dipasang dengan jarak 75 cm
antar pelampung yang berfungsi untuk memberikan gaya apung pada badan jaring
sehingga dapat berdiri secara vertikal.

Gambar 5.6. Pelampung (float)


Bahan karet dari pelampung jaring insang dasar berasal dari plastik
sendal yang dibuat sedemikian rupa agar pelampung dapat terpasang pada tali.
Perbandingan antara nelayan Jabung Barat Provinsi Jambi yang dijelaskan
Nelwida (2019) jenis pelampung yang digunakan pada alat tangkap jaring insang
terdiri dari tiga jenis pelampung yaitu pelampung tanda, peluntang dan pelampung
jaring (float), badan jaring memiliki panjang pelampung jaring berbahan polyester
(PES) berjumlah 50 buah dengan jarak pemasangan masing-masing pelampung
1,5 m.
Pada kegiatan magang yang di ikuti terdapat perbedaan antara nelayan
Desa Betung dan Desa Jabung Barat mengenai kontruksi jaring insang dasar pada
pemasangan pelampung, berdasarkan hasil wawancara dan observasi pemasangan
pelampung pada badan jaring berjumlah 35 buah dipasang dengan jarak 75 cm,
bertujuan agar mengurangi gaya apung sehingga badan jaring dapat berada pada
dasar perairan.

5. Tali Pemberat
Tali pemberat memiliki peran yang sama dengan tali pelampung dalam
alat tangkap jaring insang dasar. Pemasangan tali pemberat berada pada bagian
bawah badan jaring yang dilengkapi dengan pemberat berupa timah yang di
20

lekatkan pada tali, tali ris bawah dan tali pemberat ditambahkan simpul pada
setiap pemberat yang pemasangannya di sebelah kiri dan kanan. Panjang tali
pemberat yaitu 34 meter, diameter 4 mm menyesuaikan lubang pemberat. Bahan
pada tali pemberat yaitu Polyethylene (PE) dengan arah pintalan ke kiri (S).

Gambar 5.7. Tali Pemberat


Dermawati (2019) menyatakan kelebihan tali pelampung dan pemberat
dimaksudkan sebagai tempat penyambungan antara satu jaring dengan jaring
lainnya pada saat dioperasikan. Tali pemberat dipasang dengan cara menyisipkan
pada mata jaring, kelebihan pada tali pemberat bertujuan sebagai penghubung
jaring.

6. Pemberat
Pemberat (sinker) berperan sebagai pemberi beban pada badan jaring saat
alat tangkap dioperasikan di perairan, bahan yang digunakan pada pemberat
adalah berasal dari timah, bahan timah memiliki daya tahan terhadap korosi akibat
perendaman, pemberat yang digunakan memiliki panjang 2 cm dan lebar 0,5 cm
dengan bentuk lonjong. Pemberat di pasang secara horizontal yang dilekatkan
pada tali berbahan Polyethylene (PE) dengan menyesuaikan pada lubang timah.
Menurut Umriani (2017) jaring insang dasar nelayan Sinjai memiliki pemberat
yang berbentuk pipih, pemberat dipasang pada tali ris bawah dengan cara
pemberat yang berbentuk pipih diletakkan di bawah tali pemberat kemudian
pemberat di lingkarkan ketali pemberat bersamaan dengan mata jaring dengan
cara di pukul-pukul.
21

Gambar 5.8. Pemberat (Sinker)


Pada jaring insang dasar nelayan KUB Betung Cemerlang perbandingan
jumlah pemberat lebih banyak daripada jumlah pelampung yang terpasang,
pemberat yang terpasang pada badan jaring berjumlah 90 buah dengan jarak
pemasangan sepanjang 30 cm.

7. Pelampung Tanda
Pelampung tanda jaring insang dasar berfungsi sebagai tanda pengenal
nelayan yang digunakan pada saat setting dan hauling serangkaian dengan badan
jaring. Pemasangan pelampung tanda dengan badan jaring diikat dengan tali
selambar yang mehubungkan antara pelampung tanda dan ujung dari badan jaring.
Pemasangan pelampung tanda pada satu set alat tangkap sebanyak 2 buah pada
ujung kiri dan kanan alat tangkap.

Gambar 5.9. Pelampung Tanda


Menurut Idris (2020) fungsi dari pelampung tanda yaitu sebagai tanda
bahwa jaring sedang dioperasikan di suatu daerah penangkapan. Pelampung jaring
pada gillnet dasar berfungsi untuk mengangkat tali ris atas agar jaring dapat
terentang sempurna dalam perairan. Bahan pembuatan pelampung tanda jaring
insang dasar nelayan Desa Betung terdiri dari bendera yang memiliki warna yang
dapat dilihat di permukaan laut, tiang yang terbuat dari kayu dengan panjang 2
22

meter dilengkapi dengan pelampung styrofoam di ikatkan pada tengah tiang kayu
dan pemberat tambahan dari semen yang dipasang pada bawah tiang kayu.

8. Pemberat Tambahan
Pemberat tambahan pada jaring insang dasar merupakan tambahan beban
berupa batu bongkahan yang padat dengan pemangkasan sehingga meyerupai
bentuk bundar, ukuran yang dimiliki batu 30 cm dan diameter 10 cm dengan berat
setiap batu 2 kg. Pemberat tambahan pada jaring insang dasar di pasang pada sisi
kanan dan kiri alat tangkap agar mengurangi pergerakan pada badan jaring.

Gambar 5.10. Pemberat Tambahan


Menurut Supriadi (2020) Pemberat tambahan di pasang sebanyak 2 buah
pada kiri dan kanan alat tangkap bertujuan untuk mempertahankan posisi alat
tangkap di dasar perairan agar tidak terbawa arus laut. Pemasangan pemberat
tambahan pada jaring insang dasar di jerat dengan tali yang berbentuk jaring agar
batu tidak lepas dan di sambung dengan tali selambar.

9. Tali Selambar
Tali selambar pada jaring insang dasar berjumlah 2 buah yang berada
pada bagian samping kiri dan kanan pada bagian alat tangkap, panjang tali 10 m,
diameter 5 mm dan bahan tali yaitu Polyethylene (PE), arah pintalan yang dimiliki
tali selambar mengarah pada samping kiri (S).
Pelampung tanda yang pertama diturunkan sewaktu pemasangan jaring
insang dasar dipasang tali selambar pertama bertujuan untuk menhubungkan
pelampung tanda, pemberat dan bagian dari badan jaring, Fungsi tali selambar
kedua untuk mengikatkan pemberat dengan pelampung tanda kedua.
23

Gambar 5.11. Tali Selambar


Menurut Pratomo (2019) daerah Penangkapan jaring insang dasar
dioperasikan pada kedalaman antara 1 hingga 5 m. Berdasarkan hasil wawancara
dan partisipasi dalam pelaksanakan pengoperasian jaring insang dasar nelayan
KUB Betung Cemerlang memasang alat tangkap pada kedalaman 3 sampai 8 m
dengan menyesuaikan spesifikasi alat tangkap yang bisa di pasang pada
kedalaman tertentu.

10. Kapal Penangkapan

Gambar 5.12. Kapal Penangkap Ikan


Kapal jaring insang dasar memiliki dimensi utama dengan panjang 3 m,
lebar 1,5 m dan tinggi 1,5 meter, kapal nelayan KUB betung cemerlang terbuat
dari bahan kayu ulin dengan ukuran kapal sebesar 1 GT, mesin penggerak utama
pada kapal menggunakan mesin diesel merk yanmar dengan daya mesin 25 PK.
Berdasarkan Sunardi (2019) perhitungan GT kapal dengan ukuran dibawah 24
meter dapat dilakukan dengan metode pengukuran dalam negeri yang berdasarkan
Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Nomor PY.67/1/13-90 pasal 24
ayat (2) dengan rumus GT = 0,25 x V.
24

Berdasarkan hasil pengukuran pada kapal jaring insang dasar,


perhitungan tonnase kotor didapatkan dari nilai 0,25 yang merupakannilai
konversi dari satuan meter kubik ke ton register dengan mengalikan panjang, lebar
dan tinggi suatu ruangan untuk mendapatkan volume ruangan berbentuk persegi
empat dan menghitung volume. Panjang kapal adalah jarak mendatar dari buritan
kapal yang diukur pada tingkatan geladak atas atau haluan kapal. lebar kapal
diukur antara kedua sisi luar lambung kapal pada tempat yang terbesar. Dalam
atau tinggi kapal diukur pada jarak tegak lurus di tempat terbesar, diukur dari sisi
bawah geladak dasar sampai sisi bawah geladak atau sampai pada ketinggian garis
khayal melintang melalui sisi atas dari lambung tetap.

5.2.3. Metode Pengoperasian Insang Dasar

Jaring Insang merupakan alat tangkap pasif. Alat tangkap pasif biasanya
memiliki target tangkapan utama organisme aktif, sedangkan alat tangkap aktif
menangkap target tangkapan organisme pasif (Pramesty, 2020). Nelayan alat
tangkap jaring insang dasar melakukan pengoperasian 5 kali trip per satu minggu
dengan pengoperasian secara one day fishing target tangkapan utamanya berupa
rajungan (Portunus pelagicus).
Pengoperasian alat tangkap di awali dengan tahapan persiapan di fishing
base melakukan persiapan perbekalan, bahan bakar dan penyusunan alat tangkap
di kapal, alat tangkap ikan yang pengoperasianya dilakukan secara one day fishing
atau dilakukan hanya satu hari sehingga nelayan tidak perlu membawa atau
mempersiapkan segala persiapan dan pebekalan dalam jumlah banyak (Aminah,
2015). Sebelum keberangkatan nelayan akan melakukan pemeriksaan kapal secara
keseluruhan demi memastikan keamanan dan keselamatan kerja seperti kebocoran
kapal, palka, ruang kemudi, dan selang pembuangan. Selain itu nelayan
memeriksa mesin kapal seperti pengerak mesin, oli mesin, kabel, selang setelah
semuanya dirasa aman nelayan akan memulai keberangkatan.
25

Gambar 5.13. Perjalanan Menuju Fishing Ground


Perjalanan dimulai pada pukul 06.00 WITA perjalanan menuju fishing
ground berjarak 3-5 mil dari fishing base yang ditempuh selama 1 jam, penentuan
daerah penangkapan ikan didapatkan dari pengalaman nelayan dalam
pengoperasian alat tangkap dan informasi sesama nelayan desa betung dengan
memperhatikan cuaca, gelombang dan arah arus yang menjadi indikator penting
dalam melakukan pengoperasian alat tangkap. Penentuan daerah tangkapan pada
perairan yang bersubstrat berpasir, sesuai dengan tempat tinggal yang disukai oleh
hasil tangkapan (Ridwan, 2021). Berdasarkan hasil wawancara target utama
penangkapan yaitu rajungan memiliki habitat di dasar perairan berpasir.

Gambar 5.14. Pemasangan Alat Tangkap


Pemasangan alat tangkap (setting) di daerah penangkapan dilakukan
dengan pemasangan jaring yang dibentangkan secara horizontal atau melintang
menghadang arus perairan agar hasil tangkapan lebih maksimal. Nelayan
menurunkan kecepatan kapal dilanjutkan dengan melempar pelampung tanda
yang sudah terhubung dengan badan jaring dan pemberat tambahan. Badan jaring
di turunkan dengan cara meulur dengan tujuan agar jaring terbentang secara
sempurna pada perairan, diakhiri dengan pelampung tanda kedua. dalam satu hari
setting alat tangkap dilakukan sebanyak tiga kali. Setting berlangsung selama
kurang lebih 30 menit, jaring insang dasar yang dipasang dalam satu set
26

berjumlah 15 lembar (piece) apabila di hitung per satu lembar memiliki panjang
total 450 meter jaring insang yang terpasang, dalam satu trip nelayan desa betung
dapat memasang 3 set jaring insang dasar di lokasi yang berbeda. Nelayan KUB
betung cemerlang yang di ikuti oleh mahasiwa magang memiliki 9 set jaring
insang dasar yang setiap kali pengoperasiannya memasang dan menarik 3 set alat
tangkap.

Gambar 5.15. Proses Perendaman (immersing)


Setelah semua jaring rajungan diturunkan, selama proses perendaman
(immersing) maka nelayan melanjutkan memasang alat tangkap di lokasi yang
lain. Perendaman dilakukan selama satu hari dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil tangkapan yang lebih banyak. Alat tangkap yang terpasang dibiarkan sampai
trip selanjutnya untuk melakukan pengangkatan jaring (hauling). Menurut
(Sappolenggu, 2017) menjelaskan perendaman 4 jam lebih besar dibandingkan
dengan perendaman 2 jam . Tingginya hasil tangkapan pada perendaman jaring 4
jam disebabkan lama waktu yang digunakan untuk operasi penangkapan (lama
waktu immersing). Lama perendaman pada alat tangkap jaring insang dasar
(bottom gillnet) sangat berpengaruh dalam menentukan banyaknya hasil yang
tertangkap.

Gambar 5.16. Pengangkatan Alat Tangkap


27

Proses pengangkatan (hauling) di awali dengan penarikan jangkar dan


pelampung tanda yang berada di bawah perairan, kemudian di lanjutkan untuk
menarik badan jaring. Cara penarikan badan jaring menggunakan cara manual
dengan menarik menggunakan tangan antara tali ris atas dan tali ris bawah sampai
ujung badan jaring dan pelampung kedua. Penarikan badan jaring dilakukan oleh
satu orang secara bergantian di posisi buritan kapal. Penangkatan alat tangkap
jaring insang dasar di lakukan selama 1 jam.
Menurut Pakpahan (2019) ikan yang tertangkap itu karna terjerat pada
bagian belakang lubang penutup insang (operculum), terlilit atau terpuntal
(entangled) pada mata jaring yang terdiri dari satu lapis. Kondisi rajungan sebagai
target penangkapan utama terjerat atau terpuntal pada bagian kaki dalam mata
jaring, pelepasan hasil tangkapan langsung dikeluarkan ketika penarikan jaring
dan di simpan dalam suatu wadah yang di sediakan di kapal. Pengoperasian alat
tangkap jaring insang dasar nelayan dapat memasang alat tangkap sebanyak 3 set
dan melakukan pengangkatan alat tangkap yang telah dipasang di trip
sebelumnya. Lama pengoperasian dalam satu trip memakan waktu 7-10 jam
apabila cuaca sedang baik. Setelah seluruh jaring insang telah di pasang dan
diangkat maka nelayan kembali ke fishing base.
Berdasarkan hasil wawancara kuesioner dengan pengepul dan nelayan
rajungan bahwa penangkapan rajungan di lakukan setiap hari dengan jumlah hasil
tangkapan paling banyak terjadi di musim barat pada bulan Desember. Diduga
rajungan banyak melakukan ruaya dan mencari makan pada fase bulan terang.
musim pemijahan rajungan terjadi sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada
musim barat di bulan Desember, musim peralihan pertama di bulan Maret, musim
Timur di bulan Juli, dan musim peralihan kedua di bulan September (setiyowati,
2016).
Alat tangkap yang telah digunakan dalam pengoperasian mengalami
kerusakan yang disebabkan oleh pergesekan antara benda lain seperti kapal yang
melewati lokasi pemasangangan, digigit, dicapit dan terkena sirip ikan yang akan
melepaskan diri (Rusli, 2019). Perbaikan alat tangkap jaring insang dasar
dilakukan setiap nelayan pulang ke fishing base, hal tersebut meliputi perbaikan
badan jaring yang mengalami kerusakan diakibatkan penanganan hasil tangkapan,
28

badan jaring berbahan nylon monofilament akan mudah rusak apabila kita menarik
hasil tangkapan dengan menariknya secara langsung tanpa melonggarkan jaring
yang terpuntal pada tubuh dan kaki rajungan.

Gambar 5.17. Perbaikan Badan Jaring


Perbaikan alat tangkap dilakukan dengan cara menambal pada bagian
jaring yang rusak dengan alat coban. Bagian jaring yang rusak dibentuk persegi
panjang menyesuaikan dengan kerusakan pada mata jaring, Bekas potongan
simpul mesh dibersihkan dan simpul poinnya dipotong pendek. Perbaikan jaring
dengan cara penambalan menggunakan media yang sama berupa jaring serta
memperhatikan antara jumlah mata jaring mendatar dan tegaknya. Perbaikan
diawali pada simpul mesh bagian salah satu sudut jaring yang akan ditambal dan
selanjutnya disambung sebagaimana menyambung mesh dengan mesh maupun
point dengan point dan berakhir pada simpul berkaki tiga sebagai mana tempat
awal perbaikan.

5.2.4. Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar

Hasil tangkapan jaring insang dasar terbagi menjadi hasil tangkapan


utama (main catch) dan hasil tangkapan sampingan (by catch) (Wita, 2019). Hasil
tangkapan utama (HTU) atau main target adalah hasil tangkapan yang menjadi
target utama penangkapan, target penangkapan nelayan desa betung berupa
Rajungan (Portunus pelagicus). Sedangkan hasil tangkapan sampingan (HTS)
adalah tangkapan yang bukan menjadi target penangkapan yang ikut tertangkap
dan masih memiliki nilai ekonomi.
29

Gambar 5.18. Rajungan (Portunus pelagicus)


Hasil tangkapan utama jaring insang dasar berupa rajungan, rajungan
yang tertangkap dalam 5 trip pengoperasian memiliki jumlah yang kurang banyak,
dalam musim penangkapan, berdasarkan Setiyowati (2016) memiliki persamaan
dengan hasil wawancara pada nelayan mengenai perihal musim penangkapan
yang menjelaskan bahwa pada saat waktu pelaksanaan kegiatan magang tidak
bertepatan dengan musim barat, hal tersebut mempengaruhi hasil tangkapan
pengoperasian jaring insang dasar.
Hasil tangkapan yang di peroleh berasal dari pemasangan jaring insang
dasar dengan frekuensi pemasangan 3 set alat tangkap pada setiap trip.
pengoperasian pertama mendapatkan 10 ekor rajungan dengan berat yang di
timbang di pengepul dengan jumlah 2 kg, pengoperasian kedua dengan 4 ekor
rajungan dengan berat 1 kg, pengoperasian ketiga mendapatkan 16 ekor rajungan
dengan ukuran yang cukup besar dengan berat 4 kg, pengoperasian ke empat
mendapatkan 3 ekor rajungan ukuran kecil dengan berat 0,5 kg, pengoperasian ke
lima mendapatkan 8 ekor rajungan dengan berat 2 kg.
Hasil tangkapan sampingan didapatkan pada saat pengoperasian jaring
insang dasar dengan jumlah yang lebih banyak daripada hasil tangkapan utama.
Pada pengoperasian pertama mendapatkan hasil tangkapan berupa siput melo-
melo 5 ekor dengan berat 6 kg dan udang kipas 10 ekor berat 3 kg, pengoperasian
kedua mendapatkan siput melo melo 3 ekor berat 2 kg, pengoperasian ketiga
mendapatkan siput melo-melo 10 ekor dengan berat 12 kg, pengoperasian
keempat siput melo-melo 5 ekor berat 3 kg dan pengoperasian terakhir
mendapatkan udang kipas 20 ekor dengan berat 7 kg.
30

Gambar 5.19. Udang Kipas (Scyllarides latus)


Total hasil tangkapan jaring insang dasar selama 5 trip mendapatkan
hasil yang berbeda pada setiap pengoperasiannya, trip 1 pada titik koordinat
3°41'30.45"S-115°53'33.54"T, 3°42'21.82"S-115°52'27.05"T dan 3°42'28.79"S-
115°54'35.47"T mempunyai total hasil tangkapan sebanyak 11 kg, trip kedua pada
titik koordinat 3°39'36.29"S-115°55'51.87"T, 3°38'36.75"S-115°56'30.47"T dan
3°39'16.52"S-115°53'35.25"T mempunyai total hasil tangkapan sebanyak 3 kg.
Trip 3 pada titik koordinat 3°44'43.17"S-115°50'18.38"T, 3°44'39.28"S-
115°48'14.40"T dan 3°43'19.43"S-115°49'8.39"T mempunyai total hasil
tangkapan sebanyak 16 kg. Trip 4 pada titik koordinat 3°47'5.61"S-116°1'1.60"T,
3°46'24.94"S 115°58'50.87"T dan 3°44'19.70"S-116°0'30.49"T mempunyai total
hasil tangkapan sebanyak 3,5 kg dan Trip 5 pada titik koordinat 3°39'28.00"S-
115°59'41.85"T, 3°40'42.43"S-115°59'23.19"T dan 3°39'57.70"S-115°58'21.34"T
mempunyai total hasil tangkapan sebanyak 9 kg. Total keseluruhan dalam
pengoperasian jaring insang dasar selama 5 trip sebanyak 42,5 kg diantaranya
terdiri dari rajungan 9,5 kg, siput melo-melo 23 kg dan udang kipas 10 kg.

Gambar 5.20. Siput Melo-melo (Scaphander lignarius)


Jumlah hasil tangkapan tertinggi pada pengoperasian jaring insang dasar
yang di ikuti selama 5 trip yaitu pada hauling ketiga dan pertama dikarenakan
pada trip penangkapan keetiga cuaca pada saat operasi penangkapan relatif cerah
31

sehingga pada saat operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
jumlah hasil tangkapan terendah terdapat pada trip kedua sebesar 3 kg. Pada saat
operasi trip penangkapan ke 1 kondisi cuaca yang buruk atau terjadi badai pada
saat penarikan, menghindari kejadian yang tidak diinginkan nelayan harus cepat
melakukan pengangkatan (hauling) dan langsung pulang menuju muara tempat
kapal-kapal bersandar.

5.2.5. Penanganan Hasil Tangkapan

Pada pengoperasian jaring insang dasar, ikan yang terpuntal dan terjerat
di dalam badan jaring di lepaskan dengan perlahan, pelepasan dilakukan secara
perlahan bertujuan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan dan mencegah
kerusakan pada jaring yang sering terjadi akibat pelepasan ikan secara langsung.

Gambar 5.21. Pelepasan Hasil Tangkapan


Penangkapan dengan target utama yaitu rajungan yang dilaksanakan
secara one day fishing di lengkapi dengan wadah untuk menampung rajungan
yang tertangkap. Menururt (Zarochman, 2013) penangkapan rajungan segar
dengan 1 trip > 1 hari memerlukan coolbox dengan suhu sekitar 0 – 4 derajat
celsius untuk menyimpan hasil tangkapan rajungan segar supaya tetap terjaga
tingkat kesegarannya. Hal tersebut berbeda dengan penanganan hasil tangkapan
pada kegiatan magang, penanganan hasil tangkapan utama dan sampingan setelah
dilepaskan dari jaring langsung di simpan dalam wadah dan di tambahkan air laut.
32

Gambar 5.22. Penyimpanan Hasil Tangkapan


Penanganan hasil tangkapan utama dan sampingan yang didapatkan
nelayan di kumpulkan ke pengepul untuk di jual. Pengepul rajungan milik anggota
kelompok usaha bersama betung cemerlang memiliki produk rajungan segar dan
rajungan rebus. Hasil tangkapan utama yang telah di kumpulkan ke pengepul.
Pensortiran dilakukan terhadap rajungan hasil tangkapan yang akan direbus.
Setelah proses pensortiran dilakukan proses pencucian dilakukan untuk
membersihkan tubuh rajungan dari kotoran yang menempel. Setelah proses
pencucian dilakukan proses perebusan, berdasarkan pendapat (Maurina, 2022)
Tujuan dari perebusan adalah menghentikan aktifitas bakteri pembusuk jamur
maupun enzim sehingga dapat memperpanjang daya awet produk olahan dan
mempermudah pengelupasan kulit rajungan. 

Gambar 5.23. Pengumpulan Hasil Tangkapan Kepada Pengepul


Pengemasan rajungan segar dilakukan dengan mengikat kaki dan capit
rajungan sedangkan rajungan rebus di kemas dengan toples plastik dan di
masukan kedalam box dari bahan styrofoam dan di tambakan es balok agar rajung
tetap berada pada suhu rendah. Pemasaran hasil tangkapan utama dan sampingan
di kirim ke pasar baru pagatan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Bagian-bagian Jaring insang dasar yang terdapat pada nelayan kelompok usaha
bersama betung cemerlang diantaranya adalah sebagai berikut : Badan jaring
memiliki panjang 30 m dan tinggi 2 meter dengan ukuran mata jaring 4 inchi.
Tali ris meliputi tali ris atas, tali pelampung, tali ris bawah dan tali pemberat
memiliki panjang 30 m dan diameter 5 mm dengan arah pintalan kiri (Z) pada
keduanya. Pelampung yang terpasang pada setiap lembar badan jaring
berjumlah 35 buah dengan lebar 1 cm. Pemberat sebanyak 90 buah dengan
panjang 1 cm dan diameter 0,2 cm. tambahan digunakan sebanyak 2 buah
dengan berat masing-masing 2 kg. Pelampung tanda sebanyak 2 buah dengan
panjang tongkat kayu 2 m dengan tambahan styrofoam sebagai pelampung dan
kain bendera sebagai penanda.
2. Metode pengoperasian Jaring Insang Dasar terdiri dari :
- Persiapan meliputi pengisian bahan bakar, menyiapkan perbekalan, penyusunan
alat tangkap dan pemeriksaan kapal
- Setting alat tangkap dengan cara pemasangan alat tangkap yang dimulai dengan
menurunkan pelampung tanda , pemberat tambahan, tali ris dan badan jaring
sampai selesai
- Proses immersing posisi jaring yang sudah terpasang dibiarkan selama 21 jam
yang dinamakan perendaman
- Hauling dilakukan dengan cara penarikan jaring yang dimulai dari mengangkat
pelampung tanda, pemberat tambahan, tali ris beserta badan jaring. Pada saat
mendapatkan ikan yang terjerat pada badan jaring hasil tangkapan langsung
dilepas dari jaring pada saat proses penarikan
3. Hasil tangkapan utama jaring insang adalah rajungan dan hasil tangkapan
sampingan adalah udang kipas dan siput melo-melo, Total keseluruhan dalam
pengoperasian jaring insang dasar selama 5 trip sebanyak 42,5 kg diantaranya
terdiri dari rajungan 9,5 kg, siput melo-melo 23 kg dan udang kipas 10 kg.
Penanganan hasil tangkapan terdiri dari penaikan ikan ke atas kapal,

30
31

penyimpanan, Pengumpulan ikan kepada pengepul sortir, pencucian,


pengolahan pengemasan dan pemasaran.

5.2. Saran

Pada saat melaksanakan kegiatan di lokasi magang di harapkan


mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan dilapangan dimulai dari
perlengkapan pribadi, alat keselamatan dan obat-obatan. Selain itu, sangat
diharapkan bagi mahasiswa dapat mementingkan aspek sosial demi kelancaran
kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, siti. 2015. Manajemen Operasi Penangkapan Gillnet Millenium Di Desa


Tabanio Kabupaten Tanah Laut. Program Studi Pemanfaatan Sumber
Daya Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung
Mangkurat. Jurnal Fish Scientiae. 5 (10) : 110-110.
Azmi, Muhammad. 2019. Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Gill Net
Permukaan Di Kampung Mandar Kabupaten Banyuwangi. Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Dan Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya.
Dermawati, dkk. 2019. Analisis Konstruksi Dan Hasil Tangkapan Jaring Insang
Permukaan Di Perairan Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Periknan Universitas Hasanuddin. Jurnal IPTEKS PSP. 6
(11) : 44-69.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan. 2019. Profil Potensi
Usaha dan Peluang Investasi.
Firmansyah. 2021. Pengaruh Perbedaan Lama Perendaman (Soaking time)
Terhadap Hasil Tangkapan Pada Jaring Insang (Gill Net) Di Perairan
Kota Tarakan. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan.
Herawanty. 2021. Analisis Penanganan Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine Di
Kabupaten Bantaeng. Program Studi Manajemen Pesisir dan Teknologi
Kelautan, Program Pascasarjana, Universitas Muslim Indonesia. Journal
of Indonesian Tropical Fisheries. 4(1) : 61-73.
Hutapea R, Liya T, Wahyu. 2019. Studi Penanganan Hasil Tangkapan Purse Seine
Di Km Bina Maju Kota Sibolga. Program Studi Perikanan Tangkap
Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai. Jurnal Teknologi Perikanan
dan Kelautan. 10(2) : 183-190.
Idris, Safrudi. 2020. Estimasi Selektivitas Gillnet Dasar Pada Penangkapan Ikan
Lencam (Lenthrinus spp) di Perairan Obi Kabupaten Halmahera Selatan
Propinsi Maluku Utara. Fakultas Pertanina, Universitas Muhammadiyah
Maluku Utara. Jurnal BIOSAINTEK. 3 (1) : 36-45.
Katiandagho, B. 2021. Teknik Penangkapan Rajungan (Portunus sp) dengan
Menggunakan Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net) Di Perairan
Kampung Didiabolo Distrik Supiori selatan Kabupaten Supiori. Akademi
Perikanan Kamasan Biak, Indonesia. Jurnal Perikanan Kamasan. 2(1) :
41-47.
Makbul, M. 2021. Metode Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian. Prodi
Dirasah Islamiyah Konsentrasi Pendidikan Dan Keguruan Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar.
Maurina, Fitria dan Sipahutar, Yuliana. 2021. Pengolahan Rajungan (Portunnus
pelagicus) Pasteurisasi dalam Cup di PT Muria Bahari Indonesia, Kudus,
Jawa Tengah. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin.
Nelwida, dkk. 2019. Kontruksi Jaring Insang 2 dan 3 Inci di Kelurahan Kampung
Nelayan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. )Fakultas Peternakan,
Universitas Jambi. Jurnal Ilmu Perikanan. 10 (1) : 15-23.
Nurwanda, A. 2020. Analisis Program Inovasi Desa Dalam Mendorong
Pengembangan Ekonomi Lokal Oleh Tim Pelaksana Inovasi Desa (Pid)
Di Desa Bangunharja Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara. 7(1).
Pakpahan, Samuel. 2019. Kajian Selektivitas Gillnet Pada Penangkapakan Ikan
Lomek Di Desa Alai Kabupaten Kepulauan. Fakultas Kelautan Dan
Perikanan Universitas Riau. Jurnal perikanan dan kelautan. 1(1) : 110-
115.
Pattiasina, S. 2021. Pengoperasian Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net) Untuk
Menangkap Ikan Demersal Di Perairan Kampung Pasi Distrik Padaido
Kabupaten Biak Numfor. Akademi Perikanan Kamasan Biak, Indonesia.
Jurnal Perikanan Kamasan, 2(2) : 22-32.
Pondaag, M.F. 2018. Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar Dan Cara
Tertangkapnya Ikan Di Perairan Malalayang. Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap. 3(2) : 62-67.
Pramesthy, tyas. Dkk. 2020. Analisis Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net)
Berdasarkan Kode Etik Tatalaksana Perikanan Bertanggung Jawab Di
Perairan Kota Dumai. Jurnal Aurelia. 1(2) : 103-112.
Pratiwi, I. 2017. Penggunaan Media Video Call Dalam Teknologi Komunikasi.
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial. 1(2).
Pratomo, S.N. 2019. Pemetaan Daerah Penangkapan Rajungan Dengan Jaring
Insang Dasar (Bottom Gill Net) Di Perairan Kronjo, Kabupaten
Tangerang. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Satya Negara Indonesia. Jurnal
Satya Minabahari. 5(1) : 50-58.
Puspitaningrum C, Liana F, Sri E. 2022. Perbedaan Respon Hasil Tangkapan
Rajungan (Portunus pelagicus) Pada Penggunaan Hanging Ratio Yang
Berbeda-Beda Di Perairan Kuala Penet Labuhan Maringgai Lampung
Timur. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas
Pertanian, Perikanan dan Peternakan Universitas Nahdlatul Ulama
Lampung. Jurnal Ruaya. 10(2).
Rahmadi. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian. Antasari Press, 129 hal.
Ridwan, Akbar. 2021. Perbandingan Alat Tangkap dengan Menggunakan Bahan
Jaring Insang Polyetlene dan Polyamide terhadap hasil tangkapan
Rajungan di Perairan Pulau Saugi. PLP Jurusan Teknologi Penangkapan
Ikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Jurnal lutjanus. 26(2) : 25-62.
Rifai, Muhamad. 2019. Perbandingan Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang
Dasar (Bottom gill net) Menggunakan Alat Pemanggil Ikan Berbasis
Gelombang Bunyi Di Perairan Kenjeran. Jurusan Perikanan Fakultas
Teknik dan Ilmu kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya.
Rijali A, Amin, Agung S. 2018. Analisis Data Kualitatif. UIN Antasari
Banjarmasin. Jurnal Alhadhara. 17(33).
Rofiqo, I,Zahida, Nia K. 2019. Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap
Jaring Insang (Gill net) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol
(Ethynnuss sp) Di Perairan Pekalongan. Universitas Padjadjaran. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 10(1) : 64-69.
Rosaliza, M. 2015. Wawancara, Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam Penelitian
Kualitatif. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. Jurnal
Ilmu budaya. 11(2).
Rusli, Faisal. 2019. Perawatan Dan Perbaikan Alat Tangkap Purse Seine di KM.
IMJ Lima PT. Cilacap Samudera Fisheries Industry Kendari. Program
Studi Penangkapan Ikan Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
Sapolenggu, Ipan. 2017. Pengaruh Waktu Perendaman Jaring Insang Dasar
Terhadap Hasil Tangkapan Udang Mantis (Harpiosquilla raphidea) Di
Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
Setiyowati, Desti. 2016. Kajian Stok Rajungan (Portunus pelagicus) Di Perairan
Laut Jawa, Kabupaten Jepara. Fakultas Sains dan Teknologi, UNISNU
Jepara. Jurnal DISPROTEK. 7(1).
Situmorang, S, Lutfi, M. 2015. Analisis Data Untuk Riset Manajemen Bisnis.
USU Press, 264 hal.
Supriadi, D., Ega, F. P dan Restu, W. 2020. Pengaruh Berbagai Faktor Produksi
Terhadap Hasil Tangkapan Jaring Kejer (Bottom Gillnet) Di Perairan
Kabupaten Cirebon. Jurnal Akuatek Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran. Jurnal akuatek. 1 (1) : 18-26.
Syofyan, Irwandy. 2016. Studi Komparatif Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut
(Drift Gillnet) Bawal Tahun 1999 Dengan Tahun 2007 Di Desa Meskom
Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Dosen
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Jurnal Perikanan
Dan Kelautan. 15 (1) : 62-70.
Tani V, Rasdam, Irandha C. 2020. Teknik Penanganan Ikan Hasil Ta Ngkapan Di
Atas Kapal Purse Seine Pada Km. Asia Jaya Ar 03 Juwana Pati Jawa
Tengah. Program Studi Teknik Penangkapan Ikan Politeknik Kelautan
dan Perikanan Kupang. jurnal ilmu perikanan dan budidaya perairan.
15(1) : 63-73
Tatontos, yuliana, dkk. 2019. Teknik Pembuatan Jaring Insang Dasar (Bottom Gill
Net)Ramah Lingkungandi Kampung Dalako Bembanehekecamatan
Tatoareng, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Program Studi Teknologi
Penangkapan Ikan Politeknik Negeri Nusa Utara. Jurnal Tatengkorang.
3(1) : 19-25.
Taufiqurrahman. Dkk. 2019. Desain Dan Konstruksi Gillnet Di Desa Nipah
Panjang 2 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi. Fakultas Kelautan Dan Perikanan Universitas Riau.
Jurnal perikanan dan kelautan. 2(1) : 112-125.
Toisuta, B.R. dkk. 2022. Pengembangan Warna Alat Tangkap Bottom Gillnet
terhadap Hasil Tangkapan Ikan Lolosi Biru (Caesio Caerulaurea) di
Perairan Pulau Tolonuo Kabupaten Halmahera Utara. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi
Rekayasa Universitas Halmahera. Journal of Science and Technology.
2(2) : 133-145.
Umriani. 2017. Studi Rancang Bangun Jaring Insang Dasar (Bottom Gillnet) Di
Perairan Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjaisulawesi
Selatan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Departemen
Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas
Hasanuddin Makassar.
Widiana, I. 2016. Pengembangan Asesmen Proyek Dalam Pembelajaran Ipa Di
Sekolah Dasar. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja. 5(2)
Wita, Wirvina. 2019. Perbandingan Hasil Tangkapan Utama Dan Sampingan Alat
Tangkap Gombang Berdasarkan Perbedaan Waktu Pengambilan Hasil
Tangkapan (Hauling) Di Desa Sialang Pasung Kecamatan Rangsang
Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Fakultas Perikanan Dan Kelautan
Universitas Riau. Jurnal perikanan dan kelautan. 2(2) : 130-145.
Wujdi, A. 2015. Karakteristik Perikanan Jaring Insang, Daerah Penangkapan dan
Hasil Tangkapannya di Laut Cina Selatan. Loka Penelitian Perikanan
Tuna. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Zarochman dan Prabawa, Ari. 2013. Strategi Industrialisasi Penangkapan
Rajungan. Perekayasa Utama BPPI Semarang. BULETIN PSP. 21(2) :
193-205.
Zubaidi, A., Herry, B dan arsiyanto. 2016. Pengaruh Perbedaan Warna Jaring
Insang Dasar (Bottom Set Gill Net) Dan Lama Perendaman Terhadap
Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus) Di Perairan Jepara,
Jawa Tengah. Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Jurusan
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology. 5(1) : 178-185.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Magang
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Magang
Pengoperasian Jaring Insang Dasar Proses Pelepasan Hasil Tangkapan

Tempat penyimpanan Hasil Tangkapan Penyusunan Jaring insang dasar

Simulasi ikan terjerat pada mata jaring Pengolahan hasil tangkapan


Lampiran 3. Logbook Magang
Lampiran 4. Kuesioner Magang
Lampiran 5. SK Ujian Magang
Lampiran 6. Surat Keterangan Magang dan Sertifikat Magang
Lampiran 7. Lembar Kendali Konsultasi Magang

Anda mungkin juga menyukai